Dampak Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Temperature Humidity Index (THI) Kawasan Kampus IPB Dramaga

DAMPAK PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN TERHADAP
TEMPERATURE HUMIDITY INDEX (THI) KAWASAN
KAMPUS IPB DRAMAGA

NURUL FAHMI

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Perubahan
Tutupan Lahan Terhadap Temperature Humidity Index (THI) Kawasan Kampus IPB
Dramaga adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013
Nurul Fahmi
NIM G24090030

ABSTRAK
NURUL FAHMI. Dampak Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Temperature
Humidity Index (THI) Kawasan Kampus IPB Dramaga. Dibimbing oleh SOBRI
EFFENDY.
Keberadaan kampus IPB (Institut Pertanian Bogor) Dramaga tidak hanya
memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar, tetapi
juga berdampak negatif pada kondisi lingkungan. Salah satunya adalah perubahan
tutupan lahan yang menyebabkan berkurangnya ruang terbuka hijau. Ketersediaan
ruang terbuka hijau mempengaruhi kondisi kenyamanan manusia. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan tutupan lahan
terhadap suhu udara dan Temperature Humidity Index (THI) kawasan kampus IPB
Dramaga. THI merupakan metode yang digunakan dalam menentukan indeks
kenyamanan, yang menggabungkan antara suhu udara dan kelembaban relatif.
Suhu udara diekstrak dari data Landsat dengan metode neraca energi. Penutupan

lahan diduga melalui metode klasifikasi tidak terbimbing. Suhu udara rata-rata
tahun 1994, 1997, 2006 dan 2009 adalah 24.7 °C, 26.9 °C, 27.4 °C, dan 27.7 °C,
sementara itu luas RTH sebesar 80 %, 74.4 %, 52 %, dan 36.4 %. Nilai THI tahun
1994, 1997, 2006 dan 2009 adalah 24.1 oC, 25.8 oC, 25.8 oC, dan 26.4 oC. Hal ini
menunjukkan bahwa berkurangnya luasan ruang terbuka hijau berdampak pada
peningkatan suhu udara dan nilai THI kawasan kampus IPB Dramaga berada pada
titik kritis kenyamanan.
Kata kunci: kampus IPB Dramaga, Landsat, Ruang Terbuka Hijau (RTH), suhu
udara, Temperature Humidity Index (THI), tutupan lahan

ABSTRACT
NURUL FAHMI. The Impact of Land Cover Change On Temperature Humidity
Index of IPB Dramaga Campus Area. Supervised by SOBRI EFFENDY.
The existence of IPB (Bogor Agricultural University) Dramaga campus
doesn’t only give a possitive impact on economy aspect of the surrounding
communities, but also give negative impact on the environment. One of which is
the land cover change that cause reduction green open space. The presence of
green open space can affect human comfort condition. The objective of this
research is to determine the impact of land cover changes on air temperature and
Temperature Humidity Index (THI) of IPB Dramaga campus area. THI is a

method to determine the comfort index, which combines the air temperature and
relative humidity. Air temperature are derived from Landsat using energy balance
method. Land cover are classified using unsupervised method. Average air
temperature in 1994, 1997, 2006 and 2009 respectively are 24.7°C, 26.9°C,
27.4°C and 27.7°C, while the THI values are 24.1oC, 25.8oC, 25.8oC and 26.4oC.
Urban green space in the years above respectively are 80%, 74.4%, 52% and
36.4%. It shows that the reduced of green open space affects the temperature
increase and the value of THI IPB Dramaga campus area is at a critical point of
comfort.
Keywords: air temperature, green space area, IPB Dramaga campus, land cover,
Landsat, Temperature Humidity Index (THI)

DAMPAK PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN TERHADAP
TEMPERATURE HUMIDITY INDEX (THI) KAWASAN
KAMPUS IPB DRAMAGA

NURUL FAHMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains
pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Dampak Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Temperature
Humidity Index (THI) Kawasan Kampus IPB Dramaga
Nama
: Nurul Fahmi
NIM
: G24090030

Disetujui oleh

Dr Ir Sobri Effendy, MSi

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Rini Hidayati, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhamdulillah atas limpahan kasih sayang Allah SWT penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah dengan judul : Dampak Perubahan Tutupan Lahan
Terhadap Temperature Humidity Index (THI) Kawasan Kampus IPB Dramaga.
Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat kelulusan di program studi
Meteorologi Terapan, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian, Bogor.
Selama penulisan karya ilmiah ini penulis telah banyak menerima bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ungkapan terima kasih patut penulis
sampaikan pada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya
ilmiah ini yaitu :

1. Ayahanda Kharis, Ibunda Baroyah serta adik tercinta Lela Widiawati dan
alm.Khusnul Hidayah atas segala bentuk dukungan, semangat, doa dan kasih
sayang yang diberikan kepada penulis di setiap saat.
2. Bapak Dr.Ir. Sobri Effendy, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan waktu, ilmu, bimbingan, kritik dan saran dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini.
3. Ibu Dr.Ir.Rini Hidayati, MS selaku pembimbing akademik dan ketua
Departemen Geofisika dan Meteorologi.
4. Segenap staf pengajar dan pegawai Departemen Geofisika dan Meteorologi
yang memberikan bimbingan, arahan, nasehat serta ilmu yang bermanfaat
bagi penulis.
5. Rekan satu bimbingan (Khabib, Alin, dan Dieni) dan tim asisten
Meteorologi Satelit (Kak Fauzan, Tommy, Jame, Winda dan Eko) atas
segala bantuan selama proses penelitian.
6. Teman-teman yang sering dimintai tolong, Dimas, Ipin, Amrun, Luqman,
Didi, Hifdi, Zaenal, Ijal, bang Nowa, Zia, Silvi, Muha, Wengky, Hanifah,
Icih, Wayan, Dissa, Noya, Ocha dan yang tidak bisa saya sebutkan.
7. Teman-teman seperjuangan, Galih, Adam, ka Okta, ka Pungki, alm.Rifdah,
teh Inggit, teh Ismi, Vada, Tri, Anis, semua keluarga SerumG dan temanteman IGTF Tlogopakis.
8. Donatur beasiswa Permata Bank Syariah, Qatar C. Foundation dan

Mitsubishi Foundation.
9. Seluruh teman-teman GFM 46, kakak GFM 44 dan GFM 45, adik GFM 47
dan GFM 48 serta semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diperlukan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga
karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak dan berguna bagi
perkembangan ilmu pengetahuan. Amin.
Bogor, April 2013
Nurul Fahmi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x


DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

METODE

2


Bahan

3

Alat

3

Prosedur Analisis Data

3

Pendugaan Tutupan Lahan

4

Pendugaan Suhu Permukaan

4


Penentuan Neraca Energi

5

Pendugaan Suhu Udara

7

Analisis Dampak Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Suhu Udara dan
Temperature Humidity Index (THI)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Gambaran Umum Wilayah Kampus IPB Dramaga


