Evaluasi Program Kemitraan BUMN terhadap Usaha Kecil Masyarakat pada PTPN II Tanjung Morawa

(1)

EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN BUMN

TERHADAP USAHA KECIL MASYARAKAT

PADA PTPN II TANJUNG MORAWA

SKRIPSI

Oleh :

ELISBET SOPIA PERANGIN-ANGIN

050309035/PKP

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN BUMN

TERHADAP USAHA KECIL MASYARAKAT

PADA PTPN II TANJUNG MORAWA

SKRIPSI

Oleh:

ELISBET SOPIA PERANGIN-ANGIN

050309035/PKP

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Skripsi : Evaluasi program kemitraan BUMN terhadap usaha kecil Masyarakat pada PTPN II Tanjung Morawa

Nama : Elisbet Sopia Perangin-angin

NIM : 050309035

Departemen : Agribisnis

Program Studi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. Lily Fauzia, M.Si ) (

NIP. 19630822198832003 NIP.19509261993031002

Ir. Sinar Indra Kusuma Ginting, M.Si)

Ketua Komisi pembimbing Anggota Komisi pembimbing

Mengetahui,

(Ir. Luhut Sihombing, MP) NIP. 132005055

Ketua Departemen Agribisnis


(4)

ABSTRAK

ELISBET SOPIA PERANGIN-ANGIN: Evaluasi Program Kemitraan BUMN terhadap Usaha Kecil Masyarakat pada PTPN II Tanjung Morawa. Dibimbing oleh Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Ir. Sinar Indra Kusuma Ginting, M.Si

Program Kemitraan merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan BUMN kepada masyarakat. Program kemitraan BUMN tersebut tidak hanya berupa pemberian pinjaman tetapi juga pembinaan dimana masyarakat dibina agar bisa mandiri dan memiliki pola pikir yang maju untuk mengembangkan usaha kecilnya. Penelitian ini menganalisis perkembangan usaha Mitra binaan sebelum dan sesudah menjadi Mitra Binaan PTPN II di wilayah Kabupaten Deli Serdang.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode Simple Random Sampling, yaitu berdasarkan acak (random) yaitu Masyarakat pengusaha kecil yang menjadi Mitra Binaan PTPN II. Jumlah populasi Mitra Binaan di Kabupaten Deli Serdang adalah 253 Mitra, dan sampel yang dijadikan adalah sebanyak 30 sampel. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis Uji

paired sample t test (uji t berpasangan).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Kemitraan BUMN yang dilaksanakan oleh PTPN II mampu mengembangkan usaha kecil Mitra Binaan dengan peningkatan pendapatan rata-rata Mitra Binaan sebesar 61,48 %. Program ini bermanfaat bagi masyarakat dimana syarat dan prosedurnya sangat mudah dan bunga pinjaman sangat kecil. Masalah yang dihadapi oleh PTPN II adalah banyaknya Mitra Binaan yang tidak melunasi pinjaman tepat waktu yaitu 56,67 % dar 30 Mitra Binaan.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 17 Januari 1988 dari ayah Pendi Perangin-angin dan ibu Kastina br. Kaban. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Swasta Santo Petrus, Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih program studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Departemen Agribisnis.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP), Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen (UKM KMK), dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Desa Mangan Molih Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi dari bulan Juni sampai Juli 2009. Penulis mulai penelitian pada bulan September sampai November 2009 di bagian PKBL PTPN II Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Program Kemitraan BUMN terhadap Usaha Kecil Masyarakat pada PTPN II Tanjung Morawa”

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada orang tua yang telah membesarkan, memelihara, dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Bapak Ir. Sinar Indra Kusuma Ginting, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bagian PKBL PTPN II Tanjung Morawa beserta seluruh Mitra Binaan PTPN II di wilayah Kabupaten Deli Serdang dan juga teman-teman yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimaksih untuk pembaca semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... ii .

RIWAYAT HIDUP ... ... ... iii

KATA PENGANTAR. ... iv

DAFTAR ISI. ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 7

Tujuan Penelitian ... 7

Kegunaan Penelitian ... 8

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka ... 9

Landasan Teori ... 15

Kerangka Pemikiran... 17

Hipotesis Penelitian ... 20

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

Metode pengambilan Sampel ... 21

Metode Pengumpulan Data ... 21

Metode Analisis Data ... 22

Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi ... 24

Batasan Operasional ... 25

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian Letak dan Keadaan Geografis ... 26

Iklim ... 26

Pemerintahan ... 27

Keadaan Penduduk ... 27

Tenaga Kerja... 28

Profil Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Status Perusahaan... 28

Visi Perusahaan... 29

Misi Perusahaan ... 29

Maksud dan Tujuan ... 27


(8)

Karakteristik Mitra Binaan Sampel ... 30 HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosedur Pemberian Bantuan dana Program Kemitraan BUMN PTPN II

kepada Calon Mitra Binaan ... 33 Perbedaan Pendapatan Mitra Binaan Sebelum dan Sesudah Menerima

Bantuan dana Program Kemitraan PTPN II. ... 36 Tingkat Penggolongan Kualitas Pinjaman ... 38 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 43 Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No Hal

1 Jumlah Mitra Binaan dan tingkat penyaluran dana Program Kemitraan menurut wilayah s/d triwulan III 2008... 5 2 Jumlah penduduk dewasa dan anak-anak menurut jenis kelamin

pada tahun 2008... 27 3 Komoditi yang diusahakan PTPN II... 29 4 Karakteristik Mitra Binaan sampel di Kabupaten Deli Serdang

tahun 2009... 31 5 Persentase wirausaha sebagai mata pencaharian Mitra Binaan

PTPN II... 32 6 Pendapatan per bulan sebelum dan sesudah menerima bantuan

dana pinjaman... 36 7 Pinjaman keseluruhan Mitra Binaan yang sudah dikembalikan

dan yang belum dikembalikan... 38 8 Jumlah bulan pengembalian pinjaman keseluruhan Mitra Binaan

PTPN II... 39 9 Persentase penggolongan kualitas pengembalian pinjaman Mitra


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1 Segitiga hubungan Tripple Bottom Line... 11 2 Skema kerangka pemikiran... 19 3 Kurva kriteria hasil Uji t-berpasangan ... 29


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1 Karakteristik Mitra Binaan sampel... 1 2 Mata pencaharian utama dan sampingan Mitra Binaan... 2 3 Jenis usaha Mitra Binaan sampel... 3 4 Prosedur pemberian bantuan dana pinjaman kepada Mitra

Binaan... 4 5 Total biaya Mitra Binaan per bulan sebelum menerima bantuan

dana... 5 6 Total biaya Mitra Binaan per bulan sesudah menerima bantuan

dana... 6 7 Pendapatan Mitra Binaan per bulan sebelum menerima bantuan

dana... 7 8 Pendapatan Mitra Binaan per bulan sesudah menerima bantuan

dana... 8 9 Selisih pendapatan Mitra Binaan per bulan sebelum dan sesudah

menerima bantuan dana... 9 10 Persentase jumlah pengembalian bantuan dana pinjaman Mitra

Binaan ke bagian PKBL PTPN II... 10 11 Persentase jumlah bulan pengembalian bantuan dana pinjaman

Mitra Binaan... 11 12 Kualitas pengembalian bantuan dana pinjaman Mitra Binaan

sampai pada bulan November 2009... 12 13 Persentase penggolongan kualitas pengembalian pinjaman Mitra

Binaan... 13 14 Paired Sample T-Test (Uji t Berpasangan)... 14 15 Investasi usaha Mitra Binaan yang bertambah setelah menjadi


(12)

ABSTRAK

ELISBET SOPIA PERANGIN-ANGIN: Evaluasi Program Kemitraan BUMN terhadap Usaha Kecil Masyarakat pada PTPN II Tanjung Morawa. Dibimbing oleh Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Ir. Sinar Indra Kusuma Ginting, M.Si

Program Kemitraan merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan BUMN kepada masyarakat. Program kemitraan BUMN tersebut tidak hanya berupa pemberian pinjaman tetapi juga pembinaan dimana masyarakat dibina agar bisa mandiri dan memiliki pola pikir yang maju untuk mengembangkan usaha kecilnya. Penelitian ini menganalisis perkembangan usaha Mitra binaan sebelum dan sesudah menjadi Mitra Binaan PTPN II di wilayah Kabupaten Deli Serdang.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode Simple Random Sampling, yaitu berdasarkan acak (random) yaitu Masyarakat pengusaha kecil yang menjadi Mitra Binaan PTPN II. Jumlah populasi Mitra Binaan di Kabupaten Deli Serdang adalah 253 Mitra, dan sampel yang dijadikan adalah sebanyak 30 sampel. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis Uji

paired sample t test (uji t berpasangan).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Kemitraan BUMN yang dilaksanakan oleh PTPN II mampu mengembangkan usaha kecil Mitra Binaan dengan peningkatan pendapatan rata-rata Mitra Binaan sebesar 61,48 %. Program ini bermanfaat bagi masyarakat dimana syarat dan prosedurnya sangat mudah dan bunga pinjaman sangat kecil. Masalah yang dihadapi oleh PTPN II adalah banyaknya Mitra Binaan yang tidak melunasi pinjaman tepat waktu yaitu 56,67 % dar 30 Mitra Binaan.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia telah menunjukkan hasil nyata bagi kemajuan dan kesejahteraan rakyat. Selain itu akivitas dan keberhasilan pembangunan juga membawa dampak pada terjadinya kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat. Kesenjangan ini merupakan akses dari pembangunan ekonomi yang bertumpu pada mengejar pertumbuhan yang tinggi, dan kurang memperhatikan aspek pemerataan. Kondisi ini sering menjadi pemicu timbulnya kecemburuan sosial yang dapat menggangu kesinambungan pembangunan (Hafsah, 2000).

Usaha kecil, koperasi dan sektor informal merupakan salah satu wahana bagi upaya perluasan kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan sebagian besar masyarakat Indonesia. Permasalahan yang seringkali menjadi penghambat usaha kecil, koperasi dan sektor informal lainnya adalah sulitnya melaksanakan pengembangan diri yang berdampak terhadap akses usaha dalam memperoleh bantuan atau kredit dari perbankan.

Sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi atau mempersempit terjadinya kesenjangan sosial dan masalah-masalah tersebut, maka dilakukan pengembangan kemitraan usaha antara pengusaha besar (kuat) dengan pengusaha kecil (lemah). Kemitraan ini diharapkan dapat memacu dan memicu pertumbuhan ekonomi sekaligus mendorong pemerataan kesejahteraan, penyerapan tenaga kerja, pendapatan masyarakat, dan pertumbuhan regional wilayah (Hafsah, 2000).

Manusia yang terdiri dari pihak pengusaha, pemerintah, dan petani/masyarakat merupakan unsur terpenting didalam mewujudkan kelanjutan


(14)

dari program kemitraan tersebut. Kelembagaan pengawasan juga diperlukan untuk mengawasi jalannya kemitraan dari pemerintah dan pengusaha sehingga tidak merugikan kaum petani. Pihak pemerintah juga bisa berfungsi sebagai pengawas dan perantara jalannya proses kemitraan antara pengusaha dan petani/ masyarakat, walaupun dalam kenyataannya lembaga pengawasan ini sulit untuk didapatkan (Sumardjo, dkk. 2004).

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu manfaat bersama ataupun keuntungan bersama tertentu untuk meraih sesuatu sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling mengisi sesuai kesepakatan yang muncul (Mutual). Kemitraan yang ingin diwujudkan dengan misi utamanya adalah membantu memecahkan masalah ketimpangan dalam kesempatan berusaha, ketimpangan pendapatan, ketimpangan antar wilayah, ketimpangan kota dan desa. Kemitraan yang dibangun atas landasan saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan fungsi dan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan dan proporsi yang dimiliki oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam kemitraan tersebut. (Hafsah, 2000).

Usaha kecil dan koperasi yang merupakan bagian terbesar sekaligus pilar penopang utama dari perekonomian nasional harus diberikan peluang dan peran yang lebih besar agar menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Permasalahan mendasar yang ada pada usaha kecil dan koperasi adalah kurangnya kemampuan manajemen dan profesionalisme serta terbatasnya akses terhadap permodalan teknologi terutama jaringan pemasaran. Untuk mengatasi hal ini program kemitraan diharapkan dapat secara cepat bersimbiosis mutualistik sehingga


(15)

kekurangan dan keterbatasan pengusaha kecil dapat teratasi serta mengurangi masalah pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat. (Hafsah,2000)

Oleh karena itu diperlukan adanya suatu badan yang berfungsi sebagai pembantu dan bersifat sebagai pembina. Dimana badan tersebut dapat berasal dari perusahaan-perusahaan yang telah maju dan berkembang pesat serta dapat melakukan tanggung jawab sosialnya masing-masing, dalam hal ini perusahaan tersebut adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan salah satu tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

Pembinaan usaha kecil oleh BUMN dilaksanakan sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero). Pada saat itu, biaya pembinaan usaha kecil dibebankan sebagai biaya perusahaan. Dengan terbitnya keputusan Menteri Keuangan No.:1232/KMK.013/1989 tanggal 11 Nopember 1989 tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui Badan Usaha Milik Negara, dana pembinaan disediakan dari penyisihan sebagian laba sebesar 1%-5% dari laba setelah pajak. Pada Tahun 1994, nama program diubah menjadi Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (Program PUKK) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.:316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara (Anonimous, 2007).

Memperhatikan perkembangan ekonomi dan kebutuhan masyarakat, pedoman pembinaan usaha kecil tersebut beberapa kali mengalami penyesuaian,


(16)

yaitu melalui Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan Pembina BUMN No.:Kep-216/M-PBUMN/1999 tanggal 28 September 1999 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN, Keputusan Menteri BUMN No.:Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, dan terakhir melalui Peraturan Menteri Negara BUMN No.: Per-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (Anonimous, 2007).

Menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, BUMN merupakan perusahaan perseroan yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Dan program kemitraan BUMN dengan usaha kecil adalah program yang dibuat untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

Salah satu contoh BUMN yang melaksanakan program kemitraan adalah BUMN PT. Perkebunan Nusantara (PERSERO) yang selanjutnya disebut PTPN. PTP Nusantara II merupakan salah satu BUMN di Sumatera Utara yang konsisten dalam menjalankan Program Kemitraan terhadap usaha kecil masyarakat, dimana program tersebut berada di bawah naungan bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan yang terletak di kantor Direksi Pusat, dimana UKM-UKM yang diberi bantuan dana pinjaman dan dibina disebut sebagai Mitra Binaan.


(17)

Dana pinjaman Program Kemitraan yang diterima Mitra Binaan dikenakan jasa administrasi sebesar 6% (enam persen) dari limit pinjaman. Dimana dana pinjaman tersebut merupakan ruang lingkup dari Program Kemitraan PTPN II yang digunakan sebagai :

 Modal kerja atau dana kegiatan usaha mitra binaan yang bersifat pinjaman tambahan dan berjangka pendek.

 Pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produkstivitas Mitra Binaan serta untuk penelitian yang berkaitan dengan Program Kemitraan.

(Bag. PKBL BUMN PTPN II, 2009).

Adapun jumlah Mitra Binaan dan jumlah penyaluran dana Program Kemitraan yang telah disalurkan oleh bagian PKBL kepada daerah-daerah yang telah menjadi anggota Mitra Binaan adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah mitra binaan dan tingkat penyaluran dana Program Kemitraan kepada Mitra menurut wilayah s/d triwulan III 2008

Wilayah Jumlah Mitra

Binaan

Jumlah Penyaluran Dana (Rp.)

Deli Serdang 253 4.788.787.125

Langkat 160 2.968.533.212

Binjai 174 1.704.850.000

Medan 35 595.840.000

Karo 44 624.043.750

Dairi 48 531.421.500

Toba Samosir 7 149.500.000

Tapanuli Utara 26 572.472.000

Tapanuli Selatan 14 532.094.932

Mandailing Natal 10 167.500.000

Riau 16 37.322.380

Irian Jaya 1 47.407.500

NTB 1 410.000.000

Total 789 13.129.772.399


(18)

Dari tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa penyaluran dana yang telah disalurkan oleh bagian PKBL PTPN II kepada 789 Mitra Binaan adalah sejumlah Rp. 13.129.772.399,- . Dimana jumlah Mitra Binaan terbesar berada pada wilayah Kabupaten Deli Serdang yaitu sebanyak 253 Mitra Binaan dengan jumlah penyaluran dana sebesar Rp. 4.788.787.125,-.

Selain program kemitraan, ada juga program Bina Lingkungan, dimana Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan sosial masyarakat oleh perusahaan melalui pemanfaatan dana dari bagian laba PTPN II. Dan ruang lingkup Program Bina Lingkungan ini adalah berupa bantuan seperti : untuk korban bencana alam, pendidikan/pelatihan, peningkatan kesehatan, perbaikan/pengembangan sarana/prasarana ibadah dan umum, pelestarian alam.

Pembinaan Usaha Kecil yang dilakukan BUMN tidak terlepas dari beberapa peraturan perundang-undangan lainnya, yaitu :

 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998, pasal 16 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil.

 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003, pasal 2 dan pasal 88 ayat 1 tentang BUMN.

 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, pasal 74 ayat (1) tentang Perseroan terbatas.

 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, pasal 21 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.


(19)

Identifikasi Masalah

Masalah merupakan pokok dari suatu kegiatan penelitian. Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan yaitu :

1. Apakah sistem pemberian bantuan dana program kemitraan PTPN II kepada calon mitra binaan sesuai dengan prosedur yang di tetapkan oleh BUMN ? 2. Bagaimana perbedaan pendapatan Mitra Binaan sebelum dan

sesudah menerima bantuan dana Program Kemitraan PTPN II ? 3. Bagaimana tingkat pengembalian pinjaman dari Mitra Binaan kepada

bagian Program kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN II ? 4. Apakah Program Kemitraan BUMN PTPN II telah berhasil?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi prosedur pemberian bantuan dana program kemitraan PTPN II kepada calon Mitra Binaan.

2. Untuk mengidentifikasi perbedaan pendapatan Mitra Binaan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana Program Kemitraan.

3. Untuk mengidentifikasi penggolongan pengembalian pinjaman dari Mitra Binaan kepada bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN II.

4. Untuk mengidentifikasi keberhasilan Program Kemitraan BUMN PTPN II.


(20)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pihak Badan Usaha Milik Negara PT. Perkebunan Nusantara II (PERSERO) bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan.

2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pihak calon Mitra Binaan. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan. 4. Sebagai salah satu syarat dalam penulisan tugas akhir studi di Fakultas


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka

Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Dalam konteks ini pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan tersebut harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami bersama dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Komposisi kemitraan itu sangat bervariasi, tetapi merupakan representasi pelaku ekonomi seperti produsen, pedagang, eksportir, pengolah, pemerintah daerah/pusat, perguruan tinggi, lembaga riset lain, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya (Haeruman, 2001)

Kemitraan bukan sebuah pengaturan resmi berdasarkan kontrak. Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Kemitraan menggantikan hubungan pembeli atau pemasok teradisional dengan suatu derajat kerjasama dan saling percaya serta memanfaatkan keahlian setiap mitra usaha guna memperbaiki persaingan secara keseluruhan (Linton, 1997).

Kemitraan menyediakan banyak manfaat dan kegunaan dari fungsinya yaitu sebagai berikut:

1. Membangun hubungan jangka panjang. 2. Memperbaiki kinerja bisnis jangka panjang. 3. Perencanaan produk yang difokuskan. 4. Kesadaran pelanggan ditingkatkan.


(22)

5. Membuka saluran – saluran penjualan. 6. Mengendalikan biaya – biaya penjualan. (Linton, 1997)

Program kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada dasarnya merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) BUMN kepada masyarakat. Secara umum, PKBL diwujudkan dengan upaya-upaya untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Aktivitas PKBL merupakan wujud nyata dari program penanggulangan dan pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh pemerintah, dimana masyarakat miskin merupakan sasaran utamanya (Anonimous, 2009).

