Analisis Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove Berdasarkan NDVI Dan Kriteria Baku Di Kawasan Hutan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN HUTAN MANGROVE BERDASARKAN NDVI DAN KRITERIA BAKU DI KAWASAN HUTAN
KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
YOHANES GINTING 101201064
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN HUTAN MANGROVE BERDASARKAN NDVI DAN KRITERIA BAKU DI KAWASAN HUTAN
KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI Oleh :
YOHANES GINTING 101201064/MANAJEMEN HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN HUTAN MANGROVE BERDASARKAN NDVI DAN KRITERIA BAKU DI KAWASAN HUTAN
KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI Oleh :
YOHANES GINTING 101201064/MANAJEMEN HUTAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian

: Analisis Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove Berdasarkan NDVI dan Kriteria Baku di Kawasan Hutan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Nama

: Yohanes Ginting

NIM : 101201064

Program Studi : Kehutanan

Minat


: Manajemen Hutan

Menyetujui Komisi Pembimbing

Dr. Anita Zaitunah, S.Hut., M.Sc. Ketua

Dr. Budi Utomo, S.P., M.P. Anggota

Mengetahui

Siti Latifah, S.Hut, M.Si., Ph.D. Ketua Program Studi Kehutanan
Tanggal Lulus :
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
YOHANES GINTING: Analysis of Degradation Level of Mangrove Forest Based on NDVI and Standard Criteria in Forest Region Percut Sei Tuan District Deli Serdang Regency. Supervised by ANITA ZAITUNAH and BUDI UTOMO
The activities of people caused the high rate of mangrove degradation in Percut Sei Tuan District, Deli Serdang Regency. The activities were found such as marine aquaculture in ponds, new settlements, or the oil palm plantations. This will obviously disturb the mangrove ecosystems and coastal ecosystems that are essential for the existence of migratory birds as well as wildlife habitat in water as spawning ground, nursery ground, and feeding ground areas. It also functions as a barrier for abrasion and seawater intrusion. This study seeked to analyze the extent of degradation in mangrove forests in Percut Sei Tuan District. There were two methods as well as direct and indirect. Direct analysis was intended to see degradation level of mangrove forest based on analysis in the field and then analyzed again the degradation rate, which refered to the Decree of the Minister of Environment of Indonesia, Number 201/2004 on the Criteria and Guidelines for Determining Damage of Mangrove Forests. The indirect method was to perform the analysis of degradation level of mangrove forests based on NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) using Landsat 8 satellite image. This research was expected to give figures of the current mangrove forest in Percut Sei Tuan District and the degradation level. The results showed that mangrove forest in Percut Sei Tuan District in damage category with 4,161% of crown closure and there was 36,43 ha in damage category based on NDVI value. Keywords : mangrove, degradation, NDVI, standard criteria, Percut Sei Tuan
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

YOHANES GINTING: Analisis Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove Berdasarkan NDVI dan Kriteria Baku di Kawasan Hutan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Di bawah bimbingan ANITA ZAITUNAH dan BUDI UTOMO
Aktivitas warga menyebabkan tingginya tingkat kerusakan mangrove di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Kegiatan yang ditemukan seperti budidaya hasil laut di tambak, pemukiman baru, atau perkebunan kelapa sawit. Hal ini jelas akan mengganggu ekosistem mangrove dan ekosistem pesisir yang penting untuk keberadaan burung migran dan habitat satwa liar di perairan sebagai tempat mencari makan, berkembangbiak, dan memijah. Hutan mangrove juga berfungsi sebagai penghalang abrasi dan intrusi air laut. Penelitian ini menempuh jalur untuk menganalisis tingkat kerusakan hutan mangrove di kecamatan Percut Sei Tuan. Terdapat dua metode yang digunakan baik metode langsung dan tidak langsung. Analisis langsung yang dimaksudkan adalah untuk melihat tingkat kerusakan hutan mangrove berdasarkan analisis di lapangan kemudian dianalisis tingkat kerusakannya mengacu kepada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 201 tahun 2004 tentang pedoman baku penentuan kerusakan hutan mangrove. Analisis tidak langsung adalah untuk melakukan analisis tingkat kerusakan hutan mangrove berdasarkan NDVI (Normalized Difference Vegetation index) pada citra satelit landsat 8. Penelitian ini diharapkan memberi gambaran kondisi terkini hutan mangrove di Kecamatan Percut Sei Tuan dan tingkat kerusakannya. Hasil menunjukkan bahwa hutan mangrove di Kecamatan Percut Sei Tuan berada dalam kategori rusak dengan penutupan tajuk sebesar 4,161 % dan terdapat 36,43 ha dalam kategori rusak berdasarkan nilai NDVI. Kata kunci : mangrove, kerusakan, NDVI, kriteria baku, Percut Sei Tuan
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Yohanes Ginting dilahirkan di Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 11 November 1991 dari bapak Malemta Ginting dan ibu Jamilah Sembiring Meliala. Penulis merupakan anak kelima dari enam bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SD Negeri 028226 Binjai Timur, tahun 2007 lulus dari SMP Negeri 1 Binjai, tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Binjai. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (UMBPTN).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti kegiatan organisasi di kampus, antar lain : sebagai anggota bidang Pendidikan Rain Forest Community tahun 2011-2013. Penulis juga pernah menjadi asisten Praktikum Hasil Hutan Non Kayu tahun 2012-2013, asisten Praktikum Silvikultur tahun 2012, asisten Praktikum Pemanenan Hasil Hutan tahun 2013-2014, asisten Praktikum Dasar Perlindungan Hutan tahun 2013, asisten Praktikum Hidrologi Hutan tahun 2013, asisten Praktikum Klimatologi Hutan tahun 2014, dan asisten lapangan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan tahun 2013. Penulis mengikuti kegiatan Pengenalan Ekosistem Hutan sebagai peserta di Taman Hutan Raya dan Hutan Pendidikan Gunung Barus di Berastagi, Kabupaten Karo pada tahun 2012.
Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur selama 2 bulan pada
Universitas Sumatera Utara

