Kebutuhan informasi pertanian dan aksesnya bagi petani sayuran pengembangan model penyediaan informasi pertanian dalam pemberdayaan petani, kasus di provinsi Jawa Barat

KEBUTUHAN INFORMASI PERTANIAN DAN
AKSESNYA BAGI PETANI SAYURAN:
Pengembangan Model Penyediaan Informasi Pertanian
dalam Pemberdayaan Petani, Kasus di Provinsi Jawa Barat

MARIATI TAMBA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

vi

KEBUTUHAN INFORMASI PERTANIAN DAN
AKSESNYA BAGI PETANI SAYURAN:
Pengembangan Model Penyediaan Informasi Pertanian
dalam Pemberdayaan Petani, Kasus di Provinsi Jawa Barat

MARIATI TAMBA


Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

ii

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Kebutuhan Informasi
Pertanian dan Aksesnya bagi Petani Sayuran: Pengembangan Model Penyediaan
Informasi Pertanian dalam Pemberdayaan Petani, Kasus di Provinsi Jawa Barat”
adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.


Bogor, Agustus 2007

Mariati Tamba
P061040101

iii

ABSTRAK
MARIATI TAMBA. Kebutuhan Informasi Pertanian dan Aksesnya bagi Petani
Sayuran: Pengembangan Model Penyediaan Informasi Pertanian dalam
Pemberdayaan Petani, Kasus di Provinsi Jawa Barat. Di bawah bimbingan oleh
MA’MUN SARMA, H.R.MARGONO SLAMET dan BASITA GINTING
SUGIHEN.
Pembangunan agribisnis hortikultura merupakan salah satu sumber
pertumbuhan ekonomi nasional dari sektor pertanian. Dengan diberlakukannya
pasar bebas, sebagian pasar domestik telah diisi oleh produk hortikultura impor,
mengakibatkan timbulnya persaingan agribisnis yang semakin ketat. Di samping
itu, adanya tuntutan kebutuhan keluarga petani yang semakin meningkat
menyebabkan dihadapkannya pada tuntutan kebutuhan akan informasi tentang

usahatani modern untuk meningkatkan kemampuan (manajemen usaha) petani
dalam mengembangkan usahatani dan menghasilkan produk yang berdaya saing
dengan ciri-ciri petani berperilaku efisien. Kebutuhan informasi sama pentingnya
dengan faktor produksi utama seperti: “tanah, tenaga kerja, dan modal”.
Pemberdayaan selama ini, umumnya belum secara nyata memberdayakan
petani. Faktanya adalah, petani masih belum mendapatkan informasi yang
dibutuhkannya. Salah satu strategi pemberdayaan adalah, bagaimana membuat
petani mampu memperbaiki kehidupannya sendiri dalam arti: tahu, termotivasi,
dan mampu mengembangkan usahataninya dengan mencari dan memanfaatkan
informasi pertanian yang tersedia. Pemerintah berkewajiban memberi pelayanan
informasi pertanian bagi petani sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No.16
tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.
Penelitian ini, bertujuan untuk menganalisis: (1) faktor-faktor yang
mempengaruhi penyediaan informasi pertanian, (2) faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat keberdayaan petani sayuran, dan (3) merumuskan konsep
model penyediaan informasi pertanian bagi petani sayuran. Penelitian dilakukan
di tiga kabupaten (Bogor, Cianjur, dan Bandung), Provinsi Jawa Barat pada Juli
2006-Februari 2007 dengan teknik survai, wawancara, dan indepth interview.
Teknik pengambilan sampel adalah, Sampel Gugus Sederhana (Simple Cluster
Sampling) dengan jumlah responden 240 kepala keluarga. Analisis statistik yang

digunakan adalah: Cronbach Alpha, uji t, korelasi Rank Spearman, dan Structural
Equation Modeling. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat keberdayaan
petani sayuran, dipengaruhi oleh: karakteristik pribadi petani sayuran, tuntutan
kebutuhan dan memperoleh informasi pertanian, kekondusifan faktor lingkungan,
kualitas sumber informasi pertanian; kemudahan mendapatkan informasi, dan
penyediaan informasi pertanian. Model penyediaan informasi pertanian
dirumuskan dengan beberapa upaya, antara lain: membangun komitmen antar
lembaga terkait untuk berkerjasama dan berkoordinasi dalam penyediaan
informasi pertanian dan merancang mekanisme aliran informasi bagi petani
sayuran.
Kata Kunci: Informasi pertanian tersedia, kebutuhan informasi pertanian, dan
akses informasi pertanian, petani berdaya.

iv

ABSTRACT
MARIATI TAMBA. The Need of Agricultural Information and Its Accessibility
for Vegetables’ Farmers: Developing Agricultural Information Provision Model in
Order to Empowerment Farmers, Case in West Java Province. Under Supervision
of MA’MUN SARMA, H.R. MARGONO SLAMET and BASITA GINTING

SUGIHEN.
The agribusiness development of horticulture products is one of national
economical growth sources of agricultural sector. Free market made part of
domestically market filled by import products of horticulture, which cause more
rigid competitiveness. In addition, the increase of farmer’s family member
demands was faced to the need of demand of information of modern farming to
increase the management capability in yielding competitive products from the
efficient farmers. The information needs plays the similar role with as the prime
factors such as “land, labor and capital”.
Yet, the empowerment hasn’t significantly empowered the farmers. The
fact indicated that farmers show inadequate information that they need. One of
empowerment strategy is how to make independent farmer to maintain their lives
incluiding: ability to know, ability to motivate, and ability to develop their farm
by searching and employing the available agricultural information. The
government task is to provide agricultural information services for farmers as
stated in law No.16 year 2006 about Agricultural, Fishery and Forestry Extension
System.
This research were aimed to analyze: (1) factors influenced the provision
of agricultural information, (2) factors influenced the empowerment of
vegetables’ farmers, and (3) formulation of the concept of the provision of

agricultural information model for vegetables’ farmers. The research was
conducted in three districts (Bogor, Cianjur, and Bandung), West Java Province
since July 2006 to February 2007 by using survey technique, interview, and
indepth interview. The sampling technique was Simple Cluster Sampling with 240
respondents of head families. Statistical analysis were using Cronbach Alpha, ttest, Rank Spearman correlation, and Structural Equation Modeling. The analysis
shows that farmers’ empowerment level influenced significantly by personal
charateristics, need of demand and obtaining agricultural information,
environment conduciveness, quality of agricultural information sources,
accessibility of agricultural information, and the provision of agricultural
information. Agricultural information model was formulated with: developing
commitment cooperation between the stakeholders and coordination in the
provision of agricultural information and design mechanism of information flows
for vegetables’ farmers.
Keywords: The provision of agricultural information, the need of agricultural
information and accessibility to agricultural information, farmer’s
empower.

