Produksi Pisang Cavendish Di Kebun Cibungur, Ptpn Viii, Sukabumi, Jawa Barat

PRODUKSI PISANG CAVENDISH DI KEBUN CIBUNGUR,
PTPN VIII, SUKABUMI, JAWA BARAT

LUBERING ARTHA
A24110085

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi Pisang
Cavendish di Kebun Cibungur, PTPN VIII, Sukabumi, Jawa Barat adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016
Lubering Artha
NIM A24110085

ABSTRAK
Magang dilaksanakan di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan, Kebun Cibungur,
PTPN VIII selama empat bulan dari tanggal 1 Maret 2015 hingga 30 juni 2015.
Kegiatan ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis
budidaya pisang Cavendish dan secara khusus untuk mempelajari dan
menganalisis klasifikasi kesesuaian lahan dan produksi pisang Cavendish. Data
sekunder didapatkan dari arsip perusahaan. Data primer didapatkan dari
pengamatan komponen produksi di lapangan terdiri atas bobot buah per tandan,
bobot buah bermutu, jumlah sisir per tandan, jumlah sisir bermutu, jumlah buah
per sisir bermutu dan bobot buah per sisir pada tanaman contoh di blok „A‟, „B‟,
„C‟. Hasil pengamatan menunjukkan blok „C‟ memiliki peringkat bobot per
tandan tertinggi diduga karena kedekatan dengan sumber air dan pengawasan
yang lebih baik. Blok „A‟ memiliki peringkat jumlah sisir bermutu tertinggi
diduga karena kondisi jalan yang baik dan jarak yang dekat dari packing house.

Lokasi magang dinyatakan telah sesuai dengan syarat perbaikan ketersediaan air
dan kemiringan lereng. Pengelolaan kebun belum dilakukan secara maksimal.
Masalah utama di kebun adalah keterlambatan bahan produksi, lemahnya
pengawasan karyawan, kondisi jalan yang kurang memadai, ketersediaan air bagi
tanaman saat musim kemarau dan lereng yang curam tanpa peremajaan teras.
Kata kunci : cavendish, klasifikasi kesesuaian lahan, produksi,
produksi

komponen

ABSTRACT
The internship program was conducted at Afdeling 5 and 6 Panarewuan,
Cibungur estate, PTPN VIII, Sukabumi, West Java for four month from 1st March
to 30th june 2015. The purpose the internship is to improve technical and skill of
the cultivation of Cavendish and specifically to study and analyze banana land
suitability classification and Cavendish production. Secondary data has gotten
from business archives. Primary data has gotten from direct observation of
plantation consist weight per cluster, weight grade per cluster, comb per cluster,
comb grade per cluster, finger per comb and weight comb grade from sample
plant on blok ‘A’, ‘B’, ‘C’. Results indicated blok ‘C’ had the best rank of weight

per cluster to assumption water nearness and good control. Blok ‘A’ had the best
rank comb grade to assumption packing house nearness and good track to aim.
Internship location had suitable land for banana cultivation with irrigation and
slope conditional repair. Maximal estate management has not be done. The
problems were delay material production, weakness labor control, bad track,
irrigation on dry season and steep slope without terace rejuvenation.
Keywords : cavendish, land suitability classification, production, production
component

PRODUKSI PISANG CAVENDISH DI KEBUN CIBUNGUR,
PTPN VIII, SUKABUMI, JAWA BARAT

LUBERING ARTHA
A24110085

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Produksi Pisang Cavendish di Kebun Cibungur, PTPN VIII,
Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi ini merupakan hasil dari kegiatan magang penulis
pada bulan 01 Maret – 30 Juni 2015 di Kebun Cibungur , PT. Perkebunan
Nusantara VIII, Sukabumi, Jawa Barat. Penulis menyampaikankan terima kasih
kepada:
1. Ir. Winarso Drajad Widodo, M.S., Ph.D. selaku pembimbing skripsi I dan
Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc. selaku pembimbing skripsi II atas
segala bimbingan, pengarahan dan sarannya sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Dr. Ir. Ketty Suketi, M.Si. dan Dr. Ir. Supijatno, M.Si. selaku dosen

penguji yang telah memberikan arahan dan saran-saran sehingga skripsi ini
dapat diselasaikan dengan baik.
3. Prof. Dr. Ir. Memen Surahman, M.Agr. selaku dosen pembimbing
akademik atas seluruh arahan, masukan, motivasi dan saran selama penulis
melaksanakan studi.
4. PT. Perkebunan Nusantara VIII yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan magang di salah satu kebun yang
dibawahinya.
5. Manajer kebun Kebun Cibungur beserta seluruh staf dan karyawan yang
telah memberikan fasilitas dan kesempatan untuk melaksanakan magang.
6. Kedua orang tua Drs. Sarino (alm), Endang Setyowati, S.Pd. dan Sukaeri,
S.Pd. serta kakak-kakak saya Bandhu, Ginanjar, Pramestuti, Kresna dan
Ika yang selalu memberikan d‟oa kepada penulis.
7. Teman-teman Renaya, Adelina, Nuri, Etik, Ila yang selalu memberi
dukungan kepada penulis
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bogor, April 2016

Lubering Artha

A24110085

DAFTAR ISI
DARFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan

1

1
1

TINJAUAN PUSTAKA
Pisang Cavendish
Morfologi Pisang Cavendish
Persyaratan Tumbuh Tanaman Pisang
Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Pisang
Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial
Kesuburan Tanah

2
2
2
3
4
4
5

METODE

Tempat dan Waktu Magang
Metode Pelaksanaan
Pengumpulan Data dan Informasi
Analisis Data dan Informasi

6
6
6
6
8

KEADAAN UMUM
Sejarah Singkat
Letak Geografi dan Administratif
Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim
Tata Guna Lahan
Keadaan Pertanaman dan Produksi
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

8

8
8
9
9
9
10

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Aspek Manajerial

11
11
25

PEMBAHASAN
Manajerial Produksi
Potensi Produksi di Lokasi Magang
Produksi Aktual di Lapangan
Kesesuaian Lahan Tanaman Pisang

Hasil Pengamatan Komponen Produksi

27
27
28
28
29
31

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

32
32
33

DAFTAR PUSTAKA

33


LAMPIRAN

35

RIWAYAT HIDUP

51

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Data informasi blok pengamatan
7
Produksi tahun pertama pisang Cavendish di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan 10
Dosis pupuk per satu siklus tanaman
13
Perolehan suntik tandan bunga Afdeling 5 dan 6 Panarewuan
18
Taksasi produksi Afdeling 5 dan 6 Panarewuan di Kebun Cibungur
21
Daftar harga sesuai kelas mutu buah pisang Cavendish
24
Produksi Cavendish Kebun Cibungur Maret-Juni 2015
24
Prestasi kerja penulis saat menjadi karyawan harian lepas
27
Kriteria kesesuaian lahan terhadap potensi produksi pisang Cavendish
28
Kelas kesesuaian lahan berdasarkan potensi produksi tertinggi di lapangan 29
Penilaian karakteristik lahan berdasarkan literatur
30
Rata-rata pengamatan komponen produksi
31

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Pengendalian gulma secara manual
Pengendalian gulma secara kimiawi
Pemupukan
Pengendalian hama dan penyakit
Penjarangan anakan
Pemangkasan daun
Pemasangan penyangga
Penyuntikan tandan bunga
Pembrongsongan
Pemanenan
Proses packaging
Spesifikasi bentuk pisang Cavendish

