AKTIVITAS EKONOMI PENDUDUK DAN KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KELURAHAN SEI MATI KECAMATAN MEDAN LABUHAN.
AKTIVITAS EKONOMI PENDUDUK DAN KERUSAKAN
EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KELURAHAN
SEI MATI KECAMATAN MEDAN LABUHAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperolah Gelar Sarjan Pendidikan
Oleh :
FREDDY S SIMAMORA NIM. 309331017
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
(2)
(3)
(4)
ix
ABSTRAK
Freddy S Simamora , 309331017. Aktivitas Ekonomi Penduduk Dan Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove Di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan. Skripsi, Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Keadaan fisik ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Sei Mati. (2) Dampak aktivitas ekonomi penduduk dalam ekosistem hutan mangrove Kelurahan Sei Mati. (3) Upaya plestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove akibat aktivitas ekonomi penduduk.
Penelitian ini di lakukan di Kelurahan Sei Mati, Populasi dalam penelitian ini adalah Penduduk Kelurahan Sei Mati sebanyak 2115 KK. Sampel di tentukan kepada 45 KK dengan cara purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah komunikasih langsung, dan ananalisis data deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan (1) kerusakan ekosistem hutan mangrove 94 Ha dari luas seluruh hutan mangrove 125 Ha di Kelurahan Sei Mati (2) Alih Fungsi Hutan mangrove di kawan sei mati beralih fungsi sebagai pertambakan, lahan pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya yang terkandung dalam ekosistem hutan mangrove (3) upaya pemerintah dan penduduk dalam melestarikan mangrove sebanyak 50.000 penanaman pohon di daerah garapan di lingkungan VI dan pertambakan di lingkungan XV pada bulan Mei – Juni 2011.
(5)
iii
KATA PENGANTAR
Segalapuji, hormat dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Berkat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :Keadaan Aktifitas Ekonomi Penduduk Dalam Kerusakan Ekosistim Hutan Mangrove di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan. Adapun tujuan skripsi ini adalah sebagai kelengkapan tugas dalam memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Selama dalam penyusunan skripsi ini ,penulis telah banyak menerima hambatan dalam penulisan skripsi dan telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak dan sebagai rasa syukur, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom. M.Pd Selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Sosial
3. Bapak Drs. Ali Nurman, M.Si. selaku ketua jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
4. Ibu Dra. Tumiar Sidauruk, M.Si selaku sekertaris Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
5. Bapak Dra. Minah Sinuhaji, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang banyak membimbing penulis, memberikan waktu dan pemikiran dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
(6)
iv
6. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.
7. Bapak Hayat Siagian, yang banyak membantu dan melancarkan administrasi.
8. Terstimewa buat keluarga sanak familiku yang selalu memotivasi saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Buat Khairunisa Pri Utami yang membantu saya menyelesaikan skripsi ini 10. Teman - teman dari Friendship 12 (Akhmad Syahputra ,Christin
Simbolon ,Ermalia Sembiring, Iqbalsyah, Alm.Jerry Banjarnahor, Lilis Junita Silaen, M. Fajar, Nurmahardi Rulih Pranata, Bukit, Sanny Suryani) terima kasih atas dukungan, semangat dan doanya, semoga kebersamaan kita tidak pernah berakhir.
11. Rekan – rekan seperjuangan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi stambuk 2009 dan khususnya buat Kombes’09.
Penulis Menerima Kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca hingga pada akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca kususnya Jurusan Pendidikan Geograf.
Medan, Agustus 2016
Freddy S Simamora NIM. 309331017
(7)
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Freddy S Simamora Nim : 309331017
Jurusan : Pendidikan Geografi Fakultas : Ilmu Sosial
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil jiblakan/plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atau hukuman atas perbuatan tersebut.