Untuk memperkokoh komitmen dalam tanggung jawab sosial ini perusahaan memang perlu memiliki pandangan bahwa CSR adalah investasi masa depan. Artinya CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya (cost centre),

melainkan sentra laba (Profit centre) di masa mendatang. Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik, timbal baliknya masyarakat juga akan ikut menjaga eksistensi perusahaan (Wibisono, 2007).

Konsep CSR (Corporate Social Responsibility) sebenarnya adalah sebuah konsep manajemen yang menggunakan pendekatan ”Tripple bottom line” yaitu keseimbangan antara mencetak keuntungan, harus seiring dan berjalan selaras dengan fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup demi terwujudnya pembangunan yang sustainable (Berkelanjutan) (Ambadar, 2008).


(23)

Istilah Tiripple Bottom Line dipopulerkan oleh John Elkington pada tahun 1997 dimana Elkington berpendapat bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan haruslah memperhatikan ”3P” yaitu :

 Profit (keuntungan) merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha

 Masyarakat (People) merupakan salah satu stakeholder yang penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi keberadaan atau kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan, dimana perusahaan harus berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat.

 Lingkungan (Planet) adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan manusia

(Wibisono, 2007)

Hubungan ini kemudian diilustrasikan dalam bentuk segitiga sebagai berikut :

Sosial (People)

Lingkungan Ekonomi (Planet) (Profit)

Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi financialnya saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya artinya selain mengejar profit perusahaan juga memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (People)


(24)

dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (Planet)

(Wibisono, 2007).

PKBL sebagai upaya penanggulangan kemiskinan seyogyanya ditujukan untuk the poorest yaitu untuk mengurangi beban masyarakat miskin dan

economically active poor yaitu untuk meningkatkan produktivitas dan kemudian pendapatannya. Program Kemitraan terhadap usaha kecil masyarakat dan Bina Lingkungan merupakan salah satu program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN (Anonimous, 2009).

Usaha kecil dan menengah merupakan salah satu pendorong kekuatan terdepan dan pembangunan ekonomi. Gerak sektor UKM amat vital untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan. UKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arah permintaan pasar. Mereka juga menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan sektor usaha lainnya, dan mereka juga cukup terdiversifikasi dan memberikan kontribusi penting dalam ekspor dan perdagangan.

Keikutsertaan sektor swasta dan wakil dari masyarakat sangat berperan dalam meningkatkan dinamika suatu kemitraan dan kecenderungan di dunia usaha sekarang bahkan kepada pembangunan usaha yang semakin besar, tetapi kepada unit usaha kecil atau menengah dan independen sehingga menjadi lincah dan cepat tanggap dalam menghadapi perkembangan dan perubahan yang cepat dipasar (Anonimous, 2009).

Usaha kecil yang menerima pinjaman modal untuk pengembangan usahanya dari dana program kemitraan disebut Mitra Binaan yang merupakan


(25)

kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil serta memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

 Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 200.000.000.- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan maksimal Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

 Milik warga Negara Indonesia.

 Berdiri sendiri, tidak merupakan anak atau cabang perusahaan yang dimiliki serta berafiliasi baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar.

 Pembentukan usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.

 Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun

 Belum mempunyai persyaratan perbankan (non bankeble)

(Bag. PKBL PTPN II, 2009)

Program Kemitraan BUMN tersebut tidak hanya berupa pemberian pinjaman tetapi juga pembinaan dimana masyarakat dibina agar bisa mandiri dan memiliki pola pikir yang maju untuk mengembangkan usaha kecilnya. Adapun pola pembinaan yang dilakukan terhadap usaha kecil masyarakat adalah :

1. Pola pembinaan Langsung yang terdiri dari :

 Pola Pembinaan Murni dimana pengusaha kecil diberi pinjaman modal untuk biaya modal kerja atau investasi dalam rangka untuk meningkatkan usahanya.

 Pola Inkubator, dimana perusahaan memberikan tempat untuk lokasi kerja dan pelatihan, pembekalan teknis produksi, manajerial dan


(26)

pemasaran secara intensif kepada pengusaha kecil pemula agar mampu menciptakan pendapatan melalui kegiatan produktif selama waktu yang ditentukan.

 Pola kemitraan, dimana perusahaan bekerja sama dengan instansi/lembaga/koperasi yang dapat menampung hasil produksi pengusaha kecil sekaligus sebagai penjamin terhadap pinjaman yang diberikan oleh perusahaan kepada pengusaha kecil dengan prinsip saling menguntungkan

2. Pola kerjasama antara BUMN pembina dengan BUMN pembina lainnya, misalnya dengan membentuk konsorsium. Program ini merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan dua atau lebih BUMN dalam melaksanakan pembinaan terhadap mitra binaan usaha kecil, mikro secara bersama-sama. 3. Pola Satuan Kerja, dimana BUMN bekerjasama dengan pihak Pemerintah

Kabupaten/Kota dengan membentuk satuan kerja., dan pihak Pemerintah Kabupaten/Kota sekaligus bertindak sebagai affalis.

4. Pola Kerjasama dengan Lembaga Keuangan/Perbankan, yaitu dengan memanfaatkan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang akan dipergunakan oleh pihak perbankan untuk menjamin kredit yang akan disalurkan oleh pihak Perbankan.

(Anonimous, 2009)

Kualitas pinjaman dana program Kemitraan dinilai berdasarkan pada ketepatan waktu pembayaran kembali pokok dan jasa administrasi pinjaman Mitra Binaan. Dalam hal ini Mitra Binaan hanya membayar sebagian angsuran, maka pembayaran tersebut terlebih dahulu diperhitungkan untuk pembayaran jasa


(27)

administrasi dan sisanya bila ada untuk pembayaran pokok pinjaman. Adapun penggolongan kualitas pinjaman yang ditetapkan oleh kementrian BUMN adalah ebagai berikut

 Lancar : Pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi tepat waktu dan selambat-lambatnya 30 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.

 Kurang lancar : Terjadi keterlambatan dalam pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman yang telah melewati 30 hari dan belum melampaui 180 hari dari tanggal yang telah disetujui bersama.

 Diragukan : Terjadi keterlambatan dalam pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman yang telah melewati 180 hari dan belum melampaui 270 hari dari tanggal yang telah disetujui.

 Macet : Terjadi keterlambatan dalam pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman yang telah melewati 270 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran sesuai dengan kesepakatan bersama.

(Anonimous, 2007)

Landasan Teori

Kata evaluasi dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sebagai padanan dari ”Penilaian” yaitu suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai suatu obyek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang sedang diamati (Mardikanto, 1993).

Evaluasi merupakan suatu proses meyakinkan keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis informasi sehingga dapat


(28)

melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif (Tayibnapis, 2000).

Tujuan evaluasi bisa bermacam-macam, yaitu sebagai pekerjaan rutin, atau tanggung jawab rutin, untuk membantu pekerjaan manajer dan karyawan dengan tujuan yang lebih banyak, dan informasi yang lebih lengkap dari yang sudah ada, atau memberikan informasi untuk tim pembina atau penasihat, untuk klien, untuk direktur dan pemberi dana atau sponsor (Tayibnapis, 2000).

Evaluasi program merupakan evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji kembali draft/usulan program yang sudah dirumuskan sebelum program itu dilaksanakan. Selain evaluasi tentang bagaimana proses perumusan program juga dievaluasi tentang semua unsur program, yang menyangkut pengumpulan informasi (data, fakta), analisis keadaan, perumusan masalah, tujuan, dan cara-cara mencapai tujuan yang menyangkut : kegiatan yang akan dilaksanakan, metoda yang diterapkan, sasaran kegiatan, volume kegiatan, tempat/lokasi dan waktu pelaksanaan kegiatan, serta jumlah dan sumber dana yang akan dipergunakan. Menurut Rossi, kegiatan evaluasi sangat penting terhadap:

 Siapa (kelompok) sasaran program, dimana lokasinya, dan bagaimana spesifikasi kelompok sasaran program tersebut?

 Apa metoda terbaik yang akan diterapkan, demi tercapainya tujuan yang diinginkan?

 Apakah program tersebut benar-benar konsisten dengan tujuan yang diinginkan?

 Seberapa jauh peluang keberhasilan program yang akan dilaksanakan itu? (Mardikanto, 1993)


(29)

PTPN II merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang Agrobisnis perkebunan dengan mengelola kebun kelapa sawit, karet, kakao, tembakau dan tebu serta kegiatan rumah sakit dan pabrik fraksionasi. Perusahaan ini juga mengembangkan Perkebunan Kelapa Sawit dengan pola PIR dan Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA). PTPN II ini bertujuan untuk melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya disektor pertanian dalam arti yang seluas-luasnya, berdasarkan kepada azaz :

- Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang perkebunan bagi pendapatan nasional.

- Memperluas lapangan kerja.

- Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air, serta kesuburan tanah.

(Anonimous, 2007)

Secara konseptual, kemitraan mengandung makna adanya kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan. Prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan harus diperhatikan dalam konsep tersebut (Sumardjo, dkk. 2004)

Kerangka pemikiran

Dalam Peraturan Bersama Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia dan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : KEP-18 /MBU/2005 NOMOR :


(30)

02/SKB/M.KUMK/IV/2005 menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan tanggung jawab sosial setiap BUMN perlu ikut serta bertanggung jawab dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya di bidang perekonomian, dengan meningkatkan lapangan pekerjaan, peningkatan pendanaan usaha mikro, kecil dan koperasi di seluruh daerah.

Maka pada tahun 2007 dikeluarkan peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 tentang program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan Bina Lingkungan. Tumbuh dan berkembangnya usaha kecil dan menengah masyarakat adalah cerminan dari perkembangan ekonomi dari masyarakat. Dimana masyarakat mulai memikirkan cara untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan mulai memperbaiki taraf hidupnya dengan cara meningkatkan pendapatan.

Perkembangan mitra binaan dapat dilihat dari perkembangan tingkat pendapatannya sebelum dan sesudah menerima bantuan dana dan pembinaan. Berkembangnya tingkat pendapatan dari mitra binaan biasanya dilihat dari kemajuan usaha yang dijalankan oleh mitra binaan dan kelancarannya dalam pembayaran pinjaman setiap bulannya kepada pihak BUMN. Dalam tingkat penggolongan pengembalian pinjaman sering terlihat ketidaksesuaian antara pengembalian dana bantuan dan dana bantuan yang diberikan, selain itu pengembalian jumlah pinjaman juga tidak sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.

