Optimalisasi produksi karet olahan di PTPN VIII Kebun Jalupang Subang

OPTIMALISASI PRODUKSI KARET OLAHAN
DI PTPN VIII KEBUN JALUPANG SUBANG

MUHAMAD SETA BAGJA FARDHAKA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul
“Optimalisasi Produksi Karet Olahan: Studi Kasus PTPN VII Kebun Jalupang,
Subang” adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis ini telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014

M. Seta Bagja Fardhaka
H34104098

ABSTRAK
MUHAMAD SETA BAGJA FARDHAKA. Optimalisasi Produksi Karet Olahan
(Studi Kasus : PTPN VIII Kebun Jalupang, Subang). Dibimbing oleh NUNUNG
KUSNADI.
Kebun Jalupang yang merupakan salah satu Unit Usaha milik PTPN VIII.
Dengan menggunakan program linier LINDO, penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis kombinasi produksi karet olahan di Kebun Jalupang agar perusahaan
menganalisis alokasi penggunaan input/sumberdaya pada Kebun Jalupang agar
dapat mencapai kondisi yang optimal. Dalam kurun waktu satu tahun (Mei 2011April 2012), Kebun Jalupang mampu mendapatkan penerimaan optimal pada nilai
sebesar Rp 76.364.690.000,00. Sementara itu, penerimaan aktualnya adalah
sebesar Rp 81.906.284.918,00 dengan produk olahan karet kering sebanyak RSS
sebanyak 2.179.280 Kilogram Karet Kering (77,1%) dan Lateks Pekat sebanyak
646.441 Kilogram Karet Kering (22,9%). Kemudian hasil analisis Status
Sumberdaya menunjukkan bahwa sumberdaya yang menjadi pembatas adalah

Taksasi Lalek Pekat LP dan pengurangan bahan baku sebanyak 20% akan sangat
mempengaruhi jumlah produksi karet Olahan di Kebun Jalupang.
Kata Kunci: Optimalisasi Produksi, Karet Olahan, RSS, Lateks Pekat

ABSTRACT
Muhamad SETA BAGJA FARDHAKA. Optimization of Production of Rubber
Processed (Case Study: PTPN VIII Jalupang Gardens, Subang). Guided by
NUNUNG KUSNADI.
Jalupang garden which is one of the business units of PTPN VIII. By using
a linear program LINDO, this study was conducted to analyze the combination of
processed rubber production in Gardens Jalupang that companies analyze the
allocation of the use of inputs / resources on Jalupang Gardens in order to achieve
optimal conditions. In the period of one year (May 2011-April 2012), Gardens
Jalupang able to obtain optimum reception at the value of Rp 76,364,690,000.00.
Meanwhile, the actual receipt is Rp 81,906,284,918.00 with dry rubber processed
products as RSS as 2.17928 million Kilograms Dry Rubber (77.1%) and as many
as 646 441 Kilograms Concentrated Latex Rubber Dry (22.9%). Then the results
of the analysis indicate that the Resource Status of the limiting resource is Taksasi
Latek Concentrated (LP). and Labor is not a limiting resource and reduction of as
much as 20% of raw materials will greatly affect the amount of processed rubber

production in Jalupang Gardens.
Keywords : Optimization of Production, Rubber Processing, RSS, Concentrated
Latex

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

OPTIMALISASI PRODUKSI KARET OLAHAN
DI PTPN VIII KEBUN JALUPANG, SUBANG

MUHAMAD SETA BAGJA FARDHAKA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi
pada
Depertemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Optimalisasi Produksi Karet Olahan Di PTPN VIII Kebun
Jalupang, Subang
: Muhamad Seta Bagja Fardhaka
: H34104098

Disetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

Diketahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si

Tanggal Lulus :

i

PRAKATA
Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penyusunan skripsi yang berjudul ”Optimalisasi Produksi Karet Olahan (Studi Kasus:
PTPN VII Kebun Jalupang, Subang)” dapat diselesaikan dengan baik.

Penelitian ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor. Penelitian ini menganalisis tingkat produksi optimal karet olahan
per periode produksi yang dapat memberikan keuntungan maksimum, menganalisis
kendala apa yang harus diperhatikan dalam optimalisasi proses produksi, serta
menganalisis apakah keuntungan perusahaan masih dapat ditingkatkan setelah
dilakukan proses optimalisasi.
Laporan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang konstruktif sangat diperlukan demi tercapainya hal yang lebih baik.
Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, Amin.

Bogor, Desember 2014

Muhamad Seta Bagja Fardhaka

ii

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI


ii

DAFTAR TABEL

iii

DAFTAR GAMBAR

iv

DAFTAR LAMPIRAN

iv

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

5

Tujian Penelitian

6

Ruang Lingkup

7

TINJAUAN PUSTAKA

7

Penelitian Tentang Karet


7

Optimalisasi Produksi

7

Optimalisasi Produksi Karet Olahan

8

KERANGKA PEMIKIRAN
Kombinasi Produksi Optimum
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN

9
9
11
13


Lokasi dan Waktu Penelitian

13

Jenis dan Sumber data

13

Pengambilan data

13

Metode Analisis Data

13

Linier Programming

14


Menentukan Variabel Keputusan

16

Menentukan Fungsi Tujuan

16

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

18

Sejarah Singkat dan Lokasi Perusahaan

18

Struktur Organisasi Kebun Jalupang

18

Sarana Produksi

20

Proses Produksi

22

HASIL DAN PEMBAHASAN

28

Model Optimalisasi dan Fungsi Tujuan

28

Kendala-kendala Model Optimalisasi

29

iii

Produksi Optimal Karet Olahan

33

Tingkat Produksi Aktual Karet Olahan terhadap Produksi Optimalnya

33

Penggunaan Bahan Baku Lateks Kebun dan Bahan Penolong Optimal

34

Penggunaan Tenaga Kerja Optimal

36

Analisis Status Sumberdaya

36

Analisis Pasca Optimal

39

KESIMPULAN DAN SARAN

41

LAMPIRAN

44

DAFTAR TABEL
1. Persentase produk domestik bruto indonesia atas dasar harga berlaku menurut
lapangan usaha tahun 2008 – 2013
2. Proyeksi keseimbangan pasokan dan permintaan karet alam dunia (.000 ton)
3. Luas areal dan produksi perkebunan besar negara menurut jenis tanaman
di Jawa Barat tahun 2010
4. Presentase produksi karet olahan PTPN VII kebun jalupang tahun 2009 dan
tahun 2011
5. Produksi RSS dan Lateks pekat kebun jalupang
6. Jenis dan Sumber Data
7. Matriks variabel aktivitas produksi (Mei 2011-April 2012)
8. Suhu Kamar Asap dalam Pengasapan Sheet
9. Kombinasi keuntungan produksi RSS dan lateks pekat pada Kebun Jalupang
10. Produksi lateks kebun di Kebun Jalupang pada Bulan Mei 2011- April 2012
11. Pemakaian dan ketersediaan AFS Kebun Jalupang
12. Pemakaian dan ketersedian Amonia pada Kebun Jalupang
13. Taksasi produksi Kebun Jalupang pada Mei 2011 – April 2012
14. Ketersediaan tenaga kerja di Kebun Jalupang
15. Tingkat produksi akual dan optimal RSS pada Triwulan 1-4
16. Tingkat produksi akual dan optimal Lateks Pekat pada Triwulan 1-4
17. Penggunaan bahan baku lateks pada kondisi aktual dan optimal di Kebun
Jalupang pada Mei 2011 – April 2012
18. Penggunaan bahan penolong afs pada kondisi aktual dan optimal di Kebun
Jalupang pada Mei 2011 – April 2012
19. Penggunaan bahan penolong amonia pada kondisi aktual dan optimal Kebun
Jalupang pada Mei 2011 – April 2012
20. Penggunaan tenaga kerja pada kegiatan produksi RSS dan Lateks Pekat
di Kebun Jalupang pada Mei 2011 – April 2012
21. Rekap analisis status sumberdaya Kebun Jalupang Triwulan 1
22. Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan Kebun Jalupang
Mei 2011-April 2012