Medan, 2016
Saya yang membuat pernyataan,
Freddy S Simamora NIM : 309331017
(8)
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBINBING……… i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAAN……… ii
KATA PENGANTAR………. iii
PERYNATAAN KEASLIAN TULISAN……… vi
DAFTAR ISI………... vii
ABSTRAK……….. ix
DAFTAR TABEL……….. x
DAFTAR GAMBAR....……… xi
DAFTAR LAMPIRAN……… xii
BAB I PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang ……….. 1
B. Identifikasi Masalah……… 4
C. Pembatasan Masalah……….……….. 4
D. Rumusan Masalah………..………. 4
E. Tujuan Penelitian………..………... 5
F. Manfaat Penelitian………..………. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA……… 6
A. Kerangka Teori..………..……… 6
B. Penelitian Yang Relevan………..………... 28
C. Kerangka Berfikir……….….………. 30
BAB III METODE PENELITIAN………..……… 33
A. Lokasi Penelitian………..……….. 33
B. Populasi dan Sample………..………. 33
(9)
vii
D. Teknik Pengumpulan Data……….…… 34
E. Teknik Analisis Data……….. 35
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH……….……... 40
A. Kondisi Fisik………..….. 40
B. Kondisi Non Fisik………..….. 43
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN……….….… 48
A. Hasil………….………..……… 48
B. Pembahasan………..………. 68
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.………... 74
A. Kesimpulan……….……… 74
B. Saran………..………. 75
DAFTAR PUSTAKA………..………. 76
(10)
ix
DAFTAR TABEL
No Uraian Hal
1. Penggunaan Lahan Kelurahan Sei Mati Tahun 2010……….. 36 2. Komposisi Penduduk Menurut Umur di Kelurahan Sei Mati Tahun 2010…. 39 3. Komposisi Penduduk Menurut Agama Kelurahan Sei Mati Tahun 2010....… 40 4. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Kelurahan Sei Mati Tahun 2010.. 41
5. Luas Lahan Kawasan Ekosistem Hutan Mangrove Sei Mati……… 45
6. Luas Lahan Kawasan Ekosistem Hutan Mangrove Sei Mati ……… 46
(11)
x
DAFTAR GAMBAR
No Uraian Hal
1. Kerangka Berpikir……….. 30
2. Peta Kecamatan Medan Labuhan……… 37
3. Peta Administrasi Kota Medan……….. 38
4. Ekosistem Hutan Mangrove Dalam Kondisi Baik ……….. 47
(12)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No Uraian Hal
1. Lembar Observasi……….. 64
2. Angket Penelitian………..………... 65
(13)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.508 pulau dan panjang garis pantai lebih dari 81.000 km, serta letaknya yang sangat startegis di antara dua benua dan dua samudra yang dilalui garis khatulistiwa (ekuator). Selain itu, Indonesia memiliki sumberdaya laut dan pesisir yang melimpah di seluruh wilayah sekitar garis pantai Indonesia, baik hayati maupun nonhayati.
Wilayah pesisir Indonesia memiliki berbagai macam tipologi habitat serta keanekaragaman biota yang tinggi. Keanekaragaman hayati tersebut merupakan sumber kehidupan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan atau perdagangan, sehingga keberadaannya sangat rawan terhadap kepunahan akibat aktivitas kehidupan dan pembangunan. Beberapa bentuk ancaman kelestarian keanekaragaman hayati antara lain karena pencemaran, eksploitasi sumber daya alam untuk perdagangan, penebangan hutan dan sebagainya.
Menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Indonesia memiliki kawasan hutan yang sangat luas dan beraneka ragam jenisnya dengan tingkat kerusakan yang cukup tinggi akibat pembakaran hutan, penebangan liar, dan lain sebagainya. Salah satu bentuk ekosistem pesisir Indonesia adalah ekosistem hutan mangrove.
