Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK PENGHASILAN PADA KANTOR PELAYANAN

PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN

Oleh :

Nama : Muhammad Ludin Dalimunthe NIM : 122600049

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya dapat menyelesaikan Proposal Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK PENGHASILAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN” dalam waktu yang telah ditentukan.

Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini banyak bantuan yang diterima baik berupa moral maupun material serta bimbingan yang banyak membantu penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin M.Si, selaku Dekan Fisip USU

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.


(3)

4. Seluruh Bapak/Ibu Staf Pegawai Diploma III Administrasi Perpajakan Fisip USU yang telah banyak membantu dan memberikan masukan selama masa perkuliahan sampai dengan selesainya Laporan Tugas Akhir ini.

5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan.

6. Ibu Dra. Rosmiani MA, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

7. Bapak Abrin Suterisno selaku supervisor lapangan yang telah meluangkan waktunya dan membantu saya mendapatkan data yang diperlukan dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

8. Kedua Orang Tua saya tercinta, Zulpanuddin Dalimunthe SH dan Ibu saya Elima Gultom S.Pdi, yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan berupa moral dan material kepada penulis selama menimba ilmu di Universitas Sumatera Utara.


(4)

9. Kedua Kakak saya tercinta, Aghna Elfiana Dalimunthe S.Pd dan Aghni Elfiani Dalimunthe A.Md, yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan berupa moral kepada penulis selama menimba ilmu di Universitas Sumatera Utara.

10.Kawan seperjuangan TAX A 2012, Agnes Situmorang, Agus, Dewanti, Siti Hutami, Dita, Justite, Norlin, Bonar dan kawan – kawan lainnya yang tidak dapat penuliskan tuliskan namanya, tidak ada akhir dari persaudaraan kita.

11.Kawan Kolektif SOT ( Struggle Of Tax ) FMN Ranting USU, Julius, Selamat, Hendra, Hary Agung, Satria Pelawi, Rizal, Roy Neker, Mega Siburian, Agnes Verondra, Monica, Furqan Chaniago, tetap segaris perjuangan kawan - kawan.

12.Kawan Kolektif Front Mahasiswa Nasional Ranting USU, tetap Teguh di Garis Perjuangan Demokratis Nasional.

13.Kawan Kolektif Front Mahasiswa Nasional Cabang Kota Medan, Perkuat Konsolidasi Organisasi dan Intensifkan Kerja Massa Komperhensif.

14.Kawan – Kawan IMPROSAJA FISIP USU, besarkan organisasi melalui cara belajar dan bekerja yang lebih baik.

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis menyadari adanya kelemahan dan kekurangan dari segi isi, bahasa, maupun penyajiannya. Akan tetapi,


(5)

penulis telah berusaha secara maksimal dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Penulis juga memohon maaf apabila terjadi kesalahan kata - kata dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca nantinya.

Medan, Juli 2015 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 4

C. Uraian Teoritis ... 7

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 12

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI ( PKLM ) A.Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan ... 16

B.Visi dan Misi KPP Pratama Medan Belawan ... 17


(7)

D.Struktur Organisasi dan Uraian Tugas KPP Pratama Medan Belawan ... 20

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A.Pengertian Umum Pajak Penghasilan ( PPh ) ... 29 B.Mekanisme Perhitungan PPh dan Mekanisme

Pelunasan PPh Secara Umum ... 35

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

A.Data Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan yang Melaporkan dan Tidak Melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan ( SPT ) Pajak Penghasilan ( PPh ) dalam Tahun Berjalan 2011 – 2015 ... 41 B.Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak dalam

Membayar Pajak Penghasilan ( PPh ) ... 43 C.Upaya – Upaya yang dilakukan KPP Pratama Medan Belawan dalam

Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak ... 45 D.Sanksi yang Dikenakan Terhadap Wajib Pajak Jika Tidak Membayar Pajak

Penghasilan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 49 B.Saran ... 50


(8)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN DAFTAR TABEL

Table 4.1 Data Wajib Pajak yang Terdaftar


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pemerintah menyadari sepenuhnya bahwa peningkatan pembangunan nasional membutuhkan dana yang besar dalam membiayai segala keperluan yang berkaitan dengan pembangunan nasional itu sendiri, dana yang besar tersebut diperoleh dari berbagai sumber penerimaan, antara lain; sumber daya domestik, investasi asing, pinjaman luar negeri, sistem pajak global, perdagangan internasional dan bank pembangunan domestik. Namun demikian dalam pelaksanaan pemungutannya memerlukan landasan pertimbangan keadilan dan suatu kepastian hukum yang mengikat seluruh rakyat indonesia, hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23A yang berbunyi “ pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang - undang”.

Dalam setiap jenis pajak diatur oleh undang tersendiri, untuk undang-undang yang mengatur tentang Pajak Penghasilan adalah Udang - Undang No.7 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang - Undang No.36 Tahun 2008. Pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang - undang yang bersifat memaksa dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra - prestasi) langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk pengeluaran umum .


(10)

Dalam undang - undang No.36 Tahun 2008 Direktorat Jenderal Pajak (DJP) disebutkan tentang apa saja yang menjadi objek pajak penghasilan, objek pajak penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk dikonsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

Peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia pada awalnya sebagian besar adalah produk pemerintahan Hindia - Belanda. Pada tahun 1983 pemerintah Indonesia melakukan reformasi perpajakan dengan mengubah official assessment dengan self assessment system yang berlaku di Indonesia. Perubahan ini memberikan kepercayaan penuh terhadap wajib pajak untuk menghitung, membayarkan, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang, sedangkan fiskus hanya bertugas memberikan pelayanan, pengawasan dan pembinaan terhadap wajib pajak. Pada dasarnya wajib pajak lebih memahami besarnya penghasilan yang diperoleh sehingga besarnya pajak yang dikenakan dapat wajib pajak perhitungkan sendiri.

Kepercayaan penuh terhadap wajib pajak untuk menghitung, membayarkan dan melaporkan sendiri pajaknya, berdampak pada sebagian masyarakat wajib pajak yang tidak sungguh - sungguh dalam melaksanakan kewajibannya. Beberapa contoh diantaranya adalah pembayaran pajak yang tidak tepat waktu, bahkan tidak sedikit pengusaha yang tidak melaporkan usahanya sehingga penerimaan pajak tidak berjalan


(11)

dengan maksimal. Permasalahan lain yang timbul diantaranya, menurunnya kepercayaan wajib pajak terhadap instansi perpajakan, menurunnya kepercayaan wajib pajak disebabkan banyaknya pemberitaan tentang korupsi pada instansi perjakan itu sendiri. Kekeliruan yang lahir pada wajib pajak itu sendiri, kekeliruan tersebut seperti wajib pajak belum memahami dengan jelas prosedur pembayaran pajak dan perhitungan pajak penghasilan yang harus dibayar atau kurang bayar. Wajib pajak malah menganggap pajak sebagai beban yang memberatkan sehingga dapat mengurangi kesejahteraan individu.

