Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik (Humus dan Cocopeat) Terhadap Pertumbuhan Semai Jabon Putih (Anthocephalus cadamba. Roxb. Miq)
PENGARUH APLIKASI PUPUK ORGANIK (HUMUS DAN KOMPOS COCOPEAT) TERHADAP
PERTUMBUHAN SEMAI JABON PUTIH (Anthocephalus cadamba. Roxb. Miq)
SKRIPSI Oleh :
MASDERITA SARAGIH 091201006
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara
PENGARUH APLIKASI PUPUK ORGANIK (HUMUS DAN KOMPOS COCOPEAT) TERHADAP
PERTUMBUHAN SEMAI JABON PUTIH (Anthocephalus cadamba. Roxb. Miq)
SKRIPSI Oleh :
MASDERITA SARAGIH 091201006
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
MASDERITA SARAGIH: Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik (Humus dan Kompos Cocopeat) Terhadap Pertumbuhan Semai Jabon Putih (Anthocephalus cadamba. Roxb. Miq) di bawah bimbingan Dr. Ir. EDY BATARA MULYA SIREGAR, MS dan NELLY ANNA S.Hut., M.Si.
Jabon Putih merupakan salah satu jenis tanaman yang pertumbuhannya sangat cepat dan dapat tumbuh subur di daerah tropis yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Perbanyakan tanaman Jabon Putih di pembibitan mempunyai tujuan utama sebagai upaya penyediaan bibit berkualitas baik dalam jumlah yang memadai sesuai dengan rencana penanaman. Untuk itu penelitian telah dilakukan di rumah kasa Fakultas Pertanian dan di Laboratorium Sentral, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dari bulan September 2013 sampai November 2013 menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu jenis (humus dan kompos cocopeat) dan jumlah pupuk organik (500 gr/polibag, 250 gr/polybag, dan 167 gr/polibag). Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi, pertambahan diameter, jumlah daun, luas daun, berat basah tajuk dan akar, serta berat kering tajuk dan akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, jumlah daun, luas daun,berat basah dan kering tajuk, serta berat basah dan kering akar. Jumlah pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan semai. Sedangkan interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, diameter, berat basah akar dan berat kering akar. Hasil yang terbaik diperoleh pada interaksi perlakuan A1B1 (humus 500 gr/polibag).
Kata kunci : Jabon Putih, Pupuk Organik, Pertumbuhan Semai
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
MASDERITA SARAGIH: Effect of Organic Fertilizer Application (Humus and Compost Cocopeat) on growth of seedling Jabon Putih (Anthocephalus cadamba. Roxb. Miq) under the guidance of Dr. Ir. EDY BATARA MULYA SIREGAR, MS and NELLY ANNA S.Hut., M.Sc.
Jabon Putih is one kind of plant that is growing very fast and can flourish in the tropics that can be used for various purposes. Jabon Putih plant propagation in the nursery as a main goal the provision of good-quality seed in adequate amounts in accordance with the planting plan. For that research has been done on the home screen in the Faculty of Agriculture and the Central Laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra from September 2013 to November 2013 using a completely randomized factorial design with 2 factors, namely the type (humus and compost cocopeat) and the amount of organic fertilizer (500 g/polybag, 250 gr/polybag, and 167g/polybag). Parameters measured were higher accretion, accretion diameter, number of leaves, leaf area, fresh weight and root crown, and crown and root dry weight. The results showed that the type of organic fertilizer significantly affected as height, number of leaves, leaf area, fresh weight and dry canopy, as well as wet and dry weight of roots. The number of organic fertilizer had no significant effect on seedling growth parameters. While the interaction of treatment type and amount of organic fertilizer significantly affected as height, diameter, root fresh weight and dry weight of roots. The best results obtained on the interaction of treatment A1B1 (humus 500 g/polybag).
Keywords: Jabon Putih, Organic Fertilizer, Growth of Seedling
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pagaranlambung II pada tanggal 26 Januari 1991 dari Ayah Djannes Saragih dan Ibu Sedni Hutagalung. Penulis merupakan anak ke dua dari delapan bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SD No. 173150 Sidari Kecamatan Adiankoting. Tahun 2006 lulus dari SMP Negeri 2 Adiankoting Kecamatan Adiankoting, dan tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Adiankoting Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). Penulis memilih jurusan Budidaya Hutan, Program Studi Kehutanan.
Selama mengikuti kuliah, penulis mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan HIMAS dan sebagai asisten praktikum di Laboratorium Bioteknologi Kehutanan tahun 2013. Penulis mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) di Kawasan Tahura Bukit Barisan dan Hutan Pendidikan Gunung Barus Kabupaten Karo Tanggal 27 Juni sampai dengan 6 Juli 2011.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Hutan Produksi Hutan Tanaman Industri PT. Musi Hutan Persada (HPHTI MHP) Palembang, Sumatera Selatan, dari tanggal 04 Februari sampai 04 Maret 2013.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan Kasih_Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik (Humus dan Cocopeat) Terhadap Pertumbuhan Semai Jabon Putih (Anthocephalus cadamba. Roxb. Miq)
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada ketua komisi Pembimbing Dr.Ir. Edi Batara Mulya Siregar, MS dan anggota komisi pembimbing Nelly Anna, S.Hut., M.Si yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang kehutanan.
Medan, Januari 2014
Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
No. Hal. ABSTRAK ....................................................................................................... i ABSTRACK .................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv DAFTAR TABEL............................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3 Hipotesis penelitian.................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jabon Putih ..................................................................... 4 Kegunaan ................................................................................................... 5 Silvikultur................................................................................................... 6 Peranan pupuk bagi tanaman ..................................................................... 7 Pupuk organik ............................................................................................ 8
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 11 Bahan dan Alat Penelitian.......................................................................... 11 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 11 Persiapan lahan .................................................................................... 11 Penyediaan bahan tanaman (semai) ..................................................... 11 Persiapan media tanam......................................................................... 11 Penanaman .......................................................................................... 12 Pemeliharaan ....................................................................................... 12 Pemupukan........................................................................................... 12 Metode Penelitian ...................................................................................... 12 Parameter Penelitian .................................................................................. 13 Tinggi semai (cm) ................................................................................ 13 Diamater semai (mm) ......................................................................... 13 Jumlah daun (helai) .............................................................................. 14 Luas daun (cm2) ................................................................................... 14 Berat basah tajuk dan akar (g)............................................................. 14 Berat kering tajuk dan akar (g)............................................................. 14 Analisis Data .............................................................................................. 14
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Kondisi Kimia Tanah ................................................................................. 16 Pertambahan Tinggi Semai Jabon Putih (cm)............................................ 17 Pertambahan Diameter (mm) ..................................................................... 18
Universitas Sumatera Utara
Jumlah Daun (helai) ................................................................................... 20 Luas Daun Semai (cm2) ............................................................................. 21 Berat Basah Tajuk (gr) ............................................................................... 22 Berat Basah Akar (gr) ................................................................................ 23 Berat Kering Tajuk (gr).............................................................................. 24 Berat Kering Akar (gr) ............................................................................... 24 Pembahasan...................................................................................................... 25 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................................ 31 Saran........................................................................................................... 31 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Komponen utama dan sifat kimia humus...................................................... 9 2. Komponen utama dan sifat kimia kompos cocopeat .................................... 10 3. Kombinasi perlakuan .................................................................................... 13 4. Hasil analisis jumlah pupuk organik yang digunakan................................... 16 5. Rataan pertambahan tinggi semai (cm) dan hasil uji lanjut Duncan............. 17 6. Rataan pertambahan diameter (mm) dan hasil uji lanjut Duncan ................. 19 7. Rataan pertambahan jumlah daun (helai) dan hasil uji lanjut Duncan.......... 20 8. Rataan luas daun semai (cm2) dan hasil uji lanjut Duncan ........................... 21 9. Rataan berat basah tajuk (gram) dan hasil uji lanjut Duncan........................ 23 10. Rataan berat basah akar (gram) dan hasil uji lanjut Duncan......................... 23 11. Rataan berat kering tajuk (gram) dan hasil uji lanjut Duncan ...................... 24 12. Rataan berat kering akar semai (gram) dan hasil uji lanjut Duncan ............. 25
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1. Grafik rata-rata pertambahan tinggi semai Jabon Putih dari minggu ke-2
sampai minggu ke-9 ................................................................................... 18 2. Grafik rata-rata pertambahan diameter semai Jabon Putih dari minggu
ke-2 sampai minggu ke-9 ........................................................................... 19 3. Grafik pertambahan jumlah daun semai jabon putih dari minggu ke-2
sampai minggu ke-9 ................................................................................... 21 4. Histogram rataan luas daun semai Jabon Putih pada penambahan pupuk
organik yang berbeda. .......................................................................................... 22
5. Rataan berat dan berat kering tajuk (A) dan berat basah dan berat kering akar
(B) semai Jabon Putih.......................................................................................... 25
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul 1. Kandungan unsur hara pupuk daun Growmore 6-30-30 yang digunakan 2. Rataan pertambahan tinggi semai pengamatan dari minggu ke-2 sampai
minggu ke-9 3. Pertambahan tinggi semai tiap perlakuan 4. Analisis sidik ragam pertambahan rata-rata tinggi semai 5. Rataan pertambahan diameter semai (mm) pengamatan minggu ke-2 sampai
minggu ke-9 6. Pertambahan diameter semai (mm) tiap perlakuan 7. Analisis sidik ragam pertambahan rata-rata diameter semai 8. Pertambahan jumlah daun semai (helai) pengamatan minggu ke-2 sampai
minggu ke-9 9. Pertambahan jumlah daun semai tiap perlakuan 10. Analisis sidik ragam pertambahan rata-rata jumlah daun (helai) 11. Rataan luas daun semai 12. Luas daun semai (cm2) 13. Analisis sidik ragam luas daun 14. Rataan berat basah tajuk dan berat basah akar serta berat kering tajuk dan akar 15. Berat basah tajuk (gr) 16. Analisis sidik ragam berat basah tajuk 17. Berat basah akar (gr) 18. Analisi sidik ragam berat basah akar (gr) 19. Berat kering tajuk 20. Analisis sidik ragam berat kering tajuk
Universitas Sumatera Utara
21. Berat kering akar
22. Analisis sidik ragam berat kering akar
23. Dokumentasi penelitian Pemilihan semai A. cadamba Pencampuran media tanam Penanaman semai A. cadamba Pengukuran tinggi semai pada awal pengamatan Pemupukan semai A. cadamba Pertumbuhan semai pada perlakuan A1B1 Pertumbuhan semai pada perlakuan A1B2 Pertumbuhan semai pada perlakuan A1B3 Pertumbuhan semai pada perlakuan A2B1 Pertumbuhan semai pada perlakuan A2B2 Pertumbuhan semai pada perlakuan A2B3 Semai yang telah dibersihkan Daun digambar di kertas A4 Berat basah daun (gr) Berat kering daun (gr) Berat kering akar (gr
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
MASDERITA SARAGIH: Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik (Humus dan Kompos Cocopeat) Terhadap Pertumbuhan Semai Jabon Putih (Anthocephalus cadamba. Roxb. Miq) di bawah bimbingan Dr. Ir. EDY BATARA MULYA SIREGAR, MS dan NELLY ANNA S.Hut., M.Si.
