Usage of supplementation vitamin C with feed commercial against the resistance to temperature stres and the growth performance on seed ornamental fish rainbow praecox Melanotaenia praecox

(1)

8 PEMAKAIAN SUPLEMENTASI VITAMIN C MELALUI PAKAN

BUATAN TERHADAP KETAHANAN STRES DAN KINERJA PERTUMBUHAN PADA BENIH IKAN HIAS RAINBOW PRAECOX

Melanotaenia praecox

ANNISA DWI UTAMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012


(2)

9

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

PEMAKAIAN SUPLEMENTASI VITAMIN C MELALUI PAKAN

BUATAN TERHADAP KETAHANAN STRES DAN KINERJA

PERTUMBUHAN PADA BENIH IKAN HIAS RAINBOW PRAECOX Melanotaenia praecox

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penyusun lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2012

ANNISA DWI UTAMI C14080055


(3)

10

ABSTRAK

ANNISA DWI UTAMI. Pemakaian Suplementasi Vitamin C Melalui Pakan Buatan Terhadap Ketahanan Stres dan Kinerja Pertumbuhan pada Benih Ikan Hias Rainbow Praecox Melanotaenia praecox. Dibimbing oleh NUR BAMBANG PRIYO UTOMO dan TUTIK KADARINI.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai jenis ikan hias, di antaranya adalah berbagai jenis ikan pelangi dari Irian seperti ikan hias rainbow praecox. Dengan sistem yang berbasis bisnis serta untuk meningkatkan ketersediaan ikan, maka akuakultur perkotaan menggunakan sistem intensif, yaitu dengan menggunakan padat tebar ikan yang cukup tinggi yang ditunjang melalui pemberian pakan dan perbaikan kualitas air. Masalah dari padat tebar tinggi adalah kualitas air menjadi kurang baik serta keadaan ikan yang dapat mudah stres, sehingga kelangsungan hidup ikan selama pemeliharaan pun menjadi rendah. Untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam kegiatan budidaya ikan hias air tawar, khusunya ikan hias rainbow praecox, maka perlu penambahan suatu unsur yang dapat membantu mengurangi stres, sehingga dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Unsur yang dapat membantu mengurangi stres dapat dilakukan dengan penambahan vitamin C pada pakan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kebutuhan dosis vitamin C yang optimal untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada benih ikan rainbow praecox. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 20 April sampai 30 Mei 2012. Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan rainbow praecox, dengan bobot rata-rata 0,21 ± 0,01 g dan panjang rata-rata 0,25 ± 0,01 cm yang dipelihara dalam wadah baskom (diameter 40 cm) dengan waktu pemeliharaan 40 hari. Rancangan perlakuan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari lima perlakuan (vitamin C 0 mg/kg pakan, 50 mg/kg pakan, 100 mg/kg pakan, 150 mg/kg pakan dan 200 mg/kg pakan) dan tiga kali ulangan. Setiap baskom diisi air sebanyak lima liter dengan kepadatan lima ekor/liter. Ikan diberi pakan buatan tiga kali sehari (pagi, siang, dan sore hari) berupa pasta dengan protein 40% sebanyak 15% biomassa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan vitamin C dengan dosis 200 mg/kg pakan adalah yang terbaik dapat mengurangi tingkat stres pada ikan rainbow praecox dengan nilai glukosa 0,22 mg/100ml dan kelangsungan hidup 100%, tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik untuk semua perlakuan. Kata kunci: vitamin C, kelangsungan hidup, ikan rainbow praecox


(4)

11

ABSTRACT

ANNISA DWI UTAMI. Usage of Supplementation Vitamin C with Feed commercial Against the Resistance to Temperature Stres and the Growth Performance on Seed Ornamental Fish Rainbow Praecox Melanotaenia praecox. Guided by NUR BAMBANG PRIYO UTOMO and TUTIK KADARINI.

Indonesia is a rich country in various types of ornamental fish, including the various types rainbow from Irian such as praecox rainbow fish. With a business-based systems as well as to increase the availability of fish, then urban aquaculture uses an intensive system, there are by using high stocking density of fish that is high enough to be supported by the provision of feed and water quality improvement. The problem of high stocking density is a poor water quality and condition of fish that can be easily stressed, so that the survival of fish during maintenance is low. To overcome the problems that arise in the activities of cultivation of freshwater ornamental fish, especially rainbow fish praecox, it is necessary the addition of an element that can help reduce stress, thereby enhancing growth performance and survival. Elements that can help reduce the stress to do with the addition of vitamin C in the feed. This research was conducted to determine the need for the optimal dose of vitamin C for the growth and survival of seed praecox rainbow fish. The research was conducted at the Research and Development of Ornamental Fish Aquaculture, Depok, West Java. The research was conducted from April 20 to May 30, 2012. Fish used in this experiment were praecox rainbow fish, with an average weight of 0.21 ± 0.01 g and average length of 0.25 + 0.01 cm were kept in a container basin (diameter 40 cm) with a maintenance of 40 days. The design of the treatment is completely randomized design (CRD) which consists of five treatments (vitamin C 0 mg / kg of feed, 50 mg / kg feed, 100 mg / kg feed, 150 mg / kg feed and 200 mg / kg of feed) and three times replications. Each basin filled with water as much as five liters at a density of five fish / liter. Fish were fed a commercial three times a day (morning, afternoon, and evening) in the form of a pasta with 40% protein by 15% biomass. The results showed that the addition of vitamin C at a dose of 200 mg / kg of feed is the best to reduce stres levels of praecox rainbow fish with glucose values 0.22 mg/100ml and survival 100%, but does not give effect to the specific growth rate for all treatment.


(5)

12 PEMAKAIAN SUPLEMENTASI VITAMIN C MELALUI PAKAN

BUATAN TERHADAP KETAHANAN STRES DAN KINERJA PERTUMBUHAN PADA BENIH IKAN HIAS RAINBOW PRAECOX

Melanotaenia praecox

ANNISA DWI UTAMI

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012


(6)

13 Judul Skripsi : Pemakaian Suplementasi Vitamin C Melalui Pakan Buatan Terhadap Ketahanan Stres dan Kinerja Pertumbuhan pada Benih Ikan Hias Rainbow Praecox Melanotaenia praecox Nama Mahasiswa : Annisa Dwi Utami

Nomor Pokok : C14080055

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Nur Bambang Priyo Utomo Ir. Tutik Kadarini, M.Si NIP. 19650814 199303 1 005 NIP. 19601202 198603 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr. Sukenda

NIP 19671013 199302 1 001


(7)

14

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian sampai penulisan skripsi yang berjudul “Pemakaian Suplementasi Vitamin C Melalui Pakan Buatan Terhadap Ketahanan Stres dan Kinerja Pertumbuhan pada Benih Ikan Hias Rainbow Praecox Melanotaenia praecox”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2012 bertempat di Balai Penelitian dan Pengembangan Ikan Hias Depok, Jawa Barat. Skripsi ini merupakan suatu tulisan ilmiah yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selesainya penulisan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Nur Bambang Priyo Utomo selaku pembimbing I dan Ibu Ir. Tutik Kadarini, M.Si selaku pembimbing II yang dengan sabar memberikan motivasi, curahan pemikiran, dan mendidik selama penyusun menjalani penelitian dan dalam menyelesaikan skripsi ini. Bapak Ir. Dadang Shafruddin, M.Si selaku Dosen Penguji pada pelaksanaan Ujian Akhir Skripsi. Bapak Drs. Agus Oman Sudrajat, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan banyak motivasi kepada penyusun. Ayah dan Ibu tercinta atas doa, dukungan dan motivasinya kepada penyusun, membantu penyusun baik dalam moril maupun materil. Serta teman-teman di Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya. Serta semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materil dan tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.

Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Bogor, September 2012


(8)

15

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penyusun lahir di Jakarta pada 26 April 1990 sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan H. Irhan dan Hj. Diah Setiawati. Penyusun memulai pendidikan di TK Teratai, kemudian melanjutkan di SDN Pitara 2 Depok dan lulus pada tahun ajaran 2002, kemudian melanjutkan pendidikan di SLTPN 2 Depok dan lulus pada tahun ajaran 2005.

Pada tahun yang sama penyusun diterima menjadi siswa SMUN 2 Depok dan lulus pada tahun ajaran 2008. Penyusun diterima menjadi mahasiswa Progam Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Penyusun pernah mengikuti magang di PT. Semata pada tahun 2011 dan melakukan praktik lapang di Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH), Depok pada tahun 2011.

Selama di IPB penyusun pernah menjadi asisten mata kuliah Nutrisi (2012) dan penulis pernah aktif menjadi panitia Orientasi Mahasiswa Baru Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (OMBAK) 2010 sebagai divisi medis.

Untuk menyelesaikan studinya di Fakultas Peikanan dan Ilmu Kelautan, penyusun menulis skripsi yang berjudul “Pemakaian Suplementasi Vitamin C Melalui Pakan Buatan Terhadap Ketahanan Stres dan Kinerja Pertumbuhan pada Benih Ikan Hias Rainbow Praecox Melanotaenia praecox”.


(9)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang……… 1

1.2 Tujuan………. 2

II. BAHAN DAN METODE ... 3

2.1 Prosedur penelitian... 3

2.1.1 Bahan dan alat………. 3

2.1.2 Persiapan wadah pemeliharaan... 3

2.1.3 Ikan uji ... 3

2.1.4 Rancangan pakan perlakuan ... 3

2.1.5 Tahap pemeliharaan ikan dan pengumpulan data ... 4

2.2 Uji stres ... 5

2.3 Analisis proksimat ... 5

2.4 Analisis kadar glukosa……… 5

2.5 Analisis data……… 6

2.5.1 Jumlah konsumsi pakan……….. 6

2.5.2 Laju pertumbuhan spesifik………..……… 6

2.5.3 Efisiensi pakan……… 7

2.5.4 Kelangsungan hidup……… 7

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

3.1 Hasil ... 8

3.2 Pembahasan ... 12

IV. KESIMPULAN ... 18

DAFTAR PUSTAKA ... 19


(10)

ii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Komposisi pakan perlakuan... 4 2. Hasil analisis proksimat pakan buatan…... 4 3. Jumlah kematian ikan rainbow praecox dengan uji stres suhu

dingin...

11 4 Kualitas air selama pemeliharaan……….. 11


(11)

iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Jumlah konsumsi pakan ikan rainbow praecox………. 8

2. Laju pertumbuhan spesifik ikan rainbow praecox... 9

3. Efisiensi pakan ikan rainbow praecox... 9

4. Kelangsungan hidup ikan rainbow praecox... 10


(12)

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering)... 21

2. Hasil analisis kualitas air hari pertama ... 21

3. Hasil analisis kualitas air selama pemeliharaan (hari-20)... 21

4. Hasil analisis kualitas air selama pemeliharaan (hari-40)... 21

5. Prosedur analisis proksimat... 21

6. Prosedur pengukuran uji glukosa tubuh berdasarkan metode Wedemeyer-Yasutake... 24 7 Parameter selama 40 hari pemeliharaan ikan rainbow praecox……. 25

7.1 Jumlah konsumsi pakan ikan rainbow praecox………... 25

7.2 Laju pertumbuhan spesifik ikan rainbow praecox…………...… 25

7.3 Efisiensi pakan ikan rainbow praecox………. 26

7.4 Kelangsungan hidup ikan rainbow praecox……….…… 26


(13)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan hias merupakan salah satu komoditas ekspor yang menghasilkan devisa bagi negara. Menurut beberapa sumber bahwa ekspor ikan hias Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami kenaikan rata-rata 20% per tahun, yang umumnya dari ikan hias air tawar (Djamhuriyah, 2011). Indonesia kaya akan berbagai jenis ikan hias, diantaranya adalah berbagai jenis ikan pelangi dari Irian yang memiliki bentuk dan warna tubuh yang indah dan dikenal sebagai ikan hias yang memiliki nilai ekonomi. Menurut Hidayat (2005) ikan pelangi dari Irian mengalamai eksploitasi yang cukup tinggi dan menurut Djamhuriyah (2011) elama ini untuk memenuhi kebutuhan ikan hias (spesies-spesies endemik Indonesia) umumnya mengandalkan hasil tangkapan dari alam, apabila hal tersebut berlangsung terus menerus maka dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian biota itu sendiri.