Dari permasalahan yang ada di atas mengakibatkan menurunnya kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak penghasilan mereka. Hal itu tentu secara langsung berdampak pada menurunnya pendapatan negara dari sektor pajak, sehingga dapat menghambat program pembangunan pemerintah yang sudah ditetapkan. Direktorat Jenderal Pajak sebagai instansi yang dibentuk oleh pemerintah dalam pelayanan pajak tentu harus memiliki stimulus yang tepat untuk mengatasi permasalahan – permasalahan yang telah disebutkan diatas. Disisi lain masyarakat perlu memahami dengan jelas upaya - upaya apa saja yang dilakukan oleh petugas pajak yang disusun dalam program – progam kantor pelayanan pajak daerah dalam meningkatkan penerimaan pajak khususnya pajak penghasilan.


(12)

Dari kenyataan ini penulis mengambil penelitian tentang “Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak”. dengan latar belakang permasalahan diatas penulis menyusun Tugas Akhir dengan judul “Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1.1.Untuk mengetahui data wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dalam melaporkan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan 2013-2014.

1.2.Untuk mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Penghasilan (PPh) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

1.3.Untuk mengetahui upaya - upaya apa saja yang dilakukan oleh fiskus dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Penghasilan (PPh) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.


(13)

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini tentunya bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya adalah:

2.1 Bagi Mahasiswa

a. Menambah Pengetahuan dan Pengalaman belajar dibidang perpajakan khususnya Pajak Penghasilan.

b. Mengimplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari kedalam permasalahan yang timbul p ada saat pelaksanaan PKLM.

c. Menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab serta kedisiplinan.

d. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan mendapatkan pengalaman kerja.

e. Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan dan menetapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang sudah dipelajari khususnya dibidang perpajakan.

2.2 Bagi Universitas Sumatera Utara

a. Mempererat hubungan Universitas Sumatera Utara dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.


(14)

b. Memberikan gambaran secara nyata mengenai Pajak Penghasilan.

c. Mengimplementasikan aplikasi yang nyata pada kurikulum pendidikan.

d. Mempromosikan sumber daya manusia Universitas Sumatera Utara. e. Mendapat tawaran umpan balik untuk evaluasi dan penyempurnaan

kurikulum.

2.3 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

a. Peningkatan kerjasama yang lebih baik dengan Universitas Sumatera Utara.

b. Mendapatkan gagasan dan ide - ide yang baru khususnya dari Universitas Sumatera Utara.

c. Mempromosikan image Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan kepada masyarakat WP khususnya Civitas Akademika FISIP USU.

d. Membantu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan mensosialisasikan perpajakan kepada masyarakat wajib pajak melalui mahasiswa PKLM.


(15)

C. Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak

1.1. Soemitro dalam Mardiasmo,(2011:1) memberi definisi sebagai berikut :

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara bergasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan dapat digunakan untuk membiayai penggunaan umum.

1.2. Andriani dalam Resmi,(2008:9) memberi definisi pajak sebagai berikut :

Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh orang yang wajib membayarnya menurut peraturan - peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah dengan tugas pemerintah.

1.3. Smetts, memberi definisi pajak sebagai berikut :

Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma - norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah (Suandy,2008:9).


(16)

1.4. Seohamidjaja, memberi definisi pajak sebagai berikut :

Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, gunab menutupi biaya produksi barang - barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum (Suandy,2008:9).

2. Teori Pemungutan Pajak

Teori pemungutan pajak menurut Judisseno,(1996:17) adalah sebagai berikut :

2.1.Teori Bakti

Penekanan teori terletak pada Negara yang mempunyai hak untuk memungut pajak dari warganya sebagai tindak lanjut teori kepentingan dalam hal penyediaan fasilitas umum yang diselenggarakan oleh Negara.

2.2.Teori Daya Pikul

Dalam teori ini, keadilan dan keabsahan Negara dalam memungut pajak dari warganya didasarkan pada kemampuan dan kekuatan masing-masing masyarakat dan bukan besar kecilnya kepentingan.

2.3.Teori Daya Beli

Teori ini menekankan bahwa Negara adalah penyelenggara berbagai kepentingan yang mendukung kesejahteraan masyarakat dan Negara. Berdasarkan


(17)

pengertian tersebut, Negara memiliki keadilan dan keabsahandalam melakukan pemungutan pajak dari masyarakatnya.

2.4.Teori Asuransi

Menurut teori ini, negara mempunyai tugas untuk melindungi warganya dari segala kepentingannya baik keselamatan jiwanya maupun keselamatan harta bendanya. Untuk perlindungan tersebut diperlukan biaya seperti layaknya.

3. Fungsi Pajak

3.1. Fungsi Budgeter yaitu memasukkan uang sebanyak - banyaknya ke kas negara,dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

3.2. Fungsi Reguler yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat baik dibidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu. Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dapat dilihat dalam contoh sebagai berikut :

a. Pemberian insentif pajak (misalnya tax holiday, penyusutan dipercepat) dalam rangka meningkatkan investasi dalam negeri maupun investasi asing.

b. Pengenaan pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri.


(18)

c. Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk produk - produk impor tertentu dalam rangka melindungi produk - produk dalam negeri.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, yang menjadi ruang lingkup penulis adalah:

1. Data jumlah wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang melaporkan dan tidak melaporkan Surat Pemberitahuan ( SPT ) Pajak Penghasilan ( PPh ) dalam tahun berjalan 2012 – 2014.

2. Faktor - faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Penghasilan ( PPh ) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

3. Upaya - upaya yang dilakukan oleh fiskus untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai metode yang digunakan, adalah sebagai berikut:


(19)

1. Tahap Persiapan

Tahap ini penulis melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). mencari dan mengumpulkan bahan untuk membuat proposal dan melakukan konsultasi dengan pihak dosen yang bersangkutan.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti undang - undang, buku - buku, majalah maupun literatur lain yang berhubungan dengan pajak penghasilan dan upaya peningkatan penerimaan PPh.

3. Observasi Lapangan

Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di wilayah kerja KPP Medan Belawan mengenai upaya peningkatan penerimaan PPh, Dalam observasi ini, penulis memberikan surat pengantar untuk melaksanakan pengamatan terhadap data yang akan diminta pada KPP Medan Belawan.

4. Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data mengenai upaya peningkatan penerimaan PPh dalam rangka menunjang pembangunan.


(20)

4.1Data Primer

Yaitu data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang - orang yang dianggap mampu memberikan masukan dan informasi serta observasi penulis di lapangan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

4.2Data Skunder

Yaitu data informasi yang diperoleh dari studi literature seperti sumber - sumber pustaka, undang - undang, dokumentasi, maupun literatur lain yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

5. Analisa dan Evaluasi

Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai upaya meningkatkan penerimaan PPh dalam rangka menunjang program pembangunan pemerintah.

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data adalah sebagai berikut:

1. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan - pertanyaan kepada wajib pajak di KPP Medan Belawan mengenai hal - hal yang menjadi objek pembahasan.


(21)

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung kegiatan yang dilakukan dan melakukan pencatatan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian.

3. Daftar Dokumentasi (Optimal Guide)

Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan upaya meningkatkan penerimaan PPh di KPP Medan Belawan.

4. Teknik Analisa Data

Semua data yang dikumpulkan pada penelitian ini akan dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif yang kemudian akan di interprestasikan secara objektif, sistematis dan menggunakan tabel tunggal.

G. Sistematika Penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi sistematika penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan tentang Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Uraian Teoritis, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode


(22)

Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM).

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Pada bab ini di bahas mengenai sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Belawan, Struktur Organisasi di KPP Medan Belawan dan Uraian Tugasnya.

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Pada bab ini penulis membahas mengenai Pengertian Umum Pajak Penghasilan, Mekanisme Perhitungan Pajak Penghasilan dan Mekanisme Pelunasan Pajak Penghasilan.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang Data Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Medan Belawan yang Melaporkan dan Tidak Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) dalam tahun berjalan 2012-2014. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi


(23)

Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar PPh, Upaya - upaya apa saja yang dilakukan oleh fiskus dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar PPh di KPP Medan Belawan. Sanksi yang Dikenakan Terhadap Wajib Pajak Jika Tidak Membayar PPh.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran, kesimpulan merupakan inti sari yang mencakup seluruh objek pembahasan yang dibahas dalam PKLM. Sedangkan saran merupakan hal - hal, ide-ide atau gagasan yang harus dilakukan dalam melaksanakan solusi atau masalah yang dibahas dari objek pembahasan yang terdapat dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.


(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI ( PKLM )

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 94/KMK.01/1994 tanggal 29 maret 1994, kemudian di ubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 443/KMK.01/2001 tanggal 21 juli 2001 dan dengan adanya Modernisasi di lingkungan DJP. Maka sejak tanggal 27 mei 2008 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang merupakan gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan serta Kantor Pemeriksaaan dan Penyidikan Pajak ( Karikpa ), yang akan melayani PPh, PPN, PBB, BPHTB serta melakukan pemeriksaan tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan keberatan. Dengan di adakannya modernisasi perpajakan oleh pihak Kementrian Keuangan maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan tidak lagi memungut PBB dan BPHTB.


(25)

Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah instansi vertikan Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kantot Wilayah. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak tidak langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Belawan

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP. Tetapi lebih jauh dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktik – praktik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan. Untuk mencapai visi dan misi tersebut Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan. Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Visi

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalime yang tinggi. Dalam rangka mensosialisasikan sasaran pencapaian


(26)

penerimaan pajak, diperlukan sarana pendukung yang harus di persiapkan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan secara lebih handal. Beberapa sarana pendukung tersebut antara lain adalah peningkatan etika dan moral aparat, penyempurnaan bank data, penyusunan strategi yang tepat, penigkatan kerja sama dengan pihak ketiga yang terkait dan perbaikan sistem informasi yang akurat.

2. Misi

Yang menjadi misi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan adalah sebagai berikut :

a. Fiskal

Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang – undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.

b. Ekonomi

Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan yang meminimalkan distorsi.

c. Politik

Mendukung proses demokratisasi bangsa.


(27)

Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.

C. Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Belawan

Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdiri dari 4 kecamatan yaitu:

1. Kecamatan Medan Labuhan 2. Kecamatan Medan Marelan 3. Kecamatan Medan Deli 4. Kecamatan Medan Belawan.

D. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas KPP Pratama Medan Belawan 1. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan

Di setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi untuk menggambarkan secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjalankan perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas, dan wewenang setiap anggota. Tujuannya adalah untuk pencapaian kerja dalam organisasi yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab.

Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan Belawan adalah menggunakan jenis struktur “line and staff organization” atau gabungan dari


(28)

jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi KPP Pratama Medan Belawan berdasarkan fungsi bukan jenis pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dipimpin oleh seorang kepala, yng secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak. Organisasi yang berada di KPP Pratama Medan Belawan bertujuan untuk membina keharmonisan kerja agara pekerjaan dapat terlaksana dengan teratur dan penuh tanggung jawab, sehingga tujuan yang di inginkan dapat tercapai dengan hasil yang baik dan maksimal.


(29)

Berikut struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan:

KEPALA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN

SEKSI FUNGSIONAL II SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN

INFORMASI PERPAJAKAN

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI I

SEKSI PELAYANAN SEKSI PENGAWASAN

DAN KONSULTASI II

SEKSI PEMERIKSAAN SEKSI PENGAWASAN DAN

KONSULTASI III

SEKSI PENAGIHAN SEKSI PENGAWASAN DAN

KONSULTASI IV

SEKSI EKSTENSIFIKASI

PERPAJAKAN SEKSI FUNGSIONAL I


(30)

2. Uraian Tugas KPP Pratama Medan Belawan 2.1. Kepala KPP (Kepala Kantor)

Tugas Kepala KPP:

a. Mengkoordinasi penyusunan rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak sebagai bahan penyusunan rencana strategi kantor wilayah

b. Mengkoordinasi penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi penerimaan tahun lalu

c. Mengkoordinasi pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman (MoU) sesuai arahan kepala kantor wilayah.

d. Mengkoordinasi rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

e. Mengkoordinasi pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

f. Mengkoordinasi pembuatan risalah perincian dasar pengenaan pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil penghitungan ketetapan pajak.

g. Mengkoordinasi pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan, mengkoordinasi penyusunan monografi perpajakan, mengkoordinasi pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan PPh dan pembayaran masa PPN/PPnBM dalam wilayah wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku


(31)

2.2. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga kantor.

Tugas Kepala Sub Bagian Umum:

a. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat – surat serta pelaksanaan tugas bendaharawan.

b. Mendistribusikan surat – surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan pengiriman surat- surat keluar kepada instansi yang terkait.

c. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan rutin. d. Memberi nasehat dan menegakkan disiplin kepada pegawai.

e. Memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai.

2.3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( PDI ) Tugas Seksi PDI :

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan. b. Penyajian informasi perpajakan.

c. Perekaman dokumen perpajakan.

d. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan. e. Pelayanan dukungan teknis komputer. f. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling.


(32)

2.4. Seksi Pelayanan Tugas Seksi Pelayanan :

a. Menetapkan penerbitan produk hukum perpajakan. b. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan.

c. Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan ( SPT ) serta penerimaan surat lainnya.

d. Memberikan penyuluhan perpajakan. e. Melaksanakan registrasi wajib pajak.

f. Memungut fiskal luar negeri di pelabuhan Belawan.

2.5. Seksi Penagihan Tugas Seksi Penagihan:

a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, memproses permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak.

b. Melakukan Penerbitan Surat Tagihan, Surat Paksa, Surat Perintah melakukan penyitaan.

c. Melakukan Penyitaan, usulan lelang dan Penagihan lainnya.

Di seksi penagihan terdapat beberapa orang Juru Sita Pajak yang telah mendapat pendidikan khusus berkaitan dengan penagihan dan penyitaan pajak. Adapun tugas Juru Sita Pajak :

1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus ( SPPSS ). 2. Memberitahukan Surat Paksa


(33)

3. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan ( SPMP ).

4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan.

Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus memakai pakaian Juru Sita Pajak dan memperlihatkan kartu tanda pengenal kepada penanggung pajak .

2.6. Seksi Pemeriksaan Tugas Seksi Pemeriksaan:

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan. b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

2.7. Seksi Ekstensifikasi Tugas Seksi Ekstensifikasi :

a. Melakukan pengamatan dan penggalian potensi perpajakan. b. Pendataan obyek dan subyek pajak.

c. Penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan.

2.8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi Tugas Seksi Pengawasan dan Konsultasi :

a. Melakukan Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak terdaftar.


(34)

b. Memberikan Bimbingan / himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan.

c. Penyusunan Profil wajib pajak. d. Menganalisis kinerja wajib pajak.

e. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan banding.

Pada pelaksanaannya, wilayah kerja keempat seksi pengawasan dan konsultasi dibagi berdasarkan domisili / tempat tinggal / wilayah tempat wajib pajak terdaftar.

1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I ( WASKON I ) Kasi : Margono

• Kelurahan Kampung Besar. • Kelurahan Martubung. • Kelurahan Sei Mati

• Kelurahan Pekan Labuhan. • Kelurahan Tangkahan. • Kelurahan Nelayan Indah.

2. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II ( WASKON II ) Kasi : La Ode Irfah Firdaus

• Kelurahan Labuhan Deli • Kelurahan Rengas Pulau I. • Kelurahan Terjun.


(35)

• Kelurahan Tanah 600. • Kelurahan Paya Pasir. • Kelurahan Rengas Pulau II • Mabar (200 Besar)

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III ( WASKON III ) Kasi : Martua Frisland Situmorang

• Kelurahan Tanjung Mulia. • Kelurahan Tanjung Mulia Hilir. • Kelurahan Mabar.

• Kelurahan Kota Bangun. • Kelurahan Titi Papan. • Kelurahan Mabar Hilir.

4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV ( WASKON IV ) Kasi : Erwin Sianipar

• Kelurahan Sicanang. • Kelurahan Belawan Bahari. • Kelurahan Belawan Bahagia. • Kelurahan Belawan I.


(36)

• Kelurahan Bagan Deli.

Cat: WP bendaharawan Berada di Pengawasan Seksi Wakson IV

2.9. Fungsional Pemeriksa dan Penilai

Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.


(37)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Pengertian Umum Pajak Penghasilan ( PPh ) 1. Pengertian Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan ( PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam suatu tahun pajak.

2. Dasar Hukum

Peraturan perundangan yang mengatur Pajak Penghasilan di indonesia adalah UU No.7 Tahun 1987 yang telah disempurnakan dengan UU No.7 Tahun 1991, UU No.10 Tahun 1994, UU No.17 Tahun 2000, UU No.36 Tahun 2008, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktur Jenderal Pajak maupun Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak.

3. Subjek Pajak

Subjek Pajak Penghasilan adalah segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan Pajak Penghasilan, Subjek Pajak akan dikenakan Pajak Penghasilan apabila menerima atau memperoleh penghasilan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, jika subjek pajak telah memenuhi kewajiban pajak secara objektif maupun subjektif maka disebut Wajib Pajak.


(38)

Berdasarkan pasal 2 ayat 1 UU No.36 Tahun 2008, Subjek Pajak dikelompokkan sebagai berikut :

1. Subjek Pajak orang pribadi

Orang Pribadi sebagai subjek Pajak dapat bertempat tinggal atau berada di indonesia ataupun di luar indonesia.

2. Subjek Pajak warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan Subjek Pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris, penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

3. Subjek Pajak badan.

Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan

kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan

lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Badan usaha


(39)

milik negara dan badan usaha milik daerah merupakan subjek pajak tanpa memperhatikan nama dan bentuknya sehingga setiap unit tertentu dari pemerintah, misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan merupakan subjek pajak.

4. Subjek Pajak Bentuk Usaha Tetap ( BUT )

Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di indonesia, orang pribadi yang berada di indonesia tidak lebih dari 183 ( seratus delapan puluh tiga ) hari dalam jangka waktu 12 ( dua belas ) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di indonesia, yang dapat berupa :

a. Tempat kedudukan manajemen. b. Cabang perusahaan.

c. Kantor perwakilan. d. Gedung kantor. e. Pabrik.

f. Bengkel. g. Gudang.

h. Ruang untuk promosi dan penjualan.


(40)

j. Wilayah kerja tambang minyak dan gas bumi.

k. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan. l. Proyek kontruksi, instalasi, atau proyek perakitan.

m. Memberikan jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan selama lebih dari 60 ( enam puluh ) hari dalam jangka waktu 12 ( dua belas ) bulan.

n. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas.

o. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di indonesia.

p. komputer , agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

4. Objek Pajak Penghasilan

Objek pajak merupakan segala sesuatu ( barang, jasa, kegiatan, atau keadaan ) yang dikenakan pajak. Objek pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari indonesia maupun dari luar indonesia, yang dapat di pakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.


(41)

Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada wajib pajak penghasilan dapat dikelompokkan menjadi :

1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya.

2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan.

3. Pengahasilan dari modal yang berupa harta gerak ataupun harta tidak gerak, seperti bunga, deviden, royalty, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha.