Jabon Putih merupakan salah satu jenis tanaman yang pertumbuhannya sangat cepat dan dapat tumbuh subur di daerah tropis yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Perbanyakan tanaman Jabon Putih di pembibitan mempunyai tujuan utama sebagai upaya penyediaan bibit berkualitas baik dalam jumlah yang memadai sesuai dengan rencana penanaman. Untuk itu penelitian telah dilakukan di rumah kasa Fakultas Pertanian dan di Laboratorium Sentral, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dari bulan September 2013 sampai November 2013 menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu jenis (humus dan kompos cocopeat) dan jumlah pupuk organik (500 gr/polibag, 250 gr/polybag, dan 167 gr/polibag). Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi, pertambahan diameter, jumlah daun, luas daun, berat basah tajuk dan akar, serta berat kering tajuk dan akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, jumlah daun, luas daun,berat basah dan kering tajuk, serta berat basah dan kering akar. Jumlah pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan semai. Sedangkan interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, diameter, berat basah akar dan berat kering akar. Hasil yang terbaik diperoleh pada interaksi perlakuan A1B1 (humus 500 gr/polibag).
Kata kunci : Jabon Putih, Pupuk Organik, Pertumbuhan Semai
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
MASDERITA SARAGIH: Effect of Organic Fertilizer Application (Humus and Compost Cocopeat) on growth of seedling Jabon Putih (Anthocephalus cadamba. Roxb. Miq) under the guidance of Dr. Ir. EDY BATARA MULYA SIREGAR, MS and NELLY ANNA S.Hut., M.Sc.
Jabon Putih is one kind of plant that is growing very fast and can flourish in the tropics that can be used for various purposes. Jabon Putih plant propagation in the nursery as a main goal the provision of good-quality seed in adequate amounts in accordance with the planting plan. For that research has been done on the home screen in the Faculty of Agriculture and the Central Laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra from September 2013 to November 2013 using a completely randomized factorial design with 2 factors, namely the type (humus and compost cocopeat) and the amount of organic fertilizer (500 g/polybag, 250 gr/polybag, and 167g/polybag). Parameters measured were higher accretion, accretion diameter, number of leaves, leaf area, fresh weight and root crown, and crown and root dry weight. The results showed that the type of organic fertilizer significantly affected as height, number of leaves, leaf area, fresh weight and dry canopy, as well as wet and dry weight of roots. The number of organic fertilizer had no significant effect on seedling growth parameters. While the interaction of treatment type and amount of organic fertilizer significantly affected as height, diameter, root fresh weight and dry weight of roots. The best results obtained on the interaction of treatment A1B1 (humus 500 g/polybag).
Keywords: Jabon Putih, Organic Fertilizer, Growth of Seedling
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kebutuhan kayu di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan,
sementara produksi dari hutan alam semakin menurun. Oleh karena itu perlu adanya pembangunan hutan tanaman baik hutan tanaman industri (HTI) maupun hutan rakyat yang merupakan pengelolaan hutan yang sangat penting sebagai salah satu sasaran untuk memenuhi kebutuhan kayu. Program pembangunan hutan cenderung memilih jenis-jenis yang mudah ditangani, baik dari jenis-jenis asli setempat ataupun yang berasal dari luar. Di Indonesia pembangunan hutan masih didominasi oleh jenis-jenis seperti Acacia mangium, Acacia crasicarpa, Eucalyptus urophylla dan Eucalyptus deglupta (Krisnawati, dkk., 2011).
Selain jenis-jenis tanaman tersebut masih banyak jenis tanaman endemik/tanaman asli Indonesia yang mempunyai keunggulan dalam pertumbuhan maupun kualitas kayunya. Salah satunya adalah jenis Jabon Putih. Jabon Putih merupakan salah satu jenis tanaman yang pertumbuhannya sangat cepat dan dapat tumbuh subur di hutan tropis, dengan jenis tanah liat, tanah lempung, podsolik, cokelat, dan tanah berbatu. Sehingga Jabon Putih dapat digunakan untuk berbagai tujuan diantaranya, penghijauan, reklamasi lahan bekas tambang dan pohon peneduh (Mulyana dkk., 2010). Untuk mendapatkan tanaman yang baik perlu dilakukan pembudidayaannya yang baik pula. Perbanyakan tanaman (pembibitan) mempunyai tujuan utama sebagai upaya penyediaan bibit berkualitas baik dalam jumlah yang memadai sesuai dengan rencana penanaman.
1
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hendromono (2003) mutu bibit sangat dipengaruhi oleh cara pengolahan dan bahan yang digunakan untuk memproduksi bibit di persemaian.
Bahan atau media tumbuh tanaman yang biasa digunakan pada saat pembibitan adalah top soil. Penggunaan top soil tidak cukup untuk menghasilkan bibit yang berkualitas, maka perlu diberikan penambahan unsur hara bagi tanaman. Unsur hara yang diperlukan tanaman dapat diperoleh dengan penambahan pupuk (Rosmarkan dan Yuwono, 2002).
Media pembibitan yang baik adalah tanah yang mempunyai sifat fisik seperti agregat mantap, kapasitas penahan air yang baik dan total ruang pori optimal. Selain itu tanah juga harus mempunyai sifat kimia yang baik yaitu mengandung bahan organik yang tinggi, mengandung unsur hara makro dan mikro yang cukup, mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi dan lain sebagainya. Kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat diperoleh dari penggunaan pupuk organik. Menurut Hakim dkk., (1986) pupuk organik adalah hasil akhir atau hasil dari perubahan atau penguraian bagian-bagian/sisa tumbuhan dan hewan. Berdasarkan cara pembentukannya pupuk organik terdiri dari berbagai jenis yaitu, pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, humus dan pupuk burung atau guano (Lingga dan Marsono, 2004). Humus adalah sisa tumbuhan berupa daun, akar, cabang dan batang yang sudah membusuk secara alami lewat bantuan mikroorganisme (di dalam tanah) dan cuaca (di atas tanah).
Selain penggunaan pupuk organik yang berasal dari sisa tumbuhan alternatif lain yang bisa digunakan adalah penggunaan kompos cocopeat (sabut kelapa). Kompos cocopeat memiliki karakter fisik dan kimia yang sangat potensial untuk media tanam. Kompos cocopeat merupakan natural soil
Universitas Sumatera Utara
conditioner, memiliki kadar pH antara 5–8 dan mudah dalam pertukaran ion (Awang, 2009 dalam Agustin, dkk., 2010).