tahun 2014. Pada akhir kuliah, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove Berdasarkan NDVI dan Kriteria Baku di Kawasan Hutan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang” di bawah bimbingan Dr. Anita Zaitunah, S.Hut., M.Sc. dan Dr. Budi Utomo, S.P., M.P.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove Berdasarkan NDVI dan Kriteria Baku di Kawasan Hutan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”.
Penelitian ini menganalisis tingkat kerusakan hutan mangrove berdasarkan nilai indeks NDVI pada citra landsat 8 dan analisis tingkat kerusakan mangrove berdasarkan kriteria baku penentuan kerusakan mangrove yang dikeluarkan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 201 Tahun 2004 tanggal 13 Oktober 2004. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan upaya rehabilitasi hutan mangrove di kawasan hutan kecamatan Percut Sei Tuan, kabupaten Deli Serdang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ayahanda Malemta Ginting dan Ibunda Jamilah Sembiring Meliala
beserta keluarga atas dukungan dan doanya. 2. Dosen pembimbing penelitian, yaitu Dr. Anita Zaitunah, S.Hut., M.Sc.
dan Dr. Budi Utomo, S.P., M.P. 3. Kepada pihak Universitas Sumatera Utara yang telah membantu proses

pendidikan saya di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan bantuan dana beasiswa Bidik Misi Dikti.
Universitas Sumatera Utara

Penulis mengharapkan skripsi ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya oleh pihak-pihak terkait. Melalui skripsi ini juga dapat menjadi acuan untuk upaya rehabilitasi hutan mangrove di kawasan hutan Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
Penulis juga menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan maka untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini
Medan, September 2014 Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Hal. ABSTRACT.................................................................................................. i ABSTRAK .................................................................................................. ii RIWAYAT HIDUP..................................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................ v DAFTAR ISI............................................................................................... vii DAFTAR TABEL....................................................................................... .. ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................. .. x DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... .. xi

PENDAHULUAN Latar Belakang................................................................................... .. 1 Tujuan Penelitian............................................................................... .. 2 Manfaat Penelitian............................................................................. .. 3

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. .... Ekosistem Mangrove ........................................................................ 4 Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove ............................................. 5 Sistem Informasi Geografis (SIG) ..................................................... . 7 Penginderaan Jarak Jauh.................................................................... . 8 Aplikasi SIG dan Penginderaan Jauh dalam Pengelolaan Hutan Mangrove........................................................................................... . 8

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian............................................................. 10 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................ 11 Data Citra .......................................................................................... 11 Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 11 Pengumpulan Data...................................................................... 11 Analisis Vegetasi ........................................................................ 12 Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove dengan Kriteria Baku ...... 15 Diagram Profil Pohon................................................................. 15 Analisis NDVI untuk Penentuan Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove.................................................................................... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Kekayaan Jenis .................................................................................. Penutupan Tajuk dan Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove ............. Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove Berdasarkan NDVI.................


