Perilaku Komunikasi Petani Sayuran Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pertanian Melalui Cyber Extension Di Provinsi Lampung

PERILAKU KOMUNIKASI PETANI SAYURAN DALAM MEMENUHI
KEBUTUHAN INFORMASI PERTANIAN MELALUI CYBER
EXTENSION DI PROVINSI LAMPUNG

DAME TRULLY GULTOM

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Perilaku Komunikasi
Petani Sayuran dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pertanian Melalui Cyber
Extension di Provinsi Lampung adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 20 Juni 2016
Dame Trully Gultom
NIM I362110011

RINGKASAN

DAME TRULLY GULTOM. Perilaku Komunikasi Petani Sayuran dalam Memenuhi
Kebutuhan Informasi Pertanian Melalui Cyber Extension di Provinsi Lampung. Dibimbing
oleh SUMARDJO, SARWITITI SARWOPRASOJO, dan PUDJI MULJONO
Sektor pertanian khususnya sub sektor pangan dan hortikultura di Provinsi
Lampung, perlu untuk dikembangkan, karena selain memberi sumbangan yang cukup
berarti bagi perekonomian daerah juga menghadapi tuntutan globalisasi ekonomi saat ini.
Provinsi Lampung memiliki permasalahan produksi sayuran yang mengganggu
pembangunan sektor pertanian seperti menurunnya produksi beberapa komoditas sayuran
dan rendahnya predikat produktivitas sayuran di tingkat nasional.

Salah satu unsur yang menentukan keberhasilan usahatani sayuran adalah
terpenuhinya kebutuhan petani akan informasi pertanian. Kebutuhan petani akan informasi
pertanian harus dipenuhi oleh semua sumber-sumber informasi yang tersedia di perdesaan
termasuk melalui cyber extension. Kebutuhan petani akan informasi menentukan perilaku
mencari informasi, mulai dari mengidentifikasi kebutuhan informasi, mencari informasi,
dan menggunakan atau mentransfer informasi.
Model perilaku pencarian informasi Wilson menunjukkan bahwa perilaku pencarian
informasi muncul sebagai konsekuensi dari kebutuhan yang dirasakan oleh pengguna
informasi untuk memenuhi kebutuhan akan informasi. Harapan seseorang akan pemenuhan
kebutuhan informasi melalui sumber informasi formal atau non formal dapat mengalami
keberhasilan atau kegagalan. Kebutuhan akan informasi dapat terpenuhi seluruhnya atau
sebagian. Jika berhasil, individu kemudian memanfaatkan informasi yang ditemukan. Jika
gagal maka seseorang harus mengulangi proses pencarian. Model perilaku pencarian
informasi Wilson juga mengatakan bagian dari perilaku pencarian informasi mungkin
melibatkan orang lain melalui pertukaran informasi dan informasi yang berguna dapat
digunakan sendiri dan diteruskan kepada orang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis pemenuhan kebutuhan informasi
pertanian, (2) Menganalisis perilaku komunikasi petani sayuran dalam menggunakan cyber
extension, (3) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan informasi pertanian dan (4) Merumuskan strategi pengembangan cyber

extension dalam pemenuhan kebutuhan informasi pertanian.
Model penelitian yang digunakan adalah model penelitian kombinasi (Concurent
Mixed Methods). Peneliti mengumpulkan dua jenis data dalam satu waktu, kemudian
menggabungkannya menjadi satu informasi dalam interpretasi hasil keseluruhan. Peneliti
menerapkan metode kuantitatif untuk mengetahui tujuan penelitian dan menindaklanjutinya
dengan mewawancarai atau mengobservasi sejumlah individu untuk membantu
menjelaskan lebih jauh hasil statistik yang sudah diperoleh. Penelitian ini pada tahap awal
baik dalam pengumpulan data maupun analisisnya menggunakan metode kuantitatif dan
dilanjutkan dengan metode kualitatif. Metode kualitatif dilakukan untuk memperkuat hasil
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan metode survey deskriptif
kausalitas. Metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dan analisis
deskriptif. Sampel diambil secara sengaja dengan teknik snowball sebanyak 180 orang
petani. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan inferensial dengan Uji Korelasi
Rank Spearman, Uji beda Mann Whitney dan Uji Structural Equation Models (SEM).
Penelitian dilakukan di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat yang
merupakan daerah sentral produksi hortikultura di Provinsi Lampung.
Pemenuhan kebutuhan informasi pertanian petani sayuran di Provinsi Lampung
tidak memuaskan yang ditandai dengan masih adanya kesenjangan antara kepuasan