8

Perubahan Tutupan Lahan

9

Perubahan Nilai Suhu Permukaan

10

Perubahan Nilai Radiasi Netto

11

Pendugaan Nilai Suhu Udara

11

Dampak Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Suhu Udara dan Temperature
Humidity Index (THI)

12

SIMPULAN DAN SARAN

16

Simpulan

16

Saran

17

DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

21

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Perbandingan selang kenyamanan beberapa negara
Suhu permukaan dugaan
Nilai Ts rata-rata, Albedo, dan Rn
Perbandingan Ta dugaan (°C) dengan Ta observasi (°C)
Ta setelah disesuaikan dengan hasil observasi
Perbandingan nilai RTH dan suhu udara
Sebaran pengurangan RTH dan peningkatan suhu udara
Hubungan RTH dan suhu udara
Nilai Ta, RH dan THI kawasan kampus IPB Dramaga
Perbandingan nilai THI pada pagi, siang dan sore

2
11
11
12
12
13
13
14
14
14

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Diagram alir penelitian
Wilayah kajian
Penutupan lahan kawasan kampus IPB tahun 1994 (kiri) dan tahun
2009 (kanan) hasil pengolahan Landsat
Perubahan tutupan lahan kawasan kampus IPB Dramaga
Persamaan antara RTH dan suhu udara
Perbandingan antara RTH dan luas daerah yang memiliki suhu udara
≥ 27 oC
Sebaran suhu udara kawasan kampus IPB Dramaga tahun 1994 (kiri)
dan 2009 (kanan)

3
8
9
10
13
15
16

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

Tutupan Lahan Kawasan Kampus IPB Dramaga
Sebaran Suhu Kawasan Kampus IPB Dramaga

19
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberadaan kampus IPB Dramaga memberikan dampak positif terhadap
perekonomian masyarakat sekitar (Suharyanto 2007). Selain itu berdampak pula
pada kondisi lingkungan, yaitu perubahan fungsi lahan dari ruang terbuka hijau
(RTH) menjadi ruang terbangun. Penggunaan lahan dapat berpengaruh terhadap
penerimaan radiasi matahari dan kemampuan bahan penutup lahan tersebut dalam
melepaskan panas yang diterima dari radiasi matahari. Hal ini akan berpengaruh
terhadap suhu udara.
Ruang terbuka hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam
(Undang-undang No. 26 Tahun 2007). Proporsi RTH minimal 30% dari luas
wilayah kota. Effendy (2009) menjelaskan bahwa terjadi peningkatan suhu udara
pada wilayah yang mengalami penurunan RTH. Oliveira (2012) menyatakan
bahwa ukuran ruang terbuka hijau (RTH) akan menentukan besar kecilnya efek
dari penurunan suhu udara (cooling effect) di lingkungan tersebut. Kanopi yang
renggang akan menyebabkan radiasi yang sampai ke area tersebut menjadi lebih
banyak digunakan untuk memanaskan udara.
Peningkatan suhu udara akan mempengaruhi kenyamanan manusia yang
tinggal di wilayah tersebut. Temperature Humidity Index (THI) merupakan salah
satu metode yang dapat digunakan untuk mengkaji tingkat kenyamanan suatu
daerah. Metode ini menghasilkan suatu indeks untuk menetapkan efek dari
kondisi panas terhadap kenyamanan manusia berdasarkan unsur suhu udara dan
kelembaban di wilayah tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Syah (2011)
untuk kasus Kota Depok menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan RTH
dengan maksud untuk perluasan pemukiman perkotaan berkontribusi terhadap
peningkatan suhu udara sehingga menyebabkan ketidaknyamanan terjadi. Hal
tersebut diduga juga akan terjadi di kawasan kampus IPB Dramaga Bogor,
sehingga dilakukanlah penelitian ini.
Kawasan RTH akan memberikan cooling effect sehingga nilai suhu udara di
kawasan RTH akan lebih rendah dibandingkan dengan kawasan non-RTH.
Shahidan et al. (2010) menjelaskan bahwa kawasan RTH akan mendapatkan
radiasi yang lebih sedikit akibat adanya proses transmisi. Semakin sedikitnya
radiasi yang diterima pada kawasan RTH akan memungkinkan terjadinya
penurunan suhu udara dan peningkatan kelembaban relatif di sekitar sehingga
dapat memperbaiki kenyaman termal manusia.
Suhu udara yang lebih panas pada kawasan non-RTH memberikan dampak
kenyamanan yang lebih buruk dibandingkan dengan kawasan yang memiliki RTH
pada siang hari. Hal ini disebabkan karena pada kawasan non-RTH tidak ada
penghalang radiasi yang masuk sehingga radiasi yang datang langsung diterima
oleh permukaan. Naungan yang diberikan oleh pohon akan memberikan
kenyamanan untuk manusia yang berada di bawahnya ketika melakukan aktivitas
seperti duduk atau berjalan (Shahidan et al. 2010). Shahidan juga menyebutkan
bahwa penanaman pohon yang dilakukan secara berkelompok akan memberikan

2
manfaat yang lebih besar untuk menurunkan suhu udara dan suhu permukaan
tanah. Areal bervegetasi memiliki peranan penting dalam mempengaruhi albedo
dan nilai dari radiasi surya yang sampai ke wilayah perkotaan. Hal tersebut
berkorelasi positif terhadap kenyamanan manusia jika dilihat dari indeks
kenyamanan yang dihasilkan (Gomez et al. 2004). Setiap wilayah memiliki selang
kenyamanan yang berbeda-beda.
Tabel 1 Perbandingan selang kenyamanan beberapa Negara
Negara
Selang Kenyamanan THI (oC)
Indonesia
20-26
Malaysia
21-26
India
21-26
Eropa
20-26
England
14-19
(sumber: Ayoade 1983)

Pustaka
Mom 1947
Webb 1952
Malhotra 1955
McFlane 1958
Bedford 1954

Teknologi penginderaan jauh sangat membantu dalam penelitian analisis
spasial. Kelebihan penginderaan jauh dalam hal penyediaan data spasial rapat
dengan akurasi baik serta cakupan wilayah yang luas telah dibuktikan oleh
Streutker (2003), sehingga keterbatasan jumlah stasiun cuaca konvensional secara
spasial dapat ditutupi dengan penggunaan penginderaan jauh. Keunggulan lain
adalah tersedianya multikanal, sehingga untuk sekali pengambilan data dapat
dikeluarkan beberapa parameter secara bersamaan, dengan demikian penentuan
hubungan keterkaitan antara RTH dan suhu udara menjadi potensial sebagai
bahan kajian (Effendy 2009).

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu:
1. Menghitung presentase perubahan tutupan lahan dan pengaruhnya terhadap
suhu udara kawasan kampus IPB Dramaga.
2. Menghitung presentase perubahan tutupan lahan dan pengaruhnya terhadap
indeks kenyamanan kawasan kampus IPB Dramaga.

