Merangkai Mutiara Keberlanjutan Kisah In (1)
Keberlanjutan
Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam menyukseskan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di 7 Kabupaten Dampingan SEHATI (Sustainable Sanitation and
Hygiene for Eastern Indonesia)
Merangkai Mutiara
Keberlanjutan
Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam menyukseskan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di 7 Kabupaten Dampingan SEHATI (Sustainable Sanitation and
Hygiene for Eastern Indonesia)
Merangkai Mutiara Keberlanjutan STBM
© 2017 oleh Simavi Indonesia Buku Merangkai Mutiara Keberlanjutan STBM ini disusun untuk
menggambarkan bagaimana perubahan - perubahan telah terjadi di tingkat penerima manfaat program SEHATI (Sustainable Sanitation and Hygiene for Eastern Indonesia) selama proses penguatan komitmen dan kepemimpinan di Kabupaten Lombok Utara, Lombok Timur, Dompu, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, Manggarai Barat dan Biak Numfor.
Kontributor: Simavi Indonesia CD - Bethesda YAKKUM Yayasan Dian Desa Yayasan Masyarakat Peduli NTB Plan International Indonesia Yayasan Rumsram
Layout dan kompugrafi: Simavi Indonesia
Hak cipta dilindungi Undang-Undang.
Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam menyukseskan Program STBM
Daftar Isi
1 Sekilas Mengenai SEHATI
Glosarium
5 Infografis Capaian Program SEHATI
Kata Pengantar
10 Cerita Inspirasi Penerima Manfaat
Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam menyukseskan Program STBM
GLOSARIUM
ADD
Alokasi Dana Desa
Akses Universal 100-0- Target pembangunan nasional untuk mencapai akses universal pada 100
tahun 2019 kepada seluruh masyarakat serta terwujudnya 100% akses air bersih, 0% kawasan kumuh dan 100% akses sanitasi.
AMPL
Air Minum dan Pengelolaan Lingkungan
APBD
Anggaran, Pendapatan dan Belanja Daerah
APBDes
Anggaran, Pendapatan dan Belanja Desa
ASN
Aparatur Sipil Negara
Bappeda
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Bappenas
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
BOK
Bantuan Operasional Kesehatan
BPD
Badan Permusyawaratan Desa
BPMPD Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Daerah BPS
Badan Pusat Statistik
BUMDes
Badan Usaha Milik Desa
CD Bethesda Community Development Bethesda YAKKUM, salah satu mitra pelaksana program di wilayah Kabupaten Sumba Tengah dan Sumba Barat Daya, NTT. Untuk keterangan lebih lengkap, silakan mengunjungi website http://cdbethesda.org
CTPS
Cuci Tangan Pakai Sabun
DAK
Dana Alokasi Khusus DD Dana Desa
DPU
Dinas Pekerjaan Umum
FORPAS
Forum Pengusaha Sanitasi
IPAL
Instalasi Pengolahan Air Limbah
IRC Organisasi Belanda yang berperan untuk mendukung program SEHATI melalui monitoring, peningkatan kapasitas dan pengelolaan pengetahuan.
Kepmenkes
Keputusan Menteri Kesehatan
Kesling
Kesehatan Lingkungan
KNPI
Komite Nasional Pemuda Indonesia
KSM
Kelompok Swadaya Masyarakat
Litbang
Penelitian dan Pengembangan
MCAI
Millenium Challenge Account – Indonesia
Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
Merangkai Mutiara Keberlanjutan STBM
Monev
Monitoring dan Evaluasi
Musrembangdes Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan Desa NTB
Nusa Tenggara Barat
NTT
Nusa Tenggara Timur
ODF
Open Defecation Free
OPD
Organisasi Pemerintah Daerah
P2PL Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Pamsimas
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat PDAM
Perusahaan Daerah Air Minum
Perbup
Peraturan Bupati
PERDA
Peraturan Daerah
Perdes
Peraturan Desa
Permenkes
Peraturan Menteri Kesehatan
PERSDAYGUN
Persatuan Sanitasi Dayan Gunung
PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PKPP Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan Plan
Yayasan Plan International Indonesia, salah satu mitra pelaksana program di wilayah Kabupaten Lombok Utara dan Dompu, NTB. Untuk keterangan lebih lengkap, silakan mengunjungi website https://plan-international.org/indonesia.
PMD
Pembangunan Masyarakat Desa
PNS
Pegawai Negeri Sipil
POKJA AMPL Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PUPR
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat
RAD – AMPL Rencana Aksi Daerah – Air Minum dan Penyehatan Lingkungan RAPBDes
Rencana Anggaran, Pendapatan dan Belanja Daerah RKPDes
Rencana Kerja Pemerintah Desa
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMDesa
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Road Show
Salah satu kegiatan STBM untuk mengadvokasi, mensosialisasikan dan meningkatkan kesadaran dari pemangku kepentingan terkait agar mendapatkan komitmen untuk pelaksanaan STBM di wilayah tersebut.
Rumsram Yayasan Rumsram, salah satu mitra pelaksana program di wilayah Kabupaten Biak Numfor, Papua. Untuk keterangan lebih lengkap, silakan mengunjungi website http://www.rumsram.org.
SEHATI Sustainable Sanitation and Hygiene for Eastern Indonesia SHAW
Sanitation, Hygiene and Water
2 Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
Simavi Organisasi Belanda yang berperan untuk mengkoordinir program SEHATI dan melakukan pendekatan di tingkat nasional. Untuk keterangan lebih lengkap, silakan mengunjungi website https:// simavi.org.
SK
Surat Keputusan
SKPD
Satuan Kerja Perangkat Daerah
SLBM
Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat
SPAL
Saluran Pembuangan Air Limbah
SSK
Strategi Sanitasi Kota
STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarkat
STOP BABS
STOP Buang Air Besar Sembarangan
TK
Taman Kanak – Kanak
TPST
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
TTK
Tim Teknis Kabupaten
WASH
Water And Sanitation & Hygiene
YDD Yayasan Dian Desa, salah satu mitra pelaksana program di wilayah Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Untuk keterangan lebih lengkap, silakan mengunjungi website http://www.diandesa.org.
YMP Yayasan Masyarakat Peduli NTB, salah satu mitra pelaksana program di wilayah Kabupaten Lombok Timur, NTB. Untuk keterangan lebih lengkap, silakan mengunjungi website http://ympntb.org.
Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
Merangkai Mutiara Keberlanjutan STBM
SEKILAS MENGENAI PROGRAM SEHATI
S anitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan
Kepmenkes Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008. Antara tahun 2008 hingga 2013, pelaksanaan STBM menunjukkan hasil yang positif sehingga pada tahun 2014, Kepmenkes tersebut diganti dengan Permenkes No. 3 tahun 2014 tentang STBM. Peraturan yang baru ini
menegaskan bahwa semangat yang 5 PILAR STBM digunakan pada pendekatan STBM
adalah pemberdayaan masyarakat
Pilar 1 : STOP Buang Air Besar Sembarangan
dan perubahan perilaku. Selama lima tahun (2010 - 2015), Pilar 2 : Cuci Tangan Pakai Sabun dan Air Mengalir Simavi dan 5 mitra pelaksana
program telah mempromosikan dan
Pilar 3 : Pengamanan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
mengimplementasikan
program
STBM melalui program SHAW pada tingkat masyarakat secara langsung.
