Dampak dan Motivasi Perubahan Pola Migrasi dari Sirkuler ke Komuter

i

DAMPAK DAN MOTIVASI PERUBAHAN POLA MIGRASI
DARI SIRKULER KE KOMUTER

M RANGGA HUSIEN

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANG AN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOG I MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Dampak dan
Motivasi Perubahan Pola Migrasi dari Sirkuler ke Komuter adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Muhammad Rangga Husien
NIM I34090096

v

ABSTRAK
MUHAMMAD RANGGA HUSIEN. Dampak dan Motivasi Perubahan Pola
Migrasi dari Sirkuler ke Komuter. Dibimbing oleh LALA M. KOLOPAKING.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak sosial dan ekonomi
yang diterima migran dari perubahan pola migrasi dari sirkuler ke komuter, serta
mengidentifikasi pengaruh dampak perubahan pola migrasi tersebut terhadap
munculnya motivasi sosial dan ekonomi migran melakukan perubahan pola
migrasi sirkuler ke komuter. Metode penelitian menggunakan metode survai yang
didukung oleh metode wawancara mendalam. Responden diperoleh dengan

menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 30 responden. Penelitian ini
dilakukan di Desa Parakan Muncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Penelitian dilakukan dari Bulan April hingga Juli 2013. Dampak
ekonomi yang diperoleh migran setelah melakukan perpindahan berupa
peningkatan pendapatan. Dampak sosial yang diperoleh setelah melakukan
perpindahan berupa peningkatan prestige sosial dan kedekatan hubungan
kekeluargaan. Dampak sosial dapat muncul, karena pembelian barang simbol
status oleh migran dan intensitas komunikasi dengan keluarga lebih sering dengan
menjadi komuter. Hasil penelitian lainnya menunjukan bahwa perubahan pola
migrasi dari sirkuler ke komuter dipengaruhi oleh motivasi ekonomi.
Kata kunci: migrasi, dampak, perubahan pola migrasi dan motivasi

ABSTRACT
MUHAMMAD RANGGA HUSIEN. Impact and Motivation Change of Type
Migration from Circular to Commuter. Supervised by LALA M. KOLOPAKING.
The objective of this research was to identifies economic and social impact
which is received by migrant from changing of type migration from circular to
commuter and identifies the influence from that impact to social and economic
motivation migrant make decision to change of type migration from circular to
commuter. Methods of this research using survey methods that are supported by

in-depth interviews. Respondents were obtained using purposive sampling
technique by 30 respondents. The research was conducted in Parakan Muncang
Village, Nanggung District, Bogor Regency, West Java. The research was
conducted from April through July 2013. Economic impact of migrants obtained
after transfer to increase the income. Social effects obtained after transfer of
increased social prestige and closeness of family relationships. Social impacts
can arise, due to the purchase of by a status symbol things and intensity of
communication with migrant families to become commuter. The other result
showed that the change of type migration from circular to commuters affected by
economic motivations.
Keywords: migration, impact, change of type migration and motivation.

vii

DAMPAK DAN MOTIVASI PERUBAHAN POLA MIGRASI DARI
SIRKULER KE KOMUTER

M RANGGA HUSIEN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANG AN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOG I MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ix
Judul Skripsi : Dampak dan Motivasi Perubahan Pola Migrasi dari Sirkuler ke
Komuter
Nama
: Muhammad Rangga Husien
NIM
: I34090096

Disetujui oleh


Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

xi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini adalah
urbanisasi, transmigrasi dan migrasi internal dengan judul Dampak dan Motivasi
Perubahan Pola Migrasi dari Sirkuler ke Komuter.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS
selaku pembimbing yang dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan

kepada penulis. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Susi selaku
staff administrasi yang senantiasa membantu penulis dalam hal penjadwalan
bimbingan hingga sidang skripsi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
Septiana Nur Hanifah dan Sondang Fitriani Pakpahan selaku teman sebimbingan
yang telah banyak memberikan saran. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Bapak Ahmad Yani selaku kepala Desa Parakan Muncang dan
Bapak Rustam selaku perangkat desa yang setia menemani penulis dalam proses
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Mama, Papa,
Mama Teteh serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis
juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya terhadap sahabat-sahabat
yang telah memberikan semangat dan nasihat yang berharga, ucapan terimakasih
diucapkan kepada Jajang Somantri, Muhammad Ikbal Putera, Adhi Pamungkas,
Fajar Rinata, Fredy Marojaya, Relita Resa, Siti Chairunnisa, Nindya Ayu
Wradsari, Intan Endawaty, Bonita A Wenas, Rizki Budi Utami, Merisa, Resty Nur
Octaviana, Selvi Anggraini, Sri Wahyuni, Nur Hatinah Anggreany. Semoga karya
ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013
Muhammad Rangga Husien


xiii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
XV
DAFTAR GAMBAR
XV
DAFTAR LAMPIRAN
XV
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA

5
Migrasi
5
Urbanisasi
Error! Bookmark not defined.
Migrasi Komuter
9
Dampak Migrasi
9
Motivasi Bermigrasi
10
Hipotesis Penelitian
12
Definisi Operasional
12
METODE PENELITIAN
15
Lokasi dan Waktu Penelitian
15
Teknik Pengumpulan Data

15
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
16
PROFIL DESA PARAKAN MUNCANG
19
Letak Geografis
19
Sarana dan Prasarana
19
Struktur Kependudukan
21
Sejarah Migrasi
22
DAMPAK PERUBAHAN POLA MIGRASI DARI SIRKULER KE KOMUTER
TERHADAP DAERAH ASAL
23
MOTIVASI EKONOMI TERHADAP PERUBAHAN POLA MIGRASI DARI
SIRKULER KE KOMUTER
31
SIMPULAN DAN SARAN

41
Simpulan
41
Saran
41
LAMPIRAN
45
RIWAYAT HIDUP
54

xv

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

8

Dampak ekonomi perubahan pola migrasi dari sirkuler ke komuter terhadap
rumah tangga migran berdasarkan skala likert (2013)
Indikator-indikator peningkatan pendapatan rumah tangga migran berdasarkan
skala likert (2013)
Selisih perbedaan pendapatan antara sirkuler ke komuter (2013)
Dampak sosial perubahan pola migrasi dari sirkuler ke komuter terhadap rumah
tangga migran berdasarkan skala likert (2013)
Motivasi ekonomi melakukan migrasi ke kota berdasarkan skala likert (2013)
Motivasi ekonomi melakukan perubahan pola migrasi sirkuler ke komuter
berdasarkan skala likert (2013)
Jumlah dan persentase motivasi ekonomi dan sosial terhadap perubahan pola
migrasi sirkuler ke komuter (2013)
Motivasi ekonomi dan sosial terhadap dampak ekonomi dan sosial rumah
tangga migran (2013)