METODE
Penelitian ini dilakukan dengan metode penginderaan jauh. Wilayah yang
dikaji adalah wilayah kampus IPB Dramaga Bogor, Provinsi Jawa Barat, pada
bulan Januari sampai dengan April tahun 2013. Pengolahan data dilakukan di
Laboratorium Meteorologi dan Pencemaran Atmosfer Departemen Geofisika dan
Meteorologi Institut Pertanian Bogor.

3
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Citra Landsat path/row 122/65 akuisisi 14 Maret 1994, 26 Juni 1997, 5 Juli
2006 dan 2 November 2009. Data-data ini dipilih karena data tahun tersebut
merupakan data terbaik yang dapat diolah nilai kanal termal inframerahnya dari
citra Landsat. (sumber: USGS)
b. Peta spasial administrasi wilayah Dramaga skala 1:25.000. Digunakan untuk
pemotongan wilayah kajian. (sumber: Bappeda Kota Bogor)
c. Foto udara tahun 2012. Digunakan sebagai acuan dalam melakukan klasifikasi
penutupan lahan. (sumber: googlemaps)
d. Data suhu udara dan kelembapan relatif (RH) hasil observasi Stasiun
Klimatologi Dramaga, Kabupaten Bogor pada tanggal yang sama dengan
akuisisi Landsat. Data suhu udara digunakan sebagai pembanding data suhu
udara dugaan dari citra Landsat, sedangkan data RH digunakan sebagai
masukan dalam perhitungan THI. (sumber: Stasiun Klimatologi Dramaga,
Kabupaten Bogor)

Alat
Alat yang digunakan adalah seperangkat komputer yang dilengkapi dengan
perangkat lunak ER Mapper, Arc GIS, spreadsheet,dan serta beberapa perangkat
lunak penunjang lainnya.

Prosedur Analisis Data
Untuk mempermudah memahami langkah-langkah penelitian maka pada
setiap tahapan secara umum disajikan dalam bentuk diagram alir pada Gambar 1.
Citra Landsat

Peta
Administrasi

Koreksi Citra
Kanal 542

Cropping

Kanal 6

Kanal 321
Neraca Energi

Ts
s
Ta Dugaan

Tutupan Lahan

Ta
Observasi

Ta
Tervalidasi

Analisis dampak
Penghitungan THI

Gambar 1 Diagram alir penelitian

4
Pendugaan Tutupan Lahan
Tutupan lahan diduga dari hasil klasifikasi citra menggunakan gabungan
kanal 2, 4 dan 5. Hal ini berdasarkan panjang gelombang yang dimiliki kanalkanal tersebut yang dapat menduga dan membedakan obyek dengan baik.
Gabungan kanal 542 dipilh karena lebih baik daripada gabungan kanal 543 dalam
membedakan objek pada citra (Syah 2009). Proses klasifikasi menggunakan
metode isoclass unsupervised, diawali dengan pembagian tutupan lahan menjadi 20
kelas terlebih dahulu, kemudian kelas yang memiliki kemiripan warna dijadikan
dalam satu kelas yang sama hingga akhirnya didapatkan tiga klasifikasi
penutupan lahan kawasan kampus IPB Dramaga. Foto udara digunakan sebagai
alat bantu dalam melakukan pengecekan dan pengelompokkan kelas tutupan
lahan.
Pendugaan Suhu Permukaan
Pendugaan suhu permukaan dari citra Landsat menggunakan kanal enam
pada kisaran panjang gelombang 10.40 m hingga 12.50 m, meliputi tahap-tahap
sebagai berikut
(a) Konversi Digital Number (DN) ke Nilai Spectral Radiance
Persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai spectral radiance dari
nilai DN (USGS 2003)
-

Keterangan :
L
QCAL
Lmin
Lmax
QCALmin
QCALmax

(

-

)

…….……… (1)

= Spectral radiance pada kanal ke-i (Wm-2sr-1 m-1)
= Nilai digital number kanal ke-i
= Nilai minimum spectral radiance kanal ke-i
= Nilai maksimum spectral radiance kanal ke-i
= Minimum pixel value
= Maksimum pixel value (255)

(b) Konversi Nilai Spectral Radiance (L ) ke Brightness Temperature (TB)
Persamaan menggunakan konstanta kalibrasi: K1= 666.09 Wm-2sr-1 m-1
dan K2= 1282.71 K (USGS 2003)
…………………………………..……………………… (2)
(c) Konversi Brightness Temperature (TB) ke Suhu Permukaan (TS)
Persamaan yang digunakan merupakan persamaan yang ditentukan oleh
Weng (2001)
....................................................................................... (3)
Keterangan:
Ts
= Suhu permukaan (K)
= 11.5 m (Nilai tengah panjang gelombang kanal 6)

5

H
C
Σ
TB

= hc/σ (besarnya = 1.438 x 10-2 m K)
= Konstanta Planck (6.26 x 10-34J sec)
= Kecepatan cahaya (2.998 x 108 m s-1)
= Konstanta Stefan-Boltzman (1.38 x 10-23 J K-1)
= Emisivitas objek, untuk badan air= 0.98, RTH= 0.95, nonRTH= 0.92 (Weng 2001)
= Suhu kecerahan (brightness temperature)

Penentuan Neraca Energi
Penentuan neraca energi meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
(a) Radiasi Netto dan Albedo
Radiasi netto (Rn) merupakan selisih antara gelombang pendek matahari
dan gelombang panjang yang datang ke permukaan bumi dengan gelombang
pendek dan gelombang panjang yang keluar. Berikut persamaannya
Rn = Rsin – Rsout + Rlin - Rlout
Keterangan:
Rn
Rsin
Rsout
Rlin
Rlout

………………………………….. (4)

= Radiasi netto (W m-2)
= Radiasi gelombang pendek yang datang (W m-2) ekstraksi
Landsat
= Radiasi gelombang pendek yang keluar (W m-2)
= Radiasi gelombang panjang yang datang (W m-2)
= Radiasi gelombang panjang yang keluar (W m-2)

Energi radiasi gelombang pendek yang dipantulkan oleh suatu
permukaan dapat diduga dari sensor satelit yang menerima kisaran panjang
gelombang pendek. Pada citra Landsat, kisaran panjang gelombang pendek
diterima oleh kanal 1, 2 dan 3. Persamaan yang digunakan mengikuti
Persamaan 1 dengan QCAL, Lmin dan Lmax untuk kanal 1, 2 dan 3.
Albedo merupakan perbandingan radiasi gelombang pendek yang
dipantulkan dengan radiasi gelombang pendek yang datang pada permukaan.
Dirumuskan sebagai berikut:
…………………………………...................................... (5)
Pendugaan albedo dari citra Landsat dalam USGS (2003), dapat
ditentukan menggunaan persamaan
………………………………….......................... (6)
Keterangan:
d
ESUN
L
Cos θ

= Jarak astronomi bumi matahari
= Rata-rata nilai solar spectral irradiance pada kanal tertentu
= Spectral radiance
= Zenith matahari ( θ nilai dari sun elevation pada metadata)

