R ianawati, asal Purwokerto yang akrab dipanggil

R ianawati, asal Purwokerto yang akrab dipanggil

Nana, lahir pada 28 Agustus 1980. Ia merupakan staf di Puskesmas Ridge yang berprofesi sebagai Sanitarian sejak tahun 2012. Selain melayani masyarakat kesibukannya juga melayani keluarga yaitu mengurus suami dan 2 putrinya yang bersekolah di TK.

Distrik Samofa merupakan wilayah kerja Puskesmas Ridge, yang baru diintervensi STBM melalui SEHATI pada September 2016 lalu. Berdasarkan data Puskesmas, penyakit-penyakit berbasis lingkungan selalu berada dalam 10 besar penyakit tiap tahunnya sehingga pelaksanaan 5 Pilar STBM di masyarakat turut menyumbang pada penurunan kasus penyakit akibat masalah lingkungan.

Setelah terlibat dalam kegiatan sosialisasi, pelatihan dan pemicuan di masyarakat, Nana menyadari bahwa kesehatan lingkungan bukan hanya urusan Sanitarian tapi juga butuh keterlibatan Puskesmas, Dinas Kesehatan, Pemerintah Distrik, Kampung dan organisasi di masyarakat. Ia juga merasa mendapat pengetahuan baru yang memudahkannya menyusun program kesehatan lingkungan berupa jadwal promosi,

pendampingan, monitoring. Menurut Nana, Sanitarian punya peran dan tanggung jawab besar meningkatkan kesehatan masyarakat. Sayangnya Program Kesling yang dijalankan menempatkan sanitarian sebagai “anak tiri”. Di Puskesmas sendiri, fokus pelayanan lebih besar pada Gizi, Imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak. Ini terbukti dari porsi anggaran Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Kesehatan lingkungan sendiri bersifat promotif dan preventif, artinya membantu masyarakat bagaimana mencegah penyakit. Nana menjelaskan bahwa jika lingkungan sehat berarti ibu hamil tidak terkena Malaria, jauh dari resiko anemia/kurang darah sehingga bayi yang lahirpun berat badannya normal. Ini sangat menyumbang keberhasilan program kesehatan lain di Puskesmas. Selain itu orang yang sehat pasti lebih produktif, tidak ada pengeluaran berobat dan uang bisa digunakan memenuhi gizi keluaga, pendidkan anak dan lainnya.

Sebelum mengetahui STBM, program yang dijalankan Nana antara lain melakukan inspeksi sanitasi tentang rumah sehat, jamban, pengelolaan air bersih dan air minum rumah tangga. Selain itu dilakukan pengawasan terhadap rumah makan/warung, inspeksi sanitasi sekolah, survey jentik. Akan tetapi, kegiatan - kegiatan itu hanya sebatas mengunjungi untuk melaporkan ke Dinas Kesehatan. Itupun tidak diberikan format ataupun bimbingan teknis yang jelas, sehingga formatnya kadang

28 Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan 28 Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan

masyarakat tidaklah mudah, namun kalau menggunakan momen ibadah di gereja, sebagian

Sekarang Nana menganggap STBM sebagai besar masyarakat kampung pasti hadir. “Meskipun suatu wadah untuk membuktikan bahwa saya beragama Muslim, tidak ada kendala sama sanitarian sama pentingnya dengan profesi sekali dalam mempromosikan STBM lewat lain di bidang kesehatan, yaitu jika dilakukan kegiatan di gereja. Saya merasa masyarakat yang dengan serius, maka ini akan berkontribusi mayoritas beragama Nasrani menerima baik. besar dalam menurunkan angka penyakit Awalnya memang saya ragu namun tetap berpikir maupun kematian akibat masalah lingkungan. positif bahwa ini tugas dari Tuhan untuk melayani “Bagimanapun mencegah tetap lebih baik dari masyarakat.” ungkap Nana.

Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan

Merangkai Mutiara Keberlanjutan STBM

Dalam menjalankan STBM sanitarian seharusnya lebih banyak di luar gedung Puskesmas

daripada

di

dalam gedung. Kenyataannya

tidak demikian.

Dikarenakan minimnya anggaran untuk supervisi dan monitoring, seringkali sanitarian enggan turun ke lapangan, terutama bagi yang masih berstatus honorer.

Nana merasa prihatin dengan kondisi masyarakat

sehingga sering kali ia mengabaikan minimnya

anggaran tersebut.

Ia merasa bersyukur ada Yayasan Rumsram yang mendampingi

sehingga saat ada

kendala di lapangan, ia dapat langsung berkoordinasi dan mencari solusi bersama teman- teman Rumsram.

Nana menyadari betul

bahwa

peningkatan pengetahuan

dan ketrampilan bagi Sanitarian sangat

penting untuk mengatasi krisis percaya diri, dan ini telah didapatkannya lewat program SEHATI. Harapannya,

Dinas Kesehatan dan Puskesmas

bisa mendukung dan memandang sama pentingnya semua program kesehatan tanpa ada yang dianak tirikan lagi. (Rumsram/Yustin Pabisa)