Untuk mengetahui apakah tujuan dan rencana program yang dilaksanakan oleh PKBL BUMN sesuai atau tidak, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap BUMN PTPN II. Selain itu dari hasil evaluasi tersebut juga akan diketahui apakah


(31)

program tersebut sudah berhasil atau tidak yaitu dengan melihat bagaimana hubungan yang terjalin antara BUMN PTPN II dengan mitra binaan dan melihat bagaimana tingkat pengembalian pinjaman Mitra Binaan apakah lancar, kurang lancar, diragukan dan macet.

Adapun skema kerangka pemikiran adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran

Keterangan :

Menyatakan saling/ Kemitraan Menyatakan Pengaruh

Hipotesis Penelitian

1. Sistem pemberian bantuan dana Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara PTPN II (PERSERO) kepada calon Mitra Binaan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

Pendapatan (Rp.) BUMN

(PTPN II)

Bantuan Dana/Pinjaman

Penggolongan Pengembalian Kualitas Pinjaman

UKM (Mitra Binaan)

Lancar Kurang Lancar,

Diragukan, dan Macet


(32)

2. Ada perbedaan pendapatan Mitra Binaan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana Program Kemitraan PTPN II.

3. Tingkat pengembalian pinjaman dari Mitra Binaan kepada bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PTPN II adalah lancar.

4. Program Kemitraan BUMN yang dilaksanakan berhasil

METODE PENELITIAN


(33)

Daerah penelitian ditetapkan secara Purposive (sengaja) di PTPN II Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan peneliti memilih perusahaan PTPN II tersebut adalah karena PTPN II merupakan salah satu BUMN yang konsisten dalam menjalankan Program Kemitraan terhadap usaha kecil masyarakat, walaupun perusahaan tersebut sedang dalam masa krisis keuntungan dan program tersebut berada di bawah naungan bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan yang terletak di kantor Direksi Pusat.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang melakukan mitra usaha dengan PTPN II, dimana PTPN II memberikan bantuan dana/pinjaman kepada masyarakat untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah masyarakat. Menurut Wirartha (2006) untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik, ukuran sampel paling kecil adalah 30. Oleh karena itu penulis mengambil 30 dari 253 Mitra Binaan pengusaha kecil di Kabupaten Deli Serdang, yang dilakukan secara ”simple random sampling” .

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada responden melalui survei dan daftar kuisioner yang telah disiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari lembaga instansi yang terkait secara literatur yang berhubungan dengan penelitian yaitu bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PTPN II.


(34)

Metode Analisis Data

Hipotesis (1), dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan bagaimana prosedur pemberian bantuan dana BUMN dari PTPN II kepada calon mitra binaan.

Hipotesis (2), dianalisis dengan menggunakan Uji Paired Sample T Test

(Uji t berpasangan) yaitu uji beda dengan pengukuran yang dilakukan sebelum dan setelah intervensi pada subjek yang sama dan digunakan untuk mengukur apakah intervensi tersebut mempunyai pengaruh atau tidak. Dalam hal ini yang menjadi subjeknya adalah tingkat pendapatan mitra binaan sebelum dan sesudah menerima bantuan pinjaman. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

t = B

S B

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan mean dari pre test dan post test, terlebih dahulu dibuat estimasi standar error perbedaan antara kedua mean

tersebut, yang estimasi dari :

SB =

1) -(n n

d2

sedangkan:

_ Σd2 = Σ(B

- B)2 = ΣB2 - (ΣB)2 n


(35)

dimana:

t = hasil nilai uji-t

B = beda antara pengamatan tiap pasang _

B = mean dari beda pengamatan

d = Selisih antara beda dan mean pengamatan tiap pasang SB = standar error dua mean yang berhubungan

(Nazir, 2003) Keterangan :

H0 = Tidak ada perbedaan pendapatan mitra binaan sebelum dan

sesudah menjadi mitra binaan PTPN II

H1 = Ada perbedaan pendapatan mitra binaan sebelum dan sesudah

menjadi mitra binaan PTPN II Jika :

 t ≤ ttab = H0 diterima dan H1 ditolak berarti tidak ada

 t > ttab = H1 diterima dan H0 ditolak berarti

perbedaan pendapatan Mitra Binaan sebelum dan sesudah menjadi mitra binaan PTPN II

Ada

Hipotesis (3) dan (4), dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan tabulasi sederhana antara jumlah bantuan dana yang diberikan, dengan jumlah bantuan dana yang telah dikembalikan dan jumlah bulan pengembalian serta bentuk presentasenya untuk melihat tingkat penggolongan pengembalian pinjaman. Tingkat keberhasilan BUMN PTPN II dalam melaksanakan Program Kemitraan terhadap Usaha Kecil Masyarakat dapat dilihat dari bagaimana

perbedaan pendapatan Mitra Binaan sebelum dan sesudah menjadi mitra binaan PTPN II


(36)

hubungan yang terjalin antara BUMN PTPN II dengan mitra binaan dan melihat bagaimana perkembangan pendapatan dan pengembalian pinjaman Mitra Binaan.

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak dari kegiatan dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan.

2. Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.

3. Program adalah segala sesuatu yang dilakukan dengan harapan akan memberikan hasil atau pengaruh.

4. Evaluasi program merupakan evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji kembali draft/usulan program yang sudah dirumuskan sebelum program itu dilaksanakan.

5. BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebahagian modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang bersal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

6. Sektor Informal adalah kegiatan usaha yang tidak terorganisasi secara baik karena usaha tersebut timbul tanpa menggunakan fasilitas atau


(37)

kelembagaan yang tersedia secara formal (usaha yang berdiri sendiri atas modal tabungan sendiri)

7. Usaha kecil dan menengah adalah kegiatan ekonomi yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hadil penjualan tahunan serta kepemilikan usaha tidak lebih besar dari Rp. 200.000.000,-

8. Mitra Binaan adalah masyarakat yang memiliki usaha kecil dan menengah (UKM) yang mendapatkan pinjaman dari bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN.

9. Penggolongan tingkat pengembalian pinjaman dari mitra binaan ke bagian Program Kemitraan BUMN di PTPN II yaitu :

 Lancar : pengembalian ≤ 30 hari setiap bulannya

 Kurang lancar : pengembalian melebihi batas pembayaran 30-180 hari

 Diragukan : pengembalian melebihi batas pembayaran 180-270 hari

 Macet : pengembalian ≥ 270 hari (tunggakan > 9 bulan)

Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah di PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa. 2. Waktu penelitian tahun 2009.

3. Sampel adalah Mitra Binaan PTPN II yang sedang mengikuti Program Kemitraan pada tahun 2007-2008 dan jumlah sampel dalam penelitian adalah sebanyak 30 sampel.

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

SAMPEL


(38)

Deskripsi Daerah Penelitian

1. Letak dan Keadaan Geografis

Deli Serdang Merupakan salah satu kabupaten yang berada dikawasan Pantai timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada pada 2°57’’ Lintang Utara 3°16’’ Lintang Selatan dan 98°33’’ - 99°27” Bujur Timur dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Kabupaten Deli Serdang menempati area seluas 2.497,72 Km2 yang terdiri dari 22 kecamatan dan

394 Desa/ Kelurahan Definitif. Adapun batas-batas wilayah dari Kabupaten Deli Serdang ini adalah :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun - Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten

Karo

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Badagai

2. Iklim

Kabupaten Deli Serdang memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan . Menurut catatan stasiun Klimatologi Sampali, pada tahun 2008 terdapat 16 rata-rata hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak rata-rata 176 mm. Curah hujan paling terbesar terjadi pada bulan Oktober yaitu 439 mm dengan hari hujan sebanyak 20 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan februari sebesar 15 mm dengan hari hujan 5 hari.


(39)

3. Pemerintahan

Administrasi pemerintahan di Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22 kecamatan dan 394 desa/kelurahan yang terdiri dari 78 desa Swakarya mula, 6 Swakarya Madya, 285 desa Swasembada mula dan 25 desa Swasembada Madya yang seluruhnya telah definitif.

4. Keadaan Penduduk

Jumlah Penduduk Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2008 adalah sebesar 1.738.431 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 696 jiwa per km² dengan rincian seperti dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2. Jumlah penduduk dewasa dan anak-anak menurut jenis kelamin pada tahun 2008

Penduduk Usia (Tahun) Laki-laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Persentase (%)

Dewasa 15-64 keatas 569.401 580.995 66,18

Anak anak 0-14 300.888 287.147 33,82

Jumlah 870.289 868.142 100

Total (Laki-laki+Perempuan) 1.738.431

Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Deli Serdang, 2008

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Sedangkan bila dilihat dari kelompok umur, persentase jumlah penduduk usia 15-64 tahun keatas lebih besar dari pada penduduk anak-anak usia 0-14 tahun.

5. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah modal geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan


(40)

berlangsungnya proses demografi. Bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Pada kondisi 2008, di kabupaten Deli Serdang terdapat 767,70 ribu penduduk angkatan kerja dimana sekitar 84,14 persen dari mereka telah bekerja dan sebagian dari mereka tidak bekerja 15, 86 persen. Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun.

Profil Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara II ( Persero ) 1. Status Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara II merupakan salah salah satu perusahaan BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan terhadap Usaha Kecil Masyarakat. Dimana Program kemitraan tersebut berada di bawah naungan bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang terletak di kantor Direksi Pusat Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

PT Perkebunan Nusantara II (Persero), disingkat PTPN II, dibentuk berdasarkan PP No. 7 Tahun 1996, tanggal 14 Pebruari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan kebun-kebun di Wilayah Sumatera Utara dari eks PTPN II dan PTPN IX. PTPN II mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao, gula dan tembakau dengan areal seluas 9.8701 hektar seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. Komoditi yang diusahakan PT.Perkebunan Nusantara II Komoditi yang diusahakan Luas lahan (Ha)


(41)

Karet 11.265

Kakao 7.370

Tebu 16.046

Tembakao 2.443

Jumlah 9.8701

Sumber : Anonimous, 2007

Tanaman tebu lahan kering yang ditanam pada areal seluas 16.046 ha, terdiri dari tebu sendiri (TS) 14.474 ha dan tebu rakyat (TR) 1.572 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri + inti tersebut, PTPN II juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 25.250 ha untuk tanaman kelapa sawit.

