Ekonomi Keluarga Dampingan .1 Pendapatan Keluarga Kebutuhan Sehari-Hari

5 kakilumpuh sejak tahun 1973 hingga sekarang. Bapak Ketut Sume berumur 65 tahun, beliau menyengga pendidikan hingga kelas VI SD namun tidak menamatkan pendidikan dasar tersebut. Saat itu beliau memutuskan untuk bekerja dan merantau ke luar hingga pada akhirnya beliau kembali dan bekerja sebagai peternak hewan, namun pada tahun 1973 beliau mengalami kecelakan terjatuh dari sebuah pohon kelapa hingga mengakibatkan cacat fisik lumpuh total hingga saat ini. Beliau menikah dengan istrinya yang bernama Ibu Nawiyah pada awal tahun 2000 namun hingga saat ini mereka tidak dikaruniai anak sehingga mereka hidup berdua dalam sebuah rumah tangga tanpa anak bahkan sanak keluarga lain.Istri Bapak Ketut Sume, Ibu Nawiyah berusia 60 tahun, Ibu Nawiyah bekerja sebagai penyabit rumput untuk makanan ternak dan pemotong padi milik orang lain, Ibu Nawiyah hanya bersekolah sampai kelas 1 SD saja. Berikut informasi mengenai keluarga Bapak Ketut Sume seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini: No Nama Status Umur tahun Pendidikan Pekerjaan 1 Ketut Sume Kepala Keluarga 65 tahun Tamat SD Nelayan, Peternak Sapi, Kambing, Ayam 2 Nawiyah Istri 60 tahun Tidak tamat SD Pencari rumput untuk makanan ternak 1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan 1.2.1 Pendapatan Keluarga

a. Sumber Penghasilan

Perekonomian pada keluarga dampingan yang saya dampingi selama pelaksanaan KKN- RM Universitas Udayana Periode XIII tergolong keluarga ekonomi lemah karena pendapatan yang didapat tidak tetap bahkan hampir tidak ada tiap hari, dengan keterbatasan Bapak Ketut Sume beliau berusaha bekerja sebagai nelayan pada setiap malam hari beliau 6 menggunakan sampan untuk mencari ikan di laut kadangkala beliau dapat mengahsilkan ikan namun kadang tidak dapat ikan sehungga pendapatan yang diperoleh oleh Bapak Ketut Suma tidak menentu karena hanya berasal dari nelayan untuk tiap hari walaupun hasil tangkapannya begitu jarang pula, Namun Bapak Ketut Sume dan Ibu Nawiyah juga memelihara beberapa ekor Kambing dan satu Ekor Sapi milik orang lain serta beberapa ekor ayam sedangkan penghasilan ternak sapi Kambing dan ayam bisa sampai satu atau dua tahun lebih baru dapat peroleh, sesuai kesepakatan bersama hasil ternak sapi a akan dibagi dua dengan pemilik sapi tersebut, karena sapi yang dipelihara oleh Bapak Ketut Sume bukan sapi milik pribadinya melainkan sapi milik orang lain yang dititipkan dengan perjanjian hasilnya akan dibagi dua. Bapak Ketut Sume juga memelihara ayam untuk biaya tambahan sehari-hari maka ia hanya mendapatkan keuntungan sedikit dibandingkan biaya dan tenaga untuk merawat sapi,kambing dan ayam tersebut.Pendapatan untuk sehari-hari hampir tidak ada biasanya jika ada hasil tangkapan ikan maka Ibu Nawiyah akan menjual ke Pasar Sangsit dengan keuntungan berkisar dari Rp 20.000,00- Rp 50.000,00 itulah penghasilan mereka tiap hari jika ada hasil tangkapan.

1.2.2 Pengeluaran Keluarga

Keluarga Bapak Ketut Sume tergolong kedalam keluarga kurang mampu karena penghasilan yang didapat tidak memnentu sehingga mempengaruhi pengeluaran keluarga sehari-hari yang tidak menentu pula, karena tidak sebanding denggan pendapatannya. Adapun biaya-biaya pengeluaran keluarga tiap bulannya adalah sebagai berikut