23
25
27
28
31
33
37
38

DAFTAR GAMBAR
1

Kerangka pemikiran

11

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Peta Desa Parakan Muncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat
Pengolahan data tabulasi silang
Pengolahan data rank spearman
Jadwal kegiatan penelitian tahun 2013
Kerangka sampling responden Desa Parakan Muncang
Dokumentasi penelitian

37
38
40
41
42
53

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gerak penduduk merupakan perpindahan penduduk dari satu wilayah ke
wilayah lain, baik itu merupakan gerak spasial, fisik dan geografis (Shrylock dan
Siegel 1973 dalam Rusli 2010:100). Migrasi merupakan salah satu dari gerak
penduduk. Migrasi sebagai suatu gerak penduduk terdiri atas tiga jenis, yaitu
migrasi permanen, migrasi sirkulasi dan migrasi komutasi. Migrasi permanen
adalah perpindahan tempat tinggal penduduk secara menetap pada satu wilayah ke
wilayah lainnya (Lee 1966 dalam Rusli 2010). Migrasi sirkulasi adalah
perpindahan penduduk nonpermanen dengan jangka waktu tertentu dari satu
daerah ke daerah lain dengan masih berlakunya hubungan dengan daerah asal
(Murdiyanto 2001). Migrasi komutasi dapat didefinisikan sebagai gerak penduduk
harian dari satu daerah ke daerah lain karena jarak spasial yang berdekatan dengan
daerah tujuan serta didukung oleh sarana transportasi yang baik (Hapsari 2011).
DKI Jakarta sebagai kota metropolitan terbesar di Indonesia telah menjadi
sentra pembangunan di segala bidang, baik ekonomi, sosial dan budaya. Pesatnya
pembangunan di Jakarta telah menjadi magnet yang menarik para migran untuk
bermigrasi ke Jakarta. Kondisi ini terjadi mengingat sejumlah peso na dan daya
tarik yang ditawarkan seperti lapangan kerja dan tingkat pendapatan yang tinggi.
Migrasi telah terjadi di Jakarta semenjak daerah ini ditetapkan sebagai Ibukota
Negara Indonesia, baik dengan pola sirkulasi maupun komutasi. Para migran yang
berasal dari penjuru negeri mayoritas datang dengan bekal pendidikan dan
keterampilan yang rendah, sehingga mereka lebih banyak bekerja pada sektor
informal (Ponto 1987). Akibatnya banyak bermunculan kaum pengangguran dan
kantung-kantung pemukiman kumuh (slum area) di wilayah Jakarta. Migrasi telah
banyak menimbulkan banyak dampak, baik dampak positif maupun dampak
negatif. Kota Bodetabek sebagai kota pinggiran Jakarta berfungsi sebagai katub
pengaman dalam mengatasi permasalahan yang ada di Jakarta. Semakin
meningkatnya biaya hidup di Jakarta dan semakin mahalnya lahan pemukiman di
Jakarta menyebabkan banyak dari kaum migran Jakarta mulai bermigrasi ke
daerah pinggiran seperti Bodetabek.
Dahulu migrasi yang terjadi antara daerah pusat dan daerah pinggiran lebih
banyak didominasi oleh migrasi sirkuler. Kondisi ini terlihat dari gejala sirkulasi
penduduk desa Kabupaten Bogor ke Jakarta yang dilakukan dengan pola menetap
sementara pada daerah tujuan untuk tujuan bekerja dan kembali lagi ke daerah
asal selama seminggu sekali (Hermawan 2002). Gejala sirkulasi muncul terutama
pada daerah pinggiran sekitar Jakarta yang jaraknya tidak terlalu jauh ke Jakarta,
namun akibat keterbatasan akses moda transportasi yang menghubungkan
keduanya menyebabkan banyak penduduk melakukan migrasi dengan pola
sirkulasi. Penduduk yang melakukan sirkulasi ke Jakarta biasanya mengontrak
sebuah rumah atau tinggal dengan kerabat mereka untuk sementara waktu (Sinaga
2012) dan kembali ke daerah asal mereka dengan membawa remitan migran
sirkuler (Murdiyanto 2001).
Semenjak terjadi krisis moneter pada tahun 1996 banyak migran yang
semula hidup sebagai migran sirkuler kemudian mulai merubah pola migrasi

2
menjadi komuter. Perubahan tersebut dapat terjadi karena terdapat sejumlah
faktor, seperti biaya hidup sirkuler yang semakin mahal dan kemajuan moda
transportasi yang mempermudah dan memperhemat perjalanan harian migran.
Akibat kedua faktor inilah menyebabkan munculnya fenomena perubahan pola
migrasi dari sirkuler ke komuter, baik perubahan pola migrasi dua atau tiga tahap.
Perubahan pola migrasi dua tahap adalah perubahan pola migrasi langsung yang
terjadi dari menetap sementara menjadi harian. Adapun bentuk perubahan pola
migrasi tiga tahap, yakni pertama migran sirkuler melakukan migrasi permanen
terlebih dahulu ke daerah sekitar pinggiran Jakarta dengan alasan harga sewa atau
harga pemukiman yang masih murah, kemudian setelah itu melakukan komutasi
dari hunian permanen tersebut menuju Jakarta untuk berkerja. Munculnya gejala
perubahan pola migrasi sirkulasi ke komutasi melalui dua tahap atau tiga tahap
menyebabkan terjadinya fenomena perbedaan proporsi penduduk antara penduduk
siang dan malam Jakarta. Fenomena ini dapat terjadi karena banyaknya penduduk
nonpermanen yang berasal dari pinggiran Jakarta yang bermigrasi hanya pada
waktu pagi hari dan kembali lagi ke daerah asal mereka pada sore atau malam
harinya.
Penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi sejumlah dampak ekonomi
dan sosial yang diterima dari perubahan pola migrasi sirkuler ke komuter serta
melihat hubungan antara dampak tersebut dengan motivasi ekonomi dan sosial
yang muncul. Penelitian ini dilakukan di salah satu desa di Kabupaten Bogor,
yakni Desa Parakan Muncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Desa ini merupakan desa yang lokasinya cukup jauh dengan Jakarta,
sehingga dahulu banyak migran yang berasal dari daerah ini memilih untuk
melakukan sirkulasi daripada komutasi. Seiring dengan perkembangan zaman
muncul perkembangan moda transportasi yang memudahkan dan memperhemat
biaya perjalanan harian migran, seperti munculnya sepeda motor. Fenomena
perubahan pola migrasi dua tahap, yakni dari sirkuler ke komuter lebih banyak
terjadi dibandingkan dengan pola tiga tahap di desa ini, sehingga akibat faktor ini
penulis menilai bahwa Desa Parakan Muncang layak untuk dijadikan sebagai
lokasi penelitian.
Perumusan Masalah
Masalah penelitian yang akan diangkat adalah :
1. Apa dampak sosial-ekonomi yang diterima dari perubahan pola migrasi
sirkuler ke komuter?
2. Apakah dampak sosial-ekonomi mempengaruhi munculnya motivasi sosialekonomi migran melakukan perubahan pola migrasi dari sirkuler ke komuter?
Tujuan Penelitian
Atas dasar rumusan pertanyaan yang sudah dikemukakan sebelumnya maka
tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Identifikasi dampak sosial-ekonomi yang diterima dari perubahan pola migrasi
sirkuler ke komuter.
2. Identifikasi pengaruh dampak sosial-ekonomi terhadap motivasi sosialekonomi migran melakukan perubahan pola migrasi dari sirkuler ke komuter.