Berdasarkan hal tersebut, penulis perlu melakukan penelitian mengenai “Pengaruh aplikasi pupuk organik (humus dan kompos cocopeat) terhadap pertumbuhan semai jabon putih (Anthocephalus cadamba. Roxb. Miq). Tujuan
Penelitian bertujuan untuk mengetahui interaksi antara jenis pupuk organik dan jumlah pupuk organik dan kombinasi taraf perlakuan terbaik dari penambahan pupuk organik humus dan kompos cocopeat terhadap pertumbuhan semai Jabon Putih. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai informasi bagi ilmu pengetahuan mengenai tingkat pertumbuhan
berbagai parameter Jabon Putih pada media tanam dengan penambahan pupuk organik. 2. Sebagai bahan pertimbangan dna masukan dalam pengaplikasian pupuk organik (humus dan kompos cocopeat) bagi pihak-pihak yang mengembangkan hutan tanaman baik dalam HTI maupun pengembangan hutan rakyat jenis Jabon Putih. Hipotesis Penelitian 1. Adanya pengaruh interaksi antara jenis pupuk organik (humus dan kompos cocopeat) terhadap pertumbuhan semai Jabon Putih. 2. Adanya kombinasi taraf perlakuan terbaik dari pemberian pupuk organik (humus dan kompos cocopeat) terhadap pertumbuhan semai Jabon Putih.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Jabon Putih
Jabon Putih merupakan jenis pohon cepat tumbuh yang masuk dalam
famili Rubiaceae dan genus Anthocepalus, A. cadamba Roxb. Miq. ini bersinonim
dengan A. chinensis (Lamk) A. Rich, A. macrophyllus Roxb. Havil,
A. indicus Rich., A. morindaefolius Korth, Nauclea cadamba (Roxb.),
Neolamarkcia cadamba (Roxb) Bosser, Sarcocephalus cadamba (Roxb) Kurz.
Jabon Putih memiliki nama daerah galupai, johan, kalampain, kelempi
(Sumatera); jabon, jabun, hanja, kalampeyan, kelampaian (Jawa); jabon, jabun,
haja, kelampeyan (Kalimantan); pontua, suge manai, pekaung, toa (Sulawesi);
gumpayan, kelapan, mugawe (Nusa Tenggara); dan di Irian Jaya dinamakan
paribe, masarambi (Mansur, 2010).
Ciri umum Jabon yaitu kayu teras berwarna putih sampai putih
kekuningan. Batas antara kayu teras dengan kayu gubal tidak tegas. Kayu jabon
memiliki corak polos dengan tekstur agak halus dan rata. Arah seratnya lurus
kadang agak berpadu. Kayu ini memiliki permukaan agak mengkilap sampai
mengkilap, memiliki kesan raba yang licin sampai licin dan tingkat kekerasannya
agak lunak sampai agak keras (Martawidjaya, dkk., 1989).
Berdasarkan ciri-cirinya, taksonomi Jabon Putih digolongkan sebagai
berikut (Mansur dan Tuheteru, 2011):
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisi
: Magnoliophyta (berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
4
Universitas Sumatera Utara
Ordo
: Rubiales
Familia
: Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus
: Anthocephalus
Spesies
: Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.
Kegunaan
Jabon merupakan jenis tumbuhan lokal yang dapat direkomendasikan
untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman karena pemanfaatan
kayunya sudah dikenal luas oleh masyarakat. Jabon merupakan jenis kayu yang
mempunyai berat jenis rata-rata 0,42 (0,29-0,56), kelas kuat III-IV dan kelas awet
V. Kayu jabon banyak digunakan untuk korek api, kayu lapis, peti pembungkus,
cetakan beton, mainan anak-anak, pulp dan kertas, kelompen dan kontruksi
darurat yang ringan. Kayunya mudah dibuat venir tanpa perlakuan pendahuluan
dengan sudut kupas 92º untuk tebal 1,5 mm. Perekatan venir kayu Jabon dengan
urea-formaldehida menghasilkan kayu lapis yang memenuhi persyaratan standard
Indonesia, Jepang, dan Jerman (Martawidjaya dkk., 1989).
Menurut Mulyana dkk., (2010) beberapa keunggulan tanaman Jabon
Putih dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Diameter batang dapat tumbuh hingga 10 cm/tahun.
2. Pemanenan kayu jabon relatif singkat (5 - 6 tahun).
3. Batang berbentuk silinder dengan tingkat kelurusan yang bagus.
4. Tidak memerlukan pemangkasan karena cabang akan rontok sendiri saat
tumbuh (self pruning).
5. Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan sengon.
6. Jabon termasuk tumbuhan pionir dan dapat tumbuh dilahan terbuka atau
Universitas Sumatera Utara
kritis, seperti tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, dan tanah berbatu. 7. Tanaman jabon relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit bila
dibandingkan dengan sengon. Silvikultur
Jabon Putih merupakan jenis tumbuhan penghasil kayu yang memiliki biji sangat kecil sehingga untuk mengekstraksi atau memisahkan biji jabon dari buahnya membutuhkan teknik khusus. Hartanto (2011) mengemukakan bahwa biji jabon dapat diekstraksi dengan dua cara yaitu melalui ekastraksi kering dan ekstraksi basah. Dikemukan juga bahwa pemisahan biji dari daging buah jabon dengan cara ekstraksi kering memiliki kemurnian yang lebih kecil dibandingkan dengan ekstraksi basah yaitu kurang dari 50%, hal ini disebabkan karena biji tercampur dengan serbuk daging buah. Ekstraksi kering sering kali sulit dibedakan antara biji dan daging buah yang berukuran hampir sama, sedangkan dalam ekstraksi basah kemurnian biji jabon dapat mencapai 100% dan biji dapat dilihat dengan jelas.
Menurut Martawidjaya dkk., (1989) perbanyakan Jabon Putih dapat dilakukan dengan stump maupun stek pucuk dan relatif mudah dilakukan. Bibit jabon yang siap ditanam di lapangan adalah bibit yang berumur 3 bulan. Waktu penanaman bibit jabon di lapangan yang baik dilakukan pada permulaan musim hujan dan curah hujan sudah cukup banyak sehingga tanah telah cukup lembab agar pertumbuhan bibit dapat lebih tahan pada permulaannya. Jabon tidak menuntut persyaratan tumbuh yang tinggi, akan tetapi untuk investasi sebaiknya dilakukan pada tanah yang subur dan drainase baik. Jarak tanam 3 x 2 m atau 5 x 5 m tergantung tujuan penanaman, murni atau tumpang sari. Lubang tanam 30 x
Universitas Sumatera Utara
30 x 30 cm atau 40 x 40 x 40 cm tergantung kondisi tanah (Direktorat Jenderal Kehutanan, 1980). Peranan Pupuk Bagi Tanaman
Unsur yang diserap untuk pertumbuhan dna metabolisme tanaman dinamakan hara tanaman. tanaman memerlukan unsur hara ensensial yang diperoleh dari tanah (Hakim dkk., 1986). Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur hara lain dan apabila unsur hara tidak tersedia maka kegiatan metabolisme akan terganggu. Menurut Khaeruddin (1999) bahwa ada 16 unsur hara yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhannya, unsur hara tersebut dapat dibedakan menjadi unsur hara gas, unsur hara mikro dan unsur hara makro.
Pengertian klasifikasi pupuk dapat dilihat dari beberapa segi yaitu atas dasar pembentukannya yaitu yang terdiri dari pupuk alam dan pupuk buatan, atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya yang terdiri dari pupuk tunggal dan pupuk majemuk, dan atas susunan kimiawi yang mempunyai hubungan penting dengan perubahan-perubahan di dalam tanah. Pupuk alam diantaranya terdiri dari pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, dan guano (Marsono dan Sigit, 2002).
Hakim dkk., (1986) pupuk adalah setiap bahan organik maupun anorganik, alami atau buatan, mengandung satu atau lebih unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal tanaman yang dapat diberikan pada tanah atau tanaman. sedangkan pemupukan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memberikan unsur hara ke tanah atau tanaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal tanaman.
Pemupukan juga mempunyai maksud mencapai kondisi dimana tanah
Universitas Sumatera Utara
memungkinkan tanaman tumbuh dengan sebaik-baiknya. Pertumbuhan tidak saja tergantung dari tersedianya berbagai zat makanan dalam jumlah yang cukup, tetapi juga dari persyaratan lain seperti struktur dan kondisi derajat keasaman tanah. Keadaan tanah yang baik berarti pula bahwa tanaman dapt dengan mudah menyerap makanan melalui pertumbuhan akarnya yang kuat, dibandingkan dengan jika pertumbuhannya kurang baik (Rinsema, 1993).
Menurut Marsono dan Sigit (2002), cara yang paling umum untuk meningkatkan produkivitas adalah melalui pemupukan yang dapat meningkatkan modal hara tempat tumbuh dengan menambahkan sumber hara yang langsung tersedia. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor antara lain sinar matahari, suhu, udara, air, dan unsur-unsur hara dalam tanah (N, P, K dan lain-lain). Satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi keterdiaan unsur hara tanah adalah pemupukan. Melalui pemupukan tanaman dapat tumbuh optimal dan berproduksi maksimal. Pupuk Organik
Kelebihan pupuk organik antara lain: a. Mengubah struktur tanah menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan akar
tanaman lebih baik pula. b. Meningkatkan daya serap dan daya pegang tanah terhadap air sehingga
tersedia bagi tanaman. c. Memperbaiki kehidupan organisme tanah (Marsono dan Sigit, 2002).
