Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pekerja Industri Usaha Kecil dan Menengah
i
PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP KINERJA
PEKERJA INDUSTRI USAHA KECIL DAN MENENGAH
SHITTA NARENDRA MAYANGSARI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Iklim
Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pekerja Industri Usaha Kecil dan
Menengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicatumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Shitta Narendra M
NIM I34090045
RINGKASAN
SHITTA NARENDRA M. Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pekerja
Industri Usaha Kecil dan Menengah. Dibimbing oleh SARWITITI SARWOPRASODJO.
Pengembangan Unit Usaha Kecil dan Menengah merupakan industri kaya potensi
yang berkembang di daerah Jawa Tengah. Berbagai usaha kecil dan menengah merupakan
penggerak perekonomian. Walau demikian, dibalik kesuksesan maupun stabilitas sebuah
usaha terdapat berbagai aspek diluar aspek material. Salah satu penyangga paling penting
adalah sumber daya manusia di dalamnya. Pekerja unit usaha merupakan ujung tombak dari
pergerakan produksi. Oleh sebab itu pekerja tidak luput menjadi sasaran strategis untuk
diteliti sebagai roda penggerak usaha di kemudian hari. CV. Barokah sebagai lokasi
penelitian unit usaha menengah menunjukkan perbedaan dalam skala usaha dengan Unit
Usaha Siti di Purwokerto. Dalam hal yang sama pekerja pun memiliki perbedaan di kedua
unit usaha. Pada akhirnya permasalahan bagaimana karakteristik pekerja unit usaha kecil dan
menengah focus dalam penelitian ini
Seperti hal nya dengan karakteristik, dalam proses pelaksanaan tugas-tugas pekerja
tidak lepas dari proses komunikasi. Komunikasi mutlak terjadi dalam unit usaha kecil Siti dan
unit usaha menengah CV. Barokah, baik komunikasi berbeda level maupun komunikasi lintas
divisi. Proses tersebut mengantarkan pada bagaimana kualitas komunikasi yang terjalin
diseluruh bagian keorganisasian Unit Usaha Kecil Siti dan CV. Barokah dengan mengetahui
bagaimana kualitas interaksi dalam berkomunikasi di dalamnya, akan membantu dalam
memahami iklim komunikasi dalam organisasi unit usaha kecil Siti dan CV. Barokah.
Berdampingan dengan permasalahan yang diungkapkan di atas, semua bermuara pada
satu titik penting dari yang selama ini dilakukan oleh pekerja, yaitu kinerja. Seluruh
pelaksanaan operasional unit usaha kecil dan menengah ditujukan untuk mencapai hasil yang
maksimal. Oleh sebab itu aspek terkecil pun menjadi krusial untuk diteliti. Salah satu aspek
internal yang sangat penting untuk diteliti dalam unit usaha kecil adalah adalah kinerja dari
setiap anggota dalam mengerjakan tugas-tugas dan fungsi operasionalnya. Dalam prosesnya
pun pekerja dapat memberikan hasil kinerja yang berbeda.
Iklim komunikasi organisasi tidak serta merta tercipta dengan kondusif tanpa adanya
interaksi dari pekerja unit usaha. Akan tetapi pekerja dalam unit usaha memiliki perbedaan
karakteristik mendasar yang akhirnya dapat mememngaruhi iklim komunikasi organisasi.
Oleh karena itu pertanyaan bahwa bagaimana pengaruh karakteristik pekerja dapat
memengaruhi iklim komunikasi organisasi menjadi masalah penting dalam penelitian.
Seperti halnya iklim komunikasi organisasi, kinerja juga merupakan masalah yang
terdepedensi oleh karakteristik pekerja pada umumnya. Karakteristik khas pekerja dapat
memberikan pengaruh khusus baik menuju ke dalam hal yang baik, maupun memperburuk
kinerja. Oleh sebab itu pertanyaan masalah bagaimana pengaruh karakteristik pekerja
terhadap kinerja pekerja usaha kecil dan menengah juga menjadi masalah yang khas untuk
diteliti.
Dari keseluruhan pertanyaan penelitian yang diangkat di atas, terdapat keterkaitan
atau tidaknya antara iklim komunikasi di unit usaha kecil dan menengah dengan kinerja yang
dihasilkan pekerja. Seluruh pertanyaan di atas bermuara pada satu titik yang memerlukan
tinjauan dan pembuktian lebih jauh. Oleh sebab itu pertanyaan inti bahwa sejauh mana iklim
komunikasi organisasi memengaruhi kinerja para pekerja di Unit Usaha Kecil Siti dan Unit
Usaha Menengah produk Kue Kering CV. Barokah di Desa Purbalingga Lor, Kabupaten
Purbalingga adalah masalah inti yang dipengaruhi oleh berbagai faktor di atas.
Penelitian dilakukan di Unit Usaha Kecil Produk Kue Kering Siti Purwokerto dan Unit Usaha
Menengah Produk Kue Kering CV. Barokah Di Desa Purbalingga, Kecamatan Purbalingga,
Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja
(purposive). Lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan, antara lain:
a. Kedua unit usaha memiliki pembagian kerja yang jelas dalam proses produksi bagi
setiap pekerja.
b. Kedua lokasi memiliki kesamaan spesialisasi kerja tersebut di kedua lokasi usaha
terbagi atas penyediaan input produksi, pengolahan, pengemasan, pengemasan, dan
pemasaran.
c. Kedua lokasi usaha memiliki kesamaan dalam produksi kue kering, sehingga cocok
untuk dijadikan komparasi yang sepadan.
d. Kedua lokasi memilik karakteristik yang diperlukan oleh penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja termasuk pemilik usaha di dua
unit usaha yaitu Unit Usaha Kecil Produk Kue Kering Siti dan Unit Usaha Menengah Produk
Kue Kering CV. Barokah. Unit analisanya adalah pekerja di unit usaha kecil dan usaha
menengah.
Dalam pendekatan kuantitatif, responden dipilih menggunakan metode sensus. Sensus
adalah pengambilan data dengan menjadikan seluruh populasi sebagai objek responden.
Seluruh pekerja di Unit Usaha Siti dan CV. Barokah menjadi responden utama dalam
pengisian kuesioner untuk mengukur iklim komunikasi organisasi. Pemilik usaha juga
dijadikan responden dalam pengisisan kuesioner untuk mengukur kinerja setiap pekerja.
Pekerja di Unit Usaha CV. Barokah diambil sebanyak 18 orang yang merupakan pekerja
tetap dalam unit usaha, bukan merupakan pekerja tambahan atau honorer. Pekerja di Unit
Usaha Siti diambil 13 pekerja yang merupakan pekerja tetap dalam unit usaha, bukan
merupakan pekerja tambahan atau honorer.
Pendekatan kualitatif diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara mendalam
kepada informan yaitu pemilik unit usaha. Responden yang menjadi informan dipilih secara
purposive atau sengaja. Hal ini dilakukan karena pemiliki unit usaha adalah orang yang tahu
atas kinerja pekerja dan hubungan yang terjalin di dalamnya. Informan lainnya adalah orang
dari pekerja yang andil dan berpengaruh dalam banyak pengambilan keputusan atau yang
memiliki hubungan baik dengan pemilik unit usaha. Jika memungkinkan, beberapa responden
yang telah mengisi kuesioner juga akan dijadikan informan.
Data kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner ditabulasi dengan program Microsoft
Excel 2007. Selanjutnya data kuantitatif tersebut diuji dengan menggunakan uji statistik
analisis regresi linear berganda. Uji statistik analisis regresi linear berganda menurut Sunyoto
(2011) adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengukur pengaruh variabel bebas (x) dan
variabel terikat (y), dan dalam pengukuran pengaruh variabel melibatkan lebih dari satu
variabel bebas. Jenis data yang digunakan untuk analisis regresi linear berganda adalah jenis
data interval dan rasio, dan untuk data yang bukan interval dan rasio (nominal dan ordinal)
dimasukkan sebagi variabel dummy dalam pengolahan data. Sunyoto (2011) menyatakan
bahwa variabel dummy juga termasuk dalam variabel kuantitatif, meskipun memiliki
karakteristik tertentu variabel ini tetap dapat memengaruhi hasil estimasi persamaan regresi.
Rumus regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah y = C+αX1+ Xβ+ Xi dengan X1,
X2, dan seterusnya merupakan variabel dependen yang berbeda pada setiap bab analisis.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical
Program for Social Sciences) for Windows version 19.0
1
ABSTRAK
SHITTA NARENDRA M. Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap
Kinerja Pekerja Industri Usaha Kecil dan Menengah. Dibimbing oleh
SARWITITI SARWOPRASODJO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pekerja usaha
kecil dan menengah, iklim komunikasi organisasi dalam usaha kecil dan
menengah, dan kinerja pekerja. Selanjutnya menganalisis pengaruh karakteristik
pekerja terhadap iklim komunikasi organisasi, pengaruh karakteristik pekerja
terhadap kinerja pekerja, dan pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap
kinerja pekerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
sensus dengan pendekatan kuantitatif yang didukung kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat pengaruh signifikan pada karakteristik pekerja dalam unit
usaha kecil dan menengah terhadap iklim komunikasi organisasi tepatnya pada
usia, lama bekerja, dan kompetensi yang dimiliki pekerja. Selanjutnya aspek lama
bekerja dalam karakteristik pekerja unit usaha kecil dan menengah memiliki
pengaruh signifikan kinerja pekerja. Sebaliknya iklim komunikasi organisasi
memiliki pengaruh paling signifikan terhadap kinerja pekerja dengan variable
berpengaruh tingkat kepercayaan, hubungan pekerja dengan atasan, dan komitmen
pada organisasi.
Kata kunci: karakteristik pekerja, iklim komunikasi, kinerja
ABSTRACT
SHITTA NARENDRA M. The Influence of Organizational Climate
Communication to The Labor’s Job Performance in Small and Middle Industries.
Supervised by SARWITITI SARWOPRASODJO.
The research was conducted to identify labor’s characteristics in small and
middle industries, the organizational climate communication in small and middle
indutries, and the labor’s job performance. Furthermore to analize the influence of
labor’s characteristics to the organizational climate communication, to analize the
influence of labor’s characteristics to the labor’s job performance, and to analize
the influence of organizational climate communication to the labor’s job
performance. The research used the census method with quantitative approach and
supported with qualitative approach. The result of the research demonstrated that
there was a significant influence of labor’s characteristic to the organizational
climate communication, precisely in ages, the length of labor’s working, and
labor’s competences. Then the length of labor’s working in labor’s chacteristics
showed a significant influence to the labor’s job performance. On the other hand,
the organizational climate communication showed the most significant influence
to the labor’s job performance by the level of trust, the quality of labor’s liaison
with the boss, and labor’s commitment to the organization.
Keywords: labor’s characteristics, communication climate, job performance
2
PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP
KINERJA PEKERJA INDUSTRI USAHA KECIL DAN MENENGAH
SHITTA NARENDRA MAYANGSARI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
3
Judul Skripsi: Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap KineIja Pekerja
Industri Usaha Keeil dan Menengah
Nama
: Shitta Narendra Mayangsari
NIM
: 134090045
Disetujui oleh
|pセ@
DSarwititi sarwopras:jo, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
r oeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
2 6 J L 2 13
4
Judul Skripsi : Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pekerja
Industri Usaha Kecil dan Menengah
Nama
: Shitta Narendra Mayangsari
NIM
: I34090045
Disetujui oleh
Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
5
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
berjudul Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pekerja Unit
Usaha Kecil dan Menengah, Kasus Unit Usaha Kecil Siti dan Unit Usaha
Menengah CV. Barokah di Desa Purbalingga Lor, Kecamatan Purbalingga,
Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk
memenuhi syarat pengambilan data lapangan dan skripsi pada Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen
Pembimbing, Ibu Sarwititi Sarwoprasodjo selaku dosen pembimbing yang telah
memberi banyak inspirasi dan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih sebesarbesarnya kepada seluruh pihak dan keluarga terutama ayahanda Drs. Sukardi,
ibunda Etty S. dan Shitta Pawitra atas kasih sayang tak terhingga dan doa yang
terlimpah kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih juga
penulis sampaikan kepada Bambang Adisurya P dan keluarga selaku teman
terdekat penulis yang selalu memberi semangat dan bantuan tak terkira kepada
penulis selama proses penulisan penelitian. Juga kepada rekan-rekan Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 46 atas khususnya
Tyas Widyastini, Linda Dessy, Anggi Lestari, Faris, Andika, Fadil, dan temanteman seperjuangan dorongan dan persahabatan tiada batas dan rekan-rekan
sebimbingan atas kerjasamanya.