Salah satu jenis ikan rainbow dari Irian adalah ikan rainbow praecox

Melanotaenia praecox, ikan ini merupakan salah satu jenis ikan hias endemik. Ikan ini ditemukan di daerah Iritoi dan Dabra pada pertengahan sungai Membramo Irian (Allen, 1995). Ukuran tubuh ikan rainbow praecox relatif kecil, sekitar 5-8 cm dan bentuk tubuh individu jantan lebih memipih, warna tubuh keperak-perakan dan memantulkan warna biru ketika bergerak, serta memiliki sirip jingga yang menyala, sedangkan untuk individu betina memiliki warna tubuh yang sama dengan jantan, namun sirip pada betina berwarna kuning.

Tindakan untuk menjaga kelestarian ikan rainbow praecox yaitu dengan melakukan kegiatan budidaya di luar habitat asalnya. Pada saat ini, ikan rainbow praecox sudah dikenal oleh petani ikan dan proses budidayanya juga telah dikuasai. Namun dalam usaha budidaya ikan rainbow praecox mengalami beberapa kendala, seperti rendahnya laju pertumbuhan dan tingkat kematian yang tinggi serta belum memberikan hasil yang memuaskan baik dari segi kualitas dan kuantitasnya, maka perlu diupayakan penerapan teknologi yang tepat dan terarah yang dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas di luar habitatnya.


(14)

2 Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam kegiatan budidaya ikan hias air tawar, khususnya ikan hias rainbow praecox yaitu perlunya penambahan suatu unsur yang dapat membantu mengurangi stres sehingga dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan kinerja pertubuhan.

Vitamin berperan sangat penting untuk menjaga agar proses-proses yang terjadi di dalam tubuh ikan tetap berlangsung dengan baik. Vitamin harus selalu didatangkan melalui pakan sebab tubuh ikan tidak dapat membuatnya. Vitamin C berperan menormalkan fungsi kekebalan mengurangi stres dan mempercepat penyembuhan luka pada ikan. Defisiensi vitamin C pada ikan dapat menyebabkan lordosis atau skoliosis dengan tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang rendah dan mengakibatkan kerusakan filamen insang seperti pada ikan brook trout (Tucker dan Halver, 1984) dalam (Sunarto, 2008). Menurut (Lovell, 1989) dalam

(Sunarto, 2008) kebutuhan vitamin C pada ikan untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal sangat bervariasi tergantung pada spesies dan umur atau ukuran ikan, laju pertumbuhan, lingkungan dan fungsi metabolisme.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kebutuhan vitamin C yang optimal untuk mengurangi tingkat stres terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada benih ikan hias rainbow praecox.


(15)

3

II. BAHAN DAN METODE

2.1Prosedur Penelitian

Penelitian ini meliputi tahap bahan dan alat, persiapan wadah pemeliharaan, ikan uji, rancangan pakan perlakuan, dan tahap pemeliharaan ikan serta pengumpulan data.

2.1.1 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah ikan rainbow precox, pakan pasta vitamin C 0 mg/kg pakan, pakan pasta vitamin C 50 mg/kg pakan, pakan pasta vitamin C 100 mg/kg pakan, pakan pasta vitamin C 150 mg/kg pakan, pakan pasta vitamin C 200 mg/kg pakan.

Alat-alat yang digunakan adalah timbangan digital, penggaris, alat tulis, baskom sebagai wadah pemeliharaan dan perlengkapannya, serta seperangkat alat aerasi.

2.1.2. Persiapan Wadah Pemeliharaan

Wadah pemeliharaan yang digunakan berupa baskom yang memiliki diameter 40 cm dengan daya tampung air sebanyak 11 liter. Langkah pertama yang dilakukan dalam persiapan wadah pemeliharaan yaitu dengan membersihkan baskom dengan cara dicuci dengan air sabun, kemudian baskom dijemur dengan panas matahari sampai kering. Setelah baskom kering, baskom diurutkan berdasarkan perlakuan dan ulangannya serta dilakukan pemasangan aerasi pada setiap baskom.

2.1.3 Ikan Uji

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan rainbow praecox. dengan panjang rata-rata 2,51 ± 0,01 cm dan bobot rata-rata 0,21 ± 0,01 g. Ikan ditebar sebanyak 25 ekor per baskom. Sebelum dipelihara selama 40 hari, ikan diadaptasikan terlebih dahulu dengan kondisi wadah penelitian selama 3 hari. 2.1.4 Rancangan Pakan Perlakuan

Penelitian dilakukan dengan lima perlakuan dan tiga ulangan. Rancangan perlakuan yang digunakan pada penelitian ini adalah pakan perlakuan (pakan buatan) dengan penambahan vitamin C dengan kadar vitamin C 0 mg/kg pakan,


(16)

4 50mg/kg pakan, 100 mg/kg pakan, 150 mg/kg pakan dan 200 mg/kg pakan. Komposisi pakan perlakuan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi pakan perlakuan

No Jenis bahan

Pakan

A(%) B(%) C(%) D(%) E(%) 1 Pakan buatan 99 98,995 98,99 98,985 98,98

2 Binder (CMC) 1 1 1 1 1

3 Vitamin C 0 0,005 0,01 0,015 0,02

Pakan yang diberikan pada ikan rainbow praecox sebagai pakan uji adalah pakan buatan jenis pasta. Pakan perlakuan (pakan buatan) selanjutnya di analisis komposisi proksimatnya untuk mengetahui kandungan nutrien pakan. Hasil Analisis proksimat pakan buatan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan buatan perlakuan

proksimat (% bobot kering)

Protein Lemak Abu Serat kasar Kadar air BETN Pakan buatan 40,1376 1,4009 16,3450 7,4173 14,8320 19,8672

2.1.5 Tahap Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data

Pemeliharaan ikan rainbow praecox dilakukan dengan menggunakan baskom yang berdiameter 40 cm dan berjumlah 20 buah. Baskom tempat pemeliharaan, diisi air sebanyak 5 liter pada media pemeliharaan benih ikan rainbow praecox. Air yang digunakan berasal dari tandon, kemudian air disimpan dalam wadah ember yang telah diberi aerasi selama 24 jam. Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari pasar parung.

Sebelum ikan diberi perlakuan, ikan diadaptasikan terlebih dahulu pada media pemeliharaan selama tiga hari dan diberi pakan buatan secara at satiation.

Setelah ikan diadaptasikan selama tiga hari, ikan dipuasakan selama 24 jam, kemudian ikan ditimbang dan diukur panjang tubuhnya.

Pemeliharaan ikan dilakukan selama 40 hari dengan pemberian pakan menggunakan feeding rate (FR) 15% sebanyak tiga kali sehari, yaitu pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 dengan pakan yang sesuai dengan perlakuan masing-masing. Selama pemeliharaan, sampling ikan dilakukan selama 10 hari sekali


(17)

5 untuk mengetahui penambahan bobot dan panjang pada pertumbuhan ikan pada masing-masing perlakuan.

Pengamatan kualitas air seperti suhu dan pH dilakukan setiap hari. Sedangkan untuk DO, alkalinitas, kesadahan, dan amoniak, pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali selama pemeliharaan, yakni pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan. Parameter kualitas air yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi air selama pemeliharaan dalam keadaan baik atau tidak. Dalam pemeliharaan ikan rainbow praecox dilakukan penambahan kerang (dua buah) dan karang (dua buah) pada setiap media pemeliharaan. Penambahan kerang dan karang bertujuan untuk meningkatkan nilai pH pada media pemeliharaan

2.2Uji Stres

Uji stres dilakukan selama 1 jam dan diamati setiap 5 menit sekali. Uji stres dilakukan dengan penurunan suhu menggunakan es batu dengan kisaran suhu yang digunakan sebesar 15 oC - 16 oC. Dalam uji stres kepadatan ikan dalam wadah berjumlah 5 ekor/liter dan jumlah ikan yang digunakan dalam uji stres berjumlah 15 ekor.

2.3 Analisis Proksimat

Analisis proksimat yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi pada pakan buatan. Analisis proksimat yang dilakukan berdasarkan prosedur (Takeuchi,1988). Prosedur analisis proksimat yang diuji meliputi analisis kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu dan kadar serat kasar. Prosedur analisis proksimat dapat dilihat pada Lampiran 5.

2.4 Analisis Kadar Glukosa

Analisis kadar glukosa pada tubuh ikan rainbow praecox dilakukan untuk mengetahui tingkat stres pada ikan selama masa pemeliharaan. Stres menyebabkan produksi berlebih pada kortisol, kortisol adalah suatu hormon yang melawan efek insulin dan menyebabkan kadar gula darah tinggi (Nugroho, 2010). Prosedurnya dapat dilihat pada Lampiran 6.


(18)

6 2.5 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Ms. Excel 2007 dan SPSS 17.0. Data yang diolah menggunakan Ms. Excel 2007 berupa parameter jumlah konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, kelangsungan hidup,

uji stres dan uji glukosa. Analisis data kinerja jumlah konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, dan kelangsungan hidup dilakukan dengan Analisis statistik menggunakan SPSS 17.0 yang meliputi Analisis Ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95%. Analisis ini digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh perlakuan terhadap kinerja jumlah konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, dan kelangsungan hidup pada ikan rainbow praecox. Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan (penggunaan vitamin C) akan diuji menggunakan uji Lanjut Tukey. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

2.5.1 Jumlah Konsumsi Pakan

Jumlah konsumsi pakan diketahui dengan cara menghitung selisih jumlah pakan yang diberikan di awal dengan jumlah pakan yang tersisa di akhir dari masa pemeliharaan (Talbot, 1985 dalam Nurfadhillah, 2010).

2.5.2 Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik ikan uji dihitung berdasarkan rumus berikut (Huissman, 1976 dalam Sunarto, 2008):

α (%) = − × %

Keterangan :

Wt = Bobot akhir penelitian (g) Wo = Bobot awal penelitian (g) t = Waktu penelitian (hari)


(19)

7 2.5.3 Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan (EP) dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut (Takeuchi, 1988 dalam Sunarto, 2008):

(%) =( + )− × 100%

Keterangan :

EP = Efisiensi pakan (%)

Wt = Bobot akhir rata-rata (g)

Wo = Bobot awal rata-rata (g)

D = Berat ikan yang mati (g)

F = Jumlah makanan yang diberikan selama pemeliharaan (g) 2.5.4 Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan hidup benih ikan rainbow dihitung menurut (Effendi, 2002 dalam Sunarto, 2008), yaitu:

(%) = × 100%

Keterangan :

SR = Kelangsungan hidup ikan (%)

Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir percobaan No = Jumlah ikan pada awal percobaan


(20)

8 29,57

33,50 33,60 34,80 34,40

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00

A (Vitamin C 0 mg/Kg

pakan)

B (Vitamin C 50 mg/kg

pakan)

C (Vitamin C 100 mg/kg

pakan)

D (Vitamin C 150 mg/kg

pakan)

E (Vitamin C 200 mg/kg pakan) JK P ( g ) Perlakuan

a b b b b

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Jumlah Konsumsi Pakan

Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (P<0,05) yaitu semakin tinggi dosis vitamin C, maka jumlah konsumsi pakan semakin tinggi, tetapi pada perlakuan dosis vitamin C 200 mg/kg pakan mengalami penurunan. Perlakuan dosis vitamin C 0 mg/kg pakan berbeda nyata terhadap perlakuan dosis vitamin C 50,100,150 dan 200 mg/kg pakan. Sementara itu, antara perlakuan dosis vitamin C 50,100, 150 dan 200 mg/kg pakan tidak berbeda nyata. Perlakuan dosis vitamin C 150 mg/kg pakan memberikan jumlah konsumsi pakan tertinggi sebesar 34,80 + 1,10 g (Gambar 1 dan Lampiran 7.1).

Gambar 1. Jumlah konsumsi pakan ikan rainbow praecox 3.1.2 Laju Pertumbuhan Spesifik

Hasil pengamatan selama penelitian menunjukkan bahwa pemeliharaan benih rainbow praecox dengan pemberian dosis vitamin C 0, 50, 100, 150, dan 200 mg/kg pakan memiliki laju pertumbuhan yang rendah. Masing-masing perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap laju pertumbuhan spesifik. Laju pertumbuhan spesifik untuk masing-masing perlakuan adalah sebesar 0,50%, 0,63%, 0,63%, 0,84%, 0,89% (Gambar 2 dan Lampiran 7.2).


(21)

9 0,50 0,63 0,63 0,84 0,89 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00

A (Vitamin C 0 mg/Kg

pakan)

B (Vitamin C 50 mg/kg

pakan)

C (Vitamin C 100 mg/kg

pakan)

D (Vitamin C 150 mg/kg

pakan)

E (Vitamin C 200 mg/kg pakan) L P S ( % ) Perlakuan

a a a a a

4,03 4,47 4,54

5,86 6,65 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

A (Vitamin C 0 mg/Kg pakan)

B (Vitamin C 50 mg/kg

pakan)

C (Vitamin C 100 mg/kg

pakan)

D (Vitamin C 150 mg/kg

pakan)

E (Vitamin C 200 mg/kg pakan) E P (% ) Perlakuan

a a a a a

Gambar 2. Laju pertumbuhan spesifik rainbow praecox 3.1.3 Efisiensi Pakan

Hasil pengamatan selama penelitian menunjukkan bahwa pemeliharaan benih rainbow praecox dengan pemberian dosis vitamin C 0, 50, 100, 150, dan 200 mg/kg pakan memiliki efisiensi pakan yang rendah. Masing-masing perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap efisiensi pakan. Efisiensi pakan untuk masing-masing perlakuan adalah sebesar 4,03%, 4,47%, 4,54%, 5,86%, 6,65% (Gambar 3 dan Lampiran 7.3).

Gambar 3. Efisiensi pakan ikan rainbow praecox 3.1.4 Kelangsungan Hidup

Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi kelangsungan hidup (P<0,05) yaitu semakin tinggi dosis vitamin C, maka kelangsungan hidup semakin tinggi. Perlakuan dosis vitamin C 0 mg/kg pakan berbeda nyata terhadap perlakuan dosis vitamin C 150 dan 200 mg/kg pakan. Sedangkan untuk perlakuan dosis vitamin C 50 dan 100 mg/kg pakan tidak berbeda nyata terhadap perlakuan


(22)

10 82,67 93,33

94,67 98,67 100,00

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

A (Vitamin C 0 mg/Kg

pakan)

B (Vitamin C 50 mg/kg

pakan)

C (Vitamin C 100 mg/kg

pakan)

D (Vitamin C 150 mg/kg

pakan)

E (Vitamin C 200 mg/kg pakan) S R ( % ) Perlakuan

a ab ab b b

1,69 0,86 0,85 0,68 0,22 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00

A (Vitamin C 0 mg/Kg

pakan)

B (Vitamin C 50 mg/kg

pakan)

C (Vitamin C 100 mg/kg

pakan)

D (Vitamin C 150 mg/kg

pakan)

E (Vitamin C 200 mg/kg pakan) U ji G lu k o sa ( m g /1 0 0 m l) Perlakuan

dosis vitamin C 0, 150 dan 200 mg/kg pakan. Perlakuan dosis vitamin C 200 mg/kg pakan memberikan jumlah konsumsi pakan tertinggi sebesar 100 + 0,00 % (Gambar 4 dan Lampiran 7.4).

Gambar 4. Kelangsungan hidup ikan rainbow praecox 3.1.5 Uji Glukosa

Hasil pengamatan selama penelitian menunjukkan bahwa pemeliharaan benih Ikan Rainbow Praecox bahwa nilai glukosa pada tubuh ikan rainbow tertinggi terdapat pada perlakuan A sebesar 1.69 mg/100ml, sedangkan nilai glukosa pada tubuh ikan rainbow terendah berada pada perlakuan E 0.22 mg/100ml. Nilai kadar glukosa pada tubuh ikan rainbow praecox setelah pemeliharaan bila diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah yaitu berada pada perlakuan A (1,69 mg/100ml), B (0,86 mg/100ml), C (0,85 mg/100ml), D (0,68 mg/100ml) dan E (0,22 mg/100ml).


(23)

11 3.1.6 Uji Stres

Tabel 3. Jumlah kematian ikan rainbow praecox dengan uji stres suhu dingin Vitamin C

(mg/kg pakan)

Jumlah ikan mati pada menit ke-

Jumlah ikan mati

(ekor) 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

0 0 0 0 1 1 3 0 1 1 3 2 0 12 50 0 0 0 0 2 2 4 2 0 1 0 0 11 100 0 0 0 0 0 0 2 0 2 1 1 3 9 150 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 2 1 6 200 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 0 2 5

Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat diketahui dalam uji stres pada benih ikan rainbow praecox dengan menggunakan suhu rendah, pada perlakuan vitamin C 0 mg/kg pakan terdapat 12 ekor ikan rainbow yang mati dan merupakan jumlah tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan terendah terdapat pada perlakuan vitamin C 200 mg/kg pakan dengan jumlah yang mati 5 ekor. Semakin tinggi dosis vitamin C yang digunakan pada perlakuan, semakin berkurang jumlah benih ikan rainbow yang mati dalam uji stres.

3.1.7 Kualitas Air

Kualitas air ikan rainbow praecox selama 40 hari masa pemeliharaan disajikan pada Tabel 4. Pada tabel tersebut suhu media pemeliharaan berkisar antara 25,40 – 27,40 °C. Kandungan oksigen terlarut berkisar antara 4,57 - 5,61 ppm. Nilai pH selama pemeliharan berkisar antara 6,69 - 7,55. Nilai alkalinitas media pemeliharaan ikan rainbow berkisar antara 22,66 – 50,97 ppm.

Tabel 4. Kisaran kualitas air penelitian ikan rainbow praecox dengan dosis A (Vitamin C 0 mg/kg pakan), B (Vitamin C 50 mg/kg pakan), C (Vitamin C 100 mg/kg pakan), D (Vitamin C 150 mg/kg pakan), dan E (Vitamin C 200 mg/kg pakan).

Tabel 4. Kualitas air selama pemeliharaan

Parameter Perlakuan Nilai Kisaran Optimal Suhu ( °C ) A 25,55 - 27,00

B 25,40 - 26,70

C 25,55 - 27,00 24 0C – 27 0C D 25,70 - 27,30 (Nasution, 2000) E 25,85 - 27,40


(24)

12 Tabel 4. Lanjutan

Parameter Perlakuan Nilai Kisaran Optimal

pH A 7,22 – 7,55

B 7,37 - 7,45

C 7,29 - 7,40 6 – 8 D 7,15 - 7,50 (Nasution, 2000) E 6,69 - 7,55

DO A 5,16 - 5,29

B 5,43

C 5,31 - 5,47 > 5ppm D 5,44 - 5,61 (Tappin, 2010) E 4,57 - 5,14

Alkalinitas (ppm) A 22,66 - 50,97 B 22,66 - 50,97

C 22,66 - 50,97 50 – 200 ppm D 22,66 - 39,65 (Tappin, 2010) E 33,98 - 50,97

Kesadahan A 43,89 - 53,90 B 45,43 - 63,14

C 52,36 - 71,61 50 – 250 ppm D 44,66 - 61,60 (Tappin, 2010) E 43,89 - 61,60

NH3 (ppm) A 0,01 - 0,04 B 0,01 - 0,05

C 0,03 - 0,05 < 0,2 ppm D 0,02 - 0,08 (Effendi, 2003) E 0,03 - 0,06

NO2 (ppm) A 0,03 - 0,06 B 0,05 - 0,08 C 0,12 - 0,13 D 0,05 - 0,13

E 0,08

3.2 Pembahasan

Dalam penelitian ini dilakukan suatu rekayasa melalui pakan terhadap benih ikan rainbow praecox dengan penambahan vitamin C yang berbeda dosis terhadap masing-masing perlakuan. Dosis vitamin C yang digunakan dalam penelitian ini yaitu A (0 mg/kg pakan), B (50 mg/kg pakan), C (100 mg/kg pakan), D (150 mg/kg pakan) dan E (200 mg/kg pakan).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama 40 hari, memperlihatkan bahwa penambahan vitamin C yang berbeda dosis pada tiap


(25)

13 perlakuan memberikan nilai jumlah konsumsi pakan yang berbeda pula. Pada Gambar 1 terlihat bahwa perlakuan dosis vitamin C 0 mg/kg pakan berbeda nyata terhadap perlakuan dosis vitamin C 50, 100, 150 dan 200 mg/kg pakan. Hal ini dapat diketahui bahwa penambahan vitamin C secara tidak langsung dapat meningkatkan nafsu makan pada ikan. Sesuai menurut Siregar (2009), Vitamin merupakan senyawa organik yang berperan penting dalam proses metabolisme makanan dan fisiologi ikan. Walaupun vitamin C ini bukan sebagai sumber tenaga tetapi vitamin C dibutuhkan sebagai katalisator terjadinya metabolisme di dalam tubuh.

Namun, bila dilihat dari laju pertumbuhan harian pada pemeliharaan benih ikan rainbow praecox pada Gambar 2, penambahan pemberian vitamin C tidak memberikan pengaruh yang berbeda. Vitamin C dapat diketahui berfungsi dalam meningkatkan laju pertumbuhan ikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lovell (1989) dalam Sunarto (2008) bahwa vitamin C berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan normal, mencegah kelainan bentuk tulang, kesehatan benih atau mengurangi stres, mempercepat penyembuhan luka dan meningkatkan pertahanan atau kekebalan tubuh melawan infeksi bakteri.

Laju pertumbuhan spesifik pada benih ikan rainbow praecox yang diberi perlakuan penambahan vitamin C melalui pakan tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap perlakuan yang tidak diberi penambahan vitamin C, hal ini dapat dikarenakan lama pemeliharaan dalam penelitian ini yang kurang cukup untuk melihat secara signifikan perbedaan laju pertumbuhan spesifik dan dalam penelitian ini, pemeliharaan benih ikan rainbow praecox dilakukan selama empat puluh hari. Pertumbuhan ikan rainbow praecox mencapai penambahan sekitar 3 cm selama pemeliharaan enam bulan (Tappin, 2010).

Nilai efisiensi pakan selama pemeliharaan benih ikan rainbow praecox, dapat dilihat pada Gambar 3, dimana penambahan pemberian vitamin C tidak memberikan pengaruh yang berbeda. Nilai efisiensi pakan berkaitan dengan jumlah konsumsi pakan dan laju pertumbuhan spesifik. Penambahan vitamin C tidak memberikan nilai yang berbeda terhadap nilai laju pertumbuhan spesifik, hal ini dapat menjadi penyebab pemberian vitamin C pada penelitian ini tidak memberikan pengaruh terhadap nilai efisiensi pakan. Penambahan vitamin C yang


(26)

14 tidak memberikan pengaruh terhadap efisiensi pakan dapat dikarenakan lama pemeliharaan dalam penelitian ini yang kurang optimal, sehingga belum dapat melihat perbedaan nilai yang signifikan pada nilai laju pertumbuhan spesifik, sehingga pada akhirnya mempengaruhi nilai efisiensi pakan. Nilai efisiensi pakan yang didapatkan pun relatif rendah, hal ini diduga dapat disebabkan kadar vitamin C yang diberikan belum optimal. Sesuai dengan pendapat Sunarto (2008) untuk memacu pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakan yang tinggi diperlukan vitamin C yang optimal dalam pakan dan kekurangan vitamin C dapat menyebabkan efisiensi pemanfaatan pakan rendah.

Data kelangsungan hidup pada ikan hias rainbow praecox dapat dilihat pada Gambar 4, dimana penambahan pemberian vitamin C memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup benih ikan rainbow praecox. Nilai kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan dosis vitamin C 200 mg/kg pakan dengan nilai rata-rata 100%. ikan rainbow praecox merupakan ikan hias yang cukup sensitif terhadap lingkungan yang kurang baik. Berdasarkan ciri perairan tempat asalnya, sebagian besar spesies ikan rainbow hidupnya di daerah danau, dan dapat diduga bahwa ikan rainbow sangat peka terhadap oksigen rendah, kekeruhan dan perubahan suhu (Nasution, 2000).

Dalam penelitian ini, pemeliharaan ikan rainbow dilakukan dalam wadah baskom, dimana air pada wadah pemeliharaan tidak mengalir serta kepadatan ikan yang cukup tinggi. Kepadatan dalam penelitian ini yaitu 5 ekor/liter, hal ini dapat dikatakan padat karena bila dilihat dari penelitian Savoetra (2012) dimana dalam pemeliharaan larva ikan rainbow kurumoi berumur 15 hari dilakukan dengan kepadatan 5 ekor/liter. Dengan kepadatan yang cukup tinggi ini, maka dapat memacu tingkat stres ikan rainbow praecox dimana pada habitat aslinya berada pada lingkungan air mengalir serta kepadatan yang rendah. Berdasarkan data kelangsungan hidup yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa vitamin C memberikan peran yang baik untuk kelangsungan hidup ikan rainbow, hal ini sesuai dengan pendapat (Ikeda, 1991) dalam (Yeniche, 2003) bahwa vitamin C berperan menormalkan fungsi kekebalan, mengurangi stres dan mempercepat penyembuhan pada luka.


(27)

15 Selama penelitian terjadi kualitas air yang dihasilkan masih layak untuk kegiatan pembesaran ikan rainbow praecox. Kandungan oksigen terlarut dalam wadah ikan rainbow praecox selama pemeliharaan berkisar antara 4,57 - 5,61 ppm (Tabel 4). Kandungan oksigen membantu di dalam proses oksidasi bahan buangan serta pembakaran makanan untuk menghasilkan energi bagi kehidupan dan pertumbuhan benih ikan rainbow praecox. Kandungan oksigen terlarut yang didapatkan sampai akhir pemeliharan masih berada pada kisaran nilai yang baik untuk kehidupan dan pertumbuhan benih ikan rainbow praecox dengan derajat kelangsungan hidup yang masih diatas 70%.

Semakin tinggi suhu, maka laju metabolisme semakin tinggi. Suhu media pemeliharaan selama penelitian berkisar antara 25,40 – 27,40 °C (Tabel 4) sehingga masih dapat ditoleransi oleh ikan rainbow praecox dimana menurut Nasution (2000), suhu yang optimal untuk pertumbuhan ikan rainbow praecox yaitu 24 0C – 27 0C .

Nilai pH selama pemeliharaan berkisar antara 6,69 - 7,55 (Tabel 4). Selama masa pemeliharaan tersebut terdapat kecenderunagan turunnya nilai pH. Penurunan nilai dapat pH disebabkan oleh peningkatan CO2 akibat respirasi. Tetapi untuk mengatasinya, selama pemeliharaan setiap wadah pemeliharaan ditambahkan kerang dan karang untuk meningkatkan nilai pH. Nilai pH dalam penelitian ini masih dalam kisaran toleransi ikan rainbow praecox, dimana menurut Nasution (2000) nilai pH yang baik untuk ikan rainbow praecox adalah 6-8.

Setelah pemeliharaan selama 40 hari dengan penambahan vitamin C yang berbeda dosis pada benih ikan rainbow praecox, dilakukan uji nilai glukosa pada tubuh ikan rainbow praecox pada setiap perlakuan. Nilai uji glukosa pada tubuh ikan rainbow praecox dapat dilihat pada Gambar 5, dimana nilai kadar glukosa tertinggi terdapat pada perlakuan A dengan nilai 1,69 mg/100 ml sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan E dengan nilai 0,22 mg/100 ml. Bila diurutkan nilai glukosa dari yang tertinggi hingga terendah yaitu berada pada perlakuan A (1,69 mg/100ml), B (0,86 mg/100ml), C (0,85 mg/100ml), D (0,68 mg/100ml) dan E (0,22 mg/100ml). Nilai glukosa pada tubuh ikan rainbow praecox dari setiap perlakuan, membuktikan bahwa vitamin C dapat mengurangi stres pada


(28)

16 ikan. Stres merupakan respon fisiologis yang terjadi pada saat hewan berusaha mempertahankan kondisi tubuhnya dari kondisi lingkungan dan stres dapat berasal dari perubahan lingkungan dan respon organisme lain (Subyakto, 2000) dalam

(Sunarto, 2008).

Mekanisme terjadinya perubahan kadar glukosa darah selama stres dimulai dari diterimanya informasi penyebab faktor stres oleh organ reseptor. Selanjutnya, informasi tersebut disampaikan ke otak bagian hipotalamus melalui sistem syaraf. Kemudian hipotalamus memerintahkan sel kromafin untuk mensekresikan hormon katekolamin melalui serabut syaraf simpatik. Ketersediaan vitamin C yang cukup dalam tubuh dimanfaatkan untuk digunakan dalam proses sintesis katekholamin. Adanya katekolamin ini akan mengaktivasi enzim - enzim yang terlibat dalam katabolisme simpanan glikogen, sehingga kadar glukosa darah mengalami peningkatan. Pada saat yang bersamaan hipotalamus otak mensekresikan CRF (corticoid releasing factor) yang meregulasi kelenjer pituitari untuk mensekresikan ACTH (adreno corticotropic hormone). Hormon tersebut akan direspon oleh sel interenal dengan mensekresikan kortisol. kortisol adalah suatu hormon yang melawan efek insulin dan menyebabkan kadar gula darah tinggi, jika seseorang mengalami stress berat yang dihasilkan dalam tubuhnya, maka kortisol yang dihasilkan akan semakin banyak, ini akan mengurangi sensifitas tubuh terhadap insulin. Kortisol merupakan musuh dari insulin sehingga membuat glukosa lebih sulit untuk memasuki sel dan meningkatkan gula dalam darah (Watkins, 2010) dalam (Nugroho, 2010).

Selain melakukan uji kadar glukosa pada tubuh ikan di akhir pemeliharaan, dilakukan juga uji stres untuk mengetahui pengaruh daya tahan pada ikan rainbow praecox yang diberi perlakuan penambahan vitamin C yang berbeda dosis. Uji stres dilakukan dengan menurunkan suhu pada media pemeliharaan dengan kisaran suhu 15 – 16 0C dan kepadatan lima ekor/liter. Pada uji stres ini menggunakan suhu rendah dengan kisaran suhu 15 – 16 0C karena menurut Nasution (2000) suhu yang optimal untuk kehidupan ikan rainbow praecox yaitu 24 0C – 27 0C. Hasil uji stres pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa kematian didapatkan pada perlakuan A (pemberian vitamin C 0 mg/kg pakan) yaitu kematian ikan berjumlah 12 ekor, sedangkan jumlah kematian terendah


(29)

17 didapatkan pada perlakuan E dengan dosis vitamin C (200 mg/kg pakan) tertinggi, kematian pada perlakuan E berjumlah 5 ekor. Berdasarkan jumlah angka kematian dalam uji stres yang terdapat pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa vitamin C memberikan peran yang baik terhadap ketahanan ikan rainbow praecox dalam kondisi yang tidak optimal.

Perubahan suhu lingkungan (guncangan suhu dingin) akan menyebabkan stres yang menginduksi pada tingginya tingkat glukosa darah, selanjutnya menganggu pertumbuhan bahkan mematikan. Kebutuhan energi dari glukosa untuk menangani stres dapat terpenuhi apabila glukosa dalam darah dapat segera masuk ke dalam sel target. Keberhasilan pasok glukosa ke dalam sel ditentukan oleh kinerja insulin. Sedangkan selama stres terjadi inaktivasi insulin sehingga menutup penggunaan glukosa oleh sel (Wendelaar, 1997) dalam (Hastuti, 2003). Selanjutnya apabila ketersediaan vitamin dalam tubuh optimal maka pada kondisi lingkungan yang tidak baik proses sintesis katekolamin dapat berlangsung dengan baik, sehingga ikan mampu bertahan dari perubahan fisiologis dalam tubuhnya atau tidak terjadi stres.


(30)

18

IV. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan vitamin C dengan dosis 200 mg/kg pakan adalah yang terbaik dapat mengurangi tingkat stres pada ikan rainbow praecox dengan nilai glukosa 0,22 mg/100ml dan kelangsungan hidup 100%, tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik untuk semua perlakuan.


(31)

19

DAFTAR PUSTAKA

Djamhuriyah, S.S., Haryani, G.S., 2011. Sistem Pengelolaan Habitat Ikan Hias Endemik Indonesia, di dalam: Prosiding Seminar Nasional Hari Lingkungan Hidup, ISBN 978-602-19161-0-0.

Hastuti. 2003. Respon Glukosa Darah Ikan Gurami (Osphronemus gouramy, LAC.) Terhadap Stres Perubahan Suhu Lingkungan. Jurnal Akuakultur Indonesia 2(2), 73-77.

Hidayat, S., Djamhuriyah, S., 2005. Kekerabatan Beberapa Spesies Ikan Pelangi irian (Famili Melanotaenidae) Berdasarkan Karyotipe. Jurnal lktiologi lndonesia, Volume 5, Nomor l.

Irwan. 2002. Pengaruh Kadar α-Starch Pakan yang Berbeda terhadap Kadar Glukosa Darah Ikan Gurame (Osphronemus gouramy, Lac). [Skripsi]. Jurusan Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Liviawaty, E., Afrianto, E., 2005. Pakan Ikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Lukman. 2005. Uji Pemeliharaan Ikan Pelangi Irian (Melanotaenia boesmani) Di

Dalam Sistem Resirkulasi. Jurnal lktiologi Indonesia, Volune 5, Nomor 1. Nurfadhillah. 2010. Pemakaian Hasil Fermentasi Daun Mata Lele Azolla sp.

sebagai Bahan Baku Pakan Ikan Nila (Oreochromis sp.). [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Nasution, S.H. 2000. Ikan Hias Air Tawar Rainbow. Bogor: Penebar Swadaya. Nugroho, S.A. 2010. Hubungan Antara Tingkat Stres Terhadap Kadar Gula Darah

Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo I Kabupaten Sukoharjo. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Savoetra, R.A. 2012. Pengaruh Jumlah Pemberian Moina sp. Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Rainbow Kurumoi (Melanotaenia parva). [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran.

Sunarto. 2008. Pengaruh Pemberian Vitamin C Ascorbic Acid Terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Respon Imun Ikan Betok Anabas testudineus Bloch. Jurnal Akuakultur Indonesia 7(2), 151–157.

Siregar, Y. I. 2009. Pengaruh Vitamin C terhadap Peningkatan Hemoglobin (Hb) Darah dan Kelulushidupan Benih Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis). Jurnal Natur Indonesia 12(1), 75-81.


(32)

20 Takeuchi, T. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrients. In

Watanabe, T (ed.). Fish Nutrition and Mariculture. Departement of Aquatic Bioscience. Tokyo University of Fisheries.

Tappin R.A. 2010. Rainbow Fishes. Australia: Art Publication.

Yeniche. 2003. Akumulasi Vitamin C dalam Tubuh Daphnia Sp Yang Diperkaya dengan L-Ascorbyl-2-Magnesium Phosphate Pada Dosis Yang Berbeda. [Skripsi]. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.


(33)

1


(34)

21 Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering)

perlakuan proksimat (% bobot kering)

Protein Lemak Abu Serat kasar Kadar air BETN Pakan komersil 40,1376 1,4009 16,3450 7,4173 14,8320 19,8672 Lampiran 2. Hasil analisis kualitas air hari pertama

Perlakuan

Parameter Suhu (oC) pH DO

(mg/l)

Alkalinitas (ppm)

Kesadahan NH3

(ppm) NO2

(ppm) Media pemeliharaan

26,7 8,1 8,07 45,31 40,04 0,085 0,02 Lampiran 3. Hasil analisis kualitas air selama pemeliharaan (Hari 20)

Parameter A B C D E

suhu (ºC) 27 26,7 27 27,3 27,4

pH 7,55 7,45 7,4 7,5 7,55

DO (mg/l) 5,16 5,43 5,47 5,43 5,14 Alkalinitas (ppm) 50,97 50,97 50,98 39,65 50,97

Kesadahan 43,89 45,43 52,36 44,66 43,89 NH3 (ppm) 0,04 0,05 0,05 0,08 0,06

NO2 (ppm) 0,03 0,05 0,12 0,05 0,08

Lampiran 4. Hasil analisis kualitas air selama pemeliharaan (Hari 40)

Parameter A B C D E

suhu (ºC) 25,55 25,4 25,55 25,7 25,85

pH 7,22 7,37 7,29 7,15 6,69

DO (mg/l) 5,29 5,43 5,31 5,61 4,57 Alkalinitas (ppm) 22,66 22,66 22,66 22,66 33,98

Kesadahan 53,9 63,14 71,61 61,6 61,6 NH3 (ppm) 0,01 0,01 0,03 0,02 0,03

NO2 (ppm) 0,06 0,08 0,13 0,13 0,82

Lampiran 5. Prosedur analisis proksimat (Takeuchi, 1988) A. Kadar Protein (metode Kjedahl)

1. Sampel ditimbang seberat 0,5-1,0 gram dan dimasukkan ke dalam labu

kjedahl,

2. Katalis berupa K2SO4,5H2O dengan rasio 9 : 1 ditimbang sebanyak 3 gram dan dimasukkan ke dalam labu kjedahl,

3. Selanjutnya ditambahkan 10 ml H2SO4 pekat ke dalam labu tersebut dan kemudian labu dipanaskan selama 3-4 jam sampai cairan dalam labu berwarna hijau,


(35)

22 4. Lalu larutan didinginkan, lalu ditambahkan air destilata 30 ml, Kemudian masukkan larutan tersebut ke dalam labu takar dan diencerkan dengan akuades sampai larutan tersebut mencapai volume 100 ml (larutan A), 5. Labu erlenmeyer diisi 10 ml H2SO4 0,05 N dan ditambahkan 2-3 tetes

indikator methylen blue atau methyl red (larutan B),

6. Larutan A diambil sebanyak 5 ml dan ditambahkan 10 ml NaOH 30% yang dimasukkan ke dalam labu kjedahl, Lalu dilakukan pemanasan dan kondensasi selama 10 menit mulai saat tetesan pertama pada larutan B, 7. Larutan dalam labu erlenmeyer dititrasi dengan 0,05 N larutan NaOH

sampai terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi hijau tua,

8. Kadar protein (%) = Keterangan :

Vs = ml 0,05 N nitran NaOH untuk sampel Vb = ml 0,05 N nitran NaOH untuk blanko F = faktor koreksi dari 0,05 N larutan NaOH S = bobot sampel (gram)

* = setiap ml 0,05 N NaOH ekuivalen dengan 0,0007 gram nitrogen ** = faktor nitrogen

B.Kadar Lemak (metode ether ekstraksi Sochlet)

1. Labu ekstraksi dipanaskan pada suhu 1100C selama satu jam, kemudian didinginkan selama 30 menit dalam eksikator dan ditimbang bobot labu tersebut (A),

2. Kemudian dimasukkan petroleum benzen sebanyak 150-250 ml ke dalam labu reaksi,

3. Bahan ditimbang sebanyak 5 g (a), dimasukkan ke dalam selongsong, kemudian selongsong dimasukkan ke dalam sochlet serta diletakkan pemberat di atasnya,

4. Labu ekstraksi yang telah dihubungkan dengan sochlet di atas hotplate dengan air mendidih pada suhu 1000C didiamkan sampai cairan yang merendam bahan dalam sochlet menjadi bening,

0,0007 * x (Vb-Vs) x F x 6,25** x 20 x 100 % S


(36)

23 5. Setelah larutan petroleum benzen bening, labu ekstraksi dilepaskan dari rangkaian dan tetap dipanaskan hingga petroleum benzen menguap semua, 6. Labu dan lemak tersisa dipanaskan dalam oven selama 16-60 menit,

dieksikator dan ditimbang (B), 7. Kadar Lemak (%) =

C.Kadar Air

1. Timbang sampel sebanyak X gram, lalu masukkan ke dalam cawan (Y), 2. Masukkan cawan ke dalam oven dengan suhu 1100C selama 2-3 jam, 3. Dinginkan cawan ke dalam eksikator selama 30 menit, lalu ditimbang (Z), 4. Panaskan lagi dalam oven dengan suhu yang sama selama 1-1,5 jam, 5. Dinginkan lagi cawan ke dalam eksikator selam 30 menit, lalu ditimbang, 6. Kadar air (%) =

D. Kadar Abu

1. Cawan porselen dipanaskan pada suhu 105 0C selama 1 jam ke dalam oven, lalu cawan porselin dikeluarkan dan disimpan dalam desikator selama 30 menit dan selanjutnya ditimbang (X1), Cawan porselen dipanaskan seperti prosedur nomor 1, lalu ditimbang,

2. Sampel sebanyak 1-2 gram ditimbang (A), lalu dimasukkan ke dalam cawan porselen,

3. Cawan dan bahan dipanaskan di dalam tanur dengan suhu 600 0C, lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)

4. Kadar Abu (%) = E. Serat Kasar

1. Kertas saring dipanaskan dalam oven 1100C selama satu jam, lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit, dan ditimbang (X1)

2. Bahan ditimbang 0,5 gram (A), lalau dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N, kemudian dipanaskan selama 30 menit di atas hotplate, setelah 30 menit ditambahakan 25 ml NaOH 1,5 N kemudian dipanaskan kembali di atas hotplate,

B – A x 100 % a

Z – Y x 100 % X

X2 – X1 x 100 % A


(37)

24 3. Kertas saring yang telah dipanaskan sebelumnya dihubungkan dengan vacuum pump, kemudian larutan yang sebelumnya dipanaskan di atas hotplate disaring dan dilakukan pembilasan secara berurutan, yaitu :1, 50 ml air panas, 2, 50 ml H2SO4, 3, 50 ml air panas, 4, 25 ml aceton

4. Cawan porselen dipanaskan pada suhu 105-110 0C selama satu jam dan didinginkan,

5. Kertas saring hasil penyaringan dimasukkan ke dalam cawan porselen, 6. Kemudian cawan dan kertas saring dipanaskan pada suhu 105-110 0C

selama satu jam, didinginkan dalam desikator 30 menit, dan ditimbang (X2), kemudian dipanaskan dalam tanur pada suhu 600 0C hingga berwarna putih, didinginkan dan ditimbang (X3),

7. Kadar Serat Kasar =

Lampiran 6. Prosedur pengukuran uji glukosa tubuh berdasarkan metode Wedemeyer-Yasutake (Wedemeyer dan Yasutake, 1981) dalam (Irwan, 2002)

Pembuatan gula standar

Sebanyak 100 mg glukosa dilarutkan dalam akuades menjadi 100 ml, Kemudian diukur absorbannya dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 635nm (abs stanndar).

Persiapan sampel

Karena sampel berupa tubuh ikan, maka sebelumnya dilakukan uji glikogen (pengganti plasma darah), Kemudian plasma diambil sebanyak 0,05 ml lalu ditambahkan 3,5 ml campuran acetic acid glacial dan O-Toluidin dengan perbandingan 47:3, Campuran tersebut dipanaskan dalam water bath 100 0C selama 10 menit, Kemudian diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 635 nm (abs sampel), Glukosa darah dihitung dengan rumus

( /100 ) = / ×

Keterangan: Au = Abs Sampel

Cs = Konsentrasi sampel Abs = Absorbansi Standar

X2 - X1 - X3 x 100 % A


(38)

25 Lampiran 7. Jumlah konsumsi pakan (JKP), laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pakan (EP), survival rate (SR) selama 40 hari pemeliharaan Ikan Rainbow Praecox.

