Pengaruh Pupuk Daun Organik terhadap Peningkatan Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.)

PENGARUH PUPUK DAUN ORGANIK TERHADAP
PENINGKATAN PERTUMBUHAN BIBIT JABON
(Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.)

ANINDITA JULIAN

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pupuk Daun
Organik terhadap Peningkatan Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba
Roxb. Miq.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2013
Anindita Julian
NIM E44062843

ABSTRAK
ANINDITA JULIAN. Pengaruh Pupuk Daun Organik terhadap Peningkatan
Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.). Dibimbing oleh
ARUM SEKAR WULANDARI.
Tanaman jabon yang berkualitas baik dapat diperoleh dengan menambahkan
unsur hara pada tanaman tersebut melalui pemupukan. Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan pertumbuhan jabon dengan aplikasi pupuk daun organik X.
Penelitian dilakukan di rumah kaca ini menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL). Pupuk daun organik X diaplikasikan pada bibit jabon 2 minggu sekali
selama 16 minggu. Peubah yang diamati ialah tinggi, diameter, berat basah pucuk
dan akar, berat kering pucuk dan akar, panjang akar, nisbah pucuk akar dan indeks
mutu bibit. Hasil penelitian menunjukkan dari 9 peubah yang diamati terdapat 3
peubah yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit jabon, yaitu: tinggi,
berat basah dan kering pucuk. Aplikasi pupuk daun organik X dengan konsentrasi

0.4% dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi bibit jabon yaitu 10.62 cm
(peningkatannya 20.14%), berat basah pucuk seberat 8.24 g (peningkatannya
66.13%) dan berat kering pucuk seberat 1.26 g (peningkatannya 72.60%)
Kata kunci: Anthocephalus cadamba, pertumbuhan, pupuk daun organik

ABSTRACT
ANINDITA JULIAN. The effect of organic leaf fertilizer on the increasing
growth of Anthocephalus cadamba seeds. Supervised by ARUM SEKAR
WULANDARI.
Jabon with good quality can be gained by adding nutrient to plant through
fertilizer. This research aims to increase the growth of jabon through the
application of X organic leaf fertilizer. The research was conducted in greenhouse
with using the randomized complete design (RAL). X organic leaf fertilizer
applied to jabon seeds every 2 weeks during the 16 weeks. The variables are
height, diameter, fresh weight of shoot and root, dry weight of shoot and root,
length of root, root shoot ratio and seed quality index. The results showed that 3
variables out of 9 variables are significantly affected to the growth of jabon seeds,
such as height, fresh weight and dry weight of shoot. The application of X organic
leaf fertilizer with 0.4% concentration can increase 10.62 cm height of jabon
seeds (20.14%), 8.24 grams fresh weight of shoot (66.1%) and 1.26 grams dry

weight of shoot (72.60%).
Keywords: Anthocephalus cadamba, growth, organic leaf fertilizer

PENGARUH PUPUK DAUN ORGANIK TERHADAP
PENINGKATAN PERTUMBUHAN BIBIT JABON
(Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.)

ANINDITA JULIAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


Judul Skripsi : Pengaruh Pupuk Daun Organik terhadap Peningkatan Pertumbuhan
Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.)
Nama
: Anindita Julian
NIM
: E44062843

Disetujui oleh

Dr Ir Arum Sekar Wulandari, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini ialah Pengaruh Pupuk
Daun Organik terhadap Peningkatan Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus
cadamba Roxb. Miq.).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Arum Sekar Wulandari, MS
selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, sahabat serta teman-teman,
atas segala doa, dukungan, motivasi dan kasih sayangnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan pada umumnya.

Bogor, Februari 2013
Anindita Julian

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2

Alat dan Bahan

3


Metode Penelitian

3

Pengamatan dan Pengambilan Data

3

Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN

5
5
10

12

Simpulan

12

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP


16

DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh penyemprotan pupuk daun

organik X terhadap bibit jabon selama 16 minggu pengamatan

5

2 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik X terhadap pertumbuhan

tinggi bibit jabon selama 16 minggu pengamatan

7

3 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik X terhadap pertumbuhan

diameter bibit jabon di rumah kaca selama 16 minggu pengamatan

7


4 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik X terhadap berat basah

pucuk dan akar, dan berat kering pucuk dan akar bibit jabon

8

5 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik X terhadap panjang akar

bibit jabon di rumah kaca selama 16 minggu pengamatan

9

6 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik X terhadap nisbah pucuk

akar bibit jabon selama 16 minggu pengamatan
7 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik X terhadap indeks mutu
bibit jabon selama 16 minggu pengamatan
8 Kandungan unsur hara pupuk daun organik X

9
9
10

DAFTAR GAMBAR
1 Pertumbuhan tinggi bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan

pupuk daun organik X selama 16 minggu pengamatan
2 Perbedaan tinggi bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan
pupuk daun organik X selama 16 minggu pengamatan
3 Perbedaan besar diameter bibit jabon yang diberi perlakuan
penyemprotan pupuk daun organik X selama 16 minggu pengamatan
4 Perbandingan akar bibit jabon yang telah dipanen