1
2
3
5
6
13
16
23
28
30
31
31
32
33
34
34
34
35
35
36
37
38

iv

23. Analisis sensitivitas nilai ruas sebelah kanan pada Triwulan 1
24. Perbandingan tingkat produksi optimal dan pasca-optimal terhadap
ketersediaan bahan baku utama pada produk RSS
25. Perbandingan tingkat produksi optimal dan pasca-optimal terhadap
ketersediaan bahan baku utama pada produk lateks pekat

39
39
40

DAFTAR GAMBAR
1. Produktivitas Karet Menurut Pengusahaan Tahun 2000-2012 (Kg/Ha)
2. Kurva Kemungkinan Produksi
3. Alur Kerangka Pemikiran
4. Penerimaan Latek kedalam Balking
5. Pengenceran dan Pembekuan lateks
6. Penggilingan lembaran karet RSS
7. Pengasapan RSS
8. Sortasi dan pengiriman
9. Proses Produksi RSS
10. penerimaan latek kebun pada produksi Lateks pekat
11. Pengolahan lateks pekat pada mesin centrivius
12. Penyaluran lateks pekat ke bak penyimpanan
13. Proses Produksi Lateks Pekat
14. Perbandingan Tingkat Produksi Optimal dan Pasca-Optimal terhadap
Ketersediaan Bahan Baku Utama pada Produk RSS
15. Perbandingan Tingkat Produksi Optimal dan Pasca-Optimal terhadap
Ketersediaan Bahan Baku Utama pada Produk Lateks Pekat

3
10
12
22
22
23
23
24
25
26
26
27
27
40
41

DAFTAR LAMPIRAN
1. Pohon Bisnis Karet
2. Luas areal dan Produksi Karet Menurut Pengusahaan Tahun 2000-2011
3. Struktur Organisasi Kebun Jalupang
4. Hasil Pengolahan Program LINDO Ooptimalisasi Perkebunan Jalupang
5. Hasil Pengolahan Program LINDO Post Optimal Perkebunan Jalupang

44
43
44
45
49

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang memanfaatkan
sumberdaya alam untuk menghasilkan produk pertanian segar dan olahan. Produk
pertanian tersebut sangat diperlukan oleh seluruh kalangan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan memiliki karakteristik tanah yang subur,
komoditi pertanian dapat tumbuh dengan baik di Indonesia.
Salah satu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian
Negara adalah dengan mengembangkan sektor pertanian. Unit bisnis
komoditi karet memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian
nasional, antara lain sebagai sumber pendapatan bagi lebih dari 10 juta petani dan
menyerap sekitar 1,7 juta tenaga kerja lainnya. Selain itu, karet juga merupakan
salah satu komoditas nonmigas yang secara konsisten nilai ekspornya terus
meningkat.1
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang Produk Domestik Bruto (PDB)
negara Indonesia Tahun 2008 sampai dengan 2013 sebagaimana tertera pada
Tabel 1 semakin menguatkan pendapat bahwa pertanian merupakan sektor penting
bagi perekonomian Indonesia. Presentase PDB yang berasal dari sektor pertanian
mengalami peningkatan dari Tahun 2008 ke Tahun 2009 namun diperkirakan
mengalami penurunanpada Tahun 2011 dan Tahun 2012. Data pada Tabel 1 juga
menunjukkan bahwa berdasarkan angka sementara Tahun 2010, sebanyak 15,3
persen dari seluruh PDB dihasilkan dari sektor pertanian. Secara keseluruhan
sektor pertanian berada pada urutan kedua terbesar dalam menyumbang angka
PDB setelah sektor industri pengolahan dengan presentase tertinggi sebesar 24,8
persen. Akan tetapi pada Tahun 2011 diperkirakan menurun dengan nilai 24,3
persen dan tahun 2012 menjadi menurun lagi menjadi 23,94 persen.
Tabel 1. Persentase produk domestik bruto indonesia atas dasar harga berlaku
menurut lapangan usaha tahun 2008 – 2013
2012*
*

2013*
**

14.70

14.44

14.98

11.16

11.85

11.78

10.43

26.40
0.80
9.90

24.80
0.76
10.25

24.33
0.77
10.16

23.94
0.79
10.45

23.77
0.84
10.33

14.00

13.30

13.69

13.80

13.90

14.39

6.30

6.30

6.56

6.62

6.66

6.88

7.40

7.20

7.24

7.21

7.26

7.53

Lapangan Usaha
1. Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan
2. Pertambangan dan
Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
5. Konstruksi
6. Perdagangan, Hotel dan
Restoran
7. Pengangkutan dan
Komunikasi
8. Keuangan, Real Estat dan
Jasa Perusahaan
1

2008

2009

14.50

15.29

15.29

10.90

10.60

27.80
0.80
8.50

http://dishutbun.kayongutarakab.go.id

2010 2011*

2

9. Jasa-jasa
Produk Domestik Bruto
Produk Domestik Bruto
Tanpa Migas
Sumber
Note

9.70
100.0
0

10.20
100.0
0

10.24
100.0
0

89.50

91.70

92.17

10.56

10.78

10.83

100.00

100.00

100.00

91.58

92.27

92.99

: Badan Pusat Statistik Indonesia (2013)
:*
Angka sementara
**
Angka sangat sementara
*** Angka Sangat Sangat Sementara (Sampai Triwulan II 2013)

Selain itu, karet merupakan komoditas ekspor yang mampu memberikan
kontribusi terhadap upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia
dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan. Menurut International Rubber Study Group (IRSG), pada Tahun 2011 konsumsi karet alam global
diramalkan meningkat 2,0 persen menjadi 11,0 juta ton dan pada Tahun 2012
permintaan karet alam diperkirakan meningkat lagi sebesar 4,6 persen menjadi
11,5 juta ton. Produksi karet alam berasal dari ramalan potensi pemasok
berdasarkan kebijakan perkebunan karet dan harga. Harga yang tinggi akan
memberikan kecenderungan intensitas sadap yang tinggi dan sebaliknya. Produksi
karet alam dunia diperkirakan naik sebesar 4,6 persen mencapai 10,86 juta ton
pada Tahun 2011 dan meningkat lagi 5,1 persen, mencapai 11,42 juta ton. Data
pemasok dan konsumsi diatas menunjukkan terjadinya defisit pada Tahun 2011
sebanyak 131.000 ton tetapi berkurang menjadi 77.000 ton pada tahun 2012
(Bulletin Karet, 2011).
Tabel 2. Proyeksi keseimbangan pasokan dan permintaan karet alam dunia (.000
ton)
Karet alam
Produksi
Konsumsi
Keseimbangan