11
12
13
14
15
16
16
18
20
21
23
24

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Jurnal harian kegiatan karyawan harian lepas di Afdeling 5
dan 6 Kebun Cibungur PTPN VIII
Jurnal harian kegiatan sebagai pendamping mandor di
Afdeling 5 dan 6 Kebun Cibungur PTPN VIII
Jurnal harian kegiatan sebagai pendamping kepala afdeling
di Afdeling 5 dan 6 Kebun Cibungur PTPN VIII
Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang
menurut CSR/FAO (1983)
Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang
menurut Sys et al. (1993)
Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang
menurut LREP II (1994)
Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang
(Musa acuminata COLLA) menurut Djaenudin et al.(2003)

36
37
38
40
41
42
43

8
9
10
11
12
13
14

Curah hujan di Kebun Cibungur PT. Perkebunan Nusantara
VIII
Peta areal konsesi Kebun Cibungur
Jumlah dan posisi tenaga kerja di Afdeling 5 dan 6 Kebun
Cibungur
Struktur organisasi Afdeling 5 dan 6 Kebun Cibungur
Kalender pita tahun 2015
Spesifikasi kelas mutu super pisang Cavendish
Spesifikasi kelas mutu ambon pisang Cavendish

45
46
47
48
49
50
50

1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pisang merupakan produk unggulan tanaman hortikultura. Buah pisang
juga merupakan salah satu buah yang berpotensi sebagai bisnis usaha dan bahan
pangan utama. Hampir setiap orang gemar mengkonsumsi buah pisang. Pisang
juga dianggap sebagai komoditas penting sehingga ada lembaga dunia yang
mengurusi masalah pisang, yaitu International Network for Improvement of
Banana and Plantain (INIBAP), yang berkedudukan di Perancis. Pisang
Cavendish menjadi salah satu jenis pisang komersial paling berpengaruh di
perdagangan buah dunia (Ansyori, 2009).
Produksi dan produktivitas pisang nasional berdasarkan provinsi selama
tahun 2010-2013 adalah 5,9 juta ton/tahun dan 17,94 ton/ha/tahun (BPS, 2013).
Menurut Sys et al. (1993), tanaman pisang yang diusahakan secara komersial
pada lahan tadah hujan mampu menghasilkan pisang segar sebanyak 30-35
ton/ha/tahun dan pada lahan irigasi sebanyak 40-60 ton/ha/tahun.
Menurut Kuswanto (1990), masyarakat masih memanfaatkan tanaman
pisang sebagai tambahan penghasilan keluarga tanpa perawatan intensif. Hanya
sebagian kecil produksi pisang yang dihasilkan dengan sistem pertanian
komersial. Data FAOSTAT (2016) menunjukkan produksi pisang di Indonesia
masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara lain yang memiliki
wilayah geografis lebih sempit seperti Filipina dan Ekuador. Produksi pisang yang
dihasilkan dengan sistem pertanian komersial pisang harus mempertimbangkan
beberapa hal. Salah satunya adalah kesesuaian lahan.
Kriteria kesesuaian lahan yang telah ada untuk berbagai komoditas
pertanian di Indonesia masih bersifat umum dengan hanya mengacu pada
publikasi dari luar negeri, antara lain FAO (1976) dan Sys et al. (1993). Kriteria
kesesuaian lahan umumnya disusun berdasarkan syarat tumbuh tanaman secara
empiris, tetapi jarang yang didasarkan pada data produksi aktual di lapangan.
Pemilihan lahan untuk mencapai produktivitas optimal akan dapat
dilakukan dengan baik, apabila dilakukan melalui tahap evaluasi lahan dengan
kriteria yang mencerminkan persyaratan tumbuh untuk berproduksinya suatu
tanaman secara optimal. Lahan yang tidak sesuai akan berdampak pada produksi
yang tidak optimal sehingga kurang menguntungkan. Berdasarkan hal tersebut ,
upaya perbaikan lahan diperlukan.
Budidaya pisang berbasis perkebunan yang dikelola secara intensif masih
sedikit di Indonesia. Sebagian besar kebutuhan pisang nasional diperoleh dari
pekarangan dan ladang warga. Budidaya pisang berbasis perkebunan diperlukan
untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pisang nasional. Budidaya pisang
berbasis perkebunan yang dikelola secara intensif selanjutnya akan menghasilkan
pisang dengan mutu tinggi yang dapat mendukung ekspor nasional.
Tujuan
Tujuan umum magang ini adalah mempelajari, menambah pengetahuan
dan pengalaman mengenai aspek teknis dan manajemen perkebunan pisang
Cavendish serta mempelajari dan mengembangkan keterampilan yang didapatkan

2
di lapangan. Tujuan khusus magang mempelajari karakteristik kesesuaian lahan
lokasi magang dan mempelajari produksi pisang Cavendish berdasarkan
kesesuaian lahan dan komponen produksi di lapangan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pisang Cavendish
Jenis pisang Cavendish mempunyai genom A yang tergolong jenis pisang
makan “edible banana”. Jenis ini lazim digolongkan dalam Musa acuminata,
yang di dalamnya terdapat jenis diploid A, triploid A dan tetraploid A. Pisang
olahan “cooking banana” digolongkan dalam jenis M. balbisiana. Golongan
pisang ini yang mempunyai genom A berkombinasi dengan genom B, yang di
dalamnya terdapat jenis diploid AB, triploid B, triploid AAB, triploid ABB dan
tetraploid ABBB. Pisang Cavendish termasuk dalam golongan M. acuminata
dengan genom AAA ( Stover dan Simmonds, 1987 ).
Morfologi Pisang Cavendish
Akar
Akar pisang Cavendish berupa akar serabut. Akar keluar pada bagian
bonggol yang berbatasan dengan batang semu. Akar terdiri atas akar primer, akar
sekunder dan akar tersier. Massa akar terakumulasi pada kedalaman 0-40 cm
sekitar 70%. Produktifitas pisang berkaitan dengan kondisi fisik, biologi dan
kimia tanah sebagai media tumbuh akar dan berkorelasi dengan iklim dan tehnik
budidaya yang diterapkan, kesuburan bagian tanaman di atas tanah mencerminkan
banyak dan sehatnya keadaan akar ( Turner, 2003 ).
Bonggol (Corm)
Bonggol pisang merupakan organ batang yang sesungguhnya dari tanaman
pisang. Bonggol pisang terdiri atas dua bagian yaitu sentral silinder pada bagian
dalam dan korteks merupakan bagian luar yang bersentuhan dengan tanah.
Bonggol pisang terus membesar sesuai dengan pertambahan umur tanaman, pada
tanaman pisang dewasa besar bonggol lebarnya mencapai ± 30 cm ( Stover dan
Simmonds, 1987 ). Bonggol pisang yang terpendam di dalam tanah merupakan
tempat keluarnya akar dan anakan ( Nakasone dan Paull, 1999).
Batang semu (Pseudostem)
Batang pisang yang umum dikenal sebenarnya adalah susunan tangkai
daun atau pelepah yang berpangkal pada bonggol dan berujung sebagai lamina
daun. Susunan pelepah sangat rapi, saling overlap dari bagian dalam sampai
terluar ( Nakasone dan Paull, 1999). Pertambahan tinggi batang sejalan dengan
bertambahnya daun, dan tinggi tanaman maksimum terjadi pada saat tanaman
mengeluarkan jantung pisang. Batang pisang umumnya mampu memikul beban
tandan pisang seberat 50 kg, akan tetapi batang tersebut 95% tersusun dari air,
sehingga dibutuhkan penopangan untuk mencegah roboh akibat hembusan angin
kencang ( Robinson dan Sauco, 2010 ).