4. Penghasilan lain – lain, seperti pembebasan utang dan hadiah.

5. Objek Pajak Penghasilan Badan Usaha Tetap ( BUT )

Berdasarkan Pasal 5 Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Objek Pajak Bentuk Usaha Tetap adalah :

a. Penghasilan dari usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap tersebut dan dari harta yang dimiliki atau dikuasai oleh Bentuk Usaha Tetap ( BUT );

Penghasilan kantor pusat dari objek di atas berdasarkan pertimbangan logis bahwa transaksi antara kantor pusat dengan perusahaan lain di indonesia harus ada bantuan bentuk usaha tetap di indonesia. Ditinjau dari segi barang yang di perdagangkan atau jasa yang di berikan BUT, dasar inilah yang sering di sebut


(42)

dengan Force of Attraction concept, dengan asumsi hukum apabila yaitu apabila barang atau jasa dalam transaksi yang diselenggarakan kantor pusat sama dengan transaksi yang diselenggarakan BUT, dengan demikian transaksi yang dilakukan langsung oleh kantor pusat BUT di anggap sebagai

penghasilan dari BUT.

b. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, dan pemberian jasa di indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang di lakukan oleh Bentuk Usaha Tetap ( BUT );

Penghasilan kantor pusat yang berasal dari usaha atau kegiatan, penjualan barang dan pemberian jasa, sejenis dengan yang dilakukan oleh badan usaha tetap dianggap sebagai penghasilan BUT. Usaha atau kegiatan sejenis dengan usaha atau kegiatan BUT, misalnya apabila sebuah bank di luar indonesia yang mempunyai BUT di indonesia, memberikan pinjaman secara langsung tanpa melalui Bentuk Usaha Tetapnya kepada perusahaan di indonesia. Penjualan barang yang sejenis dengan yang dijual oleh Bentuk Usaha Tetap, misalnya kantor pusat di luar indonesia yang mempunyai BUT di indonesia menjual produk yang sama dengan produk yang dijual oleh Bentuk Usaha Tetapnya di indonesia secara langsung tanpa melalui Bentuk Usaha Tetapnya kepada klien di indonesia.

c. Penghasilan sebagaimana tersebut dalam pasal 26 yang diterima atau diperoleh oleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara


(43)

Bentuk Usaha Tetap dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan tersebut.

B. Mekanisme Perhitungan Pajak Penghasilan dan Mekanisme Pelunasan Pajak Penghasilan Secara Umum

1. Mekanisme Perhitungan Pajak Penghasilan ( PPh )

Pajak Penghasilan yang terutang dihitung dengan mengalikan tarif tertentu dengan Penghasilan Kena Pajak ( PKP ), Penghasilan Kena Pajak yang digunakan sebagai dasar menghitung PPh tersebut dihitung dengan cara yang berbeda – beda tergantung pada jenis Wajib Pajak. Disamping cara – cara penghitungan PKP tersebut, terdapat perhitungan PKP dengan menggunakan Norma Perhitungan Khusus, norma perhitungan diperuntukkan bagi wajib pajak tertentu, seperti perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional, perusahaan asuransi luar negeri, perusahaan pengeboran minyak, gas, dan panas bumi, perusahaan dagang asing, dan perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun guna serah ( build, operate, and transfer ). Ketentuan perhitungan PPh ini telah dibahas pada bagian lain tentang penentuan pajak penghasilan khusus.

Dalam UU PPh Indonesia dikenal dua golongan wajib pajak, yaitu wajib pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negeri, bagi wajib pajak dalam negeri pada dasarnya terdapat dua cara dalam menentukan besarnya PKP, yaitu dengan metode pembukuan dan menggunakan norma perhitungan. Bagi wajib pajak luar negeri


(44)

penentuan besarnya PKP dibedakan menjadi wajib pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di indonesia dan wajib pajak luar negeri lainnya. Menghitung pajak penghasilan dibedakan menjadi dua yaitu menghitung pajak atas penghasilan yang diperoleh wajib pajak yang bersangkutan dan menghitung atas penghasilan pihak lain, menghitung pajak atas penghasilan sendiri biasanya biasanya disebut dengan menghitung pajak penghasilan terutang, menghitung pajak atas penghasilan pihak lain dilakukan pada saat wajib pajak membayarkan penghasilan kepada pihak lain dalam bentuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, sewa, royalty, dan lain – lain.

Secara umum pajak penghasilan yang terutang dihitung dengan formula sebagai berikut :

PPh Terutang = Tarif Pajak x Penghasilan Kena Pajak

Contoh :

a. Jumlah Penghasilan Kena Pajak Tuan Akbar pada tahun 2009 adalah Rp45.000.000.

Pajak Penghasilan yang terutang :

5% x Rp45.000.000 Rp2.250.000

b. Jumlah Penghasilan Kena Pajak Tuan Dedy pada tahun 2009 adalah Rp200.000.000


(45)

Pajak Penghasilan yang terutang :

5% x 50.000.000 Rp 2.500.000

15% x 150.000.000

Rp25.000.000 Rp22.500.000(+)

c. Jumlah Penghasilan Kena Pajak Tuan Hakim pada tahun 2009 adalah Rp500.000.000

Pajak Penghasilan yang terutang :

5% x 50.000.000 Rp 2.500.000

15% x 200.000.000 Rp30.000.000

25% x Rp250.000.000 Rp62.500.000

Rp95.000.000 (+)

d. Jumlah Penghasilan Kena Pajak Tuan Chika pada tahun 2009 adalah Rp600.000.000

Pajak Penghasilan yang terutang :

5% x Rp50.000.000 Rp 2.500.000

15% x Rp200.000.000 Rp 30.000.000

25% x Rp250.000.000 Rp 62.500.000

30% x Rp100.000.000 Rp 30.000.000

Rp125.000.000 (+)


(46)

2. Mekanisme Pelunasan Pajak Penghasilan ( PPh )

Pelunasan pajak penghasilan dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pelunasan pajak melalui pihak lain dan oleh wajib pajak sendiri, pelunasan pajak penghasilan dalam tahun berjalan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 138 Tahun 2000. Dalam hal pelunasan pajak dilakukan oleh pihak lain, perhitungan, pemotongan, penyetoran, dan pelaporan dilakukan oleh pihak yang memberikan/membayarkan penghasilan. Pelunasan pajak juga bias dilakukan tidak dalam tahun berjalan ( sesudah tahun pajak berakhir ).

a. Pelunasan Pajak dalam Tahun Berjalan Melalui Pihak Lain

Pelunasan pajak dalam tahun berjalan melalui pihak lain ( pemberi penghasilan/pemotongan pajak ) dikelompokkan sebagai berikut :

1. Pemotongan Pajak Penghasilan oleh pihak lain atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) Undang – Undang Pajak Penghasilan terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.


(47)

2. Pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak badan pemerintah berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang, badan – badan tertentu baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) Undang – Undang Pajak Penghasilan, terutang pada saat pembayaran kecuali ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

3. Pemotongan Pajak Penghasilan oleh pihak lain atas penghasilan berupa deviden, bunga, royalti, penghargaan, hadiah, bonus, dan lain – lain yang diterima oleh wajib pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Undang – Undang Pajak Penghasilan. Terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.

4. Pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima oleh wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2) Undang – Undang Pajak Penghasilan, terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.

5. Pelunasan pajak atas penghasilan – penghasilan tertentu ( bunga, deposito, dan simpanan lain di bank, hadiah undian, transaksi saham dan sekuritas lain,dan lain – lain ) yang diatur tersendiri dengan peraturan pemerintah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) Undang – Undang Pajak.


(48)

b. Pelunasan Pajak dalam Tahun Berjalan oleh Wajib Pajak Sendiri

Disamping melalui pihak lain, pelunasan pajak dapat dilakukan sendiri oleh wajib pajak dengan cara sebagai berikut :

1. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang menerima penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dari badan – badan yang tidak wajib melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak sebgaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) Undang – Undang Pajak Penghasilan, wajib memiliki NPWP dan melaksanakan sendiri penghitungan dan pembayaran pajak penghasilan yang terutang dalam tahun berjalan serta melaporkannya dalam Surat Pemberitahuan Tahunan.

2. Wajib Pajak membayar sendiri pajak atas penghasilan yang diperoleh atau diterima melalui angsuran Pajak Penghasilan dalam Tahun Pajak berjalan ( PPh Pasal 25 ).

c. Pelunasan Pajak saat Sesudah Akhir Tahun Pajak

Pelunasan pajak sesudah tahun pajak berakhir dilakukan dengan :

1. Membayar Pajak yang kurang disetor dengan menghitung sendiri jumlah PPh yang terutang untuk satu tahun pajak dikurangi dengan jumlah kredit pajak tahun yang bersangkutan sebagaimana diatur dalam Pasal 29 UU PPh.

2. Membayar pajak yang kurang disetor karena menerima surat ketetapan pajak ( SKPKB atau SKPKBT ) ataupun surat tagihan pajak yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak.


(49)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Data Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan yang Melaporkan dan Tidak Melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan ( PPh ) dalam tahun berjalan 2011 - 2015

Adapun Perkembangan Penyampaian SPT Tahunan di KPP Pratama Medan Belawan Periode 5 tahun ke belakang yaitu :

Sumber : KPP Pratama Medan Belawan 0

10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000

2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah WP Terdaftar

Jumlah WP Wajib SPT


(50)

Tabel 4.1

Data Wajib Pajak Yang Terdaftar Di KPP Pratama Medan Belawan Uraian/Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 WP Terdaftar 44,721 58,437 65,095 71,075 77,679 WP Terdaftar Wajib SPT 43,824 43,949 44,415 43,857 37,486

Realisasi SPT Tahunan PPh

357 19,285 21,269 21,211 10,232

Rasio Kepatuhan 0.81% 43,88% 47,89% 48,36% 27,30% Capaian Rasio

Kepatuhan

1.30% 70.21% 73.67% 71.65% 40.44%

Target Rasio Kepatuhan 62.50% 62.50% 65.00% 67.50% 67.50% Sumber : KPP Medan Belawan.

Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa realisasi SPT Tahunan mengalami fluktuasi dari tahun 2011 sampai 2015. Pada tahun 2011 jumlah Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan di KPP Medan Belawan sebanyak 357 atau sekitar 0,81% dari Wajib Pajak yang wajib SPT dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebanyak 19.285 atau sekitar 43,88% dari jumlah Wajib Pajak yang Wajib SPT, akan tetapi selisihnya sebanyak 18.928 dari jumlah Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunannya pada tahun 2011. Pada Tahun 2013 jumlah Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunnya sebanyak 21.269 atau rasio kepatuhannya sekitar 47,89% dan mengalami peningkatan sebanyak 1.984 dari jumlah Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan pada tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2014 jumlah


(51)

Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan sebanyak 21.211 atau rasio

kepatuhannya sekitar 48,36%. Artinya jumlah Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan pada tahun 2014 mengalami penurunan sebanyak 58 dari jumlah Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunan pada tahun 2013. Dan tahun 2015 jumlah Wajib Pajak yang melaporkan SPT sebanyak 10.232 atau ratio kepatuhannya sekitar 27,30%. Pada tahun 2015 Wajib Pajak yang melaporkan SPT Tahunannya juga mengalami penurunan dari tahun 2014 sebanyak 10.979.

B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Penghasilan ( PPh ) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Tingkat kepatuhan wajib pajak di wilayah kerja KPP Pratama Medan Belawan sebagai wajib pajak sudah cukup baik, dilihat dari kesadaran wajib

pajak/bendaharawan yang datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunannya. Hal ini juga tidak terlepas dari kinerja dan kerja sama yang baik antara fiskus dengan pihak

instansi terkait, sehingga penerimaan PPh sudah memenuhi target dari realisasi penerimaan, walaupun masih banyak juga wajib pajak yang belum melaksanakan kewajibannya.


(52)

Berdasarkan hasil wawancara dengan fiskus dan beberapa Wajib Pajak PPh, faktor – faktor yang menyebabkan masyarakat patuh terhadap pembayaran PPh adalah sebagai berikut :

1. Masyarakat sadar akan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia yang baik dan mereka sadar bahwa itu adalah bentuk partisipasi masyarakat terhadap program pembangunan nasional.

2. Karena keadan ekonomi masyarakat di wilayah kerja KPP Pratama Medan Belawan sudah cukup baik dilihat dari mata pencahariannya, sehingga bersedia menyisihkan dana untuk pembayaran Pajak Penghasilan ( PPh).

3. Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah kerja KPP Pratama Medan Belawan sudah membaik, sehingga mudah untuk menerima pengetahuan tentang perpajakan seperti sanksi administrasi yang dibebankan kepada WP jika tidak membayar PPh atau membayar PPh tetapi melewati jatuh tempo pembayaran.

4. Walau pun ada WP yang komplain masalah terlalu tinggi pengenaan PPhnya tetapi mereka tetap melaksanakan kewajiban perpajakannya, karena menghindari adanya denda berupa bunga jika harus menunda – nunda pembayarannya sampai lewat jatuh tempo pembayaran PPh.

Sedangkan faktor – faktor yang menyebabkan masyarakat sebagai Wajib Pajak PPh tidak melaksanakan Kewajibannya adalah sebagai berikut :


(53)

1. Masyarakat yang pada dasarnya tidak menyadari akan kewajibannya sebagai wajib pajak PPh, masyarakat menganggap pembangunan daerah bukan merupakan tanggung jawab mereka dan mereka tidak menyadari bahwa fasilitas dan prasarana yang mereka manfaatkan adalah hasil dari penerimaan pajak sehingga masyarakat merasa tidak perlu membayar pajak khususnya pajak penghasilan.

2. Masyarakat menganggap uang yang disetorkan melalui pembayaran pajak penghasilan bukan untuk pembangunan, melainkan masuk ke kas pribadi pejabat negara.

3. Masyarakat menganggap bahwa jumlah penghasilan mereka tidak cukup lagi untuk membayar pajak penghasilan.

C. Upaya - Upaya yang Dilakukan Oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak.

1. Penyuluhan/Sosialisai perhitungan, pembayaran dan pelaporan PPh kepada wajib pajak OP dan Badan, sehingga dapat memberikan pengetahuan WP PPh secara luas baik itu mengenai sanksi maupun manfaat dari hasil penerimaan PPh.

a. Penyuluhan/Sosialisasi Keluar

• KPP Pratama Medan Belawan Mengusulkan untuk melakukan Penyuluhan/Sosialisasi kepada WP Badan dengan omzet yang besar.


(54)

• KPP Pratama Medan Belawan diminta untuk melakukan Penyuluhan/Sosialisasi kepada WP Badan dengan omzet yang besar. b. Penyuluhan/Sosialisasi Didalam

• KPP Pratama Medan Belawan mengundang WP Badan untuk menghadiri kegiatan Penyuluhan/Sosialisasi tentang E-SPT PPh Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

2. Melakukan penerbitan Surat Himbauan kepada WP yang belum melaporkan PPh Terutangnya hingga penerbitan Surat Teguran.

3. Program Sunset Policy

Tentang penghapusan sanksi bagi WP yang belum/tidak menyampaikan SPT Tahunan dari tahun 2014 kebelakang tanpa ada batasan tahun. Akan tetapi bagi WP yang sudah terlanjur bayar PPh terutangnya tidak mengajukan lagi.

D. Pemberian Sanksi Terhadap Wajib Pajak Jika tidak Membayar Pajak Penghasilan

Setelah KPP Pratama Medan Belawan melakukan upaya – upaya dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, maka KPP Pratama Medan Belawan memberikan sanksi yang tegas kepada WP jika tidak disiplin dalam melaksanakan kewajibannya sesuai Ketentuan Undang – Undang yang berlaku, Undang – Undang No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang juga mengatur tentang sanksi yang dikenakan kepada wajib pajak jika melanggar ketentuan perpajakan. Secara umum, sanksi perpajakan yang dikenakan kepada wajib pajak yang melanggar


(55)

ketentuan dapat berupa sanksi administrasi seperti denda, bunga atau pengenaan tarif pajak yang lebih tinggi. Selain sanksi administrasi, juga dapat dikenai sanksi yang berupa berupa sanksi pidana yakni kurungan penjara.

1. Sanksi Terlambat/ Tidak Menyampaikan SPT

Ada dua jenis sangsi yang dimungkinkan untuk dkenakan bila wajib pajak terlambat atau tidak menyampaikan SPT yakni sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi dikenakan kepada wajib pajak yang tidak menyampaikan SPT dalam jangka waktu yang ditentukan atau dengan kata lain terlambat menyampaikan SPT dan tidak menimbulkan kerugian negara. Sanksi administrasi yang dikenakan berupa denda sebesar Rp500.000,00 untuk keterlambatan penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan dan denda Rp100.000,00 untuk Surat Pemberitahuan lainnya. Ini sesuai dengan pasal 7 UU KUP. Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya dan setelah ditegur juga tetap tidak menyampaikan pada waktunya sebagaimana yang ditentukan dalam surat teguran tersebut, maka jumlah pajak yang kurang bayar ditagih dengan SKPKB ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan 50% untuk PPh, dan 100% untuk PPn dan PPnBM. etentuan ini diatur dalam pasal 13 ayat 2 UU KUP. Bila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban penyampaian SPT yaitu dengan tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar sehingga berakibat pada kerugian negara, maka wajib pajak tersebut dimungkinkan mendapat sanksi pidana. Bila karena kealpaan wajib pajak sehingga tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan


(56)

SPT tetapi isinya tidak benar, didenda paling sedikit 1 ( satu ) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar atau di pidana kurung paling singkat 3 bulan atau paling lama 1 ( satu ) tahun berdasarkan ketentuan pasal 38. Namun bila dapat dibuktikan bahwa wajib pajak tersebut dipidana paling singkat 6 bulan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar sesuai pasal 39.

2. Sanksi Terlambat/ Tidak Menyetor Pajak

Bagi yang terlambat menyetor atau tidak membayar pajak maka sanksi yang dikenakan dapat berupa sanksi administrasi, tetapi juga dapat berupa sanksi pidana sebagaimana sanksi bila terlambat atau tidak menyetor SPT. Bila pembayaran atau penyetoran pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran, maka dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan. Ini sesuai pasal 9 ayat 2a UU KUP.

Sementara sanksi pidana akan dikenakan kepada setiap orang yang dengan sengaja tidak menyetorkan pajak yang telah dipungut atau dipotong sehingga dapat menimbulkan kerugian negara dipidana dengan pidana paling singkat 6 bulan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar sesuai pasal 39 ayat (1) huruf i UU KUP.


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian di lapangan dan pembahasan di bab empat, maka sebagai akhir dari penulisan ini penulis mengambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A.Kesimpulan

1. Tingkat kepatuhan dan pemahaman masyarakat sebagai wajib pajak masih tergolong standart, dimana masyarakat yang terdaftar sebagai wajib pajak atau wajib SPT Tahunan masih sedikit yang melaporkan SPT Tahunan dibandingkan dengan jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan.

2. Peran serta wajib pajak belum maksimal dalam menjalankan sistem perpajakan saai ini yaitu self assessment system.

3. Usaha yang dilakukan Fiskus bersama instansi terkait KPP Pratama Medan Belawan belum Maksimal dalam menjalankan program yang mampu meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan ( PPh ).


(58)

B. Saran

1. Bagi wajib pajak yang masih tidak sadar akan kewajibannya dalam membayar PPh sebaiknya harus melakukan pembayaran PPh guna meningkatkan pendapatan negara di sektor riil pajak.