2011
10.862
10.993
-131

2012
11.417
11.494
-77

Perubahan
5,1 %
4,6 %

Sumber : Bulletin Karet (2011)

Prospek agribisnis karet alam tetap cerah dimasa mendatang. Menurut
hasil studi IRSG yang dilakukan oleh Anwar (2008) diproyeksikan bahwa
partumbuhan produksi karet Indonesia akan meningkat sebesar 3 persen pertahun,
Thailand hanya 1 persen, sedangkan Malaysia -2 persen. Selanjutnya pada Tahun
2020 diprediksi dunia akan kekurangan karet alam sebesar 1,4 juta tonkarena
negara-negara produsen karet hanya mampu mensuplay karet alam sebesar 12,4
juta ton2.
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan
(dikenal sebagai lateks) yang diperoleh dari getah pohon karet (Hevea
brasiliensis/ Euphorbiaceae) tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Untuk
menghasilkan lateks proses yang dilakukan adalah dengan cara melukai kulit
pohon karet sehingga pohon tersebut akan mengeluarkan lateks serta memberikan
respon yang menghasilkan lebih banyak lateks. Lateks dapat dibuat menjadi
berbagai macam bahan olahan karet (Lampiran 1).
Produksi karet yang dihasilkan oleh seluruh areal areal kebun yang
dimiliki Perkebunan Rakyat (smalholders), Perusahaan Negara (government) dan
2

Chairil Anwar - Pusat Penelitian Karet

3

Perusahaan Swasta (private) menunjukan kecenderungan yang terus meningkat.
Namun demikian, jumlah produksi karet pada Tahun 2000-2009 menunjukan
angka yang berfluktuatif. Pada tahun 2000 jumlah produksi karet yaitu 1.501.428
ton dan terus menunjukan peningkatan jumlah produksi hingga tahun 2007
dengan jumlah produksi sebesar 2.755.172 ton.Akan tetapi, pada Tahun 20082009 mengalami penurunan dimana jumlah produksi di Tahun 2009 menjadi
2.440.347 ton. Setiap tahunnya luas areal perkebunan mengalami peningkatan
namun tidak diiringi dengan peningkatan hasil produksi karet. Hasil produksi
karet mengalami penurunan pada tahun 2008 sampai 2009 pada smallholder,
government maupun perkebunan rakyat. Namun pada Tahun 2010 sampai 2012
produksi karet mengalami peningkatan lagi, meskipun produksi tahun 20012
relatif lebih rendah dibanding produksi tahun 2011 (Lampiran 2).
1.400
1.200
1.000
800
600
400
200
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
PR

PBN

PBS

Gambar 1. Produktivitas Karet Menurut Pengusahaan Tahun 2000-2012 (Kg/Ha)
Produksi karet yang dihasilkan Perkebunan Besar Negara (PBN) memang
tidak sebanyak yang dihasilkan oleh Perkebunan Rakyat (PR). Namun demikian,
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1, nampak bahwa produktivitas
Perkebunan Besar Negara memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan
produktivitas perkebunan milik pelaku usaha lain, kecuali pada tahun 2012
dimana produktivitas Perkebunan Besar Negara mulai disalip oleh Perkebunan
Besar Swasta (PBS). Selain itu, Gambar 1 juga menunjukkan bahwa perkebunan
rakyat memiliki produktivitas paling rendah dibanding pelaku usaha lainnya,
meskipun perkebunan rakyat memiliki jumlah luas terbesar dan produksi terbesar
sebagaimana tertera pada Lampiran 2.
Tabel 3. Luas areal dan produksi perkebunan besar negara menurut jenis tanaman
di Jawa Barat tahun 2010
Luas Areal (Ha)
Jenis
No Tanaman Tanaman Mengha- Jumlah Produksi
Wujud
Muda
silkan
(Ton)
Produk
1 Karet
6.871
17.649 24.520
23.962 Sheet
2 Kelapa
2.707
6.182
8.890
75.721 Tanda Buah

4

Sawit
3
4
5
6

Teh
Kina
Kakao
Tebu
Jawa
Barat

Segar (TBS)
1.636
-

24.513
2.269
792
12.427

26.150
2.269
792
12.427

47.574
179
310
17.267

11 214

64 249

75 463

165 014

Teh Kering
Kulit Kering
Biji kering
Hablur

Sumber : BPS Jawa Barat, 2010 (Diolah)

Data pada Tabel 3 di atas menunjukan bahwa untuk Perkebunan Besar
Negara yang ada di Provinsi Jawa Barat komoditi karet memiliki areal terluas
kedua (setelah teh). Adapun produk olahan karet dalam bentuk sheet merupakan
produk olahan perkebunan yang cukup besar di provinsi Jawa Barat.
Dewasa ini, bahkan dimasa yang akan datang orientasi sektor pertanian
telah berubah kepada orientasi pasar. Semakin banyaknya konsumen yang
menuntut atribut produk yang lebih rinci dan lengkap serta adanya preferensi
konsumen terhadap produk olahan, maka sektor pertanian harus berubah dari
sektor usahatani menjadi sektor agroindustri. Sektor agroindustri harus menjadi
penentu kegiatan sub-sektor usahatani dan selanjutnya.
Agroindustri merupakan industri yang mengolah komoditas pertanian
primer menjadi produk olahan baik produk antara (intermediate product) atau
produk akhir (finished product). Sektor agroindustri atau subsistem pengolahan
adalah salah satu sektor yang memoderenisasi dan penggerak utama dalam
subsistem agribisnis. Dengan adanya sektor agroindustri petani dan/atau
pengusaha pertanian tidak perlu khawatir akan sifat produk agribisnis yang
cenderung mudah rusak, busuk dan berat. Sektor agroindustri memiliki peran
utama sebagai penghasil nilai tambah yang di dapat dari produk turunan suatu
komoditas.
Menurut Austin (1992) dalam Suprapto, agroindustri hasil pertanian
mampu memberikan sumbangan yang sangat nyata bagi pembangunan di
kebanyakan Negara berkembang karena empat alasan yaitu : 1) agroindustri hasil
pertanian menjadi pintu masuk untuk sektor pertanian, 2) agroindustri hasil
pertanian sebagai dasar sektor manufaktur, 3) pengolahan hasil pertanian
menghasilkan komoditas ekspor penting, dan 4) jika agroindustri itu bergerak
pada sektor pangan maka merupakan sumber penting nutrisi.
PTPN VIII merupakan salah satu di antara perkebunan milik Negara yang
didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1996. Perusahaan ini
didirikan dengan maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan usaha di bidang
agrobisnis dan agroindustri, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya
perusahaan untuk menghasilkan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan
berdaya saing kuat, serta meningkatkan keuntungan guna meningkatkan nilai
perusahaan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Kegiatan
usaha perusahaan meliputi pembudidayaan tanaman, pengolahan/produksi, dan
penjualan komoditi perkebunan.
Agroindustri karet merupakan salah satu sektor pertanian yang dilakukan
oleh PTPN VIII. Dengan didirikannya pabrik-pabrik pengolahan karet alam
(lateks) di Kota Purwakarta dan Subang menjadikan komoditi karet yang