Peneliti mengetahui bahwa karya ini belumlah sempurna, sehingga kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi
ini dapat menghasilkan manfaat terhadap kemajuan dalam usaha-usaha kecil dan
menengah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013
Shitta Narendra M
6
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
ABSTRAK
1
DAFTAR ISI
6
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Kegunaan Penelitian
4
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
5
5
Kerangka Pemikiran
18
Hipotesis
19
Definisi Operasional
20
METODE
25
Metode Penelitian
25
Lokasi dan Waktu Penelitian
25
Teknik Sampling
25
Teknik Pengumpulan Data
26
Teknik Analisis Data
26
PROFIL UNIT USAHA KECIL DAN MENENGAH
27
Profil Unit Usaha Menengah Produk Kue Kering CV. Barokah
27
Profil Unit Usaha Kecil Produk Kue Kering Siti
33
KARAKTERISTIK PEKERJA UNIT USAHA CV. BAROKAH DAN UNIT
USAHA SITI
39
Usia
40
Jenis Kelamin
40
Tingkat Pendidikan
41
7
Lama Bekerja
42
Kompetensi yang dimiliki
43
IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM UNIT USAHA KECIL DAN
MENENGAH
45
Tingkat Kepercayaan
46
Hubungan antar pekerja dengan atasan
47
Tingkat Keterbukaan
48
Komitmen pada organisasi
49
KINERJA DALAM UNIT USAHA KECIL DAN MENENGAH CV.
BAROKAH DAN UNIT USAHA SITI
51
Tingkat Pengabdian
52
Tingkat kejujuran
53
Kemauan Bekerja
54
Kerjasama antar Pekerja
54
Pengembangan
55
Tanggung jawab
Error! Bookmark not defined.
Kedisiplinan Kerja
PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJA TERHADAP IKLIM
KOMUNIKASI ORGANISASI UNIT USAHA KECIL DAN MENENGAH
57
59
Pengaruh Karakteristik Pekerja terhadap Tingkat Kepercayaan dalam Iklim
Komunikasi Organisasi Pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
59
Pengaruh Karakteristik Pekerja terhadap Hubungan Pekerja dengan Atasan
dalam Iklim Komunikasi Organisasi Pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
62
Pengaruh Karakteristik Pekerja terhadap Tingkat Keterbukaan dalam Iklim
Komunikasi Organisasi Pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
65
Pengaruh Karakteristik Pekerja terhadap Komitmen pada Oganisasi dalam
Iklim Komunikasi Organisasi Pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
68
PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJA TERHADAP KINERJA PEKERJA
UNIT USAHA KECIL DAN MENENGAH
73
Pengaruh Karakteristik Pekerja terhadap Kinerja Pekerja CV. Barokah dan Unit
Usaha Siti
73
PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP KINERJA
PEKERJA UNIT USAHA KECIL DAN MENENGAH
79
Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pekerja Unit Usaha
Kecil dan Menengah
79
8
SIMPULAN DAN SARAN
83
Simpulan
83
Saran
84
DAFTAR PUSTAKA
85
LAMPIRAN
87
RIWAYAT HIDUP
110
9
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Ciri-ciri tingkat kematangan kerja pegawai
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menurut UU
Nomor 20 tahun 2008 berdasarkan aset dan omset usaha
Kemasan, berat bersih, dan harga menurut jenis produk CV. Barokah
Kategori dan besar upah pekerja CV. Barokah menurut upah dasar
Jenis produk dan jasa yang ditawarkan Unit Usaha Siti
Jumlah dan persentase pekerja menurut karakteristik pekerja unit
usaha kecil dan menengah
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut usia
Jumlah dan persentase pekerja pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha
Siti menurut jenis kelamin
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut tingkat pendidikan
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut lama bekerja
Jumlah dan persentase kompetensi pekerja CV. Barokah dan Unit
Usaha Siti menurut kompetensi yang dimiliki pekerja
Jumlah dan persentase pekerja unit usaha menurut iklim komunikasi
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut tingkat kepercayaan
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut kualitas hubungan pekerja dengan atasan
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut tingkat keterbukaan
Jumlah dan persentase pekerja pada organisasi CV. Barokah dan
Unit Usaha Siti menurut komitmen pada organisasi
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut kinerja
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut tingkat pengabdian
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
tingkat kejujuran
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut kemauan bekerja pekerja
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut kerjasama antar pekerja
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut pengembangan
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut tingkat tanggung jawab
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut tingkat kedisiplinan kerja
Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh
karakteristik pekerja terhadap tingkat kepercayaan dalam iklim
komunikasi organisasi unit usaha kecil dan menengah
16
17
30
31
36
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
51
52
53
54
55
56
57
58
60
10
26 Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh
karakteristik pekerja unit usaha terhadap hubungan dengan atasan
63
27 Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh
28
29
30
31
32
33
karakteristik pekerja terhadap tingkat keterbukaan dalam iklim
komunikasi organisasi unit usaha kecil dan menengah
Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh iklim
karakteristik pekerja terhadap komitmen pada organisasi
Nilai signifikansi pengaruh karakteristik pekerja terhadap iklim
komunikasi organisasi
Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh iklim
komunikasi organisasi terhadap kinerja unit usaha kecil dan
menengah
Nilai signifikansi pengaruh karakteristik pengunjung terhadap
bauran komunikasi pemasaran yang diterima
Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh iklim
komunikasi organisasi terhadap kinerja unit usaha kecil dan
menengah
Nilai signifikansi pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap
kinerja pekerja
66
69
72
74
77
80
82
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Better communication means higher profit
Model pengembangan iklim defensive dengan iklim suportif
Hubungan antara kepercayaan dan kinerja
Elemen kunci sistem penilaian kerja (Mangkuprawira 2003)
Kerangka pemikiran penelitian pengaruh iklim komunikasi
organisasi terhadap kinerja pekerja industri usaha kecil dan
menengah.
Struktur organisasi CV. Barokah
Pola interaksi antar pekerja CV. Barokah
Struktur organisasi Unit Usaha Siti
Pola interaksi antar pekerja Unit Usaha Siti
1
2
3
4
5
6
Foto lokasi penelitian
Hipotesis penelitian
Daftar responden
Data analisis regresi berganda
Dokumentasi penelitian
Kuesioner penelitian
6
8
12
14
19
28
32
34
38
DAFTAR LAMPIRAN
87
88
90
91
94
96
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemiskinan dan kondisi ekonomi Indonesia dewasa ini mengalami
stagnansi yang tak kunjung menemukan titik terang. Jumlah rakyat miskin di kota
dan desa di seluruh Indonesia menurut data BPS 2011 mencapai angka 30 juta dan
mencapai 12.49 persen atau sekitar 30 juta dari seluruh penduduk Indonesia. Hal
ini menunjukkan bahwa Indonesia memerlukan strategi baru dalam meningkatkan
perekonomiannya. Dalam perekonomian Indonesia, usaha kecil dan menengah
merupakan kelompok-kelompok usaha strategis yang turut mengambil andil
dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Kelompok usaha kecil dan menengah
terbukti tahan terhadap goncangan krisis ekonomi global. Oleh sebab itu
penguatan dan pengembangan di bidang usaha kecil dan menengah menjadi
relevan untuk dijadikan fokus dalam upaya penguatan ekonomi rakyat.
Perkembangan peran usaha kecil dan menengah yang kuat ditunjukkan oleh
jumlah unit usaha dan pengusaha, serta kontribusinya terhadap pendapatan
nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Pada tahun 2003, persentase jumlah
usaha mikro, kecil, dan menengah mencapai 99.9 persen dari seluruh unit usaha,
yang terdiri dari usaha menengah sebanyak 62 ribu usaha dan jumlah usaha kecil
sebanyak 42.3 juta unit usaha dan telah menyerap lebih dari 79 juta tenaga kerja
atau 99.5 persen dari jumlah tenaga kerja pada tahun 2004. Selain itu, kontribusi
unit-unit usaha mikro, kecil dan menengah dalam PDB pada tahun 2003 mencapai
56.7 persen dari total PDB nasional, yang naik dari 54.5 persen pada tahun 2000.
Hal tersebut menunjukkan perkembangan yang potensial dan strategis dalam
upaya penguatan ekonomi dari bawah.
Pekembangan unit usaha kecil dan menengah yang terus meningkat dari
segi kualitas dan kuantitas tersebut belum diimbangi dengan pengembangan
wirausaha yang baik. Permasalahan klasik yang sering dihadapi adalah masih
rendahnya produktivitas baik dari pekerja maupun output dari usaha kecil dan
menengah. Menurut data Bappenas tahun 2010 produktivitas usaha mikro dan
kecil sebesar Rp 14.87 juta per unit usaha pertahun dan usaha menengah sebesar
Rp 2.87 miliar. Sementara itu, produktivitas per unit usaha besar telah mencapai
Rp 113.00 miliar. Menelisik hasil data Bappenas tahun 2012, hal ini menunjukkan
bahwa masih terdapat ketimpangan yang besar terhadap kinerja usaha kecil dan
menengah. Masing-masing produktivitas masih berkisar Rp 8.97 juta untuk usaha
mikro dan kecil, serta Rp 68.39 juta untuk usaha menengah. Sedangkan
produktivitas per tenaga kerja usaha besar telah mencapai Rp 240.25 juta.
Keadaan ini disebabkan oleh masalah internal yang sering dihadapi yaitu
rendahnya kualitas SDM dalam unit usaha dan manajemen, organisasi,
penguasaan teknologi, dan pemasaran, lemahnya kewirausahaan dari para pelaku
unit usaha kecil dan menengah, dan terbatasnya akses terhadap permodalan,
informasi, teknologi dan pasar, serta faktor produksi lainnya. Akan tetapi hal
tersebut sering tidak disadari oleh para wirausahawan mandiri usaha kecil dan
menengah sebagai faktor yang menurunkan produktivitas unit usaha mereka.
Banyak wirausahawan beranggapan bahwa rendahnya produktivitas hanya
disebabkan oleh faktor eksternal seperti besarnya biaya transaksi, kelangkaan
2
bahan baku, dan perolehan legalitas formal yang hingga saat ini masih merupakan
persoalan mendasar bagi usaha kecil dan menengah di Indonesia mengingat biaya
yang tinggi dalam mengurus perizinan.
Faktor internal yang sering dihadapi oleh banyak wirausaha kecil dan
menengah saat ini didasari oleh kurangnya kesadaran pelaku wirausaha dalam
keorganisasian yang efektif dan efisien. Boonee dan Kurtz (1987) menjelaskan
bahwa organisasi adalah suatu proses tersusun yang orang- orangnya berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan. Apabila iklim antar orang-orang yang berinteraksi
dalam organisasi tersebut tidak menemukan situasi yang efektif dan positif,
produktivitas dan kinerja yang menjadi dampak dalam pengembangan wirausaha
tersebut.
Pengembangan wirausaha tentu saja tidak lepas dari produktivitas para
pekerjanya. Produktivitas yang tinggi berasal dari motivasi bekerja yang tinggi.
Akan tetapi tanpa kepuasan dalam iklim di dalamnya, hal- hal tersebut lah yang
akan menjadi implikasi yang panjang di kemudian hari. Redding seperti yang
diungkapkan dalam Pace dan Faules (2006) menyatakan bahwa iklim komunikasi
jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik- teknik komunikasi dalam
menciptakan organisasi yang efektif. Keefektifan organisasi diukur oleh kepuasan,
produktivitas, dan kualitas kerja, sehingga iklim komunikasi dalam organisasi
adalah faktor yang krusial dalam menjalankan organisasi yang efektif untuk
meningkatkan produktivitas. Iklim organisasi adalah kualitas dari proses
komunikasi antar anggota dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan. Organisasi dengan iklim komunikasi yang baik akan
menciptakan suasana yang mendukung pekerja dalam unit usaha kecil dan
menengah untuk meningkatkan kinerja atau produktivitas.
Dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas unit usaha kecil dan
menengah, kecenderungan fokus terhadap faktor-faktor eksternal yang menjadi
sumber hambatan selama ini menjadi isu tersendiri dalam pengembangan unit
usaha. Hal tersebut menjadikan kinerja pekerja usaha kecil dan menengah dalam
produktivitasnya masih banyak mengalami stagnansi karena fokus yang lebih
besar terhadap faktor eksternal. Oleh karena itu, dirasa masih perlu untuk
mengkaji apakah faktor internal yang mendasari kendala-kendala selama ini
seperti iklim komunikasi organisasi dalam usaha kecil dan menengah penting
dalam peningkatan efektifitas unit usaha tersebut? Apa faktor-faktor yang
memengaruhi iklim komunikasi organisasi dalam usaha kecil dan menengah? dan
bagaimana iklim komunikasi organisasi dalam usaha kecil dan menengah
memengaruhi kinerja pekerja dalam peningkatan produktivitas unit usaha?
