Perkembangan Hukum di Indonesia

C. Perkembangan Hukum di Indonesia

1. Pengertian Hukum

a. Hans Kelsen, hukum itu bersifat hierarkis, artinya hukum tidak boleh bertentangan

dengan ketentuan yang lebih atas derajatnya.

b. Aristoteles, hukum tertentu pada hukum yang dianut oleh masyarakat yang digunakan

atau berlaku untuk anggota masyarakat itu.

c. Grotius, hukum adalah aturan tingkah laku moral yang mewajibkan untuk berbuat benar.

d. M. Mayers, hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan yang menjadi pedoman bagi penguasa Negara dalam melaksanakan tugasnya.

e. Immanuel Kant, hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.

f. Utrecht, hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib masyarakat, karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.

g. Mochtar Kusumaatmadja, hukum adalah keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara

ketertiban dan keadilan yang meliputi lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaidah itu sebagai kenyataan.

h. J. C. T. Simorangkir & Woerjono Sastropranoto, hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa, menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan resmi yang berwajib, pelanggaran terhadap peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu.

i.

Berdasarkan beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu.

2. Unsur-Unsur Hukum

a. adanya peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.

b. peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.

c. peraturan itu bersifat memaksa.

d. sanksi terhadap pelanggaran peraturan adalah tegas.

e. mengandung perlindungan yang efektif bagi mereka yang terkena hukum.

3. Ciri-Ciri Hukum

a. adanya perintah dan atau larangan.

b. Perintah dan atau larangan itu harus patuh ditaati setiap orang.

4. Sifat Hukum

Agar peraturan hidup kemasyarakatan agar benar-benar dipatuhi dan di taati sehingga menjadi kaidah hukum, peraturan hidup kemasyarakata itu harus memiliki sifat mengatur dan memaksa. Bersifat memaksa agar orang menaati tata tertib dalam masyarakaty serta memberikan sanksi yang tegas (berupa hukuman) terhadap siapa yang tidak mau patuh menaatinya.

5. Tujuan Hukum

Hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum harus pula bersendikan pada keadilan, yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat itu. Sementara itu, para ahli hukum memberikan tujuan hukum menurut sudut pandangnya masing-masing.

 Prof. Subekti, S.H. hukum itu mengabdi pada tujuan Negara yang dalam pokoknya ialah

mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyatnya.  Prof. MR. dr. L.J. Van Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup

manusia secara damai.  Geny, hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan, dan sebagai unsur daripada keadilan disebutkannya “kepentingan daya guna dan kemanfaatan”.  Jeremy Betham (teori utilitas), hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa

yang berfaedah bagi orang.  Prof. Mr. J. Van Kan, hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya

kepentingan-kepentingan itu tidak dapat diganggu. Berdasarkan pada beberapa tujuan hukum yang dikemukakan para ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa tujuan hukum itu memiliki dua hal, yaitu :  untuk mewujudkan keadilan  semata-mata untuk mencari faedah atau manfaat.

Selain tujuan hukum, ada juga tugas hukum, yaitu :  Menjamin adanya kepastian hukum.  Menjamin keadilan, kebenaran, ketentraman dan perdamaian.  Menjaga jangan sampai terjadi perbuatan main hakim sendiri dalam pergaulan

masyarakat.

6. Sumber Hukum

Sumber hukum ialah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan-kekutatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang jika dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum dapat ditinjau dari segi:

a. Sumber hukum material, sumber hukum yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, misalnya ekonomi, sejarah, sosiologi, dan filsafat. Seorang ahli kemasyarakatan (sosiolog) akan menyatakan bahwa yang menjadi sumber hukum adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Demikian sudut pandang yang lainnya pun seterusnya akan bergantung pada pandangannya masing-masing bila kita telusuri lebih jauh.

b. Sumber hukum formal, membagi sumber hukum menjadi :  Undang-undang (statue), yaitu suatu peraturan Negara yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa Negara.  Kebiasaan (custom/adat), perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama kemudian diterima dan diakui oleh masyarakat. Apabila ada tindakan atau perbuatan yang berlawanan dengan kebiasaan tersebut, hal ini dirasakan sebagai pelanggaran.

