:Komunikasi Kelompok Kecil dan Pengamalan Nilai-nilai Ajaran Islam (Studi Korelasional dengan Pendekatan Taksonomi Bloom pada Kelompok Mentoring Agama Islam di Rohani Islam (Rohis) SMA Negeri 2 Binjai).

(1)

KOMUNIKASI KELOMPOK KECIL DAN PENGAMALAN NILAI-NILAI AJARAN ISLAM

(Studi Korelasional dengan Pendekatan Taksonomi Bloom pada Kelompok Mentoring Agama Islam di Rohani Islam (Rohis)

SMA Negeri 2 Binjai)

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S-1)

di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh :

ELIANA SYAHPITRI 050904105

PROGRAM STUDI HUMAS

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui dan dipertahankan oleh :

Nama : Eliana Syahpitri

NIM : 050904105

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul :Komunikasi Kelompok Kecil dan Pengamalan Nilai-nilai Ajaran Islam

(Studi Korelasional dengan Pendekatan Taksonomi Bloom pada Kelompok Mentoring Agama Islam di Rohani Islam (Rohis) SMA Negeri 2 Binjai)

DOSEN PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN

Drs. Syafruddin Pohan, M.Si Drs. Amir Purba, M.A NIP. 195812051989031002 NIP. 195102191987011001

DEKAN FISIP USU

Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A NIP. 196207031987111001


(3)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Komunikasi Kelompok Kecil dan Pengamalan Nilai-nilai Ajaran Islam (Studi Korelasional dengan Pendekatan Taksonomi Bloom pada Kelompok Mentoring Agama Islam di Rohani Islam (Rohis) SMA Negeri 2 Binjai). Perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sejauhmanakah komunikasi kelompok kecil berpengaruh terhadap pengamalan nilai-nilai ajaran Islam pada kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi/alasan peserta kelompok dalam mengikuti kegiatan Mentoring Agama Islam, mengetahui pola interaksi yang terjadi dalam kelompok Mentoring Agama Islam, mengetahui materi-materi ajaran agama Islam yang disampaikan dalam kelompok Mentoring Agama Islam, dan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh komunikasi kelompok kecil terhadap pengamalan nilai-nilai ajaran Islam pada kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai.

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi kelompok kecil, teori pertukaran, dan juga teori Taksonomi Bloom sebagai teori yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variabel lain. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota kelompok Mentoring Agama Islam, dengan jumlah responden sebanyak 39 orang. Karena jumlah populasi yang relatif kecil, sesuai yang dikatakan Arikunto, jika kurang dari 100 orang, maka seluruh populasi akan dijadikan sampel (total sampling).

Teknik pengumpulan data melalui dua sumber, yaitu penelitian kepustakaan, dengan mengumpulkan data melalui literature, buku-buku, dan internet, serta sumber bacaan lain yang mendukung penelitian; dan penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui observasi dan kuesioner. Data yang diperoleh dari kuesioner kemudian dianalisis dengan bentuk analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan pengujian hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Rank Order (Tata Jenjang) oleh Spearman. Sedangkan data yang diperoleh dari lembar observasi, akan dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang. rendah, tapi pasti antara komunikasi kelompok kecil terhadap pengamalan nilai-nilai Islam pada kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai. Hasil koefisien korelasi (r ) s

yang diperoleh sebesar 0,304. Berdasarkan skala Guilford, hasil r sebesar 0,304 berada s

pada skala antara 0,20-0,39 berarti menunjukkan hubungan yang terjalin rendah, tapi pasti. Untuk mengetahui besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh komunikasi kelompok kecil terhadap pengamalan nilai-nilai Islam pada Kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai, digunakan rumus Kp = (rs)2 x 100%. Maka diperoleh hasilnya adalah 9,24%. Hal ini berarti sumbangan atau peranan komunikasi kelompok kecil terhadap pengamalan nilai-nilai Islam pada kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai hanya sebesar 9,24%. Selebihnya para responden mengamalkan nilai-nilai Islam karena dipengaruhi faktor lain, mungkin karena faktor keluarga atau kesadaran responden sendiri.


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Sang Maha Pemilik IlmuYang Sempurna dan memberi setitik ilmu-Nya pada umat manusia di bumi ini. Allah telah melengkapi manusia dengan tiga komponen utama yang berupa jasadiyah, ruhaniyah, dan, fikriyah untuk mengambil pelajaran dan memikirkan ilmu-Nya yang tersebar di alam semesta. Shalawat beriring salam penulis ucapkan kepada manusia paling sempurna di muka bumi ini, yaitu Rasulullah SAW, yang dengan perjuangannya, kita bisa berenang di lautan ilmu saat ini dan nanti.

Penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Pengamalan Nilai-nilai Ajaran Islam pada Kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai”, ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

Merupakan proses panjang yang dialami oleh penulis, hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan di saat bulan Syawal 1430 H. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang tidak pernah hentinya mendo’akan penulis,

ayahanda Rahmad Riyadi dan ibunda Marsini. Diam-diam selalu terselip do’a kecil

dalam hati penulis, kiranya Allah SWT memberikan usia yang panjang pada keduanya hingga nanti bisa menyaksikan putrinya ini menjadi seorang sarjana. Penulis ingin mempersembahkan setetes kebahagiaan ini yang tidak akan pernah cukup untuk membalas samudera pengorbanan yang telah diberikan keduanya selama ini. Dan juga kepada kedua adik penulis yang tercinta, adinda Haris Susanto dan adinda Agus

Septian Hidayat. Semoga penulis bisa menjadi kakak dan contoh yang baik bagi


(5)

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1 Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A selaku dekan FISIP USU.

2 Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si selaku sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan telah berbagi cerita dengan penulis tentang studinya di Malaysia.

3 Bapak Drs. Syafruddin Pohan, M.Si selaku Dosen Wali sekaligus Dosen Pembimbing yang selalu memberi ilmu dan bersedia membimbing penulis selama kuliah ini.

4 Bapak Drs. Humaizi, M.A selaku dosen penulis sekaligus Pembantu Dekan I FISIP USU.

5 Para dosen dan staf pengajar Departemen Ilmu Komunikasi pada khususnya dan FISIP USU pada umumnya, yang telah membagi ilmunya kepada penulis sebagai mahasiswinya. Layaknya mata air yang terus mengisi relung jiwa demi memanusiakan manusia.

6 Ibu Saniah, S.Sos selaku Kepala SMA Negeri 2 Binjai yang telah memberi izin penelitian bagi penulis.

7 Pegawai dan staf Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yakni kak Icut, Kak Maya, dan Kak Rotua. Pegawai dan staf di FISIP USU yakni Pak Manan, Kak Ros, Ibu dan Bapak penjaga perpustakaan FISIP USU serta pihak lainya.

8 Sahabat-sahabat penulis, yakni Feny, Eka, Pinta, Indah, Rei, dan Ifah. “Terima kasih atas canda tawa, cerita suka duka, bantuannya, dan warna-warni hari yang kita bagi selama ini. Walaupun sekarang kita jarang berkumpul, semoga suatu saat nanti kita bisa melaksanakan hajat yang selama ini tidak pernah bisa kesampaian yaitu pergi bersama.”


(6)

9 Teman-teman penulis yang lain, Kak Rani, Ukhti Yo, Ukhti Laras, Ukhti Ari, Ukhti Sundari, Ukhti Icha, Ukhti Nova, dan Ukhti Risa.

10 Teman-teman seangkatan, Ilmu Komunikasi 2005, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas waktu yang kita habiskan bersama di dalam kelas, baik yang sudah selesai maupun yang belum menyelesaikan kuliahnya.

11 Kakak-kakak alumni penulis yang sholehah, Kepada Kak Asti, “Terima kasih atas pinjaman skripsinya.”

Kepada Kak Ifah, “Terima kasih atas pinjaman Laporan Pklnya. “

12 Untuk adik-adik yang sholeh dan sholehah di Rohis SMA Negeri 2 Binjai selaku responden penulis yang sudah bersedia mengisi kuesioner dan diobservasi gerak-geriknya. Terima kasih juga pada pementornya, yakni Kak Eka, Ukhti Lis, dan Ukhti Noni.

13 Kepada semua orang yang telah berbuat baik, “Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua. Karena sesungguhnya Allah akan membalas setiap perbuatan manusia dengan seadil-adilnya.”

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Seperti yang sering kita dengar, “Tidak ada yang sempurna, kecuali Allah SWT”. Kepada Allah, penulis mohon ampun. Dan kepada pihak-pihak yang terkait, penulis minta maaf. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan dan kesempurnaan tulisan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi setiap mata yang membacanya.

Medan, September 2009

NIM. 050904105 Eliana Syahpitri


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ……… i

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ………. vii

DAFTAR GAMBAR ……… x

DAFTAR LAMPIRAN ……… xi

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 7

1.3 Pembatasan Masalah ……….. 7

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. 8

1.4.1 Tujuan Penelitian ……… 8

1.4.2 Manfaat Penelitian ………... 8

1.5 Kerangka Teori ………... 9

1.5.1 Komunikasi Kelompok Kecil ………... 9

1.5.2 Teori Pertukaran (Exchange Theory) ………... 12

1.5.3 Teori Taksonomi Bloom ... 13

1.6 Kerangka Konsep ……….... 17

1.7 Model Teoretis ……….... 19

1.8 Variabel Operasional ……….. 19

1.9 Definisi Variabel Operasional ………. 21

1.10 Hipotesis ………... 26

BAB II URAIAN TEORETIS ……… 27

2.1 Komunikasi Kelompok Kecil ………. 27

2.1.1 Pengertian Komunikasi Kelompok Kecil ………. 28

2.1.2 Tipe Komunikasi Kelompok Kecil ……….. 30

2.1.3 Karakteristik Komunikasi Kelompok Kecil ……… 33

2.1.4 Fungsi Komunikasi Kelompok Kecil ……… 39

2.1.5 Tahapan-tahapan Masuk Kelompok ………. 40

2.1.6 Kelompok Mentoring Sebagai Kelompok Belajar Agama Islam ……….. 42

2.2 Teori Pertukaran (Exchange Theory) ………... 46

2.3 Teori Taksonomi Bloom ………... 51

2.3.1 Kawasan Kognitif ………. 53

2.3.2 Kawasan Afektif ……….. 58

2.3.3 Kawasan Psikomotor/Konatif ……….. 63

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….. 68

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 68

3.1.1 SMA Negeri 2 Binjai ……….... 68

a. Profil Singkat SMA Negeri 2 Binjai ………... 68


(8)

