pengaruh Modernisasi Adminstrasi Perpjakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (survey Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying)

(1)

1

PENGARUH MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

(Survey pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying) PEMBIMBING:

Dr. Ely Suhayati, SE., M.Si., Ak.,CA Oleh :

WINA SUGIARTI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

ABSTRACT

A phenomenon that occurs related modernization of tax administration is the taxpayer still much less confidence in the tax officials for corruption and there are suggestions of some of the elements that undermine confidence. Then of consciousness taxpayer is a taxpayer still cynical and less trusting to kebedaraan taxes because it is still the same as tribute, burdensome, often have difficulty payment and taxpayer compliance are taxpayers who do not understand the tax system and administration system, so that the taxpayer difficult to follow procedures which has existed.

This study aimed to analyze the influence of the Taxation Administration Modernization and Compliance Awareness taxpayer against taxpayer on the Tax Office (KPP) Pratama Bandung Cibeunying. Based on the results of the calculation of the average value of the respondents regarding the Tax Administration Modernization included in the criteria for Good, for Consciousness Taxpayer included in the criteria Fair, while the Taxpayer Compliance included in the criteria Good.

The survey results revealed that there is a fairly strong positive correlation between the modernization of tax administration with taxpayer compliance, these results indicate that the relationship between the modernization of tax administration with taxpayer compliance is a significant relationship and there is also a low positive correlation between awareness of taxpayers with taxpayer compliance.

Keywords: Tax Administration Modernization, Consciousness Taxpayer, Taxpayer Compliance

I. PENDAHULUAN

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas secara langsung (Diaz Priantara, 2012:2). Negara dalam konteksnya sebagai organisasi kekuasaan didalamnya terdapat suatu mekanisme atau tata hubungan kerja yang mengatur suatu kelompok manusia agar berbuat atau bersikap sesuai kehendak negara, agar mematuhi aturan yang telah dibuat negara (Siti Kurnia Rahayu, 2010:2). Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh negara, termasuk salah satunya berupa pengeluaran pembangunan (Ida Zuraida dan LY. Hari Sih Advianto, 2011:4).

Penerimaan pendapatan pajak agar dapat berlangsung secara maksimal tentunya membutuhkan kesadaran masyarakat untuk mematuhi kewajiban perpajakan yang berlaku, persoalan mengenai kepatuhan pajak telah menjadi persoalan yang penting di Indonesia karena jika Wajib Pajak tidak patuh maka dapat menimbulkan keinginan untuk melakukan


(2)

2

tindakan penghindaran, pengelakan dan pelalaian pajak yang pada akhirnya akan merugikan negara yaitu berkurangnya penerimaan pajak (Fuadi, 2013).

Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia baik bagi negara maju maupun di negara berkembang, karena jika wajib pajak tidak patuh akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaraan, pengelakan, penyelundupan dan pelalaian pajak, yang ada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan berkurang, kesadaraan dan kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan tidak hanya tergantung kepada masalah-masalah teknis saja yang menyagkut metode pemungutan, tarif pajak, teknis pemeriksaan, penyidikan, penerapan sanksi sebagai perwujudan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dan pelayanan kepada wajib pajak selaku pemberi dana bagi negara dalam hal membayar pajak, disamping itu tergantung kemauan wajib pajak juga, sampai sejauh mana wajib pajak tersebut akan mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Siti Kurnia Rahayu, 2010:141).

Wajib pajak yang kurang memahami sistem perpajakan dan sistem administrasi, sehingga wajib pajak sulit mengikuti prosedur yang sudah ada, dikarenakan kurangnya informasi yang diperlukan dan kurangnya unit-unit khusus yang bertugas memberikan informasi dan bantuan kepada wajib pajak, mengakibatkan wajib pajak tidak membayar kewajiban pajaknya (tidak patuh) dan dampaknya banyak pihak beranggapan Dirjen Pajak, tidak memenuhi target penerimaan pajak ( Agus Martowardojo, 2013).

Tahun 2012 tepat satu dekade Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menjalankan program reformasi birokrasi atau disebut juga modernisasi perpajakan. Sejak tahun 2002 DJP telah melakukan berbagai perubahan mendasar, mulai dari restrukturisasi organisasi sampai dengan pengembangan sumber daya manusia dan penggunaan teknologi informasi dalam administrasi perpajakan, sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar dalam berbenah, tidak terhitung banyaknya sumber daya yang telah dikeluarkan, dukungan dan kepercayaan masyarakat penting untuk kelanjutan proses modernisasi ini kedepannya, Munculnya anjuran dari beberapa elemen masyarakat untuk tidak membayar pajak menunjukkan bahwa dukungan dan kepercayaan masyarakat terhadap DJP masih kecil, hal ini harus disikapi dengan serius karena tanpa dukungan dan kepercayaan masyarakat satu dekade modernisasi perpajakan akan kembali ke titik nol (Wahyu Agung Priyadi, 2012).

Modernisasi perpajakan yang dilakukan pemerintah tentunya tidak hanya untuk mencapai target penerimaan pajak semata, juga penting dilakukan untuk menuju adanya perubahan paradigma perpajakan, Dimana ketentuan prosedur dan aktivitas perpajakan juga terus diarahkan untuk peningkatan pelayanan agar menjadi business friendly bagi masyarakat, Upaya peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan cara peningkatan kualitas dan kemampuan teknis pegawai dalam bidang perpajakan, perbaikan infrastruktur seperti perluasan tempat pelayanan terpadu (TPT), penggunaan sistem informasi dan teknologi untuk dapat memberikan kemudahan kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, modernisasi sistem dilingkungan DJP bertujuan untuk menerapkan Good Governance dan pelayanan prima, dengan memberikan pelayanan yang prima dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak, meningkatkan kepercayaan administrasi perpajakan dan mencapai tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi (Siti Kurnia Rahayu, 2010:125).

Kesadaran masyarakat untuk membayar pajak masih belum mencapai tingkat sebagaimana yang diharapkan, umumnya masyarakat masih sinis dan kurang percaya terhadap kebedaraan pajak karena masih sama dengan upeti, memberatkan, pembayarannya sering mengalami kesulitan, ketidak mengertian masyarakat apa dan bagaimana pajak dan ribet menghitung dan melaporkannya (Herry Susanto, 2012). Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi di mana wajib pajak mengetahui, memahami, dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela (Manik Asri, 2009:137).

Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan, kesadaran


(3)

3

wajib pajak merupakan Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan negara sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, wajib pajak yang sadar akan keberadaannya sebagai warga negara yang selalu menjunjung tinggi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum penyelenggaraan negara, mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan, mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara, memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan suka rela, menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar (Manik Asri, 2009). Berdasarkan permasalahan-permasalahan dan fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Modernisasi Administrasi perpajakan dan Kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak”.

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Modernisasi Administrasi Perpajakan

Menurut Pandiangan (2007:43) definisi modernisasi administrasi perpajakan adalah Modernisasi administrasi perpajakan adalah tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi, tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi dan Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:125) definisi modernisasi administrasi perpajakan adalah Modernisasi perpajakan yang dilakukan pemerintah tentunya tidak hanya untuk mencapai target penerimaan pajak semata, juga penting dilakukan untuk menuju adanya perubahan paradigma perpajakan. Dimana ketentuan, prosedur dan aktivitas perpajakan juga terus diarahkan untuk peningkatan pelayanan agar menjadi business friendly bagi masyarakat. Upaya peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan cara peningkatan kualitas dan kemampuan teknis pegawai dalam bidang perpajakan, perbaikan infrastruktur seperti perluasan tempat pelayanan terpadu (TPT), penggunaan sistem informasi dan teknologi untuk dapat memberikan kemudahan kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Modernisasi sistem dilingkungan DJP bertujuan untuk menerapkan Good Governance dan pelayanan prima. Dengan memberikan pelayanan yang prima dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak, meningkatkan kepercayaan administrasi perpajakan dan mencapai tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi.

Dari kedua pengertian tersebut diatas, Maka dapat disimpulkan bahwa Modernisasi administrasi perpajakan adalah tercapainnya target penerimaan pajak, tercapainya perubahan paradigma perpajakan, tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi, tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi. Dimana ketentuan, prosedur dan aktivitas perpajakan juga terus diarahkan untuk peningkatan pelayanan agar menjadi business friendly bagi masyarakat.

2.1.2 Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Manik Asri (2009:137 ) definisi kesadaran wajib pajak adalah Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi di mana wajib pajak mengetahui,memahami, dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat

meningkatkan kepatuhan” dan “Kesadaran wajib pajak adalah Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan negara sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, wajib pajak yang sadar akan keberadaannya sebagai warga negara yang selalu menjunjung tinggi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum penyelenggaraan negara mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan. Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara. memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan negara. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan suka rela. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar. Dan definisi Kesadaran menurut Jatmiko (2006) yang menyatakan bahwa Kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti.