Setelah nilai albedo dan jumlah energi radiasi gelombang pendek yang
dipantulkan oleh suatu permukaan diketahui, besarnya radiasi gelombang
pendek yang diterima permukaan dapat dirumuskan sebagai berikut

6
…………………………….............................................. (7)
Satuan untuk total energi radiasi gelombang pendek masih dinyatakan
dalam satuan Wm-2sr-1 m-1. Hal ini menyatakan laju perpindahan energi (W)
yang terekam oleh sensor per m-2 luas permukaan untuk satu steradian (sudut
tiga dimensi dari sebuah titik di permukaan bumi ke sensor satelit) per unit
panjang gelombang dalam satu kali pengukuran.
Langkah selanjutnya mengkonversi Wm-2sr-1 m-1 menjadi satuan energi
-2
W.m agar dapat dilakukan perhitungan dengan parameter lainnya. Persamaan
yang digunakan untuk mengembalikan nilai menjadi radiasi yang tidak
tergantung pada sifat lengkung permukaan bumi
…………………………………….................................. (8)

2

Keterangan:
E = Energi (W m-2 m-1)
π = 3.14
d = Jarak bumi matahari dalam satuan astronomi
Unsur panjang gelombang ( m-1) dapat dihilangkan dengan cara
mengalikan dengan nilai tengah panjang gelombang dari masing-masing
kanal.
Radiasi gelombang panjang yang keluar (Rlout) dapat diturunkan dari
persamaan Stefan-Boltzman, dimana ε = emisivitas, Ts merupakan suhu
permukaan objek (K) dan σ = Tetapan Stefan-Boltzman (5.67x10-8Wm-2K-4)
Rl

σ

4
s

………………………………………........................ (9)

Radiasi gelombang panjang yang datang (Rlin) merupakan emisi dari
atmosfer. Persamaan yang digunakan adalah (Stull 1995)
Rlin = 98.5 – Rlout

……………………………………................ (10)

Nilai 98.5 adalah konstanta dengan satuan W m-2. Namun karena nilainya
yang sangat kecil disebabkan oleh penutupan awan mendekati nol, maka Rlin
dianggap tidak berpengaruh dalam perhitungan nilai radiasi netto.
(b) Fluks Panas Tanah (G)
Fluks panas tanah adalah sejumlah energi radiasi surya yang sampai
pada permukaan tanah dan digunakan untuk berbagai proses fisik dan biologi
tanah. Secara umum, FAO (1998) menghitung nilai G pada saat siang hari
sebesar 0.1Rn.
(c) Fluks Panas Udara (H)
Fluks panas udara adalah sejumlah energi radiasi netto yang digunakan
untuk memanaskan udara dan dikenal sebagai panas udara terasa. Fluks H
dihitung berdasarkan persamaan neraca energi permukaan
H G
dan
persamaan bowen ratio �=���, (nilai β berbeda-beda untuk setiap tutupan
lahan: air = 0.1, rumput = 0.5, wilayah kering = 5), sehingga diperoleh
H

-G

………………………………………......................... (11)

7
Pendugaan Suhu Udara
Suhu udara dapat diduga dari fluks panas terasa (Monteith dan Unsworth
1990)
-

H

…………………...………………………................... (12)

H

Berdasarkan Persamaan 12, persamaan untuk menentukan suhu udara dapat
ditentukan sebagai berikut
-[

H

]

………………………………………….................... (13)

Keterangan:
H = Fluks pemanasan udara (W m-2)
ρair = Kerapatan udara lembab (1.27 kg m-3)
Cp = Panas spesifik udara pada tekanan konstan (1004 J Kg-1K-1)
Ts = Suhu permukaan (K)
Ta = Suhu udara (K)
raH = Tahanan aerodinamik (s m-1) Rosenberg (1974): raH=31.9 x u-0.96
u adalah kecepatan angin normal pada ketinggian 1.2 m untuk ruang
terbangun= 1.79 ms-1 dan RTH= 1.41 ms-1
Dampak Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Suhu Udara dan Temperature
Humidity Index (THI)
Penjelasan secara ilmiah mengenai laju pemanasan atau pendinginan suhu
udara akibat pengurangan atau penambahan RTH adalah mengikuti hukum
pendinginan Newton, yang dapat dinyatakan secara matematis sebagai
q = hA (To-T1)

…………………………………….......................... (14)

Berdasarkan Persamaan 14, nilai perubahan suhu udara dapat dituliskan
………………………………………................................... (15)
Keterangan:
q
A
h
T

= Laju transfer panas per detik (W)
= Luas area (m2)
= Koefisiesn transfer panas secara konveksi (W m-2 K-1)
= Perubahan suhu udara (K)

Nilai THI dapat ditentukan dari nilai suhu udara dan kelembapan relatif
(RH) dengan persamaan Nieuwolt (1975)
HI

H

……….................................................... (16)

Keterangan :
THI
= Temperature Humidity Index (oC)
Ta
= Suhu udara (oC)
RH
= Kelembaban relatif (%)
Kelembapan udara ditentukan oleh jumlah uap air yang terkandung di
dalam udara. Umumnya kelembapan udara dinyatakan sebagai kelembapan relatif,

8
nilai kelembapan relatif didapat dari hasil pengamatan langsung Stasiun
Klimatologi Dramaga, Bogor.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Wilayah Kampus IPB Dramaga
Kampus IPB Dramaga merupakan salah satu dari lima kampus milik Institut
Pertanian Bogor (IPB). Luas keseluruhan Kampus IPB Darmaga adalah 270 Ha,
dengan gedung-gedung utama seperti gedung rektorat dan gedung-gedung
fakultas (Pertanian, Kedokteran Hewan, Perikanan dan Ilmu Kelautan, Peternakan,
Kehutanan, Teknologi Pertanian, MIPA, Ekonomi dan Manajemen, Ekologi
Manusia) serta gedung-gedung pusat penelitian pengembangan dan pusat kegiatan
belajar-mengajar untuk Strata-1, 2 dan 3. Di kampus ini tersedia pula sejumlah
fasilitas sosial dan fasilitas umum, seperti klinik kesehatan, rumah sakit hewan,
wisma tamu, pusat kegiatan mahasiswa, asrama mahasiswa, gedung olahraga,
plaza akademik, bank, ATM dan kantor pos mobile.
Kampus IPB Dramaga dikelilingi oleh beberapa desa yang berbatasan
langsung dengan wilayah kampus, antara lain desa Babakan, desa Balungbang
Jaya, desa Cibanteng, desa Cikarawang dan desa Dramaga, yang merupakan
kawasan hunian sebagian besar civitas IPB dan masyarakat sekitar. Kecamatan
Darmaga terletak di wilayah Bogor Barat dengan luas wilayah 2.437.636 Ha.
Sebagian besar tanah yaitu 972 Ha digunakan untuk sawah, 1145 Ha lahan kering
(pemukiman, pekarangan, kebun), 49,79 Ha lahan basah (rawa, danau, tambak,
situ), 20,30 Ha lapangan olahraga dan pemakaman umum. Kecamatan Darmaga
mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan Kecamatan Rancabungur, sebelah
selatan dengan Kecamatan Tamansari/Ciomas, sebelah barat dengan Kecamatan
Ciampea, dan sebelah timur dengan Kecamatan Bogor Barat. Curah hujan di
kawasan Darmaga 1000 – 1500 mm/tahun, dengan ketinggian 500 m dari
permukaan laut. Kecamatan Darmaga mempunyai beberapa sarana dan prasarana
yang cukup lengkap, seperti sarana dan prasarana sosial, pengairan, perhubungan,
pertanian, dan perekonomian (BPS kabupaten Bogor 2009).