3
Perumusan Masalah
Pengembangan Unit Usaha Kecil dan Menengah merupakan industri kaya
potensi yang berkembang di daerah Jawa Tengah. Berbagai usaha kecil dan
menengah merupakan penggerak perekonomian. Walau demikian, dibalik
kesuksesan maupun stabilitas sebuah usaha terdapat berbagai aspek diluar aspek
material. Salah satu penyangga paling penting adalah sumber daya manusia di
dalamnya. Pekerja unit usaha merupakan ujung tombak dari pergerakan produksi.
Oleh sebab itu pekerja tidak luput menjadi sasaran strategis untuk diteliti sebagai
roda penggerak usaha di kemudian hari. CV. Barokah sebagai lokasi penelitian
unit usaha menengah menunjukkan perbedaan dalam skala usaha dengan Unit
Usaha Siti di Purwokerto. Dalam hal yang sama pekerja pun memiliki perbedaan
di kedua unit usaha. Pada akhirnya dapat dirumuskan permasalahan bagaimana
karakteristik pekerja unit usaha kecil dan menengah?
Seperti hal nya dengan karakteristik, dalam proses pelaksanaan tugas-tugas
pekerja tidak lepas dari proses komunikasi. Komunikasi mutlak terjadi dalam unit
usaha kecil Siti dan unit usaha menengah CV. Barokah, baik komunikasi berbeda
level maupun komunikasi lintas divisi. Proses tersebut mengantarkan pada
bagaimana kualitas komunikasi yang terjalin diseluruh bagian keorganisasian Unit
Usaha Kecil Siti dan CV. Barokah dengan mengetahui bagaimana kualitas
interaksi dalam berkomunikasi di dalamnya, akan membantu dalam memahami
iklim komunikasi dalam organisasi unit usaha kecil Siti dan CV. Barokah
sehinggga dapat dirumuskan pertanyaan kualitatif, bagaimana iklim komunikasi
organisasi unit usaha kecil dan menengah?
Berdampingan dengan permasalahan yang diungkapkan di atas, semua
bermuara pada satu titik penting dari yang selama ini dilakukan oleh pekerja,
yaitu kinerja. Seluruh pelaksanaan operasional unit usaha kecil dan menengah
ditujukan untuk mencapai hasil yang maksimal. Oleh sebab itu aspek terkecil pun
menjadi krusial untuk diteliti. Salah satu aspek internal yang sangat penting untuk
diteliti dalam unit usaha kecil adalah adalah kinerja dari setiap anggota dalam
mengerjakan tugas-tugas dan fungsi operasionalnya. Dalam prosesnya pun
pekerja dapat memberikan hasil kinerja yang berbeda. Pada akhirnya dapat
dirumuskan sebuah pertanyaan bagaimana kinerja pekerja di unit usaha kecil dan
menengah?
Iklim komunikasi organisasi tidak serta merta tercipta dengan kondusif
tanpa adanya interaksi dari pekerja unit usaha. Akan tetapi pekerja dalam unit
usaha memiliki perbedaan karakteristik mendasar yang akhirnya dapat
mememngaruhi iklim komunikasi organisasi. Oleh karena itu pertanyaan bahwa
bagaimana pengaruh karakteristik pekerja dapat memengaruhi iklim komunikasi
organisasi menjadi masalah penting dalam penelitian.
Seperti halnya iklim komunikasi organisasi, kinerja juga merupakan
masalah yang terdepedensi oleh karakteristik pekerja pada umumnya.
Karakteristik khas pekerja dapat memberikan pengaruh khusus baik menuju ke
dalam hal yang baik, maupun memperburuk kinerja. Oleh sebab itu pertanyaan
masalah bagaimana pengaruh karakteristik pekerja terhadap kinerja pekerja usaha
kecil dan menengah juga menjadi masalah yang khas untuk diteliti.
Dari keseluruhan pertanyaan penelitian yang diangkat di atas, terdapat
keterkaitan atau tidaknya antara iklim komunikasi di unit usaha kecil dan
4
menengah dengan kinerja yang dihasilkan pekerja. Seluruh pertanyaan di atas
bermuara pada satu titik yang memerlukan tinjauan dan pembuktian lebih jauh.
Oleh sebab itu pertanyaan inti bahwa sejauh mana iklim komunikasi organisasi
memengaruhi kinerja para pekerja di Unit Usaha Kecil Siti dan Unit Usaha
Menengah produk Kue Kering CV. Barokah di Desa Purbalingga Lor, Kabupaten
Purbalingga adalah masalah inti yang dipengaruhi oleh berbagai faktor di atas.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian di atas, dapat dibangun beberapa tujuan
penelitian seperti berikut ini:
1. Menganalisis karakteristik pekerja berdasarkan skala unit usaha yaitu CV.
Barokah sebagai unit usaha menengah dan Unit Usaha Siti sebagai unit usaha
kecil
2. Mengidentifikasi kondisi iklim komunikasi organisasi di kedua unit usaha,
CV. Barokah, Purbalingga Lor dan Unit Usaha Siti, Purwokerto.
3. Mengidentifikasi kualitas kinerja pekerja di kedua unit usaha, CV. Barokah,
Purbalingga Lor dan Unit Usaha Siti, Purwokerto.
4. Menganalisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap iklim komunikasi
organisasi unit usaha, CV. Barokah, Purbalingga Lor dan Unit Usaha Siti,
Purwokerto.
5. Menganalisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap kinerja pekerja unit
usaha, CV. Barokah, Purbalingga Lor dan Unit Usaha Siti, Purwokerto.
6. Menganalisis pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja pekerja
unit usaha, CV. Barokah, Purbalingga Lor dan Unit Usaha Siti, Purwokerto.
Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini pada akhirnya diharapkan akan bermanfaat bagi
beberapa pihak, yakni:
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
dan kajian untuk penelitian selanjutnya serta menambah khasanah
penelitian mengenai iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja pekerja
unit usaha kecil dan menengah.
2. Bagi wirausahawan, dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya
iklim komunikasi organisasi untuk meningkatkan kinerja pekerja untuk
meningkatkan produktivitas.
3. Bagi masyarakat yang bekerja di sektor usaha kecil dan menengah,
diharapkan dapat memberikan pemahaman dan pengalaman untuk
memperbaiki kualitas iklim komunikasi dalam lingkungan kerjanya untuk
memotivasi diri mencapai kinerja yang lebih baik.
5
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Iklim Komunikasi Organisasi
Boone dan Kurtz (1987) menjelaskan bahwa organisasi adalah suatu proses
tersusun yang orang-orangnya berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai
suatu hubungan yang terstruktur, proses komunikasi adalah sebuah proses yang
mutlak terjadi sebagai sebuah pertukaran pesan, informasi, maupun instruksi
dalam sebuah koordinasi. Selanjutnya dijelaskan lebih jauh oleh Kochler (1976)
seperti dikutip dalam Boone dan Kurtz (1987) bahwa organisasi adalah sistem
hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok untuk
mencapai tujuan tertentu. Berikutnya Schein (1982) seperti dikutip dalam Boone
dan Kurtz (1987) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional
kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui
pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hirarki otoritas dan tanggung jawab.
Suatu organisasi terbentuk apabila suatu usaha memerlukan usaha lebih dari satu
orang untuk menyelesaikannya. Kualitas dari proses-proses yang terjadi dalam
suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan disebut iklim
organisasi. Payne dan Pugh (1976) seperti dikutip dalam Pace dan Faules (2006)
mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu konsep yang merefleksikan isi dan
kekuatan dari nilai-nilai umum, norma sikap, tingkah laku dan perasaan anggota
terhadap sistem sosial. Teori lain tentang iklim organisasi dijelaskan oleh Litwin
dan Stingers (1968) seperti dikutip oleh Pace dan Faules (2006) mengatakan
bahwa iklim organisasi dapat dipelajari dengan mengobservasi jumlah otonomi
secara individual, kebebasan yang dialamu oleh individu, tingkat dan kejelasan
struktur dan posisi yang dibebankan kepada pekerja, orientasi ganjaran dari
organisasi dan banyaknya sokongan serta kehangatan yang diberikan kepada
pekerja. Itulah sebabnya mereka memberikan dimensi iklim organisasi sebagai
rasa tanggung jawab; standard atau harapan tentang kualitas pekerjaan; ganjaran
atau reward; rasa persaudaraan; semangat tim. Hellriegal dan Slocum (1974)
deperti dikutip dalam Arni Muhammad (2009) mendefinisikan iklim organisasi
adalah set atribut organisasi dan subsistemnya yang dapat dirasakan oleh anggota
organisasi, yang mungkin disebabkan oleh cara-cara organisasi atau subsistem,
terhadap anggota lingkungannya.
Dalam mencapai tujuan yang memerlukan usaha lebih dari satu orang,
diperlukan adanya proses komunikasi sebagai suatu yang mutlak. Menurut Louis
Forsdale (1981) komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut
aturan tertentu sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara,
dan diubah. Selanjutnya Wright (1977) seperti yang diungkapkan dalam Forsdale
(1981) menyatakan bahwa organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari
aktifitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan
bersama. Oleh sebab itu dapat disimpulkan dengan konsep yang dikemukakan
Goldberg (1986) seperti diungkapkan dalam Pace dan Faules (2006) bahwa
komunikasi organisasi adalah proses mencipkatan dan saling menukar pesan
dalam satu jaringan hubungan, saling bergantung satu sama lain, untuk mengatasi
lingkungan yang selalu berubah ubah. Teori ini menjelaskan bahwa proses
6
komunikasi dalam organisasi dipahami sebagai sesuatu yang penting dalam
pencapaian organisasi yang pasti mengalami dinamika dan perubahan.
Dalam buku Making the Connections, Bill Quirke (2008) menjelaskan
bagaimana komunikasi menjadi proses yang sangat penting untuk meningkatkan
keuntungan bagi perusahaan. Proses tersebut dijelaskan dalam gambar
Better communication creates better employee
satisfaction
Higher satisfaction reduces staff turnover
Higher retention of staff creates higher customer
satisfaction
Higher costumer retention equals higher
profitability
Gambar 1 Better communication means higher profit
Sumber : Quirke (2008)
Penelitian tentang perilaku pekerja selama 15 tahun ini telah menunjukkan
bahwa komunikasi yang lebih baik, akan menghasilkan kepuasan pekerja atas
pekerjaannya dan akhirnya meningkatkan persepsi atas fungsinya di sebuah
organisasi. Lebih jauh lagi Quirke (2008) menjelaskan bahwa dengan
memperbaiki kualitas komunikasi dalam sebuah organisasi yang profitable, akan
lebih mudah dalam meningkatkan keuntungan. Hal tersebut dijelaskan karena jika
orang-orang di dalamnya (pegawai atau pekerja) memiliki identifikasi yang kuat
atas pentingnya produk yang ia hasilkan, mereka akan menghasilkan produk
dengan motivasi yang lebih kuat. Dari diagram di atas sendiri jelas hubungan dari
kualitas komunikasi yang baik akan menghasilkan kepuasan pekerja. Selanjutnya
kepuasan yang tinggi akan mengurangi resiko dari pekerja untuk berpindah
pekerjaan, lalu dengan penyimpanan (produktivitas) dari pekerja akan
menciptakan kepuasan konsumen yang lebih tinggi yang sama saja artinya dengan
keuntungan yang lebih tinggi.
Konsep kualitas komunikasi yang dijelaskan di atas sangat berkaitan erat
dengan konsep yang dinyatakan dengan iklim komunikasi. Metafora iklim
digunakan sebagai istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan
bagaimana sebuah organisasi, kelompok, atau individu yang dipengaruhi oleh
kondisi sekitar dan yang paling penting adalah bagaimana kondisi komunikasi
yang terjalin. Penelitian yang dilakukan oleh Redding (1994) seperti dikutip oleh
Arni Muhammad (2009) menunjukkan bahwa iklim komunikasi lebih luas dari
persepsi pekerja terhadap kualitas hubungan dan komunikasi dalam organisasi
serta tingkat pengaruh dan keterlibatan. Bahkan ia mengatakan bahwa iklim
komunikasi organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknikteknik komunikasi semata-mata dalam menciptakan organisasi yang efektif. Iklim
komunikasi penting karena mengaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep,
7
perasaan-perasaan, dan harapan-harapan anggota organisasi dan membantu
menjelaskan perilaku anggota organisasi. (Pace dan Faules 2006)
Dari seluruh definisi konsep di atas, iklim komunikasi yang positif
dijelaskan oleh Kinlaw (1991) seperti dikutip oleh Arni Muhammad (2009)
bahwa iklim komunikasi yang positif terjadi apabila perasaan antara anggota
dipenuhi dengan rasa terbuka, suportif, inklusif, menantang, dan rewarding. Iklim
positif dalam suasana kerja memberikan suasana yang memungkinkan untuk
memberikan kebebasan terhadap anggotanya untuk mengekspresikan pendapat,
perasaan, dan opini anggota atau pekerjanya dalam lingkungan pekerjaan. Hal ini
dapat memicu hasil kerja dari anggota untuk mencapai tujuan organisasi.