c. Struktur Organisasi SMA Negeri 2 Binjai …………... 70

d. Penjelasan Tugas dan Fungsi Jabatan ……… 72

e. Jumlah Siswa dan Staf Pengajar SMA Negeri 2 Binjai ……….. 82

3.1.2 Kerohanian Islam (Rohis) SMA Negeri 2 Binjai ………... 84

a. Profil Singkat Rohis SMA Negeri 2 Binjai ……… 84

b. Struktur Organisasi Rohis SMA Negeri 2 Binjai …….. 85

3.1.3 Kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai ………... 93

3.2 Metode Penelitian ………... 99

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. 99

3.4 Populasi dan Sampel ……….. 99

3.4.1 Populasi ……… 99

3.4.2 Sampel ………... 100

3.5 Teknik Pengumpulan Data ………. 101

a. Penelitian Kepustakaan ……….... 101

b. Penelitian Lapangan ………... 101

3.6 Teknik Analisis Data ……….. 103

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………... 106

4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ………... 106

4.1.1 Tahap Awal ……….. 106

4.1.2 Pengumpulan Data ……….. 107

4.2 Proses Pengolahan Data ………... 108

4.3 Analisis Tabel Tunggal ……….. 110

4.3.1 Karakteristik Responden ……….. 110

4.3.2 Komunikasi Kelompok Kecil ………... 111

4.3.3 Pengamalan Nilai-nilai Islam ……… 151

4.4 Analisis Tabel Silang ………... 170

4.5 Pengujian Hipotesis ……… 176

4.6 Pembahasan ……… 178

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 181

5.1 Kesimpulan ……… 181

5.2 Saran ……….. 184

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

Tabel 1.1 : Domain Hasil Belajar ……….. 16

Tabel 1.2 : Operasionalisasi Variabel ………... 20

Tabel 2.1 : Jumlah Kemungkinan Interaksi yang Terjadi Menurut Jumlah Anggota Kelompok ……….. 38

Tabel 2.2 : Tingkatan Pengukuran Hasil Belajar dalam Kawasan Afektif ……… 59

Tabel 3.1 : Jumlah Siswa SMA Negeri 2 Binjai TP. 2008/2009 ……… 82

Tabel 3.2 : Nama-nama Staf Pengajar SMA Negeri 2 Binjai ……… 83

Tabel 3.3 : Nama-nama Anggota Kelompok Mentoring Ikhwan ……….. 96

Tabel 3.4 : Nama-nama Anggota Kelompok Mentoring Akhwat ……….. 96

Tabel 4.1 : Usia Responden ……….. 110

Tabel 4.2 : Jenis Kelamin Responden ……….. 111

Tabel 4.3 : Jumlah Peserta Kelompok Mentoring ……… 111

Tabel 4.4 : Frekuensi Pertemuan Mentoring ……… 112

Tabel 4.5 : Durasi Pertemuan Setiap Mentoring ……….. 113

Tabel 4.6 : Frekuensi Kehadiran Setiap Bulan ………. 114

Tabel 4.7 : Pementor Menguasai Bahan Materi/Tutor ………. 115

Tabel 4.8 : Kepercayaan terhadap Pementor ……… 116

Tabel 4.9 : Kehadiran Pementor Tepat Waktu ………. 117

Tabel 4.10 : Pementor Tidak Hadir, tapi Memberi Alasan ……… 118

Tabel 4.11 : Pementor Mengganti Pertemuan yang Batal ……….. 119

Tabel 4.12 : Ketidakpedulian Pementor pada Peserta Mentoring yang Absen ……….. 120

Tabel 4.13 : Kepribadian Pementor yang Bersahabat ……… 121

Tabel 4.14 : Ketidakseriusan Pementor Mendengarkan Pertanyaan ………. 122

Tabel 4.15 : Pementor Suka Memainkan Benda Di hadapannya ……….. 123

Tabel 4.16 : Kerapian Penampilan Pakaian Pementor ………... 124

Tabel 4.17 : Kesukaan terhadap Penampilan Pementor ………. 125

Tabel 4.18 : Ketakutan pada Pementor ……….. 126

Tabel 4.19 : Materi yang Disampaikan Tidak Mendorong untuk Diterapkan ….... 127


(10)

Tabel 4.21 : Ketertarikan Terhadap Materi ……… 129

Tabel 4.22 : Membuat Cerita Menarik ……….. 130

Tabel 4.23 : Pementor Menanyakan Pendapat ………... 131

Tabel 4.24 : Pementor Memberi Kesempatan Bertanya ……… 132

Tabel 4.25 : Ketidakjelasan Materi ……… 133

Tabel 4.26 : Mengerti Bahasa Pementor ……… 134

Tabel 4.27 : Pementor Tidak Pernah Memberi Contoh dari Materi ……….. 135

Tabel 4.28 : Suasana Santai ……… 136

Tabel 4.29 : Menerapkan Metode Ceramah Disertai Diskusi Di Setiap Pertemuan ……….. 137

Tabel 4.30 : Metode Ceramah dan Diskusi Lebih Efisien ……….. 138

Tabel 4.31 : Penggunaan Media Teknis/Alat Bantu Dapat Mendukung Penyampaian Materi ………... 139

Tabel 4.32 : Penggunaan Media Teknis/Alat Bantu Sangat Merepotkan ……….. 140

Tabel 4.33 : Menambah Ilmu Agama Islam dan Berharap dapat Mengamalkannya ……….. 141

Tabel 4.34 : Mengisi Waktu Luang ……… 142

Tabel 4.35 : Mempunyai Alasan Lain Ikut Mentoring ……….. 142

Tabel 4.36 : Mentoring Tidak Bermanfaat ……… 143

Tabel 4.37 : Saling Mengenal antara Peserta dan Pementor ………. 145

Tabel 4.38 : Saling Mengenal Antara Sesama Peserta Mentoring ……… 146

Tabel 4.39 : Bangga menjadi Anggota Kelompok Mentoring ……….. 146

Tabel 4.40 : Senang Saat Pertemuan Mentoring Berlangsung ……….. 147

Tabel 4.41 : Senang Saat Pertemuan Mentoring Berakhir ……… 148

Tabel 4.42 : Sedih Saat Absen Mentoring ………...………… 149

Tabel 4.43 : Senang Bisa Menyampaikan Pendapat/Bertanya ………. 149

Tabel 4.44 : Frekuensi Pertemuan Kurang Memadai ……… 150

Tabel 4.45 : Mampu Mengingat Kembali Materi ………. 151

Tabel 4.46 : Mampu Menjelaskan Materi ………. 152

Tabel 4.47 : Menerapkan Sepenuhnya Materi dalam Kehidupan ………. 153

Tabel 4.48 : Mampu Menguraikan Materi ……… 154

Tabel 4.49 : Mampu Mengambil Hikmah dari Materi ……….. 155

Tabel 4.50 : Membenarkan Setiap Materi/Nilai-nilai Ajaran Islam ………. 156


(11)

Tabel 4.52 : Mempercayai Setiap Perbuatan Manusia

di Bumi Mendapat Balasan Sesuai ………. 158

Tabel 4.53 : Bersedia Mematuhi Perintah dalam Ajaran Islam ………. 159

Tabel 4.54 : Bersedia Menjauhi Segala Larangan dalam Ajaran Islam …………. 160

Tabel 4.55 : Perkataan/Perbuatan Telah Sepenuhnya Sesuai dengan Nilai-nilai Islam ………. 160

Tabel 4.56 : Belum Mampu Membedakan Mana yang Benar/Salah Menurut Islam ……… 161

Tabel 4.57 : Telah Siap Mengerjakan Setiap Perintah Ajaran Islam ……… 162

Tabel 4.58 : Telah Siap Menjauhi Segala Larangan dalam Islam ………. 163

Tabel 4.59 : Mengikuti Perintah dan Menjauhi Larangan sesuai dengan Al-Quran dan Al-Hadist ………. 164

Tabel 4.60 : Mengerjakan Sholat Wajib dalam Setiap Kondisi ………. 165

Tabel 4.61 : Tilawah Al-Quran Setiap Hari ………... 166

Tabel 4.62 : Terbiasa Mengerjakan Shalat Tahajjud ………. 166

Tabel 4.63 : Terbiasa Mengerjakan Shalat Dhuha Setiap Hari ………. 167

Tabel 4.64 : Mengerjakan Puasa Ramadhan Karena Orang Lain Mengerjakan …. 168

Tabel 4.65 : Kewajiban membayar Zakat ………. … 169

Tabel 4.66 : Bersedekah Bila Ada Kesempatan dan Kemampuan ………. 170

Tabel 4.67 : Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Menerapkan Sepenuhnya Materi/Nilai-nilai Ajaran Islam dalam Kehidupan …… 171

Tabel 4.68 : Hubungan Antara Pementor Menguasai Bahan Materi Dan Kemampuan Mengingat Kembali Materi ………... 173

Tabel 4.69 : Hubungan Antara Kepercayaan Terhadap Pementor dan Membenarkan Setiap Materi/Nilai-nilai Ajaran Islam ……….. 174

Tabel 4.70: Hubungan antara Ketertarikan Terhadap Materi dan Menerapkan Sepenuhnya Materi/Nilai-nilai Ajaran Islam dalam Kehidupan ……. 175

Tabel 4.71 : Hasil Uji Korelasi Antara Komunikasi Kelompok Kecil terhadap Pengamalan Nilai-nilai Ajaran Islam ……….. 177


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

Gambar 1.1: Model Teoretis ………... 19 Gambar 2.1: Model Komunikasi Kelompok Kecil ………... 32 Gambar 2.2: Tahapan Taksonomi Bloom ……… 53 Gambar 2.3: Taksonomi Tujuan Pendidikan dalam Kawasan Kognitif …………. 54 Gambar 3.1: Struktur Organisasi SMA Negeri 2 Binjai ………. 71 Gambar 3.2: Logo Rohis SMA Negeri 2 Binjai ………. 84 Gambar 3.3: Struktur Organisasi Rohis SMA Negeri 2 Binjai ……….. 86


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

1. Hasil dari Lembaran Observasi 2. Tabel Tunggal dari Output SPSS 3. Tabel Silang dari Output SPSS

4. Tabel Foltron Cobol (FC) Komunikasi Kelompok Kecil dan Pengamalan Nilai-nilai Ajaran Islam

5. Raw Data Komunikasi Kelompok Kecil dan Pengamalan Nilai-nilai Ajaran Islam

6. Kuesioner Penelitian 7. Lembaran Observasi

8. Surat Izin Penelitian dari Fakultas

9. Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Kesbangpollinmas Kota Binjai 10. Surat Izin Penelitian dari Sekretaris Daerah Kota Binjai

11. Lembaran Catatan Bimbingan Skripsi 12. Biodata Penulis


(14)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Komunikasi Kelompok Kecil dan Pengamalan Nilai-nilai Ajaran Islam (Studi Korelasional dengan Pendekatan Taksonomi Bloom pada Kelompok Mentoring Agama Islam di Rohani Islam (Rohis) SMA Negeri 2 Binjai). Perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sejauhmanakah komunikasi kelompok kecil berpengaruh terhadap pengamalan nilai-nilai ajaran Islam pada kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi/alasan peserta kelompok dalam mengikuti kegiatan Mentoring Agama Islam, mengetahui pola interaksi yang terjadi dalam kelompok Mentoring Agama Islam, mengetahui materi-materi ajaran agama Islam yang disampaikan dalam kelompok Mentoring Agama Islam, dan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh komunikasi kelompok kecil terhadap pengamalan nilai-nilai ajaran Islam pada kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai.