5

dihasilkan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain agar mampu
diterima oleh pasar serta untuk meningkatkan keuntungan perusahaan.
Perumusan Masalah
Setiap perusahaan tentunya memiliki tujuan yang sama, yaitu memperoleh
keuntungan dengan biaya seminimal mungkin. Dalam mencapai hal tersebut
tidaklah mudah karena keterbatasan-keterbatasan akan muncul sebagai kendala
yang bisa menjadi penghadang perusahaan tersebut untuk menggapai tujuannya.
Perusahaan yang berproduksi lebih dari satu produk akan kesulitan dengan
ketersediaan sumberdaya yang terbatas. Dengan terbatasnya sumberdaya maka
perusahaan dituntut melakukan efisiensi alokasi semberdaya untuk dapat
menghasilkan tingkat produksi tertentu. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan
produksi yang tepat agar sumberdaya yang tersedia dapat digunakan secara
optimal sehingga diperoleh tingkat produksi yang optimal.
Tabel 4. Presentase produksi karet olahan PTPN VII kebun jalupang tahun 2009
dan tahun 2011
JENIS
PRODUK

RSS

2009
GRADE

JUMLAH

RSS 1
RSS 2
RSS 3
Cutting
Total
L. Pekat

LATEKS
PEKAT

Skim
Serum
Total

JENIS
PRODUK

94
3 RSS
3
100
91
7 LATEKS
2 PEKAT
100

2011
GRADE

JUMLAH

RSS 1
RSS 2
RSS 3
Cutting
Total

95
3
2
100

L. Pekat

91

Skim
Serum
Total

7
2
100

Sumber: PTPN VIII Kebun Jalupang

Kebun Jalupang merupakan salah satu unit usaha dari PTPN VIII
(perusahaan BUMN Perkebunan) yang sebelumnya memproduksi tiga jenis karet
olahan,yaitu RSS, Lateks Pekat dan SIR Hidgh Grade. Namun pada tahun 2011
pabrik SIR High Gradesudah tidak lagi beroperasi (Tabel 4). Untuk setiap jenis
produk yang dihasilkan Kebun Jalupang memiliki beberapa jenis mutu yang
berbeda.Dalam perkembangannya, komposisi (persentase) setiap jenis maupun
mutu karet olahan yang diproduksi Kebun Jalupang dapat berbeda dari tahun ke
tahun. Untuk jenis RSS, komposisi hasil produksi cenderung membaik, yaitu dari
94% RSS 1 pada tahun 2009 menjadi 95% RSS1 pada tahun 2011 (Tabel4).
Permintaan dan harga jenis-jenis karet olahan khususnya RSS dan Lateks
Pekat mendorong perusahaan untuk memproduksi karet olahan sesuai dengan
permintaan pasar. Namun dalam kegiatan produksinya, terdapat beberapa kendala
yang dihadapi perusahaan tersebut seperti kualitas lateks (kadar karet kering
lateks) dan kuantitas lateks. Faktor musim sangat berpengaruh terhadap kualitas
dan kuantitas produksi lateks sebagai bahan baku pembuat karet olahan. PTPN

6

VIII Kebun Jalupang merupakan unit usaha yang hanya mengolah lateks cair hasil
kebun sendiri dan tidak melakukan pembelian lateks dari luar Kebun Jalupang.
Tabel 5. Produksi RSS dan Lateks pekat kebun jalupang
Bulan
Mei, juni, juli
Agustus, Sept, Okt
Nov, des, jan
Feb, mar, apr
Sumber: Kebun Jalupang

RSS

Lateks Pekat

792288
316860
471811
748530

230696
166371
146215
143170

Keberhasilan suatu usaha dapat diukur dengan kepuasan konsumennya.
Terpenuhinya permintaan konsumen akan produk yang dihasilkan perusahaan
merupakan suatu nilai tambah bagi perusahaan tersebut. Hal ini tidaklah mudah
dilakukan oleh suatu perusahaan, banyak hambatan yang harus dihadapi dalam
melakukannya. Salah satu hambatan yang sering kali dialami oleh suatu
perusahaan dalam upaya pemenuhan permintaan konsumenya adalah kekurangan
bahan baku untuk proses produksinya.
Kendala yang dihadapi Kebun Jalupang muncul baik musim hujan
maupun musim kemarau. Pada musim hujan kendala yang muncul adalah mutu
lateks rendah sedangkan pada musim kemarau kendala yang muncul adalah
jumlah bahan baku (lateks cair) sedikit. Oleh sebab itu, dalam kegiatan
produksinya Kebun Jalupang hanya bisa memproduksi RSS sebanyak 10 Ton
dalam 1 Kali produksi, meskipun permintaan kepada Kebun Jalupang sebanyak 15
ton. Adanya permintaan yang cukup besar dari pabrik-pabrik pengolah bahan
setengah jadi menjadi barang siap pakai yang berbahan baku karet olahan seperti
Sit (RSS) dan Lateks Pekat, waktu produksi RSS dan Lateks Pekat yang
bersamaan, dan juga faktor cuaca yang sangat mempengaruhi volume dan
kualitas lateks cair dari kebun menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian
menganai alokasi sumberdaya dan prooduksi secara optimal sehingga dapat
diketahui apakah perusahaan telah berproduksi dalam kondisi optimal atau tidak,
serta membandingkan hasil keuntungan aktual dengan keuntungan optimal
agartidak terjadi pengalokasian sumberdaya yang tidak tepat atau berlebihan.
Dari masalah yang dijelaskan diatas maka dirumuskan perumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana kombinasi produksi optimal produk karet olahan di Kebun
Jalupang terhadap perubahan bahan baku?
2. Bagaimana alokasi sumberdaya yang dimiliki Kebun Jalupang untuk
mencapai kondisi optimal?
3. Bagaimana alokasi sumberdaya yang dimiliki Kebun Jalupang jika terjadi
perubahab bahan baku utama?
Tujian Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:

7

1.

2.
3.

Menganalisis kombinasi produksi karet olahan di Kebun Jalupang agar
perusahaan mendapatkan penerimaan yang maksimum sekaligus memenuhi
permintaan pasar.
Menganalisis alokasi penggunaan input/sumberdaya pada Kebun Jalupang
agar dapat mencapai kondisi yang optimal.
Menguji model yang digunakan oleh peneliti
Ruang Lingkup

Penelitian ini memiliki berbagai batasan agar dapat lebih terarah dan tidak
menyimpang dari permasalahan yang ada. Penelitian ini dilakukan di PTPN VII
Kebun Jalupang Subang khususnya pada pabrik pengolahannya yang melakukan
kegiatan kombinasi produksi karet olahan berupa RSS dan Lateks Pekat. Oleh
sebab itu, penelitian ini khusus menganalisis optimalisasi produksi produk olahan
komoditi karet jenis RSS dan Lateks Pekat.