2. Visi Perusahaan

Adapun Visi dari PTPN II ini adalah turut melaksanakan dan menopang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional umumnya. Khusus di sub sektor perkebunan dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.

3. Misi Perusahaan

 Profitisasi melalui pendayagunaan, pengelolaan perusahaan di bidang perkebunan, dengan mengusahakan lima budidaya komoditi unggulan yakni kelapa sawit, karet, kakao, tembakau dan tebu secara efisien, ekonomis sehingga dapat mencapai produk yang memenuhi standard kualitas yang dibutuhkan oleh konsumen, serta melakukan diversifikasi usaha yang dapat mendukung kinerja perusahaan.


(42)

 Pengelolaan produksi yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang berwawasan lingkungan, memiliki daya saing yang kuat, serta meningkatkan kemitraan dengan petani untuk memenuhi pasar dalam dan luar negeri guna kelangsungan usaha dalam mendukung pertanian perkebunan.

4. Maksud dan tujuan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI. Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero) tertanggal 17 Januari 1998 pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa maksud dan tujuan pendirian perusahaan adalah :

o Untuk menyediakan barang dan jasa yang bermutu tinggi serta berdaya saing kuat terhadap pasar dalam negeri maupun pasa luar negeri. o Memupuk keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.

Karakteristik Mitra Binaan Sampel

Karakteristik Mitra Binaan Sampel dalam penelitian ini dapat dideskripsikan oleh usia Mitra Binaan, pendidikan terakhir Mitra Binaan, jumlah tangggungan Mitra Binaan, dan pengalaman berwirausaha dari Mitra Binaan. Karakteristik Mitra Binaan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4. Karakteristik Mitra Binaan sampel di Kabupaten Deli Serdang tahun 2009

Karakteristik Satuan Keterangan

Tertinggi Terendah Rataan


(43)

Pendidikan Tahun 17 6 11,53

Jumlah Tanggungan Jiwa 5 0 2,90

Pengalaman Berwirausaha

Tahun 26 2 10,03

Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 1

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rataan usia dari Mitra Binaan yang ada di daerah penelitian adalah 43,63 atau sekitar 44 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Mitra Binaan di daerah penelitian tergolong usia produktif (15-54 tahun) dan memiliki potensi dan peluang untuk mengembangkan UKM yang dikelola.

Rataan pendidikan Mitra binaan di daerah penelitian sudah baik yaitu sebesar 11,53 atau sekitar 12 tahun atau setingkat SMU. Hal ini dapat menjadi penunjang dalam mengembangkan UKM yang dimiliki agar lebih inovatif dalam mengelola UKM.

Rataan jumlah tanggungan Mitra Binaan sebanyak 2,90 atau 3 jiwa dan kebanyakan jumlah tanggungan masih usia non-produktif sehingga belum dimanfaatkan untuk membantu mengelola UKM yang dimiliki.

Pengalaman berwirausaha dari Mitra Binaan cukup lama. Rataan pengalaman berwirausaha selama 10,03 atau sekitar 10 tahun. Lamanya pengalaman berwirausaha berpengaruh pada manajemen pengelolaan UKM, sehingga dapat membantu peningkatan pendapatannya.

Tabel 5. Persentase wirausaha sebagai mata pencaharian Mitra Binaan PTPN II Wirausaha sebagai mata

pencaharian

Mitra binaan (Unit usaha)

Persentase ( %)


(44)

Sampingan 4 13,33

Jumlah 30 100

Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 26 (86,67%) Mitra Binaan dari 30 Mitra Binaan yang menjadikan wirausaha sebagai mata pencaharian utama, sedangkan 4 (13,33%) Mitra Binaan lainnya hanya sebagai mata pencaharian sampingan, disamping mata pencaharian utamanya. Ini mengidentifikasikan bahwa wirausaha dapat menjadi salah satu mata pencaharian utama disamping pekerjaan lain yang ada.


(45)

Prosedur Pemberian Bantuan Dana Program Kemitraan BUMN PTPN II Kepada Calon Mitra Binaan

Dalam pemberian bantuan dana Program Kemitraan BUMN, PTPN II memiliki beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dan dipenuhi oleh calon Mitra Binaan PTPN II.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 sampel Mitra Binaan PTPN II diketahui bahwa 30 Sampel Mitra Binaan tersebut telah melengkapi persyaratan Administrasi (seperti proposal kegiatan usaha, fotocopy KTP, fotocopy Kartu keluarga, pas photo, fotocopy surat izin usaha, dan surat keterangan Kepala Desa dan tetangga, foto tempat usaha, fotocopy agunan, serta nomor rekening Bank).

Selain itu, 30 sampel Mitra Binaan tersebut juga mengajukan proposal kegiatan usahanya ke Direksi PTPN II dengan tujuan bagian umum Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PTPN II. Dimana proposal tersebut berisi tentang jenis usaha, kegiatan usaha, pembiayaan dan keuangan usaha, hasil serta penyerapan tenaga kerja, jumlah anggota (khusus koperasi), besar pinjaman dan penggunaan dari pinjaman Mitra Binaan. Kemudian Proposal Mitra Binaan tersebut dikirim Direksi PTPN II ke Kepala Bagian PKBL dan disampaikan kepada Kepala Urusan PKBL.

Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh bahwa Asisten kepala urusan PKBL bagian Administrasi Keuangan dan Umum telah melakukan evaluasi dan seleksi terhadap seluruh (30 sampel) proposal kegiatan usaha Mitra Binaan tersebut.

Kemudian, Bagian PKBL PTPN II melakukan survey (tinjauan langsung) kelapangan untuk melihat kondisi usaha 30 sampel Mitra Binaan yang


(46)

sebenarnya. Hasil survey lapangan tersebut disampaikan ke kantor direksi Bagian SDM dan kemudian dan akan dikembalikan ke bagian umum PKBL.

Besarnya bantuan pinjaman yang diberikan berdasarkan seleksi dan evaluasi proposal usaha yang diberikan apabila usaha memiliki prospek usaha yang baik dan jelas maka akan diberikan bantuan pinjaman yang sesuai dengan besarnya pinjaman yang ada di proposal. Apabila usaha memiliki potensi berkembang, maka diberikan bantuan pinjaman yang sesuai dengan potensi usaha tersebut. Tidak harus sesuai dengan besarnya pinjaman seperti yang ada di proposal, dan usaha yang tidak layak tidak diberi pinjaman.

Dari hasil penelitian terhadap 30 Sampel Mitra Binaan PTPN II juga diperoleh bahwa jumlah pinjaman yang diterima oleh Mitra Binaan tidak semuanya sesuai dengan jumlah Pinjaman yang diajukan oleh Mitra Binaan. Dari Lampiran 4 dapat dilihat bahwa hanya 8 dari 30 Mitra Binaan yang menerima pinjaman sesuai dengan jumlah pinjaman yang diajukan dan 22 Mitra Binaan lainnya menerima pinjaman tidak sesuai dengan jumlah pinjaman yang diajukan. Hal ini karena terbatasnya dana PTPN II untuk melaksanakan Program Kemitraan BUMN dan kurang sesuainya jumlah pinjaman yang diajukan Mitra Binaan dengan kondisi usahanya.

Pemberian pinjaman kepada Mitra Binaan akan dituangkan dalam surat perjanjian atau kontrak yang sekurang-kurangnya memuat :

1) Nama dan alamat PTPN II serta nama dan alamat Mitra Binaan 2) Hak dan kewajiban Program Kemitraan PTPN II dan Mitra Binaan 3) Jumlah pinjaman dan peruntukannya


(47)

4) Syarat-syarat pinjaman (jangka waktu pengembalian pinjaman, jadwal angsuran pokok, dan jasa administrasi pinjaman, jaminan)

Besarnya jasa administrasi pinjaman dana Program Kemitraan per tahun sebesar 6% dari limit pinjaman atau ditetapkan oleh Menteri seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 pasal 12 ayat 2,3 dan 4 yaitu apabila pinjaman-pinjaman diberikan berdasarkan prinsip jual beli maka proyeksi marjin yang dihasilkan disetarakan dengan marjin sebesar 6% atau sesuai dengan penetapan Menteri. Apabila pinjaman diberikan berdasarkan prinsip bagi hasil, maka rasio bagi hasilnya bagi

PTPN II adalah mulai dari 10% ( 10 : 90 ) sampai dengan maksimal 50% (50:50). Namun dari 30 sampel Mitra Binaan yang diteliti tidak ada yang

menyelesaikan pinjaman dengan prinsip bagi hasil melainkan dengan menetapkan jasa administrasi sebesar 6% dari limit pinjaman.

Setelah pembuatan dan penandatangan kontrak/surat perjanjian, maka bagian PKBL memberikan pinjaman bantuan dana PKBL kepada Mitra yang bersangkutan melalui rekening bank yang telah ditetapkan pada proposal usaha, yang selanjutnya digunakan sebagai modal usaha.

Dengan diberikannya pinjaman dana tersebut maka Mitra Binaan PTPN II Tanjung Morawa wajib mengikuti serangkaian pelatihan dan Pameran untuk mengembangkan usahanya. Pelatihan tersebut diberikan oleh tenaga ahli dari bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN II, Dinas Koperasi Tingkat I, LPP, Cikal USU, Yayasan Srikandi, LSM yang berhubungan dengan Program Kemitraan dan para Mitra Binaan unggulan yang telah berhasil dalam mengembangkan usahanya.


(48)

Maka dapat disimpulkan bahwa sistem pemberian bantuan dana Program Kemitraan (dana pinjaman) dari bagian PKBL kepada Mitra Binaan adalah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh BUMN PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN II). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 1 diterima.

