Peraturan Perusahaan Listrik Negara

3.7 Peraturan Perusahaan Listrik Negara

Perusahaan Listrik Negara didirikan berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1972 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 1981. Kemudian dilanjutkan dengan berdirinya dan ditetapkannya Perusahaan Listrik Negara sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan meneruskan usaha-usaha selanjutnya berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1990. Perusahaan Listrik Negara adalah Badan Usaha Milik Negara di bidang Perusahaan Listrik Negara didirikan berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1972 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 1981. Kemudian dilanjutkan dengan berdirinya dan ditetapkannya Perusahaan Listrik Negara sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan meneruskan usaha-usaha selanjutnya berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1990. Perusahaan Listrik Negara adalah Badan Usaha Milik Negara di bidang

Sifat usaha dari Perusahaan Listrik Negara adalah menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan. Maksud didirikannya Perusahaan Listrik Negara adalah untuk mengusahakan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang memadai dengan tujuan untuk (PP No. 17 Tahun 1990, Pasal 5):

a. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi;

b. Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai pengembangan penyediaan tenaga listrik untuk melayani kebutuhan masyarakat;

c. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi. Dalam hal modal Perusahaan Listrik Negara, diatur di dalam peraturan pemerintah sebagai berikut (PP No. 17 Tahun 1990, Pasal 8):

a. Modal Perusahaan adalah kekayaan Negara yang dipisahkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan tidak terbagi atas saham-saham.

b. Besarnya modal Perusahaan adalah sama dengan nilai seluruh kekayaan Negara yang telah tertanam dalam Perusahaan, berdasarkan penetapan Menteri Keuangan sesuai dengan hasil perhitungan yang dilakukan bersama oleh Departemen Keuangan dan Departemen yang bertanggung jawab dalam bidang ketenagalistrikan.

c. Setiap penambahan modal yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan dilakukan dengan Peraturan Pemerintah.

d. Perusahaan dapat menambah modalnya dengan dana yang dibentuk dan dipupuk secara internal, dimana dari laba bersih yang disahkan disisihkan untuk (PP No. 17 Tahun 1990, Pasal 54):

Dana Pembangunan Semesta sebesar 55% (lima puluh lima persen)

Cadangan umum sebesar 20% (dua puluh persen) hingga cadangan umum tersebut mencapai jumlah dua kali modal Perusahaan;

Cadangan tujuan sebesar 5% (lima persen); Sisanya sebesar 20% (dua puluh persen) dipergunakan untuk dana sosial,

pendidikan, jasa produksi dan sumbangan dana pensiun yang perincian perbandingan pembagiannya ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri.

e. Perusahaan tidak mengadakan cadangan diam atau cadangan rahasia.

f. Semua alat-alat likuid (liquid) yang tidak segera diperlukan oleh Perusahaan disimpan dalam bank milik Negara yang disetujui oleh Menteri. Pembelanjaan untuk investasi yang dilaksanakan oleh Perusahaan dapat berasal dari (PP No. 17 Tahun 1990, Pasal 9):

a. Dana internal Perusahaan;

b. Penyertaan Negara melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

c. Pinjaman dari dalam dan/atau luar negeri;

d. Sumber-sumber lainnya yang sah. Anggaran investasi diajukan dalam anggaran Perusahaan, sedangkan bilamana anggaran investasi diajukan pada masa tahun buku yang bersangkutan, maka anggaran investasi diajukan bersamaan dengan anggaran tahunan atau perubahan anggaran Perusahaan yang pengajuannya dilakukan sesuai dengan tata cara di dalam peraturan pemerintah. Perusahaan dapat memperoleh dan menggunakan dana yang diperoleh untuk mengembangkan usahanya melalui pengeluaran obligasi atau alat-alat yang sah lainnya. Pengeluaran obligasi atau alat-alat yang sah lainnya, termasuk ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan itu, diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP No. 17 Tahun 1990, Pasal 10).

Dalam hal harga jual tenaga listrik, ditetapkan oleh peraturan pemerintah sebagai berikut (PP No. 17 Tahun 1990, Pasal 22):

a. Harga jual tenaga listrik ditetapkan oleh Presiden berdasarkan usul Menteri ESDM.

b. Dalam mengusulkan harga ual tenaga listrik, Menteri ESDM memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Kepentingan rakyat dan kemampuan dari masyarakat; Kaidah-kaidah industri dan niaga yang sehat; Biaya produksi; Efisiensi pengusahaan; Kelangkaan sumber energi primer yang digunakan; Skala pengusahaan dan interkoneksi sistem yang dipakai; Tersedianya sumber dana untuk investasi.