18 19 27

Universitas Sumatera Utara

Gambaran Kondisi Fisik Hutan Mangrove di Lapangan................... 32 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................ 33 Saran ................................................................................................. 33 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 34 LAMPIRAN .....................................................................................................
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Informasi data citra ................................................................................... 11 2. Data primer dan data sekunder.................................................................. 12 3. Kriteria baku dan pedoman penentuan kerusakan mangrove ................... 15 4. Tingkat kerusakan berdasarkan nilai NDVI dan kerapatan kanopi .......... 15 5. Kekayaan jenis mangrove pada tingkat semai, pancang, dan pohon ........ 18 6. Penutupan tajuk vegetasi hutan mangrove pada 5 jalur seluas 5000 m2..... 25 7. Indeks tingkat kerusakan hutan mangrove berdasarkan NDVI ................ 31 8. Luas kawasan hutan di Kecamatan Percut Sei Tuan................................. 31
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1. Indeks nilai ................................................................................................ 10 2. Plot analisis vegetasi di hutan mangrove .................................................... 12 3. Diagram alur analisis NDVI untuk penentuan kerusakan mangrove .......... 17 4. Sebaran dan profil vegetasi secara vertikal dan horizontal pada jalur 1 ..... 20 5. Sebaran dan profil vegetasi secara vertikal dan horizontal pada jalur 5 ..... 21 6. Sebaran dan profil vegetasi secara vertikal dan horizontal pada jalur 11 ... 22 7. Sebaran dan profil vegetasi secara vertikal dan horizontal pada jalur 13 ... 23 8. Sebaran dan profil vegetasi secara vertikal dan horizontal pada jalur 19 ... 24 9. Kerusakan hutan mangrove yang dikonversi menjadi lahan sawit ............. 26 10. Pengerukan lumpur menjadi lahan tambak (a) dan tambak (b) ................ 26 11. Peta distribusi nilai NDVI di Kecamatan Percut Sei Tuan ....................... 28 12. Peta tingkat kerusakan hutan mangrove di kawasan hutan Kecamatan
Percut Sei Tuan ......................................................................................... 29 13. Sebaran titik koordinat pada saat ground check........................................ 32
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal. 1. Indeks nilai penting pada tingkat semai.................................................... 36 2. Indeks nilai penting pada tingkat pancang................................................ 36 3. Indeks nilai penting pada tingkat pohon ................................................... 37 4. Indeks keanekaragaman Shanon-Wienner ................................................ 37 5. Gambaran kondisi fisik vegetasi hutan mangrove di lapangan................. 38
Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
YOHANES GINTING: Analysis of Degradation Level of Mangrove Forest Based on NDVI and Standard Criteria in Forest Region Percut Sei Tuan District Deli Serdang Regency. Supervised by ANITA ZAITUNAH and BUDI UTOMO
The activities of people caused the high rate of mangrove degradation in Percut Sei Tuan District, Deli Serdang Regency. The activities were found such as marine aquaculture in ponds, new settlements, or the oil palm plantations. This will obviously disturb the mangrove ecosystems and coastal ecosystems that are essential for the existence of migratory birds as well as wildlife habitat in water as spawning ground, nursery ground, and feeding ground areas. It also functions as a barrier for abrasion and seawater intrusion. This study seeked to analyze the extent of degradation in mangrove forests in Percut Sei Tuan District. There were two methods as well as direct and indirect. Direct analysis was intended to see degradation level of mangrove forest based on analysis in the field and then analyzed again the degradation rate, which refered to the Decree of the Minister of Environment of Indonesia, Number 201/2004 on the Criteria and Guidelines for Determining Damage of Mangrove Forests. The indirect method was to perform the analysis of degradation level of mangrove forests based on NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) using Landsat 8 satellite image. This research was expected to give figures of the current mangrove forest in Percut Sei Tuan District and the degradation level. The results showed that mangrove forest in Percut Sei Tuan District in damage category with 4,161% of crown closure and there was 36,43 ha in damage category based on NDVI value. Keywords : mangrove, degradation, NDVI, standard criteria, Percut Sei Tuan
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
YOHANES GINTING: Analisis Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove Berdasarkan NDVI dan Kriteria Baku di Kawasan Hutan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Di bawah bimbingan ANITA ZAITUNAH dan BUDI UTOMO
Aktivitas warga menyebabkan tingginya tingkat kerusakan mangrove di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Kegiatan yang ditemukan seperti budidaya hasil laut di tambak, pemukiman baru, atau perkebunan kelapa sawit. Hal ini jelas akan mengganggu ekosistem mangrove dan ekosistem pesisir yang penting untuk keberadaan burung migran dan habitat satwa liar di perairan sebagai tempat mencari makan, berkembangbiak, dan memijah. Hutan mangrove juga berfungsi sebagai penghalang abrasi dan intrusi air laut. Penelitian ini menempuh jalur untuk menganalisis tingkat kerusakan hutan mangrove di kecamatan Percut Sei Tuan. Terdapat dua metode yang digunakan baik metode langsung dan tidak langsung. Analisis langsung yang dimaksudkan adalah untuk melihat tingkat kerusakan hutan mangrove berdasarkan analisis di lapangan kemudian dianalisis tingkat kerusakannya mengacu kepada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 201 tahun 2004 tentang pedoman baku penentuan kerusakan hutan mangrove. Analisis tidak langsung adalah untuk melakukan analisis tingkat kerusakan hutan mangrove berdasarkan NDVI (Normalized Difference Vegetation index) pada citra satelit landsat 8. Penelitian ini diharapkan memberi gambaran kondisi terkini hutan mangrove di Kecamatan Percut Sei Tuan dan tingkat kerusakannya. Hasil menunjukkan bahwa hutan mangrove di Kecamatan Percut Sei Tuan berada dalam kategori rusak dengan penutupan tajuk sebesar 4,161 % dan terdapat 36,43 ha dalam kategori rusak berdasarkan nilai NDVI. Kata kunci : mangrove, kerusakan, NDVI, kriteria baku, Percut Sei Tuan
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Mangrove didefinisikan sebagai formasi tumbuhan yang khas yang
terdapat di daerah pesisir yang dipengaruhi oleh tingkat salinitas tertentu. Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh umumnya pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut dan terdiri dari Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora, dan Nypa (Soerianegara (1987) dalam Noor et al., 2006).
Hutan mangrove merupakan ekosistem yang sangat penting dalam kelestarian sumber daya ikan. Mangrove merupakan habitat ikan, udang, kepiting, dan lainnya. Fungsi ekologis atau biologi ekosistem mangrove, antara lain adalah sebagai tempat memijah (spawning ground), tempat mencari makan (feeding ground), serta tempat berkembang biak (nursery ground) satwa terutama ikan, kepiting, udang yang selama ini sebagai komoditas primadona yang memberikan manfaat ekonomi bagi nelayan. Secara fisik hutan mangrove mempunyai peran untuk menahan abrasi pantai, menahan terjadinya intrusi air laut, penahan angin, menurunkan emisi gas rumah kaca seperti CO, CO2, SOx dan NOx di udara dan bahanbahan pencemar di kawasan perairan pantai (Soerianegara (1987) dalam Noor et al., 2006).
Indonesia adalah negara yang memiliki luas hutan mangrove terbesar di dunia. Menurut Spalding, et al. (1997) luas hutan mangrove dunia adalah 18,1 juta hektar, sedangkan menurut Groombridge (1992) menyebutkan
Universitas Sumatera Utara

sebesar 19,2 juta hektar. Luas hutan mangrove di Indonesia sangat beragam. Menurut Giesen (1993) luas mangrove Indonesia 2,5 juta hektar, Dit. Bina Program INTAG (1996) menyebutkan sebesar 3,5 juta hektar (Noor et al., 2006).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesia Maritime Institute pada tahun 2012 terdapat sebesar 48 persen atau 4,51 juta hektar hutan mangrove Indonesia masuk dalam kategori rusak sedang dan 23 persen atau 2,15 juta hektar dalam kategori rusak berat. Hal yang menjadi penyebab utama kerusakan hutan mangrove di Indonesia adalah akibat ulah manusia dalam bentuk kegiatan perluasan tambak dan penebangan kayu mangrove yang tidak terkontrol (Indonesia Maritime Institute, 2012).

Terdapat tiga faktor utama penyebab kerusakan mangrove, yaitu (1) pencemaran, (2) konversi hutan mangrove yang kurang memperhatikan faktor lingkungan dan (3) penebangan yang berlebihan. Pencemaran seperti pencemaran minyak dan logam berat, konversi lahan untuk budidaya perikanan (tambak), pertanian (sawah dan perkebunan), jalan raya, industri, produksi garam dan pemukiman, pertambangan dan penggalian pasir (Kusmana et al., 2003). Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan, yaitu: 1. Mengetahui tingkat kerusakan hutan mangrove di kawasan hutan
Kecamatan Percut Sei Tuan pada tahun 2014 yang mengacu kepada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 201 Tahun 2004
Universitas Sumatera Utara