Pilar 4 : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Mitra pelaksana program tersebut adalah Yayasan Dian Desa, Yayasan
Pilar 5 : Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga
Masyarakat Peduli
NTB, Plan
International Indonesia, Yayasan Rumsram dan CD Bethesda Yakkum. Program SHAW telah berhasil menyasar 1,5 juta penduduk untuk mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat sesuai dengan 5 pilar STBM dan mendeklarasikan 100% STBM di 850 desa dari total 1.074 desa intervensi yang tersebar di 9 kabupaten. Pembelajaran yang didapat di akhir program adalah bahwa jika intervensi program dilaksanakan langsung oleh mitra di tingkat masyarakat, maka untuk memastikan seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan akses yang merata akan dibutuhkan biaya yang sangat besar dan waktu yang sangat panjang.
Oleh karena itu, pada tahun 2016, Simavi dan mitra kembali melanjutkan program implementasi STBM dengan menggunakan pendekatan baru yang dipercaya mampu berkontribusi pada pencapaian tujuan akses universal terhadap sanitasi di Indonesia pada tahun 2019. Program lanjutan ini dinamai SEHATI. Jika sebelumnya SHAW bekerja pada tingkat masyarakat, kini SEHATI bekerja di tingkat pemerintah dengan meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya uagar mereka mampu menciptakan lingkungan yang kondusif dan meningkatkan penciptaan permintaan serta meningkatkan penyediaan sarana. Adapun lokasi intervensi SEHATI adalah Kabupaten Lombok Utara, Lombok Timur, Dompu, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, Manggarai Barat dan Biak Numfor.
Tujuan dari program SEHATI adalah untuk mengupayakan keberlanjutan implementasi STBM di daerah perdesaan di Indonesia dengan cara memastikan bahwa STBM telah disematkan dalam sistem dan proses perencanaan dan penganggaran pemerintah daerah. Fokus program SEHATI terletak pada elemen tata kelola WASH yang terdiri dari kepemimpinan dan komitmen, strategi perencanaan dan monitoring, aspek pembiayaan, dukungan legislasi. Elemen tata kelola tersebut telah ditetapkan sejak awal intervensi untuk melengkapi kapasitas pemerintah dalam memimpin dan mengarahkan pelaksanaan elemen layanan seperti penciptaan kebutuhan, pembiayaan terhadap warga miskin, pemasaran sanitasi, promosi kesehatan dan juga monitoring. Saat kapasitas pemerintah telah meningkat dan elemen - elemen kunci tersebut telah ada dalam sistem dan proses di pemerintah daerah, maka ketika itulah pemerintah daerah akan mampu mereplikasikan STBM ke seluruh wilayah mereka.
Sejak implementasi pada tahun 2016, setidaknya telah diperoleh berbagai capaian baik di tingkat kabupaten, kecamatan, desa maupun masyarakat sendiri. Beberapa capaian itu didokumentasikan dalam buku ini melalui kisah - kisah inspiratif dari penerima manfaat program di berbagai tingkatan di beberapa wilayah dampingan program SEHATI.
4 Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
KATA PENGANTAR
S yukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan
kesempatan bagi semua pihak sehingga buku “Merangkai Mutiara Keberlanjutan STBM – Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan Program STBM” dapat diterbitkan. Meski masing-masing kisah memiliki perbedaan atau keunikan yang menarik untuk dicermati, namun 21 kisah nyata dalam buku ini juga memiliki 2 kesamaan yang dapat ditarik untuk pembelajaran, yaitu: (1) semua kisah adalah tentang perubahan atau transformasi, dan (2) semua kisah adalah tentang inspirasi.
Perubahan atau transformasi yang bagaimana? Perubahan atau transformasi yang didahului oleh berkembangnya kapasitas diri melalui kemauan untuk belajar keras, kegigihan untuk berubah, dan passion yang kuat dalam diri pelaku STBM. Perubahan terjadi tidak hanya dalam diri orang perorang, tetapi juga dalam kelembagaan, kebijakan, dan pola komunikasi atau kerjasama antar individu dan antara lembaga pembangunan di daerah.
Inspirasi yang bagaimana? Ada kisah mengharukan; ada kisah lucu; ada kisah serius dan lain - lain; yang semuanya mampu menggugah pikiran dan hati pembaca dalam tingkat yang berbeda-beda. Semua kisah mempunya kekuatan yang menggerakkan pembacanya untuk menjadi agen perubahan melalui berbagai cara dan menjadi bermanfaat bagi orang banyak.
Program SEHATI adalah program yang bercita-cita mengadakan transformasi menyeluruh melalui proses pengembangan kapasitas. Siapapun dapat berubah sepanjang mereka difasilitasi untuk berubah, termasuk pelaku-pelaku program sanitasi di daerah. Penempatan pemerintah daerah sebagai pemimpin dalam pelaksanaan program sanitasi adalah kunci dari terjadinya transformasi dalam waktu yang relatif singkat ini. Menempatkan pemerintah daerah sebagai pelaku utama program sanitasi menumbuhkan harapan bahwa perubahan di tingkat birokrasi dan kebijakan akan mampu membawa perubahan yang besar dalam perilaku masyarakat dampingan SEHATI di tujuh kabupaten.
Peningkatan kapasitas pemerintah daerah (baik di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa) serta wirausaha sanitasi untuk mendeklarasikan STBM 5 Pilar adalah salah satu pendekatan yang digunakan dalam program SEHATI. Pemberdayaan sengaja tidak dilakukan secara langsung kepada masyarakat, melainkan kepada pejabat terkait yang bertanggungjawab melaksanakan dan meneruskan program ketika program berakhir. Sejauh ini, kendala di lapangan pada saat peningkatan kapasitas, banyak ditemukan, namun dengan tekad yang kuat disertai semangat juang yang tinggi dan dan inisiator – inisiator di daerah, tantangan berhasil dihadapi.
Akhirnya, kami ingin menyampaikan terima kasih atas kontribusi para mitra yaitu Yayasan Dian Desa, Yayasan Masyarakat Peduli, CD Bethesda YAKKUM, Yayasan Rumsram dan Plan International Indonesia yang terus bekerja di lapangan mendampingi para inisiator utama dalam buku ini. Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada Embassy of Kingdom of the Netherland yang telah mendukung pelaksanaan program SEHATI. Penghargaan dan ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada inisiator – inisiator utama dalam buku ini yang memberikan inspirasi dan menularkan semangat bagi pelaku lainnya.