6
6
7
8

DAFTAR LAMPIRAN
1 Layout susunan bibit jabon di rumah kaca (K= kontrol; 3x= 0.3%; 4x=

0.4%; 5x= 0.5%; 6x= 0.6%)
2 Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah
3 Hasil analisis kandungan unsur hara yang terkandung dalam pupuk

daun organik X

14
14
15

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan kayu di Indonesia setiap tahun meningkat seiring dengan
meningkatnya pembangunan masyarakat. Hampir setengahnya masuk ke industri
pembuatan kayu lapis atau plywood. Pada era 70-an, 100% industri kayu
mengandalkan hutan alam sebagai sumber pasokan. Namun, laju kerusakan hutan
alam yang mencapai 2,87 juta ha per tahun membuat pasokan kayu berkurang
tajam. Untuk memenuhi kebutuhan kayu tersebut industri kayu harus beralih pada
kayu hasil budidaya, yaitu kayu yang berasal dari hutan tanaman dan hutan rakyat.
Kebutuhan kayu nasional Indonesia yang mencapai lebih dari 60 juta m3/tahun
memberikan peluang bisnis yang semakin besar bagi petani dan industri untuk
mencari jenis-jenis kayu cepat tumbuh (fast growing species) dengan rotasi tebang
yang pendek. Kayu cepat tumbuh harus memenuhi beberapa persyaratan antara
lain waktu masak tebang atau panen relatif pendek, pengelolaan relatif mudah,
persyaratan tempat tumbuh tidak rumit, hasil kayu multiguna, permintaan pasar
terus menerus, mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu, memiliki nilai
produk akhir yang tinggi dan bisa diolah luas seperti kayu gergajian, plywood,
kayu lapis atau veneer (Halawane et al. 2011).
Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan jenis pohon cepat tumbuh dan
berpotensi untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman, hutan
rakyat, maupun tujuan lainnya seperti: penghijauan, reklamasi lahan bekas
tambang, dan pohon peneduh (Mulyana et al. 2011). Kayu jabon termasuk dalam
kayu ringan yang dapat digunakan untuk papan, peti, tripleks, dan korek api
(Tantra 1980). Selain itu kayu jabon dapat digunakan untuk cetakan beton,
mainan anak-anak dan pulp (Brik 2003).
Ketinggian optimal yang menunjang produktivitas jabon adalah kurang dari
500 m dpl. Kondisi lingkungan tumbuh yang dibutuhkan jabon adalah tanah
lempung, podsolik cokelat, dan aluvial lembab yang biasanya terpenuhi di daeerah
pinggir sungai, daerah peralihan antara tanah rawa, dan tanah kering yang kadangkadang tergenangi air. Selain ketinggian optimal dan kondisi lingkungan yang
menunjang pertumbuhan jabon, ketersediaan unsur hara juga merupakan hal yang
penting dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman
sehingga dapat menghasilkan kualitas tanaman yang baik.
Tanaman membutuhkan unsur hara baik unsur hara makro dan mikro
selama pertumbuhannya. Penambahan unsur hara dapat dilakukan dengan
pemberian pupuk. Pupuk merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam tanah
(pupuk akar) ataupun tanaman (pupuk daun) untuk menyediakan unsur hara yang
penting bagi pertumbuhan tanaman. Penggolongan pupuk umumnya berdasarkan
pada sumber bahan yang digunakan, cara pengaplikasian, bentuk, dan kandungan
unsur haranya.
Berdasarkan sumber bahan yang digunakan, pupuk dapat dibedakan menjadi
dua yaitu pupuk anorganik dan organik. Pupuk organik merupakan pupuk yang
sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa
tanaman atau hewan yang telah mengalami rekayasa, berbentuk padat atau cair