tanggal 13 Oktober 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove. 2. Mengetahui tingkat kerusakan hutan mangrove di kawasan hutan Kecamatan Percut Sei Tuan berdasarkan NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) pada citra tahun 2014. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat kerusakan hutan mangrove di tahun 2014 dengan melakukan analisis vegetasi di lapangan serta mengetahui tingkat kerusakan hutan mangrove berdasarkan NDVI pada citra. Berdasarkan informasi yang akan diperoleh diharapkan dapat memberi data kepada pihak-pihak tertentu agar dapat melakukan upaya rehabilitasi hutan mangrove.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem Mangrove Mangrove merupakan istilah yang menyatakan komunitas
tumbuhan yang tumbuh di daerah dengan jangkauan pasang surut. Ekosistem mangrove menyatakan ekosistem tumbuhan yang terdapat di kawasan pesisir (pasang surut) yang dimana tumbuhan dapat bertoleransi terhadap tingkat salinitas tertentu dan juga terdapat faktor biotik dan abiotik yang saling berinteraksi (Soerianegara (1987) dalam Noor et al., 2006).
Menurut Kuswadji (2001) ekosistem mangrove merupakan penghasil detritus, sumber nutrien, dan bahan organik yang dibawa ke ekosistem padang lamun oleh arus kuat. Sedangkan ekosistem lamun berfungsi sebagai penghasil bahan organik dan nutrien yang akan dibawa ke ekosistem terumbu karang. Selain itu, ekosistem lamun juga berfungsi sebagai penjebak sedimen (sediment trap) sehingga tersebut tidak menggangu kehidupan terumbu karang. Selanjutnya ekosistem terumbu karang dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak (gelombang) dan arus laut.
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan rusaknya ekosistem mangrove, antara lain maraknya konversi lahan mangrove menjadi perkebunan kelapa sawit, penebangan dan penyelundupan kayu mangrove yang sengaja dilakukan masyarakat yang digunakan sebagai sumber energi rumah tangga, serta pembukaan lahan untuk usaha tambak dengan penebangan mangrove. Tentu saja hal-hal ini menjadi faktor utama terjadinya penurunan luasan mangrove. Masih banyak masyarakat desa di
Universitas Sumatera Utara

daerah pesisir yang beranggapan bahwa mangrove hanyalah tumbuhan yang tidak mempunyai nilai jual atau tidak menghasilkan keuntungan apabila dipelihara kelestariannya. Mereka beranggapan mangrove hanyalah tumbuhan yang kayunya dapat dijadikan bahan bakar yang cukup baik terutama dari famili Rhizophoraceae serta kayunya tidak bagus untuk dijadikan bahan bangunan, sehingga apabila masyarakat ingin meningkatkan perekonomiannya tentu saja cara mudahnya adalah dengan usaha budidaya ikan di tambak yang lahannya diperoleh dari penebangan mangrove (Kuswadji, 2006).
Kondisi mangrove yang sudah rusak diperparah dengan banyaknya nelayan menggunakan metode yang salah dalam penangkapan ikan, yaitu dengan menggunakan alat tangkap langgai, katrol, dan layang juga menjadi penyebab hasil tangkapan nelayan menurun. Alat tangkap langgai merupakan salah satu alat tangkap ikan yang paling berbahaya digunakan karena selain menjaring ikan-ikan yang besar juga menyapu bersih ikanikan kecil, sehingga keberlangsungan dan ketersediaan ekosistem dan komunitas ikan di laut menjadi rusak dan turun populasinya (Kuswadji, 2006). Penyebab Kerusakan Hutan Mangrove
Menurut Pasaribu (2004) permasalahan-permasalahan utama yang melatarbelakangi terjadinya degradasi hutan mangrove tidak terlepas dari beberapa hal, antara lain: 1. Tingkat pendapatan masyarakat yang relatif rendah
Universitas Sumatera Utara


Kebanyakan masyarakat di pesisir bekerja sebagai nelayan tradisional. Meskipun cukup potensial namun tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir relatif masih rendah jika dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Hal ini disebabkan terbatasnya peralatan yang dimiliki nelayan tradisional yang mengakibatkan penurunan hasil tangkap dan penghasilan nelayan. Dalam satu bulan nelayan tradisional hanya efektif bekerja 20 hari. Untuk mengisi waktu saat tidak melaut nelayan melakukan pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatan seperti beternak kepiting, ikan kerapu, dan mencari kayu bakar. Pencarian kayu bakar dilakukan di hutan mangrove di sekitar mereka dengan penebangan yang tidak memenuhi aturan sehingga mengakibatkan percepatan kerusakan. 2. Penebangan liar (illegal logging)
Kayu mangrove termasuk bahan baku terbaik dalam pembuatan arang yang bernilai ekonomi untuk dipasarkan di dalam negeri dan diekspor ke luar negeri terutama Jepang. Dampak dari tingginya nilai arang bakau di pasar mengakibatkan masyarakat mendirikan dapur arang yang beroperasi secara liar. Untuk memenuhi bahan bakar tidak jarang masyarakat melakukan penebangan liar di kawasan lindung dan sempadan pantai yang seharusnya terlarang bagi pengampilan kayu. 3. Pembukaan tambak udang secara liar
Peningkatan harga udang di pasar nasional sejak tahun 80-an menyebabkan banyak masyarakat membuka lahan tambak di daerah pantai yang menimbulkan konversi lahan. Kawasan mangrove berubah menjadi hamparan tambak dan kerusakan mangrove diperparah oleh kurangnya
Universitas Sumatera Utara

kesadaran pengusaha dan masyarakat dalam melakukan pelestarian di daerah lindung dan sempadan. Pembukaan tambak tidak hanya dilakukan di kawasan hutan produksi yang secara umum diperkenankan, juga dijumpai oknum-oknum tertentu melakukan ekstensifikasi tambak sampai ke hutan lindung.
4. Persepsi yang keliru tentang mangrove Banyak masyarakat maupun birokrat yang berhubungan dengan
bidang kesehatan mempunyai pandangan yang keliru tentang mangrove. Mangrove dianggap sebagai tempat kotor untuk tempat bersarang dan berkembangbiak nyamuk malaria, lalat, dan berbagai jenis serangga lainnya. Hal ini telah mendorong terjadinya pembabatan mangrove yang berlebihan untuk mengatasi timbulnya wabah penyakit. 5. Lemahnya penegakan hukum
Pada dasarnya telah banyak peraturan perundangan yang bertujuan untuk mengatur dan melindungi sumberdaya mangrove melalui cara-cara pengelolaan yang didasarkan pada prinsip-prinsip kelestarian namun demikian belum dibarengi dengan pelaksanaan penegakan hukum yang memadai. Sehingga dari waktu ke waktu semakin banyak pelanggaranpelanggaran yang dilakukan tanpa upaya penegakan hukum yang berarti. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Perkembangan di bidang teknologi komputer telah membawa manfaat yang sangat besar bagi penyebaran informasi. Sistem informasi geografi (SIG) atau geographic information system (GIS) adalah bagian
Universitas Sumatera Utara