(4)

4

Dari kedua pengertian tersebut diatas, Maka dapat disimpulkan bahwa Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak merasa sadar untuk membayar pajak, mengatahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara, memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan suka rela. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar. kesadaran wajib pajak akan meningkat apabila wajib pajak memiliki persepsi positif terhadap instansi pajak. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut James et all dalam Timbul Hamonangan (2012:84) Secara sederhana definisi kepatuhan adalah Kepatuhan Wajib Pajak adalah sekedar menyangkut sejauh mana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai aturan perpajakan yang berlaku. Dan menurut Gunadi (2009) Definisi kepatuhan wajib pajak adalah Kepatuhan wajib pajak adalah kesediaan pemenuhan kewajiban wajib pajak sesuai aturan tanpa suatu paksaan baik secara hukum maupun administrasi, adanya peningkatan pelayanan yang memuakan bagi para wajib pajak diharapkan dapat menciptakan kenyamanan dan kemudahan dalam memenuhi kewajiban pajak.

Dapat disimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak merupakan keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.

2.2 Kerangka Pemikiran

Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, kondisi sistem administrasi perpajakan, pelayanan pada wajib pajak, penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak dan tarif pajak. Patut disyukuri bahwa perkembangan perpajakan nasional kita mengarahnyaya kepada sistem yang lebih baik malui kebijakan modernisasi perpajakan di semua lini birokrasi dan sitem teknologi informasi.

Adanya modernisasi administrasi perpajakan ini juga diharapkan mampu meningkatkan tingkat kepuasan wajib pajak ini dapat tercermin dalam ketepatan waktu menyampaikan SPT, berkurangnya denda atau penalti atas keterlambatan pembayaran angsuran wajib pajak (WP) akan berimplikasi pada meningktanya kepatuhan membayar pajak dan penerimaan pajak. Untuk mencapai target, perlu ditumbuhkan terus menerus kesadaran dan kepatuhan masyarakat Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengingat kesadaran da kepatuhan wajib pajak serupakan faktor penting bagi meningkatkan penrimaan pajak.

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:64)yang menjelaskan bahwa hipotesis adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan kerangka pemikiran yang dijelaskan di atas maka penulis menarik hipotesis penelitian sebagai berikut :

a) : Modernisasi Administrasi Perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak

b) : Kesadaran wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan wajib pajak

III. Metodologi Penelitian

3.1 Metodologi Penelitian

Definisi metode penelitian Menurut Sugiyono (2011:2) Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan metode verifikatif.


(5)

5

Definisi Metode deskriptif menurut Sugiyono (2011:147) Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Tujuan metode deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki Dalam penelitian ini, metode deskritif digunakan untuk mengetahui kondisi Modernisasi administrasi perpajakan, Kesadaran wajib pajak dan kepatuhan wajib pajak pada kantor pelayanan pajak.

Definisi Metode Verifikatif Menurut Mashuri (2008) dalam Umi Narimawati (2010:29) Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan. Penelitian ini dalam metode verifikatif dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik apakah diterima atau ditolak. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap Y yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

3.1.1 Operasional Variabel

Definisi operasionalisasi variabel menurut Umi Narimawati (2008:57) Operasionalisasi variabel adalah proses penguraian variabel penelitian kedalam sub variabel, dimensi, indicator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor. Variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu :

1. Variabel Bebas (Independent Variabel) (x1 dan x2)

Definisi variabel bebas Menurut Sugiyono (2009:3) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

2. Variabel Dependen (Y)

Definisi variabel dependen menurut Sugiyono (2009:39)Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan dua cara, yaitu Penelitian studi kepustakaan (Library Reseach) dan Lapangan (Field Research). Teknik pengumpulan data dapat diperoleh dengan cara:

1. Studi Kepustakaan (LibraryResearch) yaitu untuk memperoleh data dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan penelitian.

2. Studi Lapangan (Field Research) yaitu dengan mencari dan memperoleh data dari perusahaan yang penulis teliti dengan cara :

a. Wawancara, yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan langsung melalui tanya jawab antara penulis dengan petugas yang berwenang yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

b. Observasi, yaitu cara pengambilan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap masalah yang sedang diteliti, dengan maksud untuk membandingkan keterangan-keterangan yang diperoleh dengan kenyataan. c. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan menyebar daftar pertanyaan

untuk diisi oleh sejumlah responden. Untuk mendapatkan data yang diperoleh bagi pencapaian sasaran penelitian ini maka digunakan pengukuran melalui sejumlah kuesioner.


(6)

6 3.1.3 Metode Penarikan sampel

Definisi Populasi menurut Umi Narimawati (2008:161) Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian.

Berdasarkan definisi Populasi diatas menerangkan bahwa pada penelitian ini adalah Seluruh Wajib Pajak khususnya Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Patama Bandung Cibeunying. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 109.000 yang wajib melaporkan SPT tahunannya ke Kantor Pelayanan Pajak Patama Bandung Cibeunying 2015.

Definisi Sampel menurut Umi Narimawati (2010:38) Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit pengamatan dalam penelitian.

Dalam menentukan jumlah sampel, penulis menggunakan rumus Slovin Suliyanto (2006) sebagai berikut :

(Suliyanto : 2006) Keterangan :

N = Jumlah Populasi

e = batas Kesalahan yang ditoleransi dalam penarikan sampel n = Jumlah sampel (1%, 5 %, 10 % )

Seluruh jumlah Sampel dari penelitian ini yaitu 100 wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor pelayanan pajak Pratama Bandung Cibeunying 2015, dengan melakukan penyebaran quesioner kepada 100 orang wajib pajak.

3.1.4 Metode Analisis

Dalam menganalisis penelitian ini, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Uji Validitas

Pengujian validitas digunakan untuk mengukur alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data. Menurut Cooper dalam Umi Narimawati (2010:42), validitas adalah Validity is a characteristic of measuraenment concerned with the extent that a test measures what the researcher actually wishes to measure.

2. Uji Reabilitas

Menurut Sugiyono (2009:3) reliabiltas adalah Derajat konsistensi atau keajegan data dalam interval waktu tertentu.

3. Analisis Deskriptif

Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana Pengaruh dari Pengaruh Modernisasi Administrasi perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak sehingga diperoleh kesimpulan. Menurut Umi Narimawati, dkk (2010:41) langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Setelah semua kuesioner terkumpul, data dipilih dan dikelompokkan menurut kelompok variabel masing-masing, diteruskan dengan memberikan skor untuk jawaban dari setiap item pertanyaan/pertanyaan yang diajukan.

b. Menyusun data yang sudah diberi skor ke dalam tabel (tabulasi data).

c. Dihitung besarnya tingkat variabel laten dengan melihat jumlah total skor jawaban variabel laten (skor aktual) yang dibandingkan dengan skor tertinggi yang dicapai dikalikan dengan jumlah responden (skor ideal). Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.

d. Analisis Verifikatif

Menurut Sugiyono (2010:8) menjelaskan bahwa analisis verifikatif adalah Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

N = N 1+ Ne2


(7)

7

kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Analisis Verifikatif dalam penelitian ini dengan menggunakan alat uji statistik yaitu dengan uji Model Persamaan Struktural (Structural Equation Modeling/SEM) dengan metode alternatif partial least square (PLS) menggunakan software SmartPLS 2.0.

e. SEM Partial Least Square (PLS)

Alat uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan uji persamaan strukturan berbasis variance atau yang lebih dikenal dengan nama Partial Least Square (PLS) menggunakan software SmartPLS 2.0. Pendekatan PLS memiliki beberapa karaketristik yaitu seperti yang dikutip oleh Nils Urbach (2010:12) pertama memiliki distribusi bebas, tidak ada asumsi mengenai bentuk distribusi variable yang akan diukur. Menurut Fornell and Bookstein (1982) yang dikutip oleh Nils bahwa PLS tidak akan menghasilkan solusi yang tidak dapat diterima atau mendapat faktor ketidakpastian. Selain itu, dalam kondisi tertetntu dapat bekerja atau diolah dengan ukuran sampel yang relatif kecil (Cassel et al. 1999). dikatakan model analisis PLS merupakan pengembangan dari model analisis jalur, adapun beberapa kelebihan yang didapat jika menggunakan model analisis PLS yaitu data tidak harus berdistribusi tertentu, model tidak harus berdasarkan pada teori dan adanya indeterminancy, dan jumlah sampel yang kecil.

Penulis menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan alasan bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel laten (tidak terukur langsung) yang dapat diukur berdasarkan pada indikator-indikatornya (variable manifest), serta secara bersama-sama melibatkan tingkat kekeliruan pengukuran (error). Sehingga penulis dapat menganalisis secara lebih terperinci indikator-indikator dari variabel laten yang merefleksikan paling kuat dan paling lemah variabel laten yang mengikutkan tingkat kekeliruannya.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Pengujian Alat Analisis 1. Uji validitas

Uji Validitas dimaksudkan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan sahih atau valid jika pernyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut serta memiliki nilai koefisien validitas yang lebih besar dari nilai kritis yang direkomendasikan yakni sebesar 0,3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan seluruh pernyataan yang digunakan untuk mengukur Modernisasi Administrasi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak memiliki nilai koefisien validitas yang lebih besar dari titik kritis yang direkomendasikan yakni sebesar 0,3, sehingga seluruh pernyataan tersebut dinyatakan valid dengan kriteria good dan acceptable.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menguji keandalan dan konsistensi alat ukur penelitian. Dalam penelitian ini, untuk menguji keandalan dari alat ukur penelitian digunakan tehnik Split Half. Suatu konstruk (variabel) dapat diterima jika memilki nilai koefisien reliabilitas yang lebih besar dengan 0,7. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa ketiga variabel yang digunakan memiliki nilai Split Half yang lebih besar dari titik kritis yang direkomendasikan yakni sebesar 0,7, maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan dinyatakan reliabel.

Berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitas yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pernyataan yang digunakan dalam penelitian sudah teruji kesahihan, keandalan serta konsistensinya sehingga seluruh pernyataan layak digunakan sebagai alat ukur penelitian.

4.1.2 Analisis Deskriptif

1. Modernisasi Administrasi Perpajakan

Secara keseluruhan nilai persentase skor untuk modernisasi administrasi perpajakan adalah sebesar 70,36% dan termasuk dalam kriteria baik dikarenakan berada pada interval


(8)

8

persentase antara 68,01%-84%. Hasil tersebut menunjukan bahwa modernisasi administrasi perpajakan di KPP Pratama Cibeunying sudah dilaksanakan dengan baik.

2.Kesadaran Wajib Pajak

Secara keseluruhan nilai persentase skor untuk kesadaran wajib pajak adalah sebesar 67,72% dan termasuk dalam kriteria cukup dikarenakan ada pada interval persentase antara 52,01%-68%. Hasil tersebut menunjukan bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Cibeunying memiliki kesadaran yang cukup terhadap kewajiban perpajakan itu sendiri 3. Kepatuhan Wajib Pakak

Secara keseluruhan nilai persentase skor untuk kepatuhan Wajib Pajak adalah sebesar 69,96% dan termasuk dalam kriteria baik dikarenakan berada pada interval persentase antara 68,01%-84%. Hasil tersebut menunjukan bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Cibeunying memiliki kepatuhan yang baik terhadap kewajiban perpajaknnya.

4.1.3 Analisis Verifikatif

1. Nilai korelasi yang diperoleh antara modernisasi administrasi perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak pada wajib pajak orang pribadi di kantor pelayanan pajak pratama bandung cibeunying adalah sebesar 0,426 dan termasuk dalam kategori hubungan yang cukup kuat (moderate correlation) berada pada interval korelasi antara 0,40-0,699. Koefisien korelasi bertanda positif yang menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara keduanya adalah searah, artinya semakin baik modernisasi administrasi perpajakan, maka semakin baik pula kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kantor pelayanan pajak pratama bandung cibeunying. Hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang cukup kuat antara modernisasi administrasi perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak. Nilai thitung yang diperoleh adalah sebesar 4,856 lebih besar dari nilai tkritis yang direkomendasikan yakni sebesar 1,645. Hasil tersebut menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara modernisasi administrasi perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak merupakan hubungan yang signifikan. 2. Koefisien korelasi yang diperoleh antara kesadaran wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak pada wajib pajak orang pribadi di kantor pelayanan pajak pratama bandung cibeunying adalah sebesar 0,261 dan termasuk dalam kategori hubungan yang rendah (low correlation) berada pada interval korelasi antara 0,20-0,399. Koefisien korelasi bertanda positif yang menunjukan hubungan yang terjadi antara keduanya adalah searah, artinya semakin baik kesadaran wajib pajak, maka akan semakin baik pula kepatuhan wajib pajak. Hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang rendah antara kesadaran wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kantor pelayanan pajak pratama bandung cibeunying. Nilai thitung yang diperoleh adalah sebesar 2,565 lebih besar dari nilai tkritis yang direkomendasikan yakni sebesar 1,645. Hasil tersebut menunjukan bahwa hubungan antara kesadaran wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak merupakan hubungan yang signifikan. 3. Modernisasi administrasi perpajakan memberikan kontribusi pengaruh sebesar 16,9%

terhadap kepatuhan wajib pajak dengan rincian sebesar 15,8% merupakan pengaruh langsung dan 1,1% merupakan pengaruh tidak langsung melalui kesadaran wajib pajak. Hal tersebut menunjukan bahwa modernisasi administrasi perpajakan memberikan pengaruh sebesar 16,9% terhadap kepatuhan wajib pajak.

4. Kesadaran wajib pajak memberikan pengaruh sebesar 5,4% terhadap kepatuhan wajib pajak dengan rincian 4,3% merupakan pengaruh langsung dan 1,1% merupakan pengaruh secara tidak langsung melalui modernisasi administrasi perpajakan. Hal tersebut menunjukan bahwa kesadaran wajib pajak memberikan pengaruh sebesar 5,4% terhadap kepatuhan wajib pajak.

4.2 Pembahasan

4.1.1 Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan (X1) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa modernisasi administrasi perpajakan memberikan pengaruh sebesar 16,9% terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal tersebut menunjukan bahwa modernisasi administrasi perpajakan memberikan pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dengan nilai thitung yang diperoleh adalah sebesar 4,856 lebih besar dari nilai tkritis yang


(9)

9

direkomendasikan yakni sebesar 1,645 yang hasilnya tersebut menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara modernisasi administrasi perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak merupakan hubungan yang signifikan, hal tersebut menunjukan bahwa yang artinya semakin baik modernisasi administrasi perpajakan, maka semakin baik pula kepatuhan wajib pajak.

DJP telah melakukan berbagai perubahan mendasar, mulai dari restrukturisasi organisasi sampai dengan pengembangan sumber daya manusia dan penggunaan teknologi informasi dalam administrasi perpajakan. Penyebab modernisasi administrasi perpajakan direformasi yaitu untuk megubah citra petugas pajak dengan membuat perubahan pada struktur organisasi dan sumber daya manusia supaya fenomena ketidak percayaan wajib pajak terhadap petugas pajak tidak terjadi kembali.

Hasil penelitian juga didukung oleh landasan teori pada pembahasan sebelumnya yang menyatakan bahwa modernisasi administrasi perpajakan merupakan salah satu rencana untuk tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi, tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi (Pandiangan, 2007:122). Modernisasi perpajakan yang dilakukan pemerintah tentunya tidak hanya untuk mencapai target penerimaan pajak semata, juga penting dilakukan untuk menuju adanya perubahan paradigma perpajakan, Dimana ketentuan prosedur dan aktivitas perpajakan juga terus diarahkan untuk peningkatan pelayanan agar menjadi business friendly bagi masyarakat, Upaya peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan cara peningkatan kualitas dan kemampuan teknis pegawai dalam bidang perpajakan, meningkatkan kepercayaan administrasi perpajakan dan mencapai tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi (Siti Kurnia Rahayu, 2010:125).

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Semakin tinggi tingkat pengaruh Modernisasi Administrasi perpajakan maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak, kemudian indikator terendah adalah Perubahan dari sektor pegawai pajak khususnya dari tingkat kepercayaan wajib pajak terhadap petugas pajak dilihat dari perubahan sumber daya manusia dan stuktur organisasi yang telah dilakukan oleh DJP, hal tersebut terjadi dikarenakan banyaknya wajib pajak yang kurang percaya terhadap petugas pajak walaupun setelah perubahan sumber daya manusia yang dilakukan oleh DJP. Itu menunjukan bahwa apa yang dialakukan oleh DJP atau Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cibeunying belum sepenuhnya memberikan pengaruh terhadap pemahaman dan kepercayaan wajib pajak itu sendiri.

Sehingga saran yang baik untuk dilakukan oleh DJP dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cibeunying yaitu DJP atau KPP harus lebih selektif dalam merekrut pegawai pajak supaya tingkat kepercayaan wajib pajak tidak kembali pada titik terendah dan harus lebih meyakinkan wajib pajak bahwa perubahan yang dilakukan DJP adalah untuk meningkatkan penerimaan pajak itu sendiri, karena tanpa dukungan dan kepercayaan masyarakat satu dekade modernisasi administrasi perpajakan akan kembali ke titik nol, dukungan dan kepercayaan masyarakat penting untuk kelanjutan proses modernisasi administrasi perpajakan. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Widi Widodo (2010:98). 4.1.2 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak (X2) Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa modernisasi administrasi perpajakan memberikan pengaruh sebesar 5,4% terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal tersebut menunjukan bahwa Kesadaran wajib pajak memberikan pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dengan Nilai thitung yang diperoleh adalah sebesar 2,565 lebih besar dari nilai tkritis yang direkomendasikan yakni sebesar 1,645. Hasil tersebut menunjukan bahwa hubungan antara kesadaran wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak merupakan hubungan yang signifikan, hal tersebut menunjukan bahwa semakin baik kesadaran wajib pajak, maka akan semakin baik pula kepatuhan wajib pajak.

Sedangkan yang seharusnya Sikap kesadaran wajib pajak yang tinggi mengenai pemahaman akan manfaat dan pentingnya pajak bagi masyarakat dan dalam mengajukan pembangunan daerah maupun pembangunan secara meyeluruh dapat mendorong seseorang


(10)

10

untuk turut serta mewujudkan tanggung jawabnya dalam memenuhi kewajiban perpajaknnya. Sehingga pajaknya dapat meningkat.

Hasil penelitian juga didukung oleh landasan teori pada pembahasan sebelumnya yang menyatakan bahwa Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi di mana wajib pajak mengetahui, memahami, dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan (Manik Asri, 2009:137), selain itu Kesadaran wajib pajak sangat diperlukan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak, kesadaran wajib pajak dikatakan memiliki kesadaran antara lain apabila mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan dan mau memahaminya, mengetahui fungsi pajak, untuk menyejahterakan rakyat, menghitung, membayar, melaporkan pajak tepat waktu, dan secara sukarela tanpa terpaksa (Suyatmin, 2006:87).