Gambar 2 Wilayah kajian

9
Sejak pertama kali melepaskan diri dari Universitas Indonesia (UI) pada
tanggal 1 September 1963, kampus IPB terus berkembang, terutama kampus IPB
Dramaga. Seiring berkembangnya kampus IPB Dramaga, maka jumlah bangunan
pun pasti bertambah. Hal ini berdampak pada berkurangnya ruang terbuka hijau
(RTH). Rektor IPB Prof.Dr.Ir. Herry Suhardiyanto,M.Sc memindahkan semua
aktivitas akademik strata-1 ke kampus IPB Dramaga pada tahun 2007. Hal ini
juga berdampak pada bertambahnya bangunan di dalam dan sekitar kampus IPB
Dramaga.
Keberadaan kampus IPB berdampak positif terhadap perekonomian
masyarakat sekitar, terutama sektor tersier dan sekunder (Suharyanto 2007).
Sektor tersier meliputi perdagangan, rumah makan, minimarket, jasa hunian,
persewaan, pengangkutan dan komunikasi. Sektor sekunder meliputi industri
pengolahan, gas, air minum dan bangunan. Sedangkan sektor usaha primer, yaitu
pertanian, mengalami penurunan (Suharyanto 2007). Perkembangan sektor usaha
sekunder dan tersier ini berdampak pada penurunan kualitas lingkungan, salah
satunya adalah bertambahnya bangunan-bangunan yang menyebabkan
berkurangnya ruang terbuka hijau, terutama di wilayah sekitar kampus, antara lain
desa Babakan, Cibanteng, Cikarawang, Dramaga dan Balungbang Jaya.

Perubahan Tutupan Lahan
Tutupan lahan di kawasan kampus IPB Dramaga diklasifikasikan ke dalam tiga
kelas: badan air, RTH dan bukan RTH. Badan air meliputi : danau, kolam, situ dan
sungai. RTH meliputi: hutan, jalur hijau, ladang, sawah, sempadan sungai,
pekarangan dan perkebunan. Kelompok bukan RTH meliputi : pemukiman,
pertokoan, perusahaan, industri dan lahan terbangun lainnya.
Berdasarkan pengolahan dan pendugaan dari citra Landsat, luas kawasan
kampus IPB Dramaga yang dikaji yaitu meliputi desa Babakan, Balungbang Jaya,
Cikarawang, Dramaga dan Cibanteng adalah sebesar 1146 Ha. Tutupan lahan di
kawasan kampus IPB Dramaga pada periode 1994-2009 telah banyak mengalami
perubahan.

Gambar 3 Penutupan lahan kawasan kampus IPB tahun 1994 (kiri)
dan tahun 2009 (kanan) hasil pengolahan Landsat

10
Perubahan penggunaan lahan terjadi di sekitar kawasan kampus IPB Dramaga,
dalam hal ini meliputi desa Babakan, desa Balungbang Jaya, desa Cibanteng, desa
Cikarawang dan desa Dramaga. Perubahan yang paling terlihat adalah di sekitar
jalan raya Dramaga, desa Babakan, desa Balungbang Jaya dan Cibanteng. Hal ini
dikarenakan di wilayah ini merupakan pusat dari pemukiman mahasiswa dan
tempat usaha sektor sekunder dan tersier. Sementara di sekitar desa Cikarawang
terlihat lebih hijau daripada keempat desa yang lain karena sebagian besar di desa
ini berupa areal sawah dan kebun.

Gambar 4 Perubahan tutupan lahan kawasan kampus
IPB Dramaga
Selama periode 1994 hingga 2009 terjadi perubahan tutupan lahan yaitu
berkurangnya luasan RTH dan peningkatan luasan ruang terbangun, sementara
luasan badan air cenderung lebih stabil. Luasan ruang terbangun meningkat dari
18 % pada tahun 1994 menjadi 63 % pada tahun 2009, sedangkan luasan RTH
menurun dari 80 % pada tahun 1994 menjadi 36 % pada tahun 2009. Hal ini
disebabkan oleh kebutuhan penduduk akan tempat tinggal dan tempat usaha serta
berbagai fasilitas umum lain. Setiap tahun berdatangan mahasiswa baru dengan
jumlah yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Selain bertambahnya bangunan
untuk pemukiman, bangunan untuk kegiatan usaha juga bertambah. Hal ini juga
didukung dengan laju pertumbuhan penduduk lokal kawasan Dramaga sebesar
2 % per tahun. Pertumbuhan penduduk berdampak pada perubahan tutupan lahan.
Distribusi penggunaan lahan untuk pemukiman dan tempat usaha menggeser RTH
yang ada.

Perubahan Nilai Suhu Permukaan
Nilai suhu permukaan (Ts) dipengaruhi oleh penutupan lahan, karena setiap
penutupan lahan memiliki panas jenis yang berbeda. Jika diasumsikan nilai
penambahan panas sama, suhu pada tanah yang memiliki panas jenis 800 Jkg-1K-1
akan lebih cepat naik dibandingkan dengan air yang memiliki panas jenis 4200
Jkg-1K-1. Tabel 2 menunjukkan adanya peningkatan suhu permukaan kawasan
kampus IPB Dramaga dari tahun 1994 ke tahun 2009. Peningkatan suhu
permukaan pada periode tersebut mengindikasikan adanya perubahan tutupan

11
lahan dari lahan bervegetasi menjadi lahan terbangun.
Tabel 2 Suhu Permukaan Dugaan
Tahun
1994
1997
2006
2009

Ts (°C)
26.3
28.1
28.3
29.7

Perubahan Nilai Radiasi Netto
Radiasi netto (Rn) merupakan selisih antara gelombang pendek matahari dan
gelombang panjang yang datang ke permukaan bumi dengan gelombang pendek
dan gelombang panjang yang keluar. Nilai radiasi netto dipengaruhi oleh nilai
suhu permukaan dan albedo. Semakin besar nilai albedo dan suhu permukaan
maka nilai radiasi nettonya semakin kecil karena radiasi yang dipantulkan oleh
permukaan semakin besar, contohnya daerah pemukiman dan lahan terbuka.
Sebaliknya, semakin kecil nilai suhu permukaan dan albedo maka nilai radiasi
netto semakin besar. Daerah yang memiliki radiasi netto besar adalah yang
memiliki naungan yang besar, seperti hutan.
Tabel 3 Nilai Ts rata-rata, Albedo, dan Rn
Tahun
1994
1997
2006
2009

Ts (°C)
26.3
28.1
28.3
29.7

Albedo
0.05-0.19
0.08-0.20
0.08-0.25
0.11-0.30

Rn (W/m2)
245-375
165-289
0-111
0-104

Nilai albedo berbeda-beda berdasarkan jenis penutupan lahannya. Nilai
albedo untuk air berkisar 0.1-1.0, lahan terbangun 0.1-0.35, lahan pertanian 0.180.25, dan hutan 0.05-0.2 (Oke 1997). Secara umum, nilai albedo permukaan non
vegetasi lebih tinggi daripada permukaan vegetasi. Hal tersebut disebabkan oleh
permukaan nonvegetasi lebih banyak memantulkan radiasi gelombang pendek
dibandingkan dengan permukaan bervegetasi (Syah 2011).

