Effect of Supplementation Organic Selenium with Different Dosage in Feed to Growth Performance for Red Tilapia (Oreochromis sp.)

(1)

PENGARUH SUPLEMENTASI SELENIUM ORGANIK DENGAN DOSIS BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KINERJA

PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.)

BURHANUDIN FAISAL

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

PENGARUH SUPLEMENTASI SELENIUM ORGANIK DENGAN DOSIS

BERBEDADALAM PAKAN TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN

IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.)

BURHANUDIN FAISAL

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya

Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PENGARUH SUPLEMENTASI SELENIUM ORGANIK DENGAN DOSIS

BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.)

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, November 2012

BURHANUDIN FAISAL C14080066


(4)

Judul : Pengaruh Suplementasi Selenium Organik dengan Dosis Berbeda dalam Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.)

Nama : Burhanudin Faisal Nomor Pokok : C14080066

Disetujui

Pembimbing I

Dr. Muhammad Agus Suprayudi NIP. 19650418 199103 1 003

Pembimbing II

Dr. Mia Setiawati NIP. 19641026 199203 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr. Sukenda_______ NIP. 19671013 199302 1 001


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Suplementasi Selenium Organik dengan Dosis Berbeda dalam Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.)” ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2012, bertempat di Teaching Farm dan Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Iim Abdurohim dan Ibu Kholisoh serta seluruh keluarga besar penulis yang telah berjasa dan selalu memberikan doa, semangat, motivasi, dan kasih sayang kepada penulis. Dr. Muhammad Agus Suprayudi dan Dr. Mia Setiawati selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk selalu memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis. Prof. Dr. Muhammad Zairin Junior selaku dosen penguji tamu. Yuni Puji Hastuti S.Pi., M.Si. selaku wakil dari Komisi Pendidikan. Kementrian Agama Republik Indonesia yang telah membiayai kuliah penulis. Seluruh teknisi kolam percobaan Departemen Budidaya Perairan yang telah membatu penulis selama proses penelitian. Bapak Wasjan dan mbak Retno atas bimbingan dan arahannya selama di laboratorium. Keluarga besar CSS MORA IPB angkatan 2008 dan teman-teman kosan ”Pondok

Ikan” (Dendi H, M. Muttaqin, Nur Aqil, Ahmad Fauzan, Asep Bulkini, M.

Firdaus) atas kebersamaannya. Nutrisionis 45 (Tira, Radianus, Dayat, Tiara, Kurnia, Darina, Pika, Ai Tetty, Annisa) dan teman-teman BDP PATMO seperjuangan yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama proses penelitian sampai proses penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, November 2012


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi tanggal 11 Maret 1989 dari pasangan Bapak Iim Abdurohim dan Ibu Kholisoh. Penulis merupakan anak ke tujuh dari tujuh bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah di SDN Tapos lulus pada tahun 2002, MTs. Al-Atiqiyah lulus pada tahun 2005, serta SMA Al-Atiqiyah dan lulus pada tahun 2008, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kementerian Agama Republik Indonesia dan memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama masa perkuliahan penulis aktif di organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) periode 2010-2011 pada divisi olahraga dan kesenian (ORKES). Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Nutrisi Ikan (2012) dan menjadi koordinator asisten mata kuliah Teknologi Produksi Plankton Bentos dan Alga (2012). Untuk meningkatkan pengalaman dan pengetahuan di bidang perikanan budidaya, penulis mengikuti kegiatan IPB GOES TO FIELD (2010) di Kabupaten Brebes Jawa Tengah dan Praktik Lapangan Akuakultur pembesaran udang vaname di PT. Surya Windu Kartika Banyuwangi Jawa Timur (2011). Tugas akhir di perguruan tinggi diselesaikan penulis dengan menulis skripsi yang berjudul ”Pengaruh Suplementasi Selenium Organik dengan Dosis Berbeda dalam Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.)”.


(7)

ABSTRAK

BURHANUDIN FAISAL. Pengaruh Suplementasi Selenium Organik dengan Dosis Berbeda dalam Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.). Dibimbing oleh MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan MIA SETIAWATI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis selenium organik pada pakan terhadap kinerja pertumbuhan ikan nila merah (Oreochromis sp). Empat macam dosis selenium organik yang digunakan adalah 0, 1, 2, dan 4 g Se/kg pakan. Kandungan selenium pada setiap pakan berturut-turut adalah 0,12; 0,19; 1,05; dan 1,42 mg Se/kg pakan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak dengan 4 perlakuan dan 2 ulangan. Semua pakan diformulasikan memiliki protein dan energi yang sama. Ikan yang digunakan adalah juvenil nila merah dengan bobot rata-rata 9,49±0,95 g yang dipelihara dalam akuarium berukuran 80x40x40 cm3 dengan kepadatan 10 ekor/akuarium. Ikan tersebut dipelihara selama 40 hari dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari secara at satiation. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan yang diberi pakan yang mengandung 4 g Se/kg pakan (1,42 mg Se/kg) memperlihatkan kinerja pertumbuhan terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Kata kunci: selenium, pertumbuhan, nila merah ---

ABSTRACT

BURHANUDIN FAISAL. Effect of Supplementation Organic Selenium with Different Dosage in Feed to Growth Performance for Red Tilapia (Oreochromis sp.). Supervised by MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI and MIA SETIAWATI

The experiment was conducted to evaluate the level of organic selenium in the diet on the growth performance of red tilapia (Oreochromis sp.). Four levels of organic selenium namely 0, 1, 2, and 4 g Se/kg diet were used as treatment and the selenium content on the diets are 0,12; 0,19; 1,05 and 1,42 mg Se/kg respectively. This experiment were used randomized design with 4 treatments and 2 replications. All the diet was formulated to have similar protein and energy. Juvenile red tilapia with average body weight of 9,49±0,94 g were reared in the 80x40x40 cm3 aquarium with density of 10 fish/aquarium. Fish were reared for 40 days and feed 4 times daily at satiation levels. The result of this study showed that fish fed diet containing 4 g Se/kg diet (1,42 mg Se/kg) have best growth performance compared to the result.

Keywords: selenium, growth, red tilapia


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

II. BAHAN DAN METODE ... 3

2.1 Pakan Uji ... 3

2.2 Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data ... 4

2.3 Analisis Kimia ... 4

2.4 Parameter yang Diukur ... 5

2.4.1 Jumlah Konsumsi Pakan ... 5

2.4.2 Laju Pertumbuhan Harian ... 5

2.4.3 Efisiensi Pakan ` ... 5

2.4.4 Retensi Protein ... 6

2.4.5 Retensi Lemak ... 6

2.4.6 Tingkat Kelangsungan Hidup ... 6

2.5 Parameter Kualitas Air ... 7

2.6 Analisis Statistik ... 7

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

3.1 Hasil ... 8

3.2 Pembahasan ... 9

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 14

4.1 Kesimpulan ... 14

4.2 Saran ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 15


(9)

ii DAFTAR TABEL

Halaman 1. Komposisi pakan perlakuan untuk ikan nila merah (Oreochromis sp) .... 3 2. Hasil analisis proksimat (%bobot kering) dan analisis selenium pakan

uji untuk ikan nila merah (Oreochromis sp.) ... 4 3. Data biomassa awal (BA), biomassa akhir (BAk), jumlah konsumsi

pakan (JKP), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), dan tingkat kelangsungan hidup (TKH) ikan nila merah (Oreochromis sp.) yang dipelihara selama 40 hari ... 9


(10)

iii DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Prosedur analisis proksimat ... 18 2. Prosedur preparasi sampel untuk analisis kadar selenium pakan uji ... 21 3. Data hasil pengukuran kadar selenium pakan uji ... 22 4. Data biomassa awal, biomassa akhir, laju pertumbuhan harian, jumlah

konsumsi pakan, efisiensi pakan, tingkat kelangsungan hidup dan hasil analisis sidik ragam (ANOVA) ikan nila merah (Orechromis sp.) yang dipelihara selama 40 hari ... 23 5. Retensi protein ikan nila merah (Oreochromis sp.) ... 27 6. Retensi lemak ikan nila merah (Oreochromis sp.) ... 28 7. Hasil pengkuran kualiatas air selama pemeliharaan ikan nila merah


(11)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila merupakan ikan yang bersifat euryhalin dan sangat potensial dikembangkan saat ini. Ikan ini banyak dibudidayakan di berbagai daerah karena kemampuan adaptasinya sangat baik didalam berbagai jenis media pemeliharaan (Suyanto 1999). Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan adalah ketersediaan pakan. Ikan membutuhkan nutrien yang lengkap dalam pakan baik berupa protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin untuk menunjang pertumbuhannya. Jika salah satu nutrien tersebut tidak terpenuhi maka pertumbuhan ikan akan terganggu.

Mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor enzim. Salah satu mineral yang berperan terhadap pertumbuhan dan kesehatan ikan adalah selenium (Blazer 1992). Selenium merupakan trace element esensial yang dibutuhkan dalam pakan untuk pertumbuhan dan fungsi fisiologis. Selenium berfungsi sebagai komponen dari enzim iodothironin deiodinase dan glutation peroksidase (Anonim 2010). Kelompok iodotironin deiodinase berfungsi mengkatalis hormon tiroksin menjadi bentuk aktif hormon triiodotironin (Brown dan Arthur 2001). Salah satu peranan selenium yaitu memelihara fungsi kelenjar tiroid, kelenjar tiroid berfungsi meningkatkan laju metabolisme dan sangat penting untuk pertumbuhan serta perkembangan normal (Junior 2003). Konsentrasi tiroksin mengontrol produksi insulin, jika konsentrasi tiroksin meningkat maka pemecahan insulin akan meningkat sehingga menyebabkan produksi insulin oleh pankreas juga meningkat (Junior et al. 2005). Selenium juga berperan pada enzim glutation peroksidase yang dapat melindungi sel dari kerusakan oksidatif (Rostruck 1973 dalam Tawwab 2007).

Watanabe (1997) mengatakan bahwa jumlah selenium yang berlebihan dapat menjadi racun bagi ikan sehingga menyebabkan kematian dan terganggunya pertumbuhan, sedangkan bila kekurangan selenium dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan, efisiensi pakan rendah, dan kadar glutation peroksidase menurun. Menurunnya kadar glutation peroksidase secara proporsional akan menyebabkan penyakit seperti distrofi otot, anemia, dan


(12)

2 turunnya sistem imun tubuh yang menyebabkan pertumbuhan menjadi terganggu (Bell et al. 1985).

Kebutuhan selenium untuk ikan nila merah (Oreochromis sp.) belum diketahui secara pasti, sebagai acuan Hilton et al. (1980) mengatakan bahwa kebutuhan optimum selenium untuk ikan rainbow trout (Salmo gairdnere) berkisar 0,15-0,38 mg/kg pakan, kebutuhan optimum selenium juvenil ikan kerapu malabar (Epinephelus malabaricus) adalah 0,7 mg/kg pakan (Lin dan Shiau 2005), serta Gatlin dan Wilson (1984) mengatakan bahwa kebutuhan selenium untuk ikan channel catfish adalah 0,2 mg/kg pakan.