Jakarta, Oktober 2017 Asken Sinaga
Country Representative Simavi
Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
Merangkai Mutiara Keberlanjutan STBM
Berdasarkan data monitoring kapasitas dan inspeksi sanitasi tahun 2017
210 desa = 10.000 rumah tangga 51 kecamatan
7 kabupaten 3 propinsi
130,131 rumah tangga
Kabupaten Lombok Utara, Lombok Timur, Dompu, Sumba
419,822 jiwa
Tengah, Sumba Barat Daya, Manggarai Barat, Biak Numfor
Data m onitoring SEHATI pada tahun 2017 m enunjukkan hanya 37% rumah tangga yang menggunakan fasilitas sanitasi yang layak.
= 500 orang
= 100 orang
189 orang telah dilatih 3.432 orang telah dilatih
sebagai sebagai sebagai tim STBM
wirausaha sanitasi dengan berbagai produk
1 buah PERDA AMPL telah diperkuat di Kab. Dompu
2 buah Peraturan Bupati tentang AMPL dan STBM diperkuat di Kab. Sumba Barat Daya
4 buah Peraturan Bupati untuk mendukung STBM disahkan di Kab. Lombok Utara dan Lombok Timur
1 buah Instruksi Bupati tentang STBM
diperkuat di Kab. Biak Numfor
3 buah Instruksi Bupati untuk mendukung STBM disahkan di Kab. Lombok Timur, Sumba Barat Daya dan Dompu
9 buah SK Bupati untuk mendukung STBM disahkah di 7 kabupaten SEHATI
3 buah Road Map STBM telah disusun di Kab. Lombok Utara, Lombok Timur, dan Sumba Barat Daya
1 buah Surat Edaran untuk Kabupaten ODF dan STBM 5 Pilar disahkan di Kab. Lombok Utara
18 Peraturan Desa telah disahkan di 7 Kabupaten SEHATI
6 Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
Desa lain yang berminat replikasi telah Realisasi menganggarkan
Rp. 6,6 Milyar Rp. 2,6 Milyar
Alokasi Dana Replikasi
Rp. 1,2 Milyar
Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
Merangkai Mutiara Keberlanjutan STBM
8 Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
Merangkai Mutiara Keberlanjutan STBM
Tim STBM Kabupaten Lombok Timur untuk SEHATI
Kami Berstrategi Agar Seluruh Puskesmas Terlibat!
PENDEKATAN KEPADA STRUKTUR PEMERINTAH DI AWAL PERENCANAAN PROGRAM MEMANG TERBUKTI BERDAMPAK SECARA INSTITUSIONAL, KADANG KALA BAHKAN SECARA TAK TERDUGA.
P erkenalan dr. Akmal Kurnia dengan YMP terjadi ketika
dilaksanakannya peresmian TPST di Desa Kalijaga Selatan, Kabupaten Lombok Timur, tepatnya pada Senin 4 Januari 2016, dua hari setelah pelantikannya sebagai Kepala Bidang (Kabid) P2PL. Saat itulah pertama kalinya dr. Akmal berkenalan dengan Ellena dan kawan-kawan dari YMP.
Desa Kalijaga Selatan merupakan daerah dampingan YMP pada Program SHAW dan telah menunjukkan kemajuan. Pencapaian itu sangat membanggakan dan meningkatkan citra diri YMP sebagai organisasi yang belum lama bergerak di bidang sanitasi. Kepecayaan diri dan optimisme yang tinggi ini bertambah ketika YMP mendapatkan respon positif dari dr. Akmal saat berjumpa tim YMP di sana. “Bu Ellena saat itu bilang; ‘kapan- kapan kami mampir untuk mendiskusikan program lebih lanjut,’” ujar Akmal menirukan pesan YMP. Perkenalan awal yang hanya selintas itu berlanjut dengan janji temu di ruang kerja Kabid P2PL, sehubungan akan dilaksanakannya Program SEHATI di Lombok Timur.
Belum memahami STBM
Meski pemerintah telah memberlakukan program STBM 5 Pilar sejak 2008 melalui Kepmenkes 852 tentang STBM, namun program ini tidak serta merta bersambut. Ini diakibatkan oleh belum semua pemangku kepentingan di Dinas Kesehatan memahami program STBM 5 Pilar.Tidak heran jika setelah sewindu Strategi Nasional STBM 5 Pilar ini diberlakukan, gaungnya tidak begitu terdengar, termasuk oleh dr. Akmal sendiri. Kehadiran SHAW periode 2012 hingga 2015 lalu di Kabupaten Lombok Timur dipandang berperan dalam menyadarkan struktur pemerintahan, meski belum menyeluruh. Dokter yang sebelumnya berkarir di rumah sakit ini mengakui bahwa sebelum ada SEHATI, ia belum mengerti tentang STBM. Sebagai praktisi kesehatan, ia mengerti prinsip dan teori dasar sanitasi, namun hanya sebatas konsep saja. Apa dan bagaimana melakukan STBM, baru dipahaminya sejak ia berkenalan dengan SEHATI, yaitu bertepatan dengan awal karirnya sebagai Kabid P2PL.
“Kalau teori umum, saya sebagai dokter sudah paham apa dampak lingkungan terhadap kesehatan. Tapi secara khusus bagaimana program mewujudkan lingkungan sehat itu hampir dibilang saya itu nol,” ungkapnya merendah hati.
Menjadi Penengah, Terlibat Perencanaan, hingga Membela Kepentingan Kabupaten Maka, begitu YMP memperkenalkan STBM 5 Pilar dan SEHATI, Akmal Kurnia sangat terpicu untuk
belajar lebih jauh. Salah satunya adalah dengan menggali informasi melalui Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan, Lalu Saruji Ahmad dan para kepala puskesmas yang pernah bekerja untuk SHAW. Dari diskusi awal ini, ia segera menangkap adanya kekecewaan dan pesimisme terhadap program STBM yang ditawarkan YMP. “Jadi saya mohon ke YMP, kasih saya kesempatan untuk memediasi.” kenang Akmal Kurnia. Lewat proses mediasi antara YMP dengan kepala seksi di bawahnya, terungkap adanya kekhawatiran dari wilayah kerjanya bahwa SEHATI tidak berbeda program SHAW yang melelahkan
10 Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan 10 Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
Pengalamannya berorganisasi di KNPI menuntunnya untuk percaya bahwa YMP adalah organisasi yang siap diajak bekerja sama. Ia juga menangkap potensi besar di balik program SEHATI untuk mendukung kinerja unitnya melalui Strategi STBM 5 Pilar. Menurutnya, SEHATI adalah penyempurnaan dari SHAW.
Setelah melakukan beberapa pertemuan antar kepala seksi di Bidang P2PL, akhirnya optimisme di antara kepala seksi pun terbangun. Program SEHATI kemudian ditempatkan secara struktural di bawah Seksi Kesehatan Lingkungan yang dipimpin Lalu Saruji Ahmad. Sejak itu, mulailah terbangun kolaborasi antara pemerintah kabupaten dengan YMP.