(14)
2
Hutan mangrove adalah suatu sistem ekologi yang terdiri dari komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000). Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang unik dan termasuk sumberdaya alam yang sangat potensial serta mendukung hidupnya keanekaragaman flora dan fauna. Komunitas terestris akuatik yang ada di dalam ekosistem hutan mangrove secara langsung atau tidak langsung berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia baik dari segi ekonomi, sosial maupun lingkungan (ekologi). Tetapi ekosistem ini sangat mudah dipengaruhi oleh ekosistem yang ada di sekitarnya serta sulit untuk dipulihkan kembali jika terjadi degradasi. Berdasarkan luasnya kawasan, hutan mangrove di Indonesia merupakan hutan mangrove terluas di dunia. Namun demikian, kondisi mangrove Indonesia baik secara kualitatif dan kuantitatif terus menurun dari tahun ke tahun. Luas ekosistem hutan mangrove yang ada di Indonesia sekitar 4.251.011 Ha yang tersebar di beberapa pulau, seperti Sumatera, Jawa dan Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua/Irian yang dimana persebaran ekosistem hutan mangrove terbesar terdapat di Papua/Irian (± 65%) dan Sumatera (± 15%) (WCMC “World Conservation Monitoring Centre”, 1992). Tetapi, lebih dari setengah luas ekosistem hutan mangrove yang ada di Indonesia ternyata dalam kondisi rusak parah, diantaranya 1,6 juta Ha dalam kawasan hutan dan 3,7 juta Ha di luar kawasan hutan (Ginting, 2006).
Kerusakan ekosistem hutan mangrove Sumatera Utara yang paling tinggi berada di wilayah Pantai Timur Sumatera Utara, yaitu Kota Tanjung Balai (Kabupaten Asahan) yang mencapai 12.900Ha (89,6%) dari 14.400 Ha.
(15)
3
Kemudian Kecamatan Medan Belawan (Kota Medan) sebesar 150 Ha (71,8%) dari 250 Ha, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai 12.400Ha (62%) dari 20.000 Ha, dan Kabupaten Langkat 25.300 Ha(60%) dari 35.300 Ha. Tetapi kerusakan hutan mangrove di Kabupaten Labuhan Batu hanya 500 Ha (29,4%) dari 1.700 Ha. Sedangkan di wilayah Pantai Barat Sumatera Utara, kerusakan ekosistem hutan mangrove masih sangat kecil. Seperti di Kabupaten Tapanuli Tengah hanya 250 Ha (13,9%) dari 1.800 Ha, Kabupaten Mandailing Natal dan Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar 200 Ha (6,9%) dari 2.900 Ha, dan Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan hanya 650 Ha (9,1%) dari 7.200 Ha (Ginting 2006)
Kerusakan ekosistem hutan mangrove adalah perubahan fisik biotik maupun abiotik di dalam ekosistem hutan mangrove menjadi tidak utuh lagi atau rusak yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia (Tirtakusumah, 1994). Pada umumnya kerusakan ekosistem hutan mangrove disebabkan oleh aktivitas manusia dalam pendayagunaan sumberdaya alam wilayah pantai tidak memperhatikan kelestarian, seperti; penebangan untuk keperluan kayu bakar yang berlebihan, tambak, permukiman, industri dan pertambangan (Permenhut, 2004). Aktivitas ekonomi penduduk yang menyebabkan kerusakan ekosistem hutan mangrove yaitu pengalihfungsian kawasan ekosistem hutan mangrove menjadi lahan pertambakan, pertanian, perumahan, permukiman, dan raklamasi pantai untuk kawasan rekreasi atau pariwisata. Hutan mangrove memiliki bermacam-macam fungsi, antara lain fungsi fisik, biologis dan sosial ekonomis. Fungsi biologis yang dimiliki hutan mangrove antara lain sebagai daerah asuhan (nursery grund), daerah mencari makan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning
(16)
4
ground) dari berbagai biota laut, tempat bersarangnya burung, habitat alami bagi berbagai jenis biota, sumber plasma nutfah (Rahmawaty, 2006). Keberadaan ekosistem mangrove yang dekat dengan manusia secara langsung maupun tidak, akan menjadi sasaran dari beragam aktivitas manusia. Tak jarang beragam aktivitas dari manusia ini menjadi sumber dari perubahan fungsi hutan mangrove.