3
Daun
Daun pisang diproduksi oleh tanaman mulai dari awal tanam hingga
keluarnya jantung pisang, daun keluar dari bagian sentral meristem bonggol
pisang ( Robinson, 1995 ). Semakin cepat pertumbuhan tanaman, maka akan
semakin cepat pula jumlah daun yang diproduksi. Umur daun berkisar 130-180
hari ( Stover dan Simmonds, 1987 ). Jumlah daun saat keluar jantung antara 10-15
helai. Jumlah daun pada saat keluar jantung berkorelasi positif dengan berat
tandan pada saat dipanen ( Nakasone dan Paull, 1999).
Bunga dan Tandan
Bunga terdiri dari kumpulan dua baris bunga pertama adalah bunga betina
dan disusul bunga jantan. Braktea membuka secara sekuen sekitar satu per hari.
Tangkai bunga terus memanjang sampai 1,5 m. Buah kemungkinan berkembang
dari ovari interior dan eksokarp disusan pada lapisan epidermis dan aerenkim,
dengan daging menjadi mesokarp. Endokarp terdiri atas lapisan hampir rongga
ovarian. Masing-masing node memiliki dua baris pada bunga yang membentuk
tandan pada buah dan secara umum disebut „sisir‟ dengan buah individual yang
disebut finger. Pisang Cavendish mempunyai 16 sisir per tandan dengan 30 finger
persisir dan potensial berat tandan buah hingga 70 kg. Buah matang pada daerah
tropik sekitar 85-110 hari setelah muncul inflorescence (antesis) dan
perkembangan buah pada daerah subtropik dingin atau dibawah kondisi mendung
sekitar 210 hari ( Nakasone dan Paull, 1999 ).
Persyaratan Tumbuh Tanaman Pisang
Tanaman pisang tumbuh dengan baik pada daerah tropik basah dan
beriklim panas (Espino et al., 1999). Menurut Purseglove (1978) udara lembab di
daerah yang terletak antara 30 ºLU dan 30 ºLS merupakan keadaan yang
dibutuhkan pisang untuk tumbuh subur. Meskipun tidak optimal, tanaman pisang
dapat ditanam di daerah subtropik. Tanaman pisang yang ditanam di daerah
subtropik akan mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan. Air merupakan
komponen penting lainnya. Air lebih diperlukan saat fase penanaman dan
pembentukan buah. Kebutuhan air per minggu minimal tanaman pisang adalah 25
mm dengan curah hujan 2.000 – 2.500 mm per tahun. Kebutuhan air tanaman
pisang menurut Robinson (1995) sekitar 3 – 6,3 mm per hari dengan
pertimbangan faktor udara, kelembaban, radiasi matahari dan angin. Akibat
kekurangan air ketika fase pembentukan buah adalah sunburn (Nakasone dan
Paull, 1999). Pengairan tambahan sangat penting dilakukan ketika suplai air tidak
memenuhi. Suhu udara yang baik berkisar 18 – 35 ºC dan optimum pada suhu 25
– 27 ºC (Deptan, 1997).
Akar pisang yang serabut dan cenderung dangkal membuat tanaman
rawan tumbang karena angin. Angin dengan kecepatan 80 km/jam dapat dapat
menumbangkan pohon. Serangan dari nematoda Radopholus similis dan angin
yang kencang akan sangat mudah untuk menumbangkan pohon. Kedalaman akar
paling dalam adalah 0,90 m. Tanaman pisang membutuhkan cahaya matahri yang
cukup. Panjang hari 10 – 14 jam dapat menambah munculnya daun baru sehingga
meningkatkan proses fotosintesis sebagai pendukung produktivitas (Nakasone
dan Paull, 1999). Namun kelebihan cahaya matahari tidak baik, karena akan
menyebabkan sunburn. Naungan untuk tanaman pisang juga tidak baik, tanaman

4
pisang yang mendapat naungan ringan akan lambat dalam pertumbuhan dan
menghasilkan tandan yang kecil (Espino et al., 1999). Cahaya matari penuh dan
cukup adalah yang dibutuhkan tanaman pisang untuk tumbuh dengan optimum.
Drainase dan aerasi tanah untuk tanaman pisang harus baik. Kisaran pH yang
dibutuhkan adalah 5,8 – 6,5 (Espino et al., 1999). Nilai pH tanah yang rendah
dapat meningkatkan serangan penyakit sehingga menyebabkan pertumbuhan
terhambat (Purseglove, 1978).
Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Pisang
Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan berguna untuk menilai atau
memprediksi potensi atau kelas kesesuaian lahan dari suatu lahan tertentu.
Kriteria kesesuaian lahan sebaiknya disusun berdasarkan tujuan evaluasi dan
persyaratan penggunaan lahan dari suatu tipe penggunaan lahan tertentu. Hal
tersebut karena setiap tipe penggunaan lahan memerlukan persyaratan
penggunaan lahan yang berbeda untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara
optimal. Pemilihan kualitas atau karakteristik lahan yang dibutuhkan sangat
ditentukan oleh tujuan evaluasi, relevansi, ketersediaan dan kualitas data yang
tersedia (Ansyori, 2009).
Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang telah
dikemukakan oleh CSR/FAO (1983), Sys et al. (1993), LREP II (1994), dan
Djaenudin et al. (2003). Sys et al. (1993) menyusun kriteria klasifikasi kesesuaian
lahan untuk tanaman pisang menjadi lima kelas dengan menggunakan kerangka
FAO (1976). Kelas kesesuaian lahan tersebut yaitu sangat sesuai (S1), cukup
sesuai (S2), sesuai terbatas (S3), tidak sesuai saat ini (N1) dan tidak sesuai (N2).
Penilaian dilakukan dengan cara: metode pembatas sederhana; metode pembatas
dengan memperhatikan jumlah dan intensitas pembatas; dan metode parametrik.
Parameter yang digunakan pada kriteria ini adalah karakteristik iklim dan tanah
yang meliputi: topografi, kelembaban, sifat fisik tanah, kesuburan tanah, salinitas
dan alkalinitas tanah
Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan LREP II (1994) merupakan hasil
modifikasi kriteria kesesuaian lahan CSR/FAO (1983) dan Sys et al. (1993).
Persyaratan penggunaan lahan dalam kriteria LREP II ini telah memperhatikan
persyaratan tumbuh tanaman, persyaratan pengelolaan, dan konservasi lahan.
Kriteria ini juga telah memasukkan ketersediaan hara dalam parameternya.
Djaenudin et al. (2003) telah menetapkan dan menyusun kriteria
kesesuaian lahan untuk tanaman pisang berdasarkan kualitas/karakteristik lahan
yang dianggap relevan dengan kondisi wilayah di Indonesia untuk skala semi detil
(skala peta 1: 50.000). Kriteria kesesuaian lahan tersebut terbagi menjadi empat
kelas kesesuaian lahan, serta terdiri dari 11 macam kualitas lahan dan 24
karakteristik lahan. Kriteria tersebut memasukkan ketinggian tempat sebagai
penentu kelas kesesuaian lahannya, tetapi tidak memasukkan parameter
ketersediaan hara.
Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial
Klasifikasi kesesuaian lahan dapat dibedakan atas klasifikasi kesesuaian
aktual atau kesesuaian lahan saat ini (current suitability) dan klasifikasi
kesesuaian lahan potensial (potential suitability). Klasifikasi kesesuaian lahan