Berdasarkan informasi diatas maka dilakukan penelitian tentang suplementasi selenium organik dengan dosis berbeda dalam pakan, sehingga diharapkan dapat diketahui kebutuhan selenium organik yang optimum untuk menunjang kinerja pertumbuhan ikan nila merah (Oreochromis sp.).

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi selenium organik dengan dosis berbeda dalam pakan terhadap kinerja pertumbuhan ikan nila merah (Oreochromis sp.).


(13)

3

II. BAHAN DAN METODE

2.1 Pakan Uji

Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan yang di suplementasi selenium organik dengan dosis yang berbeda, sehingga pakan dibedakan menjadi 4 macam yaitu pakan A, B, C, dan D. Analisis proksimat pakan dilakukan diawal penelitian pada masing-masing jenis pakan.

Berikut ini merupakan pakan uji yang digunakan untuk ikan perlakuan : a. Pakan A : pakan tanpa suplementasi selenium organik atau pakan kontrol b. Pakan B : pakan yang disuplementasi selenium organik 1 g Se/kg pakan c. Pakan C : pakan yang disuplementasi selenium organik 2 g Se/kg pakan d. Pakan D : pakan yang disuplementasi selenium organik 4 g Se/kg pakan

Komposisi pakan dan hasil analisis proksimat pakan perlakuan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1 dan 2 berikut ini:

Tabel 1. Komposisi pakan perlakuan untuk ikan nila merah (Oreochromis sp.)

Bahan Pakan Pakan Perlakuan

A B C D

Hewani : Poultry by product meal 8 8 8 8

Nabati: DDGS 88,7 88,7 88,7 88,7

Tepung bungkil kelapa sawit Tepung bungkil kedelai Pollard

Minyak Ikan 1 1 1 1

Vitamin dan mineral mix 0,3 0,3 0,3 0,3

Feed additive 1,5 1,5 1,5 1,5

Carboxy methyl cellulosa (CMC) 0,5 0,5 0,5 0,5

Total (%) 100.00 100.00 100.00 100.00 Selenium (g Se/kg pakan) 0 1 2 4


(14)

4 Tabel 2. Hasil analisis proksimat (%bobot kering) dan analisis selenium pakan uji

untuk ikan nila merah (Oreochromis sp.)

Parameter Pakan Perlakuan (g Se/kg pakan)

A (0) B (1) C (2) D (4) Protein (%) 32,41 32,32 32,52 32,62

Lemak (%) 7,24 7,41 6,97 7,65

Kadar abu (%) 18,38 18,47 18,04 18,23 Serat kasar (%) 5,08 5,67 4,45 6,29

BETN 36,89 36,13 38,01 35,21

Se (mg Se/kg pakan) 0,12 0,19 1,05 1,42 GE (kkal/100 g pakan)* 400,80 398,74 403,47 308,94 C/P (kkal/100 g)** 12,37 12,34 12,41 12,23 Keterangan :

*GE = Gross Energy

1 gr Protein = 5,6 kkla GE 1 gr karbohidrat/BETN = 4,1 kkla GE 1 gr Lemak = 9,4 kkla GE ** C/P = Energi / Protein

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

2.2 Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data

Ikan yang digunakan adalah ikan nila merah (Oreochromis sp.) yang berasal dari Kolam Percobaan Departemen Budidaya Perairan. Wadah yang digunakan yaitu akuarium sebanyak 12 buah dengan dimensi 80x40x40 cm3 serta ketinggian air dalam akuarium 30 cm (volume air 96 L), dibagian samping akuarium tersebut ditutupi plastik hitam untuk mengurangi stres pada ikan. Masing-masing akuarium diisi dengan thermostat untuk meningkatkan suhu. Ikan uji ditimbang bobot awal dan bobot akhirnya, setiap akuarium di isi 10 ekor ikan dengan bobot rata-rata 9,49±0,95 g. Ikan diseleksi terlebih dahulu kemudian diadaptasikan selama 7 hari sebelum diberikan perlakuan. Setelah diadaptasikan ikan dipuasakan selama 24 jam. Ikan dipelihara selama 40 hari dengan pemberian pakan 4 kali sehari yaitu pukul 08.00, 11.00, 14.00, dan 17.00 WIB secara at satiation atausekenyangnya.

2.3 Analisis Kimia

Analisis proksimat dilakukan terhadap pakan dan ikan uji. Analisis proksimat yang dilakukan meliputi pengukuran kadar protein, lemak, abu, serat kasar, air, dan BETN. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut


(15)

5 Pertanian Bogor. Analisis protein dilakukan dengan metode Kjeldahl, lemak kering dilakukan dengan metode Soxchlett, lemak basah dengan metode Folch, kadar abu dengan pemanasan sampel dalam tanur bersuhu 600 oC, serat kasar menggunakan metode pelarutan sampel dengan asam dan basa kuat serta pemanasan, dan kadar air dengan pemanasan dalam oven bersuhu 105 oC sampai 110 oC. Prosedur analisis proksimat pakan dan ikan uji dapat dilihat pada Lampiran 1. Analisis selenium dilakukan pada pakan uji dengan menggunakan AAS, analisis tersebut dilakukan di Balai Besar Industri Agro (BBIA) Bogor. Prosedur dan hasil analisis selenium pakan uji dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.

2.4 Parameter yang Diukur

2.4.1 Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)

Perhitungan jumlah konsumsi pakan (JKP) ditentukan dengan menghitung jumlah pakan yang diberikan selama percobaan dikurangi jumlah sisa pakan yang tidak dimakan dan telah dikeringkan.

2.4.2 Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Laju pertumbuhan harian (LPH) dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

α = Laju pertumbuhan harian

Wt = Berat rata-rata ikan uji pada waktu tertentu (g). Wo = Berat rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (g). t = Lama waktu pemeliharaan

2.4.3 Efisiensi Pakan (EP)

Efisiensi pemanfaatan pakan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :


(16)

6 Keterangan :

EP = Efisiensi pakan

Wt = Bobot ikan akhir penelitian (g)

D = Bobot total ikan yang mati selama penelitian (g) W0 = Bobot ikan awal penelitian (g)

F = Jumlah total pakan yang dikonsumsi selama pemeliharaan.

2.4.4 Retensi Protein (RP)

Nilai retensi protein dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

RP = Retensi protein

F = Jumlah protein tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g) I = Jumlah protein tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g) P = Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (g)

2.4.5 Retensi Lemak (RL)

Nilai retensi lemak dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

RL = Retensi lemak

F = Jumlah lemak tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g) I = Jumlah lemak tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g) P = Jumlah lemak yang dikonsumsi ikan (g)

2.4.6 Tingkat Kelangsungan Hidup(TKH)

Tingkat kelangsungan hidup atau survival rate ikan dapat diketahui dengan persamaan berikut ini :

Keterangan :

TKH = Tingkat kelangsungan hidup Nt = Jumlah ikan akhir pemeliharaan No = Jumlah ikan awal pemeliharaan


(17)

7 2.5 Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, pH, oksigen terlarut (DO), Alkalinitas dan TAN (Total Amonia Nitrogen). Pengukuran parameter tersebut dilakukan diawal dan akhir penelitian. Data hasil pengukuran kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 7.

2.6 Analisis Statistik

Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 2 ulangan. Untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan dengan menggunakan ANOVA dan dilanjutkan uji Tukey dengan selang kepercayaan 95%. Data yang diperoleh diolah menggunakan Ms. Excel 2007, selanjutnya data yang telah diolah dianalisis secara statistik menggunakan SPSS 17.0.


(18)

8

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Pertumbuhan biomassa ikan selama 40 hari pemeliharaan yang diberi pakan dengan suplementasi selenium organik berbeda dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:

Gambar 1. Biomassa ikan nila merah dari awal sampai akhir pemeliharaan

Ikan yang diberi perlakuan pakan D (1,42 mg Se/kg pakan) memiliki biomassa yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang diberi perlakuan pakan lainnya (P<0,05), sedangkan ikan yang diberi perlakuan pakan A, B, dan C memiliki pertumbuhan biomassa yang sama (P>0,05).

Data hasil penelitian yang meliputi nilai rata-rata biomassa akhir (BAk), jumlah konsumsi pakan (JKP), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), dan tingkat kelangsungan hidup (TKH) disajikan pada Tabel 3 berikut ini:

0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00

0 14 28 40

B io ma ss a ik a n (g) Hari ke-

A (0,12 mg se/kg)

B (0,19 mg se/kg)

C (1,05 mg se/kg)

D (1,42 mg se/kg)


(19)

9 Tabel 3. Data Biomassa Awal (BA), Biomassa Akhir (BAk), Jumlah Konsumsi Pakan (JKP), Laju Pertumbuhan Harian (LPH), Efisiensi Pakan (EP), Retensi Protein (RP), Retensi Lemak (RL), dan Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH) ikan nila merah (Oreochromis sp.) yang dipelihara selama 40 hari.

Parameter Pakan Perlakuan (mg Se/kg pakan)

A (0,12) B (0,19) C (1,05) D (1,42)

BA (g) 93,50±1,21ª 96,41±1,65ª 94,72±0,31ª 95,58±0,98ª BAk (g) 187,23±3,66ª 202,46±8,08ª 195,68±4,00a 230,82±6,31b JKP (g) 243,96±5,73ª 262,42±0,32b 244,71±1,75ª 277,25±1,11c LPH (%) 1,89±0,20ª 1,88±0,15ª 1,83±0,04ª 2,22±0,10ª EP (%) 40,46±2,99ª 40,41±3,66ª 41,25±1,21ª 48,78±2,43ª RP (%) 18,07±0,05a 21,91±1,91a 20,37±0,85a 22,37±1,36a RL (%) 22,67±0,42b 19,26±1,0ab 33,08±1,14c 18,91±0,59a TKH (%) 95,00±7,10ª 100,0±00a 100,0±00a 100,0±00a Keterangan: huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P<0.05).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi selenium organik dalam pakan menyebabkan adanya pengaruh yang berbeda nyata pada biomassa akhir, jumlah konsumsi pakan, dan retensi lemak, serta tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, retensi protein, dan tingkat kelangsungan hidup. Biomassa akhir pada perlakuan D (1,42 mg Se/kg) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya (P<0,05), sedangkan biomassa akhir pada perlakuan pakan A, B, dan C memiliki nilai yang sama (P>0,05). Jumlah konsumsi pakan berkisar 243,96-277,25 g, jumlah konsumsi pakan perlakuan D (1,42 mg Se/kg) lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, sedangakan pada perlakuan A (0,12 mg Se/kg) dan C (1,05 mg Se/kg) jumlah konsumsi pakan yang diperoleh sama (P>0,05). Laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, retensi protein, dan tingkat kelangsungan hidup yang didapat sama pada semua perlakuan (P>0,05). Nilai retensi lemak tertinggi terdapat pada perlakuan C (1,05 mg Se/kg), nilai retensi lemak terendah pada perlakuan D (1,42 mg se/kg), sedangkan nila retensi lemak pada perlakuan B (1,42 mg Se/kg) tidak berbeda dengan perlakuan A dan D (P>0,05).