Sebagai Kabid P2PL, dr. Akmal terlibat aktif pada perencanaan pembentukan tim mulai dari kabupaten, kecamatan hingga desa. Bahkan, ia turut merekomendasikan nama-nama kecamatan yang potensial untuk didampingi oleh YMP. Selain itu, ia juga berinisiatif untuk menghadirkan seluruh puskesmas di Lombok Timur dalam kegiatan penyusunan roadmap STBM, sekalipun pada awalnya YMP berencana menghadirkan 26 puskesmas dampingan SEHATI saja. Ia berpendapat bahwa agenda dalam kegiatan ini adalah evaluasi dan pemetaan pembangunan sanitasi kabupaten, sehingga seluruh stakeholder di tingkat puskesmas harus hadir untuk berkontribusi pada pengembangan sanitasi di wilayahnya. Dengan demikian, secara tidak langsung, SEHATI telah berkontribusi pada seluruh wilayah kabupaten Lombok Timur sejak awal mula program dilaksanakan.
“Evaluasinya tidak lengkap jika ada puskesmas yang tidak datang. Alangkah lengkapnya kalau petanya mencakup seluruh puskesmas atau kecamatan, jangan bolong karena tiga puskesmas tidak hadir,” tegas dr. Akmal. “Kami berstrategi agar seluruh puskesmas terlibat,” ia menegaskan.
Roadmap STBM pada dasarnya memang diperuntukkan untuk kabupaten Lombok Timur, dan keputusan dr. Akmal yang tetap menghadirkan seluruh puskesmas di kabupaten, menunjukkan kapasitasnya sebagai pemimpin yang dapat melihat persoalan secara makro. Kemampuan
melihat persoalan secara makro ini pula yang memunculkan gagasan untuk mengintegrasikan program SEHATI dengan program sanitasi lain
“Evaluasinya tidak lengkap seperti MCAI dan Pamsimas. jika ada puskesmas yang tidak
datang. Alangkah lengkapnya Pembangunan sanitasi tidak akan berakhir! kalau petanya mencakup Bicara soal keberlanjutan, Kabid P2PL menekankan
seluruh puskesmas atau bahwa pembangunan sanitasi ini butuh waktu kecamatan, jangan bolong yang cukup panjang. Untuk itu, ia berharap
supaya kegiatan ini bisa berkesinambungan. Ia
karena tiga puskesmas tidak sadar, seberapapun besar anggaran dan sumber hadir,” tegas dr. Akmal.
daya yang ada, pembangunan sanitasi tidak bisa diselesaikan dalam satu tahun. Harus ada kondisi yang kondusif bagi kesinambungan tersebut.
“Entah itu melalui kebijakan dinas kesehatan, kebijakan pemerintah daerah, kebijakan provinsi dan pusat termasuk mitra, seperti YMP, MCAI, Pamsimas. Pembangunan sanitasi tidak akan berakhir. Kondisinya sewaktu-waktu bisa berubah. Bisa naik bisa turun,” paparnya.(YMP/Putri)
Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
Merangkai Mutiara Keberlanjutan STBM
Tim STBM Kabupaten Biak Numfor untuk SEHATI
STBM itu Terbaik dan Termurah
S ebagai anggota tim fasilitator STBM Kabupaten Biak
Numfor, Yubelina Marandof merasa punya tanggung jawab moral untuk mengadvokasi para kepala distrik (atau kecamatan) sebagai pengambil kebijakan. Tidak hanya itu, ia juga tak segan membantu fasilitator STBM distrik dalam pelayanan terkait sanitasi dan perubahan PHBS.
Perempuan kelahiran 9 Juni 1970 ini, sehari - hari bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Biak Numfor. Selain mengemban tugas sebagai Kabid Pelayanan Kesehatan, ia juga merupakan fasilitator kabupaten yang aktif mendampingi Sanitarian Pukesmas maunpun fasilitator STBM distrik.
Yubelina mengakui bahwa sebelum dilaksanakannya STBM 5 pilar, pola pikir masyarakat dan petugas kesehatan masih cenderung kuratif, sehingga perilaku promotif dan preventif belum banyak diterapkan. “Pelayanan di Dinas Kesehatan maupun Puskesmas selama ini hanya berfokus tentang bagaimana orang sakit bisa sembuh, kalaupun ada upaya pencegahan seperti program sanitasi porsi pendanaannya pun sangat kecil” katanya. Sejak Yubelina terlibat dalam kegiatan STBM 5 pilar, pola pemikiran ini pelan - pelan berubah. Promotif dan preventif mulai jadi pembahasan khusus pada program kerja dan pendanaan di Dinas Kesehatan. Tidak berhenti di situ, bersama dengan tim di Dinas Kesehatan, ia berupaya menularkan hal tersebut kepada tim Puskesmas. Menurutnya, perilaku hidup bersih dan sehat dengan pendekatan STBM adalah upaya kesehatan masyarakat terbaik dan termurah.
Untuk memastikan pola pikir ini berkelanjutan, maka Yubelina dan tim fasilitator rutin melaksanakan pendampingan kepada tim distrik. Dalam melakukan pendampingan, masalah yang sering ia temui yaitu masih rendahnya praktek PHBS di tingkat masyarakat, meskipun tim distrik sudah melakukan sosialisasi dan promosi secara rutin. Selain itu, terbatasnya ketersediaan air bersih di kampung semakin mempersulit pelaksanaan STBM 5 pilar.
Menghadapi tantangan tersebut, ia terus menerus memberikan motivasi kepada tim distrik agar tidak bosan menjalakan tugas pelayanan kepada masyarakat. Promosi yang dilakukan berulang - ulang sehingga masyarakat menjadi betul - betul paham merupakan salah satu strategi yang ia ajukan kepada tim district. Tidak jarang, Yubelina terlibat langsung tim relawan STBM kampung dan tim distrik dalam promosi, sosialisasi atau monitoring di tingkat kampung. Hal ini ia lakukan untuk melihat dan mendengar langsung tantangan yang ada.
Pendekatan lain yang sudah ia lakukan adalah melakukan advokasi kepada pemerintah Distrik dan pemerintah Kampung agar mereka menyusun kebijakan pendukung STBM 5 Pilar. Hasilnya, beberapa Kepala Distrik telah membuat instruksi kepada Kepala Kampung untuk menganggarkan program air bersih dan jamban, mengalokasikan anggaran untuk relawan STBM dan kegiatan STBM lainnya dengan menggunakan Dana Desa.
Selain pendekatan tersebut, Yubelina juga mendorong Puskesmas bisa bertanggung jawab mensukseskan STBM di wilayah kerja masing-masing. “Pola pikir petugas Puskesmas sudah harus berubah. Jangan lagi bangga dengan banyaknya kunjungan pasien yang berobat ke Puskesmas, tetapi banggalah saat mengunjungi masyarat dengan melakukan pendampingan, promosi dan monitoring secara periodik untuk menjamin perubahan perilaku terhadap 5 pilar STBM” ucapnya. Harapannya, dengan tercapainya 5 pilar STBM, ada penghargaan dari tingkat kabupaten kepada kampung dan distrik yang melaksanakan STBM secara mandiri. (Rumsram/Yustin Pabisa)
12 Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
Tim STBM Kabupaten Manggarai Barat untuk SEHATI
Mengubah Bantuan Pemerintah Pusat Dari IPAL Komunal Menjadi Jamban Sehat Keluarga Sesuai Prinsip STBM
Y ohanes B Stat, biasa dipanggil John, adalah seorang PNS,
yang sekarang lebih dikenal sebagai ASN, sejak 2010 di Dinas PU Kabupaten Manggarai Barat. Pada tahun 2015, ia dipromosikan untuk menjabat sebagai Kepala Sub-bidang Cipta Karya dan merangkap sebagai Pejabat Pelaksana Direktur PDAM Mbeliling.