Perbedaan Pendapatan Mitra Binaan Sebelum dan Sesudah Menerima Bantuan Dana Program Kemitraan PTPN II

Pendapatan Mitra Binaan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana pinjaman dapat diketahui dengan cara mencari jumlah penerimaan dan menguranginya dengan jumlah total biaya. Berikut adalah data yang menyajikan rataan jumlah bantuan dana pinjaman, tingkat pendapatan sebelum menerima bantuan dana pinjaman dari Program Kemitraan PTPN II, dan tingkat pendapatan sesudah menerima bantuan dana pinjaman dari Program Kemitraan PTPN II. Tabel 6. Pendapatan per bulan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana

pinjaman

Uraian Satuan Keterangan

Tertinggi Terendah Rataan Pinjaman Pokok yang

diterima

Rp. 35.000.000 3.000.000 13.650.000 Pendapatan Sebelum Rp. 5.500.000 750.000 1.968.333 Pendapatan Sesudah Rp. 7.650.000 940.000 3.114.250 Selisih Pendapatan

Sebelum dan Sesudah

Rp. 3.650.000 40.000 1.145.916,67

Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 8

Berdasarkan Tabel 6. dapat dilihat bahwa rataan dari jumlah bantuan dana pinjaman yang diterima Mitra Binaan adalah Rp.13.650.000,- maka Mitra Binaan dapat meningkatkan rataan tingkat pendapatan perbulan sebesar Rp.4.407.448,-. Hal ini termasuk baik karena Mitra Binaan dapat meningkatkan pendapatannya


(49)

bantuan dana pinjaman dan dengan bantuan dana pinjaman tersebut Mitra Binaan juga dapat mengembangkan usahanya.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pendapatan rata-rata Mitra Binaan sebelum menerima bantuan dana pinjaman, adalah sebesar Rp. 1.968.333,- Sedangkan tingkat pendapatan rata-rata Mitra Binaan setelah menerima bantuan dana pinjaman, adalah sebesar Rp. 3.114.250,-. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan SPSS terhadap pendapatan Mitra Binaan Sebelum dan sesudah menerima bantuan dana pinjaman dengan uji t-berpasangan (Paired Sample t-test)

dapat diketahui bahwa korelasi antara kedua variabel, menghasilkan angka 0,934 dengan nilai probabilitas dibawah 0,05 (yaitu 0,000). Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara tingkat pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan adalah

sangat kuat dan berhubungan secara nyata. Dan terlihat bahwa t hitung adalah -7,872 dengan probabilitas 0,000.

Untuk -t tabel diperoleh t(0,025; 29) = -2,045 dimana kriteria pengujiannya

adalah seperti gambar berikut :

H0 ditolak H0 ditolak

H0 diterima -2,045 + 2,045

Dari gambar tersebut diperoleh :

o H0 diterima jika t hitung berada diantara -t tabel (-2,045) dan + t tabel (2,045).

o H0 ditolak jika t hitung < -t tabel atau t hitung > + t tabel.

Nilai t hitung untuk konstanta sebesar -7,872 < -t tabel (-2,045), maka


(50)

pendapatan Mitra Binaan sebelum dan sesudah menjadi Mitra Binaan BUMN PTPN II maka dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 2 diterima.

Tingkat Penggolongan Kualitas Pengembalian Pinjaman

Kualitas pinjaman adalah status kondisi pinjaman yang terdiri dari pinjaman lancar, kurang lancar, pinjaman diragukan dan pinjaman macet. Kualitas pengembalian dana pinjaman (Program Kemitraan) tersebut dinilai berdasarkan pada ketepatan waktu pembayaran kembali pokok dan jasa administrasi pinjaman Mitra Binaan. Dalam hal ini Mitra Binaan hanya membayar sebagian angsuran pinjaman dimana pembayaran tersebut terlebih dahulu diperhitungkan untuk pembayaran jasa administrasi pinjaman.

Tabel 7. Pinjaman keseluruhan Mitra Binaan yang sudah dikembalikan dan yang belum dikembalikan

Uraian Keterangan

Jumlah (Rp.) Persentase (%) Pinjaman yang sudah

dikembalikan

276.208.333 67,45

Pinjaman yang belum dikembalikan

133.291.667 32,54

Total pinjaman keseluruhan Mitra Binaan

409.500.000 100

Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 9

Dari hasil penelitian, jumlah dana pinjaman yang telah dikembalikan oleh 30 sampel Mitra Binaan adalah sebesar Rp. 276.208.333,- . Hal ini berarti bahwa hanya 67,45 % jumlah pinjaman yang telah dikembalikan oleh Mitra Binaan kepada Bagian PKBL PTPN II. Jumlah pinjaman keseluruhan Mitra Binaan terhadap 30 sampel Mitra Binaan adalah sebesar Rp. 409.500.000,- dengan rentang pinjaman Rp. 3.000.000,- sampai Rp. 35.000.000,- dan jangka waktu pengembalian pinjaman Mitra Binaan adalah selama 2 tahun (24 bulan).


(51)

Tabel 8. Jumlah bulan pengembalian pinjaman keseluruhan Mitra Binaan PTPN II

Uraian Keterangan

Jumlah Mitra Binaan (Unit usaha)

Persentase (%) Pengembalian selama 2 tahun

(24 bulan)

14 46,67

Pengembalian lebih dari 2 tahun (>24 bulan)

16 53,33

Total 30 100

Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 10

Mitra Binaan yang telah mengembalikan pinjaman selama 2 tahun adalah sebanyak 14 Mitra Binaan ( 46,67 %), sedangkan yang mengembalikan lebih dari 2 tahun adalah sebanyak 16 Mitra Binaan (53,33 %) . Hal ini karena masih adanya sisa jangka waktu pengembalian pinjaman dari beberapa Mitra Binaan selama beberapa bulan lagi.

Jumlah Mitra Binaan yang sudah membayar pinjaman sebesar 50-100% adalah sebanyak 23 Mitra Binaan dan jumlah Mitra Binaan yang membayar pinjamannya kurang dari 50% adalah sebanyak 7 Mitra Binaan.

Tabel 9. Persentase penggolongan kualitas pengembalian pinjaman Mitra Binaan

Uraian Keterangan

Jumlah Mitra Binaan (Unit usaha)

Persentase (%)

Lancar (≤ 30 hari) 13 43,33

Kurang lancar (≥ 30-180 hari/ 1-6 bulan)

8 26,67

Diragukan (≥ 180-270 hari/ 6-9 bulan

5 16,67

Macet ((≥ 270 hari/ 9 bulan 4 13,33

Total 30 100

Sumber : Pengolahan data primer, Lampiran 12

Dari hasil penelitian, juga dapat dilihat bahwa dari 30 Mitra Binaan terdapat 14 Mitra Binaan yang penggolongan kualitas pinjamannya tergolong


(52)

lancar, 9 Mitra Binaan yang penggolongan kualitasnya kurang lancar, 4 Mitra Binaan yang penggolongan kualitasnya tergolong diragukan, dan 3 Mitra Binaan yang penggolongan kualitas pinjamannya tergolong Macet (melebihi batas pembayaran 270 hari atau lebih dari 9 bulan).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Mitra Binaan dan bagian Program Kemitraan PTPN II, ada beberapa tingkat penggolongan kualitas pinjaman dari Mitra Binaan kepada bagian PKBL PTPN II yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Adapun yang menjadi faktor ketidaklancaran Mitra Binaan dalam pembayaran pinjamannya adalah :

o Kurangnya pengawasan dan ketegasan dari bagian PKBL PTPN II terhadap usaha kecil masyarakat.

o Sanksi dan bunga pinjaman yang diberikan pihak PKBL PTPN II tidak begitu memberatkan masyarakat, dimana sanksi hanya berupa penahanan surat agunan dan bunga tetap dibayar pertahun sebesar 6% tanpa adanya denda jika terlambat membayar.

o Tingginya biaya kebutuhan keluarga Mitra Binaan yang harus dipenuhi. o Biaya pendidikan anak-anak Mitra Binaan yang tinggi dan mendesak

sehingga mengharuskan Mereka untuk mendahulukan membayar biaya pendidikan dari pada membayar utang pinjaman.

o Pengalihfungsian dana pinjaman ke usaha lain yang dilakukan oleh Mitra Binaan yang tidak menghasilkan tetapi menimbulkan kerugian mengakibatkan Mitra Binaan malas membayar pinjaman.

Persentasi tertinggi dalam penggolongan kualitas pengembalian pinjaman dari Mitra Binaan ke bagian PKBL PTPN II terdapat pada tingkat lancar yaitu


(53)

sebanyak 43,33 % dari jumlah Mitra Binaan yang pembayarannya kurang lancar 26,67 %, diragukan 16,67 %, dan macet 13,33 %. Berdasarkan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pengembalian pinjaman adalah tidak tergolong lancar karena persentasi tingkat kelancaran pengembalian pinjaman Mitra Binaan kurang dari 50%. maka hipotesis 3 ditolak.

Menurut Jackie Ambadar (2008), kunci keberhasilan dalam kemitraan adalah adanya komitmen bersama serta kerjasama yang harmonis dan kolaborasi yang serasi, serta koordinasi yang baik, yang jauh dari unsur-unsur tekanan karena telah terbangun iklim saling kepercayaan antar Mitra yang terlibat.

Namun, berdasarkan hasil penelitian dengan melihat peningkatan pendapatan dan penggolongan kualitas pengembalian pinjaman Mitra binaan kebagian PKBL adalah tidak seimbang dan tidak saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Dalam hal ini yang diuntungkan adalah Mitra Binaan, karena lebih dari 50 % Mitra Binaan yang telah menerima bantuan dana pinjaman dari bagian PKBL tidak mengembalikan pinjaman tepat waktu dan kurang dari jumlah pinjaman yang diberikan oleh bagian PKBL PTPN II sedangkan, pendapatan seluruh Mitra Binaan sampel meningkat.

Hal ini menimbulkan kurangnya kepercayaan bagian PKBL PTPN II untuk memberikan bantuan dana pinjaman berikutnya kepada Mitra Binaan yang bersangkutan. Dari 30 Mitra Binaan sampel tersebut hanya 43,33 % atau 13 Mitra Binaan yang membayar pinjaman tepat waktu. Dalam hal ini terlihat bahwa hubungan yang terjalin anatara pihak PKBL PTPN II dengan sebagian besar Mitra Binaan tidak harmonis, khususnya pada Mitra Binaan yang penggolongan kualitas pinjamannya kurang lancar, diragukan dan macet. Maka dapat disimpulkan bahwa


(54)

Program Kemitraan BUMN PTPN II belum berhasil dengan demikian maka Hipotesis IV ditolak.