3

Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi akademisi, sebagai bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai
fenomena perubahan pola migrasi dari sirkuler ke komuter.
2. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan
mengenai kependudukan terutama berkaitan dengan migrasi.
3. Bagi masyarakat, sebagai bahan acuan dalam melihat akibat yang muncul dari
perubahan pola migrasi tersebut.

4

5

TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian tinjauan pustaka ini akan dijelaskan mengenai beberapa konsep
dan teori yang berkaitan dengan migrasi, urbanisasi, sirkulasi, komutasi, dampak
bermigrasi dan motivasi bermigrasi.
Migrasi
Gerak penduduk adalah mobilitas penduduk dari satu tempat ke tempat lain,
dalam arti gerak spasial, fisik dan geografis (Shrylock dan Siegel 1973 dalam
Rusli 2010:100). Gerak penduduk dapat berupa dimensi gerak penduduk
permanen dan dimensi gerak penduduk nonpermanen, dimana berdasarkan
dimensi ini gerak penduduk dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni migrasi,
sirkulasi dan komutasi (Rusli 2010:100). Migrasi merupakan salah satu dari
tipologi gerak penduduk yang cenderung bersifat permanen. Definisi migrasi
adalah:
“...Seseorang dapat dikatakan melakukan migrasi apabila ia melaku kan pindah
tempat tinggal secara permanen dan relatif permanen (untuk jangka waktu
minimal tertentu) dengan menempuh jarak minimal tertentu atau pindah dari satu
unit geografis ke unit geografis lainnya. Unit geografis berart i unit ad min istratif
pemerintah baik berupa negara maupun bagian -bagian dari negara...” (Rusli
2010:100).

Berdasarkan pengertian yang diberikan oleh Rusli (2010) dapat dikatakan
bahwa migrasi merupakan ciri dari gerak penduduk permanen yang memiliki
interval migrasi tertentu baik selama satu tahun, lima tahun dan sepuluh tahun.
Migrasi dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni migrasi internal dan migrasi
internasional. Pada penelitian ini jenis migrasi yang dijadika n bahan kajian adalah
migrasi sirkulasi dan komutasi dari desa ke kota di Indonesia yang merupakan
salah satu jenis dari migrasi internal. Migrasi internal adalah perpindahan
penduduk yang terjadi pada unit- unit geografis satu negara (Rusli 2010:100),
misalnya perpindahan penduduk dari Bogor ke Jakarta atau sebaliknya. Individu
yang melakukan migrasi dapat disebut sebagai migran (Rusli 2010:100). Migran
yang teridentifikasi berdomisili berbeda antara tempat tinggal sekarang dengan
tempat kelahirannya dapat disebut sebagai migran semasa hidup (Rusli 2010:100).
Migran yang teridentifikasi berdomisili berbeda-beda berdasarkan periode tahun
belakangan (lima tahun sekali) dengan tempat tinggal saat ini dapat disebut
sebagai migran risen (Rusli 2010:101). Adapun pengertian dari migran kembali
(return migrant) adalah sebagai “...seseorang yang tempat tinggalnya sekarang
tidak berbeda dengan tempat lahir, tetapi untuk jangka waktu tertentu pernah
bertempat tinggal di luar tempat kelahirannya...” (Rusli 2010:101).
Adapun pengertian lainnya diberikan oleh BPS (2012) mengenai konsep
migran, dimana migran merupakan “...penduduk yang melakukan perpindahan
tempat tinggal melewati batas wilayah kelurahan/desa dalam kurun waktu lima
tahun sebelum survey...”. Migran dapat dikategorikan menjadi migran lokal kota
dan migran luar kota. Migran lokal kota adalah “...penduduk migran risen yang
tempat tinggalnya saat lima tahun sebelum survei masih di wilayah kota...”.
Adapun pengertian migran luar kota adalah “...penduduk migran risen yang
tempat tinggalnya saat lima tahun sebelum survei berada di luar wilayah kota...”.

6
Berdasarkan definisi yang diberikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2012) memberikan definisi mengenai konsep migrasi sebagai perpindahan
penduduk dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan menetap. Menurut
informasi yang diberikan oleh KBBI migrasi dapat digolongkan menjadi beberapa
bagian, seperti migrasi antardesa, yakni merupakan migrasi dari satu desa ke desa
lain, migrasi antarkota, yakni sebagai migrasi dari satu kota ke kota lain, migrasi
berantai, yakni sebagai perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain
karena ada unsur ajakan kerabat untuk pindah, migrasi bermusim, yakni sebagai
migrasi yang dilakukan penduduk pada musim tertentu ke daerah tertentu dan
kembali lagi ke daerah asal pada musim yang berbeda dan migrasi desa-kota
sebagai migrasi dari desa ke kota.
Konsep migrasi sukar untuk diukur, sebab migrasi merupakan suatu
peristiwa yang mungkin berulang beberapa kali sepanjang hidup seseorang
(Young 1984:94). Hampir semua definisi menggunakan kriteria ruang dan waktu,
sehingga perpindahan yang termasuk dalam proses migrasi setidak-tidaknya
dianggap semi permanen dan melintasi batas-batas geografis tertentu. Konsep
migrasi lainnya adalah “...migrasi sebagai perpindahan yang permanen atau semi
permanen...” (Lee 1969:285 dalam Young 1984:94). Definisi ini mengindikasikan
kejanggalan mengenai konsep pemanen pada migrasi, sebab berdasarkan
penelitian yang dilakukan pada penduduk Australia membuktikan bahwa terdapat
migrasi kembali pada migran permanen setelah dalam kurun waktu yang lama
menetap di daerah tujuan (Young 1984:94). Pada penelitian yang dilakukan oleh
(Gusmaini 2010) konsep migrasi permanen hampir sama dengan urbanisasi,
dimana migrasi merupakan perpindahan penduduk dari desa-kota dengan tujuan
menetap dalam kurun waktu yang lama. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
terlihat bahwa sebagian besar migran permanen mendirikan kantung-kantung
pemukiman kumuh (slum area) sebagai basis perkumpulan mereka dengan
sesama migran permanen.
Faktor Pendorong dan Penarik
Urbanisasi adalah proses meningkatnya proporsi penduduk yang bermukim
di daerah perkotaan (Rusli 2010:104). Urbanisasi dapat terjadi karena
pertumbuhan penduduk (natalitas dan mortalitas), migrasi (permanen, sirkulasi
dan komutasi) dan perubahan definisi administratif desa menjadi kota. Urbanisasi
merupakan “...derajat dan perubahan distribusi penduduk antara daerah perkotaa n
dengan daerah perdesaan...” (Goldstein dan Sly 1974 dalam Raharto et al. 1999).
Urbanisasi merupakan suatu studi demografi yang menitikberatkan kepada
proporsi jumlah penduduk pada daerah perkotaan (Raharto et al. 1999). Pada studi
yang dilakukan oleh (BPS 1995 dalam Raharto et al 1999) suatu daerah dapat
dikategorikan sebagai daerah perkotaan apabila memenuhi persyaratan sebagai
berikut (1) mempunyai kepadatan penduduk lebih dari lima ribu jiwa, (2) kurang
dari 25% rumah tangga bekerja pada sektor primer dan (3) memiliki sekurangkurangnya delapan fasilitas modern, yakni listrik, air ledeng, rumah sakit, sekolah,
pasar, bank dan kantor pos.
Urbanisasi dapat terjadi karena sejumlah faktor. Faktor pemicu terjadinya
urbanisasi dapat berupa faktor pendorong dan faktor penarik (Rusli 2010). Faktor
pendorong merupakan faktor yang mendorong migran untuk keluar dari daerah