informasi pertanian yang diharapkan dan kepuasan informasi p e r t a n i a n yang

didapatkan dari sumber informasi berbasis TIK dan sumber informasi konvensional.
Persentase terbesar responden mengatakan media tidak memuaskan responden artinya
informasi pertanian yang didapatkan lebih kecil dari informasi yang didapatkan. Hal ini
juga terjadi untuk sumber informasi yang konvensional, namun persentase masih lebih
kecil dibandingkan sumber informasi konvensional.
Pemenuhan
kebutuhan informasi pertanian dipengaruhi
oleh perilaku
komunikasi terhadap sumber informasi berbasis TIK dan perilaku komunikasi terhadap
sumber informasi konvensional. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan
perilaku komunikasi petani sayuran dalam memenuhi kebutuhan informasi pertanian
melalui sumber informasi berbasis TIK dan sumber informasi konvensional. Tidak ada
perbedaan perilaku komunikasi petani sayuran di kedua daerah penelitian dalam
menggunakan sumber informasi yang berbasis TIK. Perbedaan perilaku komunikasi hanya
terdapat pada indikator arah komunikasi. Hal ini terjadi karena potensi sumber informasi
berbasis TIK di kedua daerah penelitian relatif sama. Kabupaten Lampung Barat sudah
memiliki kelembagaan petani yang berfungsi mengolah informasi yang berasal dari
internet. Kelembagaan dapat meningkatkan arah penggunaan informasi pertanian yang
didapat melalui diskusi.
Data menunjukkan ada hubungan antara perilaku komunikasi petani sayuran dalam

menggunakan sumber informasi berbasis TIK dengan pemenuhan kebutuhan petani
terhadap informasi. Semakin tinggi frekuensi, durasi, awal menggunakan, selektivitas dan
proses sharing information maka akan semakin terpenuhi kebutuhan petani akan informasi.
Perilaku komunikasi petani sayuran secara positif dipengaruhi oleh karakteristik individu,
faktor lingkungan, potensi cyber extension dan potensi sumber informasi konvensional.
Perbedaan perilaku komunikasi petani sayuran berkaitan dengan karakteristik petani
sayuran. Petani yang mempunyai tingkat pendidikan formal dan non formal yang rendah,
umur yang tua, luas kepemilikan lahan yang sempit, tingkat kekosmopolitan yang rendah,
pengalaman berusaha tani yang rendah keberanian mengambil resiko yang rendah, motivasi
yang rendah, memiliki kecenderungan rendah pula perilaku komunikasinya dalam
menggunakan sumber informasi berbasis TIK. Hal ini juga sejalan dengan potensi
sumber informasi berbasis TIK yang dimiliki cenderung rendah.
Strategi pengembangan pemenuhan kebutuhan informasi pertanian dilakukan
melalui penguatan aspek perilaku komunikasi dengan terlebih dahulu menguatkan aspekaspek potensi cyber extension, potensi sumber informasi konvensional, karakteristik
individu dan faktor lingkungan.
Kata

kunci: perilaku komunikasi,
informasi


cyber

extension,

pemenuhan

kebutuhan

SUMMARY
DAME TRULLY GULTOM. Vegetable-Farmer Behavior Communication in Fulfilling
the Need of Agricultural Information through Cyber Extension in Lampung Province.
Supervised by SUMARDJO, SARWITITI SARWOPRASOJO and PUDJI MULJONO.
Agriculture sector especially sub sector food and vegetables in Lampung Province
need to be developed, not only because of significant contribute for the economy regions
but also f o r preparation of t h e c u r r e n t globalization challenge f o r economic
issue. The Lampung Province has a disturbing problem in vegetables farming that
affecting the agricultural development sector, such as the decrease in the production of
several commodities vegetables and low productivity vegetables at the national level.
One element to indicate the successfullness of vegetable farming is fulfilling the
farmer need on agriculture information. Farmer need on agricultural information should be