daripada sistem informasi yang diaplikasikan untuk data geografi atau alat data base untuk analisis dan pemetaan suatu yang terdapat dan terjadi di bumi. SIG mulai dikenal pada tahun 1950-an. Pada mulanya penelitianpenelitian di bidang SIG terbatas dikalangan peneliti-peneliti botani, meteorologi, dan transportasi. Mereka mulai membuat peta-peta yang bersifat otomatis dan berusaha mempresentasikan kartografi berkomputer (Nasution dan Supriadi, 2007).
Kemampuan ArcView GIS pada berbagai serinya tidaklah diragukan lagi. ArcView GIS adalah software yang dikeluarkan oleh ESRI (Environmental Systems Research Institute). Perangkat lunak ini memberikan fasilitas teknis yang berkaitan dengan pengelolaan data spasial. Kemampuan grafis yang baik dan kemampuan teknis dalam pengelolaan data spasial tersebut memberikan kekuatan secara nyata pada ArcView untuk melakukan analisis spasial. Kekuatan analisis inilah yang pada akhirnya menjadikan ArcView banyak diterapkan pada berbagai pekerjaan sebagai seperti analisis pemasaran, perencanaan wilayah dan tata ruang, sistem informasi persil, pengendalian dampak lingkungan, bahkan militer (Budiyanto, 2007). Penginderaan Jarak Jauh
Menurut Lindgreen (1985) penginderaan jarak jauh merupakan variasi teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan dan dipancarkan dari permukaan bumi.
Universitas Sumatera Utara

Saat ini terdapat banyak program yang dapat menjalankan dan mengolah data-data spasial yang diperoleh dari citra satelit seperti ERDAS, ENVI, atau ErMapper. ErMapper sendiri merupakan salah satu program yang dapat dijalankan untuk melihat nilai NDVI pada citra satelit dan nilai NDVI itu dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis vegetasi ataupun yang tidak bervegetasi. Aplikasi SIG dan Penginderaan Jauh dalam Pengelolaan Hutan Mangrove
Pengelolaan hutan mangrove dapat dilakukan dengan aplikasi teknologi sistem informasi geografis dan penginderaan jauh. Melalui aplikasi teknologi ini dapat diketahui banyak informasi dari hutan mangrove, seperti tingkat kerusakan, kerapatan tajuk, estimasi karbon, dam lainnya. Menurut Fathurromah et al. (2011) analisis kerapatan tajuk dilakukan dengan metode NDVI (Normalized Difference Vegetation Index). NDVI merupakan pengukuran kesimbangan energi yang diterima dan energi yang dipancarkan oleh obyek bumi. Perhitungan luas tutupan lahan mangrove dilakukan dengan menggunakan fasilitas calculate geometry pada software ArcGIS 9.3, sedangkan untuk tool NDVI dapat digunakan di software ENVI 4.7.

Untuk menghitung kerapatan vegetasi dapat dilihat dari rasio saluran infra merah dekat (near infra red) dan saluran merah (red) dengan formula:
NDVI = (NIR-Red) / (NIR+Red) Pada citra landsat 7 ETM+ saluran infra merah dekat adalah saluran 4 dan saluran merah adalah saluran 3 (Green, et al., 2000 dalam Waas, 2010).
Universitas Sumatera Utara

Pemetaan mangrove menggunakan data penginderaan jauh juga telah dilakukan oleh Bakosurtanal pada tahun 2009 (Saputro et al., 2009 dalam Winarso et al., 2014). Lebih lanjut selama ini telah digunakan indeks vegetasi NDVI untuk membedakan kerapatan mangrove dimana NDVI lebih cenderung berhubungan dengan kerapatan kanopi daripada kerapatan tegakan. Kerapatan mangrove dari indeks vegetasi NDVI ini telah digunakan untuk menilai kerusakan mangrove dimana nilai indeks yang rendah dikategorikan dalam kategori mangrove yang telah rusak (Departemen Kehutanan, 2006 dalam Winarso et al., 2014).
Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai
dengan Juni 2014. Lokasi penelitian adalah hutan mangrove di Dusun Paloh Atong dan Paloh Getah, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Universitas Sumatera Utara

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan adalah personal computer, GPS (Global

Positioning System), ArcGIS 9.3, ERDAS Imagine 9.1, AutoCAD 2014,

ENVI 4.7, hagameter, spidol, parang, pita ukur, tali plastik, kalifer, kertas


label, tally sheet, dan kamera digital.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekosistem hutan

mangrove di kecamatan Percut Sei Tuan, peta administrasi kecamatan

Percut Sei Tuan dan citra landsat path/row: 129/057 yang diunduh dari situs

earthexplorer.usgs.gov.

Data Citra

Citra satelit diunduh diunduh dari situs earthexplorer.usgs.gov dan

keterangan tentang citra yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Informasi data citra

ID Citra

% Penutupan awan (% cover cloud) Kualitas Path/row Tanggal akuisi Produk

LC81290572014097LGN 00 10 % 9 129/057 7 April 2014 Landsat 8 OLI TIRS LIT

Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan pengumpulan data dan
informasi serta menganalisis data. Tahapan kegiatannya adalah sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dibagi menjadi dua jenis data, yaitu berupa data

primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengecekan langsung

di lapangan (ground check). Data sekunder diperoleh dari instansi-instasi

terkait atau literatur pendukung. Data-data yang digunakan dalam penelitian

ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Data primer dan sekunder

Nama data

Jenis Su T

data mb a

er h

u

n

Peta Administrasi Kecamatan Percut Sei

Seku

BP

2

Tuan

nder KH 0

1

4

Citra Landsat 8 Kecamatan Percut Sei

Seku

US

2

Tuan

nder GS 0

1

4

Titik Sampel (Ground Check)

Prim GP 2

er S 0

1

4

Analisis Vegetasi

Prim Lan 2

er gsu 0

ng 1

4

Analisis Vegetasi Analisis vegetasi menggunakan metode kombinasi antara metode
jalur (transect) dan metode jalur berpetak. Pada setiap titik yang telah ditentukan dibuat jalur dengan lebar 10 m dan panjang 100 meter (luas 1000 m2). Tiap-tiap jalur dibuat sub petak ukur dengan ukuran 2 m × 2 m untuk

11

Universitas Sumatera Utara

tingkat semai, 5 m × 5 m untuk tingkat pancang, dan 10 m × 10 m untuk tingkat pohon (Kusmana, 1997).