yang digunakan untuk memasok bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah (Balittanah 2006).
Berdasarkan bentuknya pupuk organik dibagi dua yaitu cair dan padat.
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk buatan yang saat ini banyak
beredar di pasaran. Pupuk organik dihasilkan melalui proses fermentasi dengan
memanfaatkan berbagai jenis mikroorganisme alami yang bermanfaat bagi
aktivitas fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik mempunyai komposisi
kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut
rendah. Keuntungan utama menggunakan pupuk organik adalah dapat
memperbaiki kesuburan kimia, fisik dan biologis tanah, selain sumber hara bagi
tanaman (Suriadikarta dan Setyorini 2005).
Pupuk organik cair diaplikasikan pada tanaman dengan cara penyemprotan
melalui daun. Menurut Lingga dan Marsono (2011), kelebihan pemberian pupuk
melalui daun dibandingkan dengan pemberian pupuk melalui tanah ialah
penyerapan pupuk lebih efisien, jumlah pupuk yang diberikan lebih sedikit, tidak
menimbulkan kerusakan pada sistem perakaran tanaman, kelarutan pupuk daun
lebih baik dibandingkan dengan pupuk akar, pemberiannya lebih merata dan dapat
memenuhi kebutuhan tanaman akan hara. Di samping itu ada beberapa kelemahan
pemberian pupuk melalui daun (Muhadjir et al. 1989), yaitu unsur hara yang
diberikan terbatas, konsentrasi atau dosis yang tinggi dapat menyebabkan
keracunan (fitotoksik), mudah tercuci oleh air terutama pada musim hujan. Hara
yang dibutuhkan tanaman relatif sedikit dan bersifat berkelanjutan, sehingga
pupuk daun diberikan lebih sering dengan dosis yang rendah (Lingga dan
Marsono 2011).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan bibit jabon
dengan aplikasi pupuk daun organik X. Pupuk daun organik X merupakan pupuk
yang masih dalam tahap uji coba, belum mempunyai nama dan belum beredar di
pasaran.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh
penyemprotan pupuk daun organik X terhadap pertumbuhan bibit jabon dan
merekomendasikan konsentrasi pupuk daun organik X yang tepat untuk
meningkatkan pertumbuhan bibit jabon.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2012.
Bertempat di Rumah Kaca Silvikultur dan Laboratorium Silvikultur Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan ialah timbangan dengan ketelitian 10-2, kaliper dan
oven. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah bibit jabon umur 4
minggu, tanah, arang sekam, polibag ukuran 20 cm x 20 cm dan pupuk daun
organik X.
Metode Penelitian
Penyiapan media tanam
Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini ialah campuran tanah dan
arang sekam dengan perbandingan 2:1. Media tanah dibersihkan dari kotoran
kemudian dikeringudarakan. Selanjutnya media tanah dan arang sekam dicampur
dalam bak, dan dimasukkan dalam polibag berukuran 20 cm x 20 cm. Setelah itu,
media tanam disiram dengan air hingga jenuh.
Penyiapan bibit
Bibit jabon yang digunakan memiliki tinggi antara 5–7 cm. Bibit diperoleh
dari penjual bibit di jalan Cangkrang Dramaga, Bogor.
Pemindahan bibit ke media tanam baru
Penanaman dilakukan pada saat sore hari, di saat matahari sudah berkurang
sinarnya. Media tanam yang sudah ditempatkan dalam polibag diberi lubang
dengan ranting untuk membuat lubang tanam. Plastik pembungkus bibit jabon
dilepaskan dengan hati-hati, kemudian bibit jabon dipidahkan ke media tanam
baru dengan volume yang lebih besar hingga bagian akarnya terbenam. Bibit
kemudian disiram secara hati-hati.
Aplikasi pupuk daun
Berdasarkan informasi dari produsen, pemberian pupuk daun organik X
tidak perlu dibarengi dengan pemberian pupuk akar. Pupuk disemprotkan pada
daun tanaman dengan menggunakan sprayer. Penyemprotan dilakukan setiap dua
minggu sekali selama empat bulan. Konsentrasi pupuk yang diberikan pada
tanaman ialah 0% (kontrol), 0.3%, 0.4%, 0.5% dan 0.6% (v/v).
Pemeliharaan
Bibit jabon diletakkan dalam rumah kaca sesuai dengan layout rancangan
percobaan yang digunakan (Lampiran 2). Penyiraman dilakukan pada pagi dan
sore hari. Jika terasa masih basah maka penyiraman tidak dilakukan.
Pengamatan dan Pengambilan Data
Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan tinggi dan
diameter bibit, berat basah, berat kering tanaman, panjang akar, nisbah pucuk akar
(NPA) dan indeks mutu bibit (IMB).
Tinggi bibit (cm)
Pengukuran tinggi dilakukan setelah penanaman, selanjutnya tinggi diukur
setiap minggu selama 16 minggu. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan

mistar mulai dari pangkal batang yang sudah ditandai terlebih dahulu dengan
spidol hingga titik tumbuh pucuk.
Diameter bibit (mm)
Pengukuran diatemer bibit dilakukan dengan menggunakan kaliper, diukur
pada pangkal batang yang sudah ditandai sama seperti pada pengukuran tinggi.
Pengukuran dilakukan pada awal dan selanjutnya tiap empat minggu sekali
selama 16 minggu.
Berat Basah Tanaman
Pengukuran dilakukan pada akhir pengamatan. Sampel tanaman yang
dipotong bagian pucuk dan akarnya dibungkus kertas secara terpisah, kemudian
ditimbang berat basahnya dengan menggunakan timbangan.
Panjang Akar
Pengukuran dilakukan pada akhir pengamatan dengan menggunakan
penggaris, dimulai dari pangkal akar hingga akar terpanjang.
Berat Kering Tanaman
Pengukuran dilakukan pada akhir pengamatan. Sampel tanaman yang sudah
dipotong bagian pucuk dan akarnya dibungkus kertas secara terpisah, kemudian
dikeringkan dalam oven pada suhu 70°C selama 96 jam. Selanjutnya dilakukan
penimbangan untuk mendapatkan data berat kering pucuk dan berat kering akar.
Nisbah Pucuk Akar
Nisbah pucuk akar ditentukan dengan membandingkan bobot kering pucuk
dengan bobot kering akar.
Indeks Mutu Bibit (IMB)
Ketahanan bibit apabila dipindahkan ke lapangan dapat diketahui dengan
menghitung nilai indeks mutu bibit (IMB). Berikut formula untuk menghitungnya
(Dickson et al. 1960):
(