Perubahan Nilai Suhu Udara
Suhu udara (Ta) yang diekstrak dari citra Landsat merupakan gambaran
rata-rata suhu udara kawasan kampus IPB Dramaga yang terekam pada saat pukul
10.00 WIB. Data suhu udara hasil observasi dipilih dari Stasiun Klimatologi I
BMKG Dramaga Bogor. Suhu udara hasil observasi merupakan gambaran suhu
udara rata-rata kawasan Dramaga pada satu hari.

12
Tabel 4 Perbandingan Ta dugaan (°C) dengan Ta observasi (°C)
Tahun
1994
1997
2006
2009

Ta Duga (°C)
24.8
27.3
27.7
28.0

Ta Obs (°C)
24.5
26.5
27.0
27.4

Suhu udara hasil observasi lebih rendah daripada suhu udara hasil dugaan
pada periode yang sama. Ketidaksesuaian tersebut dimungkinkan karena adanya
pengaruh lingkungan pada saat pengambilan citra. Syah (2011) menyatakan bahwa
adanya awan menyebabkan pendugaan suhu udara menjadi lebih rendah,
sedangkan adanya bahan bangunan seperti asbes dan seng berdampak pada
pendugaan suhu udara yang lebih tinggi.
Tabel 5 Ta setelah disesuaikan dengan hasil observasi
Tahun
Ta (°C)
1994
24.7
1997
26.9
2006
27.4
2009
27.7
Tabel di atas menunjukkan telah terjadi peningkatan suhu udara selama
periode 1994-2009 di kawasan kampus IPB Dramaga. Hal ini sesuai dengan
beberapa kajian mengenai hubungan peningkatan suhu udara dengan perubahan
penggunaan lahan di wilayah lainnya. Wilayah JABOTABEK mengalami
peningkatan suhu udara selama periode 1991-2004, dari 30.7 oC menjadi 32.4 oC
(Effendy et al. 2006).

Dampak Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Suhu Udara dan THI
Pada gambar 3 telah dijelaskan bahwa terjadi perubahan tutupan lahan di
kawasan kampus IPB Dramaga, yaitu semakin berkurangnya RTH dan
meningkatnya lahan terbangun. Pengurangan RTH menyebabkan peningkatan suhu
udara terjadi (Tabel 6). Hal ini perlu mendapat perhatian serius oleh semua pihak
yang terkait agar mempertahankan RTH yang ada, bahkan lebih disarankan untuk
menambah luasan RTH yang ada untuk meminimalisir dampak ini. Hubungan antara
RTH dan suhu udara dapat dijelaskan oleh persamaan 15. Pada saat nilai laju
transfer panas (q) diasumsikan tetap dan luasan (A) RTH berkurang maka nilai T
menjadi besar hal ini berarti suhu akhir lebih besar daripada suhu awal.
Sebaliknya, saat terjadi penambahan RTH, nilai T menjadi lebih kecil, suhu akhir
lebih kecil dari nilai awal.

13
Tabel 6 Perbandingan Nilai RTH dan suhu udara
Tahun
1994
1997
2006
2009

Luasan RTH (%)
80
74
52
36

Ta (°C)
24.7
26.9
27.4
27.7

Pengurangan luasan RTH menyebabkan peningkatan suhu udara. Saat terjadi
pengurangan RTH, permukaan lahan menjadi terbuka dari naungan dalam waktu
yang relatif singkat, akibatnya laju transfer panas ke udara di atasnya juga menjadi
lebih cepat. Kanopi yang renggang akan menyebabkan radiasi yang sampai ke area
tersebut menjadi lebih banyak digunakan untuk memanaskan udara. Pengurangan
luasan RTH dan peningkatan suhu udara bervariasi untuk masing-masing desa.
Tabel 7 Sebaran pengurangan RTH dan peningkatan suhu udara
Luasan RTH (%)
1994 1997 2006 2009
63
59
51
30
65
64
58
38
73
51
48
35
86
83
70
66
81
77
64
50

Desa
Babakan
Balungbang Jaya
Cibanteng
Cikarawang
Dramaga

1994
26.5
25.5
25.2
23.5
24.8

Ta (°C)
1997 2006 2009
26.8 27.0 27.5
26.0 26.7 27.2
26.1 26.9 27.3
24.1 25.1 26.0
25.5 26.5 27.0

Hasil analisis bentuk hubungan antara RTH dengan suhu udara
menghasilkan persamaan berbentuk non-linier kuadratik, dengan asumsi hanya
faktor RTH yang berpengaruh terhadap peningkatan suhu udara. Bentuk tersebut
dipilih berdasarkan penelitian sejenis yang dilakukan oleh Syah (2011) dan
Effendy et al. (2006) juga menghasilkan bentuk persamaan non-linier kuadratik
dengan pola sebaran data dan nilai koefisien determinasi terkoreksi (R2adj)
tertinggi serta nilai standar deviasi model (S) terendah.
28
Suhu Udara (oC)

27
26
25
24
23
22
0

50
RTH (%)

100

Gambar 5 Persamaan antara RTH dan suhu udara
Persamaan regresi yang didapat adalah Y = -0.0012X2 + 0.0736X + 26.157
dengan nilai R2 = 0.90 dan nilai r (korelasi) = -0.90. Terdapat hubungan negatif
antara luasan RTH dengan nilai suhu udara, artinya semakin berkurang luasan
RTH maka nilai suhu udara akan meningkat, begitu pun sebaliknya. Akan tetapi

14
persamaan ini hanya berlaku pada presentase luasan RTH antara 30% hingga 80%
karena variabel input RTH hanya berkisar pada rentang tersebut.
Tabel 8 Hubungan RTH dan suhu udara
RTH (%)
30
40
50
60
70
80