1 0

S
2

P

5

P
2

1 0
S
2
P
52
5

5
P h
1

1 0

Panjang tiap plot 100 m ke arah laut lepas
Gambar 2. Plot analisis vegetasi di hutan mangrove Keterangan: S : Semai P : Pancang Phn : Pohon
Data yang akan diperoleh dari analisis vegetasi ini adalah diameter pohon setinggi dada (dbh) serta nama jenis yang dianalisis. Kriteria tingkat pertumbuhannya, yaitu: a. Semai adalah anakan pohon mulai dari kecambah sampai setinggi 1,5 m. b. Pancang adalah anakan setinggi lebih dari 1,5 m sampai Ø < 10 cm c. Pohon adalah tumbuhan berkayu dengan Ø > 10 cm
Setelah data hasil analisis vegetasi diperoleh maka dilakukan analisis data, yaitu: Kerapatan Suatu Jenis (K)
K = Individu Suatu Jenis × 100 % Luas Petak Total

Universitas Sumatera Utara

Kerapatan Relatif (KR)

KR

=



Kerapatan Jenis Kerapatan Jenis Total

× 100

%

Frekuensi Suatu Jenis (F)

F

=



Petak ditemukan jenis
∑ Petak Contoh

Frekuensi Relatif (FR) FR

= F Suatu Jenis × 100 % F Seluruh Jenis

Dominansi (D) D = Luas bidang dasar suatu spesies Luas petak contoh

Dominansi Relatif (DR) DR

= Dominansi suatu spesies Dominansi total seluruh spesies

Indeks Nilai Penting (INP) = Kr + Fr (untuk tingkat semai dan panjang), dan
Kr + Fr + Dr (untuk tingkat pohon) Indeks Keanekaragaman (Indeks Shannon-Wiener), yaitu:

dimana: H’ = indeks Shannon-Wiener Pi = kelimpahan relatif dari spesies ke-i (ni/N) ni = jumlah individu suatu jenis ke-i N = jumlah total untuk semua individu

Universitas Sumatera Utara

Menurut Barbour, et al. (1987) menyatakan bahwa nilai H’ dengan kriteria 0-2 tergolong rendah, 2-3 tergolong sedang, dan > 3 tergolong tinggi.
Universitas Sumatera Utara

Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove dengan Kriteria Baku

Analisis tingkat kerusakan mangrove mengacu kepada Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 Tahun 2004 tentang Kriteria

Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove, dapat dilihat di Tabel

3.

Tabel 3. Kriteria baku dan pedoman penentuan kerusakan mangrove

No Kriteria
1. Baik (sangat padat)
2. Sedang 3. Rusak

Penutupan
≥ 75%
≥ 50 – < 75% < 50%

Kerapatan Pohon/ha
≥ 1500
≥ 1000 - < 1500 < 1000

Digram Profil Pohon Diagram profil pohon merupakan penampang struktur vegetasi
mangrove yang digambarkan secara vertikal dan horizontal. Proses menggambar profil pohon dilakukan di software AutoCAD 2014. Pada hasil profil pohon secara horizontal dapat dilihat luas penutupan tajuk mangrove. Persentase penutupan tajuk mangrove dapat menjadi acuan penentuan tingkat kerusakan mangrove di lokasi yang menjadi area penelitian.

Analisis NDVI untuk Penentuan Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove Penentuan kerusakan mangrove dilakukan dengan analisis NDVI
pada citra dan kelas kerusakan mangrove didasarkan pada indikator kisaran nilai NDVI dan kerapatan kanopi (Kusmana, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Tingkat kerusakan mangrove berdasarkan nilai NDVI dan kerapatan

kanopi

Kelas kerusakan mangrove Berat Sedang
Tidak Rusak

Kisaran nilai NDVI
(-1) - 0,32 > 0,32 - 0,42
> 0,42 - 1

Estimasi kerapatan kanopi < 50% 50 - 70% > 70 %

Proses analisis NDVI dilakukan pada citra satelit landsat 8 dengan path/row: 129/57 yang dimana akan melingkupi vegetasi mangrove yang terdapat di kecamatan Percut Sei Tuan. Formula NDVI merupakan rasio antara band NIR dan band Red yang dimana pada citra landsat 8 merupakan band 5 dan band 4. Berikut merupakan formula untuk mengetahui NDVI
NDVI = (NIR-Red) / (NIR+Red), maka NDVI = (Band 5-Band 4) / (Band 5+Band 4) Hasil NDVI citra tersebut akan dilakukan proses clipping dengan daerah vegetasi mangrove di kecamatan Percut Sei Tuan yang diperoleh dari intepretasi citra komposit dengan RGB: 457. Proses-proses ini dilakukan di software ArcGIS 9.3.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Diagram alur analisis NDVI untuk penentuan kerusakan mangrove Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kekayaan Jenis

Berdasarkan analisis vegetasi di Dusun Paloh Atong dan Paloh

Getah dijumpai enam jenis mangrove yang masuk ke dalam 4 famili.

Berikut data analisis vegetasi pada Tabel 5.