)

Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini ialah rancangan
acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu pemberian pupuk daun organik X.
Pupuk daun organik X diaplikasikan pada daun jabon dengan lima perlakuan.
Setiap perlakuan diulang sebanyak 10 kali dan setiap ulangan terdiri atas empat
bibit jabon, sehingga jumlah unit percobaan adalah sebanyak 200 bibit.
Perlakuan yang diberikan ialah berbagai konsentrasi pupuk daun organik
X, yaitu kontrol (0%), 0.3%, 0.4%, 0.5% dan 0.6%. Konsentrasi yang dianjurkan
adalah 0.5%.

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap peubah
yang diamati, dilakukan analisis ragam yang diperoleh dari pengolahan data
dengan menggunakan program SAS 9.1. Selanjutnya jika ada pengaruh yang
berbeda dalam masing-masing perlakuan, maka dilakukan uji berganda Duncan
pada taraf kepercayaan 95%. Model rancangan acak lengkap (RAL) pada
penelitian ini menggunakan rumus umum (Mattjik dan Sumertajaya 2006):

i
Yij
µ

1, 2, 3,…,
1, 2, 3,…,
= pengamatan pada perlakuan konsentrasi pupuk ke-i dan
ulangan ke-j
= rataan umum
= pengaruh perlakuan pupuk ke-i
= pengaruh acak pada perlakuan konsentrasi pupuk ke-i dan
ulangan ke- j

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh penyemprotan pupuk daun organik
terhadap peubah pertambahan tinggi, pertambahan diameter, berat basah/kering
pucuk dan akar, panjang akar, nisbah pucuk akar dan IMB dapat dilihat pada
Tabel 1. Perlakuan penyemprotan pupuk daun organik berpengaruh nyata pada
peubah tinggi, berat basah dan kering pucuk.
Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh penyemprotan pupuk daun organik X
terhadap bibit jabon selama 16 minggu pengamatan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Parameter
F-value
Pr>F
Tinggi bibit
*
0.0408
Diameter batang
tn
0.1236
Berat basah pucuk
*
0.0171
Berat basah akar
tn
0.2311
Berat kering pucuk
*
0.0261
Berat kering akar
tn
0.2323
Panjang akar
tn
0.6210
NPA
tn
0.7312
IMB
tn
0.1475
*= berpengaruh nyata pada taraf 5%; tn= tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%

Pertumbuhan tinggi bibit jabon
Pertumbuhan tinggi bobot jabon selama 16 minggu pengamatan dengan
penyemprotan pupuk daun organik X dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Pada
setiap perlakuan, bibit jabon mengalami peningkatan tiap minggunya dan
perlakuan penyemprotan pupuk daun organik pada bibit jabon memberikan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol.

Gambar 1 Pertumbuhan tinggi bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik X
selama 16 minggu pengamatan

Gambar 2 Pertumbuhan tinggi bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun organik
X selama 16 minggu pengamatan

Perlakuan penyemprotan pupuk daun organik X berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tinggi bibit jabon. Untuk mengetahui jenis perlakuan yang berbeda
nyata pada perlakuan pemberian dosis pupuk daun organik X maka dilakukan uji
berganda Duncan (Tabel 2).

Tabel 2 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik X terhadap pertumbuhan tinggi bibit jabon
selama 16 minggu pengamatan
Konsentrasi pupuk (%)

Pertumbuhan tinggi
Peningkatan
(cm)
tinggi (%)
0.0
8.84b
0.3
10.38ab
17.42
0.4
10.62a
20.14
0.5
10.65a
20.48
0.6
11.39a
28.85
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada
selang kepercayaan 5%

Aplikasi pupuk daun organik X dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi
bibit jabon. Konsentrasi pupuk daun organik X sebesar 0.4%, 0.5% dan 0.6%
memberikan peningkatan tinggi yang sama pada bibit jabon.