3.2 Pembahasan

Selenium merupakan trace element esensial yang dibutuhkan dalam pakan untuk pertumbuhan dan fungsi fisiologis. Selenium berfungsi sebagai komponen dari sejumlah enzim yang mengandung protein seperti kelompok iodotironin deiodinase dan glutathion peroksidase (Anonim 2010). Kelompok iodotironin


(20)

10 deiodinase berfungsi mengkatalis hormon tiroksin menjadi bentuk aktif hormon triiodotironin (Brown dan Arthur 2001). Salah satu peran selenium adalah memelihara fungsi kelenjar tiroid. Menurut Junior (2003) kelenjar tiroid berfungsi untuk meningkatkan laju metabolisme dan sangat penting untuk pertumbuhan serta perkembangan normal. Konsentrasi tiroksin mengontrol produksi insulin, jika konsentrasi tiroksin meningkat maka pemecahan insulin akan meningkat sehingga menyebabkan produksi insulin oleh pankreas juga meningkat (Junior et al. 2005). Peningkatan insulin tersebut dapat mempercepat proses metabolisme. Insulin berperan penting dalam pengaturan metabolisme karbohidrat, tetapi pada ikan peran insulin lebih ke arah metabolisme protein dan memacu inkorporasi asam-asam amino ke protein jaringan (Mommsen 2001 dalam Junior 2003). Selain itu selenium berperan pada enzim glutation peroksidase yang dapat melindungi sel dari kerusakan oksidatif (Rostruck 1973 dalam Tawwab 2007).

Persentase penambahan biomassa ikan meningkat seiring dengan lamanya waktu pemeliharaan. Menurut Effendie (2005) terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi keturunan, jenis kelamin, umur, parasit, dan penyakit. Faktor eksternal diantaranya makanan/pakan dan lingkungan. Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini, pada perlakuan D (1,42 mg Se/kg pakan) memiliki biomassa akhir lebih besar dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya (P<0,05), sedangkan pada perlakuan A, B, dan C (0,12; 0,19; dan 1,05 mg Se/kg pakan) biomassa akhir yang dihasilkan sama (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar dosis selenium organik yang ditambahkan maka biomassa akhir yang dihasilkan akan semakin besar pula, asalkan dosis selenium masih dalam batas toleransi ikan tersebut. Hasil penelitian Lin dan Shiau (2005) memperlihatkan bahwa suplementasi selenium sebesar 0,77 mg Se/kg pakan dapat menghasilkan biomassa akhir lebih besar dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya pada juvenil ikan kerapu malabar. Selain itu suplementasi selenium 0,25 mg Se/kg pakan pada channel catfish menghasilkan biomassa akhir lebih besar dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya (Gatlin dan Wilson 1984).


(21)

11 Jumlah konsumsi pakan meningkat seiring dengan meningkatnya dosis selenium dalam pakan. Rata-rata jumlah konsumsi pakan yang di suplementasi selenium organik lebih tinggi dibandingkan jumlah konsumsi pakan tanpa suplementasi selenium (kontrol), Jumlah konsumsi pakan pakan perlakuan D (1,42 mg Se/kg) lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan pada perlakuan A (0,12 mg Se/kg) dan C (1,05 mg Se/kg) jumlah konsumsi pakan yang diperoleh sama (P>0,05). Tingginya jumlah konsumsi pakan pada perlakuan D (1,42 mg Se/kg pakan) diduga disebabkan oleh fungsi selenium yang dapat mengurangi dan menghancurkan peroksida yang terbentuk dalam tubuh, peroksida ini dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel tubuh (Anonim 2010). Diduga ikan yang diberi pakan dengan suplementasi selenium memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik dan nafsu makan yang tinggi, tingginya nafsu makan ini mengakibatkan jumlah konsumsi pakan menjadi meningkat.

Hasil pengukuran laju pertumbuhan harian dapat dilihat pada Tabel 3 diatas. Waktu pemeliharaan selama 40 hari tidak menunjukkan perbedaan terhadap nilai laju pertumbuhan harian pada semua perlakuan (P>0,05), hal ini diduga disebabkan karena waktu penelitian yang dilakukan sangat singkat, sehingga fungsi selenium masih belum terlihat pengaruhnya terhadap laju pertumbuhan harian, karena selenium merupakan mikro nutrien yang memiliki pengaruh relatif lama terhadap laju pertumbuhan, sehingga diduga jika waktu penelitian diperpanjang akan terlihat perbedaan laju pertumbuhan harian pada setiap perlakuan. Hal tersebut didukung dengan hasil biomassa yang didapatkan (Gambar 1), semakin lama waktu pemeliharaan perbedaan pertumbuhan biomassa terlihat semakin jauh pula pada setiap perlakuan.

Efisiensi pakan yang didapatkan berkisar antara 40,41% sampai 48,78%, nilai efisiensi pakan tersebut sama pada semua perlakuan (P>0,05). Efisiensi pakan yang didapatkan termasuk rendah, hal ini diduga disebabkan karena kadar selenium pada semua perlakuan masih kurang, sehingga ikan kekurangan selenium dan menyebabkan rendahnya nilai efisiensi pakan. Menurut Bell et al (1985) bahwa kurangan selenium dalam tubuh dapat menyebabkan pertumbuhan berkurang, rendahnya efisiensi pakan, dan menurunnya kadar glutation peroksidase. Hasil penelitian Hilton et al. (1980) bahwa kekurangan selenium


(22)

12 dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan rendahnya efisiensi pakan pada ikan rainbow trout. Selain itu kekurangan selenium dapat menyebabkan pertumbuhan berkurang dan efisiensi pakan rendah pada ikan ikan channelcatfish (Gatlin dan Wilson 1984).

Protein merupakan zat gizi yang sangat diperlukan oleh ikan untuk pemeliharaan tubuh, pembentukan jaringan, dan penggantian jaringan tubuh yang rusak. Retensi protein menunjukkan besarnya protein yang tersimpan dalam tubuh ikan dari protein yang dimakan. Nilai retensi protein ikan yang didapatkan berkisar antara 18,07% sampai 22,37%, nilai retensi protein tersebut sama pada semua perlakuan (P>0,05). Hal ini diduga karena dosis selenium organik yang digunakan masih kurang dengan waktu pemeliharaan selama 40 hari. Sehingga dosis selenium organik yang digunakan perlu ditingkatkan serta penambahan waktu pemeliharaan. Bentuk selenium organik lebih mudah diserap oleh tubuh dibandingkan bentuk anorganik, hal ini disebabkan karena selenium organik berikatan dengan senyawa organik seperti asam amino, sehingga dapat bergabung dengan protein tubuh dan memungkinkan untuk disimpan dan dilepaskan kembali jika diperlukan (Anonim 2010).

Lemak memiliki peranan penting bagi ikan karena berfungsi sebagai sumber energi dan sumber asam lemak esensial, memelihara bentuk dan fungsi membran atau jaringan sel yang penting bagi organ tubuh tertentu, membantu dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak dan untuk mempertahankan daya apung tubuh (NRC 1993). Retensi lemak menggambarkan besarnya lemak yang tersimpan dalam tubuh ikan dari lemak yang dimakan. Retensi lemak pada setiap perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda. Nilai retensi lemak yang didapatkan berfluktuasi dari perlakuan A (0,12 mg Se/kg) atau kontrol sampai perlakuan D (1,42 mg Se/kg). Retensi lemak tertinggi pada perlakuan C (1,05 mg Se/kg), sedangkan nilai retensi lemak terendah pada perlakuan D (1,42 mg Se/kg). Tingginya nilai retensi lemak pada perlakuan C (1,05 mg Se/kg) diduga pada dosis selenium organik sebesar 1,05 mg Se/kg pakan kemampuan ikan dalam menyimpan lemak lebih baik sehingga nilai retensi lemaknya lebih tinggi dibandingkan yang lainnya.


(23)

13 Hasil pengukuran tingkat kelangsungan hidup ikan nila merah berkisar antara 95% sampai 100%, tingkat kelangsungan hidup yang didapatkan sama pada semua perlakuan (P>0,05) dan tergolong cukup baik. Wise et al. (1993) dalam Tawwab (2007) mengatakan bahwa selenium berperan dalam sinergitas jaringan hewan untuk membentuk antioksidan penting yang membantu menguatkan sistem pertahanan tubuh, sehingga diduga ikan yang diberi pakan dengan suplementasi selenium memiliki ketahanan tubuh dan kelangsungan hidup yang lebih baik, asalkan dosis selenium yang diberikan masih dalam batas toleransi bagi ikan tersebut.


(24)

14

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Suplementasi selenium organik dalam pakan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap biomassa akhir, jumlah konsumsi pakan dan retensi lemak, serta tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, retensi protein, dan tingkat kelangsungan hidup. Suplementasi selenium organik sebesar 4 g Se/kg (1,42 mg Se/kg dalam pakan) memberikan kinerja pertumbuhan terbaik pada ikan nila merah (Oreochromis sp.).

4.2 Saran

Perlunya dilakukan penelitian lanjutan dengan dosis suplementasi selenium organik lebih tinggi dalam pakan yang bertujuan untuk mengetahui dosis selenium organik yang optimal untuk kinerja pertumbuhan ikan nila merah (Oreochromis sp.).


(25)

15

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Selenium. http://digilib.unsri.ac.id/download/selenium.pdf. [5 Agustus 2012].

Bell, J.G., Cowey, C.B., and Adron, J.W. 1985. Some effect of vitamin E selenium deprivation on tissue enzyme levels and indices of tissue peroxidation in rainbow trout (Salmo gairdneri). British Journal of Nutrition, 53:149-157

Blazer, V.S. 1992. Nutrition and disease resistance in fish. Annual Rev. of Fish Disease, 2:309-323.

Brown, K.M., and Arthur, J.R. 2001. Selenium, selenoproteins and human health: a review. Public Health Nutrition 4(2B):593-599

Effendie, M.I. 2005. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Gatlin, D.M., and Wilson, R.P. 1984. Dietary selenium requirement of fingerling channel catfish. Departement of Biochemistry, Mississippi State University, Mississippi State, MS 39762.

Hilton, J.W., Hodson, P.V., and Slinger, S.J. 1980. The Requirements and Toxicity of selenium in rainbow trout (Salmo gairdneri). Journal of Nutrition, 110: 2527-2535.

Junior, M.Z. 2003. Endrokrinologi dan peranannya bagi masa depan perikanan Indonesia. Orasi Ilmiah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Junior, M.Z., Pahlawan, R.G., dan Raswin, M. 2005. Pengaruh pemberian hormon tiroksin secara oral terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan plati koral Xiphophorus maculatus. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1) : 31 -35.

Lin, Y.H., and Shiau, S.Y. 2005. Dietary selenium requirements of juvenile grouper Epinephelus malabaricus. Aquaculture, 250: 356–363.