Menurut Novizan (2005) manfaat pupuk organik adalah dapat menyediakan unsur hara makro dan mikro, mengandung asam humat (humus)
Universitas Sumatera Utara
yang mampu meningkatkan pH pada tanah masam penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan polusi air. Ditambahkan Hakim dkk., (1986) bahwa pada bahan organik nilai C/N bahan organik sangat menentukan reaksi dalam tanah. Bila C/N bahan organik tinggi maka akan terjadi persaingan N atara tanaman dan mikroba, dalam hal ini N diimobilisasi. Suatu dekomposisi bahan organik yang lanjut dicirikan oleh C/N yang rendah, sedangkan C/N yang tinggi menunjukkan dekomposisi belum lanjut atau baru mulai. Lapisan tanah bagian atas pada umumnnya mengandung bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan tanah dibawahnya. Karena akumulasi bahan organik inilah lapisan tanah tersebut berwarna gelap dan merupakan lapisan tanah yang subur sehingga penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman di polibag (Islami dan Utomo, 1995).
Humus merupakan senyawa kompleks agak resisten terhadap pelapukan, berwarna cokelat, amorfus bersifat kolodial dan berasal dari jaringan tumbuhan atau binatang yang telah dimodifikasikan dan disintesiskan oleh berbagai jasad renik. Penggunaan humus sebagai media tanam pembibitan sangat baik karena humus adalah bahan organik yang telah mengalami dekomposisi akan berpenagruh terhadap pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Selain itu merupakan sumber N, P, K dan S serta karbon sekitar 55%-60% yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhannya (Hakim, dkk., 1986).
Kardin (2010) menyatakan hal terpenting dari proses pembentukan humus adalah bahwa proses pembentukannya memiliki kaitan yang sangat erat antara unsur Carbon (C) dan Nitrogen (N). Menurut Kardin (2010) humus mengandung
Universitas Sumatera Utara
bahan-bahan sebagai berikut:
Tabel 1. Komponen utama dan sifat kimia humus
Unsur
Komposisi
Sifat kimia
Lignin
45% Nitrogen (N)
Protein
35% C/N
Karbohidrat
11%
Lemak, Damar dan Lilin
3%
Tidak diketahui
6%
Sumber : Kardin (2010)
Total 5,6% 10,04%
Kompos cocopeat (serbuk sabut kelapa) mengandung unsur-unsur hara
makro yang dibutuhkan tanaman. unsur-unsur makro tersebut merupakan
komponen utama kompos cocopeat. Herath (1993) melakukan penelitian terhadap
komponen utama kompos cocopeat, seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komponen utama dan sifat kimia kompos cocopeat
Unsur
Total (ppm)
Sifat kimia
Total Nitrogen (N)
5238
Selulosa
Fosfor (P)
330 Hemiselulosa
Kalium (K)
9787
Lignin
Calsium (Ca)
2521
Pentosan
Magnesium (Mg)
2006
pH
C/N
Sumber : Herath (1993) dalam Adiyati (1999).
Komposisi 34 % 9% 44 % 13 % 4-8
110-200
Banzon dan Velsco (1982) dalam Tyas (2000), menyatakan bahwa
kompos cocopeat banyak mengandung unsur hara, dengan K dan Cl merupakan
unsur dominan. Sifak fisik kompos cocopeat antara lain memiliki porositas 95%
dan bulk density ± 0,25 gram/ml. Herath (1993) juga menyatakan bahwa sifat fisik
lain kompos cocopeat adalah memiliki kemampuan untuk menyerap air 6 kali
sampai 8 kali bobot keringnya.
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2013 sampai November
2013 di rumah kasa Pertanian dan Laboratorium Sentral Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit tanaman Jabon Putih (A. cadamba) umur 2 bulan, polibag ukuran 2 kg, pupuk organik (humus dan kompos kompos cocopeat), air, dan media top soil, dan pupuk daun Growmore.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayakan, cangkul, gembor, jangka sorong, penggaris, alat tulis, pisau cutter, oven, timbangan digital, dan kamera. Pelaksanaan Penelitian
1) Persiapan lahan Lokasi pembibitan dekat dengan sumber air, memiliki drainase yang baik
dan mudah diawasi, berguna untuk menjaga kondisi areal pembibitan dari genangan air akibat hujan deras.
2) Penyediaan bahan tanaman (semai) Bibit tanaman yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penjual
bibit tanaman jabon yang berada di daerah kota Medan. Sebelum dilakukan percobaan dilakukan seleksi bibit yang akan digunakan agar diperoleh bibit yang seragam dari segi umur, keadaan fisik dan kesehatan bibit.
3) Persiapan media tanam
11
Universitas Sumatera Utara
Media tanam yang digunakan adalah campuran antara top soil + humus dan top soil + kompos cocopeat yang komposisinya sesuai dengan perlakuan yang diujicobakan. Media top soil diayak terlebih dahulu agar terpisah dari kotoran untuk selanjutnya dilakukan penimbangan top soil, humus dan kompos cocopeat untuk dimasukkan ke dalam polibag. Setiap polibag berisi media top soil sebanyak 1 kg dengan penambahan jenis dan jumlah pupuk organik (humus dan kompos cocopeat) yang telah ditentukan.
4) Penanaman Semai yang telah berumur 2 bulan disapih kemudian ditanam di dalam
polibag hitam 2 kg yang telah diisi dengan media tanam sesuai perlakuan. 5) Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, dan penyiangan, pemberian
pupuk daun Growmore. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari dan disesuaikan dengan cuaca. Penyiangan dilakukan bila terlihat ada gulma yang tumbuh pada media tanam
6) Pemupukan Pemberian pupuk daun Growmore disemprotkan pada permukaan daun
semai dengan konsentrasi 2 gr/L air. Pemberian pupuk daun dilakukan sebanyak 8 kali dengan interval satu minggu sekali dan penyemprotan dilakukan saat semai A. cadamba berumur 2 minggu setelah di tanam. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial (Gomez dan Gomez, 1995) dengan 2 faktor perlakuan dan ulangan sebanyak 5 kali dimana:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Kombinasi perlakuan
Faktor I : Jenis Pupuk Organik (A)
Faktor II : Jumlah Pupuk Organik (B)
A1 = Humus
B1 = pupuk organik 500 gram
B2 = pupuk organik 250 gram
B3 = pupuk organik 167 gram
A2 = Kompos kompos cocopeat
B1 = pupuk organik 500 gram
B2 = pupuk organik 250 gram
B3 = pupuk organik 167 gram
Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan yaitu:
A1B1
A2B1
A1B2
A2B2
A1B3
A2B3
Jumlah kombinasi perlakuan adalah : 2 x 3
: 6 perlakuan
Jumlah ulangan
: 5 ulangan
Jumlah tanaman seluruhnya
: 30 tanaman
Parameter Penelitian
Sebelum pengamatan, dilakukan terlebih dahulu pengambilan data awal
tiap parameter. Pengamatan mulai dilakukan 2 minggu setelah tanam (2 MST),
selama 8 minggu dan parameter yang diamati adalah:
a) Tinggi semai (cm)
Tinggi semai diukur mulai dari pangkal batang dipermukaan tanah sampai
titik tumbuh terakhir. Pengukuran tinggi dilakukan dengan mennggunakan
penggaris.
b) Diamater semai (mm)
Pengukuran diameter dilakukan dengan menggunakan jangka sorong
dengan dua arah yang berlawanan dan saling tegak lurus terhadap batang,
kemudian hasil kedua pengukuran tersebut dirata-ratakan.
c) Jumlah daun (helai)
Universitas Sumatera Utara
Pengamatan jumlah daun semai dilakukan dengan cara menghitung jumlah
daun yang telah terbuka sempurna. d) Luas daun (cm2)
Pengukuran luas permukaan daun dilakukan pada akhir penelitian. Luas
permukaan daun diukur dengan menggunakan program Image J dari NIH
(National Institute of Health).
e) Berat basah tajuk dan akar (g)
Perhitungan berat basah akar dan tajuk dilakukan setelah selesai kegiatan
pemanenan bibit A. cadamba. Akar dan tajuk, yang baru dipanen dimasukkan ke
dalam amplop dan diberi label sesuai dengan perlakuan, dan selanjutnya
dilakukan penimbangan berat basah.
Perhitungan berat kering akar dan tajuk dilakukan setelah perhitungan
berat basah akar dan tajuk. Sampel tanaman dimasukkan ke dalam amplop sesuai
perlakuan dan dioven selama kurang lebih 12 jam dengan suhu 70ºC.