Perubahan fungsi hutan mangrove ini disatu sisi akan memberikan keuntungan kepada pihak pengembang usaha, namun disisi lain dapat memunculkan tekanan ekologi berupa pembuangan limbah dan pencemaran dari berbagai aktivitas manusia. Pemanfaatan hutan mangrove yang ditempuh tanpa melalui mekanisme atau penelitian terlebih dahulu dapat memunculkan berbagai konflik dan permasalahan. Konflik pemanfaatan hutan mangrove selalu menjadi bayang-bayang akan timbulnya degradasi baik fisik dan kualitasnya. Hal ini telah mendapatkan perhatian yang serius bagi banyak kalangan pemerhati lingkungan (Permenhut dalam Riandani, (2007)).
Pengembangan tambak-tambak oleh penduduk diatas kawasan hutan mangrove beberapa tahun belakangan dapat dikatakan menjadi salah satu faktor yang merusak karena pengembangannya didahului dengan penebangan mangrove sehingga ekosistem yang telah terbentuk sebelumnya mengalami gangguan. Aktivitas penduduk dikawasan hutan mangrove bukan hanya pembukaan lahan untuk tambak, melainkan meliputi berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi penduduk (Buletin PSL Universitas Surabaya, 25 (2011): 3-6).
Aktivitas penduduk merupakan suatu wujud kegiatan atau tindakan yang memiliki pola tertentu dari manusia di dalam penduduk yang dapat
(17)
5
menimbulkan wujud kebudayaan. Aktivitas penduduk terdiri dari berbagai macam bidang, yaitu bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Untuk aktivitas ekonomi penduduk terdiri dari pangan dan sandang, tempat tinggal/perumahan, pendapatan/penghasilan dan pekerjaan/mata pencaharian (Melly, 1989).
Berbagai aktivitas ekonomi penduduk salah satunya pengelolaan tambak memang menjanjikan hasil yang menggiurkan tetapi kelestarian ekosistem hutan mangrove sangat perlu diperhatikan kesinambungan dan kelestariannya. Kondisi ini memerlukan suatu strategi yang jelas dan nyata untuk dapat mempertahankan dan mengelola secara baik dan utuh hutan mangrove agar tidak menimbulkan masalah baru di masa depan serta mengalami kerusakan. Sekarang ini telah ditemukan puluhan hektar hutan manggrove khususnya diwilayah Seruwe, Lingkungan I, Kel. Sei Mati, Kec. Medan Labuhan yang sudah berubah fungsi menjadi areal pemukiman penduduk dan aktivitas perekonomian diantaranya kegiatan perikanan (tambak dan budidaya) dan pengembangan lahan industri. Luas areal tambak didaerah ini mengalami pertambahan dimana pada tahun 2004, luasnya 30,21 Ha, sedang pada tahun 2012 luas tambak adalah 36,73 Ha. Meluasnya areal tambak ini mengakibatkan kerusakan ekosistem hutan mangrove seluas 6,52 Ha dari luas keseluruhan (Kantor Kelurahan Sei Mati 2013)Dengan ini perlu dilakukan pengkajian pada aktivitas ekonomi penduduk dan kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan.
(18)
6
B. Identifikasi Masalah
Beberapa permasalahan yang terkait dengan aktivitas penduduk dan kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan, antara lain meliputi:
1. Kerusakan ekosistem hutan mangrove
2. Aktivitas ekonomi penduduk dalam ekosistem hutan mangrove 3. Dampak aktivitas ekonomi penduduk terhadap lingkungan
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang masalah dalam penelitian ini dibatasi pada kerusakan ekosistem hutan mangrove, aktivitas ekonomi penduduk di lingkungan hutan mangrove, upaya pemerintah dan penduduk melestarikan ekosisitem hutan mangrove di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas ekonomi penduduk dalam ekosistem hutan mangrove terhadap lingkungan di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan
2. Bagaimana kerusakan ekosistem hutan mangrove akibat aktivitas ekonomi penduduk di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan 3. Bagaimana Upaya pemerintah dan penduduk dalam melestarikan
(19)
7
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui aktivitas ekonomi penduduk dalam ekosistem hutan mangrove di lingkungan Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan.