Pada tahun 2016, YDD memulai kegiatan STBM bersama dengan Pemda Kabupaten Manggarai Barat dan salah satu kegiatan utamanya adalah membentuk dan melatih tim STBM kabupaten yang anggotanya diharapkan berasal dari perwakilan POKJA
AMPL. John adalah perwakilan dari Dinas juta rupiah untuk bangunan bawah dan tengah. PU dan merupakan salah satu peserta yang
Biaya ini tidak termasuk dengan bangunan cukup aktif, khususnya pada waktu memulai
bagian atas.
implementasi STBM melalui berbagai kegiatan roadshow dan pelatihan serta monitoring baik
Tertarik dan merasa perlu adanya alternatif di kecamatan maupun desa.
apabila ingin mengubah konsep IPAL Komunal, maka John melakukan advokasi kepada atasan
Pada awal tahun 2017 terjadi perombakan besar dan timnya di Dinas PKPP untuk mendapat pada OPD. Dinas PU dipecah menjadi 2, yaitu
dukungan. Tidak kalah penting, ia juga Dinas PU dan Dinas PKPP. John ditempatkan
meyakinkan dan membangun kapasitas timnya di Dinas PKPP dan menjabat sebagai Kepala
agar dapat memfasilitasi perubahan ini. Sebagai Bidang Penyediaan Air Bersih dan Penyehatan
Penanggung Jawab Program, ia mengajak KSM Lingkungan.
penerima bantuan dan semua fasilitator SLBM dari semua desa untuk berkunjung ke desa
Perubahan ini menjadi momentum bagi Dinas Rehak dan melihat sendiri bagaimana jamban PKPP mendapat Bantuan dari Pemerintah
rumah tangga dikerjakan, termasuk melihat Pusat untuk Pengadaan IPAL Komunal di 10
hasil dan kualitas dari pengerjaan tersebut. Di desa di Kabupaten Manggarai Barat. Dengan
lapangan, mereka langsung berdiskusi dengan pengetahuan dan posisinya sebagai Tim STBM
masyarakat mengenai konsep jamban rumah Kabupaten, John memiliki kepekaan terhadap
tangga dibandingkan dengan konsep IPAL perencanaan tersebut dan dia merasa IPAL
Komunal.
Komunal ini tidak sesuai dengan prinsip prinsip STBM dan juga kurang sesuai dengan
Pembelajaran yang diperoleh dari kunjungan kondisi geografis di desa desa target. John lalu
ke Desa Rehak tersebut meyakinkan mereka berkonsultasi dengan tim YDD dan kepadanya
bahwa konsep pengadaan itu perlu diubah. dijelaskan bahwa di Desa Rehak, Kecamatan
Alasan perubahan itu didasarkan kepada Welak, masyarakat sedang membangun
beberapa fakta yang ada di mayarakat, yaitu jamban Rumah Tangga yang sehat dengan
bahwa IPAL Komunal kurang tepat untuk harga yang relatif murah yaitu kurang dari 2
diterapkan di desa-desa yang menjadi sasaran
Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
Merangkai Mutiara Keberlanjutan STBM bantuan karena jarak antar satu rumah dengan rumah
yang lainnya cukup jauh. Jarak yang cukup jauh itu akan menuntut adanya jaringan perpipaan yang lebih panjang dan lebih mahal. Di samping itu, banyak tempat di desa masih kesulitan air, sehingga dikawatirkan laju aliran air limbah tidak lancar dan terganggu. Belum lagi lahan untuk menempatkan konstruksi IPAL itu sangat sulit didapatkan di setiap desa. Tak jarang masyarakat yang dekat atau terpilih untuk pemasangan IPAL itu keberatan. Pada beberapa kasus, ditemukan kemampuan masyarakat untuk mengoperasikan dan perawatan sarana bersama (sarana umum) masih sangat rendah sehingga keberlanjutannnya dipertanyakan.
Sebagai Tim STBM Kabupaten yang memahami konsep STBM dengan baik, John melakukan langkah yang berani yaitu membuat perubahan Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh tahun 2017 berupa Bantuan Pemerintah Pusat untuk Pengadaan IPAL Komunal yang awalnya akan memberikan manfaat bagi 200 rumah sasaran di 10 Desa di Kabupaten Manggarai Barat sekarang akan dapat diubah menjadi Pengadaan Jamban Individual bagi 1.000 Rumah lebih dengan jumlah dana yang sama.
Setelah mendapatkan persetujuan dari pemerintah pusat, kini tak kurang dari 200 keluarga telah termonitor melakukan galian tanah. Salut untuk John dan timnya di Dinas PKPP karena telah berani merubah sistim bantuan dari pemerintah pusat agar bantuan tersebut benar benar dapat memberikan manfaat yang sebesar- besarnya pada masyarakat. Semua ini tentunya karena John sangat memahami konsep dan praktik praktik STBM. (YDD/Sukamto)
14 Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
POKJA AMPL Kabupaten Dompu untuk SEHATI
STBM Menjadi Sebuah Gerakan
J ufri, ST, MT adalah Kepala Bidang Sosial dan Budaya di Kantor Bappeda dan Litbang Kabupaten
Dompu yang menjabat sejak bulan Januari 2017. Sebagai orang dengan latar belakang pendidikan Teknik Pertambangan ia tidak melihat STBM sebagai hal yang menarik karena di jabatan sebelumnya sebagai Kabid Pertambangan dan Energi, ia banyak bergelut dengan masalah pertambangan.
“Ketika saya dilantik sebagai Kepala Bidang Sosial dan Budaya di Bappeda dan Litbang pada tanggal
05 Januari 2017, saya mulai fokus pada masalah kesehatan, pendidikan, sosial, pemberdayaan perempuan, agama, sehingga ini merupakan tantangan baru yang harus dijawab dengan berbagai inovasi dan terobosan termasuk di dalamnya adalah STBM,” ujarnya. “Untuk lebih memahami masalah STBM di Kabupaten Dompu hal pertama yang saya lakukan adalah Rapat Koordinasi dengan Dinas Kesehatan, Plan Internasional Cabang Dompu, MCAI, PAMSIMAS untuk menyamakan presepsi tentang arah program kegiatan untuk menuju Kabupaten STBM karena sudah masuk dalam target RPJMD. Dalam pandangan saya bahwa STBM harus dikerjakan oleh berbagai pihak, sehingga kami meminta juga para pemain STBM termasuk STBM SEHATI yang disponsori oleh Plan International Indonesia dan SIMAVI harus berada di Bidang Sosial dan Budaya Bappeda dan Litbang yang selama ini berada di Dinas Kesehatan. Mulai saat itu kami selalu bersama – sama untuk melakukan diskusi/rapat yang berkaitan dengan langkah kerja yang harus dilakukan dalam mewujudkan mimpi Bupati untuk menjadikan 81 Desa/Kelurahan STBM di Tahun 2021 sesuai dengan indikator RPJMD Kabupaten Dompu 2016-2021,” lanjutnya.