(55)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1) Pemberian bantuan dana Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara PTPN II (Persero) memiliki prosedur yang telah ditetapkan, yaitu calon Mitra Binaan membuat proposal yang ditujukan pada Kantor Direksi PTPN II dengan tujuan Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), kemudian akan dialamatkan kepada kepala bagian PKBL yang akan disampaikan kepada kepala urusan PKBL, dan akan ditindaklanjuti oleh asisten kepala urusan PKBL bagian Administrasi Keuangan dan Umum yang akan melakukan evaluasi dan seleksi untuk menentukan Mitra Binaan. Mitra Binaan akan diberi pelatihan, setelah selesai memberikan bantuan pinjaman modal.

2) Terdapat perbedaan pada tingkat pendapatan Mitra Binaan sebelum dan susudah menjadi Mitra Binaan PTPN II Tanjung Morawa. Dimana pendapatan Mitra Binaan per bulannya mengalami peningkatan rata-rata sebesar Rp.1.145.916,67,- atau 61,48 % dari tingkat pendapatan per bulan sebelum menerima bantuan pinjaman.

3) Dari 30 Mitra Binaan terdapat 13 Mitra Binaan yang penggolongan kualitas pinjamannya tergolong lancar, 8 Mitra Binaan yang penggolongan kualitasnya kurang lancar, 5 Mitra Binaan yang penggolongan kualitasnya tergolong diragukan, dan 4 Mitra Binaan yang penggolongan kualitas pinjamannya tergolong Macet maka kualitas pengembalian pinjaman tidak tergolong lancar.


(56)

4) Program kemitraan BUMN yang dilaksanakan BUMN PTPN II belum berhasil.

Saran

1. Kepada Mitra Binaan

Diharapkan agar Mita Binaan fokus dalam menjalankan usahanya dan menggunakan modal pinjaman untuk usaha, bukan untuk kepentingan pribadi tetapi untuk kepentingan usaha yang dijalankan dan melunasi pinjaman tepat waktu.

2. Kepada Program Kemitraan

Diharapkan agar menambah jumlah alokasi bantuan pinjaman modal untuk Mitra Binaan dengan bunga rendah. Kemudian menambah pelatihan-pelatihan untuk Mitra Binaan khususnya dalam manajemen usaha dan bidang pemasaran, serta melakukan pengawasan yang tepat terhadap pengembangan usaha Mitra Binaan sehingga dapat meningkatkan keuntungan.

3. Kepada Peneliti

Diharapkan peneliti-peneliti selanjutnya dapat mengadakan penelitian lebih lanjut tentang Program Kemitraan pada BUMN-BUMN lainnya.


(57)

Anonimous. 2007. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara. Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara.

Anonimous. 2009. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN II.

Pusinfo.

Ambadar, J. 2008. CSR Dalam Praktik di Indonesia. PT Alex Media Komputindo. Jakarta

Haeruman, H. J.S. 2001. Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui Pengembangan Lembaga Kemitraan Pemerintah, Swasta, dan masyarakat. Sosialisasi Nasional Program Kemitraan Bagi Pengembangan Ekonomi Lokal, Hotel Indonesia.Jakarta diakses 20 Mei 2009

Hafsah, M.J. 2000. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Linton, I. 1997. Kemitraan Meraih Keuntungan Bersama. Halirang. Jakarta

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta

Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan kedua, Gramedia Pustaka. Jakarta

Sevilla, C.G., dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Universitas Indonesia. Jakarta

Sumardjo, dkk

Tayibnapis, F.Y. 2000. Evaluasi Program. Rineka Cipta. Jakarta

. 2004. Kemitraan Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta

Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing. Surabaya

Wiratha, I.M. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Andi. Yogyakarta Lampiran 1. Karakteristik Mitra Binaan sampel


(58)

No Nama Mitra Binaan

Usia (Tahun)

Pendidikan (Tahun)

Jumlah tanggungan

(Jiwa)

Pengalaman berwirausaha

(Tahun)

1 Erikson Manurung 57 12 2 10

2 Purnomo F 45 17 1 7

3 Drs. Beriman Simamora 42 17 5 10

4 Legimin Saruh 59 6 2 20

5 Jamaris Tanjung 50 9 3 15

6 Sukati 40 9 3 4

7 Legiyem 40 9 5 4

8 Saitem 40 12 4 10

9 Juniati 44 6 3 2

10 Syamsudin Saragih 50 12 4 19

11 Sopan 64 9 0 20

12 Sri wahyuni 43 12 4 3

13 Neupol Sihombing 54 12 5 13

14 Eva N Perangin-Angin 37 12 3 6

15 Inge Indah Hariati 33 15 2 7

16 Agus Suhada 30 12 1 9

17 Hasan 53 6 4 26

18 Mahmuddin 41 12 4 4

19 Ngapit Perangin-angin 51 6 2 20

20 Tertib Ginting 38 9 4 11

21 Musmulyadi 36 9 4 9

22 Rahmat Budianto 32 17 1 6

23 Nonita Ginting 35 12 2 3

24 Rasinton Purba 38 17 3 5

25 Antonius Tarigan 40 12 3 10

26 Abdurahman Pasaribu 45 12 2 12

27 Sayangi Mendrofa 37 12 3 9

28 Roslelyati S 48 12 2 5

29 Sutan Muda Harahap 55 17 4 16

30 Rusni 32 12 2 6

Total 1309 346 87 301

Rataan 43,63 11,53 2,90 10,03


(59)

No Nama Mitra Binaan

Pendidikan Terakhir

Mata Pencaharian

Utama

Mata Pencaharian

Sampingan

1 Erikson Manurung STM Wirausaha

2 Purnomo F S1 PNS Wirausaha

3 Drs. Beriman Simamora S1 PNS Wirausaha

4 Legimin Saruh SD Wirausaha

5 Jamaris Tanjung SMP Wirausaha

6 Sukati SMP Wirausaha

7 Legiyem SMP Wirausaha

8 Saitem SMEA Wirausaha

9 Juniati SD Wirausaha

10 Syamsudin Saragih SMA Wirausaha

11 Sopan SMP Wirausaha

12 Sri wahyuni SMA Wirausaha

13 Neupol Sihombing SMA Wirausaha

14 Eva N Perangin-Angin SMA Wirausaha 15 Inge Indah Hariati D3 Wirausaha

16 Agus Suhada STM Wirausaha

17 Hasan SD Wirausaha

18 Mahmuddin SMA Wirausaha

19 Ngapit Perangin-angin SD Wirausaha

20 Tertib Ginting SLTA Wirausaha

21 Musmulyadi SLTA Wirausaha

22 Rahmat Budianto S1 Wirausaha

23 Nonita Ginting SMA Wirausaha

24 Rasinton Purba S1 Pegawai Swasta Wirausaha

25 Antonius Tarigan SMA Wirausaha

26 Abdurahman Pasaribu SMA Wirausaha

27 Sayangi Mendrofa SMA Wirausaha

28 Roslelyati S SMA Wirausaha

29 Sutan Muda Harahap S1 Guru Honor Wirausaha

30 Rusni SMA Wirausaha


(60)

No Nama Mitra Binaan Nama/jenis usaha Sektor usaha

1 Erikson Manurung Rumah makan Perdagangan

2 Purnomo F Perbengkelan Jasa

3 Drs. Beriman Simamora Amordes studio/shooting video, photografer Jasa 4 Legimin Saruh Pembibitan dan penjualan ikan lele Peternakan 5 Jamaris Tanjung Rumah makan garuda Perdagangan

6 Sukati Dagang getah compo Perdagangan

7 Legiyem Peternakan ikan mas Peternakan

8 Saitem Pembuatan tempe Jasa dan perdagangan

9 Juniati Budi daya ikan mas Peternakan

10 Syamsudin Saragih Hanna Flower/dagang tanaman hias Perdagangan/pertanian

11 Sopan Pembuatan tahu Industri

12 Sri wahyuni Rumah makan Perdagangan

13 Neupol Sihombing Mega Flower/ budidaya tanaman hias Pertanian 14 Eva N Perangin-Angin Toko ponsel dan kedai kelontong Perdagangan 15 Inge Indah Hariati Pembuat spanduk, undangan, dan kalender Jasa 16 Agus Suhada Bengkel las sumber rezeki Jasa

17 Hasan Kerajinan sandal Jasa dan perdagangan

18 Mahmuddin Pengrajin sapu dan kain pel Industri 19 Ngapit Perangin-angin Kebun kopi Perkebunan

20 Tertib Ginting Bengkel las dan menjual peralatan kendaraan Jasa dan perdagangan 21 Musmulyadi Industri kecil perabot Industri

22 Rahmat Budianto Rahmat ponsel Perdagangan

23 Nonita Ginting Salon dan perdagangan Jasa dan perdagangan

24 Rasinton Purba Dagang sembako Perdagangan

25 Antonius Tarigan Dagang sembako Perdagangan 26 Abdurahman Pasaribu Fotocopy dan menjual ATK Jasa dan perdagangan 27 Sayangi Mendrofa Industri produksi dan reparasi kursi pangkas Industri dan jasa

28 Roslelyati S Penjahit/konveksi Jasa

29 Sutan Muda Harahap KSU Syariah Zatadini/menjual produk pembersih Perdagangan

30 Rusni Kedai sembako Perdagangan


(1)

Lampiran 8. Selisih pendapatan Mitra Binaan per bulan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana pinjaman No. sampel Pendapatan sebelum menerima bantuan (Rp.) Pinjaman pokok yang diterima (Rp.)

Pendapatan sesudah menerima bantuan (Rp.)