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi kelompok kecil, teori pertukaran, dan juga teori Taksonomi Bloom sebagai teori yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variabel lain. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota kelompok Mentoring Agama Islam, dengan jumlah responden sebanyak 39 orang. Karena jumlah populasi yang relatif kecil, sesuai yang dikatakan Arikunto, jika kurang dari 100 orang, maka seluruh populasi akan dijadikan sampel (total sampling).

Teknik pengumpulan data melalui dua sumber, yaitu penelitian kepustakaan, dengan mengumpulkan data melalui literature, buku-buku, dan internet, serta sumber bacaan lain yang mendukung penelitian; dan penelitian lapangan untuk memperoleh data di lokasi penelitian melalui observasi dan kuesioner. Data yang diperoleh dari kuesioner kemudian dianalisis dengan bentuk analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan pengujian hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Rank Order (Tata Jenjang) oleh Spearman. Sedangkan data yang diperoleh dari lembar observasi, akan dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang. rendah, tapi pasti antara komunikasi kelompok kecil terhadap pengamalan nilai-nilai Islam pada kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai. Hasil koefisien korelasi (r ) s

yang diperoleh sebesar 0,304. Berdasarkan skala Guilford, hasil r sebesar 0,304 berada s

pada skala antara 0,20-0,39 berarti menunjukkan hubungan yang terjalin rendah, tapi pasti. Untuk mengetahui besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh komunikasi kelompok kecil terhadap pengamalan nilai-nilai Islam pada Kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai, digunakan rumus Kp = (rs)2 x 100%. Maka diperoleh hasilnya adalah 9,24%. Hal ini berarti sumbangan atau peranan komunikasi kelompok kecil terhadap pengamalan nilai-nilai Islam pada kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai hanya sebesar 9,24%. Selebihnya para responden mengamalkan nilai-nilai Islam karena dipengaruhi faktor lain, mungkin karena faktor keluarga atau kesadaran responden sendiri.


(15)

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Maraknya fenomena-fenomena yang terjadi belakangan ini pada remaja Indonesia, seperti meningkatnya penggunaan ekstasi dan yang sejenisnya, konsumsi minuman keras, tawuran antarpelajar, maraknya pergaulan bebas, gaya hidup permisivisme (gaya hidup serba boleh), dan ramainya kehidupan diskotik merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan. Bahkan banyak keluhan dari orang tua yang disebabkan karena anaknya yang telah remaja menjadi keras kepala, susah diatur, mudah tersinggung, sering membuat masalah, dan bersifat melawan serta tingkah laku mereka yang menentang adat istiadat, budaya, dan norma-norma ajaran agama.

Segala persoalan dan problematika yang terjadi pada remaja itu, sebenarnya saling bertumpang tindih dan berkaitan dengan usia yang mereka lalui dan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan di mana mereka hidup. Apabila seorang remaja telah merasa dapat bertanggung jawab untuk dirinya sendiri, mampu mempertanggungjawabkan setiap sepak terjang, dan dapat menerima falsafah hidup yang terdapat dalam masyarakat di mana ia hidup, maka waktu itu ia dapat dikatakan dewasa.

Terjebaknya para remaja Indonesia dalam kehidupan hedonisme tidak hanya disebabkan oleh satu penyebab. Kita bisa menyebutkan beberapa faktor penyebabnya, di antaranya film-film (seri) TV atau sinema elektronik disingkat sinetron dan telenovela yang sering menawarkan gaya hidup permisif, yang kemudian ditiru oleh para remaja yang tengah mencari identitas diri; struktur masyarakat yang timpang seperti kesenjangan sosial, sulitnya memperoleh pendidikan yang bermutu dan murah, sulitnya


(17)

mencari kerja dan mencari nafkah; kurangnya pendidikan agama dalam keluarga; langkanya pemimpin yang bisa dijadikan panutan; dan yang mungkin kurang disadari adalah sifat bawaan mereka (dan kita semua) yang – meminjam istilah Dr. Sudjoko –

krocojiwa, yakni sifat rendah diri di hadapan bangsa-bangsa Barat yang kita kagumi dan

gemar meniru sikap, perilaku, dan penampilan mereka. Barangkali, peniruan yang kita lakukan tersebut karena kita adalah bangsa yang pernah dijajah bangsa Barat, sehingga akibatnya bangsa kita rendah diri, dan kita pun, baik sadar atau tidak, mewarisi sifat-sifat tersebut, cenderung sifat-sifat yang buruk (Mulyana, 2001:43).

Ibnu Khaldun, sosiolog muslim abad ke-14, dalam bukunya “Muqaddimah” menuliskan bahwa orang-orang taklukan selalu meniru penakluknya, baik dalam pakaian, perhiasan, kepercayaan, dan adat istiadat lainnya. Hal ini disebabkan adanya keinginan untuk menyamai mereka yang telah mengalahkan dan menaklukkannya. Orang-orang taklukan menghargai para penakluknya secara berlebihan. Jika keyakinan ini bertahan lama, akan membekas dalam dan akan membawa pada peniruan semua ciri penakluknya. Mereka yakin bahwa peniruan atas segala yang dilakukan sang penakluk akan dapat menghapuskan segala penyebab kekalahannya.

Peniruan terhadap Barat ini dapat dengan mudah dilihat, mulai dari penggunaan nama pribadi (yang berbau kebarat-baratan); berbahasa keingris-inggrisan, walaupun salah; cara makan dan jenis makanan yang disantap; perayaan hari kasih sayang Valentine (bukannya hari Pronocitro dan Roromendut yang telah melegenda di Jawa); hingga ke pakaian (yang pria pakai anting sebelah, yang wanita berpakaian yang mengumbar aurat). Karena telah berjalan begitu lama, peniruan itu kita anggap sudah biasa dan lumrah. Bahkan kita tidak sempat bertanya pada diri sendiri, mengapa kita melakukan semua itu.

Masalahnya bukan terletak pada peniruan itu sendiri, melainkan pada apa yang ditiru. Namun, sayangnya yang kita tiru adalah hal-hal yang dangkal, bahkan cenderung


(18)

sering negatif, bukan sifat dan perilaku positif mereka seperti kejujuran, kedisiplinan mereka dalam belajar dan bekerja, dan penghargaan mereka terhadap waktu serta keberhasilan mereka.

Intropeksi bagi para pendidik, orang tua dan para pemerhati, merupakan cara baik untuk melahirkan solusi yang sesuai dengan keinginan remaja searah dengan perkembangan zaman, sehingga dapat mengembalikan mereka dalam bentuk pergaulan yang sehat dan positif.

Selain itu usaha lain yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah di atas kiranya melalui pendekatan agama. Ini bisa dilakukan lewat pendidikan agama dalam keluarga, di sekolah dan oleh masyarakat. Yang harus ditanamkan pada remaja, terutama tentang konsep dan tujuan hidup manusia, yakni sebagai ajang untuk meraih kebahagiaan atau keberhasilan yang tidak hanya di dunia, tetapi juga dan terutama di akhirat nanti. Menanamkan kepada mereka mengenai apa makna kebahagiaan atau keberhasilan yang sesungguhnya dan bagaimana kita bisa meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.

Maryam Jameelah dalam Mulyana (2001:45), mengatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi modern telah memberi kita banyak informasi tentang apa pun, meningkatkan efisiensi, menyembuhkan penyakit fatal, dan menambah kesenangan-kesenangan jasmani. Namun, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) tidak menerangkan kepada kita, apa makna hidup, dan apa kebahagiaan sejati. Ilmu pengetahuan tidak dapat menerangkan kepada kita, apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa yang jahat. Agamalah yang dapat menjelaskannya.

Manusia secara garis besar punya beberapa potensi. Ada potensi fisik atau jasad, ruh atau hati, dan kecerdasan pikiran atau otak. Ketiga hal tersebut sebenarnya menjadi asas dalam proses pendidikan di sekolah dan tujuan pendidikan nasional. Khususnya di Indonesia sudah termuat dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN): “Tujuan pendidikan adalah meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,


(19)

mempertinggi budi pekerti, mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan keterampilan, …”. Namun, saat ini sistem pendidikan formal yang berlaku di Indonesia, ternyata belum mampu untuk mengantarkan remaja Indonesia menjadi generasi yang berkualitas, yang sekaligus memiliki ketiga potensi tersebut.

Berdasarkan hal itu, di sekolah harus punya program agar ketiga potensi tersebut dapat tergali dengan maksimal bagi pelajar dan merupakan usaha untuk dapat meminimalkan fenomena-fenomena yang terjadi pada remaja saat ini, seperti yang telah disebutkan sebelumnya di atas. Untuk kecerdasan pikiran/otak, para siswa sudah mendapatkannya dengan setiap hari belajar di kelas, dan mengerjakan setumpuk tugas dari guru. Untuk aktivitas jasad/fisik, juga ada kurikulumnya yakni dalam mata pelajaran olah raga. Jadi, sekarang tinggal menggali potensi ruhaniah atau dimensi ibadah kepada Sang Pencipta.