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Tentang Karet
Penelitian mengenai karet telah banyak dilakukan diantaranya oleh Hardjo
(2003) tentang RSS dan SIR, Saleh (1991) tentang karet alam, Yovina (2002)
tentang Crumb Rubber, serta Suhara(2005) dan Elfrida (2007) tentang pabrik ban.
Walaupun berbeda jenis ataupun produk yang diteliti namun keseluruhan
penelitian tersebut dilakukan dengan mengambil komoditi yang sama, yaitu
komoditi karet.
Penelitian yang dilakukan oleh Saleh (1991), tidak hanya tentang prodiksi
karet di Indonesia namun juga termasuk pemasarannya.Penelitian yang dilakukan
oleh Yovina(2002)dan Hardjo (2003) mengenai optimalisasi produksi pabrik
pengolahan karet. Perbedaan kedua penelitian dimaksud terletak pada jenis
produk, dimana penelitian Yovina pada optimalisasi produksi Crumb
Rubbersedangkan penelitian Hardjo pada optimalisasi produksi RSS dan SIR.
Sementara itu, penelitian Suhara (2005) dan Elfrida (2007) mengarah kepada
analisis pengendalian persediaan bahan baku karet untuk kegiatan produksi
industri ban. Namun demikian, dari seluruh penelitian tentang karet dimaksud
belum ada yang meneliti produk olahan karet tentang Lateks Pekat, terutama
untuk optimalisasi dan kombinasi dengan jenis produk olahan lainnya, termasuk
kombinasi produksi antara Lateks Pekat dengan RSS yang dilakukan oleh
perusahaan yang sama.

Optimalisasi Produksi
Penelitian mengenai optimalisasi produksi telah dilakukan pada berbagai
macam produk hasil pertanian.Selain pada komoditi karet, penelitian optimasi
produksi juga dilakukan pada komoditas pertanian lainnya, diantaranya oleh
Latifah (2006) pada cocoa butter dan cocoa powder, Rizqi (2006) pada tahu,

8

Maryati (2008) pada tanaman hias, serta Kesuma (2006) pada ikan konsumsi.
Selain itu, penelitian-penelitian tersebut dilakukan pada kegiatan produksi yang
dikelola perusahaan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitianpenelitian tersebut melakukan pendekatan maksimisasi keuntungan sebagai tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitiannya.
Pada perusahaan yang bergerak dalam bidang pangan, kebutuhan bahan
baku utama menjadi hal yang penting (Latifah, 2006) dan Rizqi (2006)) karena
kelebihan ataupun kekurangan bahan baku utama akan mengganggu proses
produksi. Namun keadaan tersebut berbeda paada perusahaan yang melakukan
kegiatan pengadaan bahan baku utama sendiri oleh perusahaan yang sama
(Maryati, 2008). Seperti halnya perusahaan yang melakukan produksi krisan
dimana pemenuhan bibitnya dilakukan oleh perusahaan sendiri melaluikultur
jaringan. Dalam hal ini perusahaan tersebut dapat mengontrol jumlah kebutuhan
bahan baku utama kegiatan produksinya. Walaupun demikian, pada perusaan
tersebut ketersedian tenaga kerja merupakan kendala yang terpenting.
Kegiatan produksi merupakan kegiatan dimana sumberdaya yang dimiliki
oleh perusahaan dapat dimanfaatkan sebagai penopang kegiatan produksi.Dalam
satu jenis komoditi seperti tanaman hias bisa berbeda pula kendala yang dihadapi
tergantung jenis tanaman yang diproduksi (Hotmora, 2004) dan Maryati (2008).
Maryati (2008) menyebutkan kendala lahan, bahan kimia, tenaga kerja, sekam
bakar, pupuk kimia, larutan pupuk organik, indukan, pasar, namun berbeda
dengan yang dilakukan Maryati (2008) tidak mencantumkan pasar sebagai faktor
kendala. Dalam kegiatan produksi tidak selalu berjalan lancar, kemungkinan
adanya kendala yang dihadapi itu sangat bisa terjadi.Kendala yang dimiliki
perusahaan berbeda-beda sesuai dengan komoditi dan jenis kegiatan produksinya
(Latifah (2006), Rizqi (2006), Maryati (2008), Kesuma (2006)).

Optimalisasi Produksi Karet Olahan
Dalam penelitian yang berjudul Optimalisasi Produk Akhir RSS, TPC,
Lateks dan Karet Remah, Sugiharto (2001) mengemukakan bahwa meningkatnya
pasokan bahan baku menyebabkan semakin banyaknya pilihan komposisi produk
akhir yang dapat diproduksi serta tingkat produksi akhir optimal yang dapat
dihasilkan menjadi relatif lebih tinggi. Selain itu, penelitian tersebut juga
menunjukan bahwa komposisi produk akhir berdasarkan analisa sensitifitas tidak
berpengaruh kepada penurunan bahan baku melainkan peka terhadap kanaikan
harga bahan baku lateks.
Yovina (2002) yang meneliti tentang optimalisasi produksi pada Crumb
Rubber menjadikan waktu sebagai indikator dalam proses produksi sehingga
kegiatan produksi dibagi menjadi empat triwulan. Penelitian tersebut tidak hanya
menganalisis kombinasi produksi tetapi juga melakukan analisis sensitivitas
terhadap perubahan harga dan kombinasi produksi setiap kebun yang terdiri dari
tiga kebun.Setiap triwulan menghasilkan kombinasi produksi yang berbeda, baik
jenis ataupungrade. Pada analisa post optimal scenario II terlihat bahwa
keuntungan total akan berkurang jika perusahaan tetap memproduksi produkproduk yang tidak dipilih oleh keluaran LINDO.