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak, kemudian indikator terendah adalah Menghitung, membayar dan melaporkan pajak dengan benar, wajib pajak bisa Menghitung, membayar dan melaporkan pajak dengan benar namun cara atau prosesnya yang menurut wajib pajak itu cukup sulit. Hal tersebut bisa terjadi karena kurangnya informasi, kurangnya petunjuk untuk menghitung, membayar dan melaporkan pajak dan masih ada sebagian wajib pajak yang menghitung, membayar dan melaporkan pajak dengan cara kolektif.

Wajib pajak yang sadar akan keberadaannya sebagai warga negara yang selalu menjunjung tinggi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum penyelenggaraan negara mengetahui adanya ketentuan perpajakan, mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara dan memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku akan sadar dengan hak dan kewajibannya sebagai wajib pajak.

Sehingga saran yang baik untuk dilakukan oleh DJP dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cibeunying yaitu DJP atau KPP harus selalu memberikan penyuluhan kepada wajib pajak tentang cara menghitung, membayar dan melaporkan pajaknya dengan benar dan mengingatkan pada wajib pajak seberapa pentingnya membayar pajak dengan itu DJP pun harus memberikan pelayanan yang baik terhadap wajib pajak, agar wajib pajak percaya terhadap pajak yang akan dibayarkanya. Sesuai dengan teori yang mendukung bahwa Kesadaran dan kepatuhan yang tinggi dari wajib pajak merupakan faktor penting dalam pelaksanaannya(Priyantini, 2008:3) dan masyarakat harus sadar akan keberadaannya sebagai warga negara yang selalu menjunjung tinggi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum penyelenggaraan negara (Suardika, 2007:74).

V Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Modernisasi administrasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak karena dari hasil penelitian bahwa artinya semakin baik modernisasi administrasi perpajakan, maka semakin baik pula kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cibeunying.

2. Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, artinya semakin baik kesadaran wajib pajak, maka akan semakin baik pula kepatuhan wajib pajak. Hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara kesadaran wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cibeunying.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan mengenai pengaruh modernisasi admintrasi dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak( KPP) Pratama Bandung Cibeunying, maka peneliti memberikan saran sebagai bahan pertimbangan dan dapat dijadikan masukan. Sebagai berikut :


(11)

11

1. DJP atau KPP harus lebih selektif dalam merekrut pegawai pajak supaya tingkat kepercayaan wajib pajak tidak kembali pada titik terendah dan harus lebih meyakinkan wajib pajak bahwa perubahan yang dilakukan DJP adalah untuk meningkatkan penerimaan pajak itu sendiri, karena tanpa dukungan dan kepercayaan masyarakat satu dekade modernisasi administrasi perpajakan akan kembali ke titik nol.

2. DJP atau KPP harus selalu memberikan informasi terhadap wajib pajak tentang cara menghitung, membayar dan melaporkan pajaknya dengan benar dan selalu melakukan perubahan dalam segi pelayanan, pemanfaatan supaya apa yang wajib pajak bayarkan , wajib pajak merasa puas dengan pelayanan dan kinerja petugas pajak itu sendiri. Melakuakn perbaikan pada pelayanan yang baik terhadap wajib pajak, agar wajib pajak percaya terhadap pajak yang akan dibayarkanya.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Agus, Andrian. 2013. Pengaruh Kualitas pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.Studi Pada WPOP yang Terdaftar Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pasuruan. Jawa Timur : Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

Agus, Martowardojo. 2012. Tunggakan Pajak mencapai RP 900 Miliar. www.pajak.go.id Agus, Martowardojo. 2013. Dengan membayar pajak kita membangun. www.pajak.go.id Agus, Purwoto.2007. Metode Statistik. Jakarta : Grasindo

Andi, Supangat. (2007). Statistik: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta: Kencana.

Bambang, Supomo dan Nur indrianto. 2002. Metodologi penelitian bisnis untuk akuntansi dan manajemen edisi 1. Jogjakarta :BPFE

Bambang, Prasetyo dan Jannah, Lina Miftahul. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Barker, C. Pistrang., & Elliot, R. (2002). Research Methods in Clinical Psychology ( 2nd ed.). Chichester: John Wiley & Sons.

Boediono.2003. Pelayanan prima perpajakan. Jakarta:Rineka Cipta

Cahaya, Shinta dan Luh, Ni. 2014. Pengaruh Pemeriksaan pajak, kesadaran wajib pajak, Kualitas pelayanan pada tingkat kepatuhan wajib pajak badan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.

Cassel et all.1999. Ukuran sampel yang relatif kecil. Jurnal internasional. German

Chaizil, Nasucha. (2004). Reformasi Administrasi PublikTeori dan Praktik. Jakarta: PT. Grasindo Chris Barker, Nancy Pistrang & Robert Elliot (2002). Research Methods in Clinical

Psychology. (2nd ed.). John Wiley & Sons, LTD Chichester England.

Darussalam. (2012). Pemerintah diminta Tingkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Diakses pada 7 November 2012 dari World Wide Web : http://www.tempo.com.

Diana Sari dan Rima Rachmawati. 2008. Pengaruh Modernisasi Administrasi perpajakan terhadap pencapaian akuntabilitas pada kantor pelayanan pajak modern. Bandung : Universitas Widyatama.

Doni, Halim dan Juli, Ratnawati. 2009. Pengaruh kualitas pelayanan dan sikap wajib pajak terhadap kepatuhan pelaporan wajib pajak. Studi Kasus Pada WPOP di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Barat.

Fidel. 2010. Cara memahami masalah-masalah perpajakan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Fuadi, Arabella oentari dan Yenni Mangoting, 2013. “Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas Pajak, Sanksi Perpajakan dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM”, Jurnal Tax & Accounting Review, Vol. 1, No.1.

Frederik, ahleman dan Niels Urbach.2010. Sem Partial Least Square(PLS). Bingley, UK Fornel and Bookstein.1982. Solusi PLS. German

Gunadi. 2009. Akuntansi Perpajakan. Jakarta : Grasindo Hair et all.1995. Istilah SEM. Toronto, Canada


(12)

12

Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Badan pada Kantor

Pelayanan Pajak Denpasar Barat”. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Haula Rosdiana dan Edi Slamet Irianto.2010. pengantar Ilmu Perpajakan, kebijakan dan Implementasi di Indonesia. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Heri, Susanto. 2012. Pajak dibayar , pelayanan Publik Wajib ditingkatkan. www.pajak.go.id Ida, Zuraida dan LY.Hari Sih Advianto.2011. Penagihan pajak pusat dan daerah. Bogor: Ghalia

Indonesia

Imam, Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : BP Undip.

Imam, Ghozali. (2008). Structural Equation Modeling, Metode Alternatif Dengan Partial Least Squares (PLS). Semarang: Universitas Diponegoro.

Jatmiko, agus (2006).Pengaruh sikap wajib pajak dan pelaksanaan. Sanksi denda, pelayanan Fiskus. Jakarta : Salemba empat

Jonathan, Sarwono. 2006. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Yogyakarta:Graha Ilmu Lena, Elintan dan Liana Anatan.2007. Sistem Informasi. Bandung : Alfabeta

Lena, Elintan dan Liana Anatan.2009. Sistem Informasi. Bandung : Alfabeta

Manik Asri, Wuri. 2009. ”Pengaruh Kualitas Pelayanan, Biaya Kepatuhan Pajak,

dan Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Badan

yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar”. Skripsi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Marini, Jesica. 2013. Pengaruh sistem administrasi perpajakan modern dan kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak. Survey pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Bandung : Universitas Komputer Indonesia.

Moh, Nazir. 2009. Metode penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia

Ni ketut Muliari dan Putu Ery Setiawan. 2008. Pengaruh persepsi tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi. Studi Empiris pada kantor pelayanan pajak Pratama Denpasar Timur. Denpasar Bali : Universitas Udayana.

Nugroho, Agus. 2006. Pengaruh Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda, pelayanan fiskus dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang. Jurnal penelitian. Semarang : Universitas Diponegoro.

Ni Luh Supadmi. 2006. Meningkatkan wajib pajak melalui kualitas pelayanan. Fakultas Ekonomi: Universitas Udayana. Denpasar.

Ni Luh Supadmi. 2009. Meningkatkan wajib pajak melalui kualitas pelayanan edisi 2. Fakultas Ekonomi: Universitas Udayana. Denpasar.

Pandiangan, Liberti. 2007. Modernisasi dan pelayanan perpajakan berdasarkan undang-undang terbaru, cetakan pertama, Jakarta:Elek Media Komputindo

Pandiangan, Liberti.2008. Modernisasi dan pelayanan perpajakan berdasarkan undang-undang terbaru, Jakarta:Elek Media Komputindo

Pandiangan, Liberti. 2014. Administrasi Perpajakan. Jakarta : Erlangga

Pratama, Margareth. 2012. Analisis faktor-faktor yang memepengaruhi kesadaran wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan kewajiban perpajakan. Studi Empriris pada kantor pelayanan pajak kota Tangerang Selatan. Jakarta : Universitas Bina Nusantara.