7
asal karena sebab-sebab tertentu. Faktor pendorong urbanisasi dapat berupa faktor
pendorong ekonomi dan nonekonomi. Faktor pendorong ekonomi yang
menyebabkan terjadinya urbanisasi adalah sempitnya lapangan kerja di daerah
asal, tingkat upah di desa yang rendah dan sektor pertanian yang sudah lesu
(Gusmaini 2010). Adapun faktor pendorong nonekonomi yang menyebabkan
terjadinya urbanisasi adalah ketiadaan fasilitas pendidikan, kesehatan dan
transportasi yang berkualitas di daerah asal (Ponto 1987) serta tekanan kebutuhan
hidup yang semakin tinggi (Ibrahim 1989). Faktor penarik merupakan faktor yang
menarik migran untuk bermigrasi ke daerah tujuan karena sebab-sebab tertentu.
Adapun faktor penarik dapat dibedakan menjadi dua, yakni faktor penarik
ekonomi dan nonekonomi. Faktor penarik ekonomi adalah lapangan kerja yang
luas di kota, tingkat upah yang tinggi di kota serta pemukiman yang murah dan
strategis (Gusmaini 2010). Adapun faktor nonekonomi, seperti keberadaan
fasilitas pendidikan, kesehatan dan transportasi yang baik di kota (Sinaga 2012)
serta keberadaan sanak saudara berupa ajakan migrasi (Budianto 1999). Teori
mengenai faktor pendorong dan penarik yang terdapat pada konsep urbanisasi
memiliki kesamaan analogi dengan teori mengenai faktor pendorong dan penarik
migran melakukan perubahan pola migrasi sirkuler ke komuter yang ditemukan
pada penelitian ini. Kesamaan analogi tersebut terlihat dari pola migrasi sirkuler
yang dianalogikan sebagai daerah asal, sedangkan pola migrasi komuter yang
dianalogikan sebagai daerah tujuan. Faktor pendorong migran melakukan
perubahan pola migrasi merupakan faktor yang mendorong migran untuk keluar
dari pola migrasi sirkuler. Faktor tersebut dapat berupa faktor ekonomi dan
nonekonomi. Faktor pendorong ekonomi adalah pendapatan sirkuler yang rendah,
sedangkan faktor pendorong nonekonomi adalah status sosial sirkuler yang rendah
dan cerita sukses kerabat yang pernah melakukan perubahan. Faktor penarik
migran melakukan perubahan pola migrasi adalah faktor- faktor yang menarik
migran untuk masuk ke pola migrasi komuter. Faktor penarik tersebut dapat
berupa faktor ekonomi dan nonekonomi. Faktor penarik ekonomi adalah
pendapatan komuter yang lebih besar, sedangkan faktor penarik nonekonomi
adalah status sosial komuter yang tinggi dan ikatan keluarga yang tidak dapat
ditinggalkan.
Penelitian lainnya menyatakan bahwa urbanisasi merupakan penyebab dari
munculnya kota-kota dengan jumlah populasi yang besar seperti Mexico City, Sao
Paulo dan DKI Jakarta (Todaro dan Stilkind 1981 dalam Manning dan Effendi
1985). Pertumbuhan tersebut menyebabnya munculnya kota-kota raksasa yang
memicu tumbuhnya sektor-sektor tersier. Urbanisasi pada negara Dunia Ketiga
telah banyak memberikan pengaruh terutama dalam munculnya sektor-sektor
informal (McGee 1967 dalam Manning dan Effendi 1985). Dalam penelitian yang
dilakukan oleh (Ponto 1987) mengenai urbanisasi dan sektor informal yang
terdapat pada Kota Manado terlihat pada sebagian besar migran yang datang ke
kota bekerja pada sektor informal seperti pedagang kaki lima, kondisi ini dapat
terjadi karena sebagian besar tingkat pendidikan yang dimiliki oleh migra n masih
tergolong rendah, sehingga mereka tidak mampu untuk memasuki sektor formal
yang mensyaratkan pendidikan tinggi. Para urban yang datang ke kota selalu
mempunyai beragam cara untuk dapat bertahan hidup. Salah satu strategi bertahan
hidup yang dilakukan oleh urban terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh
Setiawati (2000) dan Sinaga (2012) pada penelitian ini urban dapat melakukan

8
strategi bertahan hidup dengan membentuk paguyuban asal daerah, sehingga
mereka dapat survive, baik secara ekonomi, sosial dan budaya.
Migrasi Sirkuler
Definisi mengenai gerak penduduk nonpermanen dibagi menjadi sirkulasi
dan komutasi, secara umum bermakna sebagai gerak penduduk yang biasanya
bercirikan jangka pendek, repetitif atau siklikal, dimana mempunyai persamaan
bahwa masing- masing migran tidak mempunyai niat yang nyata untuk mengubah
status tempat tinggal mereka dengan tempat lahir (Zelinsky 1971 dalam Rusli
2010:101). Definisi mengenai sirkulasi adalah sebagai berikut:
“...Gerak berselang antara tempat tinggal dan tempat tujuan baik untuk bekerja
maupun untuk lain-lain tujuan seperti sekolah. Seorang sirkulator tinggal di
tempat tujuan untuk periode waktu tertentu umpamanya seminggu, dua minggu,
sebulan atau dengan pola yang kurang teratur, diselingi dengan kemb ali dan
tinggal di tempat asal untuk waktu-waktu tertentu pula...” (Rusli 2010:101).