Ta
27.3
27.2
26.8
26.3
25.4
24.4

Laju peningkatan atau penurunan suhu udara pada saat luasan RTH kurang
dari 60% lebih landai daripada laju peningkatan atau penurunan suhu udara pada
saat luasan RTH lebih dari 60%. Penambahan luasan RTH dari 30% menjadi 60%
hanya menurunkan suhu udara sebesar 1 oC, sedangkan penambahan luasan RTH
dari 60% menjadi 80% dapat menurunkan suhu udara sebesar 1.9 oC. Menurut
Effendy et al. (2006), pengurangan RTH lebih beresiko meningkatkan suhu udara
dibandingkan dengan penambahan RTH dalam menurunkan suhu udara. Dari
persamaan yang didapatkan, setiap pengurangan luas RTH sebesar 1%
menyebabkan peningkatan suhu udara sebesar 0.06oC. Peningkatan suhu udara
berpengaruh terhadap nilai THI. Nilai THI didapatkan melalui Persamaan 16. Nilai
Ta yang didapatkan dari hasil dugaan yang telah disesuaikan dengan hasil
observasi menjadi nilai masukan pada persamaan tersebut. Nilai RH didapat dari
hasil observasi Stasiun Klimatologi Dramaga.
Tabel 9 Nilai Ta, RH dan THI kawasan kampus IPB Dramaga
Tahun
1994
1997
2006
2009

Ta (°C)
24.7
26.9
27.4
27.7

RH (%)
88
80
71
76

THI (°C)
24.1
25.8
25.8
26.4

Nilai THI pada tabel 9 menunjukkan kondisi tingkat kenyamanan rata-rata
dalam satu hari, namun tidak dapat merepresentasikan kondisi kenyamanan pada pagi,
siang dan sore. Tabel 10 menunjukkan perbandingan nilai THI antara pagi, siang dan
sore pada tahun 1994 dan 2009.
Tabel 10 Perbandingan nilai THI pada pagi, siang dan sore
Ta
RH
Tahun
Waktu
THI (°C)
Keterangan
(°C)
(%)
Pagi
21.0
83
20.3
Nyaman
Siang
30.8
60
28.3
Tidak Nyaman
1994
Sore
27.0
80
25.9
Nyaman
2009

Pagi
Siang
Sore

23.0
31.5
28.5

93
61
75

22.7
29.0
27.1

Nyaman
Tidak nyaman
Tidak nyaman

15
o
Batas nyaman THI di Indonesia adalah 20-26 C (Ayoade 1983).
Berdasarkan tabel 9, kawasan kampus IPB Dramaga sebelum tahun 2009
tergolong dalam kategori daerah yang nyaman, tetapi karena terjadi peningkatan
suhu udara akibat pengurangan RTH dan penambahan ruang terbangun, nilai THI
meningkat sehingga kawasan kampus IPB Dramaga berada di titik kritis
kenyamanan pada tahun 2009. Pada tahun 1994 kawasan kampus IPB Dramaga
berada dalam kondisi nyaman pada saat pagi dan sore, tetapi pada siang hari
sudah tidak nyaman. Pada tahun 2009, saat siang dan sore kondisi kawasan
kampus IPB Dramaga sudah tidak nyaman meskipun pagi hari masih dalam
kondisi nyaman. Peningkatan nilai THI ini dikhawatirkan akan terus terjadi pada
tahun-tahun selanjutnya karena jumlah ruang terbangun terus bertambah, sehingga
menyebabkan kondisi lingkungan semakin tidak nyaman. Salah satu cara untuk
menyiasati pertambahan ruang terbangun adalah pembangunan ruang terbangun
secara vertikal (Syah 2011), sehingga RTH yang sudah ada tidak berkurang dan
akhirnya nilai THI kawasan kampus IPB Dramaga dapat dipertahankan dalam
batas nyaman. Hal ini juga menjadi masukan bagi IPB yang telah mendeklrasikan
sebagai kampus hijau (green campus) agar mempertahankan luasan RTH yang
ada di sekitar kampus.

Gambar 6 Perbandingan antara RTH dan luas daerah
yang memiliki suhu udara ≥ 27 oC
Umumnya orang di wilayah tropis sudah merasa tidak nyaman pada nilai
THI diatas 27 oC. Kawasan kampus IPB Dramaga yang memiliki suhu udara ≥ 27
o
C bertambah akibat pengurangan RTH. Daerah yang memiliki suhu ≥ 27 oC
menyebar di sekitar Jalan Raya Dramaga , Desa Dramaga, Desa Balungbang Jaya
dan Desa Cibanteng. Wilayah ini merupakan pusat dari pemukiman mahasiswa
dan tempat usaha sehingga perubahan penggunaan lahan RTH menjadi lahan
terbangun lebih luas di daerah ini. Sementara itu di sekitar Desa Cikarawang
memiliki suhu udara yang lebih rendah daripada desa kajian yang lainnya, hal ini
karena di daerah ini memiliki lebih banyak vegetasi. Kawasan RTH akan
memberikan cooling effect sehingga nilai suhu udara di kawasan RTH akan lebih
rendah dibandingkan dengan kawasan non-RTH. Secara spasial, sebaran luas
daerah yang memiliki suhu udara < 27 oC dan ≥ 27 oC disajikan pada Gambar 7.

16

Gambar 7 Sebaran suhu udara kawasan kampus IPB Dramaga
tahun 1994 (kiri) dan 2009 (kanan)
Perubahan a)mencolok terjadi antara tahun 1994 dan 2009. Luas kawasan
kampus IPB Dramaga Bogor yang memiliki suhu udara ≥ 27oC pada tahun 2009
mencapai 45.1% akibat pengurangan RTH. Hal serupa juga terjadi pada Kota
Surabaya. Pada periode 1994-2002 luas daerah di Kota Surabaya yang memiliki
suhu udara ≥ 27oC mencapai 100% akibat pengurangan RTH sebesar 92%
(Tursilowati 2007).
Berdasarkan pengolahan citra Landsat tahun 2009, luas RTH di kawasan
kampus IPB Dramaga masih sesuai dengan UU No. 26 tahun 2007, yaitu sebesar
36.4%. Meski begitu, sangat dimungkinkan luasan RTH di kawasan kampus IPB
Dramaga pada tahun-tahun berikutnya akan mengalami penurunan akibat alih
fungsi lahan dari RTH menjadi lahan terbangun. Semua pihak yang terkait harus
lebih perhatian lagi dalam menyikapi perubahan tutupan lahan ini. Oleh karena itu,
upaya mempertahankan dan meningkatkan pengelolaan RTH yang sudah ada
memberikan hasil yang lebih baik dalam mempertahankan nilai suhu udara pada
kisaran rata-rata yang nyaman bagi sebuah wilayah.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pengurangan RTH sebesar 43% selama periode 1994 hingga 2009
menyebabkan peningkatan suhu udara sebesar 3oC di kawasan kampus IPB
Dramaga. Hal ini membuktikan bahwa tutupan lahan mempengaruhi suhu udara
di suatu wilayah. Kawasan yang memiliki RTH akan memiliki suhu udara yang
lebih rendah dibandingkan dengan kawasan yang tidak memiliki RTH.
Berdasarkan persamaan yang didapatkan, setiap 1% penurunan luasan RTH
berpengaruh pada peningkatan suhu udara sebesar 0.06oC.