v

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007

Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

vi

Judul Disertasi: Kebutuhan Informasi Pertanian dan Aksesnya bagi Petani
Sayuran: Pengembangan Model Penyediaan Informasi Pertanian
dalam Pemberdayaan Petani, Kasus di Provinsi Jawa Barat
Nama
: Mariati Tamba
NRP
: P061040101

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ma’mun Sarma, M.S. M.Ec.
Ketua


Prof. Dr. H.R. Margono Slamet, M.Sc.
Anggota

Dr. Ir. Basita Ginting S., M.A.
Anggota

Diketahui

Ketua Departemen Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Lala M.Kolopaking, M.S.

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S.

Tanggal Ujian:


Tanggal Lulus:

vii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
atas segala kasih dan rahmatNya, disertasi yang berjudul “Kebutuhan Informasi
Pertanian dan Aksesnya bagi Petani Sayuan: Pengembangan Model
Penyediaan Informasi Pertanian dalam Pemberdayaan Petani, Kasus di
Provinsi Jawa Barat” ini dapat selesai sesuai waktu yang direncanakan. Pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat: (1)
Dr. Ir. Ma’mun Sarma, M.S. M.Ec., (2) Prof. Dr. H.R. Margono Slamet, M.Sc.,
(3) Dr. Ir. Basita Ginting. S, M.A., (4) Prof. Dr. Pang. S. Asngari, dan (5) Prof.
Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM, APU, selaku Komisi Pembimbing atas bimbingan
yang telah diberikan, selama penyelenggaraan studi hingga penulisan disertasi ini.
Di samping itu, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S. selaku Dekan Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor beserta stafnya, Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, M.S. selaku
Ketua Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, dan Dr. Ir. Siti
Amanah, M.Sc. selaku Koordinator Program Mayor Penyuluhan Pembangunan

beserta stafnya yang telah memberikan pelayanan administrasi.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh dosen pada
Program Mayor Penyuluhan Pembangunan yang telah memberikan kontribusi,
masukan dan saran selama proses belajar. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Dr. Ir. Herien Puspitasari, Msc., Msc. yang telah memberikan
kontribusi dalam analisis data dan Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.S. yang telah
memberikan masukan dalam persiapan penelitian.
Terima kasih penulis sampaikan juga kepada David, Rizal, Mohammad
Irfan, Laili, Ana, Uut, dan Megawati Simanjuntak yang telah membantu dalam
pengumpulan dan pengolahan data. Penghargaan dan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada aparat Dinas Pertanian, penyuluh pertanian, serta petani
sayuran di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Bandung yang
telah bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan. Demikian juga, penulis
sampaikan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa Pascasarjana Institut

viii

Pertanian Bogor terutama mahasiswa program studi PPN yang telah memberikan
saran dalam penulisan disertasi ini.
Akhirnya, ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua

orangtua yaitu Bapak Japinail Tamba (alm) dan Ibu Ramotina br. Haro, suami,
anak dan keluarga atas segala doa dan dukungannya.

Bogor, Agustus 2007

Mariati Tamba

ix

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pangururan pada tanggal 16 Oktober 1958 sebagai
anak ke lima dari pasangan Djapinail Tamba dan Ramotina Haro. Pendidikan
sarjana ditempuh di Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara (USU) Medan, lulus pada tahun 1981. Selama menempuh pendidikan S1,
penulis mendapat beasiswa “Bakat dan Prestasi” dari Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, karena memperoleh penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi
dengan peringkat pertama pada tahun 1976.
Pada tahun 1998, penulis memperoleh izin belajar untuk melanjutkan ke
Program Pascasarjana Magister Management di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Institut Sains Manajemen (STIE ISM) Jakarta dan menamatkannya pada tahun
2000 dengan memperoleh penghargaan sebagai wisudawan terbaik. Kesempatan
untuk melanjutkan pendidikan ke program doktor pada Program Mayor
Penyuluhan Pembangunan Sekolah Pascasarjana IPB Bogor, diperoleh tahun 2004
dengan biaya sendiri.
Pada tahun 1981-1983, penulis bekerja di Departemen Pertanian sebagai
Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS) dan ditempatkan di Kabupaten Lahat, Provinsi
Sumatera Selatan. Sejak akhir tahun 1983 sampai sekarang, penulis bekerja di
Kantor Pusat Departemen Pertanian. Berbagai pengalaman jabatan yang pernah
diemban penulis selama bekerja di Departemen Pertanian, adalah sebagai berikut:
-

Staf Sub Bagian Peternakan dan Perikanan, Badan Pengendali Bimas pada
tahun 1983-1985

-

Kepala Sub Bagian Tanaman Perkebunan, Badan Pengendali Bimas pada
tahun 1985-1990

-

Kepala Sub Bagian Evaluasi Program dan Proyek, Badan Pengendali Bimas
pada tahun 1990-1994

-

Kepala Sub Bagian Kebijaksanaan Sarana Produksi, Badan Pengendali Bimas
pada tahun 1994-1998

x

-

Kepala Sub Bagian Bimbingan Tani, Badan Pengendali Bimas pada tahun
1998-2001

-

Kepala Sub Direktorat Kelembagaan Petani, Direktorat Jenderal Bina
Produksi Hortikultura pada tahun 2001-2004

-

Kepala Sub Direktorat Tanaman Anggrek, Direktorat Jenderal Bina Produksi
Hortikultura pada tahun 2004-2005
Selama penulis bekerja, penulis memperoleh pendidikan dan pelatihan

yang ditugaskan oleh Departemen Pertanian untuk menunjang karir penulis,
antara lain:
-

Latihan Orientasi Penyuluhan, pada tahun 1981 di Departemen Pertanian,
Jakarta.

-

Latihan Penyuluh Pertanian Spesialis tahun 1982 di Universitas Gajah Mada,
Jogyakarta.

-

Latihan Agronomi tahun 1983 di Institut Pertanian Bogor.

-

Pendidikan Administrasi Pembangunan tahun 1986 di Universitas Indonesia,
Jakarta.

-

Trainer of Trainers (TOT) “Preparation, Monitoring, Evaluation Agricultural
and Rural Development Project, pada tahun 1989/1990 di Asean Institute
Technology (AIT) Bangkok/Thailand, kerjasama FAO dengan Departemen
Pertanian.

-

Sekolah Pimpinan Administrasi Madya (SPAMA), pada tahun 1998 di BPLP
Ciawi-Bogor dengan karya ilmiah: “Rencana Kerja Peningkatan Kinerja
Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Pembinaan Motivasi dan Partisipasi
Petani/Kelompok Tani Tahun 1999”.

-

Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Menengah (SPAMEN), pada tahun
2003/2004 di Lembaga Administrasi Negara (LAN) Jakarta dengan karya
ilmiah: “Reformasi Perencanaan untuk Pengembangan Agribisnis Hortikultura
dalam Rangka Membangun Transparansi pada Kantor Pertanian Tanaman
Pangan di Kota Samarinda”.

xi

-

Workshop on Tropical Agriculture Technology for China-ASEAN, pada tahun
2003 di Haiko/China.
Penulis juga memperoleh tanda jasa penghargaan dari Presiden Republik

Indonesia berupa “Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya 10 Tahun”,
pada tahun 1998 dan “Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya 20 Tahun”,
pada tahun 2004.

xii

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................

xv

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

xviii

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

xix

PENDAHULUAN ……………………………………………………...

1

Latar Belakang ..................................................................................

1

Masalah Penelitian ............................................................................

7

Tujuan Penelitian ..............................................................................

8

Kegunaan Penelitian .........................................................................

8

DEFINISI ISTILAH ...............................................................................

10

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

15

Kebijakan Pembangunan Pertanian Jangka Panjang …....................
Kebijakan Penyuluhan Pertanian dalam UU No. 16 Tahun 2006 …..
Eksistensi Petani dalam Pembangunan Pertanian ……………….....
Konsep Kebutuhan dan Kesadaran akan Kebutuhan ………………
Konsep Pemberdayaan Masyarakat ………………………………..
Pentingnya Modal Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat ……...
Penyuluhan Pembangunan dalam Perspektif Pemberdayaan ……..
Paradigma Penyuluhan Pembangunan ………………………....
Prinsip-prinsip Penyuluhan …………………………………….
Tujuan Penyuluhan …………………………………….............
Pemilihan Materi dan Metode Penyuluhan ………....................
Penyuluhan sebagai Proses Perubahan Perilaku …....................
Peran, dan Kualifikasi Penyuluh ................................................
Kedudukan Penyuluh dalam Proses Pembelajaran Petani .........
Penyuluhan sebagai Proses Komunikasi Pembangunan ..................
Proses Komunikasi .....................................................................
Peranan Informasi dalam Pengembangan Sumber Daya
Manusia …………………………………………………….
Model Komunikasi dalam Penyediaan Informasi ……………...
Sistem Informasi Pertanian ..........................................................

15
18
21
25
28
31
34
34
35
37
39
42
43
44
46
46
49
50
51

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ………………………….

53

Alur Pikir Proses Penelitian ..............................................................
Masyarakat Berdaya vs Tidak/Kurang Berdaya ...............................
Pemberdayaan sebagai Proses Berkesinambungan ..........................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kualitas
SDM Petani ...........................................................................
Karakteristik Petani Berdasarkan Tipologi Petani ...........................

53
57
58
59
61

xiii

Hipotesis Penelitian ..........................................................................

62

METODE PENELITIAN ………………………………………………

63

Rancangan Penelitian .......................................................................
Lokasi, Objek dan Waktu Penelitian ................................................
Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................
Data dan Instrumen Penelitian ...........................................................
Data ..............................................................................................
Instrumen ......................................................................................
Validitas Instrumen .....................................................................
Reliabilitas Instrumen .................................................................
Peubah Penelitian ...............................................................................
Definisi Operasional dan Pengukuran Peubah ...................................
Teknik Pengumpulan Data .................................................................
Teknik Analisis Data ..........................................................................

63
64
64
68
68
70
70
72
73
74
81
82

HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………….

85

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Tahun 2006 ...............................
Kondisi Umum Lokasi Penelitian .................................................
Kondisi Kelembagaan Penyuluhan Pertanian ...............................
Kondisi Ketenagaan Penyuluhan Pertanian ..................................
Kondisi Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian...........................
Kondisi Ketersediaan Informasi Pertanian ……………………...
Profil Petani Sayuran …………………………………………....
Kondisi Internal Petani Sayuran ……....….........................................
Karakteristik Sosial Ekonomi Petani …........................................
Tingkat Kesadaran Petani akan Pentingnya Informasi ................
Aksesibilitas Petani terhadap Informasi Pertanian ......................
Tingkat Motivasi Petani terhadap Usahatani Sayuran...................
Tingkat Keinovatifan Petani .......................................................
Tingkat Kebutuhan Petani Sayuran tehadap Berbagai
Informasi Pertanian ................................................................
Kondisi Eksternal Petani Sayuran .....................................................
Kesiapan Sumber Informasi Menyediakan dan Menyalurkan
Informasi Pertanian ................................................................
Ketersediaan Sumber Informasi ………………………………...
Kemampuan Menyediakan Informasi ..........................................
Kualitas Pelayanan Sumber Informasi …………………….........
Kualitas Saluran Informasi ……..................................................
Faktor-faktor yang Mendukung Kemudahan Petani Mendapatkan
Informasi Pertanian ………….................................................
Interaksi Petani dengan Sumber Informasi .................................
Penggunaan Saluran dan Alat Komunikasi .................................
Pelaksanaan dan Pemanfaatan Kegiatan Penyuluhan .................
Kemampuan Petani Mendapatkan Informasi ..............................
Tingkat Penyediaan Informasi Pertanian ..........................................
Tingkat Keberdayaan Petani Sayuran ...............................................
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keberdayaan

85
85
86
88
88
90
91
96
96
99
101
103
106
109
113
119
121
122
124
125
128
130
132
134
138
140
145

xiv

Petani Sayuran .......................................................................
Model Penyediaan Informasi Pertanian bagi Petani Sayuran ...........
Peningkatan Kesadaran Petani akan Pentingnya Informasi ........
Identifikasi Kebutuhan Informasi Petani ....................................
Penyediaan Sumber dan Saluran Informasi ................................
Pemanfaatan Saluran dan Alat Komunikasi ...............................
Rancangan Mekanisme Aliran Informasi ke Petani ...................
Implementasi UU No.16 Tahun 2006 .........................................

154
190
190
192
195
199
199
200

SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................
Simpulan . ...................................................................................
Saran ………...............................................................................

203
203
206

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

207

LAMPIRAN ..............................................................................................

213

xv

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Pergeseran Paradigma Penyuluhan......................................................

34

2. Tahapan Adopsi Inovasi .....................................................................

40

3. Hubungan antara Tahap-tahap dalam Komunikasi dengan
Tahap Adopsi dan Metode Penyuluhan ...............................................

41

4. Model Penyuluhan dengan Pemberdayaan vs Tidak/Kurang
Pemberdayaan .....................................................................................

57

5. Nilai Koefisien Korelasi Hasil Uji Validitas .......................................

71

6. Nilai Koefisien Alpha Hasil Uji Reliabilitas .......................................

73

7. Indikator dan Parameter Karakteristik Pribadi Petani Sayuran ...........

76

8. Indikator dan Parameter Tuntutan Kebutuhan dan Memperoleh
Informasi Pertanian ..............................................................................

77

9. Indikator dan Parameter Kekondusifan Faktor Lingkungan ................

78

10. Indikator dan Parameter Kualitas Sumber Informasi Pertanian ...........

79

11. Indikator dan Parameter Kemudahan Mendapatkan
Informasi Pertanian ..............................................................................

79

12. Indikator dan Parameter Penyediaan Informasi Pertanian ..................

80

13. Indikator dan Parameter Tingkat Keberdayaan Petani Sayuran ..........

81

14. Sebaran Petani Sayuran Menurut Tipologi Petani, Jenis Sayuran
pada Lokasi Penelitian .........................................................................

93

15. Karakteristik Pribadi Petani Sayuran Menurut Tipologi Petani ...........

95

16. Status Sosial Ekonomi Petani Sayuran Menurut Tipologi Petani
. dan Jenis Sayuran ………………………………………………........

97

17. Tingkat Kesadaran Petani Sayuran terhadap Pentingnya
Informasi .............................................................................................

99

18. Hubungan antara Peubah Karakteristik Pribadi Petani Sayuran
dengan Peubah Tuntutan Kebutuhan dan Memperoleh
Informasi Pertanian .............................................................................

101

19. Kemampuan Petani Sayuran Mengakses Informasi Pertanian ............

102

20. Hubungan antara Peubah Karakteristik Pribadi Petani Sayuran
dengan Peubah Kemudahan Mendapatkan Informasi
Pertanian .............................................................................................

103

21. Tingkat Motivasi Petani terhadap Usahatani Sayuran ........................

104

22. Tingkat Keinovatifan Petani Sayuran .................................................

107

xvi

23. Hubungan antara Peubah Karakteristik Pribadi Petani Sayuran
dengan Peubah Tingkat Keberdayaan Petani ....................................

109

24. Tingkat Kebutuhan Petani Sayuran terhadap Berbagai Jenis
Informasi Pertanian ............................................................................

110

25. Hubungan antara Peubah Tuntutan Kebutuhan dan Memperoleh
Informasi dengan Peubah Penyediaan Informasi Pertanian ...............

112

26. Kekondusifan Faktor Lingkungan Petani Sayuran ............................

114

27. Hubungan antara Peubah Kekondusifan Faktor Lingkungan
dengan Peubah Penyediaan Informasi Pertanian .................................

116

28. Hubungan antara Peubah Kekondusifan Faktor Lingkungan
dengan Peubah Karakteristik Pribadi Petani Sayuran .........................

118

29. Hubungan antara Peubah Kekondusifan Faktor Lingkungan
dengan Peubah Tingkat Keberdayaan Petani Sayuran ........................

118

30. Kualitas Sumber Informasi Pertanian ...............................................

119

31. Hubungan antara Peubah Kualitas Sumber Informasi dengan
Peubah Penyediaan Informasi Pertanian ...........................................

120

32. Ketersediaan Sumber Informasi Pertanian ........................................

121

33. Kemampuan Sumber Informasi Menyediakan
Informasi Pertanian ...........................................................................

123

34. Kualitas Pelayanan Sumber Informasi Pertanian ..............................

124

35. Kualitas Saluran Informasi Pertanian ................................................

126

36. Tingkat Kemudahan Petani Mendapatkan Informasi
Pertanian ............................................................................................

129

37. Hubungan antara Peubah Kemudahan Mendapatkan Informasi
Pertanian dengan Peubah Penyediaan Informasi Pertanian ...............

130

38. Kualitas Interaksi (Kekomunikatifan) Petani Sayuran
dengan Sumber Informasi Pertanian ...................................................

131

39. Penggunaan Saluran dan Alat Komunikasi …………………............

133

40. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan .....................................................

135

41. Keterjangkauan Petani Sayuran Mendapatkan Informasi
Pertanian .............................................................................................

139

42. Tingkat Penyediaan Informasi Pertanian ...........................................

141

43. Hubungan antara Peubah Penyediaan Informasi Pertanian
dengan Peubah Tingkat Keberdayaan Petani Sayuran .......................

144

44. Tingkat Keberdayaan Petani dalam Mengembangkan Usahatani
Sayuran ...............................................................................................
45. Indikator Keberdayaan Petani dalam Usahatani Sayuran ..................

146
153

xvii

46. Dekomposisi Efek Model Analisis Faktor-faktor yang
Berpengaruh pada Tingkat Keberdayaan Petani Sayuran ...................

185

47. Kebutuhan Informasi Pertanian Berdasarkan Aspek
Manajemen Usaha ..............................................................................

194

48. Lembaga/Instansi yang Berperan dalam Penyediaan Informasi
Pertanian .............................................................................................

198

xviii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Ragam Pesan Informatif ...................................................................

39

2.

Proses Komunikasi dalam Penyuluhan ..............................................

47

3.

Alur Pikir Proses Penelitian ..............................................................

55

4.

Kerangka Berpikir Hubungan antar Peubah Penelitian ....................

56

5.

Siklus Proses Pemberdayaan .............................................................

58

6.

Model Hubungan antar Peubah-peubah yang Mempengaruhi
Tingkat Keberdayaan Petani Sayuran ...............................................

155

Model Hubungan dan Pengaruh Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Keberdayaan Petani Sayuran ...............................................

156

Model Hubungan dan Pengaruh Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Keberdayaan Petani Sayuran (Sub Model 1) .......................

179

Model Hubungan dan Pengaruh Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Keberdayaan Petani Sayuran (Sub Model 2) .......................

180

Model Hubungan dan Pengaruh Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Keberdayaan Petani Sayuran (Institusi Pemerintah) ............

182

Model Hubungan dan Pengaruh Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Keberdayaan Petani Sayuran (Kelembagaan Petani) ...........

183

Model Hubungan dan Pengaruh Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Keberdayaan Petani Sayuran (Menurut Tipologi Petani) …..

187

Model Hubungan dan Pengaruh Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Keberdayaan Petani Sayuran (Menurut Jenis Sayuran) ........

188

Model Hubungan dan Pengaruh Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Keberdayaan Petani Sayuran (Menurut Lokasi Petani) ........

189

15.

Mekanisme Aliran Informasi Pertanian ............................................

200

16.

Model Penyediaan Informasi Pertanian dalam Pemberdayaan
Petani Sayuran ……………………………........................................

202

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

xix

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.

Tabel Tingkat Kesadaran Petani Sayuran terhadap Pentingnya
Informasi Menurut Tipologi Petani dan Jenis Sayuran ....................

213

Tabel Kemampuan Petani Sayuran Mengakses Informasi
Pertanian Menurut Tipologi Petani dan Jenis Sayuran .....................

214

Tabel Tingkat Motivasi Petani terhadap Usahatani Sayuran
Menurut Tipologi Petani dan Jenis Sayuran .....................................

215

Tabel Tingkat Keinovatifan Petani Sayuran Menurut Tipologi
Petani dan Jenis Sayuran ......................................................... ..........

216

Tabel Tingkat Kebutuhan Petani terhadap Berbagai Informasi
Peningkatan Produksi dan Mutu Sayuran Menurut Tipologi
Petani dan Jenis Sayuran ....................................................................

217

Tabel Tingkat Kebutuhan Petani terhadap Berbagai Informasi
Ketersediaan Sarana Produksi Menurut Tipologi Petani dan
Jenis Sayuran ......................................................................................

218

Tabel Tingkat Kebutuhan Petani terhadap Berbagai Informasi
Ketersediaan Permodalan Menurut Tipologi Petani dan
Jenis Sayuran ......................................................................................

219

Tabel Tingkat Kebutuhan Petani terhadap Berbagai Informasi
Teknologi Pengolahan Hasil Menurut Tipologi Petani dan
Jenis Sayuran ......................................................................................

220

Tabel Tingkat Kebutuhan Petani terhadap Berbagai Informasi
Dukungan Pemasaran Sayuran Menurut Tipologi Petani dan
Jenis Sayuran ......................................................................................

221

Tabel Tingkat Kebutuhan Petani terhadap Berbagai Informasi
Metode Analisis Usahatani Menurut Tipologi Petani dan
Jenis Sayuran ......................................................................................

222

Tabel Tingkat Ketersediaan Informasi Pertanian Menurut
Tipologi Petani dan Jenis Sayuran ......................................................

223

Tabel Luas Panen, Hasil per Hektar dan Produksi Kubis
Menurut Propinsi Tahun 2005 ............................................................

224

Tabel Luas Panen, Hasil per Hektar dan Produksi Kentang
Menurut Propinsi Tahun 2005..............................................................

225

Tabel Luas Panen, Hasil per Hektar dan Produksi Cabai
Menurut Propinsi Tahun 2005 ............................................................

226

15.

Tabel Hasil Analisis Uji Beda (t-test) antar Tipologi Petani ..............

227

16.

Tabel Hasil Analisis Uji Beda (t-test) antar Jenis Sayuran .................

229

2.
3.
4.
5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.
12.
13.
14.

xx

17.

Tabel Hasil Analisis Uji Beda (t-test) antar Lokasi .......................

231

18. Tabel Hasil Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas ........................

233

15

TINJAUAN PUSTAKA
Kebijakan Pembangunan Pertanian
Jangka Panjang
Pembangunan sektor pertanian sebagai salah satu sumber pertumbuhan
ekonomi, ternyata telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam
pembangunan ekonomi nasional. Pengalaman krisis multidimensi pada tahun
1997, menunjukkan bahwa tidak seorangpun dapat memungkiri sektor pertanian
berperan sebagai fundamen yang tangguh dalam sistem perekonomian nasional.
Paradigma pembangunan sektor pertanian yang hingga tahun 2000
cenderung berorientasi pada pertumbuhan produksi, mengalami perubahan ke
paradigma “terwujudnya sistem pertanian berkelanjuan yang berdaya saing dan
mampu menjamin ketahanan pangan dan kesejahteraan petani”. Paradigma ini
merupakan visi pembangunan pertanian jangka panjang (2005-2025) dengan
landasan utama adalah “Revitalisasi Pertanian”.
Pencanangan revitalisasi pertanian oleh pemerintah yang menempatkan
kembali (reposisi) arti penting sektor pertanian sebagai salah satu sektor strategis
dalam tata perekonomian dan pembangunan nasional, merupakan momentum
yang dapat dimanfaatkan dalam menata kembali strategi dan kebijakan
pembangunan pertanian nasional. Tantangan pembangunan pertanian nasional
adalah, kenyataan bahwa sektor pertanian didominasi oleh: usaha kecil, berlahan
sempit, bermodal rendah, produkstivitas rendah, dan daya saing produk yang
lemah serta kualitas sumber daya manusia pertanian yang rendah.
Pembangunan pertanian ke depan harus dapat mengeliminasi tantangantantangan tersebut. Dari banyak pemikiran yang berkembang, pada prinsipnya
pembangunan pertanian perlu mengubah paradigma dari sekedar memproduksi
komoditas ke peningkatan kapabilitas dengan mengembangkan cara-cara baru
agar mampu menghasilkan produk yang berkarakter, yaitu: unggul, lebih baik,
lebih bercitra, dan dengan input yang sedikit (Pakpahan dkk, 2005). Hanya
dengan strategi inilah pertanian Indonesia mampu bersaing dalam pasar global.
Revitalisasi pertanian menggunakan tiga jalur pembangunan yang
berasaskan kepada: (1) mendorong laju investasi, (2) terciptanya lapangan kerja

16

bagi jutaan penganggur, dan (3) mengentaskan kemiskinan. Operasionalisasi
konsep strategi tiga jalur tersebut dirancang melalui: (1) peningkatan pertumbuhan
ekonomi di atas 6,5% per tahun melalui percepatan investasi dan ekspor, (2)
pembenahan sektor riil untuk mampu menyerap tambahan angkatan kerja dan
menciptakan lapangan kerja baru, dan (3) revitalisasi sektor pertanian dan
perdesaan untuk berkontribusi pada pengentasan kemiskinan. Revitalisasi
pertanian mengandung arti, sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali arti
penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual, dalam arti
menyegarkan kembali vitalitas, memberdayakan kemampuan dan meningkatkan
kinerja pertanian dalam pembangunan nasional dengan tidak mengabaikan sektor
lain (Anonim, 2005).
Program dalam revitalisasi pertanian, bukan dimaksudkan membangun
pertanian dengan cara-cara yang sentralistik, bukan pula orientasi proyek untuk
menggalang dana; tetapi merupakan upaya menggalang komitmen dan kerjasama
seluruh pemangku kepentingan (stakeholder). Melalui pendekatan ini, diharapkan
akan dicapai perubahan paradigma pola pikir masyarakat yang sebelumnya
melihat pertanian sekedar bercocok tanam menjadi pertanian yang memiliki
multifungsi. Sesuai dengan semangat revitalisasi, kebijakan yang digulirkan
meliputi: (1) pendayagunaan sumber daya lahan pertanian, (2) revitalisasi
penyuluhan pertanian, (3) pembiayaan pertanian, (4) pengembangan ekspor
produk pertanian, (5) peningkatan ketahanan pangan, (6) akselerasi inovasi dan
penerapan teknologi pertanian, dan (7) pengembangan produk baru pertanian.
Dalam revitalisasi pertanian, kebijakan dan strategi disusun secara
integratif, baik kebijakan di dalam pertanian maupun kebijakan untuk pertanian di
sektor/bidang lain, yaitu dengan memadukan kebijakan yang bersifat jangka
panjang dan kegiatan operasional jangka pendek, serta memadukan kebijakan
yang mempengaruhi pasar (harga, perdagangan) dan kebijakan yang melakukan
peningkatan kondisi struktural (infrastruktur, teknologi), serta kebijakankebijakan yang terkait dengan aspek kelembagaan. Terkait dengan revitalisasi
pertanian, ada tiga program utama pembangu-nan pertanian 2005-2009, yaitu: (1)
program peningkatan ketahanan pangan, (2) program pengembangan agribisnis,
dan (3) program peningkatan kesejahteraan petani. Menyimak program

17

pembangunan pertanian 2005-2009 yang dilandasi dengan semangat revitalisasi
pertanian, seakan-akan “melakukan semangat baru” dalam kehidupan petani.
Program revitalisasi pertanian ini sangat relevan, mengingat sebagian
besar

petani

di

Indonesia

hidup

dalam

kondisi

yang

masih

sangat

memprihatinkan. Kondisi mereka selama ini sering terjepit antara dua sisi yaitu:
(1) lemahnya kondisi internal dari petani itu sendiri dan (2) lemahnya perhatian
dan tanggung jawab pemerintah serta lembaga lain pendukung pembangunan
pertanian. Dalam kondisi seperti inilah, petani bersifat pasrah dalam menghadapi
kesulitan hidupnya. Jadi penyebab kemelaratan petani sebenarnya bukan sematamata karena petani tidak mau berubah, tapi kondisi yang tidak kondusiflah yang
membuat mereka sulit untuk berubah.
Dalam menggerakkan sumber daya lokal untuk mempertinggi pencapaian
kesejahteraan petani, dapat dilakukan upaya-upaya yang mengarah pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia petani, antara lain kegiatan
penyuluhan yang dapat memberikan informasi-informasi yang bermanfaat bagi
petani dan membantu dalam memecahkan masalah usahataninya serta
pembentukan kelompok-kelompok swadaya. Kebijakan pembangunan pertanian,
diharapkan harus mampu mengatasi kelemahan ataupun hambatan yang dihadapi
petani dalam melakukan usahataninya agar dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan keluarganya. Para petani sayuran dalam pembangunan pertanian
selama ini, sedikit terabaikan padahal kontribusi mereka sangat besar dalam
memenuhi kebutuhan produk pertanian dalam negeri. Oleh sebab itu, pemberdayaan untuk mengoptimalkan sumber daya mereka dapat diupayakan agar dapat
hidup sejahtera dan bermartabat.
Pembangunan pertanian subsektor hortikultura (termasuk sayuran) ke
depan, dibutuhkan suatu pendekatan yang lebih mendasar, bersifat desentralistik,
menyeluruh, dan terintegrasi dengan menempatkan kualitas sumber daya manusia
sebagai orientasi utama dan tujuan akhir. Selain itu, pemberdayaan petani sayuran
juga memerlukan suatu strategi dan model yang adaptif dengan menyediakan
informasi yang dibutuhkan untuk membantu petani mengembangkan usahatani
sayurannya dalam rangka mengimplementasikan suatu kebijakan pembangunan
pertanian. Kebijakan tersebut sudah sejalan dengan konsep pembangunan menurut