Jack Gibb (1961) menjelaskan dalam berbagai observasinya mengenai
kelompok dan bagaimana aksi komunikasi memengaruhi aksi emosional dan
respon yang pada ujungnya menciptakan iklim yang suportif atau iklim yang
difensif. Iklim suportif dijelaskan oleh Johannesen (1990) seperti dikutip oleh
Arni Muhammad (2009) dengan memaparkan bahwa iklim suportif adalah hal
yang esensial dalam berdialog dan berkomunikasi di sebuah kelompok, dan hanya
iklim positif yang dapat menjaga keakraban dalam sebuah kelompok untuk dapat
berkomunikasi dengan terbuka untuk menciptakan sebuah keputusan yang tepat
dalam organisasi. Adapun identifikasi mengenai perilaku komunikasi yang
menciptakan iklim suportif atau iklim difensif dijelaskan oleh Gibb (1961) dalam
enam pasang, yaitu :
Evaluation versus description
Statement atau pendapat yang menyudutkan dalam sebuah proses
komunikasi membuat masing-masing pihak yang berkomunikasi menjadi difensif.
Situasi atau perasaan yang suportif kepada lawan bicara membuat iklim
cenderung suportif.
Control versus problem orientation
Dengan menekan dan memanipulasi respon dari orang lain, akan
menciptakan reaksi yang difensif. Suansana suportif dapat tercipta dengan lebih
fokus pada isu yang objektif dan penyelesaian masalah.
Strategy versus spontaneity
Komunikasi yang berlangsung dengan pesan-pesan ambigu atau memiliki
makna ganda karena cara mengungkapkan pesan yang terlalu direncanakan akan
menciptakan reaksi yang difensif. Maka dari itu lebih baik berkomunikasi dengan
terbuka, jujur, dan langsung untuk menciptakan suasana suportif
Neutrality versus empathy
Ketidak pedulian menciptakan suasana yang difensif. Suasana suportif
tercipta jika terjadi lawan bicara saling mengerti dan peduli.
Superiority versus equality
Ketika ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih seperti komunikasi yang
biasa terjadi dalam sebuah hirarki keorganisasian, biasanya sering terjadi iklim
yang difensif. Hal ini lah yang banyak menjadi permasalahan dalam sebuah
organisasi maupun kelompok hirarkis.
8
Certainty versus provisionalism
Komunikasi yang dilakukan dengan keyakinan yang mutlak padaa ide-ide
dan kesimpulan tanpa memberikan ruang untuk bertanya, akan menciptakan iklim
yang difensif. Untuk menciptakan iklim yang lebih suportif, ciptakanlah ruang
untuk diskusi dan memberikan ide-ide dengan kesempatan bertanya terlebih
dahulu dalam sebuah proses komunikasi.
Initial Risk/ disclosure
Respone
Supportive communication climate
Increasing openness/ trust/ empathy
Supportive Respone
Description
Problem orientation
Spontaneity
Empathy
Equality
provisionalism
Willingness to risk/ disclosure
Empathy/trust/ openness
Conflict/ withdrawal
Defensive Respone
Evaluation
Control
Strategy
Neutrality
Superiority
Certainity
Loss of trust
Self protection/ closedness
Defensive climate
Increasing distrust/ division
Gambar 2 Model pengembangan iklim defensive dengan iklim suportif
Sumber : Gibb (1961)
Setelah pemaparan tentang iklim komunikasi yang defensive dan supportive,
Denis (1975) seperti dikutip dalam Arni Muhammad (2009) mengemukakan iklim
komunikasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai
lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi
terhadap pesan dengan kejadian yang terjadi dalam organisasi. Denis melakukan
pengujian terhadap dimensi iklim komunikasi yang dikemukakan oleh Redding. Ia
hanya menemukan empat dari lima dimensi tersebut yaitu supportiveness,
partisipasi pembuatan keputusan, keterbukaan dan keterusterangan, dan tujuan
kinerja yag tinggi. Selanjutnya penelitian Denis tidak menemukan bukti bahwa
dapat dipercaya menjadi dimensi pertama dalam iklim komunikasi.
9
Hal-hal yang menjadi pokok persoalan utama dari iklim komunikasi dan
hubungannya adalah hal-hal berikut :
Persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungannya dalam komunikasi.
1. Apakah anggota organisasi merasa puas dengan atasan dan teman
bekerja sama dan bawahan sebagai sumber informasi
a. Berapa pentingnya sumber-sumber tersebut
b. Apakah sumber-sumber tersebut dapat dipercaya
c. Apakah sumber-sumber terbuka terhadap komunikasi
2. Persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi.
a. Apakah jumlah informasi yang diterima cocok atau tepat dengan
topik- topik yang penting dari sumber informasi
b. Apakah informasi tersebut berguna
c. Apakah balikan informasi dikirimkan kepada sumber yang tepat
3. Persepsi mengenai organisasi itu sendiri.
a. Berapa banyak anggota yang terlibat dalam pembuatan keputusan
yang memengaruhi mereka
b. Apakah tujuan dan objektif dipahami
c. Apakah orang diberi sokongan dan dihargai
d. Apakah sistem terbuka terhadap input dari anggotanya.
Akan tetapi dalam konsepnya, iklim organisasi berbeda dengan iklim
komunikasi yang terjadi dalam organisasi. Menurut Pace dan Faules (2006) iklim
komunikasi organisasi pada dasarnya merupakan gabungan dari persepsi-persepsi
mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon pegawai terhadap
pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antar personal, dan
kesempatan bagi pertumbuhan organisasi. Dari teori-teori dapat dipahami bahwa
iklim komunikasi organisasi adalah kualitas pengalaman yang bersifat objektif
mengenai lingkunan internal organisasi yang mencakup persepsi anggota terhadap
peristiwa komunikasi atau hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi dalam
organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di
dalam organisasi. Inti dari perbedaan iklim komunikasi dalam organisasi dengan
iklim organisasi adalah variabel proses yang terjadi. Iklim organisasi adalah
keseluruhan proses yang terjadi dalam sebuah organisasi mencakup komunikasi,
pencapaian tujuan, pelaksanaan tanggung jawab dan wewenang, dan kondisikondisi yang memengaruhi fungsi-fungsi organisasi. Sedangkan iklim komunikasi
organisasi menjelaskan konsep atas kualitas komunikasi yang terjalin dalam
sebuah organisasi dalam pencapaian tujuan. Arni Muhammad (2009)
mengemukakan ada hubungan yang sekuler antara iklim organisasi dengan iklim
komunikasi dalam organsisasi. Tingkah laku komunikasi mengarahkan pada
pengembangan iklim, diantaranya iklim organisasi. Iklim komunikasi yang
terbuka, rileks, dan harmonis ditambah dengan faktor internal masing-masing
angggota organisasi menghasilkan iklim organisasi yang baik
Lebih jauh dijelaskan oleh Redding (1994) seperti dikutip dalam Pace dan
Faules (2006), menyatakan bahwa iklim komunikasi jauh lebih penting daripada
keterampilan atau teknik-teknik komunikasi dalam menciptakan organisasi yang
efektif. Teori ini menjelaskan bahwa keefektifan organisasi diukur oleh kepuasan,
produktivitas, dan kualitas kerja. Kepuasasn dapat diartikan sebagai kepuasan
anggota atas lingkungan internalnya yang disebabkan oleh iklim yang terjadi.
10
Iklim komunikasi organisasi dipengaruhi oleh bagaimana anggota organisasi
bertingkah laku, menaati nilai-nilai organisasi, dan bagaimana perilaku
komunikasi anggota organisasi. Iklim komunikasi yang harmonis dapat
memberikan pengaruh positif dalam mendorong munculnya potensi-potensi
sumberdaya anggota organisasi. Iklim komunikasi yang penuh persaudaraan
menciptakan perilaku komunikasi yang terbuka di antara anggota organisasi
tersebut. Sedangkan iklim komunikasi yang kurang baik, menimbulkan perilaku
komunikasi yang tertutup dan memengaruhi proses transfer informasi yang
penting antara anggota organisasi. Baik dari atasan ke bawahan, maupun
sebaliknya.
Elemen Iklim Komunikasi Organisasi
Dalam konsep iklim komunikasi organisasi, banyak penelitian yang telah
mengembangkan berbagai pengukuran yang dapat dipercaya. Contohnya Robert
dan O’Reily seperti dikutip dalam Pace dan Faules (2006) mengembangkan suatu
pengukuran iklim komunikasi organisasi mencakup 35 item yang dirancang untuk
mengukur 16 area komunikasi seperti kebenaran, pengaruh, mobilitas, keinginan
berinteraksi, pengarahan dari atasan, dari bawah, pengarahan yang lateral,
ketelitian, peringkasan, penyimpanan, kelebihan beban, rasa puas, berkenaan
dengan tulisan, tatap muka, dan percakapan melalui telepon dan lain-lain.
Pengukuran lain dikembangkan untuk mengukur rasa puas komunikasi yang
dibatasi dengan rasa puas individual yang berhubungan dengan komunikasi
informal dalam organisasi. Secara khusus instrumen ini mengukur rasa puas
pekerja dengan
1. Iklim komunikasi;
2. Komunikasi dari supervisi;
3. Intergrasi organisasi;
4. Kualitas media;
5. Komunikasi horizontal dan informal;
6. Persfektif organisasi;
7. Komunikasi subordinat atau bawahan;
8. Balikan pribadi.
Teori yang dimaksud dengan istilah kepuasan komunikasi organisasi
menurut Redding (1989) dikutip dalam Pace dan Faules (2006) adalah semua
tingkat kepuasan seorang pekerja mempersepsikan lingkungan komunikasi secara
keseluruhan. Konsep kepuasan ini memperkaya ide iklim komunikasi, iklim
komunikasi mencakup kepuasan anggota organisasi terhadap informasi yang
tersedia, bagaimana baiknya informasi yang tersedia memenuhi persyaratan
permintaan anggota organisasi akan tuntutan informasi, dari siapa datangnya, cara
disebarluaskannya bagaimana diterima, diproses dan apa respon orang yang
menerima. Iklim komunikasi jelas dipengaruhi oleh persepsi bagaimana baiknya
aktivitas komunikasi dari suatu organisasi memuaskan tuntutan pribadi.
Selain itu, Down dan Hazen (1980) menyarankan beberapa dimensi dalam
kepuasan iklim komunikasi organisasi. Faktor- faktor yang memengaruhi tersebut
adalah 1. Kepuasan dalam pekerjaan; 2. Kepuasan dengan ketepatan informasi; 3.
Kepuasan dengan kemapuan seseorang yang menyarankan penyempurnaan; 4.
Kepuasan dengan efisiensi bermacam- macam saluran komunikasi; 5. Kepuasan
dengan kualitas media; 6. Kepuasan dengan cara komunikasi teman sekerja; 7.
11
Kepuasan dengan keterlibatan dalam komunikasi organisasi sebagai suatu
kesatuan.
Dari seluruh peninjauan pengukuran iklim komunikasi organisasi baik dari
indikator maupun mengukur kepuasan komunikasi dalam organisasi, banyak
pengembangan yang telah dilakukan dalam mengidentifikasi variabel yang
memengaruhi dan indikator dalam mengukur iklim komunikasi organisasi. Pace
dan Faules (2006) menyatakan bahwa iklim secara umum dan iklim komunikasi
khususnya berlaku sebagai faktor-faktor penengah antara unsur-unsur sistem kerja
dengan ukuran-ukuran yang berbeda keefektifannya organisasi seperti
produktivitas, kualitas, kepuasan, dan vitalitas. Di samping itu, variabel yang
digunakan dalam mengukur iklim komunikasi organisasi adalah indikatorindikator kepercayaan (trust), pembuatan keputusan bersama, kejujuran,
keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke
atas, perhatian pada tujuan-tujuan kinerja yang tinggi.
Dijelaskan lebih jauh oleh Redding (1986) sebagaimana dikutip dalam Arni
Muhammad (2009) mengemukakan lima dimensi penting dari iklim komunikasi
organisasi.
Supportiveness atau bawahan mengamati, bahwa hubungan komunikasi
mereka dengan atasan, membantu mereka membangun dan menjaga perasaan
berharga dan penting
a. Partisipasi membuat keputusan
b. Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia
c. Keterbukaan dan keterusterangan
d. Tujuan kinerja yang tinggi, yang mana tujuan kinerja dikomunikasikan
dengan jelas.