5
aktual adalah kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan data yang ada,
belum mempertimbangkan asumsiasumsi atau usaha perbaikan dan tingkat
pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor pembatas. Faktor
pembatas dapat bersifat permanen atau sementara. Faktor pembatas yang bersifat
permanen tidak ekonomis jika dilakukan perbaikan seperti tekstur tanah,
kedalaman efektif tanah, dan komponen-komponen iklim. Faktor pembatas yang
bersifat sementara memungkinkan dan ekonomis diperbaiki dengan memberikan
masukan seperti kesuburan tanah dan pembuatan teras untuk lahan yang
berlereng. Klasifikasi kesesuaian lahan potensial adalah klasifikasi kesesuaian
lahan yang menyatakan keadaan kesesuaian lahan yang akan dicapai setelah
usahausaha perbaikan dilakukan. Usaha perbaikan yang dilakukan harus sejalan
dengan tingkat penilaian kesesuaian lahan yang akan dilaksanakan. Kesesuaian
lahan potensial merupakan kondisi yang diharapkan sesudah diberi masukan
sesuai dengan tingkat pengelolaan yang akan diterapkan, sehingga dapat diduga
produktivitas dari suatu lahan serta produksi per satuan luasnya (FAO, 1976).
Usaha perbaikan yang dapat dilakukan harus mengacu pada karakteristik
lahan yang tergabung dalam masing-masing kualitas lahan. Karakteristik lahan
dapat dibedakan atas karakteristik lahan yang dapat diperbaiki dan tidak dapat
diperbaiki. Karakteritik lahan yang dapat diperbaiki sangat bervariasi dalam hal
masukan, tergantung pada tingkat pengelolaan yang akan diterapkan. Kelas
kesesuaian lahan mempunyai faktor pembatas dapat diperbaiki, setelah diberikan
perbaikan akan meningkat kelas kesesuaian lahannya, sesuai dengan tingkat
asumsi perbaikan yang digunakan. Sebaliknya kelas kesesuaian lahan dengan
faktor pembatas permanen tidak berubah kelas kesesuaian lahannya ( FAO, 1976).
Kesuburan Tanah
Menurut Nakasone dan Paull (1999), tanaman pisang akan tumbuh baik
pada tanah yang subur dan gembur, dengan kandungan bahan organik tinggi (3%),
kelembaban tanah yang cukup (60-70%), dan pada tanah bertekstur pasir sampai
tanah bertekstur liat. Selain itu tanaman pisang memerlukan unsur hara dalam
jumlah yang tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Setiap kultivar
memerlukan dosis pupuk yang berbeda karena perbedaan karakteristik dan hasil
produksi sebagai contoh kultivar Cavendish memerlukan 189 N kg/ha, 29 P kg/ha,
778 K kg/ha, dan 101 Ca kg/ha. Selanjutnya dikatakan iklim berpengaruh
terhadap pemupukan, di daerah subtropik pupuk diperlukan dalam jumlah yang
lebih besar, karena sangat dipengaruhi oleh suhu udara. Keterlambatan pemberian
pupuk akan mengurangi produksi sebesar 40-50%.
Menurut Espino et al. (1999) hara yang diserap untuk memproduksi 30
ton/ha/tahun buah pisang dari tanah sebesar 50 kg N, 15 kg P2O5, 175 kg K2O,
serta 10 kg CaO dan 25 kg MgO. Sementara itu Lahav (1995) menyatakan bahwa
untuk menghasilkan 50 ton/ha/tahun buah pisang segar, diperlukan hara N
sebanyak 388 kg/ha, P 52 kg/ha, K 1.438 kg/ha, Ca 227 kg/ha, Mg 125 kg/ha, S
73 kg/ha, Cl 525 kg/ha, Na 10,6 kg/ha, dan hara mikro 26,94 kg/ha.
Hara mempunyai peran penting karena tanaman pisang memerlukan hara
yang banyak untuk pertumbuhan dan produksi buah. Kehilangan hara (kg/ha per
siklus pertumbuhan) untuk produksi tinggi (25 ton/ha) yaitu: 17 - 28 N, 6 - 7

6
P 2O5, dan 56 - 78 K2O. Kalium merupakan unsur penting dalam tanaman pisang.
Pupuk yang dibutuhkan untuk memproduksi 30 ton/ha per siklus pertumbuhan
adalah N 50 - 90 kg/ha, P2O5 60 -100 kg/ha, dan K2O 150 - 250 kg/ha. Dengan
perbandingan CaO/MgO/K2O sebesar 10/5/0,5. (Sys et al., 1993).
Menurut Nakasone dan Paull (1999), setiap kultivar memerlukan dosis
pupuk yang berbeda karena perbedaan karakteristik dan hasil produksi, sebagai
contoh kultivar Cavendish memerlukan 189 N kg/ha, 29 P kg/ha, 778 K kg/ha,
dan 101 Ca kg/ha. Iklim berpengaruh terhadap pemupukan, di daerah subtropik
pupuk diperlukan dalam jumlah yang lebih besar, karena sangat dipengaruhi oleh
suhu udara. Keterlambatan pemberian pupuk akan mengurangi produksi sebesar
40-50%.
METODE
Tempat dan Waktu Magang
Kegiatan magang dilaksanakan di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan, Kebun
Cibungur, PT Perkebunan Nusantara VIII, Sukabumi, Jawa Barat. Kegiatan
magang dilakukan selama empat bulan, yakni mulai dari tanggal 01 Maret sampai
30 Juni 2015.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis dibagi 2 aspek, yaitu aspek
teknis selama menjadi karyawan harian lepas (KHL) dan aspek manajerial selama
menjadi pendamping mandor dan pendamping asiten afdeling. Kegiatan menjadi
KHL dilaksanakan selama 1 bulan, setelah itu dilanjutkan dengan menjadi
pendamping mandor selama 1 bulan dan pendamping kepala afdeling selama 2
bulan (Lampiran 1-3).
Pengumpulan Data dan Informasi
Data yang diperoleh dalam kegiatan magang adalah data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data dilakukan ketika penulis melakukan kegiatan
sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor dan pendamping
kepala afdeling. Data primer merupakan data yang diperoleh oleh penulis di
lapangan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara serta diskusi
langsung dengan karyawan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
arsip perusahaan.
Data sekunder meliputi data karakteristik lahan yang dinilai dari literatur
yaitu: CSR/FAO (1983), Sys et al. (1993), LREP II (1994) dan Djaenudin et al.
(2003) (Lampiran 4 – 7); data produksi kebun; data data areal dan tata guna lahan;
struktur organisasi dan ketenagakerjaan; sejarah kebun dan peta kebun.
Data primer yang dikumpulkan meliputi data prestasi kerja penulis selama
menjadi KHL, data prestasi kerja karyawan selama penulis menjadi KHL, data
komponen produksi. Untuk mendapatkan data komponen produksi penulis
memilih 3 blok contoh dalam lokasi magang yang selanjutnya dinamakan dengan