[NRC] National Research Council. 1993. Nutrient Requirement of Fish. National Academic Press, Washington DC.


(26)

16 Tawwab, M.A., Mousa, M.A.A, and Abbas, F.E. 2007. Growth performance and physiological response of African catfish, Clarias gariepinus (B.) fed organik selenium prior to the exposure to environmental copper toxicity. Aquaculture, 272: 335–345.

Watanabe, T. 1997. Trace mineral in fish nutrition. Journal Aquaculture, 151: 185


(27)

17


(28)

18 Lampiran1. Prosedur analisis proksimat

1. Prosedur analisis kadar air

2. Prosedur analisis kadar serat kasar

Kertas saring dipanaskan dalam oven 110 oC selama 1 jam, lalu dinginkan dalam desikator selam 30 menit, dan

ditimbang (X1) Bahan ditimbang 0,5 g (A), lalu dimasukkan ke

dalam Erlenmeyer 250 ml 50 ml H2SO4 0,3 N ditambahkan dalam

Erlenmeyer, lalu dipanaskan selama 30 menit di atas hotplate

Tambahkan 25 ml NaOH 1,5 N, lalu dipanaskan kembali selama 30 menit

Larutan disaring dengan bahan pembilasan secara berurutan sebagai berikut:

1. 50 ml air panas 2. 50 ml H2SO4

3. 50 ml air panas 4. 25 ml aceton

Kertas saring hasil penyaringan dimasukkan ke dalam cawan porselen

Cawan porselen dipanaskan pada suhu 105-110 oC selama 1 jam lalu

didinginkan

Dipanaskan pada suhu 105-110 oC selama 1 jam, didinginkan, dan ditimbang (X2)

Dipanaskan dalam tanur pada suhu 600 oC hingga berwarna putih, didinginkan, dan

ditimbang (X3)

Kertas saring dipasang pada labu Buchner yang telah terhubung dengan

vacummpump

Cawan porselen dipanaskan pada suhu 105-110 oCselama 1 jam, dan kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)

Bahan ditimbang 2-3 g (A) lalu dimasukkan ke dalam cawan

Cawan dan bahan dipanaskan selama 4 jam pada suhu 105-110 oC, didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)


(29)

19 Lanjutan Lampiran 1

3. Prosedur analisis kadar protein

a. Tahap oksidasi

b. Tahap Destilasi

c. Tahap Titrasi

Keterangan :

Vb = ml 0,05 N titran NaOH untuk blanko A = Bobot sampel (gr) Va = ml 0,05 N titran NaOH untuk sampel ** = Faktor Nitrogen * = Setiap 0,05 NaOH ekivalen dengan 0,0007 gr N

5 ml larutan hasil oksidasi dimasukkan ke dalam labu destilasi

Destilasi selama 10 menit dari tetesan pertama

Dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml

2-3 tetes indikator methylen blue (larutan B) 10 ml H2SO4 0,05 N

H2SO4 pekat 10 ml

Katalis (K2SO4+CuSO4.%H2O)

ditimbang sebanyak 3 g Bahan ditimbang 0,5 g (A)

Masukan ke dalam labu Kjedhal dan dipanaskan sampai suhu 400 oC selama 3-4 jam hingga berwarna hijau bening, dinginkan dengan akudes dan diencerkan dengan hingga volume 100 ml

(larutan A)

Hasil destilasi dititrasi dengan NaOH

Titrasi hingga larutan menjadi kehijauan.

Hitung ml titran yang dipakai dan catat (V)

Lakukan prosedur yang sama pada blanko


(30)

20 Lanjutan Lampiran 1

4. Prosedur analisis kadar lemak

a. Metode Soxchlet (sampel kering/pakan)

b. Metode Folch (sampel basah/ikan)

Labu dipanaskan pada suhu 104-110 oC selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang (X1)

Bahan ditimbang 2-3 g (A) lalu dimasukkan ke dalam selongsong

Dimasukkan ke dalam Soxhlet dan diberi 100-150 ml N-Hexan hingga selongsong terendam. Sisa N-Hexan dimasukkan ke dalam

labu

Labu dipanaskan di atas hotplate hingga larutan perendam selongsong dalam Soxhlet berwarna bening

Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 15 menit, didinginkan, lalu ditimbang (X2)

Timbang sampel 2 g (A), tambahkan 40 ml larutan chloroform: methanol (2:1), homogenkan dalam mortar selama 5 menit, saring

dengan menggunakan vacuum pump

Mg Cl2.6H2O2 sebanyak 0,2 x volume

chloroform:methanol (2:1) yang digunakan

hasil saringan dimasukan ke dalam labu Pemisah dan saring kembali lakukan pembilasan dengan larutan chloroform:methanol sebanyak

10 ml

selesai disaring labu pemisah ditutup dan diaduk hingga merata selama 1 menit

labu diuapkan menggunakan vacuum evaporator hingga larutan menguap semua

diamkan 1 malam hingga terjadi 2 lapisan, ambil larutan bawah dan disimpan dalam labu yang telah diketahui bobotnya (B)

timbang labu akhir (C) setelah dipastikan larutannya menguap semua


(31)

21 Lanjutan Lampiran 1

5. Prosedur analisis kadar abu

Catatan : Cawan dari tanur dimasukan dalam desikator setelah suhu tanur turun sampai 100 oC atau 200 oC

Lampiran 2. Prosedur preparasi sampel untuk analisis kadar selenium pakan 1. Sampel (pakan/ikan) ditimbang sebanyak 5 g dan masukan ke dalam

Erlenmeyer 125 ml

2. Tambahkan 5 ml HNO3 (Nitric Acid) dan diamkan selama 1 jam

3. Panaskan pada hot plate dengan temperatur rendah selama 4-6 jam atau sampai semua warna kuning menguap

4. Sampel tersebut di tutup kemudian didiamkan selama 1 malam

5. Tambahkan 0,4 ml H2SO4 (Sulfuric Acid) pekat, lalu dipanaskan diatas hot

plate sampai larutan berkurang atau lebih pekat.

6. Tambahkan 2-3 tetes larutan campuran HClO4 : HNO3 (2:1). Pemanasan terus

dilanjutkan sampai terjadi perubahan warna dari coklat menjadi kuning tua, kemudian menjadi kuning muda.

7. Pemanasan dilanjutkan selama 10-15 menit setelah terjadi perubahan warna 8. Sampel dipindahkan, didinginkan dan ditambahkan 2 ml akuades dan 0,6 ml

HCl

9. Sampel dipanaskan (±15 menit) kembali agar larut, kemudian dimasukan kedalam labu takar 100 ml

10. Apabila terdapat endapan, maka disaring terlebih dahulu dengan menggunakan glass wool

11.Hasil penggabungan basa kemudian dianalisis di AAS atau spektrofotometer sesuai dengan panjang gelombang untuk mineral Se.

Cawan dan bahan dipanaskan di dalam tanur dengan suhu 600 oC, lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)

Bahan ditimbang 2-3 gr (A) lalu dimasukkan ke dalam cawan Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 105-110 oC selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)


(32)

22 Lampiran 3. Data hasil pengukuran kadar selenium pakan uji


(33)

23 Lampiran 4. Hasil biomassa awal, biomassa akhir, laju pertumbuhan harian, jumlah konsumsi pakan, efisiensi pakan, tingkat kelangsungan hidup dan hasil analisis sidik ragam (ANOVA) ikan nila merah (Orechromis sp.) yang dipelihara selama 40 hari.

Biomassa Awal (g)

Ulangan Pakan Perlakuan (mg Se/kg pakan)

A (0,12) B (0,19) C (1,05) D (1,42)

1 92,64 95,24 94,5 94,89

2 94,35 97,57 94,94 96,27

Rerata BA 93,50 96,41 94,72 95,58

Deviasi 1,21 1,65 0,31 0,98

ANOVA

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 9.288 3 3.096 2.370 .212

Within Groups 5.225 4 1.306

Total 14.513 7

Biomassa Akhir (g)

Ulangan Pakan Perlakuan (mg Se/kg pakan)

A (0,12) B (0,19) C (1,05) D (1,42)

1 184,64 208,17 192,85 235,28

2 189,81 196,74 198,51- 226,36

Rerata BAk 187,23 202,46 195,68 230,82

Deviasi 3,66 8,08 4,00 6,31

ANOVA D40

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 2144.629 3 714.876 21.262 .006

Within Groups 134.488 4 33.622

Total 2279.117 7

Tukey HSDa

Biomassa.Akhir

Subset for alpha = 0.05

N 1 2

A (0,12 mg se/kg pakan) 2 187.23

C (1,05 mg se/kg pakan) 2 195.68

B (0,19 mg se/kg pakan) 2 202.45

D (0,12 mg se/kg pakan) 2 230.82

Sig. .176 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.


(34)

24 Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)

Ulangan Pakan Perlakuan (mg Se/kg pakan)

A (0,12) B (0,19) C (1,05) D (1,42)

1 239,90 262,65 243,48 278,03

2 248,01 262,19 245,95 276,46

Rerata JKP 243,96 262,42 244,71 277,25

Deviasi 5,73 0,32 1,75 1,11

ANOVA

D40

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 1520.603 3 506.868 54.393 .001

Within Groups 37.275 4 9.319

Total 1557.878 7

D40

Tukey HSDa

Jumlah Konsumsi Pakan

Subset for alpha = 0.05

N 1 2 3

A (0,12 mg se/kg pakan) 2 243.95

C (1,05 mg se/kg pakan) 2 244.71

B (0,19 mg se/kg pakan) 2 262.42

D (1,42 mg se/kg pakan) 2 277.25

Sig. .994 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Ulangan Pakan Perlakuan (mg Se/kg pakan)

A (0,12) B (0,19) C (1,05) D (1,42)

1 1,74 1,98 1,80 2,28

2 2,03 1,77 1,86 2,16

Rerata LPH 1,89 1,88 1,83 2,22

Deviasi 0,2 0,15 0,04 0,1

ANOVA

D40

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups .194 3 .065 3.543 .127

Within Groups .073 4 .018


(35)

25 Efisiensi Pakan (EP)

Ulangan Pakan Perlakuan (mg Se/kg pakan)

A (0,12) B (0,19) C (1,05) D (1,42)

1 38,35 43,00 40,39 50,49

2 42,57 37,82 42,11 47,06

Rerata EPP 40,46 40,41 41,25 48,78

Deviasi 2,99 3,66 1,21 2,43

ANOVA

D40

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 98.535 3 32.845 4.426 .092

Within Groups 29.682 4 7.421

Total 128.217 7

Retensi Protein(RP)

Ulangan Pakan Perlakuan (mg Se/kg pakan)

A (0,12) B (0,19) C (1,05) D (1,42)

1 18,10 23,26 19,77 23,33

2 18,03 20,55 20,98 21,41

Rerata RP 18,07 21,91 20,37 22,37

Deviasi 0,05 1,91 0,85 1,36

ANOVA

D40

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 22.576 3 7.525 4.816 .081

Within Groups 6.250 4 1.562

Total 28.826 7

Retensi Lemak(RL)