Pada saat ia menjabat, data BPS menunjukkan adanya 6,545 kasus diare dan 8,671 kasus ISPA, sebagai dampak dari buruknya sanitasi. Setelah melihat hasil baseline yang dilakukan oleh Plan International Indonesia, ia pun mendapat gambaran bahwa masih ada 15.607 KK yang masih buang air besar sembarangan. Tentu ini menjadi pekerjaan rumah yang besar karena Dompu harus berkontribusi pada pencapaian target nasional akses universal pada tahun 2019.
Sejauh ini langkah kongkrit yang telah dilakukannya bersama Pokja AMPL Kabupaten Dompu untuk mendukung STBM adalah sebagai berikut :
1. Membuat Surat Keputusan Bupati Dompu Nomor 050/92/Bappeda dan Litbang/2017 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Kabupaten Dompu 2017;
2. Penyusunan Dokumen Road Map STBM, dengan melibatkan semua stakeholder terkait diantaranya Dinas Kesehatan dan Plan Internasional. Dengan Anggaran APBD 2017, tim Pokja AMPL memperbanyak dokumen ini kemudian dibagikan pada desa dan kelurahan yang ada di Kabupaten Dompu;
3. Menyusun RAD AMPL
4. Menyusun Dokumen SSK
Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
Merangkai Mutiara Keberlanjutan STBM
5. Rapat evaluasi dengan Pokja AMPL Kabupaten dan Kecamatan setiap tiga bulan untuk mengetahui perkembangan dan masalah STBM di tingkat desa;
6. Bersama Plan dan Pokja AMPL, tetap melakukan monitoring ke desa-desa sebagai pilot project Plan dan desa replikasi dari PEMDA;
7. Turut serta dalam kegiatan pemicuan, sosialisasi, seminar yang dilakukan bersama Plan.
8. Menginisasi kegiatan Lomba Desa STBM, khusus pada desa yang menjadi pilot project Plan, dan kegiatan ini mendapat respon yang cukup besar dari masyarakat dan kepala Puskesmas dan menjadi agenda tahunan.
9. Dengan anggaran yang ada di Bidang Sosial Budaya mengadakan roadshow tentang STBM pada 2 kecamatan yang belum disentuh oleh kegiatan Plan. Dalam Road show ini Jufri bersama tim akan mengundang Plan sebagai salah satu pembicara. Adapun Kecamatan yang dimaksud adalah Kecamatan Kilo dan Pekat.
10. Pokja AMPL Kabupaten juga memfasilitasi Pokja AMPL Kecamatan untuk bernaung langsung di bawah Pokja AMPL Kabupaten.
Menurutnya, STBM ini tidak bisa dilakukan dengan pendekatan proyek namun harus menjadi sebuah gerakan moral sehinga percepatan lima pilar STBM ini bisa cepat tercapai. Bersama tim POKJA AMPL Kabupaten Dompu, ia sangat optimis tahun ini bisa mencapai 3 - 5 desa STBM karena semua tahapan pelaksanaan gerakan sudah dilakukan. (Plan International Indonesia/Rony).
16 Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
POKJA AMPL Kabupaten di Lombok Timur untuk SEHATI
Muncul Dukungan Dari Berbagai Arah Untuk STBM
Dukungan kebijakan dari segala penjuru berdatangan, peluang koordinasi lintas sektor dan program makin terbuka lebar untuk penuntasan isu sanitasi. Kini, tinggal masalah pendampingan.
S ecara tidak terduga, kejutan positif terjadi tahun 2017 ini
dari pemerintah. Melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 71 Tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2017, pemerintah memberikan arahan langsung kepada puskesmas agar mengalokasikan BOK - salah satunya - untuk mendorong terwujudnya Desa STBM. Achmad Dewanto Hadi, ST. MT, Kepala Bappeda Lombok Timur, menyebut situasi saat ini sebagai gerakan yang masif untuk STBM.
“Pusat mendukung, kabupaten mendukung, dan desa juga,” katanya. Formasi BOK melalui DAK Nonfisik menurut orang nomor satu Bappeda Lombok Timur ini, sangat menguntungkan. Dengan formasi demikian, penyaluran BOK tidak lagi langsung dari pemerintah ke puskesmas, melainkan melalui APBD Kabupaten. “Jadi, ini menguntungkan buat kita dalam hal kontrol dan mendukung kebijakan daerah,” simpulnya.
Sebagai SKPD yang menjadi leading sector pembangunan, Bappeda menekankan koordinasi antar program-program pembangunan agar optimal dan tidak ada yang tumpang tindih, termasuk dalam hal menuntaskan persoalan sanitasi. Saat ini, pemerintah tengah mengejar pencapaian Akses Universal 100-0-100 dan hal itu tergambar dari berbagai kebijakannya. Selain DAK Nonfisik yang salah satunya untuk Desa STBM, ada pula program pembangunan lainnya seperti Kotaku (Kota Tanpa Kumuh). Program ini, sesuai namanya, mencita-citakan nol kawasan kumuh, yang berarti menyentuh persoalan sanitasi. Mengatasi sanitasi tidak bisa sendirian, maka Kotaku menawarkan kemitraan. Inilah yang dilihat Dewanto Hadi sebagai peluang untuk memadukan pendekatan fisik dan nonfisik melalui BOK. “ Karena kawasan yang sudah diselesaikan fisiknya tadi akan kembali kumuh kalau tidak ada pendekatan perubahan perilakunya,” jelasnya.
Tentang keberlanjutan pasca SEHATI, meski kebijakan sudah mendukung dari segala penjuru, namun masih menyisakan tanda tanya. “Kami belum bisa menyediakan kualitas pendampingan yang utuh seperti yang dilakukan YMP,” ungkap Dewanto. Menurutnya, pendamping desa yang ada saat ini sesungguhnya potensial untuk menjawab kebutuhan pendampingan tersebut. Namun kenyataannya, belumlah demikian. Padahal, pendamping desa merupakan wakil pemerintah untuk mengawal kebijakan, dan menurutnya, mereka “rindu” berkontribusi lebih. “Kenapa tidak kita tingkatkan kapasitas mereka saja untuk melakukan pendampingan, dibiayai dari APBD? Itu kan sangat bisa,” usulnya tegas. (YMP/Putri)
Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
Merangkai Mutiara Keberlanjutan STBM
POKJA AMPL Kabupaten Sumba Tengah untuk SEHATI
POKJA yang Sekarang Berbeda Dengan yang Dulu
K elompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, atau yang biasa disebut sebagai Pokja
AMPL, merupakan bentuk inisiatif pemerintah untuk mengawal dan mengkoordinir segala program yang berkaitan (pengelolaan) air minum dan penyehatan lingkungan. Hal ini disyaratkan oleh pemerintah nasional melalui Bappenas, dan menjadi institusi ad-hoc lintas sektor agar program air bersih dan sanitasi dapat berjalan sinergis. Pokja AMPL pada perkembangannya tidak hanya ada di tingkat nasional, tetapi juga di tingkat provinsi dan kabupaten. Sebagaimana program sanitasi dan perubahan lingkungan lainnya, maka STBM pun dianggap penting sebagai bagian ranah kerja Pokja AMPL.