7
blok „A‟, „B‟ dan „C‟. Ketiga blok dipilih karena adanya perbedaan informasi dari
hasil wawancara dengan karyawan setempat (Tabel 1).
Tabel 1. Data informasi blok pengamatan
Informasi
Tahun tanam
Jarak ke packing house
Kondisi jalan menuju blok
Jangkauan sumber air
Intensitas gulma
Tanaman sebelumnya
Luas (ha)
Jumlah karyawab (orang)
Kemiringan (%)
Sumber : wawancara penulis (2015)

Blok A
November 2013
Cukup dekat
Baik
Cukup jauh
Sedang-tinggi
Singkong
20
13
42

Blok B
Desember 2013
Jauh
Baik
Cukup jauh
Sedang-tinggi
Singkong
20
13
37

Blok C
Oktober 2013
Dekat
Buruk
Dekat
Sedang
Karet
22.89
15
40

Tanaman yang diamati adalah tanaman dengan umur 8 minggu setelah
shooting (keluarnya jantung dari pohon). Tanaman contoh yang diamati
berjumlah 16 setiap blok. Sehingga jumlah tanaman yang diamati sebanyak 48
tanaman. Dalam pengamatan komponen produksi, peubah yang diamati adalah :
1. Bobot per Tandan
Pengamatan dilakukan dengan melakukan penimbangan pada tandan-tandan
yang baru dipanen menggunakan timbangan mekanik kapasitas 25 kg.
Tandan yang ditimbang masih utuh bersama buah yang yang tidak layak
masuk grade namun masih melekat pada tandan. Setelah itu memposisikan
tandan untuk pengamatan peubah selanjutnya.
2. Bobot per Tandan Bermutu
Pengamatan bobot tandan bermutu dilakukan dengan menimbang bobot sisirsisir buah yang layak masuk dalam bak grading. Untuk mendapatkan data
peubah pengamatan ini penulis mengamati proses penyisiran. Buah yang
layak masuk dalam bak grading dari tempat penyisiran diantaranya buah
yang berkulit mulus atau berkulit tidak mulus dengan cacat kurang dari 50%
kecuali cacat karena lecet.
3. Jumlah Sisir per Tandan
Jumlah sisir per tandan penulis dapatkan dari pengamatan terhadap kegiatan
penyisiran. Penulis menghitung berapa jumlah sisir yang terdapat dalam
tandan sebelum proses penyisiran.
4. Jumlah Sisir Bermutu
Pengamatan jumlah sisir bermutu dilakukan setelah proses pada bak grading.
Karyawan yang bertugas dalam bak grading bertugas meneliti kembali buah
yang layak menuju bak sortasi. Hal yang diteliti dalam bak grading adalah
diameter buah dan panjang buah. Karyawan di bak grading juga bertugas
untuk menentukan buah akan dijadikan dalam bentuk sisir (hand), setengah
sisir (cluster), dan jari ( 1- 3 buah ). Penulis meminta izin untuk membiarkan
buah dalam bentuk sisir dan hanya melakukan penghilangan pada jari-jari
yang tidak layak produksi.
5. Jumlah Buah per Sisir
Pengamatan jumlah buah per sisir dilakukan di bak sortasi. Karyawan dalam
bak sortasi mencuci buah dari sisa-sisa kotoran yang masih menempel pada

8

6.

buah dan mengelompokkan buah-buah sesuai grade yang telah dibuat oleh
karyawan di bak grading. Karyawan dalam bak sortasi juga meneliti kembali
apakah ada buah yang tidak layak produksi.
Bobot Buah per Sisir
Pengamatan dilakukan dengan menimbang bobot masing-masing sisir yang
diperoleh. Penimbangan dilakukan dengan timbangan analog kapasitas 100
kg.
Analisis Data dan Informasi

Data kesesuaian lahan dianalisis dengan analisis deskriptif. Data prestasi
kerja dan data produksi diolah menggunakan perhitungan sederhana rata-rata dan
persentase. Pengamatan komponen produksi pada masing-masing tanaman contoh
di 3 blok dianalisis menggunakan analisis nonparametrik Kruskal-Wallis dengan
uji lanjut Dunn‟s taraf 5 % menggunakan software XLSTAT 2014.5.03 untuk
melihat perbedaan hasil produksi pada ketiga blok pengamatan.
KEADAAN UMUM
Sejarah Singkat
Status Kebun Cibungur pada masa Kolonial Belanda adalah perusahaan
swasta dengan nama NV. Cultur MIJ Cibungur dan NC.Cultur MIJ Mandaling.
Kemudian perkebunan dinasionalkan oleh Pemerintahan Republik Indonesia
berdasarkan UU nomor 86 tahun 1958 dengan status perkebunan negara.
Selanjutnya berdasarkan PP nomor 34 tahun 1971 perkebunan berganti status
menjadi PT. Persero. Hingga akhirnya Kebun Cibungur menjadi salah satu anak
perusahaan dari gabungan PTP XI, PTP XII dan PTP XIII yang melebur menjadi
PT. Perkebunan Nusantara VIII pada wilayah Sukabumi, Jawa Barat. Kantor
pusat PT. Perkebunan Nusantara VIII bertempat di Jalan Sindangsirna No 4
Bandung.
Letak Geografi dan Administratif
Kebun Cibungur merupakan salah satu kebun milik PTPN VIII yang
berada di Desa Ubrug, Kecamatan Warung Kiara, Kabupaten Sukabumi, Provinsi
Jawa Barat. Terletak sekitar 28 km sebelah barat daya Kota Sukabumi dengan
jarak tempuh ± 1 jam.
Pusat Kebun Cibungur yang terletak di Desa Ubrug dibatasi oleh
beberapa desa lainnya. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Damarraja, sebelah
timur berbatasan dengan Desa Cikembar, sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Sukaharja dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Giriharja.
Afdeling 5 dan 6 Panarewuan terletak ± 70 km dari pusat kebun dengan
waktu tempuh ± 2 jam dengan kendaraan bermotor. Afdeling tempat penulis
melakukan magang terletak di Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Jampang
Tengah, Kabupaten Sukabumi. Luas Desa Bojong Jengkol adalah 3.938,55 ha.
Secara geografis kondisi wilayahnya adalah daerah pertanian, perkebunan dan