Di sekolah pada umumnya, selain untuk aktivitas belajar di kelas, ada banyak kegiatan yang bisa diikuti oleh pelajar di luar kelas, baik yang bersifat keagamaan maupun keterampilan lain, yang biasa disebut kegiatan ekstrakurikuler alias ekskul. Sekolah membuka ruang itu dengan memberikan beberapa pilihan organisasi ekskul, seperti pramuka, PMR, majalah sekolah, cheers, ngeband, rohis dan sebagainya.

Begitu banyak kegiatan ekskul yang ditawarkan untuk siswa. Akan tetapi, apakah semua kegiatan itu berguna dan bermanfaat bagi siswa. Artinya, seorang siswa yang mengikuti ekskul, dapat menggali ketiga potensi yang sudah disebutkan di atas secara maksimal. Ekskul yang berguna dan bermanfaat itu bukan ekskul yang penghamburan, hambur uang dan hambur waktu. Apalagi miskin guna. Ekskul yang bermanfaat yang bisa membawa dan mengarahkan siswa untuk melejitkan potensi, tapi tidak melupakan tujuan hidup

Perlunya dilembagakan atau diorganisasikan kegiatan ekskul yang berkaitan dengan keagamaan di sekolah, sehingga dapat membantu siswa untuk belajar mengenal


(20)

atau mempelajari hal-hal mengenai agamanya lebih dalam. Apalagi secara formal, para siswa mendapat pendidikan agama di sekolah hanya 2 jam setiap minggu. Hal ini dirasa kurang untuk memenuhi kebutuhan ruhaniah. Mengingat bekal ilmu agama dan etika sangatlah penting dalam membentuk kepribadian remaja sebagai calon pemimpin masa depan. Khususnya agama Islam, pembinaan remaja muslim yang berkualitas menjadi tugas mutlak yang diperlukan dalam pembinaan umat Islam. Remaja yang mempunyai potensi tinggi, merupakan modal yang tidak ternilai harganya untuk membentuk masyarakat yang Islami.

Lembaga keagamaan di sekolah, khususnya agama Islam, yang resmi dan disetujui oleh sekolah adalah Rohani Islam disingkat Rohis. Mereka yang aktif di Rohis ini memang idealnya siswa yang punya kesiapan mental menanggung beban yang lebih besar. Sebab mereka akan diminta meluangkan waktu di luar jam belajarnya untuk mengurusi masalah organisasinya. Termasuk piawai dalam mengantisipasi waktu yang erat dengan dunia belajar mereka. Sehingga, kerja yang dilakukan dalam lembaga Rohis bisa melahirkan ragam potensi siswa yakni iman yang benar, otak yang pintar, dan badan yang segar

Para siswa yang memilih menjadi anggota Rohis diharapkan dapat memahami agama Islam secara benar, bukan hanya mengetahui nilai-nilai yang menjadi ajarannya, tetapi dapat menjalankan atau mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka.

Salah satu sekolah yang mengizinkan terbentuknya Rohis sebagai ekskulnya adalah SMA Negeri 2 Binjai. Walaupun ekskul ini jumlah anggotanya tidak begitu banyak, namun Rohis SMA Negeri 2 Binjai masih menjadi salah satu alternatif kegiatan

ekskul bagi siswanya, dan tetap aktif sampai sekarang. Kegiatan ekskul Rohis SMA

Negeri 2 Binjai ini telah membantu dalam menciptakan insan-insan terdidik sebagai generasi penerus bangsa yang Islami. Pusat kegiatannya dilakukan di mushola sekolah.


(21)

Rohis SMA Negeri 2 Binjai terkadang juga menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan di sekolah yang tentu atas persetujuan pihak sekolah. Kegiatan-kegiatan tersebut untuk menunjukkan bahwa Rohis tidak hanya untuk kepentingan anggotanya, tetapi mereka juga melihat sesama teman muslim dan muslimah mereka yang lain, yang bukan anggota Rohis. Karena Islam mengajarkan kepada para penganutnya untuk saling menjaga dan mengingatkan sesama muslim.

Di Rohis SMA Negeri 2 Binjai terdapat kelompok Mentoring Agama Islam, baik di kelompok ikhwan (laki-laki) maupun akhwat (perempuan). Mentoring adalah kegiatan yang terdiri dari perangkat-perangkat pembinaan dengan mengoptimalkan segenap jasad, ruh, akal serta aspek lainnya yang berfungsi untuk membentuk pribadi yang benar aqidahnya, ibadahnya, dan berakhlak yang baik dalam pergaulan masyarakat serta merujuk kepada Al-Quran dan Al-Hadist sebagai pedoman hidupnya.

Mentoring ini termasuk salah satu bentuk kegiatan dakwah Islam di sekolah. Dakwah merupakan usaha sadar yang disengaja untuk memberikan motivasi kepada orang atau kelompok (biasa disebut kelompok sasaran) yang mengacu ke arah tercapainya tujuan yaitu untuk berbuat baik, mengikuti petunjuk (Allah), menyuruh orang mengerjakan kebaikan, melarang mengerjakan kejelekan, agar dia bahagia di dunia dan akhirat

Di dalam proses mentoring terdapat unsur-unsur komunikasi yaitu pementor/juru dakwah sebagai komunikator, materi dakwah berupa pesan yang berisi ajaran-ajaran Islam, penerima dakwah atau mad’u (peserta) sebagai komunikan, media dakwah, dan efek dakwah (Hatta, 1995:21). Tentunya efek dakwah yang diharapkan, bukan saja para peserta dakwah menjadi lebih tahu tentang agamanya, tetapi juga diharapkan apa yang telah diketahui tersebut dapat diresapi dan diamalkannya dalam hidupnya. Sesuai dengan tujuan dakwah sebenarnya yakni untuk mengarahkan pada perubahan perilaku manusia pada peringkat individu maupun kelompok ke arah perilaku yang semakin Islami.


(22)

Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang sejauhmana pengaruh komunikasi kelompok kecil terhadap pengamalan nilai-nilai ajaran Islam pada kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

“Sejauhmanakah pengaruh komunikasi kelompok kecil terhadap pengamalan nilai-nilai ajaran Islam pada kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai?”.

1.3 Pembatasan masalah

Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, selanjutnya peneliti merumuskan pembatasan masalah penelitian. Adapun maksudnya agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah, dan tidak terlalu luas sehingga dapat dihindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah :

1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis.

2. Penelitian ini untuk menjelaskan hubungan antara komunikasi kelompok kecil terhadap pengamalan nilai-nilai ajaran Islam pada kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai.

3. Objek penelitiannya adalah seluruh anggota kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai.


(23)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui motivasi/alasan peserta kelompok dalam mengikuti kegiatan Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai.

2. Untuk mengetahui pola interaksi yang terjadi dalam kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai.

3. Untuk mengetahui materi-materi ajaran agama Islam yang disampaikan dalam kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai. 4. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh komunikasi kelompok kecil

terhadap pengamalan nilai-nilai ajaran Islam pada kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai komunikasi kelompok kecil, khususnya berkaitan dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai ajaran Islam.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi.

3. Secara praktis, penelitian ini dilaksanakan dalam rangka menyelesaikan tugas akhir atau skripsi peneliti dan diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.


(24)

1.5 Kerangka Teori

Sebelum terjun ke lapangan atau melakukan penelitian atau pengumpulan data, peneliti diharapkan mampu menjawab permasalahan melalui suatu kerangka pemikiran atau literature review. Kerangka pemikiran merupakan kajian tentang bagaimana hubungan teori dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dalam perumusan masalah.

Menurut Kerlinger teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antarkonsep (Singarimbun, 2006:37).

Wilbur Schramm menyatakan bahwa teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan, pada abstraksi dengan kadar tinggi, dan daripadanya proporsi bisa dihasilkan dan diuji secara alamiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai perilaku (Effendy, 2003:241).

Senada dengan yang dikatakan Emory-Cooper bahwa teori merupakan suatu kumpulan konsep, defenisi, proposisi, dan variabel yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasikan sehingga dapat menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena (fakta-fakta) tertentu (Umar, 2002:55).

Adapun teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini adalah :

1.5.1 Komunikasi Kelompok Kecil

Baruch Spinoza 300 tahun yang lalu menyatakan bahwa manusia adalah binatang sosial. Pernyataannya ini diperkuat oleh psikologi modern yang menunjukkan bahwa orang lain mempunyai pengaruh yang sangat besar pada sikap kita, perilaku kita, dan bahkan persepsi kita (Severin, 2005:219).

Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang bahkan lebih. Kelompok memiliki hubungan yang intensif di antara mereka. Kelompok memiliki tujuan dan aturan yang dibuat sendiri, dan merupakan kontribusi arus informasi


(25)

antara mereka sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karakteristik yang khas dan melekat pada kelompok itu (Bungin, 2006:264). Ringkasnya kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan kita, karena melalui kelompok, memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman, dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya.

Menurut Carl E. Larson dan Calvin A. Goldberg, komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian dan terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil. Kita dapat mengajukan bermacam-macam pertanyaan yang berhubungan dengan komunikasi kelompok dan jawabannya akan membantu kita memahami lebih baik batas-batas dan atribut-atribut komunikasi kelompok (Lubis, 2005:118-119).

Komunikasi kelompok dapat dibedakan menjadi komunikasi kelompok kecil (small group communication) dan komunikasi kelompok besar (large group

communication). Suatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil

apabila situasi komunikasi seperti itu dapat diubah menjadi komunikasi antarpersona dengan setiap komunikan. Dengan kata lain, antara komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog atau tanya jawab. Sedangkan suatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok besar, jika antara komunikator dan komunikan sukar terjadi komunikasi antarpersona. Kecil kemungkinan untuk terjadi dialog seperti halnya pada komunikasi kelompok kecil (Effendy, 2002:8-9).

Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, di mana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya (Cangara, 2007:33).

Tujuan kelompok kecil, bagaimana pun juga tidak terbatas pada memecahkan masalah. Setiap orang merupakan anggota beberapa kelompok kecil secara bersamaan.


(26)

Kelompok pertama dan yang paling nonformal adalah kelompok primer (primary

groups), unit sosial mendasar tempat kita bernaung. Keluarga kita merupakan kelompok

primer kita yang pertama (Tubbs, 2005:66).