 Keputusan Hakim (Jurisprudensi); adalah keputusan hakim terdahulu yang dijadikan dasar keputusan oleh hakim-hakim lain dalam memutuskan perkara yang sama.  Traktat (treaty); atau perjanjian yang mengikat warga Negara dari Negara yang bersangkutan. Traktat juga merupakan perjanjian formal antara dua Negara atau lebih. Perjanjian ini khusus menyangkut bidang ekonomi dan politik.

 Pendapat Sarjana Hukum (doktrin); merupakan pendapat para ilmuwan atau para sarjana hukum terkemuka yang mempunyai pengaruh atau kekuasaan dalam pengambilan keputusan.

7. Sumber Hukum Perundangan RI

Sumber hukum RI adalah:  Proklamasi  Dekrit Presiden Tanggal 5 Juli 1959  UUD 1945  Supersemar

Tata urutan Perundang-undangan RI menurut TAP MPR No. III Tahun 2000: 

Peraturan Pemerintah (PP)

Keputusan Presiden

Peraturan Daerah (PERDA)

8. Penggolongan Hukum

a. Menurut Sumbernya  Hukum undang-undang; yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-

undangan.  Hukum kebiasaan (adat); yaitu hukum yang terletak di dalam peraturan-peraturan

kebiasaan (adat)

 Hukum traktat (perjanjian), yaitu hukum yang ditetapkan oleh Negara-negara dalam

suatu perjanjian antar Negara.  Hukum Yurisprudensi; yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.

b. Menurut Bentuknya  Hukum Tertulis; hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan.  Hukum Tidak Tertulis; hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi

tidak tertulis, namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan perundangan. Hukum tidak tertulis disebut juga sebagai suatu kebiasaan.

c. Menurut Tempat Berlakunya (ruang)  Hukum Nasional; hukum yang berlaku dalam suatu Negara.  Hukum Internasional; hukum yang mengatur hubungan hukum dalam dunia

internasional.  Hukum Gereja; kumpulan norma-norma yang ditetapkan.  Hukum Asing; hukum yang berlaku dalam Negara lain.

d. Menurut Waktu Berlakunya  Ius Constitutium (Hukum positif/berlaku sekarang); hukum yang berlaku sekarang bagi masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu (hukum yang berlaku dalam masyarakat pada suatu waktu, dalam suatu tempat tertentu).

 Ius Constituendum (berlaku masa lalu); hukum yang diharapkan berlaku pada waktu

yang akan datang.  Antar Waktu (hukum asasi/hukum alam); hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tak mengenal batas waktu melainkan berlaku untuk selama-lamanya (abadi) terhadap siapapun juga di seluruh tempat.

e. Menurut Cara Mempertahankannya (Tugas & Fungsi)  Hukum Materil (KUH Perdata, KUH Pidana, KUH Dagang).  Hukum Formal (Pidana Formal, Perdata Formal).

f. Menurut Sifatnya  Hukum Memakasa (imperative); hukum yang dalam keadaan bagaimana pun juga

harus dan mempunyai paksaan mutlak.  Hukum Mengatur (fakultatif/pelengkap); hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian.

g. Menurut Isinya  Hukum Privat/Perdata (hukum pribadi, hukum kekayaan, hukum waris).  Hukum Publik (Hukum tata Negara, hukum administrasi Negara, hukum pidana, hukum

acara, hukum internasional).

h. Menurut Wujudnya :  Hukum Objektif; hukum dalam suatu Negara yang berlaku umum dan tidak mengenai

orang atau golongan tertentu.  Hukum Subjektif; Hukum yang timbul dari hukum objektif dan berlaku terhadap seorang

tertentu atau lebih. Hukum subjektif disebut juga hak.