9
kehutanan. Secara administratif berbatasan dengan Desa Sukamaju, Kecamatan
Cikembar. Berbatasan langsung dengan Desa Bantar Panjang, Kecamatan Bantar
Tengah di sebelah selatan. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bantar Kalong,
Kecamatan Warung Kiara dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Cijulang,
Kecamatan Jampang Tengah.
Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim
Wilayah Kebun Cibungur terletak pada ketinggian 100 m dpl untuk titik
ketinggian terendah dan 600 m dpl untuk titik ketinggian tertinggi. Keadaan
topografi di lokasi magang bergelombang dan berbukit. Suhu rata-rata tahunan
sebesar 29 ºC. Rata-rata curah hujan 3.199 mm/tahun. Berdasarkan klasifikasi
Schmidth – Ferguson, tipe iklim di Kebun Cibungur tergolong dalam kategori
iklim basah (B) dengan 1,72 bulan kering (Lampiran 8).
Secara umum jenis tanah di perkebunan Cibungur adalah latosol coklat tua
kemerahan .Kelas drainase tanah agak cepat. Tekstur tanah permukaan liat sampai
liat berpasir. Kedalaman efektif tanah 100 cm. Derajat keasaman tanah (pH) tanah
sebesar 5,83. KTK tanah sebesar 40,22 cmol(+)/kg. Kandungan N total
permukaan sebesar 0,03 %, kandungan P2O5 sebesar 1,56 ppm dan kandungan K
sebesar 0,33 cmol(+)/kg.
Tata Guna Lahan
Kebun Cibungur dibagi menjadi 6 afdeling yang terdiri atas Afdeling 1
Ciawitali, Afdeling 2 Cilandak, Afdeling 3 Mandaling, Afdeling 4 Artana. Luas
areal HGU (Hak Guna Usaha) yang dikelola seluas 5.889,98 ha yang dapat dilihat
di Lampiran 5. Areal cadangan tanaman kayu 1.872,19 ha dan tanaman
hortikultura seluas 152,88 ha.
Luas total areal yang ditanami pisang adalah 330,34 ha. Total areal pisang
terdiri atas 176,12 areal pisang Cavendish;101,50 ha pisang Emas Kirana; 46,30
ha pisang Barangan dan 5,83 ha pisang Raja Sereh.
Total areal Afdeling 5 dan 6 Panarewuan adalah 162,15 ha yang 158,9 ha
diantaranya ditanami pisang Cavendish sejumlah 317.800 pohon dan 3,25 ha
ditanami pisang Barangan sejumlah 6.500 pohon. Bulan tanam pisang Cavendish
antara lain, September tahun 2013, Oktober 2013, November 2013, Desember
2013, Januari 2014 dan Desember 2015.
Keadaan Pertanaman dan Produksi
Pisang termasuk jenis tanaman baru yang diusahakan oleh PTPN VIII.
Jenis pisang yang dibudidayakan meliputi Cavendish, Barangan, Mas Kirana dan
Raja Sereh. Bahan tanam yang digunakan untuk pisang Cavendish adalah kultur
jaringan, bonggol dan anakan. Bahan tanam yang digunakan untuk jenis pisang
lainnya hanya kultur jaringan. Jarak tanam Pisang Cavendish monocrop
(Cavendish, Barangan dan Raja Sereh) yang digunakan adalah 2 m x 2,5 m
dengan populasi perhektar sebanyak 2.000 pohon. Sedangkan untuk sistem
intercrop (emas kirana) , populasi sebanyak 550 pohon perhektar. Dari populasi
tersebut kemudian dibentuk rumpun dengan memelihara dua anakan yang masingmasing berbeda umur sekitar 4 bulan.

10
Bulan tanam pisang Cavendish di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan :
September tahun 2013, Oktober 2013, November 2013, Desember 2013, Januari
2014 dan Desember 2015. Produksi pada panen tahun pertama di Afdeling 5 dan 6
Panarewuan pada bulan Desember 2014 adalah produksi bobot per tandan terbaik.
Produksi tertinggi adalah tanaman yang ditanam pada Oktober dan November
2013. Bobot per tandan masing-masing adalah 14 kg dan 15 kg dengan
produktivitas 28 ton/ha/tahun dan 30 ton/ha/tahun. Rata-rata produktivitas panen
pertama di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan sebesar 27 ton/ha/tahun dengan kisaran
bobot per tandan sebesar 13.5 kg/tandan. Produksi tahun pertama Afdeling 5 dan
6 Panarewuan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi tahun pertama pisang Cavendish di Afdeling 5 dan 6
Panarewuan
Waktu Tanam

September 2013
Oktober 2013
November 2013
Desember 2013
Rata-rata

Luas
Areal
(ha)
9,50
28,15
29,00
37,50
26,04

Produksi
Bobot
Jumlah
(kg)
(tandan)
99.616
7.566
163.993 11.572
164.418 10.848
97.176
7.854
131.301
9.460

Bobot per
Tandan
(kg)
13
14
15
12
13,5

Produktivitas
(ton/ha/tahun)
26
28
30
24
27

Sumber : Data PTPN VIII (2015)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Struktur organisasi di Kebun Cibungur dipimpin oleh seorang administratur
kebun. Administratur memiliki wewenang terhadap kepala tanaman, kepala
administrasi, kepala teknik dan pengolahan dan kepala afdeling. Administratur
diangkat melalui rapat direksi dan bertanggung jawab kepada direksi.
Tenaga kerja Kebun Cibungur terdiri atas staf, non staf , karyawan harian
lepas (KHL). Karyawan staf di tingkat afdeling meliputi kepala afdeling dan
mandor besar. Karyawan non staf meliputi juru tulis afdeling dan para mandor.
Penghargaan bagi hasil kerja karyawan staf dan non staf berbeda. Karyawan staf
dihargai dengan gaji dan non staf dengan upah. Sistem upah karyawan harian
lepas di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan berdasarkan kehadiran dan diberikan sehari
setelah tanggal gajian para karyawan staf. Upah karyawan harian lepas dihargai
Rp35.000,00 / HOK. Seorang asisten afdeling memiliki tanggung jawab dalam
melakukan pengelolaan kebun di afdelingnya agar memperoleh hasil dengan
standar yang telah ditetapkan perusahaan. Dalam menjalankan tugas seorang
kepala afdeling dibantu oleh mandor besar untuk melaksanakan tugas di lapangan
dan dibantu seorang juru tulis afdeling untuk melaksanakan tugas administrasi.
Seorang mandor besar di lapangan memimpin mandor blok, mandor suntik,
mandor pengendalian hama penyakit dan mandor panen. Seorang mandor blok
memimpin 13-15 orang karyawan. Mandor suntik memimpin 7 orang karyawan
suntik dan 7 orang karyawan pembrongsongan. Mandor pengendalian hama
penyakit memimpin 3 orang karyawan. Mandor panen memimpin 7 orang
karyawan panen dan seorang sopir. Jumlah karyawan di Afdeling 5 sebanyak 122
orang dan 129 orang di Afdeling 6. Total karyawan Afdeling 5 dan Panarewuan

11
sebanyak 251 orang (Lampiran 10) . Struktur organisasi di Afdeling 5 dan 6
Panarewuan dapat dilihat pada Lampiran 11.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pengendalian gulma secara manual
Pengendalian gulma secara manual sering dilakukan pada pertanaman
pisang TBM dan dikerjakan oleh karyawan blok di bawah pengawasan mandor
blok. Alat yang digunakan adalah kored. Alat perlindungan diri adalah sepatu
boot. Pekerjaan dilakukan pada pukul 07.00 – 11.00. Pekerjaan ini lebih
dikhususkan pada areal TBM yang memiliki intensitas gulma tinggi. Prosedur
pekerjaan adalah membersihkan area 30 cm di sekitar pokok tanaman. Berikut
pekerjaan pengendalian gulma secara manual disajikan pada Gambar 1.