Pertumbuhan diameter bibit jabon
Penyemprotan pupuk daun organik X tidak memberikan peningkatan
diameter bibit jabon (Tabel 3 dan Gambar 3). Aplikasi pupuk daun organik X
memberikan pertumbuhan diameter yang sama dengan kontrol.
Tabel 3 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik X terhadap pertumbuhan diameter bibit
jabon di rumah kaca selama 16 minggu pengamatan
Konsentrasi pupuk (%)

Pertumbuhan diameter
Peningkatan diameter
(mm)
(%)
0.0
3.00a
0.3
3.15a
5.00
0.4
3.16a
5.33
0.5
3.31a
10.33
0.6
3.36a
12.00
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 5%

Gambar 3 Perbedaan besar diameter bibit jabon yang diberi perlakuan penyemprotan pupuk daun
organik X selama 16 minggu pengamatan

Berat basah/kering pucuk dan akar bibit jabon
Penyemprotan pupuk daun organik X berpengaruh nyata terhadap berat
basah dan kering pucuk bibit jabon, sedangkan perlakuan pupuk daun organik
tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah dan kering akar bibit jabon. Bibit
jabon yang diberi pupuk daun organik X menunjukkan berat basah dan kering
pucuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan bibit jabon tanpa perlakuan pupuk
daun organik X (kontrol) (Tabel 4).
Tabel 4 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik X terhadap berat basah pucuk dan akar, dan
berat kering pucuk dan akar bibit jabon
Konsentrasi
pupuk (%)

Pucuk

0.0
0.3
0.4
0.5
0.6

4.96c
5.69bc
8.42a
5.29c
7.59ab

Peningkatan (%)

Berat basah (g)
14.72
66.13
6.65
53.02

Berat kering (g)
0.0
0.73
0.3
12.33
0.82bc
0.4
72.60
1.26a
0.5
0.80bc
9.59
0.6
54.79
1.13ab
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan
kepercayaan 5%
c

Akar

2.03a
2.52a
3.16a
2.53a
2.39a

Peningkatan (%)

24.14
55.67
24.63
17.73

0.32a
9.38
0.35a
56.25
0.50a
0.34a
6.25
14.00
0.46a
tidak berbeda nyata pada selang

Bibit jabon yang diberi perlakuan pupuk daun organik X dengan konsentrasi
0.4% menunjukkan nilai berat basah dan kering pucuk yang paling tinggi dengan
peningkatan sebesar 66.13% dan peningkatan berat kering pucuk sebesar 72.60%
terhadap kontrol, sedangkan bibit jabon yang tidak diberikan perlakuan pupuk
daun organik X (kontrol) memiliki nilai yang paling kecil, baik itu berat
basah/kering pucuk dan berat basah/kering akar, dibandingkan dengan perlakuan
lainnya.

Gambar 4 Perbandingan akar bibit jabon yang telah dipanen

Panjang akar bibit jabon
Penyemprotan pupuk daun organik X tidak berpengaruh nyata terhadap
panjang akar bibit jabon. Bibit jabon pada semua perlakuan memiliki panjang akar
berkisar antara 24.75 – 29.25 (Tabel 5).
Tabel 5 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik X terhadap panjang akar bibit jabon di
rumah kaca selama 16 minggu pengamatan
Konsentrasi pupuk (%)
0.0
0.3
0.4
0.5
0.6

Rata-rata panjang akar (cm)
25.38a
25.25a
29.25a
28.63a
24.75a

Nisbah pucuk akar bibit jabon
Penyemprotan pupuk daun organik X tidak berpengaruh nyata terhadap
nisbah pucuk akar bibit jabon. Bibit jabon pada semua perlakuan memiliki nilai
NPA antara 2.33 – 2.69 (Tabel 6).
Tabel 6 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik X terhadap nisbah pucuk akar bibit jabon
selama 16 minggu pengamatan
Konsentrasi pupuk (%)
0.0

0.3
0.4
0.5
0.6

Rata-rata nisbah pucuk akar
2.33
2.35
2.56
2.44
2.69

Indeks mutu bibit
Penyemprotan pupuk daun organik X tidak berpengaruh nyata terhadap
indeks mutu bibit jabon. Nilai indeks mutu bibit jabon pada semua perlakuan
berkisar antara 0.20 – 0.30 (Tabel 7).
Tabel 7 Pengaruh penyemprotan pupuk daun organik X terhadap indeks mutu bibit jabon selama
16 minggu pengamatan
Konsentrasi pupuk (%)
0.0
0.3
0.4
0.5
0.6

Indeks mutu bibit
0.20
0.21
0.30
0.20
0.27

Kandungan unsur hara pupuk
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa pupuk daun organik X
tersebut memiliki kandungan unsur K yang sangat tinggi yaitu sebesar 148.18 %,
selain itu juga mengandung unsur N yang sangat tinggi dan unsur P yang sangat
rendah (Tabel 8).

