Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anemia dan Dampaknya terhadap Perkembangan Motorik Anak (Usia 12-24 Bulan) di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS ANEMIA
DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK
BADUTA (USIA 12-24 BULAN) DI KECAMATAN DARUL
IMARAH, KABUPATEN ACEH BESAR

SURYANA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Status Anemia dan Dampaknya terhadap Perkembangan Motorik
Baduta (usia 12-24 bulan) di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015

Suryana
NIM 1151124121

RINGKASAN
Suyana. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Anemia dan Dampaknya
terhadap Perkembangan Motorik Baduta (usia 12-24 Bulan) di Kecamatan Darul
Imarah, Kabupaten Aceh Besar. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH dan
DADANG SUKANDAR.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi anemia dan dampaknya terhadap perkembangan motorik anak
baduta usia 12-24 bulan. Tujuan khusus penelitian ini sebagai berikut: (1)
mengidentifikasi karakteristik baduta (umur, jenis kelamin dan berat badan lahir),
karakteristik sosial ekonomi keluarga (pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua,
pendapatan perkapita, besar keluarga dan jumlah balita dalam keluarga),

pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan, praktik pola asuh makan, konsumsi
pangan, status kesehatan, dan status anemia baduta serta perkembangan motorik
(motorik kasar dan halus) baduta usia 12-24 bulan; (2) menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi status anemia anak baduta usia 12-24 bulan; (3) menganalisis
dampak anemia terhadap perkembangan motorik kasar dan halus anak baduta usia
12-24 bulan.
Populasi target dalam penelitian ini adalah semua anak baduta berusia 1224 bulan yang berada di Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar. Sementara yang
menjadi populasi sasaran adalah populasi target yang terpilih memenuhi kriteria
yaitu lahir cukup bulan (≥ 37 minggu), kondisi anak tidak sedang dalam kondisi
sakit parah, tinggal bersama ibu, serta ibu bersedia berpartisipasi. Contoh adalah
bagian dari populasi sasaran yang direncanakan yaitu yang dipilih secara acak
dengan menggunakan teknik penarikan contoh acak berlapis dengan alokasi
proporsional, yang mewakili rumah tangga Pra Sejahtera/Sejahtera I, Sejahtera II,
dan Sejahtera III. Ukuran minimal contoh adalah 102 orang baduta usia 12-24
bulan.
Pengukuran variabel karakteristik baduta, karakteristik sosial ekonomi
keluarga, pengetahuan gizi dan kesehatan ibu, praktik pola asuh makan dan
riwayat ISPA dan diare dengan metode wawancara menggunakan kuesioner
terstruktur. Konsumsi pangan dengan metode recall 24 jam. Status gizi
antropometri dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U) dan panjang badan

menurut umur (PB/U). Kadar Hb menggunakan alat Hemocue 201+. Data
perkembangan motorik halus dan motorik kasar dengan menggunakan instrumen
DENVER II. Data dianalisis menggunakan microsoft Excel 2013, SPSS version
16.0 for Windows dan SAS version 9.1 for Windows. Analisis statistik yang
dilakukan yaitu deskriptif, dan regresi linear berganda.
Contoh dalam penelitian ini adalah baduta berjumlah 102 orang yang
tinggal di Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar. Prevalensi anemia
sebesar 68.6% dan kadar Hb berkisar 7.0 – 12.4 g/dL dengan rata-rata sebesar
10.1 ± 1.3 g/dL. Terdapat kecenderungan proporsi baduta laki-laki lebih tinggi
(75.0%) mengalami anemia dibandingkan baduta perempuan 63.8%. Selanjutnya,
terdapat kecenderungan proporsi baduta dengan usia 19-24 bulan lebih tinggi
(70.6%) mengalami anemia dibandingkan usia 12-18 bulan sebesar 67.8%.
Proporsi baduta dengan berat badan lahir ≥2500 g lebih tinggi (69.7%) mengalami
anemia dibandingkan berat badan lahir