Variabel yang digunakan untuk mengukur iklim komunikasi tersebut telah
digunakan dalam banyak penelitian yang berfokus pada iklim komunikasi
organisasi. Akan tetapi muncul sebuah pengukuran baru yang telah diuji, yaitu
sembilan alat ukur yang valid dalam mengukur iklim komunikasi organisasi
adalah
a. Organizational commitment
PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP KINERJA
PEKERJA INDUSTRI USAHA KECIL DAN MENENGAH
SHITTA NARENDRA MAYANGSARI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Iklim
Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pekerja Industri Usaha Kecil dan
Menengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicatumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Shitta Narendra M
NIM I34090045
RINGKASAN
SHITTA NARENDRA M. Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pekerja
Industri Usaha Kecil dan Menengah. Dibimbing oleh SARWITITI SARWOPRASODJO.
Pengembangan Unit Usaha Kecil dan Menengah merupakan industri kaya potensi
yang berkembang di daerah Jawa Tengah. Berbagai usaha kecil dan menengah merupakan
penggerak perekonomian. Walau demikian, dibalik kesuksesan maupun stabilitas sebuah
usaha terdapat berbagai aspek diluar aspek material. Salah satu penyangga paling penting
adalah sumber daya manusia di dalamnya. Pekerja unit usaha merupakan ujung tombak dari
pergerakan produksi. Oleh sebab itu pekerja tidak luput menjadi sasaran strategis untuk
diteliti sebagai roda penggerak usaha di kemudian hari. CV. Barokah sebagai lokasi
penelitian unit usaha menengah menunjukkan perbedaan dalam skala usaha dengan Unit
Usaha Siti di Purwokerto. Dalam hal yang sama pekerja pun memiliki perbedaan di kedua
unit usaha. Pada akhirnya permasalahan bagaimana karakteristik pekerja unit usaha kecil dan
menengah focus dalam penelitian ini
Seperti hal nya dengan karakteristik, dalam proses pelaksanaan tugas-tugas pekerja
tidak lepas dari proses komunikasi. Komunikasi mutlak terjadi dalam unit usaha kecil Siti dan
unit usaha menengah CV. Barokah, baik komunikasi berbeda level maupun komunikasi lintas
divisi. Proses tersebut mengantarkan pada bagaimana kualitas komunikasi yang terjalin
diseluruh bagian keorganisasian Unit Usaha Kecil Siti dan CV. Barokah dengan mengetahui
bagaimana kualitas interaksi dalam berkomunikasi di dalamnya, akan membantu dalam
memahami iklim komunikasi dalam organisasi unit usaha kecil Siti dan CV. Barokah.
Berdampingan dengan permasalahan yang diungkapkan di atas, semua bermuara pada
satu titik penting dari yang selama ini dilakukan oleh pekerja, yaitu kinerja. Seluruh
pelaksanaan operasional unit usaha kecil dan menengah ditujukan untuk mencapai hasil yang
maksimal. Oleh sebab itu aspek terkecil pun menjadi krusial untuk diteliti. Salah satu aspek
internal yang sangat penting untuk diteliti dalam unit usaha kecil adalah adalah kinerja dari
setiap anggota dalam mengerjakan tugas-tugas dan fungsi operasionalnya. Dalam prosesnya
pun pekerja dapat memberikan hasil kinerja yang berbeda.
Iklim komunikasi organisasi tidak serta merta tercipta dengan kondusif tanpa adanya
interaksi dari pekerja unit usaha. Akan tetapi pekerja dalam unit usaha memiliki perbedaan
karakteristik mendasar yang akhirnya dapat mememngaruhi iklim komunikasi organisasi.
Oleh karena itu pertanyaan bahwa bagaimana pengaruh karakteristik pekerja dapat
memengaruhi iklim komunikasi organisasi menjadi masalah penting dalam penelitian.
Seperti halnya iklim komunikasi organisasi, kinerja juga merupakan masalah yang
terdepedensi oleh karakteristik pekerja pada umumnya. Karakteristik khas pekerja dapat
memberikan pengaruh khusus baik menuju ke dalam hal yang baik, maupun memperburuk
kinerja. Oleh sebab itu pertanyaan masalah bagaimana pengaruh karakteristik pekerja
terhadap kinerja pekerja usaha kecil dan menengah juga menjadi masalah yang khas untuk
diteliti.
Dari keseluruhan pertanyaan penelitian yang diangkat di atas, terdapat keterkaitan
atau tidaknya antara iklim komunikasi di unit usaha kecil dan menengah dengan kinerja yang
dihasilkan pekerja. Seluruh pertanyaan di atas bermuara pada satu titik yang memerlukan
tinjauan dan pembuktian lebih jauh. Oleh sebab itu pertanyaan inti bahwa sejauh mana iklim
komunikasi organisasi memengaruhi kinerja para pekerja di Unit Usaha Kecil Siti dan Unit
Usaha Menengah produk Kue Kering CV. Barokah di Desa Purbalingga Lor, Kabupaten
Purbalingga adalah masalah inti yang dipengaruhi oleh berbagai faktor di atas.
Penelitian dilakukan di Unit Usaha Kecil Produk Kue Kering Siti Purwokerto dan Unit Usaha
Menengah Produk Kue Kering CV. Barokah Di Desa Purbalingga, Kecamatan Purbalingga,
Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja
(purposive). Lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan, antara lain:
a. Kedua unit usaha memiliki pembagian kerja yang jelas dalam proses produksi bagi
setiap pekerja.
b. Kedua lokasi memiliki kesamaan spesialisasi kerja tersebut di kedua lokasi usaha
terbagi atas penyediaan input produksi, pengolahan, pengemasan, pengemasan, dan
pemasaran.
c. Kedua lokasi usaha memiliki kesamaan dalam produksi kue kering, sehingga cocok
untuk dijadikan komparasi yang sepadan.
d. Kedua lokasi memilik karakteristik yang diperlukan oleh penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja termasuk pemilik usaha di dua
unit usaha yaitu Unit Usaha Kecil Produk Kue Kering Siti dan Unit Usaha Menengah Produk
Kue Kering CV. Barokah. Unit analisanya adalah pekerja di unit usaha kecil dan usaha
menengah.
Dalam pendekatan kuantitatif, responden dipilih menggunakan metode sensus. Sensus
adalah pengambilan data dengan menjadikan seluruh populasi sebagai objek responden.
Seluruh pekerja di Unit Usaha Siti dan CV. Barokah menjadi responden utama dalam
pengisian kuesioner untuk mengukur iklim komunikasi organisasi. Pemilik usaha juga
dijadikan responden dalam pengisisan kuesioner untuk mengukur kinerja setiap pekerja.
Pekerja di Unit Usaha CV. Barokah diambil sebanyak 18 orang yang merupakan pekerja
tetap dalam unit usaha, bukan merupakan pekerja tambahan atau honorer. Pekerja di Unit
Usaha Siti diambil 13 pekerja yang merupakan pekerja tetap dalam unit usaha, bukan
merupakan pekerja tambahan atau honorer.
Pendekatan kualitatif diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara mendalam
kepada informan yaitu pemilik unit usaha. Responden yang menjadi informan dipilih secara
purposive atau sengaja. Hal ini dilakukan karena pemiliki unit usaha adalah orang yang tahu
atas kinerja pekerja dan hubungan yang terjalin di dalamnya. Informan lainnya adalah orang
dari pekerja yang andil dan berpengaruh dalam banyak pengambilan keputusan atau yang
memiliki hubungan baik dengan pemilik unit usaha. Jika memungkinkan, beberapa responden
yang telah mengisi kuesioner juga akan dijadikan informan.
Data kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner ditabulasi dengan program Microsoft
Excel 2007. Selanjutnya data kuantitatif tersebut diuji dengan menggunakan uji statistik
analisis regresi linear berganda. Uji statistik analisis regresi linear berganda menurut Sunyoto
(2011) adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengukur pengaruh variabel bebas (x) dan
variabel terikat (y), dan dalam pengukuran pengaruh variabel melibatkan lebih dari satu
variabel bebas. Jenis data yang digunakan untuk analisis regresi linear berganda adalah jenis
data interval dan rasio, dan untuk data yang bukan interval dan rasio (nominal dan ordinal)
dimasukkan sebagi variabel dummy dalam pengolahan data. Sunyoto (2011) menyatakan
bahwa variabel dummy juga termasuk dalam variabel kuantitatif, meskipun memiliki
karakteristik tertentu variabel ini tetap dapat memengaruhi hasil estimasi persamaan regresi.
Rumus regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah y = C+αX1+ Xβ+ Xi dengan X1,
X2, dan seterusnya merupakan variabel dependen yang berbeda pada setiap bab analisis.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical
Program for Social Sciences) for Windows version 19.0
1
ABSTRAK
SHITTA NARENDRA M. Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap
Kinerja Pekerja Industri Usaha Kecil dan Menengah. Dibimbing oleh
SARWITITI SARWOPRASODJO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pekerja usaha
kecil dan menengah, iklim komunikasi organisasi dalam usaha kecil dan
menengah, dan kinerja pekerja. Selanjutnya menganalisis pengaruh karakteristik
pekerja terhadap iklim komunikasi organisasi, pengaruh karakteristik pekerja
terhadap kinerja pekerja, dan pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap
kinerja pekerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
sensus dengan pendekatan kuantitatif yang didukung kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat pengaruh signifikan pada karakteristik pekerja dalam unit
usaha kecil dan menengah terhadap iklim komunikasi organisasi tepatnya pada
usia, lama bekerja, dan kompetensi yang dimiliki pekerja. Selanjutnya aspek lama
bekerja dalam karakteristik pekerja unit usaha kecil dan menengah memiliki
pengaruh signifikan kinerja pekerja. Sebaliknya iklim komunikasi organisasi
memiliki pengaruh paling signifikan terhadap kinerja pekerja dengan variable
berpengaruh tingkat kepercayaan, hubungan pekerja dengan atasan, dan komitmen
pada organisasi.
Kata kunci: karakteristik pekerja, iklim komunikasi, kinerja
ABSTRACT
SHITTA NARENDRA M. The Influence of Organizational Climate
Communication to The Labor’s Job Performance in Small and Middle Industries.
Supervised by SARWITITI SARWOPRASODJO.
The research was conducted to identify labor’s characteristics in small and
middle industries, the organizational climate communication in small and middle
indutries, and the labor’s job performance. Furthermore to analize the influence of
labor’s characteristics to the organizational climate communication, to analize the
influence of labor’s characteristics to the labor’s job performance, and to analize
the influence of organizational climate communication to the labor’s job
performance. The research used the census method with quantitative approach and
supported with qualitative approach. The result of the research demonstrated that
there was a significant influence of labor’s characteristic to the organizational
climate communication, precisely in ages, the length of labor’s working, and
labor’s competences. Then the length of labor’s working in labor’s chacteristics
showed a significant influence to the labor’s job performance. On the other hand,
the organizational climate communication showed the most significant influence
to the labor’s job performance by the level of trust, the quality of labor’s liaison
with the boss, and labor’s commitment to the organization.
Keywords: labor’s characteristics, communication climate, job performance
2
PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP
KINERJA PEKERJA INDUSTRI USAHA KECIL DAN MENENGAH
SHITTA NARENDRA MAYANGSARI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
3
Judul Skripsi: Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap KineIja Pekerja
Industri Usaha Keeil dan Menengah
Nama
: Shitta Narendra Mayangsari
NIM
: 134090045
Disetujui oleh
|pセ@
DSarwititi sarwopras:jo, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
r oeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
2 6 J L 2 13
4
Judul Skripsi : Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pekerja
Industri Usaha Kecil dan Menengah
Nama
: Shitta Narendra Mayangsari
NIM
: I34090045
Disetujui oleh
Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
5
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
berjudul Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pekerja Unit
Usaha Kecil dan Menengah, Kasus Unit Usaha Kecil Siti dan Unit Usaha
Menengah CV. Barokah di Desa Purbalingga Lor, Kecamatan Purbalingga,
Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk
memenuhi syarat pengambilan data lapangan dan skripsi pada Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen
Pembimbing, Ibu Sarwititi Sarwoprasodjo selaku dosen pembimbing yang telah
memberi banyak inspirasi dan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih sebesarbesarnya kepada seluruh pihak dan keluarga terutama ayahanda Drs. Sukardi,
ibunda Etty S. dan Shitta Pawitra atas kasih sayang tak terhingga dan doa yang
terlimpah kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih juga
penulis sampaikan kepada Bambang Adisurya P dan keluarga selaku teman
terdekat penulis yang selalu memberi semangat dan bantuan tak terkira kepada
penulis selama proses penulisan penelitian. Juga kepada rekan-rekan Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 46 atas khususnya
Tyas Widyastini, Linda Dessy, Anggi Lestari, Faris, Andika, Fadil, dan temanteman seperjuangan dorongan dan persahabatan tiada batas dan rekan-rekan
sebimbingan atas kerjasamanya.