Selisih pendapatan sebelum dan sesudah

(Rp.) Persentase kenaikan pendapatan (%)

1 4.000.000 15.000.000 7.650.000 3.650.000 91,25

2 1.500.000 15.000.000 2.565.000 1.065.000 71,00

3 1.000.000 35.000.000 1.735.000 735.000 73,50

4 2.500.000 25.000.000 4.540.000 2.040.000 81,60

5 4.500.000 20.000.000 6.100.000 1.600.000 35,56

6 2.000.000 5.000.000 3.665.000 1.665.000 83,25

7 750.000 3.000.000 1.320.000 570.000 76,00

8 1.500.000 5.000.000 2.170.000 670.000 44,67

9 1.000.000 3.000.000 1.850.000 850.000 85,00

10 5.500.000 15.000.000 6.140.000 640.000 11,64

11 2.500.000 15.000.000 4.410.000 1.910.000 76,40

12 900.000 5.000.000 1.500.000 600.000 66,67

13 1.500.000 10.000.000 1.650.000 150.000 10,00

14 3.000.000 10.000.000 5.900.000 2.900.000 96,67

15 1.500.000 10.000.000 2.975.000 1.475.000 98,33

16 1.500.000 15.000.000 2.400.000 900.000 60,00

17 1.500.000 20.000.000 2.160.000 660.000 44,00

18 2.000.000 15.000.000 2.620.000 620.000 31,00

19 1.000.000 12.500.000 1.167.500 167.500 16,75

20 5.000.000 25.000.000 7.100.000 2.100.000 42,00

21 1.500.000 15.000.000 2.900.000 1.400.000 93,33

22 900.000 15.000.000 940.000 40.000 4,44

23 1.000.000 20.000.000 1.480.000 480.000 48,00

24 2.500.000 15.000.000 3.910.000 1.410.000 56,40

25 2.000.000 15.000.000 3.440.000 1.440.000 72,00

26 1.500.000 8.000.000 2.750.000 1.250.000 83,33

27 1.000.000 15.000.000 1.900.000 900.000 90,00

28 1.000.000 3.000.000 1.640.000 640.000 64,00

29 1.000.000 5.000.000 1.900.000 900.000 90,00

30 2.000.000 20.000.000 2.950.000 950.000 47,50 Total 59.050.000 409.500.000 93.427.500 34.377.500 1.844,29 Rataan 1.968.333 13.650.000 3.114.250 1.145.916,67 61,48


(2)

Lampiran 9. Persentase jumlah pengembalian bantuan dana pinjaman Mitra Binaan ke bagian PKBL PTPN II No. sampel Jumlah pinjaman pokok yang diterima (Rp.) Biaya administrasi (6% per tahun)

dari jumlah pinjaman (Rp.)

Jumlah pinjaman yang diterima setelah dikurangi biaya administrasi (6%) Jumlah pinjaman yang telah dikembalikan (Rp.) Persentase (%) Jumlah pinjaman yang belum dikembalikan (Rp.) Persentase (%)

1 15.000.000 900.000 14.100.000 14.375.000 95,83 625.000 4,17

2 15.000.000 900.000 14.100.000 11.875.000 79,17 3.125.000 20,83

3 35.000.000 2.100.000 32.900.000 11.666.664 33,33 23.333.336 66,67

4 25.000.000 1.500.000 23.500.000 8.333.336 33,33 16.666.664 66,67

5 20.000.000 1.200.000 18.800.000 20.000.000 100,00 0 -

6 5.000.000 300.000 4.700.000 5.000.000 100,00 0 -

7 3.000.000 180.000 2.820.000 2.375.000 79,17 625.000 20,83

8 5.000.000 300.000 4.700.000 5.000.000 100,00 0 -

9 3.000.000 180.000 2.820.000 2.875.000 95,83 125.000 4,17

10 15.000.000 900.000 14.100.000 5.000.000 33,33 10.000.000 66,67

11 15.000.000 900.000 14.100.000 9.375.000 62,50 5.625.000 37,50

12 5.000.000 300.000 4.700.000 1.041.667 20,83 3.958.333 79,17

13 10.000.000 600.000 9.400.000 2.500.000 25,00 7.500.000 75,00

14 10.000.000 600.000 9.400.000 8.750.000 87,50 1.250.000 12,50

15 10.000.000 600.000 9.400.000 10.000.000 100,00 0 -

16 15.000.000 900.000 14.100.000 7.500.000 50,00 7.500.000 50,00

17 20.000.000 1.200.000 18.800.000 10.833.333 54,17 9.166.667 45,83

18 15.000.000 900.000 14.100.000 3.125.000 20,83 11.875.000 79,17

19 12.500.000 750.000 11.750.000 3.125.000 25,00 9.375.000 75,00

20 25.000.000 1.500.000 23.500.000 23.958.333 95,83 1.041.667 4,17

21 15.000.000 900.000 14.100.000 15.000.000 100,00 0 -

22 15.000.000 900.000 14.100.000 15.000.000 100,00 0 -

23 20.000.000 1.200.000 18.800.000 11.666.667 58,33 8.333.333 41,67

24 15.000.000 900.000 14.100.000 14.375.000 95,83 625.000 4,17

25 15.000.000 900.000 14.100.000 14.375.000 95,83 625.000 4,17

26 8.000.000 480.000 7.520.000 7.333.333 91,67 666.667 8,33


(3)

Lampiran 10. Persentase jumlah bulan pengembalian bantuan dana pinjaman Mitra Binaan

No. sampel

Jangka waktu pengembalian (Bulan)

Jumlah bulan

pengembalian Persentase (%)

Sisa bulan

pengembalian Persentase (%) 1 24 23 95,83 1 4,17 2 24 19 79,17 5 20,83 3 24 8 33,33 16 66,67 4 24 8 33,33 16 66,67 5 24 24 100,00 0 - 6 24 24 100,00 0 - 7 24 19 79,17 5 20,83 8 24 24 100,00 0 - 9 24 23 95,83 1 4,17 10 24 8 33,33 16 66,67 11 24 15 62,50 9 37,50 12 24 5 20,83 19 79,17 13 24 6 25,00 18 75,00 14 24 21 87,50 3 12,50 15 24 24 100,00 0 - 16 24 12 50,00 12 50,00 17 24 13 54,17 11 45,83 18 24 5 20,83 19 79,17 19 24 6 25,00 18 75,00 20 24 23 95,83 1 4,17 21 24 24 100,00 0 - 22 24 24 100,00 0 - 23 24 14 58,33 10 41,67 24 24 23 95,83 1 4,17 25 24 23 95,83 1 4,17 26 24 22 91,67 2 8,33 27 24 18 75,00 6 25,00 28 24 24 100,00 0 - 29 24 20 83,33 4 16,67 30 24 16 66,67 8 33,33 Total 720 518 2.158,33 202 841,67 Rataan 24 17,27 71,94 6,73 28,06


(4)

Lampiran 11. Kualitas pengembalian bantuan dana pinjaman Mitra Binaan sampai pada bulan November 2009

No.

sampel menjadi Tahun Mitra Binaan

Jumlah pinjaman pokok yang diterima (Rp.)

Jumlah pinjaman yang telah dikembalikan

(Rp.)

Jumlah pinjaman yang

belum dikembalikan

(Rp.) Jumlah bulan pengembalian

Jumlah waktu tunggakan

(bulan)

Kualitas pinjaman 1 2007 15.000.000 14.375.000 625.000 23 0 Lancar 2 2007 15.000.000 11.875.000 3.125.000 19 5 Kurang lancar 3 2008 35.000.000 11.666.664 23.333.336 8 7 Diragukan 4 2008 25.000.000 8.333.336 16.666.664 8 4 Kurang

lancar 5 2007 20.000.000 20.000.000 0 24 0 Lancar 6 2007 5.000.000 5.000.000 0 24 0 Lancar 7 2007 3.000.000 2.375.000 625.000 19 4 Kurang

lancar 8 2007 5.000.000 5.000.000 0 24 0 Lancar 9 2007 3.000.000 2.875.000 125.000 23 0 Lancar 10 2008 15.000.000 5.000.000 10.000.000 8 4 Kurang lancar 11 2008 15.000.000 9.375.000 5.625.000 15 0 Lancar 12 2008 5.000.000 1.041.667 3.958.333 5 8 Diragukan 13 2008 10.000.000 2.500.000 7.500.000 6 7 Diragukan 14 2007 10.000.000 8.750.000 1.250.000 21 2 Kurang

lancar 15 2007 10.000.000 10.000.000 0 24 0 Lancar 16 2007 15.000.000 7.500.000 7.500.000 12 12 Macet 17 2007 20.000.000 10.833.333 9.166.667 13 11 Macet 18 2008 15.000.000 3.125.000 11.875.000 5 7 Diragukan 19 2007 12.500.000 3.125.000 9.375.000 6 18 Macet 20 2007 25.000.000 23.958.333 1.041.667 23 0 Lancar 21 2007 15.000.000 15.000.000 0 24 0 Lancar 22 2007 15.000.000 15.000.000 0 24 0 Lancar 23 2007 20.000.000 11.666.667 8.333.333 14 10 Macet 24 2007 15.000.000 14.375.000 625.000 23 0 Lancar 25 2007 15.000.000 14.375.000 625.000 23 0 Lancar 26 2007 8.000.000 7.333.333 666.667 22 1 Kurang

lancar 27 2007 15.000.000 11.250.000 3.750.000 18 6 Kurang lancar 28 2007 3.000.000 3.000.000 0 24 0 Lancar 29 2007 5.000.000 4.166.667 833.333 20 3 Kurang

lancar 30 2007 20.000.000 13.333.333 6.666.667 16 8 Diragukan


(5)

Lampiran 12. Persentase penggolongan kualitas pengembalian pinjaman Mitra Binaan

No

Kualitas pengembalian

pinjaman

Jumlah Mitra Binaan

(Unit usaha)

Persentasi (%)

1

Lancar

13

43,33

2

Kurang lancar

8

26,67

3

Diragukan

5

16,67

4

Macet

4

13,33


(6)

Paired Sampel T-Test (Uji t Berpasangan)

Lampiran 13

Paired Samples Statistics

Mean

N

Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1

Pendapatan Mitra

Binaan sebelum

menerima bantuan

dana

1968333.33

30

1262215.030

230447.881

Pendapatan Mitra

Binaan sesudah

menerima bantuan

dana

3114250.00

30

1837419.146

335465.305

Paired Samples Correlations

N

Correlation

Sig.

Pair 1

Pendapatan MitraBinaan

sebelum menerima bantuan

dana & pendapatan Mitra

Binaan sesudah menerima

bantuan dana

30

.934

.000

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper