Fenomena Pertukaran Dalam Pengelolaan Hutan Secara Kolaboratif ( Studi Kasus Implementasi PHBM di Desa Puncak Kecamatan Cigugur dan Desa Linggasalla Kecamatan Cilimus Kabupaten KUllingan Provinsi Jawa Barat)

FENOMENA PERTUKARAN DALAM PENGELOLAAN
HUTAN SECARA KOLABORATIF
( Studi Kasus Implementasi PHBM di Desa Puncak Kecamatan Cigugur dan
Desa Linggasalla Kecamatan Cilimus Kabupaten KUllingan Provinsi Jawa
Barat)

OLEH:
BETTYMARGITAWATY
A09400064

DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004

RINGKASAN
BETTY MARGITAWATY. A09400064. Fenomena Pertukaran Daiam
Pengeioiaan Hutan Secam Koiaboratif.(Studi Kasus Impiementasi PHBM di
Desa Puncak Kecamatan Cigugur dan Desa Linggasana Kecamatan Cilimus
Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat). Di bawah bimbingan
SAHARUDDIN.

Pengelolaan hutan di Indonesia masih diwamai oieh struktur hubungan
yang timpang antara pemerintah dan masyarakat. Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat ( PHBM) sebagai salah satu bentuk manajemen kolaborasi di sektor
kehutanan adalah suatu inovasi untuk mengatasi permasalahan dalam pengelolaan
hutan.

Manajemen

kolaborasi

adalah

suatu

bentuk

manaJemen

yang


mengakomodasikan kepentingan-kepentingan seluruh stakeholder secara adil dan
memandang harkat setiap stakeholder itu sebagai entitas yang sederajat sesuai
dengan tata nilai yang beriaku, dalam rangka mencapai tujuan bersama. Masalah
utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana proses kolaborasi
dalam PHBM bisa memenuhi kepentingan para pihak yang terlibat di dalamnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jalannya proses kolaborasi
dalam PHBM di tingkat desa dan melihat apakah PHBM menjamin terpenuhinya
kepentingan-kepentingan masing-masing stakeholder. Pada studi ini dilihat
bagaimana mekanisme pertukaran yang terjadi diantara stakeholder dalam
memenuhi kepentingannya.
Penelitian dilakukan di Desa Puncak, Kecamatan Cigugur dan Desa
Linggasana, Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat. Dua
desa ini merupakan desa hutan yang telah mengimplementasikan PHBM. Metode
yang digunakan adalah metode pene1itian kualitatif Penelitian ini bersifat
deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena sosial. Untuk
itu, pendekatan yang dipakai dalam studi ini adalah studi kasus dengan
menggunakan wawancara mendalam dan studi literatur sebagai alatnya.
Proses kolaborasi pengelolaan hutan di Kuningan melaui PHBM
menampilkan performa yang berbeda di tingkat desa. Hal ini terlihat pada proses
kolaborasi di desa Puncak dan Linggasana. Proses di Linggasana dinilai lebih

lancar daripada proses. yang terj adi di Puncak. Hal tersebut bisa dilihat dari
keragaan proses dan aspek kolaborasi. Keragaan proses dilihat dengan melihat

setiap tahapan implementasi PHBM di kedua komunitas. Tahapan implementasi
PHBM terdiri dari sosialisasi, pembentukan kelembagaan, pemetaan dan
inventarisasi, serta penyusunan NKB dan NPK. Tahapan implementasi di
Linggasana lebih maju daripada di Linggasana karena telah mencapai
penandantanganan NPK. Selain itu

dilihat dari setiap tahapan implementasi,

proses di Linggasana lebih maju daripada di Puncak.
Dalam proses kolaborasi tersebut aspek-aspek yang menjadi objek
pertukaran adalah keselarasan pemikiran, keseimbangan kekuasaan, dan
pengambilan keputusan.

Mekanisme pertukaran dalam proses kolaborasi

merupakan cara bagaimana masing-masing aktor berusaha meminimumkan cost
dan dan mengoptimalkan reward dalam mempertukarkan objek-objek pertukaran.

Proses kolaborasi di Linggasana lebih lancar daripada Puncak karena arah
pertukaran bergerak ke arah pertukaran yang relatif seimbang dimana kepentingan
para aktor relatif terpenuhi. Altinya, kepentingan-kepentingan para pihak yang
terkait dengan pengelolaan hutan lebih terpenuhi.
Perbedaan mekanisme pertukaran di kedua desa tersebut juga dipengaruhi
oleh karakteristik lokal, yaitu karakteristik sumberdaya, karakteristik penggarap,
dan susunan kelembagaan. Karakteristik sumberdaya yang dimaksud adalah
keuntungan dari sumberdaya, dan kemudahan dari teknologi pengelolaan yang
digunakan. Sedangkan karakteristik penggarap yang dimaksud adalah daya
tangkap terhadap inovasi. Adapun yang termasuk susunan kelembagaan adalah
ikatan yang mendasari pembentukan kelembagaan.

FENOMENA PERTUKARAN DALAM PROSES KOLABORASI
PENGELOLAAN HUTAN
( Studi Kasus Implementasi PHBM di Desa Puncak Kecamatan Cigugur dan Desa
Linggasana Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat)

Oleh:
BETTY MARGITAWATY
A09400064


Skripsi
Sebagai B!Ilgi!llii Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
Agustus, 2004

DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTASPERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh:
Nama

Betty Margitawaty

NRP


A09400064

Program Studi

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

.Tudul

Fenomena Pertukaran dalam

Pengelolaan Butan

Secara

Kolaboratif

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Smjana
Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pelianian Bogor


Menyet jui,

----.

II'. Saharuddin. MSi
NJP.132047078

エカャ・ョァ。ィオゥセ@

u Sosial Ekonomi Pertanian
a,

Tanggal disetujui : 20

AgLidut

2(0