Tabel 5. Kekayaan jenis mangrove pada tingkat semai, pancang, dan pohon

Jenis

N Famili

Nama

Nama ilmiah

o lokal

1 Avicenniaceae Api-api Avicennia alba

2 Euphorbiaceae Buta-buta Excoecaria

agallocha

3 Rhizophoraceae Bakau

Rhizophora

Minyak apiculata

4 Rhizophoraceae Tengar Ceriops tagal

5 Combretaceae Teruntun Lumnitzera

racemosa

6 Rhizophoraceae Mata

Bruguiera

Buaya

sexangula

Jumlah

Keterangan (-) : tidak ditemukan jenis

Semai
587 175
350
25 150
-
1287

Tingkat pertumbuhan/ha Pancan Pohon
g 596 37 192 13

168 4

68 3 46 1

36 1

1106

59

Tabel 5. menunjukan jenis Avicennia alba merupakan jenis paling

banyak ditemukan baik pada tingkat semai, pancang, dan pohon. Avicennia

alba tumbuh dengan baik diakibatkan karakteristiknya yang dapat tumbuh

dengan baik pada daerah berlumpur dengan tingkat salinitas yang tinggi

serta memiliki akar nafas (pnematophore roots) yang baik untuk menyaring

dan bertahan dari cekaman garam yang tinggi. Hal ini sesuai dengan

pendapat Onrizal (2005) yang menyatakan jenis-jenis ini membentuk hutan

mangrove di daerah zona inti yang mampu bertahan terhadap salinitas

(garam) yang disebut tumbuhan halophyta. Kebanyakan jenis mangrove

mempunyai adaptasi khusus yang memungkinkan untuk tumbuh dan

Universitas Sumatera Utara

berkembang dalam substrat/lahan mangrove seperti kemampuan berkembangbiak, toleransi terhadap kadar garam tinggi, kemampuan bertahan terhadap perendaman oleh pasang surut dan memiliki akar nafas. Penutupan Tajuk dan Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove
Diagram profil vegetasi hutan mangrove menggambarkan kondisi hutan mangrove secara horizontal dan vertikal di Dusun Paloh Atong dan Paloh Getah, Kecamatan Percut Sei Tuan. Luas penutupan tajuk dilihat pada penampang horizontal. Diagram profil mangrove dapat disajikan di Gambar 4-8.
Diagram profil pada Gambar 4 menggambarkan kondisi fisik vegetasi hutan mangrove di jalur 1. Vegetasi yang terdapat di jalur satu hanya terdiri dari dua jenis yaitu api-api (Avicennia alba) dan buta-buta (Excoecaria agallocha). Total individu jenis pada tingkat pohon di jalur 1 adalah 13 pohon/1000 m2. Diagram profil jalur 5 terdiri dari tiga jenis tumbuhan mangrove yaitu Avicennia alba, Excoecaria agallocha, dan bakau minyak (Rhizophora apiculata) denga toatal individu yang dijumpai sebanyak 6 pohon/1000 m2.
Diagram profil 11 yang terdiri dari hanya satu spesies tumbuhan mangrove yaitu Avicennia alba dengan jumlah sebanyak 18 pohon/ 1000 m2, sedangkan pada diagram profil 13 terdiri dari jenis Avicennia alba dan tengar (Ceriops tagal) dengan jumlah 10 pohon/1000 m2 dan pada diagram profil jalur 19 dijumpai lima jenis tumbuhan mangrove yang terdiri dari Avicennia alba, Ceriops tagal, Excoecaria agallocha, Rhizophora
Universitas Sumatera Utara

apiculata, dan teruntun (Lumnitzera racemosa) dengan total pohon sebanyak 9 pohon/100 m2.
Universitas Sumatera Utara

Penampang horizontal jalur 1
1 5

0m 100 m
Penampang vertikal jalur 1
1
5
0m 100 m
Skala 1:500 Keterangan Gambar
Api-api (Avicennia alba) Buta-buta (Excoecaria agallocha)

Jarak (m) Jarak (m)

Gambar 4. Sebaran dan profil vegetasi secara vertikal dan horizontal pada jalur 1

Universitas Sumatera Utara

Penampang horizontal jalur 5 1
5

0m 100 m Penampang vertikal jalur 5 1
5

Jarak (m)

0m 100 m
Skala 1:500
Keterangan Gambar Api-api (Avicennia alba) Buta-buta (Excoecaria agallocha) Bakau Minyak (Rhizophora apiculata)

Jarak (m)

Gambar 5. Sebaran dan profil vegetasi secara vertikal dan horizontal pada jalur 5

Universitas Sumatera Utara

Penampang horizontal jalur 11 1 5

0m 100 m Penampang vertikal jalur 11
1
5

Jarak (m)

0m 100 m
Skala 1:500
Keterangan Gambar Api-api (Avicennia alba)

Jarak (m)

Gambar 6. Sebaran dan profil vegetasi secara vertikal dan horizontal pada jalur 11

Universitas Sumatera Utara

Penampang horizontal jalur 13 1
5

0m 100 m Penampang vertikal jalur 13
1
5

Jarak (m)

0m 100 m
Skala 1:500
Keterangan Gambar Api-api (Avicennia alba) Tengar (Ceriops tagal)

Jarak (m)

Gambar 7. Sebaran dan profil vegetasi secara vertikal dan horizontal pada jalur 13

Universitas Sumatera Utara

Penampang horizontal jalur 19 1 5

0m 100 m
Penampang vertikal jalur 19 1
5

Jarak (m)

0m 100 m
Skala 1:500
Keterangan Gambar Api-api (Avicennia alba) Tengar (Ceriops tagal) Bakau Minyak (Rhizophora apiculata) Buta-buta (Excoecaria agallocha) Teruntun (Lumnitzera racemosa)

Jarak (m)

Gambar 8. Sebaran dan profil vegetasi secara vertikal dan horizontal pada jalur 19

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan diagram profil pohon yang disajikan pada Gambar 4-8

dapat diketahui bahwa kelima jalur yang tergambar di diagram profil

mempunyai keanekaragaman jenis yang rendah dan ini sesuai dengan

pernyataan Irwanto (2006) yang menyatakan bahwa suatu komunitas

dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi jika komunitas itu

disusun oleh banyak jenis, dan sebaliknya suatu komunitas dikatakan

memiliki keanekaragaman jenis yang rendah jika komunitasnya disusun

oleh sedikit jenis dan hanya ada sedikit jenis yang dominan.

Kondisi penutupan tajuk vegetasi hutan mangrove di dusun Paloh

Atong dan Paloh Getah, kecamatan Percut Sei Tuan dapat dilihat di Tabel 6.