Kebanyakan kelompok kecil mengembangkan norma-norma atau aturan-aturan yang mengidentifikasikan apa yang diinginkan bagi semua anggotanya. Norma-norma tersebut yang mengatur tingkah laku dari setiap anggota kelompok.

Tipe komunikasi kelompok kecil, oleh banyak kalangan dinilai sebagai pengembangan dari komunikasi antarpribadi. Untuk ukuran mengenai kelompok kecil, beberapa ahli memberikan batasan yang berbeda-beda. De Vito (1997:303) memberi batasan, bahwa kelompok kecil sebagai sekumpulan orang, kurang lebih 5-12 orang. Ukuran kelompok kecil menurut Kumar (2000:331) berkisar antara 15-25 orang.

Apabila jumlah pelaku komunikasi lebih dari tiga orang, cenderung dianggap komunikasi kelompok kecil atau lazim disebut komunikasi kelompok saja. Sedangkan komunikasi kelompok besar biasa disebut sebagai komunikasi publik. Jumlah manusia pelaku komunikasi dalam komunikasi kelompok, besar atau kecilnya, tidak ditentukan secara matematis, melainkan tergantung pada ikatan emosional antaranggotanya (Vardiansyah, 2004:31).

Ronald B. Adler dan George Rodman membagi kelompok dalam tiga tipe, yaitu kelompok belajar (learning group), kelompok pertumbuhan (growth group), dan kelompok pemecahan masalah (problem solving group). (Bungin, 2006:270-271). Kelompok mentoring ini adalah kelompok belajar, mempelajari nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam. Sebagai anggota kelompok belajar atau kelompok pendidikan, para anggotanya bersama-sama berusaha mengajarkan atau mempelajari subjek tertentu, dalam hal ini yaitu nilai-nilai yang diajarkan dalam syariat Islam.

Komunikasi kelompok kecil lebih cenderung dilakukan secara sengaja dibandingkan komunikasi antarpribadi, dan umumnya para pesertanya lebih sadar akan


(27)

peranan dan tanggung jawab mereka masing-masing. Hal ini dikarenakan telah adanya pembagian tugas di antara para anggota kelompok.

Keberhasilan komunikasi kelompok disebabkan oleh keterbukaan anggota menanggapi, anggota dengan senang hati menerima informasi, kemauan anggota merasakan apa yang dirasakan anggota lain, situasi kelompok yang mendukung komunikasi berlangsung efektif, perasaan positif terhadap diri anggota kelompok, dorongan terhadap orang lain agar lebih aktif berpartisipasi, dan kesetaraan, yakni bahwa semua anggota kelompok memiliki gagasan yang penting untuk disumbangkan kepada kelompok (Wiryanto, 2005:48).

1.5.2 Teori Pertukaran (Exchange Theory)

Teori ini dikembangkan oleh Thibaut dan Kelley yang juga dikenal dalam pandangan-pandangan mereka yang khas, misalnya perbandingan tingkat alternatif. Intinya bahwa hubungan antarpribadi bisa diteruskan dan juga bisa dihentikan. Hal ini disebabkan kalau seseorang bisa melihat faktor-faktor pembanding dalam hubungan antarpribadi terhadap seseorang dengan hubungan antarpribadi terhadap yang lainnya (Liliweri, 1991:56).

Model Thibaut dan Kelley mendukung asumsi-asumsi yang dibuat oleh Homans dalam teorinya tentang proses pertukaran, khususnya bahwa interaksi manusia mencakup pertukaran barang dan jasa, serta bahwa tanggapan-tanggapan individu-individu yang muncul melalui interaksi di antara mereka, mencakup baik imbalan (rewards) maupun pengeluaran (costs). Apabila imbalan tidak cukup, atau bila pengeluaran melebihi imbalan, interaksi akan terhenti atau individu-individu yang terlibat di dalamnya akan merubah tingkah laku mereka dengan tujuan mencapai apa yang mereka cari (Goldberg, 1985:54).


(28)

George C. Homans (1950, 1956, 1961) menyatakan bila tindakan manusia selalu mendapat imbalan atau keuntungan (reward), maka manusia lebih cenderung akan melakukan tindakan tersebut secara terus-menerus. Dia menyatakan pula bahwa “reward

must be greater than costs” (Altman, 1973:64).

Di dalam penelitian ini, terjadi proses pertukaran sosial di dalam kelompok Mentoring Agama Islam, yaitu para anggota kelompok mengharapkan imbalan yang mungkin menjadi alasan mereka ikut dalam kelompok tersebut dan salah satunya mungkin mengharapkan penambahan informasi/pengetahuan mengenai ajaran agama Islam. Sehingga mereka dapat lebih memperdalam kegiatan ibadahnya kepada Allah SWT, dengan mengamalkan ilmu yang sudah mereka terima dalam kehidupan nyata.

Sementara imbalan yang diterima oleh pementor, di sini yang bertindak sebagai komunikator, adalah pahala dari Allah SWT, karena mereka telah melakukan tugasnya sebagai umat Islam yaitu berdakwah yang merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar lagi. Mereka telah mensukseskan dakwah Islam dengan menyebarkan ilmu agama yang telah diperoleh kepada orang lain, istilahnya mengamalkan ilmu tersebut. Sedangkan pengeluaran dari pementor dan peserta mentoring, dimungkinkan mereka harus meluangkan waktu mereka di sela-sela aktivitas mereka yang lain, untuk belajar lebih dalam mengenai agama mereka, yakni Islam.

1.5.3 Teori Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya.


(29)

Tujuan pendidikan direncanakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar- mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan bersifat ideal, sedang hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya (Purwanto, 2005:157).

Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:

1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek intelektual, seperti: 1) Pengetahuan (Knowledge)

2) Pemahaman (Comprehension) 3) Aplikasi (Application)

4) Analisis (Analysis) 5) Sintesis (Synthesis) 6) Evaluasi (Evaluation)

2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti: 1) Penerimaan (Receiving/Attending)

2) Tanggapan (Responding) 3) Penghargaan (Valuing)

4) Pengorganisasian (Organization)

5) Karakteristik Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or

Value Complex)

3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek keterampilan motorik, seperti: 1) Persepsi (Perception)


(30)

2) Kesiapan (Set)

3) Guided Response (Respon Terpimpin)

4) Mekanisme (Mechanism)

5) Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response) 6) Penyesuaian (Adaptation)

7) Penciptaan (Origination)

Sesungguhnya pengklasifikasian itu tidaklah dimaksudkan untuk memilah-milah perilaku manusia seperti halnya kita mencopoti kursi menjadi bagian-bagiannya. Karena pada dasarnya perilaku manusia itu jauh lebih kompleks dan bersifat sebagai suatu kesatuan perilaku yang utuh yang tidak mengkin dicopoti komponen-komponennya. Suatu perilaku tidak mungkin hanya melibatkan salah satu kawasan, walaupun mempunyai titik berat pada suatu kawasan tertentu.

Pengklasifikasian itu hanyalah usaha para pakar untuk menganalisis perilaku manusia tersebut, agar memungkinkan kemudahan pengembangan usaha-usaha pendidikan secara lebih sistematis. Dengan mengetahui titik berat kawasan perilaku tersebut, kita dapat menyusun rencana dan program pendidikan dan lebih terarah kepada tujuan pendidikan yang dimaksud dan lebih sesuai dengan kebutuhan siswa (Suparman, 2001: 92).

Usaha yang dapat dilakukan untuk lebih mudah memahami dan mengukur perubahan perilaku, maka perilaku kejiwaan manusia dibagi menjadi tiga domain atau ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kalau belajar menimbulkan perubahan perilaku, maka hasil belajar merupakan hasil perubahan perilakunya. Karena perubahan perilaku menunjukkan perubahan perilaku kejiwaan dan perilaku kejiwaan meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik, maka hasil belajar yang mencerminkan perubahan perilaku meliputi hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selanjutnya


(31)

untuk kepentingan pengukuran perubahan perilaku akibat belajar akan mencakup pengukuran atas domain kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil belajarnya.

Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan manusia yang akan diubah dalam proses belajar mengajar atau pendidikan. Perilaku kejiwaan itu dibagi dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Potensi perilaku untuk diubah, usaha mengubah perilaku, dan hasil perubahan perilaku tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1.1 Domain Hasil Belajar

INPUT PROSES HASIL

Siswa: 1. Kognitif 2. Afektif 3. Psikomotorik

Proses belajar-mengajar

Siswa: 1. Kognitif 2. Afektif 3. Psikomotorik Potensi perilaku yang

dapat diubah Usaha mengubah perilaku

Perilaku yang telah berubah:

1. Efek pengajaran 2. Efek pengiring Sumber: Adaptasi dari Purwanto, 2005: 158

Kelompok Mentoring Agama Islam termasuk kelompok belajar, dalam hal ini belajar nilai-nilai ajaran agama Islam. Dalam proses pembelajaran tersebut, seorang pementor menyampaikan materi yang berisikan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam. Sehingga akan menimbulkan hasil belajar terhadap peserta mentoringnya.

Hasil belajar tersebut diharapkan tidak hanya terjadi pada area kognitif peserta mentoring, tetapi juga diharapkan menimbulkan hasil pada kawasan afektif dan konatif.


(32)

Yang pada akhirnya berdampak agar pengetahuan yang diterima oleh peserta mentoring tentang ajaran Islam, dapat diamalkan dalam perilaku atau tindakan sehari-hari. Mereka bertindak sesuai perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Sehingga dapat membentuk pribadi yang benar aqidahnya, ibadahnya, dan berakhlak yang baik dalam pergaulan masyarakat serta merujuk kepada Al-Quran dan Al-Hadist sebagai pedoman hidupnya.

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil yang dicapai dan dapat mengantar penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 2001:33).

Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Bungin, 2001:73). Sedangkan Kerlinger menyebutkan konsep sebagai abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal yang khusus (Kriyantono, 2008:17). Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan lainnya.

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesa, yang sebenarnya merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai : a. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang lain (Rakhmat, 2004:12).


(33)

b. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2004:12).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengamalan nilai-nilai ajaran Islam. c. Variabel Anteseden

Variabel anteseden merupakan hasil yang lebih mendalam dari penelusuran hubungan kausal antara variabel dan letaknya mendahului variabel pengaruh/bebas. Untuk dapat diterima sebagai variabel anteseden harus dipenuhi tiga persyaratan, yaitu:

• Ketiga variabel harus saling berhubungan: variabel anteseden dan variabel pengaruh, variabel anteseden dan variabel terpengaruh, variabel pengaruh dan variabel terpengaruh.