Ulangan Pakan Perlakuan (mg Se/kg pakan)

A (0,12) B (0,19) C (1,05) D (1,42)

1 22,97 19,97 33,88 19,32

2 22,37 18,55 32,27 18,50

Rerata RL 22,67 19,26 33,08 18,91


(36)

26 ANOVA

D40

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 262.827 3 87.609 124.248 .000

Within Groups 2.820 4 .705

Total 265.647 7

D40

Tukey HSDa

Retensi Lemak

Subset for alpha = 0.05

N 1 2 3

D (1,42 mg se/kg pakan) 2 18.91

B (0,19 mg se/kg pakan) 2 19.26 19.26

A (0,12 mg se/kg pakan) 2 22.67

C (1,05 mg se/kg pakan) 2 33.08

Sig. .973 .050 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH)

Ulangan Pakan Perlakuan (mg Se/kg pakan)

A (0,12) B (0,19) C (1,05) D (1,42)

1 100 100 100 100

2 90 100 100 100

Rerata TKH 95,00 100,00 100,00 100,00

Deviasi 7,1 0,00 0,00 0,00

ANOVA

D40

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 37.500 3 12.500 1.000 .479

Within Groups 50.000 4 12.500


(37)

27 Lampiran 5. Retensi protein ikan nila merah (Oreochromis sp.)

Ikan Ulangan Perlakuan ( mg Se /kg pakan )

A (0,12) B (0,19) C (1,05) D (1,42) Biomassa ikan awal (g) 1 92,64 95,24 94,5 94,89

2 94,35 97,5 94,95 96,27 Biomassa ikan akhir (g) 1 184,681 208,17 192,85 235,28

2 189,81 196,74 198,51 226,36

Protein ikan awal 1 13 13 13 13

2 13 13 13 13

Protein ikan akhir 1 13,40 14,42 13,68 13,32 2 13,35 14,35 13,83 13,19 Protein total awal (g) 1 12,04 12,38 12,29 12,34 2 12,27 12,68 12,34 12,52 Protein total akhir (g) 1 24,75 30,02 26,38 31,34 2 25,34 28,23 27,45 29,86 Protein yang disimpan 1 12,70 17,64 14,10 19,00 2 13,07 15,56 15,11 17,34 Jumlah konsumsi pakan 1 239,90 262,65 243,48 278,03

2 247,92 262,19 245,95 276,46 Protein pakan 1 29,25 28,87 29,29 29,30

2 29,25 28,87 29,29 29,30 Jumlah protein yang dikonsumsi 1 70,17 75,83 71,32 81,46 2 72,52 75,69 72,04 81,00 Retensi protein 1 18,10 23,26 19,77 23,33 2 18,03 20,55 20,98 21,41 Retensi Protein ± deviasi 18,07±0,05 21,91±1,91 20,37±0,85 22,37±1,36


(38)

28 Lampiran 6. Retensi lemak ikan nila merah (Oreochromis sp.)

Ikan Ulangan Perlakuan ( mg Se /kg pakan )

A (0,12) B (0,19) C (1,05) D (1,42) Biomassa ikan awal (g) 1 92,64 95,24 94,5 94,89

2 94,35 97,5 94,95 96,27 Biomassa ikan akhir (g) 1 184,681 208,17 192,85 235,28

2 189,81 196,74 198,51 226,36 Lemak ikan awal 1 2,13 2,13 2,13 2,13

2 2,13 2,13 2,13 2,13 Lemak ikan akhir 1 3,02 2,64 3,73 2,43 2 2,97 2,69 3,53 2,46 Lemak total awal (g) 1 1,97 2,03 2,01 2,02 2 2,01 2,08 2,02 2,05 Lemak total akhir (g) 1 5,58 5,50 7,19 5,72 2 5,64 5,29 7,01 5,57 Lemak yang disimpan 1 3,60 3,47 5,18 3,70 2 3,63 3,22 4,98 3,52 Jumlah konsumsi pakan 1 239,90 262,65 243,48 278,03

2 247,92 262,19 245,95 276,46 Lemak pakan 1 6,54 6,61 6,28 6,88

2 6,54 6,61 6,28 6,88 Jumlah lemak yang dikonsumsi 1 15,69 17,36 15,29 19,13

2 16,21 17,33 15,45 19,02 Retensi Lemak 1 22,97 19,97 33,88 19,32 2 22,37 18,55 32,27 18,50 Retensi Lemak ± deviasi 22,67±0,42 19,26±1,00 33,08±1,14 18,91±0,59

Lampiran 7. Hasil pengkuran kualiatas air selama pemeliharaan ikan nila merah (Oreochromis sp.)

Parameter Perlakuan (mg se/kg pakan) Optimal A (0,12) B (0,19) C (1,05) D (1,42)

Suhu (oC) 27 – 31 27 – 31 27 – 31 27 – 31 26 – 31 pH 6 - 7,1 6 - 6,85 6 - 6,88 6-7,07 6-9 DO (mg/l) 5,6 - 5,7 5,3 - 5,7 5,5 - 5,8 5,3 - 6,5 > 4 Alkali (mg/l) 45,84 – 48 32 - 61,12 44 - 61,12 60 - 137,52 30 – 500 TAN (mg/l) 0,8 - 0,91 0,38 - 0,48 0,38 - 1,21 0,59 - 1,49 < 2,4


(39)

ABSTRAK

BURHANUDIN FAISAL. Pengaruh Suplementasi Selenium Organik dengan Dosis Berbeda dalam Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.). Dibimbing oleh MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan MIA SETIAWATI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis selenium organik pada pakan terhadap kinerja pertumbuhan ikan nila merah (Oreochromis sp). Empat macam dosis selenium organik yang digunakan adalah 0, 1, 2, dan 4 g Se/kg pakan. Kandungan selenium pada setiap pakan berturut-turut adalah 0,12; 0,19; 1,05; dan 1,42 mg Se/kg pakan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak dengan 4 perlakuan dan 2 ulangan. Semua pakan diformulasikan memiliki protein dan energi yang sama. Ikan yang digunakan adalah juvenil nila merah dengan bobot rata-rata 9,49±0,95 g yang dipelihara dalam akuarium berukuran 80x40x40 cm3 dengan kepadatan 10 ekor/akuarium. Ikan tersebut dipelihara selama 40 hari dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari secara at satiation. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan yang diberi pakan yang mengandung 4 g Se/kg pakan (1,42 mg Se/kg) memperlihatkan kinerja pertumbuhan terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Kata kunci: selenium, pertumbuhan, nila merah ---

ABSTRACT

BURHANUDIN FAISAL. Effect of Supplementation Organic Selenium with Different Dosage in Feed to Growth Performance for Red Tilapia (Oreochromis sp.). Supervised by MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI and MIA SETIAWATI

The experiment was conducted to evaluate the level of organic selenium in the diet on the growth performance of red tilapia (Oreochromis sp.). Four levels of organic selenium namely 0, 1, 2, and 4 g Se/kg diet were used as treatment and the selenium content on the diets are 0,12; 0,19; 1,05 and 1,42 mg Se/kg respectively. This experiment were used randomized design with 4 treatments and 2 replications. All the diet was formulated to have similar protein and energy. Juvenile red tilapia with average body weight of 9,49±0,94 g were reared in the 80x40x40 cm3 aquarium with density of 10 fish/aquarium. Fish were reared for 40 days and feed 4 times daily at satiation levels. The result of this study showed that fish fed diet containing 4 g Se/kg diet (1,42 mg Se/kg) have best growth performance compared to the result.

Keywords: selenium, growth, red tilapia


(40)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila merupakan ikan yang bersifat euryhalin dan sangat potensial dikembangkan saat ini. Ikan ini banyak dibudidayakan di berbagai daerah karena kemampuan adaptasinya sangat baik didalam berbagai jenis media pemeliharaan (Suyanto 1999). Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan adalah ketersediaan pakan. Ikan membutuhkan nutrien yang lengkap dalam pakan baik berupa protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin untuk menunjang pertumbuhannya. Jika salah satu nutrien tersebut tidak terpenuhi maka pertumbuhan ikan akan terganggu.

Mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor enzim. Salah satu mineral yang berperan terhadap pertumbuhan dan kesehatan ikan adalah selenium (Blazer 1992). Selenium merupakan trace element esensial yang dibutuhkan dalam pakan untuk pertumbuhan dan fungsi fisiologis. Selenium berfungsi sebagai komponen dari enzim iodothironin deiodinase dan glutation peroksidase (Anonim 2010). Kelompok iodotironin deiodinase berfungsi mengkatalis hormon tiroksin menjadi bentuk aktif hormon triiodotironin (Brown dan Arthur 2001). Salah satu peranan selenium yaitu memelihara fungsi kelenjar tiroid, kelenjar tiroid berfungsi meningkatkan laju metabolisme dan sangat penting untuk pertumbuhan serta perkembangan normal (Junior 2003). Konsentrasi tiroksin mengontrol produksi insulin, jika konsentrasi tiroksin meningkat maka pemecahan insulin akan meningkat sehingga menyebabkan produksi insulin oleh pankreas juga meningkat (Junior et al. 2005). Selenium juga berperan pada enzim glutation peroksidase yang dapat melindungi sel dari kerusakan oksidatif (Rostruck 1973 dalam Tawwab 2007).

Watanabe (1997) mengatakan bahwa jumlah selenium yang berlebihan dapat menjadi racun bagi ikan sehingga menyebabkan kematian dan terganggunya pertumbuhan, sedangkan bila kekurangan selenium dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan, efisiensi pakan rendah, dan kadar glutation peroksidase menurun. Menurunnya kadar glutation peroksidase secara proporsional akan menyebabkan penyakit seperti distrofi otot, anemia, dan


(41)

2 turunnya sistem imun tubuh yang menyebabkan pertumbuhan menjadi terganggu (Bell et al. 1985).

Kebutuhan selenium untuk ikan nila merah (Oreochromis sp.) belum diketahui secara pasti, sebagai acuan Hilton et al. (1980) mengatakan bahwa kebutuhan optimum selenium untuk ikan rainbow trout (Salmo gairdnere) berkisar 0,15-0,38 mg/kg pakan, kebutuhan optimum selenium juvenil ikan kerapu malabar (Epinephelus malabaricus) adalah 0,7 mg/kg pakan (Lin dan Shiau 2005), serta Gatlin dan Wilson (1984) mengatakan bahwa kebutuhan selenium untuk ikan channel catfish adalah 0,2 mg/kg pakan.

Berdasarkan informasi diatas maka dilakukan penelitian tentang suplementasi selenium organik dengan dosis berbeda dalam pakan, sehingga diharapkan dapat diketahui kebutuhan selenium organik yang optimum untuk menunjang kinerja pertumbuhan ikan nila merah (Oreochromis sp.).

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi selenium organik dengan dosis berbeda dalam pakan terhadap kinerja pertumbuhan ikan nila merah (Oreochromis sp.).


(42)

3

II. BAHAN DAN METODE

2.1 Pakan Uji

Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan yang di suplementasi selenium organik dengan dosis yang berbeda, sehingga pakan dibedakan menjadi 4 macam yaitu pakan A, B, C, dan D. Analisis proksimat pakan dilakukan diawal penelitian pada masing-masing jenis pakan.

Berikut ini merupakan pakan uji yang digunakan untuk ikan perlakuan : a. Pakan A : pakan tanpa suplementasi selenium organik atau pakan kontrol b. Pakan B : pakan yang disuplementasi selenium organik 1 g Se/kg pakan c. Pakan C : pakan yang disuplementasi selenium organik 2 g Se/kg pakan d. Pakan D : pakan yang disuplementasi selenium organik 4 g Se/kg pakan

Komposisi pakan dan hasil analisis proksimat pakan perlakuan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1 dan 2 berikut ini:

Tabel 1. Komposisi pakan perlakuan untuk ikan nila merah (Oreochromis sp.)

Bahan Pakan Pakan Perlakuan

A B C D

Hewani : Poultry by product meal 8 8 8 8

Nabati: DDGS 88,7 88,7 88,7 88,7

Tepung bungkil kelapa sawit Tepung bungkil kedelai Pollard

Minyak Ikan 1 1 1 1

Vitamin dan mineral mix 0,3 0,3 0,3 0,3

Feed additive 1,5 1,5 1,5 1,5

Carboxy methyl cellulosa (CMC) 0,5 0,5 0,5 0,5

Total (%) 100.00 100.00 100.00 100.00 Selenium (g Se/kg pakan) 0 1 2 4


(43)

4 Tabel 2. Hasil analisis proksimat (%bobot kering) dan analisis selenium pakan uji

untuk ikan nila merah (Oreochromis sp.)

Parameter Pakan Perlakuan (g Se/kg pakan)

A (0) B (1) C (2) D (4) Protein (%) 32,41 32,32 32,52 32,62

Lemak (%) 7,24 7,41 6,97 7,65

Kadar abu (%) 18,38 18,47 18,04 18,23 Serat kasar (%) 5,08 5,67 4,45 6,29

BETN 36,89 36,13 38,01 35,21

Se (mg Se/kg pakan) 0,12 0,19 1,05 1,42 GE (kkal/100 g pakan)* 400,80 398,74 403,47 308,94 C/P (kkal/100 g)** 12,37 12,34 12,41 12,23 Keterangan :

*GE = Gross Energy

1 gr Protein = 5,6 kkla GE 1 gr karbohidrat/BETN = 4,1 kkla GE 1 gr Lemak = 9,4 kkla GE ** C/P = Energi / Protein

BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

2.2 Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data

Ikan yang digunakan adalah ikan nila merah (Oreochromis sp.) yang berasal dari Kolam Percobaan Departemen Budidaya Perairan. Wadah yang digunakan yaitu akuarium sebanyak 12 buah dengan dimensi 80x40x40 cm3 serta ketinggian air dalam akuarium 30 cm (volume air 96 L), dibagian samping akuarium tersebut ditutupi plastik hitam untuk mengurangi stres pada ikan. Masing-masing akuarium diisi dengan thermostat untuk meningkatkan suhu. Ikan uji ditimbang bobot awal dan bobot akhirnya, setiap akuarium di isi 10 ekor ikan dengan bobot rata-rata 9,49±0,95 g. Ikan diseleksi terlebih dahulu kemudian diadaptasikan selama 7 hari sebelum diberikan perlakuan. Setelah diadaptasikan ikan dipuasakan selama 24 jam. Ikan dipelihara selama 40 hari dengan pemberian pakan 4 kali sehari yaitu pukul 08.00, 11.00, 14.00, dan 17.00 WIB secara at satiation atausekenyangnya.

2.3 Analisis Kimia

Analisis proksimat dilakukan terhadap pakan dan ikan uji. Analisis proksimat yang dilakukan meliputi pengukuran kadar protein, lemak, abu, serat kasar, air, dan BETN. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut


(44)

5 Pertanian Bogor. Analisis protein dilakukan dengan metode Kjeldahl, lemak kering dilakukan dengan metode Soxchlett, lemak basah dengan metode Folch, kadar abu dengan pemanasan sampel dalam tanur bersuhu 600 oC, serat kasar menggunakan metode pelarutan sampel dengan asam dan basa kuat serta pemanasan, dan kadar air dengan pemanasan dalam oven bersuhu 105 oC sampai 110 oC. Prosedur analisis proksimat pakan dan ikan uji dapat dilihat pada Lampiran 1. Analisis selenium dilakukan pada pakan uji dengan menggunakan AAS, analisis tersebut dilakukan di Balai Besar Industri Agro (BBIA) Bogor. Prosedur dan hasil analisis selenium pakan uji dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.

2.4 Parameter yang Diukur

2.4.1 Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)

Perhitungan jumlah konsumsi pakan (JKP) ditentukan dengan menghitung jumlah pakan yang diberikan selama percobaan dikurangi jumlah sisa pakan yang tidak dimakan dan telah dikeringkan.

2.4.2 Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Laju pertumbuhan harian (LPH) dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

α = Laju pertumbuhan harian

Wt = Berat rata-rata ikan uji pada waktu tertentu (g). Wo = Berat rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (g). t = Lama waktu pemeliharaan

2.4.3 Efisiensi Pakan (EP)

Efisiensi pemanfaatan pakan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :


(45)

6 Keterangan :

EP = Efisiensi pakan

Wt = Bobot ikan akhir penelitian (g)

D = Bobot total ikan yang mati selama penelitian (g) W0 = Bobot ikan awal penelitian (g)

F = Jumlah total pakan yang dikonsumsi selama pemeliharaan.

2.4.4 Retensi Protein (RP)

Nilai retensi protein dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

RP = Retensi protein

F = Jumlah protein tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g) I = Jumlah protein tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g) P = Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (g)

2.4.5 Retensi Lemak (RL)

Nilai retensi lemak dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

RL = Retensi lemak

F = Jumlah lemak tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g) I = Jumlah lemak tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g) P = Jumlah lemak yang dikonsumsi ikan (g)

2.4.6 Tingkat Kelangsungan Hidup(TKH)

Tingkat kelangsungan hidup atau survival rate ikan dapat diketahui dengan persamaan berikut ini :

Keterangan :

TKH = Tingkat kelangsungan hidup Nt = Jumlah ikan akhir pemeliharaan No = Jumlah ikan awal pemeliharaan


(46)

7 2.5 Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, pH, oksigen terlarut (DO), Alkalinitas dan TAN (Total Amonia Nitrogen). Pengukuran parameter tersebut dilakukan diawal dan akhir penelitian. Data hasil pengukuran kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 7.

2.6 Analisis Statistik

Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 2 ulangan. Untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan dengan menggunakan ANOVA dan dilanjutkan uji Tukey dengan selang kepercayaan 95%. Data yang diperoleh diolah menggunakan Ms. Excel 2007, selanjutnya data yang telah diolah dianalisis secara statistik menggunakan SPSS 17.0.


(47)

8

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Pertumbuhan biomassa ikan selama 40 hari pemeliharaan yang diberi pakan dengan suplementasi selenium organik berbeda dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:

Gambar 1. Biomassa ikan nila merah dari awal sampai akhir pemeliharaan

Ikan yang diberi perlakuan pakan D (1,42 mg Se/kg pakan) memiliki biomassa yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang diberi perlakuan pakan lainnya (P<0,05), sedangkan ikan yang diberi perlakuan pakan A, B, dan C memiliki pertumbuhan biomassa yang sama (P>0,05).

Data hasil penelitian yang meliputi nilai rata-rata biomassa akhir (BAk), jumlah konsumsi pakan (JKP), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), dan tingkat kelangsungan hidup (TKH) disajikan pada Tabel 3 berikut ini:

0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00

0 14 28 40

B io ma ss a ik a n (g) Hari ke-

A (0,12 mg se/kg)

B (0,19 mg se/kg)

C (1,05 mg se/kg)

D (1,42 mg se/kg)


(48)

9 Tabel 3. Data Biomassa Awal (BA), Biomassa Akhir (BAk), Jumlah Konsumsi Pakan (JKP), Laju Pertumbuhan Harian (LPH), Efisiensi Pakan (EP), Retensi Protein (RP), Retensi Lemak (RL), dan Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH) ikan nila merah (Oreochromis sp.) yang dipelihara selama 40 hari.

Parameter Pakan Perlakuan (mg Se/kg pakan)

A (0,12) B (0,19) C (1,05) D (1,42)

BA (g) 93,50±1,21ª 96,41±1,65ª 94,72±0,31ª 95,58±0,98ª BAk (g) 187,23±3,66ª 202,46±8,08ª 195,68±4,00a 230,82±6,31b JKP (g) 243,96±5,73ª 262,42±0,32b 244,71±1,75ª 277,25±1,11c LPH (%) 1,89±0,20ª 1,88±0,15ª 1,83±0,04ª 2,22±0,10ª EP (%) 40,46±2,99ª 40,41±3,66ª 41,25±1,21ª 48,78±2,43ª RP (%) 18,07±0,05a 21,91±1,91a 20,37±0,85a 22,37±1,36a RL (%) 22,67±0,42b 19,26±1,0ab 33,08±1,14c 18,91±0,59a TKH (%) 95,00±7,10ª 100,0±00a 100,0±00a 100,0±00a Keterangan: huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P<0.05).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi selenium organik dalam pakan menyebabkan adanya pengaruh yang berbeda nyata pada biomassa akhir, jumlah konsumsi pakan, dan retensi lemak, serta tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, retensi protein, dan tingkat kelangsungan hidup. Biomassa akhir pada perlakuan D (1,42 mg Se/kg) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya (P<0,05), sedangkan biomassa akhir pada perlakuan pakan A, B, dan C memiliki nilai yang sama (P>0,05). Jumlah konsumsi pakan berkisar 243,96-277,25 g, jumlah konsumsi pakan perlakuan D (1,42 mg Se/kg) lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, sedangakan pada perlakuan A (0,12 mg Se/kg) dan C (1,05 mg Se/kg) jumlah konsumsi pakan yang diperoleh sama (P>0,05). Laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, retensi protein, dan tingkat kelangsungan hidup yang didapat sama pada semua perlakuan (P>0,05). Nilai retensi lemak tertinggi terdapat pada perlakuan C (1,05 mg Se/kg), nilai retensi lemak terendah pada perlakuan D (1,42 mg se/kg), sedangkan nila retensi lemak pada perlakuan B (1,42 mg Se/kg) tidak berbeda dengan perlakuan A dan D (P>0,05).