a

b

a. Gulma menutup tanaman pisang
b. Kegiatan penyiangan gulma manual
Gambar 1. Pengendalian gulma secara manual
Norma kerja pekerjaan pengendalian gulma manual adalah 0,05 ha/HOK.
Jumlah karyawan dalam pekerjaan adalah 13 orang. Maka areal yang diselesaikan
setiap hari adalah 0,65 ha. Penulis mengikuti pekerjaan pengendalian gulma
manual selama 5 hari. Rata-rata prestasi kerja penulis adalah 0,04 ha/HOK. Ratarata prestasi kerja karyawan sebesar 0,06 ha/HOK, di atas standar yang ditetapkan
perusahaan adalah 0,05 ha. Prestasi penulis masih di bawah prestasi kerja standar
perusahaan maupun karyawan.
Pengendalian gulma secara kimiawi
Siklus pengendalian gulma secara kimiawi adalah 1 kali per bulan setiap
plot. Pekerjaan dilakukan pada areal TBM maupun TM oleh 3 orang karyawan
semprot di bawah pengawasan mandor blok. Bahan kimia yang digunakan adalah
herbisida sistemik dengan bahan aktif isopropilamina glifosat 615 g/l atau setara
dengan glifosat 456 g . Konsentrasi larutan sebesar 7,5 ml/l. Volume semprot
sebesar 200 liter/ha. Sehingga dosis yang digunkana adalah 1,5 liter/ha. Alat yang

12
digunakan adalah knapsack sprayer kapasitas 15 liter, drum, ember dan gelas
ukur. Alat perlindungan diri adalah sepatu boot dan masker. Pekerjaan dimulai
pukul 07.00 – 12.00. Tahapan pekerjaan dimulai dengan membuat larutan dengan
dosis yang telah ditetapkan, kemudian memasukkan larutan ke knapsack sprayer
dan aplikasi di lapangan. Berikut pengendalian gulma secara kimiawi disajikan
pada Gambar 2.

a

b

a. Persiapan larutan
b. Pengaplikasian
Gambar 2. Pengendalian gulma secara kimiawi
Penulis mengikuti pekerjaan ini selama 2 hari. Rata-rata prestasi kerja
penulis adalah 0,08 ha/HOK. Standar prestasi kerja pengendalian gulma kimiawi
adalah 1 ha/HOK. Prestasi kerja karyawan sebesar 0,33 ha/HOK. Prestasi kerja
panulis maupun karyawan masih di bawah standar prestasi kerja. Kendala dari
pekerjaan ini adalah sumber air yang jauh dari lokasi sehingga memakan banyak
waktu hanya untuk mengambil air.
Pemupukan
Pemupukan di kebun ini terdapat 2 jenis yaitu pemupukan anorganik dan
organik. Pemupukan organik dilakukan pada awal penanaman. Pupuk organik
yang digunakan adalah pupuk kandang kompos sapi dengan dosis 15 kg/lubang
tanam. Pupuk anorganik yang digunakan adalah NPK 16-16-16 , 12-6-16 dan 126-18 sesuai dengan umur tanaman. Alat yang digunakan adalah ember dan alat
penakar (bekas gelas air mineral). Alat perlindungan diri yang digunakan adalah
sepatu boot. Pekerjaan dilakukan dari pukul 07.00 – 11.00 dan dilakukan oleh
karyawan blok sebanyak 13 orang terdiri atas 10 orang penebar dan 3 orang
pengecer. Norma kerja pada pekerjaan pemupukan adalah 0,4 ha/HOK. Khusus
pekerjaan pemupukan anorganik, selain mandor blok, mandor besar dan sinder
juga ikut mengawasi. Hal ini karena banyak karyawan terdahulu yang
menyalahgunakan penggunaan pupuk. Pemupukan anorganik dilakukan sebanyak
6 kali selama satu siklus tumbuh. Kebutuhan pupuk tanaman pisang Cavendish
selama satu siklus tumbuh disajikan pada Tabel 3.

13
Tabel 3. Dosis pupuk per satu siklus tanaman
Umur
Organik
15
-

0 BST
1 BST
2 BST
4 BST
6 BST
8 BST
10 BST

Pupuk (kg/tanaman)
NPK 16-16-16 NPK 12-6-16
0,1
0,1
0,15
0,15
-

NPK 12-6-18
0,2
0,2

Sumber : Data PTPN VIII (2015)

Tahapan pertama dalam pemupukan anorganik adalah menyiapkan pupuk
dan membagi kepada para karyawan dengan menggunakan ember. Tahap
selanjutnya adalah menebar pupuk sesuai dosis pada jarak 20 cm dari pohon.
Kemudian pupuk ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan dilakukan sebelum
pukul 11.00. Tujuan dilakukan pemupukan sebelum pukul 11.00 untuk
mengurangi penguapan pupuk oleh terik matahari. Berikut tahapan pemupukan
disajikan pada Gambar 3.

a

c
a. Persiapan
b. Takaran pemupukan

b

d
c. Penyebaran pupuk
d. Penutupan dengan tanah

Gambar 3. Pemupukan
Kendala umum dari jenis kegiatan ini adalah kurangnya pengawasan.
Karyawan banyak melakukan prosedur yang kurang bila lepas dari pengawasan
mandornya karena kelelahan. Saran teknis yang mungkin adalah dengan

14
mengawali pekerjaan dari dalam kebun mengarah ke luar kebun. Sehingga
pekerjaan karayawan mudah diawasi oleh mandornya.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit di lokasi magang disebut dengan istilah
Spray daun adalah jenis pekerjaan yang dilakukan dengan cara menyemprot
daun menggunakan alat power sprayer untuk mencegah dan mengendalikan
penyakit dan hama pada tanaman. Penyakit yang sering terjadi di lokasi adalah
sigatoka yang disebabkan oleh cendawan Mycosphaerella musicola. Oleh sebab
itu, spray daun lebih sering digunakan untuk aplikasi fungisida. Siklus spray daun
adalah 2 kali dalam satu bulan pada tanaman 1 BST, 2 BST, 3 BST dan 4 BST.
Setelah itu aplikasi spray daun sesuai kondisi di lapangan. Pekerjaan ini
dilakukan oleh karyawan di bawah pengawasan mandor pengendalian hama
penyakit. Perlengkapan pelindung diri karyawan adalah sepatu boot, masker dan
sarung tangan karet. Alat yang digunakan yaitu power sprayer kapasitas 20 liter,
drum kapasitas 200 liter, gelas ukur, ember dan kayu pengaduk. Fungisida yang
digunakan berbahan aktif difenoconazole 250 g/l. Dosis yang digunakan 1 ml/l.
Standar prestasi kerja karyawan adalah 0,33ha/HOK. Prestasi kerja karyawan di
lapangan sudah memenuhi prestasi kerja karyawan. Berikut tahapan dalam
pekerjaan spray daun ditampilkan pada Gambar 4.

a

b

c

d

a. Penentuan dosis
b. Pengadukan larutan

c. Aplikasi
d. Daun yang disemprot

Gambar 4. Pengendalian hama dan penyakit
Penjarangan Anakan
Penjarangan anakan adalah salah satu pekerjaan mengambil anakan yang
tidak diinginkan dalam rumpun dengan maksud mengoptimalkan produksi.
Tanaman yang dipelihara dalam satu rumpun berjumlah 3 tanaman yang terdiri
atas 1 pohon induk dan 2 anakan. Jarak umur masing-masing tanaman dalam satu
rumpun adalah 4 bulan. Pekerjaan dilakukan oleh karyawan blok di bawah

15
pengawasan mandor blok dan dimulai pukul 07.00 – 12.00. Alat yang digunakan
adalah sabit atau golok. Alat perlindungan diri yang digunakan adalah sepatu
boot. Berdasarkan prosedur, penjarangan anakan dilakukan setiap 4 bulan sekali
pada setiap rumpun. Tahapan pertama dalam penjarangan anakan adalah
menentukan anakan yang akan dibuang. Kemudian potong anakan sebatas
permukaan tanah. Anakan yang dibuang adalah anakan air yang memiliki ciri
daun lebar dan batang kerdil. Anakan yang dipelihara adalah anakan pedang yang
memiliki bentuk daun runcing dan mengerucut. Pemilihan juga memperhatikan
jumlah tanaman dalam satu rumpun. Berikut pekerjaan penjarangan anakan
disajikan pada Gambar 5.