18

Mosher (1983), yang mengemukakan tiga struktur yang harus dilihat dalam
membangun pertanian progresif yaitu: (1) menyangkut masalah usahatani itu
sendiri yang terkait dengan semua komponen produksi pertanian, (2) menyangkut
masalah kegiatan yang mendukung pertanian yang terkait dengan aktivitas
industri dan komersialisasi yang mendukung pembangunan pertanian, (3)
menyangkut masalah “aturan main” yang harus dilaksanakan, termasuk masalah
nilai-nilai sosial dan politik serta kebijakan di bidang pertanian, sehingga tercipta
suatu iklim yang kondusif bagi pembangunan pertanian. Ketiga struktur tersebut
harus saling mendukung untuk terjadinya pembangunan pertanian progresif.
Selanjutnya, Mosher mengemukakan bahwa untuk membangun pertanian yang
progresif, membutuhkan perubahan perilaku dalam bidang pertanian pada seluruh
struktur ini (petani, pelaku usaha atau swasta, dan pemerintah). Jadi, perubahan
perilaku mencakup, baik faktor internal (petani itu sendiri) maupun faktor
eksternal (di luar petani).
Salah satu kebijakan yang digunakan untuk mendukung revitalisasi
pertanian adalah, revitalisasi penyuluhan pertanian sebagai upaya pemberdayaan
petani dan pelaku usaha pertanian lainnya dalam mengembangkan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan agar petani tahu, mau, dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya untuk bekerja sama, sehingga dapat meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraan keluarganya.
Program revitalisasi penyuluhan pertanian diharapkan mampu menjawab secara
tepat permasalahan yang dihadapi sistem penyuluhan selama ini.
Kebijakan Penyuluhan Pertanian
dalam UU NO. 16 Tahun 2006
Penyuluhan pertanian di Indonesia dimulai tahun 1905, dalam perjalanan
waktu, kegiatan penyuluhan mengalami pasang surut sesuai dengan kebijakan
yang diberlakukan dan komitmen pemerintah. Sebelum penerapan otonomi
daerah, kegiatan penyuluhan pertanian telah didesentralisasi dan menjadi
kewenangan pemerintah daerah, namun beberapa hal yang strategis masih dibantu
secara khusus oleh pemerintah pusat, antara lain: pengangkatan penyuluh, dana
operasional penyuluhan, pengembangan metodologi penyuluhan dan teknologi
terkini, dan beberapa sarana strategis lainya. Kondisi ini tidak berlanjut dan tidak

19

diperkuat dengan diberlakukannya otonomi daerah, sehingga timbul permasalahan
karena perhatian pemerintah daerah kabupaten/kota terhadap kegiatan penyuluhan
pertanian berbeda antar daerah dengan kecenderungan berkurang dibanding
sebelumnya ketika ditangani langsung oleh pemerintah pusat (sentralisasi).
Dalam era otonomi daerah, para penyelenggara penyuluhan pertanian
melakukan kegiatan penyuluhan dengan persepsi, pendekatan dan sistem yang
berbeda-beda, tidak terintegrasi karena tidak berdasarkan pada filosofi dan
prinsip-prinsip

penyuluhan.

Hal

demikian

menjadikan

penyelenggaraan

penyuluhan pertanian tidak efisien dan efektif, sehingga tidak mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditentukan. Akhirnya, penyelenggaraan penyuluhan
pertanian tidak dapat memberikan dukungan terhadap tercapainya pembangunan
pertanian, baik pada tingkat nasional maupun tingkat lokal.
Berkaitan

dengan

peran

sektor

pertanian

dalam

meningkatkan

kesejahteraan petani dan pembangunan pertanian berkelanjuan, diperlukan sumber
daya manusia yang berkualitas, andal, serta berkemampuan manajerial,
kewirausahaan, dan organisasi bisnis sehingga mampu membangun usaha dari
hulu sampai dengan hilir yang berdaya saing tinggi dan mampu berperan serta
dalam melestarikan lingkungan hidup. Untuk mewujudkan hal tersebut, sistem
penyuluhan perlu direvitalisasi sejalan dengan telah dicanangkannya revitalisasi
pertanian oleh Presiden RI pada tahun 2005. Revitalisasi pertanian tidak akan
berjalan lancar apabila tidak didukung dengan sistem penyuluhan pertanian.
Semangat revitalisasi penyuluhan pertanian ini sudah diakomodasikan
oleh pemerintah dengan ditetapkannya UU No.16 tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan pada tanggal 15 November 2006
(selanjutnya disebut UU No.16), sebagai dasar hukum yang kuat dan lengkap bagi
penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan, mengingat
selama ini pengaturan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan masih
tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan.
Terkait dengan topik penelitian ini, ada beberapa hal dalam pasal-pasal
UU No.16 ini yang dianggap penulis dapat mendukung hasil penelitian ini, yaitu:
(1) Sistem penyuluhan, merupakan seluruh rangkaian pengembangan kemampuan,
pengetahuan, keterampilan, serta sikap petani melalui penyuluhan,