Pada proyek SHAW di Kabupaten Sumba Tengah sebelumnya, Pokja AMPL hanya diinisiasi oleh pemerintah kabupaten untuk dibentuk di tingkat kabupaten. “Pada level itu, saya melihat bahwa Pokja AMPL di tingkat kabupaten memang sudah lintas sektor, melibatkan beberapa SKPD yang memiliki dan menyelenggarakan program sanitasi dan air bersih. Sifatnya adalah sekedar mengkoordinir, berbagi cerita soal program yang mereka jalankan sendiri-sendiri, tetapi ternyata
18 Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan 18 Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
Paulus S. Anakaka memang belum lama menjabat sebagai Kepala Sub Bidang Sosial Budaya, Penertiban, Perlindungan Keamanan, dan Kesejahteraan di lingkungan Bappeda Sumba Tengah. Tetapi perihal Pokja AMPL Kabupaten ia telah lama mengetahui dan mengamatinya, dan ia semakin bisa memahaminya ketika menggantikan rekan kerjanya di Bappeda yang kemudian membuatnya terlibat aktif di Pokja AMPL Kabupaten. Pada pertemuannya dengan CD Bethesda untuk melakukan koordinasi melalui diskusi, ia menjelaskan bagaimana visi Kabupaten Sumba Tengah melalui pokja sebagai pengawal STBM dan program sanitasi air bersih lainnya.
Menurut Paulus, Pokja AMPL telah dijalankan dengan efektif dan berkelanjutan, dengan bukti mulai dialokasikannya anggaran khusus untuk operasional, tidak lagi mengandalkan anggaran di masing-masing SKPD yang terlibat. “Dengan dana khusus itu, pokja bisa
semakin aktif melakukan kegiatan mandiri,
melakukan pertemuan, mendampingi pokja AMPL kecamatan dan desa. Ini bagus,
misalnya
“Bagi saya, keberlanjutan karena saya melihat koordinatif saja STBM tidak cukup. Harus ada kegiatan dan program
yang lebih konkret dan jelas, dan ini
sanitasi lainnya jadi lebih sudah terjawab pada Pokja AMPL terjamin karena setiap level sekarang,” sambungnya.
pemerintahan mengambil Perubahan struktur dan fungsi peran peran penting melalui pokja Pokja AMPL di Sumba Tengah tidak
yang berjenjang ini,” tegas hanya di sisi itu. Dulu, camat dan
Paulus
dalam pokja AMPL kabupaten, sehingga fungsinya tidak tampak jelas memimpin program di level kecamatan. Hal ini memunculkan
pembicaraan dan keputusan bahwa Pokja AMPL di tingkat kecamatan perlu dibentuk. Dari hasil refleksi, kerja-kerja sanitasi, termasuk STBM, perlu dibuat lebih terarah karena kecamatan dipandang strategis untuk memimpin dan mendampingi desa. Dengan pertimbangan itu pula dan mengacu pada pedoman STBM, maka pemerintah kabupaten memutuskan untuk membentuk Pokja AMPL di tingkat kecamatan, untuk menjadi bagian menggerakkan keberlanjutan STBM. Karena pokja AMPL di kecamatan harus ada yang memimpin, maka para camat dan kepala Puskesmas yang dulunya berada di Pokja tingkat kabupaten diberikan SK untuk memimpin Pokja AMPL di tingkat kecamatan. Dengan demikian, kerja-kerja sanitasi dan perubahan perilaku menjadi lebih termonitor dan camat bersama personel yang tergabung dalam pokja AMPL kecamatan bisa memutuskan hal-hal strategis, termasuk dalam hal alokasi anggaran. Kini, Pokja AMPL kecamatan pun bisa menggunakan alokasi anggarannya untuk operasional dan mendampingi desa termasuk dalam kegiatan STBM dari pemicuan hingga verifikasi.
Perubahan-perubahan ini dirasakan penting dan diapresiasi oleh Paulus. “Bagi saya, keberlanjutan STBM dan program sanitasi lainnya jadi lebih terjamin karena setiap level pemerintahan mengambil peran penting melalui pokja yang berjenjang ini. Saya menjadi lebih optimis, sehingga meski cukup menantang, mimpi 100 – 0 – 100 itu bisa diwujudkan,”pungkas Paulus, mewakili optimisme Pokja AMPL. (CD Bethesda/Dewi).
Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
Merangkai Mutiara Keberlanjutan STBM
POKJA AMPL Lombok Utara untuk SEHATI
Upaya menuju desa ODF & STBM di Lombok Utara
S aat ini apabila kita berbicara tentang sanitasi di daerah pasti tidak terlepas dari yang namanya
Pokja AMPL. Dalam rangka pencapaian desa ODF tahun 2018 dan desa STBM tahun 2021, Pokja AMPL kabupaten Lombok Utara mengeluarkan kebijakan pendukung seperti : Perbup STBM No 13 thn 2017 “Tentang STBM” dan Surat Edaran Bupati No. 47 thn 2017 tentang “Pelaksanaan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dalam rangka percepatan akses universal sanitasi 2019, kabupaten ODF 2019 dan Kabupaten Lombok utara STBM 2021.
“POKJA AMPL kabupaten Lombok utara menjadi penting keberadaannya untuk mendukung
yang dikeluarkan oleh pemerintah dan mensinergikan program – program dari SKPD yang tergabung didalamnya,” jelas Yuni Kurniati, Kabid Sosbud Bappeda yang juga menjabat sebagai ketua pelaksana POKJA AMPL Kabupaten Lombok Utara.
Sebagai ketua pelaksana POKJA AMPL Kabupaten,
penganggran desa dapat dilakukan baik melalui Dana Desa (DD) dan ADD (Alokasi
Dana Desa) juga digunakan untuk program STBM seperti: stimulan atau pembangunan paket jamban, pemicuan dan monitoring program di desa melalui pendataan STBM oleh kader kesling desa.