Tabel 8 Kandungan unsur hara pupuk daun organik X*
No
Unsur hara
Nilai (%)
1
Nitrogen (N)
2.72
2
Posfor (P)
0.15
3
Kalium (K)
148.18
4
C-organik
0.33
5
Magnesium (Mg)
5x10-4
6
Besi (Fe)
3x10-4
7
Mangan (Mn)
3x10-5
8
Tembaga (Cu)
4x10-5
9
Seng (Zn)
2x10-4
*analisis dilakukan di Laboratorium Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahan
Fakultas Pertanian IPB

Pembahasan
Tanaman memerlukan unsur hara, baik unsur hara makro dan mikro. Unsur
hara makro merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah
banyak, seperti: C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S; sedangkan unsur hara mikro
merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit, seperti Fe,
Mn, Cu, Zn, Mo, B, Cl, Ni. Ketersedian unsur hara makro dan mikro yang tidak
lengkap akan menghambat proses pertumbuhan, perkembangan dan produktivitas
suatu tanaman. Untuk melengkapi ketersedian unsur hara tersebut dapat dilakukan
dengan pemberian pupuk pada tanaman. Pupuk organik cair selain dapat
memerbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, membantu meningkatkan
produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi
penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang
(Indrakusuma 2000). Pemberian pupuk daun yang bersifat organik pada bibit
jabon dilakukan untuk mengurangi kerusakan lingkungan dan dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman.
Aplikasi pupuk daun organik X dapat meningkatkan pertumbuhan bibit
jabon. Konsentrasi pupuk daun organik X sebesar 0.4%, 0.5% dan 0.6%
memberikan hasil yang sama dalam meningkatkan pertumbuhan bibit jabon.
Penggunaan konsentrasi yang lebih rendah (0.4%) memberikan hasil yang sama
dalam meningkatkan pertumbuhan bibit jabon dibandingkan dengan konsentrasi
yang lebih tinggi (0.5% dan 0.6%), sehingga dianjurkan untuk diaplikasikan di
lapangan dengan menggunakan konsentrasi 0.4%. Hal ini lebih untung secara
ekonomis, karena dengan konsentrasi yang lebih kecil maka jumlah tanaman yang
dapat diberi pupuk akan lebih banyak pula.
Pemberian pupuk daun organik X dapat meningkatkan pertumbuhan karena
adanya penambahan unsur hara. Apabila daun diberi pupuk dengan konsentrasi
yang tepat dan unsur hara yang diberikan dapat terserap sempurna maka akan
merangsang pembelahan sel sehingga dapat meningkatkan tinggi tanaman. Jumlah
daun berperan penting dalam proses fotosintesis dan absorbsi makanan dari luar.
Pemberian pupuk akan lebih efektif melalui daun daripada melalui media. Hal ini
disebabkan daun mampu menyerap pupuk sekitar 90% sedangkan akar mampu
menyerap pupuk sekitar 10% (Triwanto dan Syarifudin 2003). Walaupun
demikian, berdasarkan Lingga dan Marsono (2011) pupuk akar umumnya
mengandung unsur makro lebih banyak, dan pupuk daun mengandung unsur
mikro lebih banyak sehingga pupuk akar dan daun lebih baik diaplikasikan secara

bersamaan. Berdasarkan informasi produsen, pupuk daun organik X dapat
diaplikasikan pada daun dan kandungannya sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan tanaman. Hasil analisis pupuk daun organik X jika dibandingkan
dengan kriteria penilaian sifat kimia tanah Hardjowigeno (2003), menunjukkan
bahwa kandungan unsur hara dari pupuk daun organik X termasuk rendah
sehingga kurang memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Secara keseluruhan
kualitas dan penampakan dari bibit jabon kurang bagus. Hal tersebut dilihat dari
warna daun yang kurang hijau, dan daun yang mudah rontok. Hal ini
menunjukkan perlakuan pupuk daun organik X untuk bibit jabon masih kurang
untuk menyuplai kebutuhan hara sehingga perlu ditambah dengan aplikasi pupuk
akar agar unsur hara yang dibutuhkan saat pertumbuhan dapat terpenuhi. Pupuk
daun organik X memiliki kandungan unsur K yang sangat tinggi. Unsur K
berfungsi untuk meningkatkan kerja enzim, mentranslokasi gula dan pati dan
menghambat perkembangan penyakit pada tanaman. Namun unsur hara ini dapat
berfungsi optimal pada tanaman saat masa generatif, sehingga kurang efektif jika
diberikan pada tanaman yang masih berada dalam masa vegetatif. Kandungan
unsur hara N pupuk daun organik X juga cukup tinggi, namun hal tersebut belum
dapat meningkatkan pertumbuhan jabon lebih tinggi karena kandungan unsur Mg
dan Fe dalam pupuk ini sangat sedikit. Unsur Mg merupakan bagian dari klorofil
sehingga berhubungan langsung dengan proses penting fotosintesis (Wijaya
2008). Makin tinggi penyerapan K, maka makin rendah penyerapan Mg, jadi
bersifat antagonistis dengan K (Rosmarkam dan Yuwono 2002). Unsur Fe
merupakan bagian dari enzim-enzim tertentu dan merupakan bagian dari protein
yang berfungsi sebagai pembawa elektron pada fase terang fotosintesis dan
respirasi (Lakitan 2008).
Pertumbuhan tinggi dan diameter mempengaruhi berat basah dan kering
pucuk, karena pucuk tanaman terdiri dari bagian tanaman yang terletak pada
bagian atas dari media tanamnya. Apabila pertumbuhan tinggi dan diameter
mengalami peningkatan, maka berat basah dan kering bagian pucuk juga
meningkat. Berat kering tanaman merupakan indikator yang umum digunakan
untuk mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan bibit, karena berat kering
tanaman dapat menggambarkan efisiensi proses fisiologis di dalam tanaman yaitu
proses fotosintesis, respirasi, translokasi dan penyerapan air serta mineral
(Handayani 2009). Pada penelitian ini penyemprotan pupuk daun organik X
berpengaruh nyata terhadap berat basah dan kering pucuk bibit jabon.
Nisbah pucuk akar merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman
karena menggambarkan perbandingan antara kemampuan tanaman dalam
menyerap air dan mineral melalui proses transpirasi dan luasan fotosintesis dari
tanaman (Mestika 2007). Menurut Durye dan Brown (1984) dalam Uyun (2006),
pertumbuhan dan kemampuan hidup semai yang baik pada umumnya terjadi pada
rasio pucuk akar antara 1–3 dan yang terbaik mendekati nilai 1. Nilai NPA
merupakan ukuran dan nilai penting bagi bibit dalam proses pemindahannya ke
lapangan, karena tanaman yang baru dipindahkan harus mempunyai laju
transpirasi sekecil mungkin untuk menghindari dehidrasi (Sari 2002). Berdasarkan
Mokany et al. (2006), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi NPA
antara lain: sifat genetik tanaman, ketersediaan unsur hara dan persaingan cahaya.
Pada penelitian ini, aplikasi pupuk daun organik X tidak berpengaruh nyata pada
peubah nisbah pucuk akar bibit jabon, namun semua perlakuan memiliki nilai