Analisis Data
Data dianalisis secara statistik menggunakan pola rancangan acak lengkap
faktorial. Jika hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh yang nyata akibat dari
perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan pada taraf P
PERTUMBUHAN SEMAI JABON PUTIH (Anthocephalus cadamba. Roxb. Miq)
SKRIPSI Oleh :
MASDERITA SARAGIH 091201006
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara
PENGARUH APLIKASI PUPUK ORGANIK (HUMUS DAN KOMPOS COCOPEAT) TERHADAP
PERTUMBUHAN SEMAI JABON PUTIH (Anthocephalus cadamba. Roxb. Miq)
SKRIPSI Oleh :
MASDERITA SARAGIH 091201006
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
MASDERITA SARAGIH: Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik (Humus dan Kompos Cocopeat) Terhadap Pertumbuhan Semai Jabon Putih (Anthocephalus cadamba. Roxb. Miq) di bawah bimbingan Dr. Ir. EDY BATARA MULYA SIREGAR, MS dan NELLY ANNA S.Hut., M.Si.
Jabon Putih merupakan salah satu jenis tanaman yang pertumbuhannya sangat cepat dan dapat tumbuh subur di daerah tropis yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Perbanyakan tanaman Jabon Putih di pembibitan mempunyai tujuan utama sebagai upaya penyediaan bibit berkualitas baik dalam jumlah yang memadai sesuai dengan rencana penanaman. Untuk itu penelitian telah dilakukan di rumah kasa Fakultas Pertanian dan di Laboratorium Sentral, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dari bulan September 2013 sampai November 2013 menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu jenis (humus dan kompos cocopeat) dan jumlah pupuk organik (500 gr/polibag, 250 gr/polybag, dan 167 gr/polibag). Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi, pertambahan diameter, jumlah daun, luas daun, berat basah tajuk dan akar, serta berat kering tajuk dan akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, jumlah daun, luas daun,berat basah dan kering tajuk, serta berat basah dan kering akar. Jumlah pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan semai. Sedangkan interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, diameter, berat basah akar dan berat kering akar. Hasil yang terbaik diperoleh pada interaksi perlakuan A1B1 (humus 500 gr/polibag).
Kata kunci : Jabon Putih, Pupuk Organik, Pertumbuhan Semai
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
MASDERITA SARAGIH: Effect of Organic Fertilizer Application (Humus and Compost Cocopeat) on growth of seedling Jabon Putih (Anthocephalus cadamba. Roxb. Miq) under the guidance of Dr. Ir. EDY BATARA MULYA SIREGAR, MS and NELLY ANNA S.Hut., M.Sc.
Jabon Putih is one kind of plant that is growing very fast and can flourish in the tropics that can be used for various purposes. Jabon Putih plant propagation in the nursery as a main goal the provision of good-quality seed in adequate amounts in accordance with the planting plan. For that research has been done on the home screen in the Faculty of Agriculture and the Central Laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra from September 2013 to November 2013 using a completely randomized factorial design with 2 factors, namely the type (humus and compost cocopeat) and the amount of organic fertilizer (500 g/polybag, 250 gr/polybag, and 167g/polybag). Parameters measured were higher accretion, accretion diameter, number of leaves, leaf area, fresh weight and root crown, and crown and root dry weight. The results showed that the type of organic fertilizer significantly affected as height, number of leaves, leaf area, fresh weight and dry canopy, as well as wet and dry weight of roots. The number of organic fertilizer had no significant effect on seedling growth parameters. While the interaction of treatment type and amount of organic fertilizer significantly affected as height, diameter, root fresh weight and dry weight of roots. The best results obtained on the interaction of treatment A1B1 (humus 500 g/polybag).
Keywords: Jabon Putih, Organic Fertilizer, Growth of Seedling
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pagaranlambung II pada tanggal 26 Januari 1991 dari Ayah Djannes Saragih dan Ibu Sedni Hutagalung. Penulis merupakan anak ke dua dari delapan bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SD No. 173150 Sidari Kecamatan Adiankoting. Tahun 2006 lulus dari SMP Negeri 2 Adiankoting Kecamatan Adiankoting, dan tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Adiankoting Kecamatan Adiankoting Kabupaten Tapanuli Utara. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). Penulis memilih jurusan Budidaya Hutan, Program Studi Kehutanan.
Selama mengikuti kuliah, penulis mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan HIMAS dan sebagai asisten praktikum di Laboratorium Bioteknologi Kehutanan tahun 2013. Penulis mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) di Kawasan Tahura Bukit Barisan dan Hutan Pendidikan Gunung Barus Kabupaten Karo Tanggal 27 Juni sampai dengan 6 Juli 2011.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Hutan Produksi Hutan Tanaman Industri PT. Musi Hutan Persada (HPHTI MHP) Palembang, Sumatera Selatan, dari tanggal 04 Februari sampai 04 Maret 2013.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan Kasih_Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik (Humus dan Cocopeat) Terhadap Pertumbuhan Semai Jabon Putih (Anthocephalus cadamba. Roxb. Miq)
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada ketua komisi Pembimbing Dr.Ir. Edi Batara Mulya Siregar, MS dan anggota komisi pembimbing Nelly Anna, S.Hut., M.Si yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi penyempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang kehutanan.
Medan, Januari 2014
Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
No. Hal. ABSTRAK ....................................................................................................... i ABSTRACK .................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv DAFTAR TABEL............................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3 Hipotesis penelitian.................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jabon Putih ..................................................................... 4 Kegunaan ................................................................................................... 5 Silvikultur................................................................................................... 6 Peranan pupuk bagi tanaman ..................................................................... 7 Pupuk organik ............................................................................................ 8
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 11 Bahan dan Alat Penelitian.......................................................................... 11 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 11 Persiapan lahan .................................................................................... 11 Penyediaan bahan tanaman (semai) ..................................................... 11 Persiapan media tanam......................................................................... 11 Penanaman .......................................................................................... 12 Pemeliharaan ....................................................................................... 12 Pemupukan........................................................................................... 12 Metode Penelitian ...................................................................................... 12 Parameter Penelitian .................................................................................. 13 Tinggi semai (cm) ................................................................................ 13 Diamater semai (mm) ......................................................................... 13 Jumlah daun (helai) .............................................................................. 14 Luas daun (cm2) ................................................................................... 14 Berat basah tajuk dan akar (g)............................................................. 14 Berat kering tajuk dan akar (g)............................................................. 14 Analisis Data .............................................................................................. 14
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Kondisi Kimia Tanah ................................................................................. 16 Pertambahan Tinggi Semai Jabon Putih (cm)............................................ 17 Pertambahan Diameter (mm) ..................................................................... 18
Universitas Sumatera Utara
Jumlah Daun (helai) ................................................................................... 20 Luas Daun Semai (cm2) ............................................................................. 21 Berat Basah Tajuk (gr) ............................................................................... 22 Berat Basah Akar (gr) ................................................................................ 23 Berat Kering Tajuk (gr).............................................................................. 24 Berat Kering Akar (gr) ............................................................................... 24 Pembahasan...................................................................................................... 25 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................................ 31 Saran........................................................................................................... 31 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Komponen utama dan sifat kimia humus...................................................... 9 2. Komponen utama dan sifat kimia kompos cocopeat .................................... 10 3. Kombinasi perlakuan .................................................................................... 13 4. Hasil analisis jumlah pupuk organik yang digunakan................................... 16 5. Rataan pertambahan tinggi semai (cm) dan hasil uji lanjut Duncan............. 17 6. Rataan pertambahan diameter (mm) dan hasil uji lanjut Duncan ................. 19 7. Rataan pertambahan jumlah daun (helai) dan hasil uji lanjut Duncan.......... 20 8. Rataan luas daun semai (cm2) dan hasil uji lanjut Duncan ........................... 21 9. Rataan berat basah tajuk (gram) dan hasil uji lanjut Duncan........................ 23 10. Rataan berat basah akar (gram) dan hasil uji lanjut Duncan......................... 23 11. Rataan berat kering tajuk (gram) dan hasil uji lanjut Duncan ...................... 24 12. Rataan berat kering akar semai (gram) dan hasil uji lanjut Duncan ............. 25
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1. Grafik rata-rata pertambahan tinggi semai Jabon Putih dari minggu ke-2
sampai minggu ke-9 ................................................................................... 18 2. Grafik rata-rata pertambahan diameter semai Jabon Putih dari minggu
ke-2 sampai minggu ke-9 ........................................................................... 19 3. Grafik pertambahan jumlah daun semai jabon putih dari minggu ke-2
sampai minggu ke-9 ................................................................................... 21 4. Histogram rataan luas daun semai Jabon Putih pada penambahan pupuk
organik yang berbeda. .......................................................................................... 22
5. Rataan berat dan berat kering tajuk (A) dan berat basah dan berat kering akar
(B) semai Jabon Putih.......................................................................................... 25
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul 1. Kandungan unsur hara pupuk daun Growmore 6-30-30 yang digunakan 2. Rataan pertambahan tinggi semai pengamatan dari minggu ke-2 sampai
minggu ke-9 3. Pertambahan tinggi semai tiap perlakuan 4. Analisis sidik ragam pertambahan rata-rata tinggi semai 5. Rataan pertambahan diameter semai (mm) pengamatan minggu ke-2 sampai
minggu ke-9 6. Pertambahan diameter semai (mm) tiap perlakuan 7. Analisis sidik ragam pertambahan rata-rata diameter semai 8. Pertambahan jumlah daun semai (helai) pengamatan minggu ke-2 sampai
minggu ke-9 9. Pertambahan jumlah daun semai tiap perlakuan 10. Analisis sidik ragam pertambahan rata-rata jumlah daun (helai) 11. Rataan luas daun semai 12. Luas daun semai (cm2) 13. Analisis sidik ragam luas daun 14. Rataan berat basah tajuk dan berat basah akar serta berat kering tajuk dan akar 15. Berat basah tajuk (gr) 16. Analisis sidik ragam berat basah tajuk 17. Berat basah akar (gr) 18. Analisi sidik ragam berat basah akar (gr) 19. Berat kering tajuk 20. Analisis sidik ragam berat kering tajuk
Universitas Sumatera Utara
21. Berat kering akar
22. Analisis sidik ragam berat kering akar
23. Dokumentasi penelitian Pemilihan semai A. cadamba Pencampuran media tanam Penanaman semai A. cadamba Pengukuran tinggi semai pada awal pengamatan Pemupukan semai A. cadamba Pertumbuhan semai pada perlakuan A1B1 Pertumbuhan semai pada perlakuan A1B2 Pertumbuhan semai pada perlakuan A1B3 Pertumbuhan semai pada perlakuan A2B1 Pertumbuhan semai pada perlakuan A2B2 Pertumbuhan semai pada perlakuan A2B3 Semai yang telah dibersihkan Daun digambar di kertas A4 Berat basah daun (gr) Berat kering daun (gr) Berat kering akar (gr
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
MASDERITA SARAGIH: Pengaruh Aplikasi Pupuk Organik (Humus dan Kompos Cocopeat) Terhadap Pertumbuhan Semai Jabon Putih (Anthocephalus cadamba. Roxb. Miq) di bawah bimbingan Dr. Ir. EDY BATARA MULYA SIREGAR, MS dan NELLY ANNA S.Hut., M.Si.