2. Untuk mengetahui keadaan fisik ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan.
3. Upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove akibat aktivitas ekosistem hutan mangrove.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Sebagai bahan masukan bagi instansi pemerintah dan swasta di Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan khususnya di Kelurahan Sei Mati dalam mengambil kebijakan tentang pelestarian kerusakan ekosistem hutan magrove.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi penduduk yang berdomisili di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan.
3. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam menulis karya ilmiah berbentuk skripsi.
4. Sebagai bahan pembanding bagi penulis lain untuk meneliti masalah yang sama pada waktu dan daerah yang berbeda.
(20)
60
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil pembahasan ini yang telah dibahas pada BAB V, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan dengan luas kerusakan hutan mangrove 94 Ha (75,20%) dari luas seluruh hutan mangrove 125 Ha, tetapi kerusakan hutan mangrove tergolong kondisi berat 72 Ha (76,60%) dari luas kerusakan hutan mangrove 94 Ha.
2. Aktivitas ekonomi penduduk terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan akibat lahan pertambakan dan lahan untuk pembangunan, serta pemanfaatan sumberdaya yang terkandung dalam ekosistem hutan mangrove, baik pohon mangrove maupun biota laut yang terdapat disana.
3. Upaya pelestarian kerusakan ekosisitem hutan mangrove akibat aktivitas ekonomi penduduk di kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan yang dilakukan oleh pemerintah setempat bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dan Partisipasi penduduk dalam penanaman kembali sebanyak 50.000 pohon di daerah lahan garapan dilingkungan VI dan lahan pertambakan di lingkungan XV pada bulan Mei
– Juni 2011.
(21)
61
B. Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian dan kesimpulan, naka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada pemerintah daerah dan penduduk sekitar melakukan reboisasi atau melestarikan kembali ekosistem hutan mangrove yang telah rusak dan juga merawat dan menjaga kelestarian ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan
2. Diharapkan kepada penduduk setempat hendaknya tidak melakukan pembangunan liar diatas lahan hutan mangrove agar ekosistem hutan mangrove tetap terjaga kelestariannya dan juga memanfaatkan, dan melestarikan ekosistem hutan mangrove sebaik mungkin sumberdaya yang terdapat dalam ekosistem hutan mangrove.
3. Program pemerintah dalam upaya pelestarian ekosisitem hutan mangrove di Kelurahan Sei Mati sangat perlu didukung dengan informasi yang jelas dan transparansi kepada penduduk penduduk yang berdomisili di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan.
(22)
62
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2008. Keanekaragaman Hutan Mangrove Pesisir Pantai Belawan.
(Online), (http://www.google.com/jurnalmangrove/, diakses 12 September 2013).
Anonymous, 2008. Jenis Mangrove dan Kepadatan Kepiting Mangrove di Wilayah Medan Labuhan dan Deli Serdang. (Online), (http://www.google.com/jurnalmangrove/, diakses 12 September 2013). Anonymous, 2009. Ekosistem Mangrove dan Dampak Kerusakan Ekosistem
Mangrove (http://repository.usu.ac.id/bitstream/, diakses 20 Oktober 2013).
Anonymous, 2009. Gambaran Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai , (Online) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/, diakses 20 Oktober 2013).
Arief, Arifin. 2003. Hutan Mangrove Fungsi & Manfaatnya.Yogyakarta : Kanisius.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2003). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bengen, D.G. 2000. Pengenalan dan pengelolaan ekosistem mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB hlm 58.
Giesen W. S. Wulffraat, M. Zieren and L. Scholten. 2006. Mangrove guidebook for Southeast Asia. RAP Publication 2006/7.. FAO and Wetlands International. Bangkok, Thailand
Isma. 2009. Upaya Pelestarian Ekosistem Mangrove di Desa Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. [IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources -
The Word Conservation Union. 1994. Oil and Gas Exploration and Production in Mangrove Areas. IUCN. Gland, Switzerland.
Onrizal. 2010. Perubahan Tutupan Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara Periode 1977-2006. Jurnal Biologi Indonesia. Bogor: DIPA Puslit Biologi-LIPI Bogor (2): hlm 163-170.
(23)
63
Mangrove Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan. P. 03/MENHUT-V/2004. Bagian keempat.