Priantara, Diaz. 2012. Perpajakan Indonesia. Jakarta:Mitra Wacana Media

Purnomo, Adi. 2008. ”Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Persepsi Wajib Pajak

tentang Sanksi Perpajakan dan Hasrat Membayar Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris terhadap Wajib Pajak yang Terdaftar di KantorPelayanan Pajak Gubeng

Surabaya)”. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi Universitas Trunojoyo. Rohmat, Soemitro.1988. Pajak dan pembangunan. Jakarta : Ghalia Indonesia

Rustyaningsih, Sri. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Jurnal Riset Akuntansi indonesia. Madiun : Universitas katolik Widya Mandala.


(13)

13

Safri, Nurmantu. 2005. Pengantar Perpajakan, edisi 2. Jakarta : Granit

Sinta setiana, Tan Kwang dan Lidya Agustina. 2010. Pengaruh Penerapan sistem adminitrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak(survey terhadap kantor pelayanan pajak Bandung Bojonegara). Bandung: Universitas Kristen Maranatha

Siti, Kurnia. R. 2010. Perpajakan: Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Soemarso, S.R. 2007. Perpajakan Pendekatan Komprehensif. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suratno, Purnama. (2004). Analisa Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Kualitas Pelayanan Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta Dua. Jurnal FE Universitas Islam Yogyakarta.

Suryadi. 2006. ”Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak dan

Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan Pajak: Suatu Survei di Wilayah Jawa Timur”.

Jurnal Keuangan Publik. 4 (1),h:105-121. Supranto. 2005. Ekonometri. Bogor : Ghalia Indonesia.

Suyatmin (2006), Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan : Studi Empiris di Wilayah KP PBB Surakarta, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro.

Timbul, Hamonangan., & Imam, Mukhlis. (2012). Dimensi Ekonomi Perpajakan dalam Pembangunan Ekonomi. Bogor: Penerbit Raih Asa Sukses.

Uce, Indahyanti. 2013. Penulisan karya ilmiah, panduan awal menyusun skripsi dan tugas akhir. Jakarta : Salemba Empat

Umar, Husein. 2005. Metode penelitian untuk skripsi dan thesis bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka

Umi, Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Aplikasi Contoh dan Perhitungannya. Bandung : Agung Media.

Umi, Narimawati. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Agung Media Umi, Narimawati, Dewi Anggadini, Linna Ismawati (2010), Penulisan karya Ilmiah: Panduan awal

Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi UNIKOM, Genesis,Bekasi. Jakarta :Penerbit Genesis.

Umi, Narimawati. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Agung Media Utomo, Pudjo Susilo.(2002). Pengaruh tingkat kesadaran wajib wajib pajak. Universitas

Diponegoro

Wahyu, agung priyadi. 2013. Praktik korupsi pegawai pajak menurunkan kepercayaan wajib pajak. www.pajak.go.id

Widi, Widodo., & Dedy Djefris. (2010). Moralitas, Budaya dan Kepatuhan Wajib Pajak. Bandung: Alfabeta.

LAMPIRAN

Tabel 1

Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Mengenai Modernisasi Administrasi Perpajakan di KPP Pratama Bandung Cibeunying

No. Indikator Indeks Skor Persentase

Skor Kriteria Aktual Ideal

1 Perubahan dari sektor pegawai pajak

675 1000 67,50% Cukup

2 Perubahan dari sektor kualitas pelayanan pajak

1084 1500 72,27% Baik


(14)

14 Tabel 2

Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Mengenai Kesadaran Wajib Pajak di KPP Pratama Bandung Cibeunying

No. Indikator Indeks Skor Persentase

Skor Kriteria Aktual Ideal

1 Menghitung, membayar dan melaporkan pajak dengan sukarela

701 1000 70,10% Baik

2 Menghitung, membayar dan melaporkan pajak dengan benar

992 1500 66,13% Cukup

Total 1693 2500 67,72% Cukup

Tabel 3

Rekapitulasi Skor Tanggapan Responden Mengenai Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Bandung Cibeunying

No. Indikator Indeks Skor Persentase

Skor Kriteria Aktual Ideal

1 Kepatuhan Wajib pajak dalam mendaftarkan diri

779 1000 77,90% Baik

2 Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan pajak

970 1500 64,67% Cukup

Total 1749 2500 69,96% Baik

Gambar 1 Model Penelitian


(15)

15 Gambar 2


(16)

ii

ABSTRACT

A phenomenon that occurs related modernization of tax administration is the taxpayer still much less confidence in the tax officials for corruption and there are suggestions of some of the elements that undermine confidence. Then of consciousness taxpayer is a taxpayer still cynical and less trusting to kebedaraan taxes because it is still the same as tribute, burdensome, often have difficulty payment and taxpayer compliance are taxpayers who do not understand the tax system and administration system, so that the taxpayer difficult to follow procedures which has existed.

This study aimed to analyze the influence of the Taxation Administration Modernization and Compliance Awareness taxpayer against taxpayer on the Tax Office (KPP) Pratama Bandung Cibeunying. Based on the results of the calculation of the average value of the respondents regarding the Tax Administration Modernization included in the criteria for Good, for Consciousness Taxpayer included in the criteria Fair, while the Taxpayer Compliance included in the criteria Good.

The survey results revealed that there is a fairly strong positive correlation between the modernization of tax administration with taxpayer compliance, these results indicate that the relationship between the modernization of tax administration with taxpayer compliance is a significant relationship and there is also a low positive correlation between awareness of taxpayers with taxpayer compliance.

Keywords: Tax Administration Modernization, Consciousness Taxpayer, Taxpayer Compliance


(17)

i ABSTRAK

Fenomena yang terjadi terkait modernisasi administrasi perpajakan adalah wajib pajak masih banyak yang kurang percaya terhadap petugas pajak karena praktik korupsi dan ada anjuran dari beberapa elemen yang menurunkan kepercayaan. Kemudian dari kesadaran wajib pajak adalah wajib pajak masih sinis dan kurang percaya terhadap kebedaraan pajak karena masih sama dengan upeti, memberatkan, pembayarannya sering mengalami kesulitan dan kepatuhan wajib pajak adalah Wajib pajak yang kurang memahami sistem perpajakan dan sistem administrasi, sehingga wajib pajak sulit mengikuti prosedur yang sudah ada.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Modernisasi Adminitrasi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cibeunying. Berdasarkan hasil penghitungan nilai rata-rata dari responden mengenai Modernisasi Adminitrasi Perpajakan termasuk dalam kriteria Baik, untuk Kesadaran Wajib Pajak termasuk dalam kriteria Cukup Baik, sedangkan Kepatuhan Wajib Pajak termasuk dalam kriteria Baik.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang cukup kuat antara modernisasi administrasi perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak, hasil tersebut menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara modernisasi administrasi perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak merupakan hubungan yang signifikan dan terdapat juga hubungan positif yang rendah antara kesadaran wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak.

Kata Kunci : Modernisasi Adminitrasi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak


(18)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Modernisasi Administrasi Perpajakan

2.1.1.1 Pengertian Modernisasi Administrasi Perpajakan

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:125) definisi modernisasi administrasi perpajakan adalah :

“Modernisasi perpajakan yang dilakukan pemerintah tentunya

tidak hanya untuk mencapai target penerimaan pajak semata, juga penting dilakukan untuk menuju adanya perubahan paradigma perpajakan. Dimana ketentuan, prosedur dan aktivitas perpajakan juga terus diarahkan untuk peningkatan pelayanan agar menjadi

business friendly bagi masyarakat. Upaya peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan cara peningkatan kualitas dan kemampuan teknis pegawai dalam bidang perpajakan, perbaikan infrastruktur seperti perluasan tempat pelayanan terpadu (TPT), penggunaan sistem informasi dan teknologi untuk dapat memberikan kemudahan kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Modernisasi sistem dilingkungan DJP bertujuan untuk menerapkan Good Governance dan pelayanan prima. Dengan memberikan pelayanan yang prima dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak, meningkatkan kepercayaan administrasi perpajakan dan mencapai tingkat produktivitas

pegawai pajak yang tinggi”.

Menurut Pandiangan (2007:43) definisi modernisasi administrasi perpajakan adalah :

“Modernisasi administrasi perpajakan adalah tercapainya tingkat

kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi, tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi”.


(19)

10

Dari kedua pengertian tersebut diatas, Maka dapat disimpulkan bahwa Modernisasi administrasi perpajakan adalah tercapainnya target penerimaan pajak, tercapainya perubahan paradigma perpajakan, tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi, tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi. Dimana ketentuan, prosedur dan aktivitas perpajakan juga terus diarahkan untuk peningkatan pelayanan agar menjadi business friendly bagi masyarakat.

2.1.1.2Perubahan Modernisasi Administrasi Perpajakan

Untuk mewujudkan program reformasi administrasi perpajakan perlu dirancang dan dilaksanakan secara menyeluruh dan komprehensif.

