Pendidikan Anak Usia Dini PAUD (3)

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Anis Nur Hanifah1, Ninda Riyana2, Ririn Saraswati3
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Jl. Raya Dukuh Waluh, PO BOX 202 Purwokerto53182
Email: 1 [email protected]
2
[email protected]
3
[email protected]
ABSTRAK
Masa emas (golden age) perkembangan anak terjadi pada usia prasekolah dimana
80%
perkembangan kognitif telah dicapai pada masa ini. Perkembangan kognitif anak harus
mendapat stimulasi agar dapat berkembang optimal. PAUD yang efektif sangat bermanfaat
untuk membangun struktur perkembangan kognitif anak. Pendidikan bagi anak usia dini adalah
pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan
pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan ketrampilan anak. Pendidikan anak
usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada
peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan
kasar), kecerdasan, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spititual.
Kata Kunci: PAUD; pendidikan; perkembangan anak; perkembangan kognitif; UMP.

ABSTRACT
The golden age of child development happens at preschool age in which 80% of the
cognitive
development
is
reached
at
this
time.
The child cognitive development must bestimulated in order to optimize the development. An effe
ctive early
childhood
education
is very useful
to
build
child
cognitive
development structure. Early childhood education is the provision of an effort to stimulate,
guide, nurture and administration of learning activities that will generate children’s abilities and

skills. Early childhood education is one of education that focuses on laying the foundation
toward growth and physical development, intelligence, creativity, emotional intelligence, and
intelligence spiritual.
Keywords: PAUD; Education; child development; cognitive development; UMP
PENDAHULUAN
Sujiono (Dewi dan Eveline, 2004: 351) menjelaskan bahwa anak usia dini adalah sekelompok
anak yang berusia 0-8 tahun yang memiliki berbagai potensi genetik dan siap untuk ditumbuh
kembangkan melalui pemberian berbagai rangsangan. Gibran (Suharsono, 2004: 39) melukiskan
istilah bagi anak dengan kalimat, “anakmu bukanlah anakmu, melainkan anak zamannya”.
Banyak aspek-aspek perkembangan Anak Usia Dini AUD. Secara internasional sebenarnya
aspek-aspek perkembangan AUD adalah:
a. Perkembangan Fisik, baik motorik halus maupun motorik kasar.

Yang termasuk motorik halus dalam hal ini adalah gerakan tangan dan yang termasuk
dalam motorik kasar adalah gerakan anak saat naik-turun tangga ataupun memanjat.
b. Perkembangan emosional dan sosial.
Emosional dalam hal ini menyangkut segala sesuatu yang berhubungan dengan perasaan
anak, baik itu perasaan, sedih, senang, kesal, gembira, dll. Sedangkan perkembangan
sosial dalam hal ini adalah interaksi anak dengan lingkungan, terutama orang-orang yang
ada di sekitar anak.

c. Perkembangan kognitif/intelektual.
Perkembangan kognitif disini contohnya adalah perkembangan kemampuan anak untuk
menggunakan bahasa. Aspek-aspek perkembangan anak ini tidak mutlak digunakan oleh
seluruh negara, namun ketiga aspek ini merupakan acuan yang digunakan dalam
menentukan aspek perkembangan anak.
Theo & Martin, (2004) menjelaskan bahwa, sejak lahir sampai usia 3 tahun anak memiliki
kepekaan dan daya pikir yang sudah mulai dapat menyerap pengalamanpengalaman
melalui sensorinya; usia satu setengah tahun sampai kirakira 3 tahun mulai memiliki
kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakapcakap).
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
ANALISIS TEORI DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak, orang tua, atau orang
dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi yang
dibangun tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. Hal ini disebabkan interaksi tersebut mencerminkan suatu hubungan di antara anak
akan memperoleh pengalaman yang bermakna, sehingga proses belajar dapat berlangsung
dengan lancar. Vygotsky berpendapat bahan pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang

penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat
terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Greeberg (Isjoni, 2006) melukiskan bahwa
pembelajaran dapat efektif jika anak dapat belajar melalui bekerja, bermain dan hidup bersama
dengan lingkungannya.
Pembelajaran untuk anak usia dini bukan berarti anak harus disekolahkan pada umur yang belum
seharusnya, dipaksa untuk mengikuti pelajaran yang akhirnya justru membuat anak menjadi
terbebani dalam mencapai tugas perkembangannya. Pembelajaran untuk anak usia dini pada
dasarnya adalah pembelajaran yang kita berikan pada anak agar anak dapat berkembang secara
wajar.
Pada hakikatnya anak belajar sambil bermain, oleh karena itu pembelajaran pada pada anak usia
dini pada dasarnya adalah bermain. Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat aktif
dalam melakukan berbagai ekplorasi terhadap lingkungannya, maka aktivitas bermain
merupakan bagian dari proses pembelajaran. Untuk itu pembelajaran pada usia dini harus
dirancang agar anak merasa tidak terbebani dalam mencapai tugas perkembangnya. Proses