a

b

a. Anakan air
b. Anakan pedang

c

c. Rumpun sesuai standar

Gambar 5. Penjarangan anakan
Penulis mengikuti pekerjaan penjarangan anakan selama 3 hari. Rata-rata
prestasi kerja penulis adalah 410 anakan/HOK. Rata-rata prestasi kerja karyawan
adalah 517 anakan/HOK. Standar prestasi kerja adalah 600 anakan/HOK. Prestasi
kerja penulis maupun karyawan masih di bawah standar perusahaan.
Pemangkasan daun
Pemangkasan dilakukan 2 minggu sekali. Pemangkasan daun dilakukan
untuk menghilangkan daun tua dan kering. Pemangkasan daun juga dapat
dilakukan pada daun yang terkena serangan penyakit yang disebabkan oleh
cendawan atau bakteri yang sifatnya menular. Pemangkasan daun merupakan
salah satu upaya menjaga kondisi kebun agar tetap bersih dan sehat untuk
mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Pemangkasan daun dikerjakan
oleh karyawan blok di bawah pengawasan mandor blok. Pekerjaan dimulai pukul
07.00 – 12.00. Alat yang digunakan sabit atau sabit yang telah disambung dengan
bambu. Alat perlindungan diri yang digunakan sepatu boot .Tindakan
pemangkasan dilakukan sesuai dengan keadaan daun yang kering secara penuh
(deleafing) maupun sebagian (trimming). Pekerjaan pemangkasan daun
ditampilkan pada Gambar 6.

16

b

a

a. Pemangkasan penuh
b. Pemangkasan sebagian
Gambar 6. Pemangkasan daun
Penulis mengikuti pekerjaan pemangkasan daun selama 3 hari. Rata-rata
prestasi kerja penulis adalah 0,30 ha/HOK, masih di bawah rata-rata prestasi kerja
karyawan sebesar 0,40 ha/HOK. Standar kerja perusahaan adalah 0,5 ha/HOK.
Prestasi kerja penulis masih di bawah standar kerja perusahaan. Prestasi kerja
karyawan sudah melampaui standar prestasi kerja perusahaan.
Pemasangan Penyangga
Pohon pisang yang telah berbuah tekadang condong karena menahan
beban tandan pisang yang semakin berat. Beban berat pada pohon dan hembusan
angin yang kencang sering mengakibatkan kerobohan Untuk mengantisipasi
pohon agar tidak roboh maka perlu dilakukan pemasangan penyangga. Pekerjaan
ditujukan untuk memperkuat pohon pisang. Prosedur pekerjaan diutamakan pada
pohon yang memiliki tandan besar. Alat perlindungan diri pekerja berupa sepatu
boot . Pekerjaan dimulai pada pukul 07.00 – 12.00 oleh karyawan blok di bawah
pengawasan mandor blok. berikut adalah tahapan pada pemasangan penyangga
disajikan pada Gambar 7.

a

b

a. Bambu penyangga
b. Pemasangan penyangga

c

c. Pengikatan

Gambar 7. Pemasangan penyangga
Selama menjadi karyawan harian lepas penulis melakukan kegiatan
pemasangan penyangga selama 2 hari. Rata-rata prestasi kerja penulis sebesar 32
batang /HOK, karyawan 53 batang /HOK dengan standar perusahaan sebesar 100
batang/HOK. Rendahnya prestasi kerja penulis dibandingkan prestasi kerja
karyawan karena kurangnya pengalaman. Rendahnya prestasi kerja karyawan

17
dibandingkan standar kerja perusahaan karena ketersedian bambu yang tidak
selalu ada.
Penyuntikan Tandan Bunga (Bud Injection)
Penyuntikan tandan bunga (bud injection) atau dalam bahasa setempat
disebut suntik ontong merupakan hal yang penting untuk menjaga kualitas buah.
Menurut pengalaman di lapangan, tandan bunga yang tidak mendapatkan
suntikan menghasilkan tandan buah dengan kualitas yang tidak maksimal.
Dampak umum jika tandan bunga tidak disuntik adalah munculnya „kudis‟ pada
permukaan kulit buah ( banana scab moth).
Alat suntik tandan bunga berupa alat suntik khusus yang terdiri atas jarum
suntik khusus, hand sprayer, selang plastik transparan dan sebilah bambu ringan.
(Gambar 8a – 8d). Prosedur suntik tandan bunga berlaku pada pohon yang sudah
muncul tandan bunga pada ujung pohon, menancapkan jarum pada 1/4 bagian
tandan bunga. Hand sprayer dipompa , klep penutup dibuka. Larutan suntik naik
melalui selang menuju ujung jarum suntik yang menancap pada tandan bunga.
Indikasi larutan sudah cukup bagi tandan bunga yang disuntik adalah keluarnya
larutan suntik dari bekas suntikan. Rata – rata dosis suntik untuk setiap tandan
bunga adalah 125 – 150 ml larutan suntik. Larutan suntik yang diaplikasikan
adalah insektisida sistemik dengan bahan aktif abamectin 18 g/l dengan
konsentrasi larutan 1 ml/l.
Penandaan pita untuk suntik berdasarkan kalender pita yang telah
ditetapkan PTPN VIII. Warna pita dicantumkan pada kalender tahunan
menggunakan warna secara berurutan sehingga membentuk pola sebagai berikut :
putih, merah, kuning, hijau, hitam, biru kembali ke putih dan seterusnya
(Lampiran 12). Misalkan pada tanggal 1 Maret 2015 (merah) maka warna pita
yang digunakan sebagai tanda suntik pada hari itu adalah merah. Kebijakan
kalender pita ditetapkan untuk memeudahkan kegiatan suntik tandan bunga,
pembrongsongan juga panen. Kalender pita mulai diterapkan pada tahun 2014.
Jumlah karyawan suntik sebanyak 7 orang yang dipimpin oleh seorang
mandor suntik per afdeling. Pekerjaan mulai pukul 07.00 – 15.00. Penulis
mengikuti pekerjaan suntik tandan bunga selama 3 hari selama sebagai karyawan
harian lepas (KHL). Rata-rata prestasi kerja penulis sebesar 47 pohon/HOK. Ratarata prestasi karyawan sebesar 83 pohon/HOK . Standar perusahaan sebesar 100
pohon/HOK. Prestasi penulis maupun karyawan masih di bawah standar yang
ditetapkan perusahaan.

18

a

b

c

d

e

f

g
a.
b.
c.
d.

Jarum suntik
Hand sprayer
Selang plastik
Penggunaan alat suntik

e. Tandan bunga yang siap disuntik
f. Penyuntikan tandan bunga
g. Tanda pita pada pohon setelah penyuntikan

Gambar 8. Penyuntikan tandan bunga
Pekerjaan suntik tandan bunga telah memiliki standar perusahaan. Standar
suntik 100 pohon/HOK , karyawan sebanyak 14 orang , hari kerja ada 26
hari/bulan. Maka perolehan suntik tandan bunga standar per bulan adalah 18,2 ha
atau jika dal