Santoso, N. 2000. Pola Pengawasan Ekosistem Mangrove. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Pengembangan Sistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun 2000. Jakarta.
Rahmawati. 2006. Upaya pelestarian mangrove berdasarkan pendekatan masyarakat. Universitas Sumatra Utara. Medan. Hlm 7 – 9.
Rizka, Meika. 2010. Upaya Pelestarian Hutan Mangrove Berdasarkan Pendekatan Masyarakat. Karya Ilmiah. Bengkulu: Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu (1): hlm. 3-13.
Sari, Zulvita Herti Nia. 2011. Studi Tentang Kerusakan Hutan Mangrove Di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat. Skripsi . Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Saparinto, C. 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove. Semarang: Dahara Prize.
Sugiarto (dkk). 1996. Penghijauan Pantai. Jakarta: Penebar Ilmu.
Suhendang, E. dan Kusuma C. 1993. Kelestarian Hasil Dalam Pengelolaan Hutan Mangrove. Jakarta: Lestari.
Sulastri. 2005. Partisipasi Masyarakat Dalam Konservasi Hutan Mangrove di Desa Lubuk Kasih Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat.
Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wahyuni, Sri. 2009. Pengelolaan Hutan Mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Tambunan, Patiar. 2009. Kajian Potensi Ekonomi Mangrove (Studi Kasus di Desa
Kayu Besar Kecamatan Bandar Khalifah Kabupaten Serdang Bedagai).
Skripsi. Medan: Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
(1)
B. Identifikasi Masalah
Beberapa permasalahan yang terkait dengan aktivitas penduduk dan kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan, antara lain meliputi:
1. Kerusakan ekosistem hutan mangrove
2. Aktivitas ekonomi penduduk dalam ekosistem hutan mangrove 3. Dampak aktivitas ekonomi penduduk terhadap lingkungan
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang masalah dalam penelitian ini dibatasi pada kerusakan ekosistem hutan mangrove, aktivitas ekonomi penduduk di lingkungan hutan mangrove, upaya pemerintah dan penduduk melestarikan ekosisitem hutan mangrove di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas ekonomi penduduk dalam ekosistem hutan mangrove terhadap lingkungan di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan
2. Bagaimana kerusakan ekosistem hutan mangrove akibat aktivitas ekonomi penduduk di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan 3. Bagaimana Upaya pemerintah dan penduduk dalam melestarikan
(2)
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui aktivitas ekonomi penduduk dalam ekosistem hutan mangrove di lingkungan Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan.
2. Untuk mengetahui keadaan fisik ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan.
3. Upaya pelestarian kerusakan ekosistem hutan mangrove akibat aktivitas ekosistem hutan mangrove.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Sebagai bahan masukan bagi instansi pemerintah dan swasta di Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan khususnya di Kelurahan Sei Mati dalam mengambil kebijakan tentang pelestarian kerusakan ekosistem hutan magrove.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi penduduk yang berdomisili di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan.
3. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam menulis karya ilmiah berbentuk skripsi.
4. Sebagai bahan pembanding bagi penulis lain untuk meneliti masalah yang sama pada waktu dan daerah yang berbeda.
(3)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil pembahasan ini yang telah dibahas pada BAB V, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan dengan luas kerusakan hutan mangrove 94 Ha (75,20%) dari luas seluruh hutan mangrove 125 Ha, tetapi kerusakan hutan mangrove tergolong kondisi berat 72 Ha (76,60%) dari luas kerusakan hutan mangrove 94 Ha.
2. Aktivitas ekonomi penduduk terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan akibat lahan pertambakan dan lahan untuk pembangunan, serta pemanfaatan sumberdaya yang terkandung dalam ekosistem hutan mangrove, baik pohon mangrove maupun biota laut yang terdapat disana.
3. Upaya pelestarian kerusakan ekosisitem hutan mangrove akibat aktivitas ekonomi penduduk di kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan yang dilakukan oleh pemerintah setempat bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dan Partisipasi penduduk dalam penanaman kembali sebanyak 50.000 pohon di daerah lahan garapan dilingkungan VI dan lahan pertambakan di lingkungan XV pada bulan Mei – Juni 2011.
