Tindak Tutur Direktif Kerangka Teoretis

20 dalam suatu keadaan hubungan misalnya ketika seseorang mengundurkan diri dengan mengatakan ‘saya mengundurkan diri’, memecat seseorang dengan mengatakan ‘Anda dipecat’, atau menikahi seseorang dengan mengatakan ‘saya bersedia’. Maksud yang terkandung dalam sebuah tindak tutur bergantung pada situasi tutur yang terdiri dari beberapa faktor, yaitu 1 penutur dan mitra tutur, 2 konteks tutur, dan 3 tujuan tuturan. Faktor pertama adalah penutur dan mitra tutur yang merupakan faktor yang selalu hadir dalam setiap peristiwa tutur baik bersifat lisan maupun tulisan. Faktor kedua adalah konteks yang dapat diinterpretasikan sebagai latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh peserta tutur sehingga penutur dan mitra tutur memiliki interpretasi yang sama terhadap sebuah tuturan. Faktor ketiga menyangkut tujuan tuturan yang akan dicapai oleh mitra tutur.

2.2.2 Tindak Tutur Direktif

Ditinjau dari titik ilokusi tindak tutur direktif dapat dibagi ke dalam beberapa jenis. Tindak tutur direktif dalam bahasa Inggris terdapat lima puluh jenis tindak tutur direktif Vanderveken 1990:189 yang di antaranya tindak tutur perintah direct; tindak tutur permintaan request; tindak tutur ajakan invite; permohonan maaf beg; saran suggest; larangan forbid; bertanya ask; dan permintaan ijin permit. Tindak tutur perintah merupakan bentuk primitif tindak ilokusi direktif. Titik ilokusi tindak tutur “perintah” umumnya penutur tidak memberikan pilihan kepada mitra tuturnya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang dituturkan oleh 21 penutur. Berbeda dengan bentuk perintah, tindak ilokusi direktif yang berwujud permintaan memberikan pilihan kepada mitra tuturnya untuk menolak melakukan sesuatu yang dinginkan oleh penutur. Akan tetapi, bentuk permintaan pada dasarnya merupakan bentuk perintah yang dimodifikasi oleh beberapa fitur gramatikal yang berfungsi untuk melunakkan bentuk perintah tersebut, misal “please” dalam bahasa Inggris, penggunaan kata kerja beri-terima morau, kureru, itadaku, kudasaru dalam bahasa Jepang. Di sisi lain, terdapat tindak tutur direktif yang melarang mitra tutur melakuakan sesuatu. Tindak tutur direktif tersebut merupakan tindak tutur direktif larangan yang dapat dinilai sebagai bentuk negasi dari tindak tutur direktif. Permohonan maaf merupakan salah satu bentuk tindak tutur direktif permintaan sopan. Berbeda dengan tindak tutur direktif perintah, dalam tindak tutur direktif permohonan maaf, posisi penutur menjadi lebih rendah terhadap mitra tuturnya . Tindak tutur ajakan merupakan tindak tutur yang digunakan penutur untuk mengajak mitra tuturnya untuk melakukan sesuatu atau mengajak mitra tuturnya untuk terlibat dalam sebuah aktivitas bersama . Tindak tutur direktif saran dapat dikategorikan dalam tindak tutur direktif karena tindak tutur tersebut dinilai dapat mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan apa yang dituturkan oleh penutur. Isi tuturan umumnya berupa sebuah kebaikan yang akan diterima oleh mitra tutur apabila mitra tutur melakukan apa-apa yang disebutkan dalam tuturan si penutur. Tindak tutur yang berisi sebuah keinginan penutur agar mitra tuturnya memberikan penjelasan terhadap pertanyaan penutur dapat dinilai sebagai tindak tutur direktif. Hal ini karena aktivitas mitra tutur pada masa datang dibatasi dengan isi 22 tuturan atau dengan kata lain mitra tutur harus memberikan jawaban atas tuturan yang dituturkan penutur. Dunkley 1994:122 berpendapat bahwa sebuah tuturan dikatakan sebagai tindak tutur direktif apabila tuturan tersebut mengandung titik ilokusi yang dapat menjadi penyebab mitra tutur melakukan apa yang dikehendaki penutur. Terdapat empat kondisi yang harus dipenuhi oleh sebuah tuturan agar dapat dikategorikan sebagai tindak tutur direktif. Kondisi tersebut dinamakan felicity condition kondisi felisitas Searle 1979:44. Kondisi felisitas untuk tindak tutur direktif, yaitu 1 preparatory condition kondisi persiapan, mitra tutur mampu melakukan aktivitas; 2 sincerity sinseriti, penutur menginginkan mitra tutur melakukan aktivitas; 3 propositional content isi proposisi, penutur mengatakan kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu; 4 essential condition kondisi esensial, tuturan dihitung sebagai usaha penutur agar mitra tutur melakukan sesuatu; 5 mode of achievement mode pencapaian, berdasar pada titik ilokusi sebuah tuturan direktif, mitra tutur dapat melakukan atau tidak melakukan kehendak penutur.

2.2.3 Tindak Mengancam Muka