• Apabila variabel anteseden dikontrol, hubungan antara variabel pengaruh dan variabel terpengaruh tidak lenyap.

• Apabila variabel pengaruh dikontrol, hubungan antara variabel anteseden dan variabel terpengaruh harus lenyap (Singarimbun, 2006:67).

Variabel anteseden dalam penelitian ini adalah potensi perilaku kejiwaan responden dan karakteristik responden, dalam hal ini anggota kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai.


(34)

1.7 Model Teoretis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep dapat dibentuk menjadi suatu model teoretis sebagai berikut :

Variabel Bebas

Komunikasi Kelompok

Kecil

Gambar 1.1 Model Teoretis

1.8 Variabel Operasional

Operasional variabel berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam penelitian. Maka berdasarkan kerangka konsep dibuatlah operasionalisasi variabel untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian.

Berdasarkan hal itu, maka operasionalisasi variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah:

Variabel Anteseden

Karakteristik Responden: 1. Usia 2. Jenis Kelamin

Variabel Terikat

Pengamalan Nilai-nlai Ajaran Islam

Proses Belajar Mengajar

Proses Pertukaran

Sosial

Hasil Belajar atau Perubahan

Perilaku

Kognitif

Afektif


(35)

Tabel 1.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Teoretis Variabel Operasional Variabel Bebas

Komunikasi Kelompok Kecil

1. Komponen Komunikasi

a. Faktor Komunikator

kepercayaan (credibility)

daya tarik (attractiveness)

kekuatan (power) b. Faktor Pesan

• isi pesan

• daya tarik pesan

• struktur pesan

• kejelasan pesan

• gaya pesan

• penyajian pesan

appeals pesan/cara penyampaian pesan

c. Faktor Media Komunikasi

• jenis media yang digunakan

• efisiensi media yang digunakan d. Faktor Komunikan

• alasan masuk kelompok

• frekuensi mengikuti pertemuan

• manfaat dari kelompok

• pengenalan terhadap sesama anggota

• perasaan terhadap kelompok

• keterlibatan dalam interaksi

2. Kuantitas Komunikasi

a. jumlah peserta b. frekuensi pertemuan

c. durasi waktu yang digunakan untuk setiap pertemuan


(36)

lanjutan tabel…

Variabel Teoretis Variabel Operasional Variabel Terikat

Pengamalan Nilai-nilai Ajaran Islam

1. Domain Kognitif

a. Pengetahuan (Knowledge) b. Pemahaman (Comprehension) c. Aplikasi (Application)

d. Analisis (Analysis) e. Sintesis (Synthesis) f. Evaluasi (Evaluation)

2. Domain Afektif

a. Penerimaan (Receiving/Attending) b. Tanggapan (Responding)

c. Penghargaan (Valuing)

d. Pengorganisasian (Organization)

e.Karakteristik Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization

by a Value or Value Complex) 3. Domain Konatif

a. Persepsi (Perception) b. Kesiapan (Set)

c. Guided Response (Respon Terpimpin) d. Mekanisme (Mechanism)

e.Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt

Response)

f. Penyesuaian (Adaptation) g. Penciptaan (Origination)

Variabel Anteseden

Karakterstik Responden

1. Usia

2. Jenis Kelamin

1.9 Definisi Variabel Operasional

Definisi Operasional merupakan unsur penelitian untuk mengetahui bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu


(37)

informasi ilmiah atau semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 2006:46).

Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitan ini adalah :

1. Variabel Bebas (Komunikasi Kelompok Kecil)

1.

a. Faktor Komunikator Komponen Komunikasi

• Kepercayaan : seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki komunikator sehingga diterima atau diikuti komunikan.

• Daya tarik : komunikan bisa mengikuti pandangan seorang komunikator karena ia memiliki daya tarik dalam hal kesamaan, dikenal baik, disukai, dan fisiknya.

• Kekuatan : kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator jika ia ingin mempengaruhi orang lain.

b. Faktor Pesan

• Isi pesan : topik materi yang disampaikan tentang apa.

• Daya tarik pesan : apakah pesan/materi yang disampaikan menarik komunikan.

• Struktur pesan : pola penyimpulan (tersirat atau tersurat), pola urutan argumentasi (mana yang lebih dahulu, argumentasi yang disenangi atau yang tidak disenangi), dan pola objektivitas (satu sisi atau dua sisi).

• Kejelasan pesan : mudah tidaknya suatu materi yang disampaikan untuk dimengerti dan dipahami komunikan.

• Gaya pesan : menunjukkan variasi linguistik dalam penyampaian pesan (perulangan, kemudahdimengertian, dan perbendaharaan kata).


(38)

Penyampaian (appeals) pesan : mengacu pada motif-motif psikologi yang dikandung pesan (fear appeal, emotional appeal, reward appeal,

motivational appeal, dan humorious appeal).

d. Faktor Saluran Komunikasi

• Jenis saluran yang digunakan : jalan yang dilalui pesan dari komunikator menuju ke komunikannya, yakni tanpa media atau dengan media.

• Efisiensi saluran yang digunakan : ketepatan pemilihan dan penggunaan saluran akan berdampak pesan yang disampaikan tepat sasaran.

e. Faktor Komunikan

• Alasan masuk kelompok : merupakan motivasi atau hal-hal yang dijadikan alasan untuk masuk dalam kelompok, biasanya karena kebutuhan individu.

• Frekuensi mengikuti pertemuan : seberapa sering komunikan datang dan mengikuti pertemuan.

• Manfaat dari kelompok : seberapa besar manfaat yang didapat dari mengikuti kegiatan kelompok.

• Pengenalan terhadap sesama anggota : mengenal lebih dalam sesama anggota kelompok, tidak hanya tahu namanya.

• Perasaan terhadap kelompok : rasa yang dimiliki ndividu setelah masuk dan menjadi anggota kelompok, seperti senang, bangga, atau suka.

• Keterlibatan dalam interaksi : ikut dalam melakukan komunikasi yang dilakukan dan berinteraksi dengan yang lain.

2.

a. Jumlah peserta : jumlah anggota yang terlibat dalam kelompok. Kuantitas Komunikasi

b. Frekuensi pertemuan : seberapa sering pertemuan dilakukan dalam periode tertentu.


(39)

c. Waktu yang digunakan pada setiap pertemuan : lamanya/durasi waktu yang digunakan dalam setiap pertemuan.

2. Variabel Terikat (Pengamalan Nilai-nilai Ajaran Islam)

1. Domain Kognitif

a. Pengetahuan (Knowledge): berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.

b. Pemahaman (Comprehension): dikenali dari kemampuan untuk membaca menterjemahkan, menginterpretasikan, atau mensimpulkan konsep dengan kata sendiri.

c. Aplikasi (Application): kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja.

d Analisis (Analysis): seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.

e. Sintesis (Synthesis): mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. f. Evaluasi (Evaluation): kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap

solusi, gagasan, metodologi, dan sebagainya dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.


(40)

2.

a. Penerimaan (Receiving/Attending): kesadaran dan kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya. Domain Afektif

b. Tanggapan (Responding): memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.

c. Penghargaan (Valuing): berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.

d. Pengorganisasian (Organization): memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.

e. Karakteristik Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value

Complex): memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah lakunya

sehingga menjadi karakteristik gaya hidupnya. 3.

a. Persepsi (Perception): penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.

Domain Konatif

b. Kesiapan (Set): kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.

c. Guided Response (Respon Terpimpin): atau gerakan terbimbing, tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.


(41)

d. Mekanisme (Mechanism): atau gerakan terbiasa, membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. e. Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response): gerakan motoris

yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.

f. Penyesuaian (Adaptation): keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.

g. Penciptaan (Origination): membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.

3. Variabel Anteseden (Karakteristik Responden)

1. Usia : usia/umur responden.

2. Jenis kelamin : laki-laki atau perempuan.

1.10 Hipotesis

Secara etimologis hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu hypo dan thesis. Hypo berarti kurang dan thesis berarti pendapat. Jadi, hipotesis merupakan kesimpulan yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan (Bungin, 2001:90).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H0

Ha : Terdapat hubungan antara komunikasi kelompok kecil terhadap pengamalan nilai-nilai ajaran Islam pada kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai.

: Tidak terdapat hubungan antara komunikasi kelompok kecil terhadap pengamalan nilai-nilai ajaran Islam pada kelompok Mentoring Agama Islam di Rohis SMA Negeri 2 Binjai.


(42)

(43)

BAB II

URAIAN TEORETIS

2.1 Komunikasi Kelompok Kecil

Kehidupan kelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini yang mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain dalam kelompok. Naluri berkelompok itu juga yang mendorong manusia untuk menyatukan dirinya dengan kelompok yang lebih besar dalam kehidupan di sekelilingnya, bahkan mendorong manusia menyatu dengan alam. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka setiap manusia melakukan proses yang dinamakan adaptasi. Adaptasi dengan kedua lingkungan tadi - manusia lain dan alam sekitarnya - dapat melahirkan struktur sosial baru yang disebut dengan kelompok sosial.

Kelompok sosial adalah kehidupan bersama manusia dalam himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang umumnya secara fisik relatif kecil yang hidup secara guyub. Ada juga beberapa kelompok sosial yang dibentuk secara formal dan memiliki aturan-aturan yang jelas (Bungin, 2006:43-44).

Sebagaimana kenyataannya, bahwa manusia pada awalnya lahir dalam kelompok formal-primer yaitu keluarga, di mana kelompok ini disebut sebagai salah satu dari jenis kelompok kecil yang paling berkesan bagi setiap individu. Isolasi kehidupan individu dalam keluarga tak bertahan lama, karena seiring dengan perkembangan fisik, intelektual, pengalaman, dan kesempatan, individu mulai melepas hubungan-hubungan keluarga dan memasuki serta menyebar untuk menjalankan berbagai kegiatannya dan bertemu dengan manusia lain yang memiliki kesamaan tujuan, kepentingan, dan berbagai aspirasi lainnya. Dalam proses pelepasan tersebut, kemudian membentuk kelompok


(44)

lainnya, individu terus beradaptasi. Di dalam kelompok, masing-masing anggota berkomunikasi, saling berinteraksi, dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya.