9

Penelitian tentang optimalisasi produksi karet yang dilakukan Yovina,
(2002)menggunakan metode analisis Linear Programming dengan tujuan
memaksimumkan pendapatan.Hasil analisis optimalisasi dengan menggunakan
Linear Programmingtersebut menunjukan bahwa keuntungan yang diperolehpada
kondisi optimal lebih besar dari kondisi aktual perusahaan.
Penelitian yang akandilakukan peneliti di Kebun Jalupang mengacu pada
penelitian yang telah dilakukan oleh Yovina (2002) yang menjadikan waktu
sebagai indikator dalam menentukan fungsi tujuan. Perbedaan penelitian yang
dilakukan di Kebun Jalupang dengan penelitian sebelumnya terletak pada hasil
output produksi, dimana dalam penelitian tentang karetsebelumnya belum ada
yang dilakukan pada proses produksi bahan olah karet yang mengkombinasikan
produk olahan RSS dengan Lateks Pekat pada kegiatan produksi yang dilakukan
oleh satu perusahaan pengolakan karet yang sama.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kombinasi Produksi Optimum
Perusahaan melakukan kegiatan produksi barang atau jasa dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.Namun tujuan ini terkadang sulit
untuk dicapai karena kemampuan perusahaan dalam kegiatan produksi dibatasi
dengan ketersediaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan
tersebut.Pihak pengambil keputusan di perusahaan perlu mempertimbangkan
kombinasi produk optimum yang diperoleh dari penanganan faktor-faktor
produksi yang jumlahnya terbatas agar memberikan keuntungan yang maksimal.
Untuk menentukan kombinasi produk yang optimum sehingga diperoleh
pendapatan yang maksimumdapat dijelaskan melalui Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) dan garis isorevenue.Menurut Nicholson (1991), Kurva KemungKinan Produksi (Production Posibility Curve) menunjukkan semua kombinasi
keluaran atau output yang dapat dihasilkan oleh satuan ekonomi tertentu dengan
menggunakan sumberdaya dengan jumlah tertentu. Dengan demikian, Kurva
Kemungkinan Produksi dapat didefinisikan sebagai kurva yang menjelaskan
tentang kombinasi output atau produk yang dapat dihasilkan dengan
menggunakan sumberdaya dalam jumlah tertentu. KKP ini dapat pula disebut
sebagai kurva isoresource, karena masing-masing titik dalam kurva tersebut
merupakan kombinasi output yang dihasilkan dengan menggunakan jumlah
inputyang sama. Sebaliknya, garis isorevenue adalah garis yang menggambarkan
kombinasi output yang menghasilkan penerimaan tertentu kepada perusahaan
(Lipsey et al, 1995).

10

Gambar 2. Kurva Kemungkinan Produksi
Menurut Lipsey (1995), Kurva Kemungkinan Produksi (Production
Possibility Boundary) menjelaskan tiga konsep, yaitu: kelangkaan (scarcity),
pilihan (choise), dan biaya peluang (opportunity cost). Kelangkaan (D)
ditunjukkan oleh kombinasi-kombinasi yang tidak dapat dicapai melebihi batas,
pilihan (C) ditunjukkan oleh kebutuhan untuk memilih dari sekian titik-titik
alternatif yang bisa dicapai sepanjang batas, sedangkan biaya peluang (a-b)
diperlihatkan oleh kemiringan batas tersebut ke kanan bawah. Kombinasi
produksi yang optimum dicapai saat KKP bersinggungan denga garis isorevenue
pada titik E. Pada Gambar 2 diasumsikan perusahaan menggunakan sumberdaya
yang ada hanya untuk memproduksi dua produk, yaitu produk Q1 dan produk Q2.
Pada saat perusahaan berproduksi sebesar d untuk produk Q1 dan sebesar c untuk
produk Q2, total penerimaan yang diterima perusahaan maksimal, yaitu sebesar
TR2. Sedangkan kombinasi produksi di titik a dan b bukan merupakan kombinasi
yang optimal karena total penerimaan yang dihasilkan lebih rendah dari TR 2 dan
masih ada sumberdaya yang berlebih.
Masalah optimalisasi produksi dapat diselesaikan dengan salah satu teknik optimalisasi, yaitu menggunakan program linear.Metode pemrograman linear
merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah optimalisasi
berkendala dimana semua fungsi - baik fungsi tujuan maupun fungsi kendala merupakan fungsi linear.

11

Kerangka Pemikiran Operasional
PTPN VIII merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di
bidang agrobisnis dan agroindustri, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya
perusahaan untuk menghasilkan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan
berdaya saing kuat. Produk yang dihasilkan unit usaha Kebun Jalupang sampai
tahun 2009 ada tiga jenis, yaitu RSS, Lateks Pekat, dan SIR High Grade. Namun
dengan berjalannya waktu pada Tahun 2011 unit usaha Kebun Jalupang tidak lagi
memproduksi SIR high grade. Dengan kata lain, yang diproduksi oleh unit usaha
Kebun Jalupang hanya RSS dan Lateks Pekat
Setiap perusahaan,termasuk PTPN VIII Kebun Jalupang,tentu saja
bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan.Akan tetapi pencapaian tujuan
perusahaan tersebut tidak mudah karena setiap perusahaan dihadapkan pada
kendala-kendala, dimana salah satunya keterbatasan sumberdaya yang dimiliki.
Permintaan produk dan ketersediaan sumberdaya merupakan dua hal yang
mempengaruhi dalam perencanaan penggunaan sumberdaya, dimana setiap
bulannya ketersedian sumberdaya tersebut tidak tetap atau berfluktiatif.
Pemecahan persoalan tersebut dapat menggunakan program linier sebagai alat
analisisnya. Program linier itu sendiri merupakan metode atau teknis matematik
yang digunakan untuk membantu manajer dalam menentukan keputusan.
(Yamit,1993).
Perencanaan produksi optimal dapat dicapai dengan menggunakan program linier. Hal tersebut dikarenakan program linier akan memberikan pemecahan
persoalan sebagai alternatif pengambilan tindakan. Program linier dipilih untuk
menjawab penyelesaian atas permasalahan dalam pengalokasian sumberdaya yang
optimal sehingga didapat suatu maksimisasi keuntungan untuk periode tertentu.
Hasil dari pemecahan persoalan dengan program linier akan memberikan rumusan
perencanaan atau rekomendasi tentang produksi optimal, yaitu kombinasi
produksi yang dapat menghasilkan keuntungan yang maksimum.

12

Adanya kendala pada peruahaan yaitu Kendala cuaca, bahan
baku, bahan penolong, Taksasi dan Tenaga kerja





Menentukan kombinasi produksi optimal
produk karet olahan
Menentukan alokasi sumberdaya yang
dimiliki Kebun Jalupang untuk mencapai
kondisi optimal
Menentukan alokasi sumberdaya yang
dimiliki Kebun Jalupang jika terjadi
perubahan bahan baku utama

Optimalisasi Produksi

Analisis Linear Programming

Penentuan Kombinasi
Produksi Olahan Karet

Evaluasi

Gambar 3. Alur Kerangka Pemikiran

Kondisi Aktual
Perusahaan

13

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu unit usaha milik PTPN VIII, yaitu di
Kebun Jalupangyang terletak di Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi ini
dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut
melakukan kegiatan produksi dengan menggunakan bahan baku karet alam
(lateks) dan menghasilkan produk olahan RSS dan Lateks Pekat. Pengumpulan
data dilakukan selama dua bulan (mei 2012- Juni 2012).

Jenis dan Sumber data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diambil dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan
terkait. Data sekuder meliputi keadaan umum perkebunan karet Jalupang,
produksi karet olahan, jumlah tenaga kerja, listrik dan tenaga kerja yang berasal
dari laporan bulanan dan merupakan untaian waktu.
Tabel 6. Jenis dan Sumber Data
No
1
2
3
4
5
6

Jenis Data
Sejarah Perusahaan
Struktur Organnisasi
Produk yang dihasilkan
Bahan baku yang digunakan
Proses Produksi
Mesin-Mesin produksi

Sumber Data
Manajemen
Manajemen
Bagian Produksi
Bagian Produksi
Bagian produksi
Bagian Produksi

Sumber: PTPN VIII Kebun Jalupang

Pengambilan data
Studi lapangan dilakukan dengan mengumpulkan data yang berhubungan
dengan objek kajian, guna menunjang penelitian. Data primer ini dilakukan
dengan wawancara yang berisi tentang pertanyaan yang terkait dengan penelitian
ini. Sedangkan dalam pengambilan data sekunder berasal dari data penjualan dan
produksi pada Tahun 2009-2011.

Metode Analisis Data
Data yang diolah dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif
dan data kuantitatif. Data kualitatif diolah dan dideskripsikan untuk memberikan
gambaran umum Kebun Jalupang serta proses pelaksanaan produksi karet olahan
di unit usaha tersebut. Sementara itu, data kuantitatif diolah dan dianalisa dengan
menggunakan Linear Progreaming. Data kuantitatif berupa penerimaan, biaya,
dan keuntungan aktual perusahaan diolah dengan program Microsoft Excel dan

14

kalkulator.Hasil pengolahan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk membentuk
fungsi tujuan dan kendala dalam upaya menghasilkan kombinasi produksi yang
optimal di PTPN VIII Kebun Jalupang. Setelah didapatkan fungsi tujuan dan
kendala, kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan program linier
LINDO (Linier Interactive and Discrete Optimizer).

Linier Programming
Linier programming adalah suatu analisis masalah dengan menggunakan
sebuah fungsi linier dari sejumlah variabel-variabel dengan tujuan maksimisasi
atau minimisasi, dimana variabel-variabel tersebut merupakan anggota dari
sejumlah kendala dalam bentuk pertidaksamaan linier.
Model dari suatu linier programming harus terdiri dari empat komponen.
Komponen-komponen tersebut adalah:
1. Fungsi tujuan (maksimisasi atau minimisasi)
Semua masalah mencari pemecahan maksimisasi atau minimisasi dari suatu
jumlah, biasanya keuntungan atau biaya.Tujuan tersebut harus dinyatakan
secara jelas, baik dengan tulisan atau secara matematis.
2. Kendala
Kendala tersebut merupakan jumlah pembatas dalam pencapaian tujuan.Tujuan
dari linier programming dibatasi oleh beberpa sumberdaya yang terbatas.
3. Adanya alternatif aktivitas
Dengan adanya berbagai alternatif aktivitas, maka linier programming akan
dicari suatu kombinasi dari berbagai aktivitas yang memenuhi tujuan yang
akan dibatasi.
4. Fungsi tujuan dan fungsi kendala linier
Fungsi tujuan dan fungsi kendala dalam bentuk hubungan matematis yang
linier atau dalam bentuk pertidaksamaan akan memberikan kemudahan dalam
memecahkan masalah.
Secara umum, model program linier (linier programming) dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Maksimisasi/minimisasi :
untuk j = 1,2,… n
memenuhi syarat kendala
1.

, untuk j = 1,2,…. n

2. Xj ≥ 0
Dimana :
Z = fungsi tujuan
Cj = koefisien fungsi tujuan
aj = koefisien input-output
bj = sumberdaya yang tersedia dari kendala ke-j
Xj = variabel keputusan

15

Nasendi dan Anwar (1985) menyatakan bahwa terdapat asumsi yang
mendasari model program linier, yakni :
1. Linieritas
Perbandingan antara input yang satu dengan input lainnya, atau suatu input
dengan output besarnya tetap dan tidak bergantung pada tingkat produksi.
2. Proporsionilitas
Apabila variabel pengambil keputusan (Xj) berubah maka dampak perubahan
akan menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan (CjXj)
dengan fungsi kendala (ajXj).
3. Aditivitas
Nilai koefisien pengambil keputusan fungsi tujuan merupakan jumlah dari nilai
individu-individu Cj dalam model program nilai terebut. Dampak total
terhadap kendala ke-j merupakan jumlah dampak individu terhadap variabel
pengambil keputusan (Xj).
4. Divisibilitas
Variabel pengambil keputusan (Xj) dapat dibagi kedalam pecahan-pecahan
apabila diperlukan.
5. Deterministik
Semua parameter yang terdapat dalam model program linier (aj, Cj, Xj) adalah
tetap, diketahui dan dapat diperkiran dengan pasti.
Dari keluaran komputer ini diperoleh beberapa analisis yaitu analisis
primal, analisis dual, sensitivitas dan analisis post optimalitas.
a. Analisis Primal
Dengan analisis primal, dapat diketahui jumlah kombinasi produk (Xj)
yang terbaik dengan menghasilkan tujuan Z, dimana dalam tujuan Z tersebut
meminimumkan deviasi atas dan atau bawah dengan kendala keterbatasan
sumberdaya yang tersedia (bj).
b. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas terdiri dari analisis perubahan koefisien dari fungsi
tujuan dan analisis RHS (Right Hand Side) atau kisaran sisi kanan dari fungsi
tujuan (Cook dan Russel,1989). Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan
digunakan untuk melihat selang perubahan koefisien fungsi tujuan (Cj) yang
masih diijinkan agar nilai optimal variabel keputusan tidak berubah. Analisis
sensitivitas ruas kanan kendala menunjukkan ruas kanan kendala (bj) atau sering
disebut right hand side (RHS) yang masih diijinkan agar tetap mempertahankan
kondisi feasible awal (tidak akan mengubah nilai shadow price kendala
bersangkutan) dengan parameter lain dipertahankan konstan.
c. Analisis Post-optimal
Analisis post-optimal merupakan suatu analsis untuk mempelajari nilainilai dari peubah-peubah pengambilan keputusan dalam suatu model matematika
jika satu atau beberapa atau semua parameter model tersebut berubah. Analisis
post-optimal dilakukan setelah diketahui kondisi yang optimal awal untuk suatu
model tertentu

16

Menentukan Variabel Keputusan
Penentuan variabel keputusan didasarkan kepada produk yang akan
dioptimalkan. Variabel keputusan menunjukan aktivitas produksi setiap jenis
produk yang dihasilkan PTPN VIII Kebun Jalupang dalam memproduksi dua jenis
karet olahan, yaitu RSS dan Latek Pekat.Keuntungan dari produk – produk yang
dihasilkan berfluktuasi setiap bulannya sehingga variabel keputusan ditetapkan
berdasarkan keuntungan yang diperoleh dari produk tersebut.Keuntungan tersebut
diperoleh dari hasil penjualan produk dikurangi dengan biaya produksinya.
Pengambilan variabel ini dilakukan melalui data yang dikumpulkan selama 12
bulan (Mei 2011- April 2012). Penentuan 12 bulan karena sasaran tujuan yang
ingin dicapai adalah maksimisasi keuntungandari masing – masing produk yang
dihasilkan. Permintaan yang berbeda pada setiap periodenya menjadikan produksi
perusahaan tiap periodenya selalu berbeda pula.Variabel keputusan disimbolkan
dengan Xij (i menunjukan jenis produk dan j menunjukan periode produksi).
Penelitian ini menjadikan waktu sebagai indikator dalam menentukan
fungsi tujuan. Berkaitan dengan hal tersebut,maka kegiatan produksi RSS
maupun Lateks Pekat di PTPN VIII Kebun Jalupang dibagi menjadi empat
triwulan. Adapun matriks variabel aktivitas produksi RSS dan Lateks Pekat di
PTPN VIII Kebun Jalupang adalah sebagaimana tertera pada Tabel 6 berikut.
Tabel 7. Matriks variabel aktivitas produksi (Mei 2011-April 2012)
Jenis Produk
Periode
RSS 1
Lateks Pekat
Mei, juni, juli