Perubahan-perubahan yang dilakukan meliputi bidang-bidang berikut : 1. Perubahan dari sektor pegawai Pajak, sebagai berikut :

a) Struktur Organisasi

Struktur Organisasi DJP selama ini berlaku perlu mengalami perubahan, baik lever kantor pusat sebagaimana pembuatan kebijakan maupun level kantor operasional sabagai pelaksanaan implementasi kebijakan. Perubahan ini dilakukan dengan cara menyatukan satu antara lain :


(20)

11

a. Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

b. Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB)

c. Kantor pemeriksaan dan penyidikan pajak (KARIPKA) menjadi kantor pelayanan pajak (KPP)

b) Business process dan teknologi Informasi dan Komunikasi

Perbaikan Business process merupakan pilar penting program modernisasi DJP, yang diarahkan pada penerapan full automation dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, terutama untuk pekerjaan yang sifatnya klerikal. Langkah awal untuk perbaikan business process adalah dengan penulisan dan dokumentasi SOP untuk setiap unit DJP. Perbaikan dilakukan juga pada e-system dengan dibukanya fasilitas

e-filling (Pengiriman SPT secara online melalui internet), e-spt

(penyerahan SPT dalam media digital), e-payment (fasilitas pembayaran

online untuk PBB) dan e-registation (pnedaftaran NPWP secara online

melalui internet). Semua fasilitas diciptakan untuk memeudahkan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

c) Manajemen Sumber Daya Manusia

Departemen Keuanagan secara menyeluruh telah melakukan program reformasi birokrasi sejak tahun 2006. Fokus program ini adalah perbaikan sistem dan manajemen SDM, Secanggih apapun struktur, sistem, teknologi informasi, metode dan alur kerja suatu organisasi, semua itu tidak akan


(21)

12

dapat berjalan dengan optimal tanpa dukungan SDM yang capable dan terintegtitas.

d) Pelaksanaan Good Governance

Dalam praktek berorganisasi, Good Governance biasanya dikaitkan dengan mekanisme pengawasan internal (internal control) yang bertujuan untuk meminimalkan penyimpangan ataupun penyelewengan dalam organisasi, baik itu dilakukan oleh pegawai maupun pihak lainnya. DJP dengan program modernisasinya senantiasa berupaya menerapkan prinsip-prinsip Good Governance tersebut. Salah satunya adalah dengan cara pembuatan dan penegakan kode etik pegawai yang secara tegas mencantumkan kewajiban dan laranagn bagi para pegawai DJP dalam pelaksanaan tugasnya, termasuk sanksi-sanksi bagi setiap pengaggaran kode etik pegawai tersebut.

2. Perubahan dari sektor Kualitas pelayanan pajak, sebagai berikut : a) Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)

Tempat untuk meningkatkan pelayanan wajib pajak, dibentuk suatu tempat pelayanan yang terpadu disetiap KPP, seperti penerimaan dokumen atau laporan perpajakan (SPT, SSP dan sebagainya) yang diserahkan langsung oleh wajib pajak dengan TPT ini memudahkan pengawasan terhadap proses pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak.


(22)

13

b) Account Resentative

Salah satu ciri khas dari KPP modern adalah adanya Account resentative (AR). AR adalah pegawai Direktorat jenderal Pajak yang diberikan wewenang khusus untuk memberikan pelayanan dan mengawasi wajib pajak secara langsung. Dengan adanya Account Resentative ini diharapkan dapat menciptakan hubungan yang dilandaskan kepercayaan antara KPP dan wajib pajak.

c) Help Disk

Dengan adanya Help Disk diharapkan unutuk menghilangkan kebingungan dan kesulitan yang kadang-kadang dialami wajib pajak bila berhubungan dengan suatu kantor pajak temasuk instansi pemerintahan, fasilitas help disk dengan teknologi tax knowledge base, menyangkut :

a. Peraturan Pajak yang komprehensif dan terkini

b. Dikompilasi sesuai standar Q&A, Flowchart dan penjelasan singkat c. Tersedia dalam komputer, sehingga mudah untuk diakses

d. Diharapkan mampu untuk menjawab berbagai permasalahan mengenai pajak.

d) Complaint Center

Complain center berfungsi untuk menampung keluhan-keluhan wajib pajak yang terdaftar di KPP diwilayah kerjanya


(23)

14

e) Call Center

Fungsi Call utama yang ditangani oleh Call Center menyangkut pelayanan (Konfirmasi, prosedur, peraturan, Material Perpajakan dan yang lainnya).

f) Media Informasi Pajak

Dengan adanya media informasi, wajib pajak dapat mengakses segala sesuatu hal yang berhubungan dengan pajak yang dibutuhkan secara gratis.

g) Website

Untuk memeprmudah akses informasi perpajakaan kepada masyarakat, terlebih lagi dengan iklim yang mengglobal, maka dibuat

website perpajakan yang dikelola oleh DJP, yaitu www.pajak.go.id.

h) e-System Perpajakan

Pemanfaatan dan penerapana e-system dimaksudkan agara semua proses kerja dan pelayanan perpajakan berjalan dengan baik, lancar, cepat dan akurat. Beberapa e-system yang dimanfaatkan wajib pajak, yaitu :

i) e-Registration

e-Registration adalah pendaftaran, perubahan data wajib pajak dan atau pengukhan maupun pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak (PKP) melalui sistem yang berhubungan langung dengan DJP secara online.


(24)

15

j) e-SPT

e-SPT adalah penyampain SPT dalam bentu digital ke KPP secara elektrik atau dengan menggunakan media komputer. Yang dapat diaplikasikan adalah Lampiran SPT masa PPh, SPT Tahunan PPh dan SPT masa PPN.

k) e-Filling

e-Filling adalah suatu cara penyampaian SPT yang dilakukan melalui sistem online dan red time.

l) e-Payment

e-Payment adalah suatu cara pembayaran yang dapat dilakukan dengan menggunakan media elektronik online seperti internet, sehingga memudahkan wajib pajak dalam pembayaran pajak.

Dengan adanya program modernisasi ini diharpakn dapat memberi manfaat bagi wajib pajak Siti Kurnia Rahayu ( 2010 :133) sebagai berikut :

“ 1. Pelayanan yang lebih baik, terpadu dan personal, melalui :

a. Konsep One Stop Service yang melayani seluruh jenis pajak (PPh, PPN,PBB dan BPHTB)

b. Adanya tenaga Account Reprecentative (AR)dengan tugas anttara lain : a) Konsultasi untuk membantu segala pemenuhan permasalahn wajib

pajak.


(25)

16

c) Update atas peraturan perpajakan yang terbaru.

2.Pemanfaatan IT secara maksimal email, e-SPT, e-Filling dan lain-lain.

3. SDM yang profesional

a. Adanya fit and proper test dan Competency Mapping

b. Pelaksanaan kode etik yang tegas dan konsisten

c. Pemberian tunjangan khusus (Peningkatan Remunerasi)

4. Pemeriksaan yang lebih terbuka dan Profesional dengan konsep

spesialisasi penerapan”.

2.1.1.3 Indikator Modernisasi Administrasi perpajakan

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:128) Modernisasi Administrasi perpajakan dilakukan pada dasarnya meliputi :

1. Perubahan dari sektor pegawai pajak

a. Perubahan stuktur organisasi dan Penyempurnaan manajemen SDM Perubahan sektor organisasi merupakan salah satu program pembaharuan untuk memperbaiki DJP yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan yang dilakukan oleh petugas pajak terhadap wajib pajak dan peyempurnaan manajemen SDM merupakan perubahan guna melihat kuantitas dan kualitas pegawai pajak yang kompeten dan jujur.


(26)

17

2. Perubahan dari sektor Kualitas pelayanan pajak a. Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)

Tempat pelayanan terpadu adalah tempat wajib pajak menyetorkan pajak tahunan.

b. E-System Perpajakan (e-Registration, e-SPT, e-Filling, e-Payment)

E-system adalah bentuk kemajuan yang diterapkan oleh DJP.

2.1.2 Kesadaran Wajib Pajak

2.1.2.1 Pengertian Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Manik Asri (2009:137 ) definisi kesadaran wajib pajak adalah :

“Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi di mana wajib pajak

mengetahui,memahami, dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan” dan

“Kesadaran wajib pajak adalah Kesadaran wajib pajak atas fungsi

perpajakan sebagai pembiayaan negara sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, wajib pajak yang sadar akan keberadaannya sebagai warga negara yang selalu menjunjung tinggi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum penyelenggaraan negara mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan. Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara. memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan negara. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan suka rela. Menghitung, membayar,

melaporkan pajak dengan benar”.

Definisi Kesadaran menurut Jatmiko (2006) yang menyatakan bahwa :

“Kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti”.

Dari kedua pengertian tersebut diatas, Maka dapat disimpulkan bahwa Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak merasa sadar


(27)

18

untuk membayar pajak, mengatahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara, memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan suka rela. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar. kesadaran wajib pajak akan meningkat apabila wajib pajak memiliki persepsi positif terhadap instansi pajak. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

2.1.2.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesadaran dan Kepedulian Sukarela Wajib Pajak

1. Faktor yang cukup menonjol adalah kepemimpinan, kualitas pelayanan, dan motivasi. Menurut Utomo Pudjo Susilo (2002) :

“Pelayanan masyarakat merupakan salah satu tugas untuk memberi pelayanan yang berkualitas telah menjadi obsesi yang selalu ingin dicapai, Motivasi adalah dorongan agar orang mau melakukan sesuatu dengan ikhlas dengan sebaik-baiknya, Dan kepemimpinan yang baik, pelayanan yang berkualitas dan motivasi yang baik akan dapat mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk membayar

Pajak”.