2.1.1 Pengertian Komunikasi Kelompok Kecil

Para ahli tidak memiliki kata sepakat mengenai pengertian atau definisi kelompok. Hal itu bukanlah sesuatu yang aneh karena masing-masing ahli mempunyai sudut pandang yang berbeda satu sama lain mengenai pengertian kelompok.

Pengertian kelompok dari segi persepsi, seperti dikemukakan oleh Smith, “We

may define a social group as a unit consisting of a plural number of separate organism (agents) who have a collective perception of their unity and who have the ability to act or are acting in a unitary manner toward their environment”. Dalam hal ini, Smith

menggunakan istilah social group sebagai unit yang terdiri atas beberapa anggota yang mempunyai persepsi bersama tentang kesatuan mereka (Walgito, 2007:6-7). Selain itu terdapat juga pengertian kelompok atas dasar motivasi, tujuan, interdepedensi, interaksi, dan juga struktur.

Kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi tatap muka yang intensif di antara anggota kelompok, serta tatap muka itu pula akan mengatur sirkulasi komunikasi makna di antara mereka, sehingga mampu melahirkan sentimen-sentimen kelompok serta kerinduan di antara mereka.

Pengertiaan kelompok tersebut termasuk dalam definisi kelompok kecil, karena dengan jumlah anggota yang kecil memungkinkan semua anggota bisa berkomunikasi secara relatif mudah, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima informasi. Para anggota dapat mengatur pertemuan tatap muka, dapat saling berhubungan satu sama lain dengan tujuan yang sama, dan memiliki struktur di antara mereka.

Kelompok tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan komunikasi. Komunikasi merupakan dasar semua interaksi manusia dan untuk semua fungsi kelompok. Setiap


(45)

kelompok harus menerima dan menggunakan informasi dan proses ini terjadi melalui proses komunikasi. Karena pada hakekatnya kelompok terdiri dari dua atau lebih individu yang saling berhubungan, saling bergantung dan berinteraksi antara satu dengan lainnya, untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama. Interaksi tersebut dilakukan melalui kegiatan komunikasi.

Terdapat perbedaan antara dinamika-dinamika kelompok dengan komunikasi kelompok. Kalau dinamika-dinamika kelompok merupakan studi tentang berbagai aspek tingkah laku kelompok, sedangkan komunikasi kelompok hanya memusatkan perhatiannya pada proses komunikasi dalam kelompok-kelompok kecil (Goldberg, 1985:7).

Komunikasi kelompok kecil (small group communication) merupakan komunikasi yang berlangsung secara tatap muka karena komunikator dan komunikan berada dalam situasi saling berhadapan dan saling melihat. Para anggotanya saling berinteraksi satu sama lain dan lebih intens.

Menurut Shaw (1976) ada enam cara untuk mengidentifikasikan suatu komunikasi kelompok kecil yaitu suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain, dan berkomunikasi tatap muka. Jika salah satu dari komponen itu hilang, individu yang terlibat tidaklah berkomunikasi dalam kelompok kecil (Muhammad, 2000:182).

Ada empat elemen kelompok yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman yaitu interaksi, waktu, ukuran, dan tujuan. Interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting, karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan istilah yang disebut dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak terikat dalam aktivitas yang sama, namun tanpa komunikasi satu sama lain. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang singkat, tidak


(46)

dapat digolongkan sebagai kelompok, karena kelompok mempersyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang sehingga akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara. Ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok tidak ada yang pasti. Tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya (Bungin, 2006:266-267).

Menurut Arni Muhammad (2000:182-184), tujuan komunikasi kelompok kecil mungkin dapat digunakan untuk menyelesaikan bermacam-macam tugas atau untuk memecahkan masalah. Akan tetapi, dari semua tujuan itu sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu untuk tujuan personal dan tujuan yang berhubungan dengan tugas atau pekerjaan. Alasan seseorang masuk dalam kelompok dapat dibedakan atas empat tujuan utama yaitu untuk hubungan sosial, penyaluran, untuk terapi, dan untuk belajar. Tujuan tersebut merupakan tujuan personal. Sedangkan tujuan yang berhubungan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan yaitu untuk membuat keputusan dan pemecahan suatu masalah.

2.1.2 Tipe Komunikasi Kelompok Kecil

Ronald B. Adler dan George Rodman dalam bukunya Understanding Human

Communication, membagi kelompok kecil dalam tiga tipe, yaitu:

a. Kelompok Belajar (Learning Group)

Kata ‘belajar’ atau learning, tidak tertuju pada pengertian pendidikan sekolah saja, namun juga termasuk belajar dalam kelompok (learning group), seperti kelompok keterampilan, kelompok belajar musik, kelompok bela diri, kelompok diskusi dan sebagainya. Tujuannya adalah meningkatkan informasi, pengetahuan, dan kemampuan diri para anggotanya.


(47)

b. Kelompok Petumbuhan (Growth Group)

Kelompok pertumbuhan memusatkan perhatiannya kepada permasalahan pribadi yang dihadapi para anggotanya. Wujud nyatanya adalah kelompok bimbingan perkawinan, kelompok bimbingan psikologi, kelompok terapi, serta kelompok yang memusatkan aktivitasnya pada pertumbuhan keyakinan diri, yang biasa disebut dengan

consciousness-raising group.

c. Kelompok Pemecahan Masalah (Problem Solving Group)

Kelompok ini bertujuan untuk membantu anggota kelompok lainnya memecahkan masalahnya. Kelompok akan memberi akses informasi kepada individu sehubungan dengan masalah yang dialaminya, berupa pengalaman anggota kelompok lain ketika menghadapi masalah yang sama, atau informasi lain yang dapat membantu individu memecahkan masalahnya. Kelompok juga memberi kekuatan emosional kepada individu dalam membuat keputusan dan melakukan sebuah tindakan untuk mengatasi masalah individu (Bungin, 2006:270-271).

Tipe komunikasi kelompok kecil dinilai oleh banyak kalangan sebagai pengembangan dari komunikasi antarpribadi. Trenholm dan Jensen (1995:26) mengatakan bahwa komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka, biasanya bersifat spontan dan informal. Peserta satu sama lain menerima umpan balik secara maksimal. Peserta komunikasi berperan secara fleksibel sebagai pengirim dan penerima. Setelah orang ketiga bergabung di dalam interaksi tersebut, berakhirlah komunikasi antarpribadi, dan berubah menjadi komunikasi kelompok kecil (Wiryanto, 2005:45).

Tidak ada batasan yang jelas tentang berapa jumlah orang yang berada dalam satu kelompok kecil, namun pada umumnya kelompok kecil terdiri dari 2-15 orang. Jumlah yang lebih kecil dari 2 orang bukanlah kelompok, begitu juga jumlah anggota kelompok yang melebihi 15 orang, akan menyulitkan setiap anggota berinteraksi dengan anggota


(48)

kelompok lainnya secara intensif dan face to face. Bahkan ada juga yang menyatakan komunikasi kelompok kecil antara 20-30 orang, tetapi tidak lebih dari 50 orang.

Sumber: Adaptasi dari DeVito, 1997:344

Gambar 2.1

Model Komunikasi Kelompok Kecil

Pola komunikasi seperti di atas, menurut beberapa penelitian merupakan pola komunikasi dalam kelompok yang paling efektif yaitu pola semua saluran. Karena pola semua saluran tidak terpusat pada satu orang pemimpin, dan paling cepat memberikan kepuasan kepada anggota-anggotanya, dan yang paling cepat menyelesaikan tugas bila tugas itu berkenaan dengan masalah yang sukar (Rakhmat, 2005:163).

Anggota-anggota kelompok kecil dapat berkomunikasi dengan mudah. Sumber dan penerima dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama. Kelompok kecil ini mempunyai alasan yang sama bagi anggotanya untuk berinteraksi. Mereka mempunyai

Sumber Penerima

Sumber Penerima

Sumber Penerima

Sumber Penerima

Sumber Penerima


(49)

derajat organisasi tertentu yang mengatur kelompoknya. Komunikasi kelompok kecil ini menitikberatkan pada tingkah laku dalam diskusi kelompok.

Menurut Dean C. Barnlund dan Franklyn S. Haiman, bahwa komunikasi antarpribadi menjadi komunikasi kelompok dapat terjadi dengan memusatkan pada kesadaran akan kehadiran orang lain dan pemahaman tentang proses komunikasi. Tipe komunikasi kelompok kecil ini melibatkan dua atau lebih individu secara fisik berdekatan. Pelibatan itu juga dalam hal menyampaikan serta menjawab pesan-pesan secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi antarpribadi dan kelompok memiliki perbedaan tipis, bila dilihat dari kadar spontanitas, struktur, kesadaran akan sasaran kelompok, ukuran, relativitas sifat permanen kelompok dan identitas diri (Goldberg, 1985:6-9).

2.1.3 Karakteristik Komunikasi Kelompok Kecil

Karakteristik komunikasi dalam kelompok ditentukan melalui dua hal, yaitu norma dan peran. Norma adalah kesepakatan dan perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berhubungan dan berperilaku satu dengan lainnya.

Norma oleh para sosiolog disebut juga dengan ‘hukum’ (law) ataupun ‘aturan’ (rule), yaitu perilaku-perilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan dalam suatu kelompok.

Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu norma sosial, prosedural, dan tugas. Norma sosial mengatur hubungan di antara para anggota kelompok. Sedangkan norma prosedural menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi, seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan, apakah melalui suara mayoritas ataukah dilakukan pembicaraan sampai tercapai kesepakatan. Dari norma tugas memusatkan perhatian pada bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan (Bungin,


(50)

2006: 267). Norma selalu ada dalam kelompok, bagaimana pun kecilnya suatu kelompok.

Norma di dalam kelompok mengidentifikasikan anggota kelompok itu berperilaku, seperti benar atau salah, baik atau buruk, cocok atau tidak cocok, serta diizinkan atau tidak diizinkan. Tiap kelompok menetapkan sistem nilai dan konsep perilaku normatif mereka sendiri. Pengembangan norma dalam suatu kelompok digunakan untuk mengatur perilaku anggota kelompok.