Jabon Putih merupakan salah satu jenis tanaman yang pertumbuhannya sangat cepat dan dapat tumbuh subur di daerah tropis yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Perbanyakan tanaman Jabon Putih di pembibitan mempunyai tujuan utama sebagai upaya penyediaan bibit berkualitas baik dalam jumlah yang memadai sesuai dengan rencana penanaman. Untuk itu penelitian telah dilakukan di rumah kasa Fakultas Pertanian dan di Laboratorium Sentral, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dari bulan September 2013 sampai November 2013 menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu jenis (humus dan kompos cocopeat) dan jumlah pupuk organik (500 gr/polibag, 250 gr/polybag, dan 167 gr/polibag). Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi, pertambahan diameter, jumlah daun, luas daun, berat basah tajuk dan akar, serta berat kering tajuk dan akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, jumlah daun, luas daun,berat basah dan kering tajuk, serta berat basah dan kering akar. Jumlah pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan semai. Sedangkan interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, diameter, berat basah akar dan berat kering akar. Hasil yang terbaik diperoleh pada interaksi perlakuan A1B1 (humus 500 gr/polibag).
Kata kunci : Jabon Putih, Pupuk Organik, Pertumbuhan Semai
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
MASDERITA SARAGIH: Effect of Organic Fertilizer Application (Humus and Compost Cocopeat) on growth of seedling Jabon Putih (Anthocephalus cadamba. Roxb. Miq) under the guidance of Dr. Ir. EDY BATARA MULYA SIREGAR, MS and NELLY ANNA S.Hut., M.Sc.
Jabon Putih is one kind of plant that is growing very fast and can flourish in the tropics that can be used for various purposes. Jabon Putih plant propagation in the nursery as a main goal the provision of good-quality seed in adequate amounts in accordance with the planting plan. For that research has been done on the home screen in the Faculty of Agriculture and the Central Laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra from September 2013 to November 2013 using a completely randomized factorial design with 2 factors, namely the type (humus and compost cocopeat) and the amount of organic fertilizer (500 g/polybag, 250 gr/polybag, and 167g/polybag). Parameters measured were higher accretion, accretion diameter, number of leaves, leaf area, fresh weight and root crown, and crown and root dry weight. The results showed that the type of organic fertilizer significantly affected as height, number of leaves, leaf area, fresh weight and dry canopy, as well as wet and dry weight of roots. The number of organic fertilizer had no significant effect on seedling growth parameters. While the interaction of treatment type and amount of organic fertilizer significantly affected as height, diameter, root fresh weight and dry weight of roots. The best results obtained on the interaction of treatment A1B1 (humus 500 g/polybag).
Keywords: Jabon Putih, Organic Fertilizer, Growth of Seedling
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kebutuhan kayu di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan,
sementara produksi dari hutan alam semakin menurun. Oleh karena itu perlu adanya pembangunan hutan tanaman baik hutan tanaman industri (HTI) maupun hutan rakyat yang merupakan pengelolaan hutan yang sangat penting sebagai salah satu sasaran untuk memenuhi kebutuhan kayu. Program pembangunan hutan cenderung memilih jenis-jenis yang mudah ditangani, baik dari jenis-jenis asli setempat ataupun yang berasal dari luar. Di Indonesia pembangunan hutan masih didominasi oleh jenis-jenis seperti Acacia mangium, Acacia crasicarpa, Eucalyptus urophylla dan Eucalyptus deglupta (Krisnawati, dkk., 2011).
Selain jenis-jenis tanaman tersebut masih banyak jenis tanaman endemik/tanaman asli Indonesia yang mempunyai keunggulan dalam pertumbuhan maupun kualitas kayunya. Salah satunya adalah jenis Jabon Putih. Jabon Putih merupakan salah satu jenis tanaman yang pertumbuhannya sangat cepat dan dapat tumbuh subur di hutan tropis, dengan jenis tanah liat, tanah lempung, podsolik, cokelat, dan tanah berbatu. Sehingga Jabon Putih dapat digunakan untuk berbagai tujuan diantaranya, penghijauan, reklamasi lahan bekas tambang dan pohon peneduh (Mulyana dkk., 2010). Untuk mendapatkan tanaman yang baik perlu dilakukan pembudidayaannya yang baik pula. Perbanyakan tanaman (pembibitan) mempunyai tujuan utama sebagai upaya penyediaan bibit berkualitas baik dalam jumlah yang memadai sesuai dengan rencana penanaman.
1
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hendromono (2003) mutu bibit sangat dipengaruhi oleh cara pengolahan dan bahan yang digunakan untuk memproduksi bibit di persemaian.
Bahan atau media tumbuh tanaman yang biasa digunakan pada saat pembibitan adalah top soil. Penggunaan top soil tidak cukup untuk menghasilkan bibit yang berkualitas, maka perlu diberikan penambahan unsur hara bagi tanaman. Unsur hara yang diperlukan tanaman dapat diperoleh dengan penambahan pupuk (Rosmarkan dan Yuwono, 2002).
Media pembibitan yang baik adalah tanah yang mempunyai sifat fisik seperti agregat mantap, kapasitas penahan air yang baik dan total ruang pori optimal. Selain itu tanah juga harus mempunyai sifat kimia yang baik yaitu mengandung bahan organik yang tinggi, mengandung unsur hara makro dan mikro yang cukup, mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi dan lain sebagainya. Kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat diperoleh dari penggunaan pupuk organik. Menurut Hakim dkk., (1986) pupuk organik adalah hasil akhir atau hasil dari perubahan atau penguraian bagian-bagian/sisa tumbuhan dan hewan. Berdasarkan cara pembentukannya pupuk organik terdiri dari berbagai jenis yaitu, pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, humus dan pupuk burung atau guano (Lingga dan Marsono, 2004). Humus adalah sisa tumbuhan berupa daun, akar, cabang dan batang yang sudah membusuk secara alami lewat bantuan mikroorganisme (di dalam tanah) dan cuaca (di atas tanah).
Selain penggunaan pupuk organik yang berasal dari sisa tumbuhan alternatif lain yang bisa digunakan adalah penggunaan kompos cocopeat (sabut kelapa). Kompos cocopeat memiliki karakter fisik dan kimia yang sangat potensial untuk media tanam. Kompos cocopeat merupakan natural soil
Universitas Sumatera Utara
conditioner, memiliki kadar pH antara 5–8 dan mudah dalam pertukaran ion (Awang, 2009 dalam Agustin, dkk., 2010).