NPA yang memenuhi kriteria semai yang baik yang dapat dipindahkan ke
lapangan.
Selain NPA, indeks mutu bibit juga merupakan salah satu indikator dalam
menentukan pertumbuhan dan kualitas bibit di lapangan. Berdasarkan Roller
dalam Santoso (2006), semai yang tumbuh baik untuk ditanam di lapangan adalah
semai yang memiliki MB ≥ 0.09. Pada penelitian ini penyemprotan pupuk daun
organik X tidak berpengaruh nyata pada peubah IMB, namun kelima perlakuan
MB ≥ 0.09 y ng memenuhi kriteria semai baik dan layak ditanam,
sehingga diharapkan dapat beradaptasi dengan baik di lapangan.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penyemprotan pupuk daun organik X dapat meningkatkan pertumbuhan
bibit jabon. Konsentrasi yang paling baik untuk meningkatkan pertumbuhan jabon
ialah konsentrasi 0.4%.

Saran
Pupuk daun organik X mengandung unsur K sangat tinggi sehingga
kurang tepat jika diaplikasikan pada bibit jabon yang masih dalam fase vegetatif.
Aplikasi pupuk daun organik X harus dibarengi dengan pupuk akar untuk
memenuhi kandungan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
[Brik] Badan Revitalisasi Industri Kehutanan. 2003. Kelompok Rimba
Campuran/Kelompok Komersil Dua. http://brikonline.com. [22 Juli 2012].
[Balittanah] Balai Penelitian Tanah. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan
Pertanian,
Departemen
Pertanian,
Jawa
Barat.
http://balittanah.litbang.deptan.go.id. [22 Juli 2012].
Dickson A, Leaf AL, Hosner JF. 1960. Quality appraisal of white spruce and
white pine seedling stocks in nurseries. Chron 36(1):10-13.
Duryea ML, Brown GN. 1984. Seedling physiology and reforestation success.
Proceeding of The Physiology Working Group Technical Session. Boston (US):
DR W Junk Publisher.
Halawane JE, Nurul H, Julianus K. 2011. Prospek pengembangan jabon merah
(Antocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil), Solusi kebutuhan kayu masa
depan. Manado (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Kementrian Kehutanan.