3.2 Pembahasan

Selenium merupakan trace element esensial yang dibutuhkan dalam pakan untuk pertumbuhan dan fungsi fisiologis. Selenium berfungsi sebagai komponen dari sejumlah enzim yang mengandung protein seperti kelompok iodotironin deiodinase dan glutathion peroksidase (Anonim 2010). Kelompok iodotironin


(49)

10 deiodinase berfungsi mengkatalis hormon tiroksin menjadi bentuk aktif hormon triiodotironin (Brown dan Arthur 2001). Salah satu peran selenium adalah memelihara fungsi kelenjar tiroid. Menurut Junior (2003) kelenjar tiroid berfungsi untuk meningkatkan laju metabolisme dan sangat penting untuk pertumbuhan serta perkembangan normal. Konsentrasi tiroksin mengontrol produksi insulin, jika konsentrasi tiroksin meningkat maka pemecahan insulin akan meningkat sehingga menyebabkan produksi insulin oleh pankreas juga meningkat (Junior et al. 2005). Peningkatan insulin tersebut dapat mempercepat proses metabolisme. Insulin berperan penting dalam pengaturan metabolisme karbohidrat, tetapi pada ikan peran insulin lebih ke arah metabolisme protein dan memacu inkorporasi asam-asam amino ke protein jaringan (Mommsen 2001 dalam Junior 2003). Selain itu selenium berperan pada enzim glutation peroksidase yang dapat melindungi sel dari kerusakan oksidatif (Rostruck 1973 dalam Tawwab 2007).

Persentase penambahan biomassa ikan meningkat seiring dengan lamanya waktu pemeliharaan. Menurut Effendie (2005) terdapat dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi keturunan, jenis kelamin, umur, parasit, dan penyakit. Faktor eksternal diantaranya makanan/pakan dan lingkungan. Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini, pada perlakuan D (1,42 mg Se/kg pakan) memiliki biomassa akhir lebih besar dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya (P<0,05), sedangkan pada perlakuan A, B, dan C (0,12; 0,19; dan 1,05 mg Se/kg pakan) biomassa akhir yang dihasilkan sama (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar dosis selenium organik yang ditambahkan maka biomassa akhir yang dihasilkan akan semakin besar pula, asalkan dosis selenium masih dalam batas toleransi ikan tersebut. Hasil penelitian Lin dan Shiau (2005) memperlihatkan bahwa suplementasi selenium sebesar 0,77 mg Se/kg pakan dapat menghasilkan biomassa akhir lebih besar dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya pada juvenil ikan kerapu malabar. Selain itu suplementasi selenium 0,25 mg Se/kg pakan pada channel catfish menghasilkan biomassa akhir lebih besar dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya (Gatlin dan Wilson 1984).


(50)

11 Jumlah konsumsi pakan meningkat seiring dengan meningkatnya dosis selenium dalam pakan. Rata-rata jumlah konsumsi pakan yang di suplementasi selenium organik lebih tinggi dibandingkan jumlah konsumsi pakan tanpa suplementasi selenium (kontrol), Jumlah konsumsi pakan pakan perlakuan D (1,42 mg Se/kg) lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan pada perlakuan A (0,12 mg Se/kg) dan C (1,05 mg Se/kg) jumlah konsumsi pakan yang diperoleh sama (P>0,05). Tingginya jumlah konsumsi pakan pada perlakuan D (1,42 mg Se/kg pakan) diduga disebabkan oleh fungsi selenium yang dapat mengurangi dan menghancurkan peroksida yang terbentuk dalam tubuh, peroksida ini dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel tubuh (Anonim 2010). Diduga ikan yang diberi pakan dengan suplementasi selenium memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik dan nafsu makan yang tinggi, tingginya nafsu makan ini mengakibatkan jumlah konsumsi pakan menjadi meningkat.

Hasil pengukuran laju pertumbuhan harian dapat dilihat pada Tabel 3 diatas. Waktu pemeliharaan selama 40 hari tidak menunjukkan perbedaan terhadap nilai laju pertumbuhan harian pada semua perlakuan (P>0,05), hal ini diduga disebabkan karena waktu penelitian yang dilakukan sangat singkat, sehingga fungsi selenium masih belum terlihat pengaruhnya terhadap laju pertumbuhan harian, karena selenium merupakan mikro nutrien yang memiliki pengaruh relatif lama terhadap laju pertumbuhan, sehingga diduga jika waktu penelitian diperpanjang akan terlihat perbedaan laju pertumbuhan harian pada setiap perlakuan. Hal tersebut didukung dengan hasil biomassa yang didapatkan (Gambar 1), semakin lama waktu pemeliharaan perbedaan pertumbuhan biomassa terlihat semakin jauh pula pada setiap perlakuan.

Efisiensi pakan yang didapatkan berkisar antara 40,41% sampai 48,78%, nilai efisiensi pakan tersebut sama pada semua perlakuan (P>0,05). Efisiensi pakan yang didapatkan termasuk rendah, hal ini diduga disebabkan karena kadar selenium pada semua perlakuan masih kurang, sehingga ikan kekurangan selenium dan menyebabkan rendahnya nilai efisiensi pakan. Menurut Bell et al (1985) bahwa kurangan selenium dalam tubuh dapat menyebabkan pertumbuhan berkurang, rendahnya efisiensi pakan, dan menurunnya kadar glutation peroksidase. Hasil penelitian Hilton et al. (1980) bahwa kekurangan selenium


(51)

12 dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan rendahnya efisiensi pakan pada ikan rainbow trout. Selain itu kekurangan selenium dapat menyebabkan pertumbuhan berkurang dan efisiensi pakan rendah pada ikan ikan channelcatfish (Gatlin dan Wilson 1984).

Protein merupakan zat gizi yang sangat diperlukan oleh ikan untuk pemeliharaan tubuh, pembentukan jaringan, dan penggantian jaringan tubuh yang rusak. Retensi protein menunjukkan besarnya protein yang tersimpan dalam tubuh ikan dari protein yang dimakan. Nilai retensi protein ikan yang didapatkan berkisar antara 18,07% sampai 22,37%, nilai retensi protein tersebut sama pada semua perlakuan (P>0,05). Hal ini diduga karena dosis selenium organik yang digunakan masih kurang dengan waktu pemeliharaan selama 40 hari. Sehingga dosis selenium organik yang digunakan perlu ditingkatkan serta penambahan waktu pemeliharaan. Bentuk selenium organik lebih mudah diserap oleh tubuh dibandingkan bentuk anorganik, hal ini disebabkan karena selenium organik berikatan dengan senyawa organik seperti asam amino, sehingga dapat bergabung dengan protein tubuh dan memungkinkan untuk disimpan dan dilepaskan kembali jika diperlukan (Anonim 2010).

Lemak memiliki peranan penting bagi ikan karena berfungsi sebagai sumber energi dan sumber asam lemak esensial, memelihara bentuk dan fungsi membran atau jaringan sel yang penting bagi organ tubuh tertentu, membantu dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak dan untuk mempertahankan daya apung tubuh (NRC 1993). Retensi lemak menggambarkan besarnya lemak yang tersimpan dalam tubuh ikan dari lemak yang dimakan. Retensi lemak pada setiap perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda. Nilai retensi lemak yang didapatkan berfluktuasi dari perlakuan A (0,12 mg Se/kg) atau kontrol sampai perlakuan D (1,42 mg Se/kg). Retensi lemak tertinggi pada perlakuan C (1,05 mg Se/kg), sedangkan nilai retensi lemak terendah pada perlakuan D (1,42 mg Se/kg). Tingginya nilai retensi lemak pada perlakuan C (1,05 mg Se/kg) diduga pada dosis selenium organik sebesar 1,05 mg Se/kg pakan kemampuan ikan dalam menyimpan lemak lebih baik sehingga nilai retensi lemaknya lebih tinggi dibandingkan yang lainnya.


(52)

13 Hasil pengukuran tingkat kelangsungan hidup ikan nila merah berkisar antara 95% sampai 100%, tingkat kelangsungan hidup yang didapatkan sama pada semua perlakuan (P>0,05) dan tergolong cukup baik. Wise et al. (1993) dalam Tawwab (2007) mengatakan bahwa selenium berperan dalam sinergitas jaringan hewan untuk membentuk antioksidan penting yang membantu menguatkan sistem pertahanan tubuh, sehingga diduga ikan yang diberi pakan dengan suplementasi selenium memiliki ketahanan tubuh dan kelangsungan hidup yang lebih baik, asalkan dosis selenium yang diberikan masih dalam batas toleransi bagi ikan tersebut.


(53)

14

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Suplementasi selenium organik dalam pakan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap biomassa akhir, jumlah konsumsi pakan dan retensi lemak, serta tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, retensi protein, dan tingkat kelangsungan hidup. Suplementasi selenium organik sebesar 4 g Se/kg (1,42 mg Se/kg dalam pakan) memberikan kinerja pertumbuhan terbaik pada ikan nila merah (Oreochromis sp.).

4.2 Saran

Perlunya dilakukan penelitian lanjutan dengan dosis suplementasi selenium organik lebih tinggi dalam pakan yang bertujuan untuk mengetahui dosis selenium organik yang optimal untuk kinerja pertumbuhan ikan nila merah (Oreochromis sp.).


(54)

PENGARUH SUPLEMENTASI SELENIUM ORGANIK DENGAN DOSIS BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KINERJA

PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.)

BURHANUDIN FAISAL

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(55)

15

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Selenium. http://digilib.unsri.ac.id/download/selenium.pdf. [5 Agustus 2012].

Bell, J.G., Cowey, C.B., and Adron, J.W. 1985. Some effect of vitamin E selenium deprivation on tissue enzyme levels and indices of tissue peroxidation in rainbow trout (Salmo gairdneri). British Journal of Nutrition, 53:149-157

Blazer, V.S. 1992. Nutrition and disease resistance in fish. Annual Rev. of Fish Disease, 2:309-323.

Brown, K.M., and Arthur, J.R. 2001. Selenium, selenoproteins and human health: a review. Public Health Nutrition 4(2B):593-599

Effendie, M.I. 2005. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Gatlin, D.M., and Wilson, R.P. 1984. Dietary selenium requirement of fingerling channel catfish. Departement of Biochemistry, Mississippi State University, Mississippi State, MS 39762.

Hilton, J.W., Hodson, P.V., and Slinger, S.J. 1980. The Requirements and Toxicity of selenium in rainbow trout (Salmo gairdneri). Journal of Nutrition, 110: 2527-2535.

Junior, M.Z. 2003. Endrokrinologi dan peranannya bagi masa depan perikanan Indonesia. Orasi Ilmiah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Junior, M.Z., Pahlawan, R.G., dan Raswin, M. 2005. Pengaruh pemberian hormon tiroksin secara oral terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan plati koral Xiphophorus maculatus. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1) : 31 -35.

Lin, Y.H., and Shiau, S.Y. 2005. Dietary selenium requirements of juvenile grouper Epinephelus malabaricus. Aquaculture, 250: 356–363.

[NRC] National Research Council. 1993. Nutrient Requirement of Fish. National Academic Press, Washington DC.


(56)

16 Tawwab, M.A., Mousa, M.A.A, and Abbas, F.E. 2007. Growth performance and physiological response of African catfish, Clarias gariepinus (B.) fed organik selenium prior to the exposure to environmental copper toxicity. Aquaculture, 272: 335–345.