Berdasarkan hal tersebut, penulis perlu melakukan penelitian mengenai “Pengaruh aplikasi pupuk organik (humus dan kompos cocopeat) terhadap pertumbuhan semai jabon putih (Anthocephalus cadamba. Roxb. Miq). Tujuan
Penelitian bertujuan untuk mengetahui interaksi antara jenis pupuk organik dan jumlah pupuk organik dan kombinasi taraf perlakuan terbaik dari penambahan pupuk organik humus dan kompos cocopeat terhadap pertumbuhan semai Jabon Putih. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai informasi bagi ilmu pengetahuan mengenai tingkat pertumbuhan
berbagai parameter Jabon Putih pada media tanam dengan penambahan pupuk organik. 2. Sebagai bahan pertimbangan dna masukan dalam pengaplikasian pupuk organik (humus dan kompos cocopeat) bagi pihak-pihak yang mengembangkan hutan tanaman baik dalam HTI maupun pengembangan hutan rakyat jenis Jabon Putih. Hipotesis Penelitian 1. Adanya pengaruh interaksi antara jenis pupuk organik (humus dan kompos cocopeat) terhadap pertumbuhan semai Jabon Putih. 2. Adanya kombinasi taraf perlakuan terbaik dari pemberian pupuk organik (humus dan kompos cocopeat) terhadap pertumbuhan semai Jabon Putih.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Jabon Putih
Jabon Putih merupakan jenis pohon cepat tumbuh yang masuk dalam
famili Rubiaceae dan genus Anthocepalus, A. cadamba Roxb. Miq. ini bersinonim
dengan A. chinensis (Lamk) A. Rich, A. macrophyllus Roxb. Havil,
A. indicus Rich., A. morindaefolius Korth, Nauclea cadamba (Roxb.),
Neolamarkcia cadamba (Roxb) Bosser, Sarcocephalus cadamba (Roxb) Kurz.
Jabon Putih memiliki nama daerah galupai, johan, kalampain, kelempi
(Sumatera); jabon, jabun, hanja, kalampeyan, kelampaian (Jawa); jabon, jabun,
haja, kelampeyan (Kalimantan); pontua, suge manai, pekaung, toa (Sulawesi);
gumpayan, kelapan, mugawe (Nusa Tenggara); dan di Irian Jaya dinamakan
paribe, masarambi (Mansur, 2010).
Ciri umum Jabon yaitu kayu teras berwarna putih sampai putih
kekuningan. Batas antara kayu teras dengan kayu gubal tidak tegas. Kayu jabon
memiliki corak polos dengan tekstur agak halus dan rata. Arah seratnya lurus
kadang agak berpadu. Kayu ini memiliki permukaan agak mengkilap sampai
mengkilap, memiliki kesan raba yang licin sampai licin dan tingkat kekerasannya
agak lunak sampai agak keras (Martawidjaya, dkk., 1989).
Berdasarkan ciri-cirinya, taksonomi Jabon Putih digolongkan sebagai
berikut (Mansur dan Tuheteru, 2011):
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisi
: Magnoliophyta (berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
4
Universitas Sumatera Utara
Ordo
: Rubiales
Familia
: Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus
: Anthocephalus
Spesies
: Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.
Kegunaan
Jabon merupakan jenis tumbuhan lokal yang dapat direkomendasikan
untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman karena pemanfaatan
kayunya sudah dikenal luas oleh masyarakat. Jabon merupakan jenis kayu yang
mempunyai berat jenis rata-rata 0,42 (0,29-0,56), kelas kuat III-IV dan kelas awet
V. Kayu jabon banyak digunakan untuk korek api, kayu lapis, peti pembungkus,
cetakan beton, mainan anak-anak, pulp dan kertas, kelompen dan kontruksi
darurat yang ringan. Kayunya mudah dibuat venir tanpa perlakuan pendahuluan
dengan sudut kupas 92º untuk tebal 1,5 mm. Perekatan venir kayu Jabon dengan
urea-formaldehida menghasilkan kayu lapis yang memenuhi persyaratan standard
Indonesia, Jepang, dan Jerman (Martawidjaya dkk., 1989).
Menurut Mulyana dkk., (2010) beberapa keunggulan tanaman Jabon
Putih dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Diameter batang dapat tumbuh hingga 10 cm/tahun.
2. Pemanenan kayu jabon relatif singkat (5 - 6 tahun).
3. Batang berbentuk silinder dengan tingkat kelurusan yang bagus.
4. Tidak memerlukan pemangkasan karena cabang akan rontok sendiri saat
tumbuh (self pruning).
5. Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan sengon.
6. Jabon termasuk tumbuhan pionir dan dapat tumbuh dilahan terbuka atau
Universitas Sumatera Utara
kritis, seperti tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, dan tanah berbatu. 7. Tanaman jabon relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit bila
dibandingkan dengan sengon. Silvikultur
Jabon Putih merupakan jenis tumbuhan penghasil kayu yang memiliki biji sangat kecil sehingga untuk mengekstraksi atau memisahkan biji jabon dari buahnya membutuhkan teknik khusus. Hartanto (2011) mengemukakan bahwa biji jabon dapat diekstraksi dengan dua cara yaitu melalui ekastraksi kering dan ekstraksi basah. Dikemukan juga bahwa pemisahan biji dari daging buah jabon dengan cara ekstraksi kering memiliki kemurnian yang lebih kecil dibandingkan dengan ekstraksi basah yaitu kurang dari 50%, hal ini disebabkan karena biji tercampur dengan serbuk daging buah. Ekstraksi kering sering kali sulit dibedakan antara biji dan daging buah yang berukuran hampir sama, sedangkan dalam ekstraksi basah kemurnian biji jabon dapat mencapai 100% dan biji dapat dilihat dengan jelas.
Menurut Martawidjaya dkk., (1989) perbanyakan Jabon Putih dapat dilakukan dengan stump maupun stek pucuk dan relatif mudah dilakukan. Bibit jabon yang siap ditanam di lapangan adalah bibit yang berumur 3 bulan. Waktu penanaman bibit jabon di lapangan yang baik dilakukan pada permulaan musim hujan dan curah hujan sudah cukup banyak sehingga tanah telah cukup lembab agar pertumbuhan bibit dapat lebih tahan pada permulaannya. Jabon tidak menuntut persyaratan tumbuh yang tinggi, akan tetapi untuk investasi sebaiknya dilakukan pada tanah yang subur dan drainase baik. Jarak tanam 3 x 2 m atau 5 x 5 m tergantung tujuan penanaman, murni atau tumpang sari. Lubang tanam 30 x
Universitas Sumatera Utara
30 x 30 cm atau 40 x 40 x 40 cm tergantung kondisi tanah (Direktorat Jenderal Kehutanan, 1980). Peranan Pupuk Bagi Tanaman
Unsur yang diserap untuk pertumbuhan dna metabolisme tanaman dinamakan hara tanaman. tanaman memerlukan unsur hara ensensial yang diperoleh dari tanah (Hakim dkk., 1986). Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur hara lain dan apabila unsur hara tidak tersedia maka kegiatan metabolisme akan terganggu. Menurut Khaeruddin (1999) bahwa ada 16 unsur hara yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhannya, unsur hara tersebut dapat dibedakan menjadi unsur hara gas, unsur hara mikro dan unsur hara makro.
Pengertian klasifikasi pupuk dapat dilihat dari beberapa segi yaitu atas dasar pembentukannya yaitu yang terdiri dari pupuk alam dan pupuk buatan, atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya yang terdiri dari pupuk tunggal dan pupuk majemuk, dan atas susunan kimiawi yang mempunyai hubungan penting dengan perubahan-perubahan di dalam tanah. Pupuk alam diantaranya terdiri dari pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, dan guano (Marsono dan Sigit, 2002).
Hakim dkk., (1986) pupuk adalah setiap bahan organik maupun anorganik, alami atau buatan, mengandung satu atau lebih unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal tanaman yang dapat diberikan pada tanah atau tanaman. sedangkan pemupukan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memberikan unsur hara ke tanah atau tanaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal tanaman.
Pemupukan juga mempunyai maksud mencapai kondisi dimana tanah
Universitas Sumatera Utara
memungkinkan tanaman tumbuh dengan sebaik-baiknya. Pertumbuhan tidak saja tergantung dari tersedianya berbagai zat makanan dalam jumlah yang cukup, tetapi juga dari persyaratan lain seperti struktur dan kondisi derajat keasaman tanah. Keadaan tanah yang baik berarti pula bahwa tanaman dapt dengan mudah menyerap makanan melalui pertumbuhan akarnya yang kuat, dibandingkan dengan jika pertumbuhannya kurang baik (Rinsema, 1993).
Menurut Marsono dan Sigit (2002), cara yang paling umum untuk meningkatkan produkivitas adalah melalui pemupukan yang dapat meningkatkan modal hara tempat tumbuh dengan menambahkan sumber hara yang langsung tersedia. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor antara lain sinar matahari, suhu, udara, air, dan unsur-unsur hara dalam tanah (N, P, K dan lain-lain). Satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi keterdiaan unsur hara tanah adalah pemupukan. Melalui pemupukan tanaman dapat tumbuh optimal dan berproduksi maksimal. Pupuk Organik
Kelebihan pupuk organik antara lain: a. Mengubah struktur tanah menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan akar
tanaman lebih baik pula. b. Meningkatkan daya serap dan daya pegang tanah terhadap air sehingga
tersedia bagi tanaman. c. Memperbaiki kehidupan organisme tanah (Marsono dan Sigit, 2002).