Jadi menurut pengertian yang dikemukakan oleh Rusli (2010) dapat
disimpulkan bahwa migrasi sirkulasi atau yang sering disebut dengan migrasi
sirkuler merupakan migrasi nonpermanen yang dicirikan menetap dalam kurun
waktu tertentu pada daerah tujuan dengan berbagai motivasi seperti motivasi
ekonomi dan nonekonomi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Hermawan
2002) pada sirkuler Bogor-Jakarta yang dimaksudkan dengan sirkulasi adalah
migrasi yang dilakukan selama seminggu sekali dengan alokasi waktu Sabtu dan
Minggu sebagai jadwal kepulangan. Pada penelitian tersebut terlihat bahwa tujuan
utama sirkuler dalam melakukan migrasi adalah untuk mencari pekerjaan, selain
itu sirkuler mayoritas berjenis kelamin laki- laki daripada perempuan. Berbeda
dengan penelitian mengenai sirkulasi yang dilakukan oleh (Murdiyanto 2001)
yang mengatakan bahwa sirkulasi merupakan migrasi nonpermanen yang
dilakukan selama masa kerja dan sekolah da ri migran yang bersangkutan.
Penelitian ini mengindikasikan bahwa motivasi sirkulasi tidak hanya berupa
motivasi ekonomi, namun juga merupakan motivasi pendidikan seperti kuliah di
kota dan sebagainya.
Pada umumnya mayoritas sirkuler adalah para pekerja asal daerah yang
mengadu nasib di kota seperti Jakarta untuk mencari kerja. Mereka memutuskan
untuk menjadi sirkuler, sebab terdapat beberapa alasan ekonomi dan nonekonomi
yang menahan mereka. Alasan ekonomi berupa lokasi daerah asal dengan tujuan
yang tidak terlalu jauh maupun pemukiman pada daerah tujuan yang strategis dan
murah (Setiawati 2000). Adapun alasan nonekonomi seperti keberadaan sanak
saudara yang mampu memberikan tumpangan tempat tinggal (Budianto 1999).
Berdasarkan data hasil penelitian yang d ilakukan oleh Lembaga Demografi
Universitas Indonesia (2011) sirkulasi merupakan suatu fenomena strategi
bertahan bagi kaum migran sirkuler untuk dapat bebas dari kemiskinan,
berdasarkan hasil penelitian itu pula dijelaskan mengenai peluang keberhasilan
ekonomi masing- masing migran yang mengatakan bahwa tingkat keberhasilan
ekonomi migran sirkuler menempati urutan kedua setelah pada peringkat pertama
diduduki oleh komuter dan ketiga oleh migran permanen.

9
Migrasi Komute r
Definisi bagi gerak penduduk komutasi adalah sebagai “...gerak penduduk
harian yaitu gerak berulang hampir setiap hari antara tempat tinggal dan tempat
tujuan...” (Rusli 2010:101). Seorang komuter pada dasarnya tidak punya rencana
untuk menginap pada daerah tujuan (Rusli 2010:101). Definisi berbeda mengenai
komutasi adalah gerak penduduk yang terjadi apabila seorang secara rutin
berpindah ke wilayah satu kemudian kembali lagi ke wilayah asal hanya dalam
waktu satu hari (Hapsari 2011). Dalam penelitian mengenai komutasi DepokJakarta yang dimaksud dengan komutasi adalah gerak penduduk yang terjadi dari
daerah pinggiran (satelite) menuju daerah sentral dengan bantuan moda
transportasi dalam waktu satu hari (Sitanala 2005). Seorang yang melakukan
komutasi dapat disebut sebagai komuter.
Dampak Migrasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012) pengertian dampak adalah
“...pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik positif maupun negatif).
Dampak memiliki beragam dimensi, baik ekonomi, sosial dan politik. Definisi
dampak ekonomi adalah “...pengaruh suatu penyelenggaraan kegiatan terhadap
perekonomian...”. Definisi mengenai dampak ekonomi dalam konteks migrasi
dapat diartikan sebagai efek ekonomi yang diperoleh individu ketika melakukan
migrasi, baik permanen, sirkulasi dan komutasi. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Budianto (1999), Hapsari (2011), Hermawan (2002), Murdiyanto
(2001), Ponto (1987) dan Sinaga (2012) pada studi mengenai migrasi, dampak
ekonomi adalah pengaruh kegiatan migrasi terhadap perekonomian migran, baik
yang bersifat individual (rumah tangga) maupun terhadap daerah asal mereka.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut terlihat bahwa dampak ekonomi
yang diterima oleh individu ketika melakukan migrasi adalah lebih kepada
dampak positif, seperti peningkatan pendapatan rumah tangga migran. Migrasi
mampu memberikan dampak positif ekonomi yang cukup baik kepada migran,
sebab dengan migran melakukan migrasi ke kota mereka dapat memperoleh
pekerjaan dengan tingkat upah yang tinggi di perkotaan, sehingga memberikan
cukup penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Dampak sosial
dapat didefinisikan sebagai pengaruh suatu kegiatan terhadap kehidupan sosial
individu (KBBI 2012). Dampak sosial didalam konteks migrasi dapat diartikan
sebagai efek sosial yang diterima oleh individu ketika melakukan migrasi, baik
permanen, sirkulasi dan komutasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
sejumlah ahli seperti Budianto (1999), Hapsari (2011), Hermawan (2002),
Murdiyanto (2001), Ponto (1987) dan Sinaga (2012) pada studi mengenai migrasi
dampak sosial adalah pengaruh kegiatan migrasi terhadap kehidupan sosial
migran.
Kehidupan sosial migran dapat didefinisikan sebagai hubungan
interpersonal migran dengan keluarga dan masyarakat, dimana migran tersebut
tinggal, sehingga berpengaruh terhadap interaksi sosial, pembentukan struktur
sosial dan pelapisan sosial di dalam masyarakat. Berdasarkan penelitian-penelitian
tersebut terlihat bahwa bentuk dampak sosial yang muncul ketika migran
melakukan migrasi ke kota lebih kepada dampak positif dan dampak negatif.