(4)
B. Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian dan kesimpulan, naka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada pemerintah daerah dan penduduk sekitar melakukan reboisasi atau melestarikan kembali ekosistem hutan mangrove yang telah rusak dan juga merawat dan menjaga kelestarian ekosistem hutan mangrove di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan
2. Diharapkan kepada penduduk setempat hendaknya tidak melakukan pembangunan liar diatas lahan hutan mangrove agar ekosistem hutan mangrove tetap terjaga kelestariannya dan juga memanfaatkan, dan melestarikan ekosistem hutan mangrove sebaik mungkin sumberdaya yang terdapat dalam ekosistem hutan mangrove.
3. Program pemerintah dalam upaya pelestarian ekosisitem hutan mangrove di Kelurahan Sei Mati sangat perlu didukung dengan informasi yang jelas dan transparansi kepada penduduk penduduk yang berdomisili di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2008. Keanekaragaman Hutan Mangrove Pesisir Pantai Belawan. (Online), (http://www.google.com/jurnalmangrove/, diakses 12 September 2013).
Anonymous, 2008. Jenis Mangrove dan Kepadatan Kepiting Mangrove di Wilayah Medan Labuhan dan Deli Serdang. (Online), (http://www.google.com/jurnalmangrove/, diakses 12 September 2013). Anonymous, 2009. Ekosistem Mangrove dan Dampak Kerusakan Ekosistem
Mangrove (http://repository.usu.ac.id/bitstream/, diakses 20 Oktober 2013).
Anonymous, 2009. Gambaran Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai , (Online) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/, diakses 20 Oktober 2013).
Arief, Arifin. 2003. Hutan Mangrove Fungsi & Manfaatnya.Yogyakarta : Kanisius.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2003). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bengen, D.G. 2000. Pengenalan dan pengelolaan ekosistem mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB hlm 58.
Giesen W. S. Wulffraat, M. Zieren and L. Scholten. 2006. Mangrove guidebook for Southeast Asia. RAP Publication 2006/7.. FAO and Wetlands International. Bangkok, Thailand
Isma. 2009. Upaya Pelestarian Ekosistem Mangrove di Desa Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. [IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources -
The Word Conservation Union. 1994. Oil and Gas Exploration and Production in Mangrove Areas. IUCN. Gland, Switzerland.
Onrizal. 2010. Perubahan Tutupan Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara Periode 1977-2006. Jurnal Biologi Indonesia. Bogor: DIPA Puslit Biologi-LIPI Bogor (2): hlm 163-170.
(6)
Mangrove Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan. P. 03/MENHUT-V/2004. Bagian keempat.
Santoso, N. 2000. Pola Pengawasan Ekosistem Mangrove. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Pengembangan Sistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun 2000. Jakarta.
Rahmawati. 2006. Upaya pelestarian mangrove berdasarkan pendekatan masyarakat. Universitas Sumatra Utara. Medan. Hlm 7 – 9.
Rizka, Meika. 2010. Upaya Pelestarian Hutan Mangrove Berdasarkan Pendekatan Masyarakat. Karya Ilmiah. Bengkulu: Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu (1): hlm. 3-13.
Sari, Zulvita Herti Nia. 2011. Studi Tentang Kerusakan Hutan Mangrove Di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat. Skripsi . Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Saparinto, C. 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove. Semarang: Dahara Prize.
Sugiarto (dkk). 1996. Penghijauan Pantai. Jakarta: Penebar Ilmu.
Suhendang, E. dan Kusuma C. 1993. Kelestarian Hasil Dalam Pengelolaan Hutan Mangrove. Jakarta: Lestari.
Sulastri. 2005. Partisipasi Masyarakat Dalam Konservasi Hutan Mangrove di Desa Lubuk Kasih Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wahyuni, Sri. 2009. Pengelolaan Hutan Mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Tambunan, Patiar. 2009. Kajian Potensi Ekonomi Mangrove (Studi Kasus di Desa
Kayu Besar Kecamatan Bandar Khalifah Kabupaten Serdang Bedagai). Skripsi. Medan: Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.