Peneliti mengetahui bahwa karya ini belumlah sempurna, sehingga kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi
ini dapat menghasilkan manfaat terhadap kemajuan dalam usaha-usaha kecil dan
menengah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013
Shitta Narendra M
6
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
ABSTRAK
1
DAFTAR ISI
6
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Kegunaan Penelitian
4
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
5
5
Kerangka Pemikiran
18
Hipotesis
19
Definisi Operasional
20
METODE
25
Metode Penelitian
25
Lokasi dan Waktu Penelitian
25
Teknik Sampling
25
Teknik Pengumpulan Data
26
Teknik Analisis Data
26
PROFIL UNIT USAHA KECIL DAN MENENGAH
27
Profil Unit Usaha Menengah Produk Kue Kering CV. Barokah
27
Profil Unit Usaha Kecil Produk Kue Kering Siti
33
KARAKTERISTIK PEKERJA UNIT USAHA CV. BAROKAH DAN UNIT
USAHA SITI
39
Usia
40
Jenis Kelamin
40
Tingkat Pendidikan
41
7
Lama Bekerja
42
Kompetensi yang dimiliki
43
IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM UNIT USAHA KECIL DAN
MENENGAH
45
Tingkat Kepercayaan
46
Hubungan antar pekerja dengan atasan
47
Tingkat Keterbukaan
48
Komitmen pada organisasi
49
KINERJA DALAM UNIT USAHA KECIL DAN MENENGAH CV.
BAROKAH DAN UNIT USAHA SITI
51
Tingkat Pengabdian
52
Tingkat kejujuran
53
Kemauan Bekerja
54
Kerjasama antar Pekerja
54
Pengembangan
55
Tanggung jawab
Error! Bookmark not defined.
Kedisiplinan Kerja
PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJA TERHADAP IKLIM
KOMUNIKASI ORGANISASI UNIT USAHA KECIL DAN MENENGAH
57
59
Pengaruh Karakteristik Pekerja terhadap Tingkat Kepercayaan dalam Iklim
Komunikasi Organisasi Pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
59
Pengaruh Karakteristik Pekerja terhadap Hubungan Pekerja dengan Atasan
dalam Iklim Komunikasi Organisasi Pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
62
Pengaruh Karakteristik Pekerja terhadap Tingkat Keterbukaan dalam Iklim
Komunikasi Organisasi Pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
65
Pengaruh Karakteristik Pekerja terhadap Komitmen pada Oganisasi dalam
Iklim Komunikasi Organisasi Pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
68
PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJA TERHADAP KINERJA PEKERJA
UNIT USAHA KECIL DAN MENENGAH
73
Pengaruh Karakteristik Pekerja terhadap Kinerja Pekerja CV. Barokah dan Unit
Usaha Siti
73
PENGARUH IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP KINERJA
PEKERJA UNIT USAHA KECIL DAN MENENGAH
79
Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pekerja Unit Usaha
Kecil dan Menengah
79
8
SIMPULAN DAN SARAN
83
Simpulan
83
Saran
84
DAFTAR PUSTAKA
85
LAMPIRAN
87
RIWAYAT HIDUP
110
9
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Ciri-ciri tingkat kematangan kerja pegawai
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menurut UU
Nomor 20 tahun 2008 berdasarkan aset dan omset usaha
Kemasan, berat bersih, dan harga menurut jenis produk CV. Barokah
Kategori dan besar upah pekerja CV. Barokah menurut upah dasar
Jenis produk dan jasa yang ditawarkan Unit Usaha Siti
Jumlah dan persentase pekerja menurut karakteristik pekerja unit
usaha kecil dan menengah
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut usia
Jumlah dan persentase pekerja pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha
Siti menurut jenis kelamin
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut tingkat pendidikan
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut lama bekerja
Jumlah dan persentase kompetensi pekerja CV. Barokah dan Unit
Usaha Siti menurut kompetensi yang dimiliki pekerja
Jumlah dan persentase pekerja unit usaha menurut iklim komunikasi
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut tingkat kepercayaan
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut kualitas hubungan pekerja dengan atasan
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut tingkat keterbukaan
Jumlah dan persentase pekerja pada organisasi CV. Barokah dan
Unit Usaha Siti menurut komitmen pada organisasi
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut kinerja
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut tingkat pengabdian
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
tingkat kejujuran
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut kemauan bekerja pekerja
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut kerjasama antar pekerja
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut pengembangan
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut tingkat tanggung jawab
Jumlah dan persentase pekerja CV. Barokah dan Unit Usaha Siti
menurut tingkat kedisiplinan kerja
Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh
karakteristik pekerja terhadap tingkat kepercayaan dalam iklim
komunikasi organisasi unit usaha kecil dan menengah
16
17
30
31
36
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
51
52
53
54
55
56
57
58
60
10
26 Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh
karakteristik pekerja unit usaha terhadap hubungan dengan atasan
63
27 Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh
28
29
30
31
32
33
karakteristik pekerja terhadap tingkat keterbukaan dalam iklim
komunikasi organisasi unit usaha kecil dan menengah
Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh iklim
karakteristik pekerja terhadap komitmen pada organisasi
Nilai signifikansi pengaruh karakteristik pekerja terhadap iklim
komunikasi organisasi
Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh iklim
komunikasi organisasi terhadap kinerja unit usaha kecil dan
menengah
Nilai signifikansi pengaruh karakteristik pengunjung terhadap
bauran komunikasi pemasaran yang diterima
Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh iklim
komunikasi organisasi terhadap kinerja unit usaha kecil dan
menengah
Nilai signifikansi pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap
kinerja pekerja
66
69
72
74
77
80
82
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Better communication means higher profit
Model pengembangan iklim defensive dengan iklim suportif
Hubungan antara kepercayaan dan kinerja
Elemen kunci sistem penilaian kerja (Mangkuprawira 2003)
Kerangka pemikiran penelitian pengaruh iklim komunikasi
organisasi terhadap kinerja pekerja industri usaha kecil dan
menengah.
Struktur organisasi CV. Barokah
Pola interaksi antar pekerja CV. Barokah
Struktur organisasi Unit Usaha Siti
Pola interaksi antar pekerja Unit Usaha Siti
1
2
3
4
5
6
Foto lokasi penelitian
Hipotesis penelitian
Daftar responden
Data analisis regresi berganda
Dokumentasi penelitian
Kuesioner penelitian
6
8
12
14
19
28
32
34
38
DAFTAR LAMPIRAN
87
88
90
91
94
96
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemiskinan dan kondisi ekonomi Indonesia dewasa ini mengalami
stagnansi yang tak kunjung menemukan titik terang. Jumlah rakyat miskin di kota
dan desa di seluruh Indonesia menurut data BPS 2011 mencapai angka 30 juta dan
mencapai 12.49 persen atau sekitar 30 juta dari seluruh penduduk Indonesia. Hal
ini menunjukkan bahwa Indonesia memerlukan strategi baru dalam meningkatkan
perekonomiannya. Dalam perekonomian Indonesia, usaha kecil dan menengah
merupakan kelompok-kelompok usaha strategis yang turut mengambil andil
dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Kelompok usaha kecil dan menengah
terbukti tahan terhadap goncangan krisis ekonomi global. Oleh sebab itu
penguatan dan pengembangan di bidang usaha kecil dan menengah menjadi
relevan untuk dijadikan fokus dalam upaya penguatan ekonomi rakyat.
Perkembangan peran usaha kecil dan menengah yang kuat ditunjukkan oleh
jumlah unit usaha dan pengusaha, serta kontribusinya terhadap pendapatan
nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Pada tahun 2003, persentase jumlah
usaha mikro, kecil, dan menengah mencapai 99.9 persen dari seluruh unit usaha,
yang terdiri dari usaha menengah sebanyak 62 ribu usaha dan jumlah usaha kecil
sebanyak 42.3 juta unit usaha dan telah menyerap lebih dari 79 juta tenaga kerja
atau 99.5 persen dari jumlah tenaga kerja pada tahun 2004. Selain itu, kontribusi
unit-unit usaha mikro, kecil dan menengah dalam PDB pada tahun 2003 mencapai
56.7 persen dari total PDB nasional, yang naik dari 54.5 persen pada tahun 2000.
Hal tersebut menunjukkan perkembangan yang potensial dan strategis dalam
upaya penguatan ekonomi dari bawah.
Pekembangan unit usaha kecil dan menengah yang terus meningkat dari
segi kualitas dan kuantitas tersebut belum diimbangi dengan pengembangan
wirausaha yang baik. Permasalahan klasik yang sering dihadapi adalah masih
rendahnya produktivitas baik dari pekerja maupun output dari usaha kecil dan
menengah. Menurut data Bappenas tahun 2010 produktivitas usaha mikro dan
kecil sebesar Rp 14.87 juta per unit usaha pertahun dan usaha menengah sebesar
Rp 2.87 miliar. Sementara itu, produktivitas per unit usaha besar telah mencapai
Rp 113.00 miliar. Menelisik hasil data Bappenas tahun 2012, hal ini menunjukkan
bahwa masih terdapat ketimpangan yang besar terhadap kinerja usaha kecil dan
menengah. Masing-masing produktivitas masih berkisar Rp 8.97 juta untuk usaha
mikro dan kecil, serta Rp 68.39 juta untuk usaha menengah. Sedangkan
produktivitas per tenaga kerja usaha besar telah mencapai Rp 240.25 juta.
Keadaan ini disebabkan oleh masalah internal yang sering dihadapi yaitu
rendahnya kualitas SDM dalam unit usaha dan manajemen, organisasi,
penguasaan teknologi, dan pemasaran, lemahnya kewirausahaan dari para pelaku
unit usaha kecil dan menengah, dan terbatasnya akses terhadap permodalan,
informasi, teknologi dan pasar, serta faktor produksi lainnya. Akan tetapi hal
tersebut sering tidak disadari oleh para wirausahawan mandiri usaha kecil dan
menengah sebagai faktor yang menurunkan produktivitas unit usaha mereka.
Banyak wirausahawan beranggapan bahwa rendahnya produktivitas hanya
disebabkan oleh faktor eksternal seperti besarnya biaya transaksi, kelangkaan
2
bahan baku, dan perolehan legalitas formal yang hingga saat ini masih merupakan
persoalan mendasar bagi usaha kecil dan menengah di Indonesia mengingat biaya
yang tinggi dalam mengurus perizinan.
Faktor internal yang sering dihadapi oleh banyak wirausaha kecil dan
menengah saat ini didasari oleh kurangnya kesadaran pelaku wirausaha dalam
keorganisasian yang efektif dan efisien. Boonee dan Kurtz (1987) menjelaskan
bahwa organisasi adalah suatu proses tersusun yang orang- orangnya berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan. Apabila iklim antar orang-orang yang berinteraksi
dalam organisasi tersebut tidak menemukan situasi yang efektif dan positif,
produktivitas dan kinerja yang menjadi dampak dalam pengembangan wirausaha
tersebut.
Pengembangan wirausaha tentu saja tidak lepas dari produktivitas para
pekerjanya. Produktivitas yang tinggi berasal dari motivasi bekerja yang tinggi.
Akan tetapi tanpa kepuasan dalam iklim di dalamnya, hal- hal tersebut lah yang
akan menjadi implikasi yang panjang di kemudian hari. Redding seperti yang
diungkapkan dalam Pace dan Faules (2006) menyatakan bahwa iklim komunikasi
jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik- teknik komunikasi dalam
menciptakan organisasi yang efektif. Keefektifan organisasi diukur oleh kepuasan,
produktivitas, dan kualitas kerja, sehingga iklim komunikasi dalam organisasi
adalah faktor yang krusial dalam menjalankan organisasi yang efektif untuk
meningkatkan produktivitas. Iklim organisasi adalah kualitas dari proses
komunikasi antar anggota dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan. Organisasi dengan iklim komunikasi yang baik akan
menciptakan suasana yang mendukung pekerja dalam unit usaha kecil dan
menengah untuk meningkatkan kinerja atau produktivitas.
Dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas unit usaha kecil dan
menengah, kecenderungan fokus terhadap faktor-faktor eksternal yang menjadi
sumber hambatan selama ini menjadi isu tersendiri dalam pengembangan unit
usaha. Hal tersebut menjadikan kinerja pekerja usaha kecil dan menengah dalam
produktivitasnya masih banyak mengalami stagnansi karena fokus yang lebih
besar terhadap faktor eksternal. Oleh karena itu, dirasa masih perlu untuk
mengkaji apakah faktor internal yang mendasari kendala-kendala selama ini
seperti iklim komunikasi organisasi dalam usaha kecil dan menengah penting
dalam peningkatan efektifitas unit usaha tersebut? Apa faktor-faktor yang
memengaruhi iklim komunikasi organisasi dalam usaha kecil dan menengah? dan
bagaimana iklim komunikasi organisasi dalam usaha kecil dan menengah
memengaruhi kinerja pekerja dalam peningkatan produktivitas unit usaha?