Menurut Novizan (2005) manfaat pupuk organik adalah dapat menyediakan unsur hara makro dan mikro, mengandung asam humat (humus)
Universitas Sumatera Utara
yang mampu meningkatkan pH pada tanah masam penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan polusi air. Ditambahkan Hakim dkk., (1986) bahwa pada bahan organik nilai C/N bahan organik sangat menentukan reaksi dalam tanah. Bila C/N bahan organik tinggi maka akan terjadi persaingan N atara tanaman dan mikroba, dalam hal ini N diimobilisasi. Suatu dekomposisi bahan organik yang lanjut dicirikan oleh C/N yang rendah, sedangkan C/N yang tinggi menunjukkan dekomposisi belum lanjut atau baru mulai. Lapisan tanah bagian atas pada umumnnya mengandung bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan tanah dibawahnya. Karena akumulasi bahan organik inilah lapisan tanah tersebut berwarna gelap dan merupakan lapisan tanah yang subur sehingga penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman di polibag (Islami dan Utomo, 1995).
Humus merupakan senyawa kompleks agak resisten terhadap pelapukan, berwarna cokelat, amorfus bersifat kolodial dan berasal dari jaringan tumbuhan atau binatang yang telah dimodifikasikan dan disintesiskan oleh berbagai jasad renik. Penggunaan humus sebagai media tanam pembibitan sangat baik karena humus adalah bahan organik yang telah mengalami dekomposisi akan berpenagruh terhadap pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Selain itu merupakan sumber N, P, K dan S serta karbon sekitar 55%-60% yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhannya (Hakim, dkk., 1986).
Kardin (2010) menyatakan hal terpenting dari proses pembentukan humus adalah bahwa proses pembentukannya memiliki kaitan yang sangat erat antara unsur Carbon (C) dan Nitrogen (N). Menurut Kardin (2010) humus mengandung
Universitas Sumatera Utara
bahan-bahan sebagai berikut:
Tabel 1. Komponen utama dan sifat kimia humus
Unsur
Komposisi
Sifat kimia
Lignin
45% Nitrogen (N)
Protein
35% C/N
Karbohidrat
11%
Lemak, Damar dan Lilin
3%
Tidak diketahui
6%
Sumber : Kardin (2010)
Total 5,6% 10,04%
Kompos cocopeat (serbuk sabut kelapa) mengandung unsur-unsur hara
makro yang dibutuhkan tanaman. unsur-unsur makro tersebut merupakan
komponen utama kompos cocopeat. Herath (1993) melakukan penelitian terhadap
komponen utama kompos cocopeat, seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komponen utama dan sifat kimia kompos cocopeat
Unsur
Total (ppm)
Sifat kimia
Total Nitrogen (N)
5238
Selulosa
Fosfor (P)
330 Hemiselulosa
Kalium (K)
9787
Lignin
Calsium (Ca)
2521
Pentosan
Magnesium (Mg)
2006
pH
C/N
Sumber : Herath (1993) dalam Adiyati (1999).
Komposisi 34 % 9% 44 % 13 % 4-8
110-200
Banzon dan Velsco (1982) dalam Tyas (2000), menyatakan bahwa
kompos cocopeat banyak mengandung unsur hara, dengan K dan Cl merupakan
unsur dominan. Sifak fisik kompos cocopeat antara lain memiliki porositas 95%
dan bulk density ± 0,25 gram/ml. Herath (1993) juga menyatakan bahwa sifat fisik
lain kompos cocopeat adalah memiliki kemampuan untuk menyerap air 6 kali
sampai 8 kali bobot keringnya.
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2013 sampai November
2013 di rumah kasa Pertanian dan Laboratorium Sentral Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bibit tanaman Jabon Putih (A. cadamba) umur 2 bulan, polibag ukuran 2 kg, pupuk organik (humus dan kompos kompos cocopeat), air, dan media top soil, dan pupuk daun Growmore.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayakan, cangkul, gembor, jangka sorong, penggaris, alat tulis, pisau cutter, oven, timbangan digital, dan kamera. Pelaksanaan Penelitian
1) Persiapan lahan Lokasi pembibitan dekat dengan sumber air, memiliki drainase yang baik
dan mudah diawasi, berguna untuk menjaga kondisi areal pembibitan dari genangan air akibat hujan deras.
2) Penyediaan bahan tanaman (semai) Bibit tanaman yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penjual
bibit tanaman jabon yang berada di daerah kota Medan. Sebelum dilakukan percobaan dilakukan seleksi bibit yang akan digunakan agar diperoleh bibit yang seragam dari segi umur, keadaan fisik dan kesehatan bibit.
3) Persiapan media tanam
11
Universitas Sumatera Utara
Media tanam yang digunakan adalah campuran antara top soil + humus dan top soil + kompos cocopeat yang komposisinya sesuai dengan perlakuan yang diujicobakan. Media top soil diayak terlebih dahulu agar terpisah dari kotoran untuk selanjutnya dilakukan penimbangan top soil, humus dan kompos cocopeat untuk dimasukkan ke dalam polibag. Setiap polibag berisi media top soil sebanyak 1 kg dengan penambahan jenis dan jumlah pupuk organik (humus dan kompos cocopeat) yang telah ditentukan.
4) Penanaman Semai yang telah berumur 2 bulan disapih kemudian ditanam di dalam
polibag hitam 2 kg yang telah diisi dengan media tanam sesuai perlakuan. 5) Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, dan penyiangan, pemberian
pupuk daun Growmore. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari dan disesuaikan dengan cuaca. Penyiangan dilakukan bila terlihat ada gulma yang tumbuh pada media tanam
6) Pemupukan Pemberian pupuk daun Growmore disemprotkan pada permukaan daun
semai dengan konsentrasi 2 gr/L air. Pemberian pupuk daun dilakukan sebanyak 8 kali dengan interval satu minggu sekali dan penyemprotan dilakukan saat semai A. cadamba berumur 2 minggu setelah di tanam. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial (Gomez dan Gomez, 1995) dengan 2 faktor perlakuan dan ulangan sebanyak 5 kali dimana:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Kombinasi perlakuan
Faktor I : Jenis Pupuk Organik (A)
Faktor II : Jumlah Pupuk Organik (B)
A1 = Humus
B1 = pupuk organik 500 gram
B2 = pupuk organik 250 gram
B3 = pupuk organik 167 gram
A2 = Kompos kompos cocopeat
B1 = pupuk organik 500 gram
B2 = pupuk organik 250 gram
B3 = pupuk organik 167 gram
Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan yaitu:
A1B1
A2B1
A1B2
A2B2
A1B3
A2B3
Jumlah kombinasi perlakuan adalah : 2 x 3
: 6 perlakuan
Jumlah ulangan
: 5 ulangan
Jumlah tanaman seluruhnya
: 30 tanaman
Parameter Penelitian
Sebelum pengamatan, dilakukan terlebih dahulu pengambilan data awal
tiap parameter. Pengamatan mulai dilakukan 2 minggu setelah tanam (2 MST),
selama 8 minggu dan parameter yang diamati adalah:
a) Tinggi semai (cm)
Tinggi semai diukur mulai dari pangkal batang dipermukaan tanah sampai
titik tumbuh terakhir. Pengukuran tinggi dilakukan dengan mennggunakan
penggaris.
b) Diamater semai (mm)
Pengukuran diameter dilakukan dengan menggunakan jangka sorong
dengan dua arah yang berlawanan dan saling tegak lurus terhadap batang,
kemudian hasil kedua pengukuran tersebut dirata-ratakan.
c) Jumlah daun (helai)
Universitas Sumatera Utara
Pengamatan jumlah daun semai dilakukan dengan cara menghitung jumlah
daun yang telah terbuka sempurna. d) Luas daun (cm2)
Pengukuran luas permukaan daun dilakukan pada akhir penelitian. Luas
permukaan daun diukur dengan menggunakan program Image J dari NIH
(National Institute of Health).
e) Berat basah tajuk dan akar (g)
Perhitungan berat basah akar dan tajuk dilakukan setelah selesai kegiatan
pemanenan bibit A. cadamba. Akar dan tajuk, yang baru dipanen dimasukkan ke
dalam amplop dan diberi label sesuai dengan perlakuan, dan selanjutnya
dilakukan penimbangan berat basah.
Perhitungan berat kering akar dan tajuk dilakukan setelah perhitungan
berat basah akar dan tajuk. Sampel tanaman dimasukkan ke dalam amplop sesuai
perlakuan dan dioven selama kurang lebih 12 jam dengan suhu 70ºC.
Analisis Data
Data dianalisis secara statistik menggunakan pola rancangan acak lengkap
faktorial. Jika hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh yang nyata akibat dari
perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan pada taraf P