a. Kebutuhan Sehari-Hari

Pemenuhan kebutuhan makan dan minum sehari-hari biasanya keluarga Bapak Ketut Sume mengeluarkan uang rata-rata Rp 100.000,00 perharinya yang meliputi pembelian beras, lauk-pauk, bumbu masakan dan bahan makanan lain- lain. Biaya listrik Bapak Ketut Sume mengeluarkan Rp 55.000,00 setiap bulannya. b. Kebutuhan Kesehatan Untuk masalah kesehatan keluarga Bapak Ketut Suma jarang memeriksakan kondisi kesehatannya ke puskesmas Bapak Ketut Sume dan Istrinya Ibu Nawiyah selama ini mereka tidak memiliki penyakit medis yang serius lainnya, hanya saja Bapak Ketut Sume yang 7 mempunyai kondisi kesehatan lumpuh secara fisik sejak tahun 1973 hingga saat ini yang tidak bisa di obati lagi dan beberapa gejala kesakitan yang biasanya mereka alami seperti demam, pusing, sakit perut, ketika mereka mersakan gejalah tersebut mereka tidak langsung berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit Umum, mereka hanya membeli obat di warung terdekat hal ini dikarenakan mereka berfikir jika berobat ke Puskesmas akan dikenakan biaya mahal. Pada saat pendampingan bersama Bapak Ketut Sume dan Ibu Nawiyah di Banjar Pabean tentang masalah kesehatan mereka telah memiliki Kartu Jaminan Kesehatan Bali Mandara JKBM namun belum pernah digunaka untuk berobat, pada saat mendampingi Ibu Nawiyah pernah mengalami kecelakaan tangannya terpotong sabit lalu kami mengantarkan Ibu Nawiyah ke Puskesmas Sawan berobat dengan mengunakan Kartu Jaminan Kesehatan Bali Mandara JKBM dan tidak mengeluarkan biaya pengobatan. c. Pendidikan Bapak Ketut Sume tidak memiliki pendidikan tinggi beliau hanya sampai pada kelas VI SD namun tidak menamatkan pendidikan di sekolah dasar tersebut. Bapak Ketut Sume dari kecil sudah hidup di Sebuah Panti asuhan di Singaraja. Sedangkan Ibu Nawiyah hanya dapat menempuh sekolah hingga SD namun tidak menamatkan sekolah dasar tersebut juga. Sangat disyukuri beliau tidak lagi mengelurkan pendidikan untuk siapapun karena beliau tidak memiliki anak. d. Kerohanian Keluarga Bapak Ketut Suma dan Ibu Nawiyah beragama Hindu.Namun persembahayangannya hampir tidak dilakukan tiap hari karena masalah kekurangan biaya untuk membeli canang, namun yang biasa wajib mereka lakukan yaitu pada bulan mati dan purnama biasanya keluarga Bapak Ketut Sume mengeluarkan biaya Rp 5.000,00 – Rp 10.000,00 hari raya kungingan galungan e. Sosial Segi sosial Bapak Ketut Sume tidak mengeluarkan biaya iuaran apapun karena kondisi penghasilan yang tidak tetap dan cacat sehingga dari pihak banjar tidak perrnah menagih iuran kepada Keluarga Bapak Sume. 8

BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

2.1 Permasalahan Keluarga

KK Dampingan merupakan sebuah keluarga yang memang dipilih karena mempunyai kondisi ekonomi yang kurang mampu. Dimana mahasiswa dapat meningkatkan kepedulian dan kemampuan dalam mengatasi permasalahan keluarga melalui penerapan ilmu dan teknologi yang telah dipelajari. Untuk mengidentifikasi masalah yang dialami keluarga dampingan, yaitu keluarga Bapak Ketut Suma, maka dilakukan beberapa kunjungan ke kediaman keluarga dampingan. Selama kunjungan tersebut dilakukan pendekatan secara kekeluargaan dengan keluarga Bapak Ketut Suma, yaitu dengan melakukan obrolan-obrolan, diskusi santai dengan Bapak Ketut Suma mengenai program KKN terutama program KK dampingan, masalah kesehatan yang dialami, masalah perekonomian, kebersihan serta melihat-lihat suasana tempat tinggal Bapak Ketut Suma di Banjar Pabean, Desa Sangsit. Identifikasi permasalahan yang dihadapi oleh keluarga dampingan diperoleh setelah beberapa kali mengdakan kunjungan ke rumah keluarga dampingan, dimana identifikasi permasalahan dilakukan dengan pendekatan secara kekeluargaan dengan keluarga Bapak Ketut Suma sepert sosialissasi program KKN, berkenalan dengan seluruh anggota keluarga, berbincang-bincang dan berdiskusi tentang berbagai hal, serta melihat-lihat suasana rumah Bapak Ketut Suma. Berdasarkan pengamatan dan perbincangan dengan keluargga Bapak Ketut Made masalah yang dihadapi oleh keluarga dampingan bersal dari berbagai bidang, seperti bidang ekonomi, sosial dan kesehatan lingkungan, rumah tempat tinggal,lisrik dapur dan kamar mandi serta kondisi Bapak Ketut Suma yang lumpuh bertahun-tahun. Adapun banyak masalah yang dihadapi oleh keluarga ddampingan, maka mengambil beberapa masalah yang dijadikan masalah prioritas.