Tabel 6. Penutupan tajuk vegetasi hutan mangrove pada 5 Jalur seluas 5000 m2

No Nama Lokal

Nama Latin

1. Api-api

Avicennia alba

2. Buta-buta Excoecaria

agallocha

3. Bakau

Rhizophora

Minyak

apiculata

4. Tengar

Ceriops tagal

5. Teruntun

Lumnitzera

racemosa

Jumlah

Sisa

Penutupan

Total

Luas Penutupan

m2 116,95 59,175

% 2,339 1,1835

9,675

0,1935

19,325 2,925

0,3865 0,0585

208,05 4791,95

4,161 95,839

5000

100

Berdasarkan hasil penutupan hutan mangrove yang disajikan pada Tabel 6. diperoleh bahwa penutupan tajuk vegetasi hutan mangrove di dusun Paloh Atong dan Paloh Getah adalah 208,05 m2 atau sebesar 4,161 % dari lima jalur seluas 5000 m2 dan sebesar 95, 839 % penutupan adalah bukan mangrove yaitu seluas 4791,95 m2. Jenis Avicennia alba dijumpai di

Universitas Sumatera Utara

lima jalur dan khususnya di jalur 11 yang hanya terdapat jenis Avicennia alba. Mengacu kepada Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove yang diputuskan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup maka vegetasi hutan mangrove termasuk dalam kriteria rusak yaitu dengan jumlah di bawah 1000 pohon/ha serta luas penutupan tajuk di bawah 50 %.
Kerapatan pohon per hektar menggambarkan kerapatan tajuk di vegetasi mangrove. Semakin tinggi kerapatannya maka kondisi mangrove semakin baik dan semakin rendah kerapatannya maka kondisi mangrove semakin rusak.
(a) (b) Gambar 9. Kerusakan hutan mangrove yang dikonversi menjadi lahan sawit (a) dan (b)
Kerusakan hutan mangrove di kecamatan Percut Sei Tuan disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah adanya konversi hutan mangrove menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Pada Gambar 9a. terlihat adanya areal perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan mangrove, sedangkan pada Gambar 9b. ditampilkan kondisi lahan mangrove yang telah habis dibuka untuk ditanami menjadi areal perkebunan sawit.
Universitas Sumatera Utara

(a) (b) Gambar 10. (a) Pengerukan lumpur menjadi lahan tambak dan (b) tambak
Faktor kedua adalah adanya konversi hutan mangrove menjadi lahan tambak. Lahan tambak umumnya sebagai tembat untuk budidaya hasil laut seperti udang, ikan kerapu, dan jenis ikan komersil lainnya. Seperti yang terlihat pada Gambar 10. Pada Gambar 10a. terlihat aktivitas pengerukan lumpur dengan alat berat excavator yang akan dijadikan lahan untuk tambak dan pada Gambar 10b. terlihat adanya lahan tambak yang dibangun di kawasan hutan mangrove.
Hutan mangrove juga mempunyai peranan dalam menekan emisi gas-gas rumah kaca dan juga membentuk iklim mikro yang akan lebih baik. Selain itu juga hutan mangrove mempunyai peranan penting dalam mencegah abrasi atau hembasan gelombang. Selain itu hutan mangrove mempunyai peranan dalam menjaga kelestarian ekosistem perairan lainnya seperti ekosistem ikan dan satwa air lainnya. Oleh karena itu kegiatan konversi hutan mangrove menjadi lahan tambak atau perkebunan kelapa sawit jelas akan menganggu ekosistem mangrove.
Ekploitasi dan kegiatan konversi hutan mangrove yang bersifat masif dikhawatirkan akan menciptakan dampak yang bersifat negatif di
Universitas Sumatera Utara

kemudian hari. Menurut Pasaribu (2004) terdapat beberapa faktor rusaknya hutan mangrove, antara lain : 1. Tingkat pendapatan masyarakat yang relatif rendah, 2. Penebanga liar (illegal logging), 3. Pembukaan tambak udang secara liar, 4. Persepsi masyarakat yang keliru tentang mangrove, dan 5. Lemahnya penegakan hukum. Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove Berdasarkan NDVI
Peta tingkat kerusakan hutan ditampilkan di Gambar 10. sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara

Gambar 10. Peta distribusi nilai NDVI di Kecamatan Percut Sei Tuan Universitas Sumatera Utara

Gambar 10. Peta tingkat kerusakan hutan mangrove di kawasan hutan Kecamatan Percut Sei Tuan Universitas Sumatera Utara

Analisis untuk penentuan kerusakan hutan mangrove dilakukan dengan menganalisis citra satelit landsat 8 khusus untuk hutan mangrove di kecamatan Percut Sei Tuan. Analisis citra yang dimaksud adalah analisis NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) hutan mangrove di kecamatan Percut Sei Tuan.
Analisis NDVI dapat dijadikan acuan dalam penentuan kerapatan suatu vegetasi. Hal ini berkaitan dengan karakteristik setiap jenis penutupan vegetasi pada interaksinya dengan matahari. Putra (2010) menjelaskan bahwa klorofil pada proses fotosintesis banyak menyerap panjang gelombag 0,45 μm hingga 0,65 μm. Ini merupakan panjang gelombang yang paling efektif pada proses fotosintesis. PAR (Photosynthetically Active Radiation) berkisar 0,40 μm hingga 0,70 μm, maka klorofil akan cenderung menunjukkan penurunan penyerapan pada panjang gelombang di atas 0,65 μm. Maka panjang gelombang yang paling efektif diserap pada proses fotosintesis ditangkap pada saluran merah (band Red) pada satelit landsat. Pada landsat 8 saluran merah berada pada saluran 4 (band 4).
Pada proses fotosintesis tidak semua gelombang cahaya diserap tanaman (vegetasi hijau) karena hampir 50 % dipantulkan kembali ke atmosfer. Putra (2010) menjelaskan pada panjang gelombang 0,70 μm sampai 1,3 μm, pantulan vegetasi sehat meningkat drastis. Hampir 50 % daun memantulkan kembali 50 % tenaga yang datang. Maka saluran infra merah dekat (band NIR) pada satelit landsat dapat menangkap panjang gelombang ini. Pada landsat 8 saluran infra merah dekat berada pada saluran 5 (band 5). Prinsip-prinsi ini dijadikan teknik menentukan NDVI
Universitas Sumatera Utara

berdasarkan rasio saluran merah dan saluran infra merah dekat. Berdasarkan

hasil NDVI diperoleh indeks kerapatan hutan mangrove yang terbagi

menjadi tiga kelas. Berikut ini disajikan hasil NDVI pada Tabel 5.

Tabel 7. Indeks tingkat kerusakan hutan mangrove berdasarkan NDVI

Mangrov e
(-1) 0,32 0,32 0,42 0,42 Rentang NDVI 1

Kera patan Man grov
e Rend ah Seda ng Ting gi

Tingkat Kerusakan
Hutan Mangr