Lampiran 7.1 Jumlah Konsumsi Pakan Ulangan

Jumlah Konsumsi Pakan (%)

Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Perlakuan D Perlakuan E

1 6,00 9,40 8,80 8,70 7,80

2 7,70 9,90 7,90 9,00 9,20

3 7,70 7,00 8,70 9,40 8,70

Rata-rata 29,57 33,50 33,60 34,80 34,40 Standar Deviasi 1,97 1,55 0,62 1,10 1,47 TABEL ANOVA

Jumlah Kuadrat

df Kuadrat Tengah F hitung F tabel,

Jumlah Konsumsi Pakan

Antara kelompok 52,343 4 13,086 6,515 ,008 Dalam kelompok 20,087 10 2,009

Total 72,429 14

Uji Lanjut (Tukey)

Perlakuan

Pasangan untuk α = 0,05

N 1 2

Vitamin C 0 mg/kg pakan 3 29,57

Vitamin C 50 mg/kg pakan 3 33,5

Vitamin C 100 mg/kg pakan 3 33,6

Vitamin C 150 mg/kg pakan 3 34,8

Vitamin C 200 mg/kg pakan 3 34,4

Sig, 1 0,791

Keterangan: Kelompok yang homogen terdapat dalam kolom yang sama Lampiran 7.2 Laju Pertumbuhan Spesifik

Ulangan Laju Pertumbuhan Spesifik Individu (%)

Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Perlakuan D Perlakuan E

1 0,67 0,90 0,91 0,86 0,92

2 0,44 0,65 0,60 0,91 0,92

3 0,41 0,33 0,38 0,75 0,83

Rata-rata 0,50 0,63 0,63 0,84 0,89 Standar Deviasi 0,14 0,29 0,27 0,05 0,08


(39)

26 TABEL ANOVA

Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah

F hitung F tabel,

Laju Pertumbuhan Spesifik

Antara kelompok ,310 4 ,078 2,127 ,152 Dalam kelompok ,364 10 ,036

Total ,674 14

Lampiran 7.3 Efisiensi Pakan

Ulangan Efisiensi Pakan (%)

Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Perlakuan D Perlakuan E

1 5,49 6,62 6,29 5,96 7,19

2 3,65 4,36 4,64 6,68 6,87

3 2,94 2,43 2,71 4,94 5,89

Rata-rata 4,03 4,47 4,54 5,86 6,65 Standar Deviasi 1,32 2,09 1,79 0,87 0,68

TABEL ANOVA

Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah

F hitung F tabel,

Efisiensi Pakan

Antara kelompok 14,504 4 3,626 1,716 ,222 Dalam kelompok 21,128 10 2,113

Total 35,632 14

Lampiran 7.4 Kelangsungan Hidupikan Rainbow Praecox Ulangan Survival Rate (%)

Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Perlakuan D Perlakuan E

1 76 96 100 100 100

2 92 96 92 100 100

3 80 88 92 96 100

Rata-rata 82,67 93,33 94,67 98,67 100,00 Standar Deviasi 8,33 4,62 4,62 2,31 0,00


(40)

27 TABEL ANOVA

Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah

F hitung F tabel,

Kelangsungan hidup

Antara kelompok 561,067 4 140,267 5,977 ,010 Dalam kelompok 234,667 10 23,467

Total 795,733 14 Uji Lanjut (Tukey)

Perlakuan

Pasangan untuk α = 0,05

N 1 2

Vitamin C 0 mg/kg pakan 3 82,6667 Vitamin C 50 mg/kg pakan 3 93,3333 93,3333 Vitamin C 100 mg/kg pakan 3 94,6667 94,6667 Vitamin C 150 mg/kg pakan 3 98,6667

Vitamin C 200 mg/kg pakan 3 100

Sig, 0,074 0,483


(41)

10

ABSTRAK

ANNISA DWI UTAMI. Pemakaian Suplementasi Vitamin C Melalui Pakan Buatan Terhadap Ketahanan Stres dan Kinerja Pertumbuhan pada Benih Ikan Hias Rainbow Praecox Melanotaenia praecox. Dibimbing oleh NUR BAMBANG PRIYO UTOMO dan TUTIK KADARINI.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai jenis ikan hias, di antaranya adalah berbagai jenis ikan pelangi dari Irian seperti ikan hias rainbow praecox. Dengan sistem yang berbasis bisnis serta untuk meningkatkan ketersediaan ikan, maka akuakultur perkotaan menggunakan sistem intensif, yaitu dengan menggunakan padat tebar ikan yang cukup tinggi yang ditunjang melalui pemberian pakan dan perbaikan kualitas air. Masalah dari padat tebar tinggi adalah kualitas air menjadi kurang baik serta keadaan ikan yang dapat mudah stres, sehingga kelangsungan hidup ikan selama pemeliharaan pun menjadi rendah. Untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam kegiatan budidaya ikan hias air tawar, khusunya ikan hias rainbow praecox, maka perlu penambahan suatu unsur yang dapat membantu mengurangi stres, sehingga dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Unsur yang dapat membantu mengurangi stres dapat dilakukan dengan penambahan vitamin C pada pakan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kebutuhan dosis vitamin C yang optimal untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada benih ikan rainbow praecox. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 20 April sampai 30 Mei 2012. Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan rainbow praecox, dengan bobot rata-rata 0,21 ± 0,01 g dan panjang rata-rata 0,25 ± 0,01 cm yang dipelihara dalam wadah baskom (diameter 40 cm) dengan waktu pemeliharaan 40 hari. Rancangan perlakuan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari lima perlakuan (vitamin C 0 mg/kg pakan, 50 mg/kg pakan, 100 mg/kg pakan, 150 mg/kg pakan dan 200 mg/kg pakan) dan tiga kali ulangan. Setiap baskom diisi air sebanyak lima liter dengan kepadatan lima ekor/liter. Ikan diberi pakan buatan tiga kali sehari (pagi, siang, dan sore hari) berupa pasta dengan protein 40% sebanyak 15% biomassa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan vitamin C dengan dosis 200 mg/kg pakan adalah yang terbaik dapat mengurangi tingkat stres pada ikan rainbow praecox dengan nilai glukosa 0,22 mg/100ml dan kelangsungan hidup 100%, tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik untuk semua perlakuan. Kata kunci: vitamin C, kelangsungan hidup, ikan rainbow praecox


(42)

11

ABSTRACT

ANNISA DWI UTAMI. Usage of Supplementation Vitamin C with Feed commercial Against the Resistance to Temperature Stres and the Growth Performance on Seed Ornamental Fish Rainbow Praecox Melanotaenia praecox. Guided by NUR BAMBANG PRIYO UTOMO and TUTIK KADARINI.

Indonesia is a rich country in various types of ornamental fish, including the various types rainbow from Irian such as praecox rainbow fish. With a business-based systems as well as to increase the availability of fish, then urban aquaculture uses an intensive system, there are by using high stocking density of fish that is high enough to be supported by the provision of feed and water quality improvement. The problem of high stocking density is a poor water quality and condition of fish that can be easily stressed, so that the survival of fish during maintenance is low. To overcome the problems that arise in the activities of cultivation of freshwater ornamental fish, especially rainbow fish praecox, it is necessary the addition of an element that can help reduce stress, thereby enhancing growth performance and survival. Elements that can help reduce the stress to do with the addition of vitamin C in the feed. This research was conducted to determine the need for the optimal dose of vitamin C for the growth and survival of seed praecox rainbow fish. The research was conducted at the Research and Development of Ornamental Fish Aquaculture, Depok, West Java. The research was conducted from April 20 to May 30, 2012. Fish used in this experiment were praecox rainbow fish, with an average weight of 0.21 ± 0.01 g and average length of 0.25 + 0.01 cm were kept in a container basin (diameter 40 cm) with a maintenance of 40 days. The design of the treatment is completely randomized design (CRD) which consists of five treatments (vitamin C 0 mg / kg of feed, 50 mg / kg feed, 100 mg / kg feed, 150 mg / kg feed and 200 mg / kg of feed) and three times replications. Each basin filled with water as much as five liters at a density of five fish / liter. Fish were fed a commercial three times a day (morning, afternoon, and evening) in the form of a pasta with 40% protein by 15% biomass. The results showed that the addition of vitamin C at a dose of 200 mg / kg of feed is the best to reduce stres levels of praecox rainbow fish with glucose values 0.22 mg/100ml and survival 100%, but does not give effect to the specific growth rate for all treatment.


(43)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan hias merupakan salah satu komoditas ekspor yang menghasilkan devisa bagi negara. Menurut beberapa sumber bahwa ekspor ikan hias Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami kenaikan rata-rata 20% per tahun, yang umumnya dari ikan hias air tawar (Djamhuriyah, 2011). Indonesia kaya akan berbagai jenis ikan hias, diantaranya adalah berbagai jenis ikan pelangi dari Irian yang memiliki bentuk dan warna tubuh yang indah dan dikenal sebagai ikan hias yang memiliki nilai ekonomi. Menurut Hidayat (2005) ikan pelangi dari Irian mengalamai eksploitasi yang cukup tinggi dan menurut Djamhuriyah (2011) elama ini untuk memenuhi kebutuhan ikan hias (spesies-spesies endemik Indonesia) umumnya mengandalkan hasil tangkapan dari alam, apabila hal tersebut berlangsung terus menerus maka dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian biota itu sendiri.

Salah satu jenis ikan rainbow dari Irian adalah ikan rainbow praecox

Melanotaenia praecox, ikan ini merupakan salah satu jenis ikan hias endemik. Ikan ini ditemukan di daerah Iritoi dan Dabra pada pertengahan sungai Membramo Irian (Allen, 1995). Ukuran tubuh ikan rainbow praecox relatif kecil, sekitar 5-8 cm dan bentuk tubuh individu jantan lebih memipih, warna tubuh keperak-perakan dan memantulkan warna biru ketika bergerak, serta memiliki sirip jingga yang menyala, sedangkan untuk individu betina memiliki warna tubuh yang sama dengan jantan, namun sirip pada betina berwarna kuning.

Tindakan untuk menjaga kelestarian ikan rainbow praecox yaitu dengan melakukan kegiatan budidaya di luar habitat asalnya. Pada saat ini, ikan rainbow praecox sudah dikenal oleh petani ikan dan proses budidayanya juga telah dikuasai. Namun dalam usaha budidaya ikan rainbow praecox mengalami beberapa kendala, seperti rendahnya laju pertumbuhan dan tingkat kematian yang tinggi serta belum memberikan hasil yang memuaskan baik dari segi kualitas dan kuantitasnya, maka perlu diupayakan penerapan teknologi yang tepat dan terarah yang dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas di luar habitatnya.


(44)

2 Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam kegiatan budidaya ikan hias air tawar, khususnya ikan hias rainbow praecox yaitu perlunya penambahan suatu unsur yang dapat membantu mengurangi stres sehingga dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan kinerja pertubuhan.

Vitamin berperan sangat penting untuk menjaga agar proses-proses yang terjadi di dalam tubuh ikan tetap berlangsung dengan baik. Vitamin harus selalu didatangkan melalui pakan sebab tubuh ikan tidak dapat membuatnya. Vitamin C berperan menormalkan fungsi kekebalan mengurangi stres dan mempercepat penyembuhan luka pada ikan. Defisiensi vitamin C pada ikan dapat menyebabkan lordosis atau skoliosis dengan tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang rendah dan mengakibatkan kerusakan filamen insang seperti pada ikan brook trout (Tucker dan Halver, 1984) dalam (Sunarto, 2008). Menurut (Lovell, 1989) dalam

(Sunarto, 2008) kebutuhan vitamin C pada ikan untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal sangat bervariasi tergantung pada spesies dan umur atau ukuran ikan, laju pertumbuhan, lingkungan dan fungsi metabolisme.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kebutuhan vitamin C yang optimal untuk mengurangi tingkat stres terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada benih ikan hias rainbow praecox.


(45)

3

II. BAHAN DAN METODE

2.1Prosedur Penelitian

Penelitian ini meliputi tahap bahan dan alat, persiapan wadah pemeliharaan, ikan uji, rancangan pakan perlakuan, dan tahap pemeliharaan ikan serta pengumpulan data.

2.1.1 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah ikan rainbow precox, pakan pasta vitamin C 0 mg/kg pakan, pakan pasta vitamin C 50 mg/kg pakan, pakan pasta vitamin C 100 mg/kg pakan, pakan pasta vitamin C 150 mg/kg pakan, pakan pasta vitamin C 200 mg/kg pakan.