3
Perumusan Masalah
Pengembangan Unit Usaha Kecil dan Menengah merupakan industri kaya
potensi yang berkembang di daerah Jawa Tengah. Berbagai usaha kecil dan
menengah merupakan penggerak perekonomian. Walau demikian, dibalik
kesuksesan maupun stabilitas sebuah usaha terdapat berbagai aspek diluar aspek
material. Salah satu penyangga paling penting adalah sumber daya manusia di
dalamnya. Pekerja unit usaha merupakan ujung tombak dari pergerakan produksi.
Oleh sebab itu pekerja tidak luput menjadi sasaran strategis untuk diteliti sebagai
roda penggerak usaha di kemudian hari. CV. Barokah sebagai lokasi penelitian
unit usaha menengah menunjukkan perbedaan dalam skala usaha dengan Unit
Usaha Siti di Purwokerto. Dalam hal yang sama pekerja pun memiliki perbedaan
di kedua unit usaha. Pada akhirnya dapat dirumuskan permasalahan bagaimana
karakteristik pekerja unit usaha kecil dan menengah?
Seperti hal nya dengan karakteristik, dalam proses pelaksanaan tugas-tugas
pekerja tidak lepas dari proses komunikasi. Komunikasi mutlak terjadi dalam unit
usaha kecil Siti dan unit usaha menengah CV. Barokah, baik komunikasi berbeda
level maupun komunikasi lintas divisi. Proses tersebut mengantarkan pada
bagaimana kualitas komunikasi yang terjalin diseluruh bagian keorganisasian Unit
Usaha Kecil Siti dan CV. Barokah dengan mengetahui bagaimana kualitas
interaksi dalam berkomunikasi di dalamnya, akan membantu dalam memahami
iklim komunikasi dalam organisasi unit usaha kecil Siti dan CV. Barokah
sehinggga dapat dirumuskan pertanyaan kualitatif, bagaimana iklim komunikasi
organisasi unit usaha kecil dan menengah?
Berdampingan dengan permasalahan yang diungkapkan di atas, semua
bermuara pada satu titik penting dari yang selama ini dilakukan oleh pekerja,
yaitu kinerja. Seluruh pelaksanaan operasional unit usaha kecil dan menengah
ditujukan untuk mencapai hasil yang maksimal. Oleh sebab itu aspek terkecil pun
menjadi krusial untuk diteliti. Salah satu aspek internal yang sangat penting untuk
diteliti dalam unit usaha kecil adalah adalah kinerja dari setiap anggota dalam
mengerjakan tugas-tugas dan fungsi operasionalnya. Dalam prosesnya pun
pekerja dapat memberikan hasil kinerja yang berbeda. Pada akhirnya dapat
dirumuskan sebuah pertanyaan bagaimana kinerja pekerja di unit usaha kecil dan
menengah?
Iklim komunikasi organisasi tidak serta merta tercipta dengan kondusif
tanpa adanya interaksi dari pekerja unit usaha. Akan tetapi pekerja dalam unit
usaha memiliki perbedaan karakteristik mendasar yang akhirnya dapat
mememngaruhi iklim komunikasi organisasi. Oleh karena itu pertanyaan bahwa
bagaimana pengaruh karakteristik pekerja dapat memengaruhi iklim komunikasi
organisasi menjadi masalah penting dalam penelitian.
Seperti halnya iklim komunikasi organisasi, kinerja juga merupakan
masalah yang terdepedensi oleh karakteristik pekerja pada umumnya.
Karakteristik khas pekerja dapat memberikan pengaruh khusus baik menuju ke
dalam hal yang baik, maupun memperburuk kinerja. Oleh sebab itu pertanyaan
masalah bagaimana pengaruh karakteristik pekerja terhadap kinerja pekerja usaha
kecil dan menengah juga menjadi masalah yang khas untuk diteliti.
Dari keseluruhan pertanyaan penelitian yang diangkat di atas, terdapat
keterkaitan atau tidaknya antara iklim komunikasi di unit usaha kecil dan
4
menengah dengan kinerja yang dihasilkan pekerja. Seluruh pertanyaan di atas
bermuara pada satu titik yang memerlukan tinjauan dan pembuktian lebih jauh.
Oleh sebab itu pertanyaan inti bahwa sejauh mana iklim komunikasi organisasi
memengaruhi kinerja para pekerja di Unit Usaha Kecil Siti dan Unit Usaha
Menengah produk Kue Kering CV. Barokah di Desa Purbalingga Lor, Kabupaten
Purbalingga adalah masalah inti yang dipengaruhi oleh berbagai faktor di atas.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian di atas, dapat dibangun beberapa tujuan
penelitian seperti berikut ini:
1. Menganalisis karakteristik pekerja berdasarkan skala unit usaha yaitu CV.
Barokah sebagai unit usaha menengah dan Unit Usaha Siti sebagai unit usaha
kecil
2. Mengidentifikasi kondisi iklim komunikasi organisasi di kedua unit usaha,
CV. Barokah, Purbalingga Lor dan Unit Usaha Siti, Purwokerto.
3. Mengidentifikasi kualitas kinerja pekerja di kedua unit usaha, CV. Barokah,
Purbalingga Lor dan Unit Usaha Siti, Purwokerto.
4. Menganalisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap iklim komunikasi
organisasi unit usaha, CV. Barokah, Purbalingga Lor dan Unit Usaha Siti,
Purwokerto.
5. Menganalisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap kinerja pekerja unit
usaha, CV. Barokah, Purbalingga Lor dan Unit Usaha Siti, Purwokerto.
6. Menganalisis pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja pekerja
unit usaha, CV. Barokah, Purbalingga Lor dan Unit Usaha Siti, Purwokerto.
Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini pada akhirnya diharapkan akan bermanfaat bagi
beberapa pihak, yakni:
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
dan kajian untuk penelitian selanjutnya serta menambah khasanah
penelitian mengenai iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja pekerja
unit usaha kecil dan menengah.
2. Bagi wirausahawan, dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya
iklim komunikasi organisasi untuk meningkatkan kinerja pekerja untuk
meningkatkan produktivitas.
3. Bagi masyarakat yang bekerja di sektor usaha kecil dan menengah,
diharapkan dapat memberikan pemahaman dan pengalaman untuk
memperbaiki kualitas iklim komunikasi dalam lingkungan kerjanya untuk
memotivasi diri mencapai kinerja yang lebih baik.
5
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Iklim Komunikasi Organisasi
Boone dan Kurtz (1987) menjelaskan bahwa organisasi adalah suatu proses
tersusun yang orang-orangnya berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai
suatu hubungan yang terstruktur, proses komunikasi adalah sebuah proses yang
mutlak terjadi sebagai sebuah pertukaran pesan, informasi, maupun instruksi
dalam sebuah koordinasi. Selanjutnya dijelaskan lebih jauh oleh Kochler (1976)
seperti dikutip dalam Boone dan Kurtz (1987) bahwa organisasi adalah sistem
hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok untuk
mencapai tujuan tertentu. Berikutnya Schein (1982) seperti dikutip dalam Boone
dan Kurtz (1987) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional
kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui
pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hirarki otoritas dan tanggung jawab.
Suatu organisasi terbentuk apabila suatu usaha memerlukan usaha lebih dari satu
orang untuk menyelesaikannya. Kualitas dari proses-proses yang terjadi dalam
suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan disebut iklim
organisasi. Payne dan Pugh (1976) seperti dikutip dalam Pace dan Faules (2006)
mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu konsep yang merefleksikan isi dan
kekuatan dari nilai-nilai umum, norma sikap, tingkah laku dan perasaan anggota
terhadap sistem sosial. Teori lain tentang iklim organisasi dijelaskan oleh Litwin
dan Stingers (1968) seperti dikutip oleh Pace dan Faules (2006) mengatakan
bahwa iklim organisasi dapat dipelajari dengan mengobservasi jumlah otonomi
secara individual, kebebasan yang dialamu oleh individu, tingkat dan kejelasan
struktur dan posisi yang dibebankan kepada pekerja, orientasi ganjaran dari
organisasi dan banyaknya sokongan serta kehangatan yang diberikan kepada
pekerja. Itulah sebabnya mereka memberikan dimensi iklim organisasi sebagai
rasa tanggung jawab; standard atau harapan tentang kualitas pekerjaan; ganjaran
atau reward; rasa persaudaraan; semangat tim. Hellriegal dan Slocum (1974)
deperti dikutip dalam Arni Muhammad (2009) mendefinisikan iklim organisasi
adalah set atribut organisasi dan subsistemnya yang dapat dirasakan oleh anggota
organisasi, yang mungkin disebabkan oleh cara-cara organisasi atau subsistem,
terhadap anggota lingkungannya.
Dalam mencapai tujuan yang memerlukan usaha lebih dari satu orang,
diperlukan adanya proses komunikasi sebagai suatu yang mutlak. Menurut Louis
Forsdale (1981) komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut
aturan tertentu sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara,
dan diubah. Selanjutnya Wright (1977) seperti yang diungkapkan dalam Forsdale
(1981) menyatakan bahwa organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari
aktifitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan
bersama. Oleh sebab itu dapat disimpulkan dengan konsep yang dikemukakan
Goldberg (1986) seperti diungkapkan dalam Pace dan Faules (2006) bahwa
komunikasi organisasi adalah proses mencipkatan dan saling menukar pesan
dalam satu jaringan hubungan, saling bergantung satu sama lain, untuk mengatasi
lingkungan yang selalu berubah ubah. Teori ini menjelaskan bahwa proses
6
komunikasi dalam organisasi dipahami sebagai sesuatu yang penting dalam
pencapaian organisasi yang pasti mengalami dinamika dan perubahan.
Dalam buku Making the Connections, Bill Quirke (2008) menjelaskan
bagaimana komunikasi menjadi proses yang sangat penting untuk meningkatkan
keuntungan bagi perusahaan. Proses tersebut dijelaskan dalam gambar
Better communication creates better employee
satisfaction
Higher satisfaction reduces staff turnover
Higher retention of staff creates higher customer
satisfaction
Higher costumer retention equals higher
profitability
Gambar 1 Better communication means higher profit
Sumber : Quirke (2008)
Penelitian tentang perilaku pekerja selama 15 tahun ini telah menunjukkan
bahwa komunikasi yang lebih baik, akan menghasilkan kepuasan pekerja atas
pekerjaannya dan akhirnya meningkatkan persepsi atas fungsinya di sebuah
organisasi. Lebih jauh lagi Quirke (2008) menjelaskan bahwa dengan
memperbaiki kualitas komunikasi dalam sebuah organisasi yang profitable, akan
lebih mudah dalam meningkatkan keuntungan. Hal tersebut dijelaskan karena jika
orang-orang di dalamnya (pegawai atau pekerja) memiliki identifikasi yang kuat
atas pentingnya produk yang ia hasilkan, mereka akan menghasilkan produk
dengan motivasi yang lebih kuat. Dari diagram di atas sendiri jelas hubungan dari
kualitas komunikasi yang baik akan menghasilkan kepuasan pekerja. Selanjutnya
kepuasan yang tinggi akan mengurangi resiko dari pekerja untuk berpindah
pekerjaan, lalu dengan penyimpanan (produktivitas) dari pekerja akan
menciptakan kepuasan konsumen yang lebih tinggi yang sama saja artinya dengan
keuntungan yang lebih tinggi.
Konsep kualitas komunikasi yang dijelaskan di atas sangat berkaitan erat
dengan konsep yang dinyatakan dengan iklim komunikasi. Metafora iklim
digunakan sebagai istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan
bagaimana sebuah organisasi, kelompok, atau individu yang dipengaruhi oleh
kondisi sekitar dan yang paling penting adalah bagaimana kondisi komunikasi
yang terjalin. Penelitian yang dilakukan oleh Redding (1994) seperti dikutip oleh
Arni Muhammad (2009) menunjukkan bahwa iklim komunikasi lebih luas dari
persepsi pekerja terhadap kualitas hubungan dan komunikasi dalam organisasi
serta tingkat pengaruh dan keterlibatan. Bahkan ia mengatakan bahwa iklim
komunikasi organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknikteknik komunikasi semata-mata dalam menciptakan organisasi yang efektif. Iklim
komunikasi penting karena mengaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep,
7
perasaan-perasaan, dan harapan-harapan anggota organisasi dan membantu
menjelaskan perilaku anggota organisasi. (Pace dan Faules 2006)
Dari seluruh definisi konsep di atas, iklim komunikasi yang positif
dijelaskan oleh Kinlaw (1991) seperti dikutip oleh Arni Muhammad (2009)
bahwa iklim komunikasi yang positif terjadi apabila perasaan antara anggota
dipenuhi dengan rasa terbuka, suportif, inklusif, menantang, dan rewarding. Iklim
positif dalam suasana kerja memberikan suasana yang memungkinkan untuk
memberikan kebebasan terhadap anggotanya untuk mengekspresikan pendapat,
perasaan, dan opini anggota atau pekerjanya dalam lingkungan pekerjaan. Hal ini
dapat memicu hasil kerja dari anggota untuk mencapai tujuan organisasi.