Kabupaten Lombok Utara terdiri dari 5 kecamatan dan 33 desa dan program STBM - SEHATI, yang merupakan kerjasama Plan Internasional Indonesia dan Pemkab Lombok Utara, dilakukan di 4 kecamatan dan 15 desa sebagai menjadi pilot projek. Pada tahun 2017 ini POKJA AMPL kabupaten bertekad untuk mendeklarasikan 6 desa ODF dan 13 desa ODF di tahun 2018 untuk desa non SEHATI. Artinya, total 33 desa ODF akan dicapai hingga akhir tahun 2018. “Selain itu kami dengan didukung oleh Plan Internasional juga menargetkan 4 desa STBM di tahun 2017,” ujar Yuni.
Terkait dengan pendanaan, pemerintah kabupaten Lombok Utara telah berkomitmen untuk mendukung STBM. Saat ini kabupaten Lombok Utara telah mengangarkan program sanitasi melalui program pembangunan rumah layak huni dan pembangunan jamban melalui Dinas Lingkungan Hidup Pemukiman dan Perumahan serta melalui pendanaan desa. “Dengan dukungan Regulasi dan pendanaan dari tingkat kabupaten sampai ke desa diharapkan target desa Stop Babs dan STBM dapat dicapai,” jelas Yuni. (Irfan Ariyanto/Plan International Indonesia)
20 Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
Tim Teknis Kabupaten Lombok Timur untuk SEHATI
Ingin Sanitasi Jadi Buah Bibir di Masyarakat
S alah satu keunikan program STBM kali ini adalah munculnya TTK. Tim ini, sesuai
dengan namanya, terdiri atas berbagai SKPD yang ada di Pemerintah Kabupaten Lombok Timur, yakni Dinas Kesehatan, Bappeda dan BPMPD. Mereka inilah yang mewakili kabupaten dalam menangani berbagai hal teknis terkait STBM di lapangan. Kegiatan yang sebelumnya dilakukan langsung YMP seperti memfasilitasi pelatihan baseline survei, hingga pemantauan ke puskesmas, kecamatan dan desa, kini menjadi “santapan” rutin mereka.
Adalah Lalu Saruji Ahmad atau Mamik Uji, yang memimpin tim ujung tombak kabupaten untuk STBM ini. Bagi Mamik Uji sendiri, STBM sudah bukan hal baru. Sewaktu STBM mulai diperdengarkan di Lombok Timur melalui SHAW beberapa tahun lalu, Mamik Uji sudah terlibat, meski selintas-pintas. Selama periode SHAW lalu, keterlibatannya hanya sebatas memenuhi undangan kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka SHAW. Selebihnya, ia tidak terlibat.
“Yang saya rasakan (awalnya), saya tidak begitu banyak paham dengan SHAW. Keterlibatan saya hanya sebatas kalau ada acara, diundang. Tidak ada keterlibatan langsung, karena seingat saya, di SHAW itu yang lebih banyak terlibat langsung itu teman-teman Puskesmas, sanitarian dan desa sehingga kami kadang-kadang hanya dapat informasi kegiatan, sedangakan di Kabupaten, Kabupaten tidak sepenuhnya tahu kegiatan YMP, hanya ketika ada undangan,”ungkapnya.
Situasi yang dirasakan saat itu, menurutnya, sangat berbeda dengan apa yang dialaminya melalui Program SEHATI. Sejak Program SEHATI berada langsung di bawah koordinasi
Kisah Inspiratif dari Pejuang Sanitasi dalam Menyukseskan
Merangkai Mutiara Keberlanjutan STBM Seksi Kesehatan Lingkungan, Mamik Uji selaku ketua seksi langsung terdampak dengan diangkatnya
ia sebagai koordinator Tim Teknis Kabupaten. “Sekarang, sangat berbeda. Justru sekarang, program SEHATI melimpahkan semua rencana kegiatan apa yang akan kita lakukan itu khususnya di TTK ini,”ungkap Mamik Uji dengan bersemangat.
Berbagai pelatihan yang diterima para anggota tim lambat laun mulai mengubah para ujung tombak STBM dari kabupaten ini. Peran dan tanggung jawab Tim Teknis Kecamatan di antaranya memang melakukan advokasi isu STBM ke kecamatan. Hal ini mengharuskan mereka berinteraksi dengan para pejabat eselon di kecamatan, juga puskesmas. Pengalaman untuk yang berkontribusi terhadap perubahan nyata bagi Mamik Uji, yaitu terhadap keberanian dan rasa percaya diri untuk berbicara di depan forum, termasuk di hadapan para pejabat eselon seperti Camat, kepala puskesmas hingga kepala dinas.
Peningkatan rasa percaya diri ini juga dialami anggota timnya, seperti Ramzul Ain, Hesti, dan Herry Siswandi, yang notabene adalah staf non eselon. Bukan hanya itu, secara umum, mereka mengakui bentuk interaksi antara para anggota tim (yang mayoritas staf non eselon) dengan pejabat struktural seperti camat, dan kepala puskesmas, menjadi lebih cair dan luwes, tidak kaku dan prosedural. Hirarki jabatan yang menjadi karakter birokrat awalnya memang menimbulkan keragu-raguan di antara tim. Saat mulai ditarik sebagai anggota tim, Ain, misalnya, mengaku sempat gamang.
“Masak sih kapus dan Camat harus kita berikan pelatihan? Kan bukan level kita,” Ain mengulang keraguannya saat itu. Hesti, yang duduk di sebelahnya menambahkan sambil tertawa, “Dia (Ramzul Ain) sampai mengusulkan untuk nggak pake seragam (saat bertugas sebagai fasilitator untuk kepala puskesmas dan camat).”Ain menimpalinya dengan tergelak. Interaksi yang lebih cair antar staf dan pejabat eselon juga terjalin di internal tim sendiri. Herry Siswandi atau Andi, mengakui sejak ia terlibat dalam TTK interaksinya dengan Mamik Uji yang atasannya langsung di Kesling sejak 2013 – kini, tidak lagi canggung. Sebagaimana atasannya, Andi yang selama ini banyak di belakang meja, merasa percaya dirinya meningkat seiring berkembangnya wawasan sebagai fasilitator. Demikian pula Hesti, yang baru mengenal STBM sejak terlibat SEHATI.
Pasca ditunjuk sebagai anggota TTK dan mendapat berbagai pelatihan, para fasilitator ini lantas mempraktikkannya di berbagai pertemuan baik
“Seharusnya yang hadir tingkat kecamatan, desa, maupun puskesmas. bukan hanya mereka yang Kemampuan memfasilitasi ini diakui mereka memang berpengaruh,
tapi
juga penting dan untuk meningkatkannya, fasilitator perlu
dilatih dan dikembangkan. Untungnya mereka juga
mereka yang “bermasalah” mulai dilibatkan sebagai fasilitator dalam pertemuan sehingga akar masalahnya program MCAI dan Pamsimas (dua program yang baru bisa diketahui dan mendapat masuk di Lombok Timur pada pertengahan 2016 lalu)
penyelesaian yang tepat,” sehingga pengalaman tersebut terus mengasahnya.
Saat ini, meski mereka mengaku relatif baru sebagai
tukasnya
fasilitator, wawasan mereka mulai berkembang. Mamik Uji misalnya, mulai mengkritisi kehadiran masyarakat dalam