Proses Pembentukan Citra Pada MRI

2.2.4 Sistem Komputer Sistem komputer bertugas sebagai pengendali dari sebagian besar peralatan MRI. Dengan kemampuan perangkat lunak yang besar, komputer mampu melakukan tugas-tugas multi multi tasking, diantaranya adalah operator input, pemilihan slice, kontrol sistem gradien, kontrol sinyal RF dan lain-lain. Komputer juga berfungsi untuk mengolah sinyal hingga menjadi citra MRI yang dapat dilihat pada layar monitor, disimpan ke dalam disk atau CD, atau bisa langsung dicetak.

2.3 Proses Pembentukan Citra Pada MRI

2.3.1 Spin Proton Magnetic resonance MR pencitraan menggunakan sinyal dari inti atom hidrogen H untuk membuat citra. Sebuah atom hidrogen terdiri dari inti yang mengandung satu proton dan elektron tunggal mengorbit inti seperti terlihat pada Gambar. 2.3. Proton memiliki muatan positif dan elektron muatan negatif, atom hidrogen secara keseluruhan adalah netral. Gambar 2.3 Spin pada inti dari atom H Terlepas dari muatan positif, proton memiliki spin. Spin Proton adalah sifat instristik partikel bermuatan listrik yang berputar pada sumbunya sehingga menimbulkan arus listrik di sekitar sumbu putarnya. Arus listrik ini akan menginduksi medan magnet sehingga inti atom memiliki momen magnetik mikroskopik. Pada unsur yang memiliki nomor atom genap momen magnetik inti akan saling menghilangkan. Untuk itu, agar tetap diperoleh momen magnetik inti maka diperlukan unsur yang memiliki nomor atom ganjil. Ini berarti bahwa proton berputar sekitar porosnya seperti gasing berputar. Proton tersebut memiliki dua sifat penting yaitu Sebagai massa berputar m, proton memiliki momentum sudut dan berputar untuk mempertahankan orientasi spasial sumbu rotasi seperti terlihat pada Gambar 2.4a.. Sebagai massa berputar dengan muatan listrik, sebagai tambahan proton memiliki momen magnetic dan berperilaku seperti magnet kecil. Oleh karena itu, proton dipengaruhi oleh medan magnet eksternal dan gelombang elektromagnetik seperti terlihat pada Gambar. 2.4b. Gambar 2.4a. momentum sudut proton Gambar. 2.4b. proton memiliki momen magnetic Spin proton selalu memiliki besar yang sama dan tidak akan dapat dipercepat atau melambat, karena itu adalah sifat dasar dari partikel elementer. Hidrogen adalah nucleus aktif yang banyak digunakan dalam pencitraan MRI karena hidrogen dalam tubuh sangat banyak dan protonnya mempunyai moment magnetic yang besar. Dalam kondisi normal moment magnetic inti hydrogen arahnya random seperti terlihat pada Gambar 2.5. Gambar 2.5 Inti hydrogen arahnya random Namun apabila ditempatkan dalam suatu medan magnet yang kuat, moment magnetic inti-inti atom akan menyesuaikan arah dengan medan magnet seperti terlihat pada Gambar 2.6. Gambar 2.6 inti-inti atom H yang parallel dan anti parallel Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian inti-inti atom hidrogen terhadap medan magnet eksternal adalah kuat lemahnya medan magnet dan energi inti atom, yakni bila energi lebih lemah tidak cukup kuat untuk berlawanan dengan medan magnet � , dan bila energi tinggi maka akan cukup untuk anti parallel seperti terlihat pada Gambar 2.6. Inti yang paling banyak mendominasi jaringan biologi tubuh manusia adalah atom hydrogen. Atom hydrogen sangat banyak terdapat dalam jaringan biologi tubuh manusia dan protonnya mempunyai moment magnetic yang besar. Hal ini menyebabkan sinyal hidrogen yang dihasilkan 1000 kali lebih besar dari pada atom lainnya dalam tubuh, sehingga atom inilah yang digunakan sebagai sumber sinyal dalam pencitraan MRI. 2.3.2 Presesi Tiap-tiap spin inti hidrogen membentuk Net Magnetisation Vector NMV seperti terlihat pada Gambar 2.8 pada sumbu atau porosnya. Pengaruh dari medan magnet eksternal � akan menghasilkan spin sekunder atau gerakan NMV mengelilingi � . Spin sekunder ini disebut precession seperti