10
Dampak positif terlihat dari munculnya paguyuban-paguyuban asal daerah di
daerah tujuan migran Setiawati (2000) dan Sinaga (2012). Paguyuban merupakan
perkumpulan migran- migran seasal. Pembentukan paguyuban dilakukan sebagai
katub pengaman sosial-ekonomi ketika migran sedang mengalami kesulitan
sosial-ekonomi (Sinaga 2012).
Selain pembentukan paguyuban dampak positif lainnya adalah membaurnya
migran dengan masyarakat lokal, sehingga proses asimilasi budaya pun dapat
terjadi Budianto (1999) dan Sinaga (2012) serta peningkatan status sosial (prestige
sosial). Dampak negatif yang muncul adalah timbulnya sikap individualis dan
rasisme migran (Setiawati 2000). Sikap ini muncul karena terdapat hambatan
komunikasi antara migran yang berbeda daerah asal maupun antara migran
dengan masyarakat lokal, sehingga memunculkan sikap acuh dan lebih condong
berinteraksi dengan sesama migran seasal.
Motivasi Bermigrasi
Motivasi dan motif memiliki perbedaan definisi. Motif adalah serangkaian
daya upaya yang dimiliki oleh seseorang untuk berbuat sesuatu (Sadirman
2006:73). Motivasi adalah motif yang sudah bergerak secara aktif dalam bentuk
tindakan nyata (Sadirman 2006:73). Perbedaan antara motif dan motivasi terlihat
dalam bentuk perilaku, dimana motif masih dalam bentuk internal karena
berhubungan dengan niat yang di dalam hati, sedangkan pada motivasi sudah
bersifat eksternal dan nyata karena niat sudah dimanifestasikan dalam be ntuk
perilaku. Motivasi dapat muncul karena setiap manusia selalu memiliki kebutuhan
(Sadirman 2006:74).
Kebutuhan merupakan faktor pendorong dari setiap individu untuk berbuat
sesuatu. Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai kondisi ketidaknyaman yang
dirasakan oleh individu, sehingga dibutuhkan suatu tindakan sebagai bahan
pemuas dan penyeimbang ketidaknyaman tersebut (Sadirman 2006:78). Motivasi
juga didefiniskan sebagai “...perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan...” (McDonald 1959 dalam Sadirman 2006:73). Berdasarkan pengertian
yang diberikan oleh McDonald terdapat tiga elemen penting dalam motivasi,
yakni motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan
adanya feeling dan dirangsang dengan adanya tujuan. Tujuan dan kebutuhan
merupakan faktor pendorong munculnya motivasi didalam diri individu.
Menurut teori kebutuhan Maslow kebutuhan dapat dibagi menjadi empat
tingkatan, yakni kebutuhan fisiologis/biologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan
cinta kasih dan kebutuhan aktualisasi diri. Didalam konteks migrasi, motivasi
bermigrasi dapat dipandang sebagai faktor pendorong dan faktor penarik individu
untuk melakukan migrasi. Faktor pendorong merupakan alasan-alasan dari para
migran untuk meninggalkan daerah asal mereka, adapun faktor penarik
merupakan alasan-alasan dari para migran untuk memilih daerah tujuan (Jansen
1955 dalam Rusli 2010:108). Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Hairul
(2012), Hermawan (2002) dan Ibrahim (1989) mengenai migrasi, faktor
pendorong ekonomi individu melakukan migrasi adalah sempitnya lapangan kerja,
tingkat upah rendah di desa dan sektor primer yang sudah tidak menjanjikan.

11
Faktor pendorong nonekonomi individu melakukan migrasi ke kota adalah
ketiadaan fasilitas pendidikan, kesehatan dan transportasi yang baik serta
keberadaan sanak saudara di daerah tujuan. Faktor penarik ekonomi individu
melakukan migrasi ke kota adalah lapangan kerja yang luas di sektor informal,
tingkat upah yang tinggi di kota dan lokasi usaha yang strategis dan murah. Faktor
penarik nonekonomi individu melakukan migrasi ke kota adalah keberadaan
fasilitas pendidikan, kesehatan dan transportasi yang baik di kota, kisah sukses
kerabat yang sudah mengadu nasib di kota dan keinginan untuk mendapatkan
status sosial yang tinggi di desa.
Kerangka Pe mikiran
Penelitian ini dimulai dengan mengkaji sejumlah dimensi dampak yang
mempengaruhi motivasi migran melakukan perubahan pola migrasi dari sirkuler
ke komuter yang meliputi variabel dampak ekonomi dan variabel dampak sosial.
Variabel dampak ekonomi yang ditemukan adalah peningkatan pendapatan.
Adapun pada variabel dampak sosial peneliti menemukan dua dampak sosial,
yakni berupa peningkatan prestige sosial dan kedekatan hubungan kekeluargaan.
Akibat perubahan pola migrasi dari sirkuler ke komuter tersebut peneliti
menganalisis bagaimana pengaruhnya dampak bermigrasi terhadap motivasi
ekonomi dan sosial migran melakukan perubahan pola migrasi sirkuler ke
komuter. Dimensi motivasi pada penelitian ini dibagi menjadi motivasi ekonomi
dan motivasi sosial. Motivasi ekonomi yang ditemukan adalah keinginan
meningkatkan pendapatan. Motivasi sosial yang ditemukan adalah keinginan
meningkatkan prestige sosial dan keinginan mendapatkan kedekatan dan
keharmonisan hubungan rumah tangga.
Dampak Ekonomi:
1. Peningkatan pendapatan rumah tangga
Sirkuler

Komuter
Dampak Sosial:
1. Peningkatan kedekatan hubungan keluarga
2. Peningkatan status sosial

M otivasi Ekonomi:
1. Keinginan meningkatkan pendapatan
M otivasi Sosial:
1. Keinginan mendapatkan ikatan keluarga yang
harmonis
2. Keinginan mendapatkan prestige sosial di
mata masyarakat desa.

Keterangan:
: Hubungan pengaruh langsung
Gambar 1 Kerangka pemikiran

12
Hipotesis Penelitian
1.
2.

Hipotesis penelitian ini akan disajikan sebagai berikut:
Perubahan pola migrasi dari sirkuler ke komuter mengakibatkan dampak
ekonomi dan sosial.
Dampak ekonomi dan sosial berpengaruh terhadap motivasi ekonomi dan
sosial migran melakukan perubahan pola migrasi dari sirkuler ke komuter.
Definisi Konseptual

1.

2.

Sirkulasi adalah gerak penduduk yang dilakukan dengan pola menetap
sementara pada daerah tujuan dengan alokasi waktu kepulangan yang
bervariasi antara seminggu sekali, dua minggu sekali, tiga minggu sekali atau
sebulan sekali. Individu yang melakukan sirkulasi disebut dengan sirkuler. Para
sirkuler pada umumnya membawa remitan sirkuler dalam bentuk uang dan
pengetahuan untuk keluarga mereka.
Komutasi adalah gerak penduduk penduduk harian dengan pola tidak menetap.
Individu yang melakukan komutasi disebut dengan komuter. Para komuter juga
pada umumnya membawa remitan bagi keluarga mereka dalam bentuk uang
maupun pengetahuan.
Definisi Operasional