pembelajaran yang dilakukan harus berangkat dari yang dimiliki anak. Setiap anak membawa
seluruh pengetahuan yang dimilikinya terhadap pengalaman-pengalaman baru.
Dalam kegiatan bermain sebenarnya anak menemukan pembelajaran yang hakiki. Oleh karena
itu, anak tidak boleh dipaksa untuk belajar, bermain adalah belajar bagi anak. Anak usia dini
tidak mengartikan belajar seperti halnya orang dewasa. Anak usia dini tidak selalu belajar dengan

kondisi teratur dan berjangka waktu tertentu, mereka lebih senang belajar dalam keadaan bebas,
belajar tanpa menyadari sedang belajar, belajar dalam suasana bermain.
Misni (2006) mengungkapkan bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan anak
dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi
kesenangan dan mengembangkan imajinasi anak secara spontan dan tanpa beban. Dunia anak
pada dasarnya adalah dunia bermain, karena selama rentang perkembangan usia dini anak
melakukan sebagian besar kegiatannya dengan bermain. Kebutuhan atau dorongan internal
terutama tumbuhnya sel saraf di otak memungkinkan anak untuk melakukan berbagai aktivitas
bermain tanpa mengenal lelah.
Biasanya anak bermain sambil “bergumam”, yaitu mengungkapkan ide dalam pikirannya dengan
kata-kata. Proses ini dikenal dengan istilah thinking aloud, suatu proses berfikir yang dikenal
dengan istilah internal speech di mana anak bertanya pada dirinya, dibuktikan dengan melakukan
percobaan kepada objek, dan diambil kesimpulan secara sendiri untuk menjawab pertanyaannya
sendiri. Begitu pentingnya bermain bagi perkembangan anak, maka perlu untuk diperhatikan
perkembangan anak dalam bermain itu sendiri.
KESIMPULAN
Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap
warga negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Kebanyakan anak-anak Indonesia
dalam memulai proses masuk ke lembaga pendidikan, mengabaikan pendidikan anak usia dini,

padahal untuk membiasakan diri dan mengembangkan pola pikir anak pendidikan sejak usia dini
mutlak diperlukan. Sudah bukan informasi baru lagi, mengenai 3 tahun pertama anak adalah usia
emas baginya untuk menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Berdasarkan pengetahuan ini pun
makin banyak didengungkan mengenai pentingnya pendidikan usia dini . Perlu orang tua ketahui
juga bahwa anak memiliki berbagai kemampuan tersebut tentunya sudah dapat dibentuk sejak
dini.
pendidikan usia dini yang diberikan kepada anak-anak tidak semata-mata hanya untuk formalitas
dalam kehidupan kelak, tapi mengacu pada kemampuan dan kualitas anak dalam mengahadapi
masa depan yang syarat dengan tingginya kurikulum pendidikan dan teknologi. Peran orang tua
yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh anak-anak dalam membentuk karakter yang
baik, cerdas dan bermanfaat bagi keluarga, agama, nusa & bangsa.
SUMBER PUSTAKA
Abdullah Muhammad Abdul Muthy. (2007). Quantum Parenting: Cara cerdas mengoptimalkan
daya inovasi dan kreativitas anak anda. Surakarta: Quala Smart Media.
Adi W. Gunawan. (2006). Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Bredekamp, Sue and Copple, Carol. (1997). Developmentally Appropriate Practice in Early
Childhood Programs. Washington, D.C: A 1996-97 NAEYC Comprehensive
Membership
Benefit. National Association for the Education of Young Children

Gopnik,Alison, dkk. (2006). Keajaiban Otak Anak: Rahasia cara balita mempelajari benda,
bahasa, dan manusia. Bandung: Mizan Media Utama.
Theo, R & Martin, H. Pendidikan Anak usia dini: tuntunan psikologis dan pedagogis
bagi pendidik dan orang tua. 2004. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.
Isjoni. (2006). Model Pembelajaran yang Efektif bagi Pendidikan Anak Usia
Dini.www.isjoni.net/web/content/view/44/4/-44k-Tembolok-Laman sejenis: 20 april 2016
Misni Irawati. Menggali Kecerdasan Jamak Melalui Bermain. (January 2006)
www.freelists.org/archives/ppi/01-2006/msg00651.html-20k-Tembolok-Laman Sejenis:
20 April 2016