terlihat pada Gambar 2.7, dan menyebabkan magnetik moment bergerak secara circular mengelilingi � . Jalur sirkulasi pergerakan itu disebut precessional path dan kecepatan gerakan NMV mengelilingi � disebut frekuensi presesi. Satuan frekuensinya MHz, dimana 1 Hz = 1 putaran per-detik. Kecepatan atau frekuensi presesi proton atom hydrogen tergantung pada kuat magnet eksternal yang diberikan pada jaringan. Semakin kuat medan semakin cepat presesi proton dan frekuensi presesi yang tergantung pada kuat medan magnetik disebut dengan frekuensi Larmor yang mengikuti persamaan : � = � · � 1 Dimana: � adalah frekuensi Larmor dalam megahertz MHz � rasio gyromagnetic MHzT � kekuatan medan magnet eksternal dalam satuan tesla T Proton memiliki rasio gyromagnetic dari γ = 42,58 MHz T, sehingga frekuensi Larmor dari 68,866 MHz di 1,5 T. Gambar 2.7 Proses dari Presesi atom Hydrogen Gambar 2.8 Ilustrasi dari Net Magnetisasi Vector NMV 2.3.3 Resonansi Merupakan sebuah fenomena diamana Radio Frekuensi RF dipancarkan dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi larmor atom maka akan terjadi fenomena resonansi. Apabila objek diletakkan dalam medan magnet eksternal yang sangat kuat, maka inti-inti atomnya akan berada pada arah yang searah atau berlawanan dengan medan magnet eksternal dan inti- inti itu akan mengalami perpindahan dari suatu energi ke tingkat energi yang lain setelah diberikan Radio Frekuensi seperti terlihat pada Gambar 2.9. Proses perpindahan energi ini seringkali merubah arah dari NMV, akibatnya vektor dapat berubah arah dari arah longitudinal atau parallel medan magnet eksternal, ke arah vektor yang lain. Gambar 2.9 pemberian Radiofrekuensi pada atom Hidrogen Pulsa Radio Frekuensi yang dipancarkan harus mempunyai frekuensi tertentu untuk dapat berperan dalam proses transisi energi pada atom, dan harus disesuaikan dengan kekuatan medan magnet eksternal lihat Table 2.1 . Table 2.1 Karakteristik Atom Isotope Symbol Spin Quantum Number Gyro Magnetic Ratio MHzT Hydrogen H 1 12 42,6 Carbon C 13 12 10,7 Oxygen O 17 52 5,8 Fluorine F 19 12 40,0 Sodium Na 23 32 11,3 Magnesium Mg 25 52 2,6 Phosphorus P 31 12 17,2 Sulphur S 33 32 3,3 Iron Fe 57 12 1,4 Besar nilai magnetisasi dari obyek atau jaringan yang berada dalam medan magnet eksternal merupakan hubungan linier yaitu semakin besar nilai medan magnet eksternalnya maka akan semakin besar nilai magnetisasinya, setelah pemberian sinyal Radiofrekuensi maka atom hydrogen akan memancarkan energi berupa sinyal dimana sinyal ini diterima oleh koil Radio Frekuensi Receiver, diamana sinyal ini disebut sinyal MR magnetic resonance, 2.3.4 MR Signal Akibat resonansi NMV yang mengalami inphase pada bidang transversal. Hukum Faraday menyatakan jika receiver koil ditempatkan pada area medan magnet yang bergerak misalnya NMV yang mengalami presesi pada bidang transversal tadi akan dihasilkan voltage dalam receiver koil. Oleh karena itu NMV yang bergerak menghasilkan medan magnet yang berfluktuasi dalam koil. Saat NMV berpresesi sesuai frekuensi Larmor pada bidang transversal, maka akan terjadi voltage. Voltage ini merupakan MR signal. Frekuensi dari signal adalah sama dengan frekuensi Larmor, besar kecilnya sinyal tergantung pada banyaknya magnetisasi dalam bidang transversal. Bila masih banyak NMV, akan menimbulkan sinyal yang kuat dan tampak terang pada gambar, bila NMV lemah akan sedikit menimbulkan sinyal dan akan tampak gelap pada citra MRI. Pada saat terjadi magnetisasi transversal maka terjadi pula keadaan in phase pada bidang transversal sehingga akan terjadi induksi dari medan magnet terhadap koil penerima yang akan tercatat sebagai sinyal. Kuat dan lemahnya magnetisasi pada bidang transversal ini akan berpengaruh pada kekuatan signal MR dan berpengaruh pada intensitas gelap dan terang pada citra