17
Nilai THI kawasan kampus IPB Dramaga meningkat 2.3oC selama periode
1994 hingga 2009 karena peningkatan suhu udara yang disebabkan oleh
pengurangan RTH. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan luasan RTH memiliki
pengaruh negatif terhadap kenyamanan manusia. Pada tahun 1994, kawasan
kampus IPB berada dalam kondisi nyaman saat pagi dan sore, siang hari sudah
tidak nyaman. Pada tahun 2009 hanya pagi hari saja yang berada dalam kondisi
nyaman, siang dan sore hari sudah tidak nyaman.

Saran
Penambahan RTH menjadi sangat penting untuk memperbaiki kondisi
kenyamanan di suatu wilayah. Terutama bagi IPB yang mendeklarasikan sebagai
kampus hijau (green campus) agar lebih memperhatikan lingkungan dalam setiap
pembangunannya.
Penelitian ini menggunakan data Landsat tahun 1994, 1997, 2006 dan 2009.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan citra Landsat yang mengalami kerusakan
pada tahun-tahun yang lain. Peneliti menyaranakan untuk meneruskan penelitian ini
menggunakan citra satelit dan daerah kajian yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Ayoade JO. 1983. Introduction to Climatology for The Tropics. John Wiley and
Sons. New York.
[BPS] Kabupaten Bogor. 2009. Kabupaten Bogor dalam Angka 2009. Bogor.
Departemen Dalam Negeri. 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2007. Tentang: Penataan Ruang.
Effendy S. 2009. Dampak Pengurangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan
Terhadap Peningkatan Suhu Udara dengan Metode Penginderaan Jauh. J
Agromet Indonesia 23(2):169-181.
Effendy S, Bey A, Zain AFM, Santosa I . 2006. Peranan Ruang Terbuka Hijau
dalam Mengendalikan Suhu Udara dan Urban Heat Island Wilayah
JABOTABEK. J Agromet Indonesia 20(1):23-33.
FAO. 1998. Crop evaporation-guidelines for computing crop water requirements.
FAO irrigation and drainage paper 56. FAO-Food and Agricultural
Organization of the United Nations. Rome.
Gomez F, Gil L, Jabaloyes J. 2004. Experimental Investigation on the Thermal
Comfort in the City: Relationship with the Green Areas, Interaction with the
Urban Microclimate. J Building and Environment 39: 1077-1086.
Kiefer R W dan Lillesan T M. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Dulbahri et al, penerjemah. Yogyakarta : Gadjah Mada Unversity Press.
Terjemahan dari : Remote Sensing and Image Interpretation.
Monteith JL. and Unsworth M.H. 1990. Principle of Enviromental Physics. 2nd.
Edward Arnold. London.
Nieuwolt S. 1975. Tropical Climatology, an Introduction to The Climate Low
Latitude. John Willey and Sons. New York.

18
Oke, T.R. 1997. Urban climate and global change, in Applied Climatology:
Priciples and Practices, eds A Perry & R Thompson. London, 273-287pp.
Oliveira S, Andrade H, Vaz T. 2011. The Cooling Effect of Green Spaces as a
Contribution to the Mitigation of Urban Heat: A Case Study in Lisbon. J
Building and Enivironment 46:2186-2194.
Rosenberg NJ. 1974. Microclimate: The Biological Enviroment. John Willey and
Sons. New York.
Shahidan MF, Shariff MKM, Jones P, Shalleh E, Abdullah AM. 2010. A
Comparison of Mesua ferrea L. And Hurra crepitans L. For Shade Creation and
Radiation Modification in Improving Thermal Comfort. J Landscape and
Urban Planning 97:168-181.
Streutker, D.R. 2003. Satellite-measured growth of urban heat island of Houston,
Texas. Elsevier Science 18pp.
Stull RB. 1995. Meteorology Today for Scientist and Engineers, a Technical
Companion Book. West Publishing Company Co. USA.
Suharyanto A. 2007. Dampak Keberadaan IPB Terhadap Ekonomi Masyarakat
Sekitar Kampus dan Kontribusinya Terhadap Perekonomian Kabupaten Bogor.
[tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Syah DS. 2011. Hubungan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan Temperature
Humidity Index (THI) Kota Depok. [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Tursilowati L. 2007. Use of remote sensing and gis to compute thi as human
comfort indicator related with land use-land cover change in surabaya (19942002). Di dalam: The 73rd International Symposium on Sustainable
Humanosphere 2007. Hlm 160-165.
USGS. 2003. Landsat 7 Science Data Users Handbook. NASA. USA.
Weng Q. 2001. A Remote sensing-gis evaluation of urban expansion and its
impact on surface temperature in the zhujiang delta. Int. J. Remote Sensing,
2001. 22(10):1999-2014.

19
Lampiran 1 Tutupan Lahan Kawasan Kampus IPB Dramaga

20
Lampiran 2 Sebaran Suhu Kawasan Kampus IPB Dramaga

21

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada 14 Juni 1991 di Brebes provinsi
Jawa Tengah dari pasangan Kharis dan Baroyah. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis
menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP 3
Bumiayu tahun 2006. Pada tahun 2009 penulis lulus dari
SMA 1 Bumiayu dan pada tahun yang sama diterima di IPB
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian
Bogor (USMI) untuk program studi Meteorologi Terapan,
Departemen Geofisika dan Meteorologi (GFM), Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dibeberapa Unit Kegiatan
Mahasiswa yaitu Sosial Politik TPB tahun 2009/2010, Serambi Ruhiyah
Mahasiswa FMIPA (Serum-G) Departemen Economic Management tahun
2010/2011 dan Departemen Syiar and Science tahun 2011/2012, Keluarga Pelajar
dan Mahasiswa Daerah Brebes (KPMDB) Bogor tahun 2009-2012, Keluarga
Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) IPB, Forum Mahasiswa Muslim Bumiayu
(Formmasi Bumi) Bogor tahun 2009-2012, Ikatan Santri Pondok Pesantren AlInayah (ISPA) tahun 2010/2011, Pelajar Islam Indonesia Bogor tahun 2009,
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) IPB tahun 2011 serta beberapa
kegiatan pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh IPB seperti IPB Goes
to Field. Penulis juga aktif dalam kegiatan pendakian ke beberapa gunung yang
ada di Indonesia. Pada tahun 2012 penulis melakukan kegiatan magang di
laboratorium Agrohidromet Balai Penelitian Agroklimat (Balitklimat)
Departemen Pertanian dan pada tahun 2013 penulis menjadi asisten mata kuliah
Meteorologi Satelit di Program Sarjana Meteorologi Terapan.
Penulis telah melaksanakan penelitian yang berjudul : Dampak Perubahan
Tutupan Lahan Terhadap Temperature Humidity Index (THI) Kawasan Kampus
IPB Dramaga. Penelitian ini merupakan salah satu satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana sains di program studi Meteorologi Terapan, Departemen Geofisika
dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.