1. Dampak adalah efek yang diterima dari suatu perbuatan yang dilakukan.
Dampak dapat berupa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif
adalah efek menguntungkan yang diperoleh dari suatu tindakan, sedangkan
dampak negatif adalah efek merugikan yang diperoleh dari suatu tindakan.
Dimensi dampak dalam konteks perubahan pola migrasi dapat dibagi menjadi
variabel dampak ekonomi dan variabel dampak sosial. Dimensi dampak pada
penelitian ini diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dikate gorikan
menjadi dampak positif dan dampak negatif. Dampak ekonomi dan sosia l
diukur dengan menggunakan pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban “Ya”
dan “Tidak”. Jawaban “Ya” diberi skor 2 dan jawaban “Tidak” diberi skor 1.
Interval selang diperoleh dengan cara mengurangi skor terbesar dengan skor
terkecil kemudian membagi dua hasil pengurangan tersebut.
Dampak ekonomi adalah efek ekonomi yang diterima dari suatu tindakan dapat
berupa dampak positif maupun dampak negatif. Dampak ekonomi dapat
dikategorikan positif apabila nilai skor berada diantara selang 22-28,
sedangkan dampak ekonomi dapat dikategorikan negatif apab ila nilai skor
berada diantara selang 14-21.
- Dampak Positif
: 22-28
- Dampak Negatif
: 14-21
Dampak sosial adalah efek sosial yang diterima dari suatu tindakan dapat
berupa dampak positif maupun dampak negatif. Dampak sosial dapat
dikategorikan positif apabila nilai skor berada diantara selang 13-16,

13
sedangkan dampak sosial dapat dikategorikan negatif apabila nilai skor berada
diantara selang 8-12.
- Dampak Positif
: 13-16
- Dampak Negatif
: 8-12
2. Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu

tindakan nyata demi memuaskan kebutuhan hidup. Dimensi mo tivasi pada
penelitian ini diukur dengan menggunakan skala ordinal. Dimensi motivasi
kemudian dikategorikan menjadi motivasi tinggi, motivasi sedang dan motivasi
rendah dengan menggunakan skala likert. Adapun bentuk indikator pengukuran
skala likert untuk mengukur motivasi adalah sebagai berikut:
- Sangat Setuju (SS)
:5
- Setuju (S)
:4
- Ragu-Ragu (RG)
:3
- Tidak Setuju (TS)
:2
- Sangat Tidak Setuju (STS)
:1
Dimensi motivasi pada penelitian ini akan dibagi menjadi dua variabel, yakni
variabel motivasi ekonomi dan variabel motivasi sosial. Interval selang
diperoleh dengan cara mengurangi skor terbesar dengan skor terkecil kemudian
membagi dua hasil pengurangan tersebut.
Motivasi ekonomi adalah tindakan nyata yang dilakukan oleh individu untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi. Motivasi ekonomi dalam konteks perubahan
pola migrasi dapat berupa faktor pendorong ekonomi dan faktor penarik
ekonomi. Faktor pendorong ekonomi adalah alasan-alasan ekonomi yang
mendorong individu untuk keluar dari pola migrasi sirkuler. Adapun faktor
penarik ekonomi adalah alasan-alasan ekonomi yang menarik individu untuk
masuk ke pola migrasi komuter. Motivasi ekonomi dapat dikategorikan tinggi
apabila nilai skor berada diantara selang 52-70, motivasi ekonomi dapat
dikategorikan sedang apabila nilai skor berada pada selang 34-52 dan motivasi
ekonomi dapat dikategorikan rendah apabila nilai skor berada pada 14-33.
- Motivasi Ekonomi Rendah
:14-33
- Motivasi Ekonomi Sedang
:34-52
- Motivasi Ekonomi Tinggi
:52-70
Motivasi sosial adalah tindakan nyata yang dilakukan oleh individu untuk
memenuhi kebutuhan sosial. Motivasi sosial dalam konteks perubahan pola
migrasi dapat berupa faktor pendorong sosial dan faktor penarik sosial. Faktor
pendorong sosial adalah alasan-alasan sosial yang mendorong individu untuk
keluar dari pola migrasi sirkuler, sedangkan faktor penarik sosial adalah
alasan-alasan sosial yang menarik individu untuk masuk ke pola migrasi
komuter. Motivasi sosial dapat dikategorikan tinggi apabila nilai skor berada
diantara selang 36-50, motivasi ekonomi dapat dikategorikan sedang apabila
nilai skor berada pada selang 24-36 dan motivasi ekonomi dapat dikategorikan
rendah apabila nilai skor berada pada selang 10-23.
- Motivasi Sosial Rendah
:10-23
- Motivasi Sosial Sedang
:24-36
- Motivasi Sosial Tinggi
:36-50

14

15

METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian penjelasan
(eksplanatif), yakni merupakan penelitian yang digunakan untuk menguji
hubungan kausal antar variabel. Penelitian eksplanatori juga merupakan jenis
penelitian yang digunakan untuk melakukan pengujian hipotesa.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Parakan Muncang, Kecamatan
Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan beberapa pertimbangan tertentu. Pertimbangan
pertama adalah keberadaan migran dapat dengan mudah diperoleh di desa ini.
Pertimbangan kedua adalah di desa ini terdapat fenomena perubahan pola migrasi
dari sirkuler ke komuter, sehingga penulis merasa layak bahwa desa ini dapat
dijadikan sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April
sampai Juli 2013 yang meliputi kegiatan penyusunan proposal penelitian,
kolokium untuk memaparkan proposal penelitian, studi lapangan, penyusunan dan
penulisan laporan, ujian skripsi, dan perbaikan laporan penelitian.
Teknik Pengumpulan Data
Unit analisis penelitian ini adalah rumah tangga. Responden yang dimaksud
adalah kepala keluarga dan anggota keluarga pada rumah tangga yang berstatus
sebagai migran yang melakukan perubahan pola migrasi sirkuler ke komuter.
Responden yang diambil merupakan responden yang bekerja sektor informal.
Kerangka sampling pada penelitian ini adalah semua rumah tangga migran di
kelima dusun dari kesepuluh dusun di Desa Parakan Muncang, Kecamatan
Nanggung, Kabupaten Bogor yang berstatus sebagai migran sirkuler yang beruba h
status menjadi migran komuter. Metode pemilihan responden dilakukan dengan
teknik purposive sampling atau pengambilan sampel wilayah. Pada metode
purposive, sampel dipilih secara sengaja dengan beberapa pertimbangan tertentu.
Desa Parakan Muncang memiliki sepuluh dusun yang masing- masing memiliki
perbedaan dalam hal mata pencaharian mayoritas penduduk. Kesepuluh dusun
tersebut adalah Dusun Baru, Dusun Pasir Maung, Dusun Cogreg, Dusun Pasir
Saga, Dusun Blok Paris, Dusun Masiun, Dusun Parakan Muncang, Dusun
Pakapuran, Dusun Pasir Ahad dan Dusun Ahad, dari kesepuluh dusun yang
terdapat di Desa Parakan Muncang diambil lima dusun yang memiliki kriteria
sebagai dusun dengan populasi rumah tangga migran terbanyak. Kelima dusun
tersebut ialah Dusun Parakan Muncang, Dusun Pakapuran, Dusun Pasir Saga,
Dusun Masiun dan Dusun Blok Paris, sedangkan kelima dusun lainnya tidak
menjadi dusun sasaran pada penelitian ini, sebab di kelima dusun tersebut tidak
terdapat rumah tangga migran, mayoritas penduduk berkerja sebaga i penambang
emas liar. Kerangka sampling diperoleh dari hasil survei lapang. Survei lapang
dilakukan dengan cara mendata secara langsung rumah tangga migran yang sesuai
dengan kriteria responden, survei lapang dilakukan disebabkan oleh keterbatasan
data mengenai jumlah migran pasti yang terdapat di kantor desa. Teknik bola salju
(snowball) juga dilakukan kepada informan untuk mengetahui jumlah dan lokasi