Handayani M. 2009. Pengaruh dosis pupuk NPK dan kompos terhadap
pertumbuhan bibit salam (Eugenia polyantha Wight) [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Bogor (ID): Akademika Pressindo.
Indrakusuma. 2000. Proposal Pupuk Organik Cair Supra Alam Lestari.
Yogyakarta (ID): PT Surya Pratama Alam
Krisnawati H, Kallio M, Kanninen M. 2011. Anthocephalus cadamba Miq.:
Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. Bogor (ID): CIFOR.
Lakitan, B. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): PT Raja
Grafindo.
Lingga P, Marsono. 2011. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Mansur I, Tuheteru FD. 2010. Kayu Jabon. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan. Ed ke-2. Bogor
(ID): IPB Press.
Mestika R. 2007. Penggunaan fungi mikoriza arbuskula (FMA) dan vermikompos
untuk meningkatkan pertumbuhan stek pucuk jati muna (Tectona grandis Linn.
F) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mokany K, Raison RJ, Prokushin NS. 2006. Critical analysis of root:shoot rations
in terrestrial biomes. Journal Global Change Biology 12:84-96.
Muhadjir F, Darmijati S, Ratna F. 1989. Peranan pupuk daun dan zat pengatur
tumbuh tanaman pangan. Bul Agron. Ed khusus:82-77.
Mulyana D, Asmarahman C, Fahmi I. Panduan Lengkap Bisnis dan Bertanam
Kayu Jabon. 2011. Jakarta (ID): Agromedia.
Pratiwi. 2003. Prospek pohon jabon untuk pengembangan hutan tanaman. Balai
Penelitian Kehutanan 4:62-66.
Rosmarkam A, Yuwono NW. 2002. Ilmu kesuburan tanah. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
Sari LP. 2002. Pengaruh media campuran tanah latosol dan kompos dengan
menggunakan beberapa jenis tumbuhan obat terhadap pertumbuhan semai
Gmelina arborea Linn. [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Santoso B. 2006. Produktivitas dan kualitas benih jati muna. Di dalam: Mahfudz,
Nirsatmanto A, Fauzi MA, editor. Prosiding Pertemuan Forum Komunikasi
Jati V; 2006 Apr 12; Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta (ID): Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hutan Tanaman. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan, Departemen Kehutanan. hlm 49-53.
Suriadikarta DA, Setyorini. 2005. Baku Mutu Pupuk Organik, dalam Pupuk
Organik dan Pupuk Hayati. Jawa Barat (ID): Balai Besar Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian, Departemen Pertanian.
Tantra IGM. 1980. Flora Pohon Indonesia. Bogor (ID): Balai Penelitian Hutan.
Triwanto J, Syarifudin A. 2007. Pupuk daun dan media tumbuh pada anggrek
cattleya. Jurnal Tropika 6(2): 203-209.
Uyun YS. 2006. Penggunaan cendawan mikoriza arbuskular (CMA) untuk
meningkatkan pertumbuhan semai jati (Tectona grandis Linn. F) pada limbah
media tumbuh jamur tiram (Pleurotus sp.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Wijaya KA. 2008. Nutrisi tanaman sebagai penentu kualitas hasil dan resistensi
alami tanaman. Jakarta (ID): Prestasi Pustaka.

Lampiran 1 Layout susunan bibit jabon di rumah kaca (K= kontrol; 3x= 0.3%;
4x= 0.4%; 5x= 0.5%; 6x= 0.6%)
6x-3
3x-2
5x-2
6x-7
6x-2
6x-5
4x4
4x9
5x10
4x2

4x-5
5x-9
3x-6
4x-3
5x-8
3x-4
4x-10
3x-7
3x-1
6x-9

3x-8
5x-1
K-1
K-4
5x-3
K-5
K-7
5x-7
4x-7
6x-4

K2
4x-8
5x-6
6x-6
5x-5
3x-9
6x-8
K-9
6x-1
3x-10

K10
6x-10
4x-6
4x-1
K-6
K-3
3x-3
3x-5
5x-4
K-8

Lampiran 2 Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah
No

Sifat Tanah Satuan

1
2
3

C-Organik
N-Total
P-Bray

%
%
ppm

4

KTK

5

K

6

Mg

me/100
g
me/100
g
me/100
g

Sangat
Rendah
8.00

Lampiran 3 Hasil analisis kandungan unsur hara yang terkandung dalam pupuk
daun organik X

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 5 Juli 1988, sebagai anak ketiga
dari tiga bersaudara dari pasangan Ir H Akhmad Julian Sukrishna dan Hj
Altingiana Ayuningsih, SPd. Penulis melaksanakan pendidikan di SMA Plus
YPHB Bogor dan tamat pada tahun 2006, lalu melanjutkan pendidikan ke Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di tahun
yang sama dan masuk mayor Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan tahun
2007. Pada tingkat tiga, penulis memilih untuk menekuni bidang Silvikultur.
Penulis telah mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di
jalur Sancang-Kamojang, Jawa Barat, melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan
di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur, dan Taman Nasional Halimun
Salak, dan melaksanakan Praktek Kerja Profesi di KPH Pasuruan Perum
Perhutani Unit II Jawa Timur. Selama menjalani pendidikan di Departemen
Silvikultur, penulis menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Ilmu Hama
Hutan tahun 2011 dan 2012, dan asisten praktikum untuk mata kuliah
Perlindungan Hutan pada tahun 2011.
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Kehutanan IPB, penulis
menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Penyemprotan Pupuk Daun
Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba
Roxb. Miq.) dibawah bimbingan Dr Ir Arum Sekar Wulandari, MS.