Watanabe, T. 1997. Trace mineral in fish nutrition. Journal Aquaculture, 151: 185


(57)

17


(1)

23

Lampiran 4. Hasil biomassa awal, biomassa akhir, laju pertumbuhan harian,

jumlah konsumsi pakan, efisiensi pakan, tingkat kelangsungan hidup dan hasil

analisis sidik ragam (ANOVA) ikan nila merah (

Orechromis

sp

.

) yang dipelihara

selama 40 hari.

Biomassa Awal (g)

Ulangan

Pakan Perlakuan (mg Se/kg pakan)

A (0,12)

B (0,19)

C (1,05)

D (1,42)

1

92,64

95,24

94,5

94,89

2

94,35

97,57

94,94

96,27

Rerata BA

93,50

96,41

94,72

95,58

Deviasi

1,21

1,65

0,31

0,98

ANOVA

Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 9.288 3 3.096 2.370 .212

Within Groups 5.225 4 1.306

Total 14.513 7

Biomassa Akhir (g)

Ulangan

Pakan Perlakuan (mg Se/kg pakan)

A (0,12)

B (0,19)

C (1,05)

D (1,42)

1

184,64

208,17

192,85

235,28

2

189,81

196,74

198,51-

226,36

Rerata BAk

187,23

202,46

195,68

230,82

Deviasi

3,66

8,08

4,00

6,31

ANOVA D40

Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 2144.629 3 714.876 21.262 .006

Within Groups 134.488 4 33.622 Total 2279.117 7

Tukey HSDa

Biomassa.Akhir

Subset for alpha = 0.05

N 1 2

A (0,12 mg se/kg pakan) 2 187.23 C (1,05 mg se/kg pakan) 2 195.68 B (0,19 mg se/kg pakan) 2 202.45

D (0,12 mg se/kg pakan) 2 230.82

Sig. .176 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.


(2)

24

Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)

Ulangan

Pakan Perlakuan (mg Se/kg pakan)

A (0,12)

B (0,19)

C (1,05)

D (1,42)

1

239,90

262,65

243,48

278,03

2

248,01

262,19

245,95

276,46

Rerata JKP

243,96

262,42

244,71

277,25

Deviasi

5,73

0,32

1,75

1,11

ANOVA D40

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 1520.603 3 506.868 54.393 .001

Within Groups 37.275 4 9.319 Total 1557.878 7

D40 Tukey HSDa

Jumlah Konsumsi Pakan

Subset for alpha = 0.05

N 1 2 3

A (0,12 mg se/kg pakan) 2 243.95 C (1,05 mg se/kg pakan) 2 244.71

B (0,19 mg se/kg pakan) 2 262.42

D (1,42 mg se/kg pakan) 2 277.25

Sig. .994 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Ulangan

Pakan Perlakuan (mg Se/kg pakan)

A (0,12)

B (0,19)

C (1,05)

D (1,42)

1

1,74

1,98

1,80

2,28

2

2,03

1,77

1,86

2,16

Rerata LPH

1,89

1,88

1,83

2,22

Deviasi

0,2

0,15

0,04

0,1

ANOVA

D40

Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups .194 3 .065 3.543 .127

Within Groups .073 4 .018


(3)

25

Efisiensi Pakan (EP)

Ulangan

Pakan Perlakuan (mg Se/kg pakan)

A (0,12)

B (0,19)

C (1,05)

D (1,42)

1

38,35

43,00

40,39

50,49

2

42,57

37,82

42,11

47,06

Rerata EPP

40,46

40,41

41,25

48,78

Deviasi

2,99

3,66

1,21

2,43

ANOVA D40

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 98.535 3 32.845 4.426 .092

Within Groups 29.682 4 7.421

Total 128.217 7

Retensi Protein

(RP)

Ulangan

Pakan Perlakuan (mg Se/kg pakan)

A (0,12)

B (0,19)

C (1,05)

D (1,42)

1

18,10

23,26

19,77

23,33

2

18,03

20,55

20,98

21,41

Rerata RP

18,07

21,91

20,37

22,37

Deviasi

0,05

1,91

0,85

1,36

ANOVA D40

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 22.576 3 7.525 4.816 .081

Within Groups 6.250 4 1.562

Total 28.826 7

Retensi Lemak

(RL)

Ulangan

Pakan Perlakuan (mg Se/kg pakan)

A (0,12)

B (0,19)

C (1,05)

D (1,42)

1

22,97

19,97

33,88

19,32

2

22,37

18,55

32,27

18,50

Rerata RL

22,67

19,26

33,08

18,91


(4)

26

ANOVA D40

Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 262.827 3 87.609 124.248 .000

Within Groups 2.820 4 .705

Total 265.647 7

D40 Tukey HSDa

Retensi Lemak

Subset for alpha = 0.05

N 1 2 3

D (1,42 mg se/kg pakan) 2 18.91

B (0,19 mg se/kg pakan) 2 19.26 19.26 A (0,12 mg se/kg pakan) 2 22.67

C (1,05 mg se/kg pakan) 2 33.08

Sig. .973 .050 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH)

Ulangan

Pakan Perlakuan (mg Se/kg pakan)

A (0,12)

B (0,19)

C (1,05)

D (1,42)

1

100

100

100

100

2

90

100

100

100

Rerata TKH

95,00

100,00

100,00

100,00

Deviasi

7,1

0,00

0,00

0,00

ANOVA D40

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 37.500 3 12.500 1.000 .479

Within Groups 50.000 4 12.500


(5)

27

Lampiran 5. Retensi protein ikan nila merah (

Oreochromis

sp.)

Ikan Ulangan Perlakuan ( mg Se /kg pakan )

A (0,12) B (0,19) C (1,05) D (1,42) Biomassa ikan awal (g) 1 92,64 95,24 94,5 94,89

2 94,35 97,5 94,95 96,27 Biomassa ikan akhir (g) 1 184,681 208,17 192,85 235,28

2 189,81 196,74 198,51 226,36

Protein ikan awal 1 13 13 13 13

2 13 13 13 13

Protein ikan akhir 1 13,40 14,42 13,68 13,32 2 13,35 14,35 13,83 13,19 Protein total awal (g) 1 12,04 12,38 12,29 12,34 2 12,27 12,68 12,34 12,52 Protein total akhir (g) 1 24,75 30,02 26,38 31,34 2 25,34 28,23 27,45 29,86 Protein yang disimpan 1 12,70 17,64 14,10 19,00 2 13,07 15,56 15,11 17,34 Jumlah konsumsi pakan 1 239,90 262,65 243,48 278,03

2 247,92 262,19 245,95 276,46 Protein pakan 1 29,25 28,87 29,29 29,30

2 29,25 28,87 29,29 29,30 Jumlah protein yang dikonsumsi 1 70,17 75,83 71,32 81,46 2 72,52 75,69 72,04 81,00 Retensi protein 1 18,10 23,26 19,77 23,33 2 18,03 20,55 20,98 21,41 Retensi Protein ± deviasi 18,07±0,05 21,91±1,91 20,37±0,85 22,37±1,36


(6)

28

Lampiran 6. Retensi lemak ikan nila merah (

Oreochromis

sp.)

Ikan Ulangan Perlakuan ( mg Se /kg pakan )

A (0,12) B (0,19) C (1,05) D (1,42) Biomassa ikan awal (g) 1 92,64 95,24 94,5 94,89

2 94,35 97,5 94,95 96,27 Biomassa ikan akhir (g) 1 184,681 208,17 192,85 235,28

2 189,81 196,74 198,51 226,36 Lemak ikan awal 1 2,13 2,13 2,13 2,13

2 2,13 2,13 2,13 2,13 Lemak ikan akhir 1 3,02 2,64 3,73 2,43 2 2,97 2,69 3,53 2,46 Lemak total awal (g) 1 1,97 2,03 2,01 2,02 2 2,01 2,08 2,02 2,05 Lemak total akhir (g) 1 5,58 5,50 7,19 5,72 2 5,64 5,29 7,01 5,57 Lemak yang disimpan 1 3,60 3,47 5,18 3,70 2 3,63 3,22 4,98 3,52 Jumlah konsumsi pakan 1 239,90 262,65 243,48 278,03

2 247,92 262,19 245,95 276,46 Lemak pakan 1 6,54 6,61 6,28 6,88

2 6,54 6,61 6,28 6,88 Jumlah lemak yang dikonsumsi 1 15,69 17,36 15,29 19,13

2 16,21 17,33 15,45 19,02 Retensi Lemak 1 22,97 19,97 33,88 19,32 2 22,37 18,55 32,27 18,50 Retensi Lemak ± deviasi 22,67±0,42 19,26±1,00 33,08±1,14 18,91±0,59

Lampiran 7. Hasil pengkuran kualiatas air selama pemeliharaan ikan nila merah

(

Oreochromis

sp.)

Parameter Perlakuan (mg se/kg pakan) Optimal A (0,12) B (0,19) C (1,05) D (1,42)

Suhu (oC) 27 – 31 27 – 31 27 – 31 27 – 31 26 – 31 pH 6 - 7,1 6 - 6,85 6 - 6,88 6-7,07 6-9 DO (mg/l) 5,6 - 5,7 5,3 - 5,7 5,5 - 5,8 5,3 - 6,5 > 4 Alkali (mg/l) 45,84 – 48 32 - 61,12 44 - 61,12 60 - 137,52 30 – 500 TAN (mg/l) 0,8 - 0,91 0,38 - 0,48 0,38 - 1,21 0,59 - 1,49 < 2,4


Dokumen yang terkait

Pemanfaatan kulit ari kelapa sebagai alternatif bahan pakan untuk ikan nila (oreochromis niloticus)

1 18 6

ANALYSIS OF DIFFERENT C:N RATIO ON RED TILAPIA (Oreochromis niloticus) GROWTH IN BIOFLOC SYSTEM ANALISIS RASIO C:N BERBEDA PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

4 40 46

Effect of Supplementation Organic Selenium and Vitamin E in Commercial Diets on Reproduction of Quails

0 5 216

The Evaluation of Utilization of Sheep Rumen Liquor Enzyme for Hydrolisis of Crude Fiber Content in Coconut Meal and its Apparent Digestibility for Red Tilapia Oreochromis sp.

0 6 123

Study of body measurement and feed intake in heifer and calf growth performance in the different topografi.

0 7 131

Effect of Supplementation of Organic Selenium and Vitamin E in Commercial Diets on Quails Reproduction

0 5 5

Effectiveness administration of recombinant growth hormone through the feed with different coating materials and pelleting in Nile tilapia

0 6 65

The Evaluation of Utilization of Sheep Rumen Liquor Enzyme for Hydrolisis of Crude Fiber Content in Coconut Meal and its Apparent Digestibility for Red Tilapia Oreochromis sp

0 9 69

Effect of Supplementation Organic Selenium and Vitamin E in Commercial Diets on Reproduction of Quails

0 7 114

Pengaruh Pembatasan Konsumsi Pakan Terhadap Bobot Tubuh Ikan Nila (Oreochromis sp.) Siap Panen The Effect of Feed Consumption Limitation on Body Weight of Ready Harvest of Tilapia (Oreochromis sp.)

0 0 7