16
rumah tangga yang memiliki kriteria sebagai sampel penelitian. Jumlah responden
yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 30 orang. Alasan penelitian hanya
menggunakan 30 responden karena jumlah sampel yang memiliki kriteria sebagai
migran yang melakukan perubahan pola migrasi dari sirkuler ke komuter sangat
sedikit, sebagian besar sampel masih berstatus sebagai migran sirkuler. Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh langsung berdasarkan pengisian panduan pertanyaan kuisioner oleh
responden. Pengisian kuisioner dapat dilakukan sendiri oleh responden atau
dengan bimbingan peneliti apabila responden kurang memahami isi pertanyaan.
Data sekunder diperoleh berdasarkan penuturan langsung responden dan informan
melalui wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan dengan
menggunakan panduan pertanyaan yang dilisankan oleh peneliti kepada
responden dan informan, dimana wawancara mendalam dilakukan untuk tujuan
mencari informasi- informasi tambahan yang dianggap penting dan relevan oleh
penulis untuk menyempurnakan data penelitian. Data sekunder kemudian
didokumentasikan dalam bentuk rekaman suara agar tidak terjadi distorsi
informasi. Studi literatur- literatur bahan pustaka yang terkait dengan topik
penelitian juga dilakukan untuk memperkuat hasil analisis penelitian. Semua
metode dilakukan untuk memperoleh data yang memiliki realibilitas dan validitas
tinggi, sehingga memudahkan peneliti untuk menyelesaikan penelitian.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kuesioner dan
panduan pertanyaan (pendoman wawancara). Kuisioner yang digunakan pada
penelitian dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, berisikan pertanyaan
mengenai dampak ekonomi dan sosial yang diterima migran ketika mengubah
pola migrasi dari sirkuler ke komuter. Kedua, berisikan mengenai pertanyaan
seputar motivasi ekonomi dan sosial rumah tangga migran melakukan perubahan
pola migrasi dari sirkuler ke komuter setelah melihat dampak ekonomi dan sosial
yang diterima. Pengolahan data dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu
Pertama, melakukan pengkodean kemudian memasukkan data ke dalam buku
kode atau lembaran kode. Kedua, melakukan Uji Crosstab dengan bantuan
software SPSS for Windows versi 16.0. Ketiga, mengedit yakni mengoreksi
kesalahan-kesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi atau tabel
silang Singarimbun dan Effendi (2006). Data hasil kuesioner terhadap responden
kemudian selanjutnya diolah secara statistik deskriptif dan diinterprestasikan
dengan menggunakan software SPSS for Windows versi 16.0 dan Microsoft Excel
2007. Analisis Rank Spearman dengan nilai alpha 5% untuk data-data ordinal,
yaitu hubungan korelasi antara dampak ekonomi dan sosial migran dari perubahan
pola migrasi sirkuler ke komuter dengan motivasi ekonomi dan sosial migran.
Data-data kualitatif yang diperoleh saat wawancara digunakan untuk memperkuat
data kuantitatif yang diperoleh. Rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai
berikut:

17
Dimana:
ρ atau rs : koefisien korelasi spearman rank
di
: determinan
n
: jumlah data atau sampel
Kaidah pengambilan keputusan tentang hubungan antarvariabel dalam uji
korelasi Rank Spearman adalah melalui nilai signifikansi atau probabilitas atau α
yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel
yang diteliti. Apabila terdapat suatu pengujian hipotesis secara statistik ternyata
H0 ditolak, maka Ha atau H1 tidak ditolak. Keputusan apakah H0 ditolak atau tidak
ditolak, adalah berdasarkan pada hasil perhitungan dengan menggunakan tes
statistik tertentu. Apabila hasil perhitungan statistik itu berada di daerah
penolakan (daerah kritik) pada distribusi sampling penelitian yang bersangkutan,
maka hipotesis nol (H0 ) ditolak, demikian pula sebaliknya. Luasnya daerah
penolakan (H0 ) dinyatakan dalam α yang ditetapkan oleh peneliti sebelum
pengujian hipotesis dilakukan Suyanto dan Sutinah (2005). Signifikansi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar α (0,05), artinya hasil penelitian
mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat kepercayaan sebesar 95% dan
tingkat kesalahan sebesar 5%. Dasar pengambilan keputusan pada penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
a. Jika angka signifikansi hasil penelitian < 0,05 maka H0 ditolak. Jadi hubungan
kedua variabel signifikan.
b. Jika angka signifikansi hasil penelitian > 0,05 maka H0 diterima. Jadi
hubungan kedua variabel tidak signifikan.
Analisis tabulasi silang digunakan untuk membandingkan kecenderungan
pengaruh antara motivasi ekonomi dan sosial migran melakukan perubahan pola
migrasi sirkuler ke komuter. Analisis dilakukan dengan membandingkan besarnya
nilai crosstab antara kedua variabel tersebut. Analisis dilakukan dengan melihat
perbedaan nilai kategori pada masing- masing variabel dan memiliki urutan yang
sistematis dari “tinggi”, “sedang” dan “rendah” maka variabel yang memiliki
angka kategori tinggi yang terbesar dan sistematis antara kategori “tinggi”,
“sedang” dan “rendah” dapat dikategorikan sebagai motivasi yang dominan
mempengaruhi.

18

19

PROFIL DESA PARAKAN MUNCANG
Profil Desa Parakan Muncang memuat informasi mengenai desa yang
dijadikan sebagai lokasi penelitian. Adapun informasi yang terdapat pada profil
desa meliputi kondisi geografis Desa Parakan Muncang yang memberikan
informasi mengenai sumberdaya alam, sarana dan prasarana Desa Parakan
Muncang yang memberikan informasi mengenai gambaran tingkat kesejahteraan
desa, struktur kependudukan yang memberikan informasi mengenai gambaran
peluang lapangan kerja dan tingkat kesejahteraan penduduk serta alur sejarah
migrasi penduduk setempat.
Letak Geografis
Desa Parakan Muncang mer