20

(2) Penyuluhan pertanian, merupakan proses pembelajaran bagi petani agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya,
(3) Tujuan pengaturan sistem penyuluhan, meliputi pengembangan sumber daya
manusia dan peningkatan modal sosial, yaitu memberdayakan petani dalam
peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif,
penumbuhan

motivasi,

pengembangan

potensi,

pemberian

peluang,

peningkatan kesadaran dan pendampingan, serta fasilitasi,
(4) Fungsi sistem penyuluhan, antara lain: (a) mengupayakan kemudahan akses
petani ke sumber informasi pasar, teknologi permodalan, dan sumber daya
lainnya, (b) membantu menganalisis dan memecahkan masalah yang dihadapi
petani dalam mengelola usahataninya,
(5) Kelembagaan penyuluhan pemerintah, yang menangani penyelenggaraan
penyuluhan akan terbentuk mulai dari tingkat pusat hingga tingkat desa/
kelurahan,
(6) Kelembagaan penyuluhan non pemerintah (Komisi Penyuluhan), untuk
membantu Menteri Pertanian dalam menetapkan kebijakan dan strategi
penyuluhan akan terbentuk mulai dari tingkat nasional hingga tingkat
kabupaten,
(7) Balai Penyuluhan (pada tingkat kecamatan), mempunyai tugas antara lain:
menyebarkan informasi pasar, teknologi, sarana produksi, permodalan, dan
sumber daya lainnya,
(8) Program penyuluhan desa/kelurahan, mempunyai tugas antara lain: (a)
menginventarisasi permasalahan dan upaya pemecahannya, (b) memfasilitasi
layanan informasi, konsultasi, pendidikan, dan pelatihan bagi petani,
(9) Kelembagaan penyuluhan swasta dan/atau swadaya, mempunyai tugas antara
lain: (a) membentuk forum, jaringan, dan kelembagaan petani, (b)
menyampaikan informasi dan teknologi usaha kepada petani,
(10) Kelembagaan petani (beranggotakan petani), baik formal maupun non formal
dapat berbentuk kelompok, gabungan kelompok, asosiasi, atau korporasi,
(11) Penyuluhan dilakukan oleh tenaga penyuluh, terdiri atas: penyuluh PNS,
penyuluh swasta, dan/atau penyuluh swadaya,

21

(12) Pemerintah meningkatkan kompetensi penyuluh PNS, melalui pendidikan
dan pelatihan serta memfasilitasi pendidikan dan pelatihan bagi penyuluh
swasta dan penyuluh swadaya,
(13) Materi penyuluhan: (a) dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan petani
dan (b) berisi unsur pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan
modal sosial serta unsur ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, ekonomi,
manajemen, hukum, dan pelestarian lingkungan,
(14) Untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan penyuluhan dan kinerja
penyuluh, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai.
Penetapan UU No.16 sebagai “payung hukum” bagi penyelenggaraan
penyuluhan pertanian, sudah tepat seiring dengan dinamika perubahan global
yang menuntut keterbukaan dan kebebasan mendapatkan informasi serta
perubahan sistem pemerintahan yang semula terpusat menjadi terdesentralisasi.
Dengan demikian, sistem penyuluhan pertanian ke depan diharapkan mampu
mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan dapat menyesuaikan
diri dengan kecenderungan akan perubahan-perubahan pada masa yang akan
datang. Keberadaan UU No.16, dapat kita pahami sebagai niat baik dan
keberpihakan pemerintah terhadap upaya percepatan pemberdayaan petani.
Penyuluhan pertanian ke depan adalah, bagian integral dari pemberdayaan
dan pemartabatan petani, artinya pendekatan yang dilakukan tetap berpijak pada
“pendekatan kemanusiaan”. Petani harus dipandang sebagai subyek, mereka
mutlak dijadikan mitra dialog dalam merumuskan materi penyuluhan dalam
sebuah programa penyuluhan, termasuk menyediakan informasi pertanian yang
dibutuhkan dan memberikan kemudahan untuk memperoleh informasi (akses ke
sumber informasi). Dengan adanya UU ini, diharapkan dapat merevitalisasi
penyelenggaraan penyuluhan secara nasional yang dulu dianggap berhasil dalam
khasanah pembangunan pertanian nasional melalui pencapaian swasembada beras
pada tahun 1984.
Eksistensi Petani dalam Pembangunan
Pertanian
Menurut Mosher (1966), petani adalah orang yang mengubah tanamtanaman dan hewan serta sifat-sifat tubuh tanah supaya lebih berguna baginya dan

22

manusia lainnya. Selanjutnya, dijelaskan bahwa petani sebagai orang yang
menjalankan usahatani, di samping sebagai juru tani sekaligus juga pengelola
(manajer) nya. Menurut Soejitno (1968), batasan pengertian tentang petani adalah,
sebagai penduduk atau orang-orang yang untuk sementara atau secara tetap
memiliki dan atau menguasai sebidang ”tanah pertanian” dan mengerjakannya
sendiri, baik dengan tenaganya sendiri (beserta keluarganya) maupun dengan
menggunakan tenaga orang lain atau orang upahan. Termasuk dalam pengertian
”menguasai” di sini, adalah: menyewa, menggarap (penyakap), memaro (bagi
hasil), sedangkan buruh tani tak bertanah tidak masuk dalam kategori petani.
Dengan demikian, pada dasarnya petani mempunyai eksistensi ganda di
dalam kehidupannya sehari-hari, baik petani sebagai manusia, sebagai juru tani
maupun selaku manajer dari usahataninya. Sehubungan dengan itu, setiap
kegiatan penyuluhan pertanian yang menjadikan petani sebagai sasaran utamanya
harus selalu memperhatikan sifat-sifat yang dimiliki petani sebagai ciri-ciri pokok
yang akan mempengaruhi keberhasilan usaha dan perubahan perilaku yang ingin
dicapai melalui kegiatan penyuluhan pertanian tersebut.
Petani sebagai Manusia
Setiap orang termasuk juga petani selalu memiliki rasa, karsa, dan cipta
yang memungkinkannya untuk memiliki rasa harga diri yang mendorong untuk
berpikir, berkeinginan atau bercita-cita, dan yang menuntutnya untuk selalu
berusaha bekerja serta berkreasi, baik guna mempertahankan dan menjamin
kelangsungan kehidupannya maupun untuk dapat mencapai