X11

X21

Agustus, Sept, Okt

X12

X22

Nov, des, jan

X13

X23

Feb, mar, apr

X14

X24

Menentukan Fungsi Tujuan
Tujuan optimalisasi yang dibentuk kedalam suatu fungsi menggambarkan
sasaran yang ingin dicapai dari permasalahan program linear yang berkaitan
dengan penggunaan secara optimal atas sumberdaya yang terbatas. Fungsi tujuan
yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah maksimisasi keuntungan. Adapun
keuntungan yang akan dimaksimalkan merupakan selisih antara penerimaan
dengan total biaya produksi. Koefisien fungsi tujuan pada model program linear
ini adalah keuntungan dari penjualan masing – masing jenis produk dimana
formulasinya adalah sebagai berikut:
2

Z   (TRij  TCij ) Xij
j 1

2

Z   AijXij
i 1

Keterangan,

17

Z
TRij
Tcij
Aij
Xij
I
J

= Nilai fungsi tujuan/ keuntungan yang ingin dimaksimumkan (Rp)
= Kontribusi penerimaan dari produk ke-i pada triwulan ke-j (Rp)
= Kontribusi biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk ke-i pada
triwulan ke-j (Rp)
= Kontribusi keuntungan persatuan yang dihasilkan dari produk ke-i pada
triwulan ke-j (Rp)
= Jumlah aktivitas produksi dari produk ke-i pada triwulan ke-j (m)
= Jenis produksi yang dihasilkan (1= produk A dan 2 = produk B )
= Periode produksi selama satu tahun (4 triwulan)

Pada fungsi tujuan, aktivitas produksi yang dimasukkan adalah aktifitas
pengolahan RSS danLateks Pekat. Adapun kendala-kendala yang masuk dalam
model pemrograman linear untuk produksi RSS dan Lateks Pekat meliputi
kendala di kebun dan kendala di pabrik, yaitu:
1. Bahan baku.
Bahan baku merupakan faktor utama dalam pembuatan karet RSS dan
lateks pekat yang merupakan lateks kebun(cair). Setiap olahan karet memiliki
kadar lateks yang dianjurkan.
2

 BijXij  b
i 1

Bij
Bj

j

= Koefisien Penggunaan bahan baku untuk aktivitas ke-i pada triwulan ke-j
(kg/triwulan)
= Ketersediaan bahan baku pada bulan ke-j (kg/triwulan) selama
periodeanalisis

2. Taksasi Produksi
Taksasi Produksi merupakan perkiraan jumlah produksi yang seharusnya
dicapai. Penentuan taksasi di Kebun Jalupang ditetapkan sesuai dengan
permintaan pasar akan masing-masing jenis karet olahan.
2

 SijXij  s
i 1

Sij
sij

j

= Koefisien taksasi produksi untuk aktivitas ke-i pada triwulan ke-j
(kg/triwulan)
= Ketetapantaksasi produksi untuk menghasilkan produk ke-i pada triwulan
ke-j selama periode analisis

3. Bahan Penolong
Dalam melakukan proses produksi pengolahan RSS dan Lateks Pekat
dibutuhkan beberapa bahan penolong dalam pengolahannya yaitu Asap Cair
Formula Sheet(AFS) dan Amoniak. Pemakaian bahan baku penolong per Kg
Karet Kering RSS dan Lateks Pekat serta ketersediaan bahan penolong tersebut
merupakan fungsi kendala bahan penolong.
2

 PijXij  p
i 1

ij

18

Pij
pj

= Koefisien Penggunaan bahan penolong untuk aktivitas ke-i pada triwulan
ke-j (kg/triwulan)
= Ketersediaan bahan penolong untuk menghasilkan produk ke-i pada
triwulan ke-j selama periode analisis

4. Kendala Ketersediaan Jam Kerja Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dihitung sebagai batasan dalam produksi RSS dan
Lateks Pekat adalah tenaga kerja langsung. Ketersediaan tenaga kerja tersebut
dihitung berdasarkan jumlah jam kerja yang terdapat dalam suatu periode.
Sedangkan jumlah jam kerja yang dibutuhkan dalam memproduksi RSS dan
Lateks Pekat adalah dihitung berdasarkan jam kerja reguler yang satuannya adalah
jam.
2

 TijXij  t
i 1

Tij
tij

ij

= Koefisien Penggunaan tenaga kerja langsung untuk aktivitas ke-i pada
triwulan ke-j (jam/triwulan)
= Ketersediaan jam kerja tenaga kerja langsung untuk menghasilkan produk
ke-i pada triwulan ke-j selama periode analisis

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Sejarah Singkat dan Lokasi Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Jalupang yang berlokasi di
Kabupaten Subang merupakan suatu unit usaha perkebunan yang pengelolaannya
selalu berganti – ganti. Unit usaha pekebunan ini pernah dikelola oleh perusahaan
swasta asing pada Periode Jaman Pemerintahan Belandadan Jepang Kemerdekaan.
Kemudian, pada jaman kemerdekaan pun perusahaan yang mengelola unit usaha
Kebun Jalupang berganti – ganti, dan kini unit usaha tersebut dikelola oleh PTPN
VIII.
PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Jalupang persisnya terletak di Jalan
Raya Cipeundeuy Km.20, Desa Lengkong, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten
Subang Jawa Barat. Kebun Jalupang memiliki luas areal sebesar 3.754,89 hektar.
Pabrik pengolahan karet sendiri berdiri di atas bangunan sebesar 15.000 m2.
Lokasi PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Jalupang dapat dipandang sangat
strategiskarena hal-hal berikut: 1) dekat dengan lokasi pasar (berbagai perusahaan
industri hilir yang menggunakan bahan baku karet alam), 2) kondisi sarana jalan
transportasi cukup baik (berjarak 1.5 Km dari jalan raya kabupaten yang
menghubungkan Kota Subang dengan Kota Jakarta), dan 3) dekat dengan sumber
tenaga kerja yang diperlukan untuk mendukung proses produksi (massyarakat
yang bertempat tinggal di desa sekitar).
Struktur Organisasi Kebun Jalupang

19

Struktur organisasi dalam PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Jalupang
ini berbentuk garis.Sebagaimana tertera pada struktur organisasi Kebun Jalupang,
perintah dari pimpinan langsung kepada bawahan.(Lampiran 3). Dalam hal ini,
untuk seluruh rangkaian proses produksi RSS maupun lateks pekat di Kebun
Jalupang, kekuasaan dan tanggung jawab tertinggi dipegang oleh satu pimpinan,
yaitu Administratur. Namun demikian, dalam p