2. Faktor ekonomi /tingkat pendapatan. Sekretaris Kamar Dagang dan Industri (KADIN) sebagaimana dikutip Rohmat Soemitro (1988:299) menyatakan :

“Masyarakat tidak akan menemui kesulitan dalam memenuhi

kewajiban membayar pajaknya kalau nilai yang harus dibayar itu masih di bawah penghasilan yang sebenarnya mereka peroleh


(28)

19

Faktor ekonomi merupakan hal yang sangat fundamental dalam hal melaksanakan kewajiban, masyarakat yang miskin akan menemukan kesulitan untuk membayar pajak, kebanyakan mereka akan memenuhi kebutuhan hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak, karenanya tingkat pendapatan seseorang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang tersebut memiliki kesadaran dan kepatuhan akan ketentuan hukum dan kewajibannya (Rohmat Soemitro, 1988: 299).

2.1.2.3 Faktor Negatif yang dapat Menghambat Tingkat Kesadaran wajib pajak dan Langkah untuk Membangun kesadaran wajib pajak

1. Faktor penghambat tingkat kesadaran Wajib Pajak menurut Utomo Pudjo Susilo (2002), Antara lain:

a. Prasangka negatif kepada aparat perpajakan

“Mereka akan cenderung menahan informasi dan tidak coperatif.

Mereka akan berusaha memperkecil nilai pajak yang dikenakan pada mereka dengan memberikan informasi sesedikit mungkin. Perlu usaha keras dari lembaga perpajakan dan media massa untuk membantu

menghilangkan prasangka negatif tersebut”.

b. Hambatan atau kurangnya intensitas kerjasama dengan Instansi lain

“Hambatan atau kurangnya intensitas kerjasama dengan Instansi lain (pihak ketiga) guna mendapatkan data mengenai potensi Wajib Pajak

baru, terutama dengan instansi daerah atau bukan instansi vertikal”.

c. Bagi Calon Wajib Pajak

“Bagi Calon Wajib Pajak,Sistem Self Assessment dianggap menguntungkan, sehingga sebagian besar mereka enggan untuk mendaftarkan dirinya bahkan menghindar dari kewajiban


(29)

ber-20

NPWP. Data-data tentang dirinya selalu diupayakan untuk ditutupi sehingga tidak tersentuh oleh DJP”.

d. Kurangnya Informasi

“Masih sedikitnya informasi yang semestinya disebarkan dan dapat

diterima masyarakat mengenai peranan pajak sebagai sumber penerimaan negara dan segi-segi positif lainnya”.

e. Timbal balik yang tidak bisa dirasakan oleh masyarakat

“Adanya anggapan masyarakat bahwa timbal balik (kontra prestasi) pajak tidak bisa dinikmati secara langsung, bahkan wujud pembangunan sarana prasana belum merata, meluas, apalagi

menyentuh pelosok tanah air”.

f. Tidak adanya keterbukaan

“Adanya anggapan masyarakat bahwa tidak ada keterbukaan

pemerintah terhadap penggunaan uang pajak”.

2. Langkah Alternatif Membangun Kesadaran Wajib Pajak (Utomo Pudjo Susilo, 2002), antara lain :

a. Melakukan Sosialisasi

“Melakukan sosialisasi sebagaimana dinyatakan Dirjen Pajak bahwa kesadaran membayar pajak datangnya dari diri sendiri, maka menanamkan pengertian dan pemahaman tentang pajak bisa diawali dari lingkungan keluarga sendiri yang terdekat, melebar kepada tetangga, lalu dalam forum-forum tertentu dan ormas-ormas tertentu melalui sosialisasi, Dengan tingginya intensitas informasi yang diterima oleh masyarakat, maka dapat secara perlahan merubah mindset masyarakat tentang pajak ke arah yang positif, Beragam bentuk sosialisasi bisa dikelompokkan berdasarkan: metode penyampaian, segmentasi maupun


(30)

21

b. Memberikan fasilitas kemudahan

“Memberikan kemudahan dalam segala hal pemenuhan kewajiban perpajakan dan meningkatkan mutu pelayanan kepada wajib pajak, Jika pelayanan tidak beres atau kurang memuaskan maka akan menimbulkan keengganan Wajib Pajak melangkah ke kantor Pelayanan Pajak, pelayanan sebagai wajah DJP harus mencitrakan sebuah keramahan, keanggunan dan kenyamanan. Pelayanan berkualitas adalah pelayanan yang dapat menciptakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan

wajib pajak”.

c. Meningkatkan Citra Saling percaya antara wajib pajak dan petugas Pajak

“Meningkatkan citra Good Governance yang dapat menimbulkan adanya rasa saling percaya antara pemerintah dan masyarakat wajib pajak, sehingga kegiatan pembayaran pajak akan menjadi sebuah kebutuhan dan kerelaan, bukan suatu kewajiban, dengan demikian tercipta pola hubungan antara negara dan masyarakat dalam memenuhi hak dan kewajiban yang dilandasi dengan rasa

saling percaya”.

d. Meberikan pengetahuan melalui jalur pendidikan

“Memberikan pengetahuan melalui jalur pendidikan khususnya pendidikan perpajakan Melalui pendidikan diharapkan dapat mendorong individu kearah yang positif dan mampu menghasilkan pola pikir yang positif yang selanjutnya akan dapat memberikan pengaruh positif sebagai pendorong untuk melaksanakan

kewajiban membayar pajak”.

e. Merealisasikan prorgam yang telah direncanakan oleh Petugas Pajak

“Merealisasikan program Sensus Perpajakan Nasional yang dapat menjaring potensi pajak yang belum tergali, dengan program sensus ini diharapkan seluruh masyarakat mengetahui dan memahami masalah perpajakan serta sekaligus dapat membangkitkan kesadaran dan kepedulian, sukarela menjadi Wajib


(31)

22

2.1.2.4Indikator Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Manik Asri (2009) Indikator Kesadaran wajib pajak adalah :

1. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan sukarela.

Menghitung pajaknya sendiri yang harus dibayarkan, membayarkan pajaknya sendiri tanpa memakai perantara dan melaporkan pajaknya sendiri ke tempat pembayara pajak dengan sukarela tanpa ada paksaan. 2. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.

Menghitung pajaknya sendiri yang harus dibayarkan dengan benar, membayarkan pajaknya sendiri tanpa memakai perantara dan melaporkan pajaknya sendiri ke tempat pembayara pajak dengan benar dan jika ada kesalahan lebih lanjur koreksi.

2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak

2.1.3.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut James et all dalam Timbul Hamonangan (2012:84) Secara sederhana definisi kepatuhan adalah :

“Kepatuhan Wajib Pajak adalah sekedar menyangkut sejauh mana

Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai aturan

perpajakan yang berlaku”.

Menurut Gunadi (2009) Definisi kepatuhan wajib pajak adalah :

“Kepatuhan wajib pajak adalah kesediaan pemenuhan kewajiban wajib pajak sesuai aturan tanpa suatu paksaan baik secara hukum maupun administrasi, adanya peningkatan pelayanan yang


(32)

23

memuakan bagi para wajib pajak diharapkan dapat menciptakan

kenyamanan dan kemudahan dalam memenuhi kewajiban pajak”.

Menurut Safri Nurmanto dalam Siti Kurnia (2010:138) definisi kepatuhan adalah :

“Kepatuhan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana

wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan

melaksanakan hak perpajakannya”.

Kewajiban dan hak perpajakan menurut Safri Nurmantu dibagi ke dalam dua kepatuhan meliputi kepatuhan formal dan kepatuhan material, Kepatuhan formal dan material ini lebih jelasnya diidentifikasi kembali dalam Keputusan Menteri Keuangan No.544/KMK.04/2000. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000. kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari:

“Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2 tahun terakhir; tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak; tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir; dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5%;wajib pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak

mempengaruhi laba rugi fiskal”.

Menurut Safri Nurmantu (2005:70), kepatuhan perpajakan didefinisikan sebagai berikut :

”suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.”


(33)

24

Terdapat dua macam kepatuhan, yaitu: 1. Kepatuhan Formal

Kepatuhan formal yang dimaksud menurut Safri Nurmanto di atas misalnya, ketentuan batas waktu penyampaian surat pemberitahuan pajak penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 maret. Apabila wajib pajak telah melaporkan surat pemberitahuan pajak penghasilan (SPT PPh) tahunan sebelum atau pada tanggal 31 maret, maka wajib pajak telah memenuhi ketentuan formal, namun isinya belum tentu memenuhi ketentuan material, yaitu suatu keadaan di mana wajib pajak secara substantive memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang perpajakan.

2. Kepatuhan material

Kepatuhan material dapat meliputi kepatuhan formal. Wajib pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah wajib pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar surat pemberitahuan sesuai ketentuan dan menyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu akhir.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak adalah kondisi dimana wajib pajak bisa memenuhi kewajiban pajaknya sesuai aturan dan tanpa suatu paksaan baik secara hukum maupun administrasi yang akan meningkatkan penerimaan pajak yang berimbas pada pelayanan untuk wajib pajak itu sendiri.