Sikap dan tanggapan anggota kelompok terhadap norma kelompok dapat bermacam-macam. Ada anggota yang tunduk pada norma kelompok dengan terpaksa karena ia termasuk dalam kelompok yang bersangkutan, tetapi ada pula yang tunduk pada norma kelompok dengan penuh pengertian dan penuh kesadaran, sehingga norma kelompok dijadikan normanya sendiri.

Anggota yang terakhirlah yang disebut individu menginternalisasi norma kelompok, yaitu norma kelompok dijadikan norma pribadinya, maka individu yang bersangkutan pasti tidak atau jarang melanggar norma-norma yang telah digariskan oleh kelompok. Karena sikap dan perilakunya telah dikendalikan oleh dirinya sendiri. Sebaliknya, apabila seorang individu tunduk pada norma kelompok karena terpaksa, maka individu bersangkutan pasti akan sering melanggar norma kelompok karena belum menjadi normanya sendiri. (Walgito, 2007:55-56).

Napier dan Gershenfeld mengemukakan bahwa para anggota kelompok akan menerima norma kelompok, apabila:

1. Anggota kelompok menginginkan keanggotaan yang kontinyu dalam kelompok.


(51)

3. Kelompok bersifat kohesif, yakni anggotanya berhubungan sangat erat, terikat satu sama lain, dan kelompok dapat memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya.

4. Keanggotaan seseorang dalam suatu kelompok semakin penting.

5. Pelanggaran kelompok dihukum dengan reaksi negatif dari kelompok (DeVito, 1997:304).

Arni Muhammad (2000:193-194) menyebutkan bahwa individu biasanya mematuhi norma-norma kelompok yang mempengaruhi mereka. Ada variabel-variabel kunci yang mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam norma kelompok, di antaranya yaitu: 1. Sifat kepribadian yang mungkin mempengaruhi anggota kelompok untuk

patuh, yakni tingkat sifat yang suka menerima, tingkat kepercayaan akan diri menerima, sifat otoriter, intelegensi, kebutuhan untuk mencapai hasil, dan kebutuhan akan persetujuan sosial.

2. Variabel dalam kelompok yang mempengaruhi kepatuhan yakni kekompakan, daya tarik kelompok, pentingnya kelompok, dan jumlah interaksi.

3. Tekanan luar yang mempengaruhi kepatuhan yakni, besarnya kelompok, struktur kelompok, tingkat kesulitan masalah atau tugas yang dihadapi, kebaruan situasi, tekanan untuk konsensus, tingkatan krisis atau keadaan darurat, dan tingkat situasi yang meragukan.

Norma kelompok (group norms) merupakan norma yang relatif tidak tetap. Artinya, norma kelompok dapat berubah sesuai dengan keadaan yang dihadapai oleh kelompok, sehingga norma kelompok yang dahulu berlaku, kini dapat tidak berlaku lagi.

Terbentuknya struktur kelompok, membuat dalam suatu kelompok akan terjadi pembagian tugas oleh anggota kelompok, masing-masing anggota akan mempunyai


(1)

II. Variabel Terikat (Pengamalan Nilai-nilai Ajaran Islam)

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

No. Pernyataan

Alternatif Jawaban

1 2 3 4

STS TS S SS

Domain Kognitif

45. Saya ingat beberapa materi yang telah disampaikan oleh abang/kakak pementor yang selama ini saya ikuti.*)

46. Saya mampu menjelaskan beberapa pengertian dari materi-materi yang telah disampaikan selama ini di mentoring dengan kata-kata saya sendiri.*)

47. Saya sudah menerapkan sepenuhnya dalam kehidupan saya, untuk materi-materi yang memang harus diterapkan.*)

48. Saya mampu menguraikan/menjabarkan beberapa ajaran Islam, seperti tentang sholat yakni, keutamaan sholat, niat sholat, rukun sholat, dan sebagainya.

49. Saya mampu mengambil hikmah dari beberapa materi agama seperti tentang sejarah Nabi atau kisah para sahabat Nabi. 50. Saya membenarkan setiap materi/nilai-nilai

dari ajaran Islam yang telah disampaikan selama ini dalam mentoring.

Domain Afektif

51. Segala hal yang ditulis dalam Al-Quran harus dipandang sebagai kebenaran mutlak.

52. Saya percaya setiap perbuatan yang dilakukan manusia di bumi akan mendapatkan balasan yang sesuai.

53. Saya bersedia mematuhi setiap perintah yang diajarkan dalam syariat Islam.

54. Saya bersedia menjauhi segala larangan yang diajarkan dalam syariat Islam.

55. Saya merasa setiap perkataan maupun perbuatan saya telah sepenuhnya sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam syariat Islam.


(2)

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

67. Apa saran Anda untuk meningkatkan komunikasi kelompok kecil (kelompok mentoring Anda) yang efektif ?

No. Pernyataan

Alternatif Jawaban

1 2 3 4

STS TS S SS

Domain Konatif

56. Saya belum mampu membedakan setiap perkataan maupun perbuatan yang dianggap benar dan salah menurut syariat Islam.

57. Saya telah siap mengerjakan setiap perbuatan yang diperintahkan dalam syariat Islam.

58. Saya telah siap menjauhi segala larangan yang diajarkan dalam syariat Islam.

59. Mengikuti setiap perintah dan menjauhi segala larangan yang telah diajarkan dalam syariat Islam harus berpedoman pada Al-Quran dan Al-Hadist.

60. Saya harus mengerjakan sholat wajib lima waktu setiap hari, dalam kondisi bagaimana pun (kecuali terpaksa meninggalkannya

karena alasan yang sesuai syar’i bagi wanita).

61. Saya membaca/tilawah Al-Quran setiap hari.

62. Saya terbiasa mengerjakan sholat Tahajud.

63. Saya terbiasa mengerjakan sholat Dhuha.

64. Saya mengerjakan puasa di bulan Ramadhan karena orang lain mengerjakannya.

65. Saya berkewajiban membayar zakat/berniat membayar zakat/berusaha untuk menjadi pembayar zakat.

66. Saya bersedekah bila ada kesempatan dan kemampuan.


(3)

Daftar Cek (Checklist) untuk Observasi

dengan Sistem Kategori untuk Perilaku Komunikasi Kelompok dari Bales (Kriyantono, 2008:114)

Observasi Kelompok :

Pementor :

Hari/Tanggal :

Waktu :

Lokasi :

No. Kategori gejala dan unsur-unsurnya Ada Tidak

I Tindakan Positif 1. Bersahabat 2. Berdramatisasi 3. Menyetujui

II Memberikan Jawaban 1. Memberikan Informasi 2. Memberikan Saran 3. Memberikan Pendapat III Bertanya

1. Tentang Informasi 2. Tentang Pendapat 3. Tentang Saran IV Tindakan Negatif

1. Bersikap tak Bersahabat 2. Menampakkan Ketegangan 3. Tidak Setuju


(4)

Lembaran Observasi terhadap Penampilan Pementor dalam Kelompok Mentoring

Observasi Kelompok :

Pementor :

Hari/Tanggal :

Waktu :

Lokasi :

No. Kegiatan S K A L A

1 2 3 4

1. Penampilan fisik (cara berpakaian) pementor. 2. Hadir tepat waktu.

3 Tingkat penguasaan bahan materi/tutorial. 4 Pengenalan terhadap semua peserta mentoring. 5 Kemampuan mengikutsertakan peserta dalam

proses diskusi.

6 Kemampuan membangkitkan semangat/gairah belajar saat mentoring.

7 Kemampuan membuat suasana hangat/tidak kaku/santai, tapi tetap fokus.

8 Kemampuan menyajikan bahan materi secara sistematis (tingkat kesulitannya).

9 Penyajian bahan materi disertai contoh yang relevan dengan isi materi.

10 Penyajian bahan materi jelas dan menarik.

11 Memberikan kesempatan kepada peserta mentoring untuk bertanya bila ada yang kurang jelas.

12 Penjelasan yang diberikan atas pertanyaan peserta mentoring, meningkatkan pemahaman mereka. 13 Kemampuan menggunakan bahasa Indonesia secara

baik.

14 Bersikap terbuka terhadap usul, gagasan, dan kritikan dari peserta mentoring.

15 Selesai mentoring tepat pada waktunya. Keterangan: Skala 1 = Tidak Memuaskan

Skala 2 = Kurang Memuaskan Skala 3 = Memuaskan


(5)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168

N A M A : Eliana Syahpitri

LEMBARAN CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

N I M : 050904105

PEMBIMBING : Drs. Syafruddin Pohan, M.Si

No. Tanggal Pertemuan Pembahasan Paraf Pembimbing

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

29 April 2009

4 Mei 2009

6 Mei 2009

8 Mei 2009

19 Mei 2009

3 Juni 2009

27 Juli 2009

3 Agustus 2009

7 September 2009

28 September 2009

29 September 2009

ACC untuk Seminar Outline

Seminar Outline

Penyerahan Perbaikan & Bimbingan Bab I

Bimbingan Bab I

ACC Bab I

Penyerahan & ACC Bab II

Penyerahan Bab III & Bimbingan Kuesioner

ACC Kuesioner ke Lapangan

Penyerahan Bab IV & V

ACC Bab III serta Bimbingan Bab IV & V ACC untuk Sidang Meja Hijau


(6)

BIODATA PENULIS

NAMA : ELIANA SYAHPITRI

NIM : 050904105

TEMPAT/TGL LAHIR : KARANG REJO / 23 AGUSTUS 1987

ALAMAT : JL. HARYONO MT No. 164 BINJAI

KEL. JATI KARYA KEC. BINJAI UTARA

KOTAMADYA BINJAI, 20746

ANAK KE : 1 DARI 3 BERSAUDARA

AGAMA : ISLAM

RIWAYAT PENDIDIKAN : - TK DHARMA MULIA PTP IX (1992-1993) - SDN No. 023906 BINJAI (1993-1999) - SLTP NEGERI 6 BINJAI (1999-2002) - SMA NEGERI 2 BINJAI (2002-2005) - PT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA,

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK, DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI (2005-2009)

DATA ORANG TUA

NAMA AYAH : RAHMAD RIYADI

PEKERJAAN : WIRASWATA

NAMA IBU : MARSINI, S.Pd

PEKERJAAN : KEPALA SD NEGERI

ALAMAT ORANG TUA : JL. HARYONO MT No. 164 BINJAI KEL. JATI KARYA

KEC. BINJAI UTARA

KOTAMADYA BINJAI, 20746

SAUDARA KANDUNG : HARIS SUSANTO