2. Hendaknya fiskus dan instansi terkait harus meningkatkan pelayanan yang lebih mendekatkan diri kepada masyarakat sehingga masyarakat merasa bahwa pajak bukan merupakan suatu beban yang memang harus dipenuhi. 3. Wajib pajak tetap harus berperan aktif sesuai dengan sistem perpajakan yang

berlaku yakni self assessment system.

4. Fiskus perlu meningkatkan pengawasan dalam memastikan data dan perhitungan PPh terutang wajib pajak sesuai dengan yang di tetapkan.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo.2011,Perpajakan,Andi,Yogyakarta.

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.

Suandy, Erly,2008, Hukum Pajak, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta.

Undang - Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ke Empat atas Undang-Undang No. 7 tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.


(1)

• KPP Pratama Medan Belawan diminta untuk melakukan Penyuluhan/Sosialisasi kepada WP Badan dengan omzet yang besar.

b. Penyuluhan/Sosialisasi Didalam

• KPP Pratama Medan Belawan mengundang WP Badan untuk

menghadiri kegiatan Penyuluhan/Sosialisasi tentang E-SPT PPh Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

2. Melakukan penerbitan Surat Himbauan kepada WP yang belum melaporkan

PPh Terutangnya hingga penerbitan Surat Teguran.

3. Program Sunset Policy

Tentang penghapusan sanksi bagi WP yang belum/tidak menyampaikan SPT Tahunan dari tahun 2014 kebelakang tanpa ada batasan tahun. Akan tetapi bagi WP yang sudah terlanjur bayar PPh terutangnya tidak mengajukan lagi.

D. Pemberian Sanksi Terhadap Wajib Pajak Jika tidak Membayar Pajak

Penghasilan

Setelah KPP Pratama Medan Belawan melakukan upaya – upaya dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, maka KPP Pratama Medan Belawan memberikan sanksi yang tegas kepada WP jika tidak disiplin dalam melaksanakan kewajibannya sesuai Ketentuan Undang – Undang yang berlaku, Undang – Undang No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang juga mengatur tentang sanksi yang dikenakan kepada wajib pajak jika melanggar ketentuan perpajakan. Secara umum, sanksi perpajakan yang dikenakan kepada wajib pajak yang melanggar


(2)

ketentuan dapat berupa sanksi administrasi seperti denda, bunga atau pengenaan tarif pajak yang lebih tinggi. Selain sanksi administrasi, juga dapat dikenai sanksi yang berupa berupa sanksi pidana yakni kurungan penjara.

1. Sanksi Terlambat/ Tidak Menyampaikan SPT

Ada dua jenis sangsi yang dimungkinkan untuk dkenakan bila wajib pajak terlambat atau tidak menyampaikan SPT yakni sanksi administrasi dan sanksi pidana. Sanksi administrasi dikenakan kepada wajib pajak yang tidak menyampaikan SPT dalam jangka waktu yang ditentukan atau dengan kata lain terlambat menyampaikan SPT dan tidak menimbulkan kerugian negara. Sanksi administrasi yang dikenakan berupa denda sebesar Rp500.000,00 untuk keterlambatan penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan dan denda Rp100.000,00 untuk Surat Pemberitahuan lainnya. Ini sesuai dengan pasal 7 UU KUP. Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya dan setelah ditegur juga tetap tidak menyampaikan pada waktunya sebagaimana yang ditentukan dalam surat teguran tersebut, maka jumlah pajak yang kurang bayar ditagih dengan SKPKB ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan 50% untuk PPh, dan 100% untuk PPn dan PPnBM. etentuan ini diatur dalam pasal 13 ayat 2 UU KUP. Bila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban penyampaian SPT yaitu dengan tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar sehingga berakibat pada kerugian negara, maka wajib pajak tersebut dimungkinkan mendapat sanksi pidana. Bila karena kealpaan wajib pajak sehingga tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan


(3)

SPT tetapi isinya tidak benar, didenda paling sedikit 1 ( satu ) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar atau di pidana kurung paling singkat 3 bulan atau paling lama 1 ( satu ) tahun berdasarkan ketentuan pasal 38. Namun bila dapat dibuktikan bahwa wajib pajak tersebut dipidana paling singkat 6 bulan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang

yang tidak atau kurang bayar sesuai pasal 39.

2. Sanksi Terlambat/ Tidak Menyetor Pajak

Bagi yang terlambat menyetor atau tidak membayar pajak maka sanksi yang dikenakan dapat berupa sanksi administrasi, tetapi juga dapat berupa sanksi pidana sebagaimana sanksi bila terlambat atau tidak menyetor SPT. Bila pembayaran atau penyetoran pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran, maka dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan. Ini sesuai pasal 9 ayat 2a UU KUP.

Sementara sanksi pidana akan dikenakan kepada setiap orang yang dengan sengaja tidak menyetorkan pajak yang telah dipungut atau dipotong sehingga dapat menimbulkan kerugian negara dipidana dengan pidana paling singkat 6 bulan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar sesuai pasal 39 ayat (1) huruf i UU KUP.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian di lapangan dan pembahasan di bab empat, maka sebagai akhir dari penulisan ini penulis mengambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A.Kesimpulan

1. Tingkat kepatuhan dan pemahaman masyarakat sebagai wajib pajak masih

tergolong standart, dimana masyarakat yang terdaftar sebagai wajib pajak atau wajib SPT Tahunan masih sedikit yang melaporkan SPT Tahunan dibandingkan dengan jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan.

2. Peran serta wajib pajak belum maksimal dalam menjalankan sistem

perpajakan saai ini yaitu self assessment system.

3. Usaha yang dilakukan Fiskus bersama instansi terkait KPP Pratama Medan

Belawan belum Maksimal dalam menjalankan program yang mampu meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan ( PPh ).


(5)

B. Saran

1. Bagi wajib pajak yang masih tidak sadar akan kewajibannya dalam membayar

PPh sebaiknya harus melakukan pembayaran PPh guna meningkatkan

pendapatan negara di sektor riil pajak.

2. Hendaknya fiskus dan instansi terkait harus meningkatkan pelayanan yang

lebih mendekatkan diri kepada masyarakat sehingga masyarakat merasa bahwa pajak bukan merupakan suatu beban yang memang harus dipenuhi.

3. Wajib pajak tetap harus berperan aktif sesuai dengan sistem perpajakan yang

berlaku yakni self assessment system.

4. Fiskus perlu meningkatkan pengawasan dalam memastikan data dan


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo.2011,Perpajakan,Andi,Yogyakarta.

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.

Suandy, Erly,2008, Hukum Pajak, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta.

Undang - Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ke Empat atas Undang-Undang No. 7 tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.