(34)

25

2.1.3.2Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan, antara lain :

1. Pemahaman terhadap Self assessment system

Ada beberapa sistem pemungutan pajak, yaitu :

a. Official assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang mana besarnya pajak yang teutang ditentukan oleh fiskus.

b. Self assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang mana besarnya pajak dihitung sendiri oleh wajib pajak.

c. Witholding system merupakan sistem pemungutan atau pemotongan pajak yang mana besarnya pajak terutang atau yang dibayar ditentukan oleh pihak ketiga.

2. Kualitas pelayanan

Pelayanan adalah suatau proses dimana bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertantu yang memerlukan kepekaan dan hubungan

interpersonal agar tercipta kepuasan dan keberhasilan Boediono (2003) dalam Ni Luh (2006). Hakikat kualitas pelayanan umum adalah sebagai berikut :

“a. Meningkatkan mutu dan produktifitas pelaksanan tugas dan instansi pemerintahan dibidang pelayanan umum.

b.Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna (efisien dan efektif).


(35)

26

c. Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa dan peran serta masyarakat dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi menyebabkan masyarakat lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan yang berlaku. Tingkat pendidikan yang masih rendah juga akan tercermin dari masih banyaknya wajib pajak terutama orang pribadi yang tidak melakukan pembukuan atau yang masih melakukan pembukuan ganda untuk kepentinga pajak. Tingkat pendidikan yang rendah juga akan berpeluang wajib pajak enggan melaksanakan perpajkan karena kurangnya pemahaman mereka terhadap istem perpajkan yang diterapkan.

4. Tingkat Penghasilan

Pengahasilan wajib pajak sebagai Objek dalam pajak penghasilan sangat terkait dengan besarnya pajak terhutang. Disamping itu tingkat penghasilan juga akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak tepat pada waktunya. Kemampuan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak terkait erat dengan besarnya penghasilan, maka salah satu hal yang dipertimbangkan dalam pemungutan pajak adalah tingkat penghasilan.


(36)

27

5. Persepsi Wajib pajak terhadap sanksi perpajakan

Sanksi perpajkan diberikan kepada wajib pajak agar wajib pajak mempunyai kesadaran dan patuh terhadap kewajiban pajak. Sanksi perpajakan dalam undang-undang perpajakan berupa sanksi administrasi (dapat berupa denda dan bunga) dan Sanksi Pidana. Adanya perpajakan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

2.1.3.3 Jenis Kepatuhan Yang Harus Dilakukan Oleh Wajib Pajak

1. Kepatuhan Menyampaikan Laporan SPT Tahunan

Menyikapi kurangnya kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan laporan kegiatan usahanya, patut diapresiasi terobosan DJP menggulirkan kebijakan dropbox. Dengan kebijakan ini wajib pajak menjadi lebih mudah menyampaikan SPT tahunan. Tetapi berkenaan dengan kepatuhan menyampaikan laporan bulanan atau SPT Masa, belum diberikan kemudahan seperti itu. Wajib pajak hanya diberi keleluasaan untuk menyampaikan SPT Masa dengan datang langsung ke KPP atau menyampaikan melalui jasa pengiriman surat/barang.

Kebijakan dropbox maupun keleluasaan penyampaian SPT Masa, hanya upaya untuk memudahkan wajib pajak menyampaikan laporan, tetapi belum memenuhi tugas pembinaan kepada mereka. Salah satu bentuk pembinaan yang bisa dilakukan adalah senantiasa mengingatkan wajib pajak agar menyampaikan SPT dengan benar dan tepat waktu.


(37)

28

2. Kepatuhan Menyelenggarakan Kegiatan Pencatatan atau Pembukuan

Berbeda dengan kepatuhan untuk melaporkan dan membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku, kepatuhan untuk menyelenggarakan pencatatan atau pembukuan lebih bersifat administratif.

Ketentuan perpajakan hanyalah satu elemen untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Elemen lain yang harus ada adalah informasi nilai transaksi dan bagaimana transaksi dilakukan yang keduanya disajikan oleh catatan atau pembukuan. Oleh karenanya, kepatuhan wajib pajak menyelenggarakan pencatatan atau pembukuan tidak dapat ditawar lagi, serta perlu dilakukan tindakan tegas berupa sanksi sesuai ketentuan yang berlaku bagi yang tidak mematuhinya.

3. Kepatuhan terhadap Aturan Lain di Bidang Perpajakan

Selain dua kepatuhan sebagaimana telah diuraikan di atas, ada pula kepatuhan yang harus dimiliki oleh wajib pajak, yaitu mentaati semua peraturan lain di bidang perpajakan. Kepatuhan ketiga ini perlu dipertegas agar wajib pajak memahami bahwa tatacara, prosedur, dan hal lain juga harus dipatuhi meskipun tidak berkenaan langsung dengan pencatatan atau pembukuan, dan juga tidak berkenaan langsung dengan pelaporan kegiatan usaha.

Salah satu contoh kepatuhan yang ketiga ini adalah pemindahan tempat terdaftar wajib pajak dari satu KPP ke KPP lain, baik dalam jenjang KPP yang sama maupun berbeda, misalnya pemindahan dari KPP Pratama ke KPP Madya atau sebaliknya. Jika pemindahan tempat terdaftar tersebut dipandang perlu,


(1)

vii

rasa hormat peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuannya kepada peneliti, yaitu sebagai berikut:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Utama Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj Dwi Kartini, SE., Spec.Lic, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE.,M.Ak.,Ak,CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia dan selaku Dosen Wali.

4. Dr. Ely Suhayati, SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku Dosen Pembimbing yang penuh keikhlasan berkenan memberikan bimbingan, membina dan mengarahkan penulis sehingga laporan ini dapat selesai.

5. Seluruh Dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

6. Seluruh pimpinan dan staff Universitas Komputer Indonesia.

7. Bapak Budhi Adhitya Rinaldi selaku kepala sub bagian umum dan kepatuhan internal kantor pelayanan pajak (KPP) Bandung Cibeunying juga Bapak Dadang selaku petugas pajak bagian umum yang telah berbaik hati memberikan kesempatan dan membatu dalam penyebaran kuesioner.

8. Seluruh pimpinan dan staff Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Bandung Cibeunying yang telah berbaik hati membantu dalam penyebaran kuesioner penelitian ini.


(2)

viii

9. Ayahanda Sapta Iriyana dan Ibu tercinta Icin serta keluarga besar yang selalu mendoakan dan mendukung serta selalu memberikan semangat yang tidak pernah ada lelahnya untuk menyelesaikan penelitian ini.

10.Teman-teman Akuntansi angkatan 2011 khususnya kelas Ak2 juga ibu KM tercinta Megawati Mamangkey yang bawel kalo ada tugas, cantik, perhatian sama anak-anaknya kelasnya yang selalu memberikan dukungan dan kerja sama selama perkuliahan berlangsung dan sampai pada penyusunan penelitian ini dan semoga teman-teman yang lain kelas Akuntansi-2 bisa menyusul menyelesaikan penelitian tahun depan.

11.Ines idzayasha temen sekosan yang sudah tahu baik buruknya, yang suka lebay, yang suka nyebelin dan susah dikasih tahu. Terima kasih atas kebaikan, tumpangan hidup dan pengertian selama ini.

12.Mira Lestari yang kaya preman padahal penakut, Dewi Fikriyanti wanita judes yang suka pura-pura tegar, Lindawati cewe baik yang pemalu, mega Nurcahyanti cewe yang suka bikin emosi kalo ngomong sama dia dan Annisa Putrianti cewe nyablak yang lebay kalo patah hati terima kasih atas semangat perjuangannya selama ini.

13.Sintya Noviani, Dini Nurfitri yang selalu memberikan dukungan dan doa selama 12 tahun ini serta selalu membantu dikala tugas-tugas menumpuk. 14.Deti Fauziah dan Rina Octaviani yang selalu memberikan motivasi, doa dan

traktiran setiap awal bulan dan juga Aning Haryati, teteh yang sama-sama lagi nyusun tapi terus ngasih semangat.


(3)

ix

15.Fajar, Tian, Hendra, Eka, Arief, Reno, Gilang, Purbaya, Cahyana, Ridho, Ardi dan anak-anak IPS-3 SMA Negeri Tanjungsari Sumedang yang selalu memberikan hiburan dan Doa.

16.Geng Gunung Gendis, Afry, Dedin, Ibnu, Rona dan Aris yang sudah memberikan pengalaman paling berharga pada saat naik gunung cikuray 2821 mdpl, memberikan banyak hiburan dan motivasi.

17.Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HMAK 2012) yang sudah memberikan pengalaman berorganisasi yang amat sangat luar biasa.

18.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas doa, semua bantuan dan motivasinya.

Semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak dan semoga seluruh amal baik yang telah diberikan kepada peneliti mendapatkan Ridho dari Allah SWT, Amin.

Bandung, Agustus 2015 Penulis,

Wina Sugiarti NIM.21111077


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 104 66

Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Tentang Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tebing Tinggi

4 112 92

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

2 61 59

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees)

0 13 43

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Karees)

11 50 87

Pengaruh Pengatahuan Perpajakan Dan Tingkat Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Oang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Soreang)

1 4 11

Pengaruh Sosialisasi Perpajakan Dan Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying)

0 5 1

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Kualitas Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan (Survey pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas)

0 3 1

Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak (Survey Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Sumedang)

2 49 38

Pengaruh Pelayanan Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak: Survey terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Cibeunying.

0 0 27