Jack Gibb (1961) menjelaskan dalam berbagai observasinya mengenai
kelompok dan bagaimana aksi komunikasi memengaruhi aksi emosional dan
respon yang pada ujungnya menciptakan iklim yang suportif atau iklim yang
difensif. Iklim suportif dijelaskan oleh Johannesen (1990) seperti dikutip oleh
Arni Muhammad (2009) dengan memaparkan bahwa iklim suportif adalah hal
yang esensial dalam berdialog dan berkomunikasi di sebuah kelompok, dan hanya
iklim positif yang dapat menjaga keakraban dalam sebuah kelompok untuk dapat
berkomunikasi dengan terbuka untuk menciptakan sebuah keputusan yang tepat
dalam organisasi. Adapun identifikasi mengenai perilaku komunikasi yang
menciptakan iklim suportif atau iklim difensif dijelaskan oleh Gibb (1961) dalam
enam pasang, yaitu :
Evaluation versus description
Statement atau pendapat yang menyudutkan dalam sebuah proses
komunikasi membuat masing-masing pihak yang berkomunikasi menjadi difensif.
Situasi atau perasaan yang suportif kepada lawan bicara membuat iklim
cenderung suportif.
Control versus problem orientation
Dengan menekan dan memanipulasi respon dari orang lain, akan
menciptakan reaksi yang difensif. Suansana suportif dapat tercipta dengan lebih
fokus pada isu yang objektif dan penyelesaian masalah.
Strategy versus spontaneity
Komunikasi yang berlangsung dengan pesan-pesan ambigu atau memiliki
makna ganda karena cara mengungkapkan pesan yang terlalu direncanakan akan
menciptakan reaksi yang difensif. Maka dari itu lebih baik berkomunikasi dengan
terbuka, jujur, dan langsung untuk menciptakan suasana suportif
Neutrality versus empathy
Ketidak pedulian menciptakan suasana yang difensif. Suasana suportif
tercipta jika terjadi lawan bicara saling mengerti dan peduli.
Superiority versus equality
Ketika ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih seperti komunikasi yang
biasa terjadi dalam sebuah hirarki keorganisasian, biasanya sering terjadi iklim
yang difensif. Hal ini lah yang banyak menjadi permasalahan dalam sebuah
organisasi maupun kelompok hirarkis.
8
Certainty versus provisionalism
Komunikasi yang dilakukan dengan keyakinan yang mutlak padaa ide-ide
dan kesimpulan tanpa memberikan ruang untuk bertanya, akan menciptakan iklim
yang difensif. Untuk menciptakan iklim yang lebih suportif, ciptakanlah ruang
untuk diskusi dan memberikan ide-ide dengan kesempatan bertanya terlebih
dahulu dalam sebuah proses komunikasi.
Initial Risk/ disclosure
Respone
Supportive communication climate
Increasing openness/ trust/ empathy
Supportive Respone
Description
Problem orientation
Spontaneity
Empathy
Equality
provisionalism
Willingness to risk/ disclosure
Empathy/trust/ openness
Conflict/ withdrawal
Defensive Respone
Evaluation
Control
Strategy
Neutrality
Superiority
Certainity
Loss of trust
Self protection/ closedness
Defensive climate
Increasing distrust/ division
Gambar 2 Model pengembangan iklim defensive dengan iklim suportif
Sumber : Gibb (1961)
Setelah pemaparan tentang iklim komunikasi yang defensive dan supportive,
Denis (1975) seperti dikutip dalam Arni Muhammad (2009) mengemukakan iklim
komunikasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai
lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi
terhadap pesan dengan kejadian yang terjadi dalam organisasi. Denis melakukan
pengujian terhadap dimensi iklim komunikasi yang dikemukakan oleh Redding. Ia
hanya menemukan empat dari lima dimensi tersebut yaitu supportiveness,
partisipasi pembuatan keputusan, keterbukaan dan keterusterangan, dan tujuan
kinerja yag tinggi. Selanjutnya penelitian Denis tidak menemukan bukti bahwa
dapat dipercaya menjadi dimensi pertama dalam iklim komunikasi.
9
Hal-hal yang menjadi pokok persoalan utama dari iklim komunikasi dan
hubungannya adalah hal-hal berikut :
Persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungannya dalam komunikasi.
1. Apakah anggota organisasi merasa puas dengan atasan dan teman
bekerja sama dan bawahan sebagai sumber informasi
a. Berapa pentingnya sumber-sumber tersebut
b. Apakah sumber-sumber tersebut dapat dipercaya
c. Apakah sumber-sumber terbuka terhadap komunikasi
2. Persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi.
a. Apakah jumlah informasi yang diterima cocok atau tepat dengan
topik- topik yang penting dari sumber informasi
b. Apakah informasi tersebut berguna
c. Apakah balikan informasi dikirimkan kepada sumber yang tepat
3. Persepsi mengenai organisasi itu sendiri.
a. Berapa banyak anggota yang terlibat dalam pembuatan keputusan
yang memengaruhi mereka
b. Apakah tujuan dan objektif dipahami
c. Apakah orang diberi sokongan dan dihargai
d. Apakah sistem terbuka terhadap input dari anggotanya.
Akan tetapi dalam konsepnya, iklim organisasi berbeda dengan iklim
komunikasi yang terjadi dalam organisasi. Menurut Pace dan Faules (2006) iklim
komunikasi organisasi pada dasarnya merupakan gabungan dari persepsi-persepsi
mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon pegawai terhadap
pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antar personal, dan
kesempatan bagi pertumbuhan organisasi. Dari teori-teori dapat dipahami bahwa
iklim komunikasi organisasi adalah kualitas pengalaman yang bersifat objektif
mengenai lingkunan internal organisasi yang mencakup persepsi anggota terhadap
peristiwa komunikasi atau hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi dalam
organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di
dalam organisasi. Inti dari perbedaan iklim komunikasi dalam organisasi dengan
iklim organisasi adalah variabel proses yang terjadi. Iklim organisasi adalah
keseluruhan proses yang terjadi dalam sebuah organisasi mencakup komunikasi,
pencapaian tujuan, pelaksanaan tanggung jawab dan wewenang, dan kondisikondisi yang memengaruhi fungsi-fungsi organisasi. Sedangkan iklim komunikasi
organisasi menjelaskan konsep atas kualitas komunikasi yang terjalin dalam
sebuah organisasi dalam pencapaian tujuan. Arni Muhammad (2009)
mengemukakan ada hubungan yang sekuler antara iklim organisasi dengan iklim
komunikasi dalam organsisasi. Tingkah laku komunikasi mengarahkan pada
pengembangan iklim, diantaranya iklim organisasi. Iklim komunikasi yang
terbuka, rileks, dan harmonis ditambah dengan faktor internal masing-masing
angggota organisasi menghasilkan iklim organisasi yang baik
Lebih jauh dijelaskan oleh Redding (1994) seperti dikutip dalam Pace dan
Faules (2006), menyatakan bahwa iklim komunikasi jauh lebih penting daripada
keterampilan atau teknik-teknik komunikasi dalam menciptakan organisasi yang
efektif. Teori ini menjelaskan bahwa keefektifan organisasi diukur oleh kepuasan,
produktivitas, dan kualitas kerja. Kepuasasn dapat diartikan sebagai kepuasan
anggota atas lingkungan internalnya yang disebabkan oleh iklim yang terjadi.
10
Iklim komunikasi organisasi dipengaruhi oleh bagaimana anggota organisasi
bertingkah laku, menaati nilai-nilai organisasi, dan bagaimana perilaku
komunikasi anggota organisasi. Iklim komunikasi yang harmonis dapat
memberikan pengaruh positif dalam mendorong munculnya potensi-potensi
sumberdaya anggota organisasi. Iklim komunikasi yang penuh persaudaraan
menciptakan perilaku komunikasi yang terbuka di antara anggota organisasi
tersebut. Sedangkan iklim komunikasi yang kurang baik, menimbulkan perilaku
komunikasi yang tertutup dan memengaruhi proses transfer informasi yang
penting antara anggota organisasi. Baik dari atasan ke bawahan, maupun
sebaliknya.
Elemen Iklim Komunikasi Organisasi
Dalam konsep iklim komunikasi organisasi, banyak penelitian yang telah
mengembangkan berbagai pengukuran yang dapat dipercaya. Contohnya Robert
dan O’Reily seperti dikutip dalam Pace dan Faules (2006) mengembangkan suatu
pengukuran iklim komunikasi organisasi mencakup 35 item yang dirancang untuk
mengukur 16 area komunikasi seperti kebenaran, pengaruh, mobilitas, keinginan
berinteraksi, pengarahan dari atasan, dari bawah, pengarahan yang lateral,
ketelitian, peringkasan, penyimpanan, kelebihan beban, rasa puas, berkenaan
dengan tulisan, tatap muka, dan percakapan melalui telepon dan lain-lain.
Pengukuran lain dikembangkan untuk mengukur rasa puas komunikasi yang
dibatasi dengan rasa puas individual yang berhubungan dengan komunikasi
informal dalam organisasi. Secara khusus instrumen ini mengukur rasa puas
pekerja dengan
1. Iklim komunikasi;
2. Komunikasi dari supervisi;
3. Intergrasi organisasi;
4. Kualitas media;
5. Komunikasi horizontal dan informal;
6. Persfektif organisasi;
7. Komunikasi subordinat atau bawahan;
8. Balikan pribadi.
Teori yang dimaksud dengan istilah kepuasan komunikasi organisasi
menurut Redding (1989) dikutip dalam Pace dan Faules (2006) adalah semua
tingkat kepuasan seorang pekerja mempersepsikan lingkungan komunikasi secara
keseluruhan. Konsep kepuasan ini memperkaya ide iklim komunikasi, iklim
komunikasi mencakup kepuasan anggota organisasi terhadap informasi yang
tersedia, bagaimana baiknya informasi yang tersedia memenuhi persyaratan
permintaan anggota organisasi akan tuntutan informasi, dari siapa datangnya, cara
disebarluaskannya bagaimana diterima, diproses dan apa respon orang yang
menerima. Iklim komunikasi jelas dipengaruhi oleh persepsi bagaimana baiknya
aktivitas komunikasi dari suatu organisasi memuaskan tuntutan pribadi.
Selain itu, Down dan Hazen (1980) menyarankan beberapa dimensi dalam
kepuasan iklim komunikasi organisasi. Faktor- faktor yang memengaruhi tersebut
adalah 1. Kepuasan dalam pekerjaan; 2. Kepuasan dengan ketepatan informasi; 3.
Kepuasan dengan kemapuan seseorang yang menyarankan penyempurnaan; 4.
Kepuasan dengan efisiensi bermacam- macam saluran komunikasi; 5. Kepuasan
dengan kualitas media; 6. Kepuasan dengan cara komunikasi teman sekerja; 7.
11
Kepuasan dengan keterlibatan dalam komunikasi organisasi sebagai suatu
kesatuan.
Dari seluruh peninjauan pengukuran iklim komunikasi organisasi baik dari
indikator maupun mengukur kepuasan komunikasi dalam organisasi, banyak
pengembangan yang telah dilakukan dalam mengidentifikasi variabel yang
memengaruhi dan indikator dalam mengukur iklim komunikasi organisasi. Pace
dan Faules (2006) menyatakan bahwa iklim secara umum dan iklim komunikasi
khususnya berlaku sebagai faktor-faktor penengah antara unsur-unsur sistem kerja
dengan ukuran-ukuran yang berbeda keefektifannya organisasi seperti
produktivitas, kualitas, kepuasan, dan vitalitas. Di samping itu, variabel yang
digunakan dalam mengukur iklim komunikasi organisasi adalah indikatorindikator kepercayaan (trust), pembuatan keputusan bersama, kejujuran,
keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke
atas, perhatian pada tujuan-tujuan kinerja yang tinggi.
Dijelaskan lebih jauh oleh Redding (1986) sebagaimana dikutip dalam Arni
Muhammad (2009) mengemukakan lima dimensi penting dari iklim komunikasi
organisasi.
Supportiveness atau bawahan mengamati, bahwa hubungan komunikasi
mereka dengan atasan, membantu mereka membangun dan menjaga perasaan
berharga dan penting
a. Partisipasi membuat keputusan
b. Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia
c. Keterbukaan dan keterusterangan
d. Tujuan kinerja yang tinggi, yang mana tujuan kinerja dikomunikasikan
dengan jelas.
Variabel yang digunakan untuk mengukur iklim komunikasi tersebut telah
digunakan dalam banyak penelitian yang berfokus pada iklim komunikasi
organisasi. Akan tetapi muncul sebuah pengukuran baru yang telah diuji, yaitu
sembilan alat ukur yang valid dalam mengukur iklim komunikasi organisasi
adalah
a. Organizational commitment