MRI. Bila signal MR kuat maka akan memberikan gambaran citra yang terang atau Hiperintens, sedangkan apabila signal MRI lemah akan memberikan citra MRI gelap atau Hipointens. Bila pulsa RF dihentikan, moment magnetik pada bidang transversal yang dalam keadaan Inphase akan mengalami Dephase kembali sehingga magnetisasi pada bidang transversal akan menurun, akibatnya induksi pada koil penerima juga akan semakin melemah yang dikenal dengan sinyal Free Induction Decay FID. 2.3.5 Sinyal Free Induction Decay FID Selama melakukan gerakan presesi, vektor magnetisasi dalam koordinat kartesian dapat diuraikan menjadi dua komponen yaitu : 1. Komponen logitudinal � � pada sumbu z, yakni arah magnetisasi M mula-mula sebelum mengalami simpangan sama dengan arah medan magnet eksternal. 2. Komponen tranversal � �� pada bidang xy tegak lurus arah medan magnet ekternal Selama berpresesi arah � � tetap, sedangkan � �� berputar pada bidang xy seperti terlihat pada gambar 2.10, dimana putaran � �� inilah yang menghasilkan sinyal NMR dimana dipancarkan dari proton yang beresonansi yang sinyalnya disebut sebagai Sinyal Free Induction Decay FID. Gambar 2.10 Skema dari Free Induction Decay FID 2.3.6 Relaksasi Relaxation Sebuah proses diamana atom hidrogen kembali kepada kesetimbangannya. Selama NMV membuang seluruh energinya yang diserap dan kembali pada � disebut sebagai proses Relaksasi. Pada saat NMV kehilangan magnetisasi transversal yang dikarenakan Dephase terjadi proses Relaksasi yang menghasilkan recoveri magnetisasi longitudinal � � dan decay dari magnetisasi transversal � �� . a. Recoveri dari magnetisasi longitudinal disebabkan oleh proses yang dinamakan � 1 recoveri. b. Decay dari magnetisasi transverse disebabkan oleh proses yang dinamakan � 2 decay. 2.3.7 � 1 Recoveri Longitudinal Relaxation Disebabkan oleh inti-inti atom yang memberikan energinya pada lingkungan sekitarnya atau lattice, dan disebut spin lattice relaksasi. Energi yang dibebaskan pada sekeliling lattice menyebabkan inti-inti atom untuk recoveri kemagnetisasi longitudinal. Rate Recoveri adalah proses eksponensial denganwaktu yang konstan yang disebut � 1 . � 1 adalah waktu pada saat 63 magnetisasi longitudinal � � untuk Recoveri seperti terlihat pada gambar 2.11. Gambar 2.11 Diagram � 1 Recoveri spin lattice relaksasi 2.3.8 � 2 Decay Transverse Relaxation Disebabkan oleh pertukaran energi inti atom dengan atom yang lain. Pertukaran energi ini disebabkan oleh medan magnet dari tiap-tiap inti atom berinteraksi dengan inti atom lain. Seringkali dinamakan spin-spin relaksasi dan menghasilkan decay atau hilangnya magnetisasi transversal. Rate decay juga merupakan proses eksponensial, sehingga waktu relaksasi � 2 dari jaringan soft tissue konstan. � 2 adalah waktu pada saat 37 magnetisasi transversal � �� meluruh seperti terlihat pada gambar 2.12. Gambar 2.12 Grafik dari � 2 Decay spin-spin relaksasi Besarnya dan proses waktu frekuensi � 1 dan � 2 sangat berpengaruh pada sinyal keluaran yang akan ditransformasikan sebagai kontras citra MR, sebab kurva � 1 akan menentukan magnetisasi transversal � �� . Peluruhan � 2 waktu relaksasi � 2 adalah efek yang paling berkontribusi pada gambar citra, sebab pada proses dephase proton akan dihasilkan suatu induksi sinyal. Pengulangan pulsa RF terjadi sebelum kurva recovery menjadi maksimal sehingga obyek jaringan dengan � 1 pendek cepat kembali ke kondisi kesetimbangan akan mempunyai jumlah recovery yang banyak dibandingkan dengan jaringan yang mempunyai waktu yang panjang, sehingga dalam citra MRI akan di dapatkan gambar yang hitam pada pembobotan � 1 spin echo. Setelah pulsa RF diberikan pada obyek sebesar 63,9 MHz , magnetisasi longitudinal � � akan diputar 90° ke bidang transversal � �� dan terjadi proses relaksasi � 2 . Jaringan yang mempunyai nilai � 