Alat-alat yang digunakan adalah timbangan digital, penggaris, alat tulis, baskom sebagai wadah pemeliharaan dan perlengkapannya, serta seperangkat alat aerasi.

2.1.2. Persiapan Wadah Pemeliharaan

Wadah pemeliharaan yang digunakan berupa baskom yang memiliki diameter 40 cm dengan daya tampung air sebanyak 11 liter. Langkah pertama yang dilakukan dalam persiapan wadah pemeliharaan yaitu dengan membersihkan baskom dengan cara dicuci dengan air sabun, kemudian baskom dijemur dengan panas matahari sampai kering. Setelah baskom kering, baskom diurutkan berdasarkan perlakuan dan ulangannya serta dilakukan pemasangan aerasi pada setiap baskom.

2.1.3 Ikan Uji

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan rainbow praecox. dengan panjang rata-rata 2,51 ± 0,01 cm dan bobot rata-rata 0,21 ± 0,01 g. Ikan ditebar sebanyak 25 ekor per baskom. Sebelum dipelihara selama 40 hari, ikan diadaptasikan terlebih dahulu dengan kondisi wadah penelitian selama 3 hari. 2.1.4 Rancangan Pakan Perlakuan

Penelitian dilakukan dengan lima perlakuan dan tiga ulangan. Rancangan perlakuan yang digunakan pada penelitian ini adalah pakan perlakuan (pakan buatan) dengan penambahan vitamin C dengan kadar vitamin C 0 mg/kg pakan,


(46)

4 50mg/kg pakan, 100 mg/kg pakan, 150 mg/kg pakan dan 200 mg/kg pakan. Komposisi pakan perlakuan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi pakan perlakuan

No Jenis bahan

Pakan

A(%) B(%) C(%) D(%) E(%) 1 Pakan buatan 99 98,995 98,99 98,985 98,98

2 Binder (CMC) 1 1 1 1 1

3 Vitamin C 0 0,005 0,01 0,015 0,02

Pakan yang diberikan pada ikan rainbow praecox sebagai pakan uji adalah pakan buatan jenis pasta. Pakan perlakuan (pakan buatan) selanjutnya di analisis komposisi proksimatnya untuk mengetahui kandungan nutrien pakan. Hasil Analisis proksimat pakan buatan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan buatan perlakuan

proksimat (% bobot kering)

Protein Lemak Abu Serat kasar Kadar air BETN Pakan buatan 40,1376 1,4009 16,3450 7,4173 14,8320 19,8672

2.1.5 Tahap Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data

Pemeliharaan ikan rainbow praecox dilakukan dengan menggunakan baskom yang berdiameter 40 cm dan berjumlah 20 buah. Baskom tempat pemeliharaan, diisi air sebanyak 5 liter pada media pemeliharaan benih ikan rainbow praecox. Air yang digunakan berasal dari tandon, kemudian air disimpan dalam wadah ember yang telah diberi aerasi selama 24 jam. Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari pasar parung.

Sebelum ikan diberi perlakuan, ikan diadaptasikan terlebih dahulu pada media pemeliharaan selama tiga hari dan diberi pakan buatan secara at satiation.

Setelah ikan diadaptasikan selama tiga hari, ikan dipuasakan selama 24 jam, kemudian ikan ditimbang dan diukur panjang tubuhnya.

Pemeliharaan ikan dilakukan selama 40 hari dengan pemberian pakan menggunakan feeding rate (FR) 15% sebanyak tiga kali sehari, yaitu pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 dengan pakan yang sesuai dengan perlakuan masing-masing. Selama pemeliharaan, sampling ikan dilakukan selama 10 hari sekali


(47)

5 untuk mengetahui penambahan bobot dan panjang pada pertumbuhan ikan pada masing-masing perlakuan.

Pengamatan kualitas air seperti suhu dan pH dilakukan setiap hari. Sedangkan untuk DO, alkalinitas, kesadahan, dan amoniak, pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali selama pemeliharaan, yakni pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan. Parameter kualitas air yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi air selama pemeliharaan dalam keadaan baik atau tidak. Dalam pemeliharaan ikan rainbow praecox dilakukan penambahan kerang (dua buah) dan karang (dua buah) pada setiap media pemeliharaan. Penambahan kerang dan karang bertujuan untuk meningkatkan nilai pH pada media pemeliharaan

2.2Uji Stres

Uji stres dilakukan selama 1 jam dan diamati setiap 5 menit sekali. Uji stres dilakukan dengan penurunan suhu menggunakan es batu dengan kisaran suhu yang digunakan sebesar 15 oC - 16 oC. Dalam uji stres kepadatan ikan dalam wadah berjumlah 5 ekor/liter dan jumlah ikan yang digunakan dalam uji stres berjumlah 15 ekor.

2.3 Analisis Proksimat

Analisis proksimat yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi pada pakan buatan. Analisis proksimat yang dilakukan berdasarkan prosedur (Takeuchi,1988). Prosedur analisis proksimat yang diuji meliputi analisis kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu dan kadar serat kasar. Prosedur analisis proksimat dapat dilihat pada Lampiran 5.

2.4 Analisis Kadar Glukosa

Analisis kadar glukosa pada tubuh ikan rainbow praecox dilakukan untuk mengetahui tingkat stres pada ikan selama masa pemeliharaan. Stres menyebabkan produksi berlebih pada kortisol, kortisol adalah suatu hormon yang melawan efek insulin dan menyebabkan kadar gula darah tinggi (Nugroho, 2010). Prosedurnya dapat dilihat pada Lampiran 6.


(48)

6 2.5 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Ms. Excel 2007 dan SPSS 17.0. Data yang diolah menggunakan Ms. Excel 2007 berupa parameter jumlah konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, kelangsungan hidup,

uji stres dan uji glukosa. Analisis data kinerja jumlah konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, dan kelangsungan hidup dilakukan dengan Analisis statistik menggunakan SPSS 17.0 yang meliputi Analisis Ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95%. Analisis ini digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh perlakuan terhadap kinerja jumlah konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, dan kelangsungan hidup pada ikan rainbow praecox. Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan (penggunaan vitamin C) akan diuji menggunakan uji Lanjut Tukey. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

2.5.1 Jumlah Konsumsi Pakan

Jumlah konsumsi pakan diketahui dengan cara menghitung selisih jumlah pakan yang diberikan di awal dengan jumlah pakan yang tersisa di akhir dari masa pemeliharaan (Talbot, 1985 dalam Nurfadhillah, 2010).

2.5.2 Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik ikan uji dihitung berdasarkan rumus berikut (Huissman, 1976 dalam Sunarto, 2008):

α (%) = − × %

Keterangan :

Wt = Bobot akhir penelitian (g) Wo = Bobot awal penelitian (g) t = Waktu penelitian (hari)


(49)

7 2.5.3 Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan (EP) dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut (Takeuchi, 1988 dalam Sunarto, 2008):

(%) =( + )− × 100%

Keterangan :

EP = Efisiensi pakan (%)

Wt = Bobot akhir rata-rata (g)

Wo = Bobot awal rata-rata (g)

D = Berat ikan yang mati (g)

F = Jumlah makanan yang diberikan selama pemeliharaan (g) 2.5.4 Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan hidup benih ikan rainbow dihitung menurut (Effendi, 2002 dalam Sunarto, 2008), yaitu:

(%) = × 100%

Keterangan :

SR = Kelangsungan hidup ikan (%)

Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir percobaan No = Jumlah ikan pada awal percobaan


(50)

8 29,57

33,50 33,60 34,80 34,40

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00

A (Vitamin C 0 mg/Kg

pakan)

B (Vitamin C 50 mg/kg

pakan)

C (Vitamin C 100 mg/kg

pakan)

D (Vitamin C 150 mg/kg

pakan)

E (Vitamin C 200 mg/kg pakan) JK P ( g ) Perlakuan

a b b b b

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Jumlah Konsumsi Pakan

Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (P<0,05) yaitu semakin tinggi dosis vitamin C, maka jumlah konsumsi pakan semakin tinggi, tetapi pada perlakuan dosis vitamin C 200 mg/kg pakan mengalami penurunan. Perlakuan dosis vitamin C 0 mg/kg pakan berbeda nyata terhadap perlakuan dosis vitamin C 50,100,150 dan 200 mg/kg pakan. Sementara itu, antara perlakuan dosis vitamin C 50,100, 150 dan 200 mg/kg pakan tidak berbeda nyata. Perlakuan dosis vitamin C 150 mg/kg pakan memberikan jumlah konsumsi pakan tertinggi sebesar 34,80 + 1,10 g (Gambar 1 dan Lampiran 7.1).

Gambar 1. Jumlah konsumsi pakan ikan rainbow praecox 3.1.2 Laju Pertumbuhan Spesifik

Hasil pengamatan selama penelitian menunjukkan bahwa pemeliharaan benih rainbow praecox dengan pemberian dosis vitamin C 0, 50, 100, 150, dan 200 mg/kg pakan memiliki laju pertumbuhan yang rendah. Masing-masing perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap laju pertumbuhan spesifik. Laju pertumbuhan spesifik untuk masing-masing perlakuan adalah sebesar 0,50%, 0,63%, 0,63%, 0,84%, 0,89% (Gambar 2 dan Lampiran 7.2).


(51)

9 0,50 0,63 0,63 0,84 0,89 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00

A (Vitamin C 0 mg/Kg

pakan)

B (Vitamin C 50 mg/kg

pakan)

C (Vitamin C 100 mg/kg

pakan)

D (Vitamin C 150 mg/kg

pakan)

E (Vitamin C 200 mg/kg pakan) L P S ( % ) Perlakuan

a a a a a

4,03 4,47 4,54

5,86 6,65 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

A (Vitamin C 0 mg/Kg pakan)

B (Vitamin C 50 mg/kg

pakan)

C (Vitamin C 100 mg/kg

pakan)

D (Vitamin C 150 mg/kg

pakan)

E (Vitamin C 200 mg/kg pakan) E P (% ) Perlakuan

a a a a a

Gambar 2. Laju pertumbuhan spesifik rainbow praecox 3.1.3 Efisiensi Pakan

Hasil pengamatan selama penelitian menunjukkan bahwa pemeliharaan benih rainbow praecox dengan pemberian dosis vitamin C 0, 50, 100, 150, dan 200 mg/kg pakan memiliki efisiensi pakan yang rendah. Masing-masing perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap efisiensi pakan. Efisiensi pakan untuk masing-masing perlakuan adalah sebesar 4,03%, 4,47%, 4,54%, 5,86%, 6,65% (Gambar 3 dan Lampiran 7.3).