2 pendek, dephase yang terjadi sangat cepat sehingga intensitas sinyal yang dihasilkan sangat besar dan jaringan dengan waktu relaksasi � 2 pendek ini akan kelihatan hitam pada pembobotan nilai � 2 . Proses relaksasi � 1 dan � 2 adalah suatu kerja yang berlawanan yaitu pada saat proses pertumbuhan kembali magnetisasi longitudinal � � diimbangi dengan peluruhan yang cepat pada kurva relaksasi � 2 . Dua efek relaksasi � 1 dan � 2 terjadi ketika objek diberikan gelombang radio RF yang merupakan bentuk pulsa sequence. Pulsa sequence dalam pencitraan MRI dibentuk untuk mengetahui bagaimana efek � 1 pada pembobotan citra � 1 Weighted , efek � 2 pada pembobotan citra � 2 Weighted . Rangkaian pulsa RF dephasing phase echo dalam mendapatkan citra MRI dilakukan pengulangan untuk satu pemeriksaan. Waktu pengulangan antara pulsa sequence yang satu dengan yang berikutnya disebut dengan Time Repetition TR, sedangkan waktu tengah antara pengiriman pulsa pertama dengan sudut 90º dan sinyal maksimum echo disebut dengan Time Echo TE. Parameter � 1 dan � 2 sebagai sifat intrinsik jaringan, serta TE dan TR sebagai parameter teknis yang digunakan akan mengontrol derajat kehitaman pada citra MRI. Pada � 2 Weighted derajat kehitaman gambar akan dikontrol oleh TE dan � 2 Spin spin relaxation, sedangkan untuk � 1 Weighted derajat kehitaman akan dikontrol oleh TR dan � 1 Spin lattice relaxation. Secara umum � 1 Weighted akan menunjukkan struktur anatomi, dan � 2 Weighted menunjukkan struktur patologi. 2.3.9 Relaksasi � 1 dan � 2 Eksitasi pulsa RF mengakibatkan vector magnetisasi M dari satu jaringan akan memiliki arah menjauhi arah medan magnet luar � . Pulsa RF 90º artinya M berubah arah 90º dari keadaan semula atau tegak lurus terhadap � . Jika diibaratkan � sejajar sumbu Z, Sumbu X, sumbu Y tegak lurus terhadap Z seperti pada gambar 2.13, maka pulsa RF menyebabkan M sejajar sumbu XY � �� . Gambar 2.13 M sejajar sumbu XY � �� . Pada saat M berada pada sumbu XY � �� inilah sinyal tertinggi yang bisa ditangkap oleh detector. Semakin lama, � �� akan berkurang karena kembali ke Z dengan proses yang disebut Relaksasi, sampai akhirnya tidak adalagi vector magnetisasi pada sumbu xy. Demikian pula sinyal yang ditangkap. Setiap inti atom H memiliki waktu relaksasi � 1 dan � 2 yang berbeda-beda tergantung dari pada jaringan apa dia terikat. Waktu relaksasi � 1 dan � 2 beberapa jaringan tubuh dapat dilihat seperti table dibawah. Tabel 4.2 Waktu relaksasi � 1 beberapa jaringan � 1 Constans in ms 0,2 Tesla 1,0 Tesla 1,5 Tesla Fat 240 Muscle 370 730 863 White Matter 388 680 783 Gray Matter 492 809 917 CSF 1,400 2,500 3,000 Tabel 4.2 Waktu relaksasi � 2 beberapa jaringan � 2 Constans in ms Fat 84 Muscle 47 White Matter 92 Gray Matter 101 CSF 1,400 Waktu relaksasi � 2 lebih cepat dari relaksasi � 1 . � 1 dan � 2 lemak fat lebih cepat dari cairan otak CSF. Suatu citra � 1 terbobot artinya kontras jaringan sesuai dengan relaksasi � 1 , yaitu lemak � 1 nya cepat tampak hiperintens dibandingkan cairan yang � 1 nya lama seperti gambar 2.14 dibawah ini Gambar 2.14 grafik relaksasi � 1 Suatu citra � 2 terbobot artinya kontras jaringan sesuai dengan relaksasi � 2 , yaitu cairan yang relaksasi � 2 nya lama, tampak hiperintes dibanding lemak yang � 2 nya cepat, seperti pada gambar 2.15, cairan CSF tampak Hipointens pada � 1 terbobot dan � 2 terbobot pada citra lumbal dapat dlilihat pada gambar 2.16 Gambar 2.15 grafik relaksasi � 2 Gambar 2.16 Citra potongan Sagital � 1 dan � 2 terbobot dari lumbal � 1 terbobot dan � 2 terbobot ini ditentukan dengan pengaturan waktu perulangan Time RepetitionTR pulsa RF dan waktu echo Time echoTE. TR panjang dan TE panjang akan menghasilkan � 2 terbobot, sedangkan TR pendek dan TE pendek akan menghasilkan � 1 terbobot.

2.4 Parameter Pembentuk Citra Pada MRI