Gambar 3. Efisiensi pakan ikan rainbow praecox 3.1.4 Kelangsungan Hidup

Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi kelangsungan hidup (P<0,05) yaitu semakin tinggi dosis vitamin C, maka kelangsungan hidup semakin tinggi. Perlakuan dosis vitamin C 0 mg/kg pakan berbeda nyata terhadap perlakuan dosis vitamin C 150 dan 200 mg/kg pakan. Sedangkan untuk perlakuan dosis vitamin C 50 dan 100 mg/kg pakan tidak berbeda nyata terhadap perlakuan


(52)

10 82,67 93,33

94,67 98,67 100,00

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

A (Vitamin C 0 mg/Kg

pakan)

B (Vitamin C 50 mg/kg

pakan)

C (Vitamin C 100 mg/kg

pakan)

D (Vitamin C 150 mg/kg

pakan)

E (Vitamin C 200 mg/kg pakan) S R ( % ) Perlakuan

a ab ab b b

1,69 0,86 0,85 0,68 0,22 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00

A (Vitamin C 0 mg/Kg

pakan)

B (Vitamin C 50 mg/kg

pakan)

C (Vitamin C 100 mg/kg

pakan)

D (Vitamin C 150 mg/kg

pakan)

E (Vitamin C 200 mg/kg pakan) U ji G lu k o sa ( m g /1 0 0 m l) Perlakuan

dosis vitamin C 0, 150 dan 200 mg/kg pakan. Perlakuan dosis vitamin C 200 mg/kg pakan memberikan jumlah konsumsi pakan tertinggi sebesar 100 + 0,00 % (Gambar 4 dan Lampiran 7.4).

Gambar 4. Kelangsungan hidup ikan rainbow praecox 3.1.5 Uji Glukosa

Hasil pengamatan selama penelitian menunjukkan bahwa pemeliharaan benih Ikan Rainbow Praecox bahwa nilai glukosa pada tubuh ikan rainbow tertinggi terdapat pada perlakuan A sebesar 1.69 mg/100ml, sedangkan nilai glukosa pada tubuh ikan rainbow terendah berada pada perlakuan E 0.22 mg/100ml. Nilai kadar glukosa pada tubuh ikan rainbow praecox setelah pemeliharaan bila diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah yaitu berada pada perlakuan A (1,69 mg/100ml), B (0,86 mg/100ml), C (0,85 mg/100ml), D (0,68 mg/100ml) dan E (0,22 mg/100ml).


(1)

22 4. Lalu larutan didinginkan, lalu ditambahkan air destilata 30 ml, Kemudian masukkan larutan tersebut ke dalam labu takar dan diencerkan dengan akuades sampai larutan tersebut mencapai volume 100 ml (larutan A), 5. Labu erlenmeyer diisi 10 ml H2SO4 0,05 N dan ditambahkan 2-3 tetes

indikator methylen blue atau methyl red (larutan B),

6. Larutan A diambil sebanyak 5 ml dan ditambahkan 10 ml NaOH 30% yang dimasukkan ke dalam labu kjedahl, Lalu dilakukan pemanasan dan kondensasi selama 10 menit mulai saat tetesan pertama pada larutan B, 7. Larutan dalam labu erlenmeyer dititrasi dengan 0,05 N larutan NaOH

sampai terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi hijau tua,

8. Kadar protein (%) = Keterangan :

Vs = ml 0,05 N nitran NaOH untuk sampel Vb = ml 0,05 N nitran NaOH untuk blanko F = faktor koreksi dari 0,05 N larutan NaOH S = bobot sampel (gram)

* = setiap ml 0,05 N NaOH ekuivalen dengan 0,0007 gram nitrogen ** = faktor nitrogen

B.Kadar Lemak (metode ether ekstraksi Sochlet)

1. Labu ekstraksi dipanaskan pada suhu 1100C selama satu jam, kemudian didinginkan selama 30 menit dalam eksikator dan ditimbang bobot labu tersebut (A),

2. Kemudian dimasukkan petroleum benzen sebanyak 150-250 ml ke dalam labu reaksi,

3. Bahan ditimbang sebanyak 5 g (a), dimasukkan ke dalam selongsong, kemudian selongsong dimasukkan ke dalam sochlet serta diletakkan pemberat di atasnya,

4. Labu ekstraksi yang telah dihubungkan dengan sochlet di atas hotplate dengan air mendidih pada suhu 1000C didiamkan sampai cairan yang merendam bahan dalam sochlet menjadi bening,

0,0007 * x (Vb-Vs) x F x 6,25** x 20 x 100 % S


(2)

23 5. Setelah larutan petroleum benzen bening, labu ekstraksi dilepaskan dari rangkaian dan tetap dipanaskan hingga petroleum benzen menguap semua, 6. Labu dan lemak tersisa dipanaskan dalam oven selama 16-60 menit,

dieksikator dan ditimbang (B), 7. Kadar Lemak (%) =

C.Kadar Air

1. Timbang sampel sebanyak X gram, lalu masukkan ke dalam cawan (Y), 2. Masukkan cawan ke dalam oven dengan suhu 1100C selama 2-3 jam, 3. Dinginkan cawan ke dalam eksikator selama 30 menit, lalu ditimbang (Z), 4. Panaskan lagi dalam oven dengan suhu yang sama selama 1-1,5 jam, 5. Dinginkan lagi cawan ke dalam eksikator selam 30 menit, lalu ditimbang, 6. Kadar air (%) =

D. Kadar Abu

1. Cawan porselen dipanaskan pada suhu 105 0C selama 1 jam ke dalam oven, lalu cawan porselin dikeluarkan dan disimpan dalam desikator selama 30 menit dan selanjutnya ditimbang (X1), Cawan porselen dipanaskan seperti prosedur nomor 1, lalu ditimbang,

2. Sampel sebanyak 1-2 gram ditimbang (A), lalu dimasukkan ke dalam cawan porselen,

3. Cawan dan bahan dipanaskan di dalam tanur dengan suhu 600 0C, lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)

4. Kadar Abu (%) = E. Serat Kasar

1. Kertas saring dipanaskan dalam oven 1100C selama satu jam, lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit, dan ditimbang (X1)

2. Bahan ditimbang 0,5 gram (A), lalau dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N, kemudian dipanaskan selama 30 menit di atas hotplate, setelah 30 menit ditambahakan 25 ml NaOH 1,5 N kemudian dipanaskan kembali di atas hotplate,

B – A x 100 % a

Z – Y x 100 % X

X2 – X1 x 100 % A


(3)

24 3. Kertas saring yang telah dipanaskan sebelumnya dihubungkan dengan vacuum pump, kemudian larutan yang sebelumnya dipanaskan di atas hotplate disaring dan dilakukan pembilasan secara berurutan, yaitu :1, 50 ml air panas, 2, 50 ml H2SO4, 3, 50 ml air panas, 4, 25 ml aceton

4. Cawan porselen dipanaskan pada suhu 105-110 0C selama satu jam dan didinginkan,

5. Kertas saring hasil penyaringan dimasukkan ke dalam cawan porselen, 6. Kemudian cawan dan kertas saring dipanaskan pada suhu 105-110 0C

selama satu jam, didinginkan dalam desikator 30 menit, dan ditimbang (X2), kemudian dipanaskan dalam tanur pada suhu 600 0C hingga berwarna putih, didinginkan dan ditimbang (X3),

7. Kadar Serat Kasar =

Lampiran 6. Prosedur pengukuran uji glukosa tubuh berdasarkan metode

Wedemeyer-Yasutake (Wedemeyer dan Yasutake, 1981) dalam

(Irwan, 2002)

Pembuatan gula standar

Sebanyak 100 mg glukosa dilarutkan dalam akuades menjadi 100 ml, Kemudian diukur absorbannya dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 635nm (abs stanndar).

Persiapan sampel

Karena sampel berupa tubuh ikan, maka sebelumnya dilakukan uji glikogen (pengganti plasma darah), Kemudian plasma diambil sebanyak 0,05 ml lalu ditambahkan 3,5 ml campuran acetic acid glacial dan O-Toluidin dengan perbandingan 47:3, Campuran tersebut dipanaskan dalam water bath 100 0C selama 10 menit, Kemudian diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 635 nm (abs sampel), Glukosa darah dihitung dengan rumus

( /100 ) = / ×

Keterangan: Au = Abs Sampel

Cs = Konsentrasi sampel Abs = Absorbansi Standar

X2 - X1 - X3 x 100 % A


(4)

25 Lampiran 7. Jumlah konsumsi pakan (JKP), laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pakan (EP), survival rate (SR) selama 40 hari pemeliharaan Ikan Rainbow Praecox.

Lampiran 7.1 Jumlah Konsumsi Pakan Ulangan

Jumlah Konsumsi Pakan (%)

Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Perlakuan D Perlakuan E

1 6,00 9,40 8,80 8,70 7,80

2 7,70 9,90 7,90 9,00 9,20

3 7,70 7,00 8,70 9,40 8,70

Rata-rata 29,57 33,50 33,60 34,80 34,40

Standar Deviasi 1,97 1,55 0,62 1,10 1,47

TABEL ANOVA

Jumlah Kuadrat

df Kuadrat Tengah F hitung F tabel,

Jumlah Konsumsi Pakan

Antara kelompok 52,343 4 13,086 6,515 ,008

Dalam kelompok 20,087 10 2,009

Total 72,429 14

Uji Lanjut (Tukey)

Perlakuan

Pasangan untuk α = 0,05

N 1 2

Vitamin C 0 mg/kg pakan 3 29,57

Vitamin C 50 mg/kg pakan 3 33,5

Vitamin C 100 mg/kg pakan 3 33,6

Vitamin C 150 mg/kg pakan 3 34,8

Vitamin C 200 mg/kg pakan 3 34,4

Sig, 1 0,791

Keterangan: Kelompok yang homogen terdapat dalam kolom yang sama Lampiran 7.2 Laju Pertumbuhan Spesifik

Ulangan Laju Pertumbuhan Spesifik Individu (%)

Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Perlakuan D Perlakuan E

1 0,67 0,90 0,91 0,86 0,92

2 0,44 0,65 0,60 0,91 0,92

3 0,41 0,33 0,38 0,75 0,83

Rata-rata 0,50 0,63 0,63 0,84 0,89


(5)

26 TABEL ANOVA

Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah

F hitung F tabel,

Laju Pertumbuhan Spesifik

Antara kelompok ,310 4 ,078 2,127 ,152

Dalam kelompok ,364 10 ,036

Total ,674 14

Lampiran 7.3 Efisiensi Pakan

Ulangan Efisiensi Pakan (%)

Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Perlakuan D Perlakuan E

1 5,49 6,62 6,29 5,96 7,19

2 3,65 4,36 4,64 6,68 6,87

3 2,94 2,43 2,71 4,94 5,89

Rata-rata 4,03 4,47 4,54 5,86 6,65

Standar Deviasi 1,32 2,09 1,79 0,87 0,68

TABEL ANOVA

Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah

F hitung F tabel,

Efisiensi Pakan

Antara kelompok 14,504 4 3,626 1,716 ,222

Dalam kelompok 21,128 10 2,113

Total 35,632 14

Lampiran 7.4 Kelangsungan Hidupikan Rainbow Praecox

Ulangan Survival Rate (%)

Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Perlakuan D Perlakuan E

1 76 96 100 100 100

2 92 96 92 100 100

3 80 88 92 96 100

Rata-rata 82,67 93,33 94,67 98,67 100,00


(6)

27 TABEL ANOVA

Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah

F hitung F tabel,

Kelangsungan hidup

Antara kelompok 561,067 4 140,267 5,977 ,010

Dalam kelompok 234,667 10 23,467

Total 795,733 14

Uji Lanjut (Tukey)

Perlakuan

Pasangan untuk α = 0,05

N 1 2

Vitamin C 0 mg/kg pakan 3 82,6667

Vitamin C 50 mg/kg pakan 3 93,3333 93,3333

Vitamin C 100 mg/kg pakan 3 94,6667 94,6667

Vitamin C 150 mg/kg pakan 3 98,6667

Vitamin C 200 mg/kg pakan 3 100

Sig, 0,074 0,483