fulfilled by all source of information that are available in rural areas including from cyber
extension. The farmer need on information determine the behaviour in seeking the
information, ranging from identifying the needs their own information, seeking for the
information, until using or transfering the information.
Behavioral information of models-information-Wilson shows that behavior in
searching information arises as a consequence of the need perceived by the information
user to fulfill the need of information. The expectation of someone in meeting the
needs of information through a source of formal or non-formal information would be
either success or fail. The need of information could be met fully or in partly. If
success, the individual will then use the information found. If fail, then someone need to
repeat the searching process. Behavioral model of Wilson-searching-information also
stated that the part of behaviourial of searching information may involve others through
the exchange of information and the useful information could be utilized by itself and
transmitted to others.
This objective of study are (1) analyzing the needs of agricultural information,
(2) analyzing the behaviour of vegetable-farmers in using cyber extension, (3) analyzing
factors affecting the need of agriculture information and (4) developing the strategy
cyber extension in meeting the need of agricultural information.
Research model used is the model of research combination (mixed methods)
Sequential Explanatory Design. Samples were taken on purpose by a snowball technique

from 180 farmers. Data were analyzed by a descriptive technique and by inferential
Spearman Correlation Test, Mann Whitney Differential Test, and The Structural
Equation Models (SEM) model. Research was conducted in two local production
central horticulture in the Lampung Province, i.e. Tanggamus District and West
Lampung District.
Fulfilling the vegetable farmer needs of agriculture information in the Lampung
Province still marked it with the gap between information expected and information
obtained by farmers from a source of information based on IT and conventional
information . There is a satisfaction difference between the information obtained and the
information expected. The largest percentage of respondents said that the media is not
satisfying since the information obtained less than information expected. This is also
happened to conventional information, however the percentage is still less than
conventional sources of information.
Farmers vegetables used information based on IT and conventional. Meeting the
needs of a g r i c u l t u r a l information influenced by the behavior communication
to the IT information and behavior communication to the conventional information. The

result showed there was no a significance difference in behavior communication farmers
vegetables in two central vegetable production in using a source of information based on
IT. The only difference in behavior communication was in the indicators direction of

communication. This is because the potential of information source based on IT in both
research area principally are the same. West Lampung District had already have the
farmer institutional that serves to cultivate information arising from the internet. These
institutions can increase the direction of the use of agricultural information obtained
through a discussion.
Data showed that there is a link between behavior communication of farmers
vegetables in using information IT-based with the fulfillment of t h e n e e d o f farmers
to information. The higher frequency, duration, early use, selectivity and the process of
sharing information, the more satisfied the farmers need to information. There is no
difference in the behaviour communication farmers vegetables needs agricultural
information through source of information ICT-based and conventional source of
information.
Behavior communication vegetable farmers positively influenced by individual
characteristics, environmental factors, cyber extension potential and the potential of
conventional source of information.
There is a relationship between behavior
communication farmer in using a source of information IT-based with their need on the
fulfillment of information. The difference in communication behaviour related to the
vegetable farmer characteristic. The farmers with the low level of formal and non formal
education, old age, small land ownership, low cosmopolitation, low experience in

farming system, the low dare to take risk, low motivation, tend to have a low
communication behaviour in using the information IT-based. This is in line with the the
low potential of information source
Meeting the needs of development strategy information agriculture was conducted
by strengthening aspects of behavior communication with firstly strengthening the
potential cyber extension, the potential of conventional information, individual
characteristics and environmental factors.
Keywords: communication b e h a v i o u r , cyber extension, a gricultural information need

Bogor)Dr

vi

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERILAKU KOMUNIKASI PETANI SAYURAN DALAM MEMENUHI
KEBUTUHAN INFORMASI PERTANIAN MELALUI CYBER
EXTENSION DI PROVINSI LAMPUNG

DAME TRULLY GULTOM

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Perdesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

ii

Penguji pada Ujian Tertutup: 1. Dr Ir Djuara P. Lubis MS
2. Dr Ir Retno Sri Hartati Mulyandari MSi

Penguji pada Sidang Promosi: 1. Prof Dr Ir Irwan Effendi MS
2. Dr Ir Retno Sri Hartati Mulyandari MSi

iv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa atas segala kasih
karunia-Nya sehingga disertasi yang berjudul “Perilaku Komunikasi Petani Sayuran
dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pertanian Melalui Cyber Extension di
Provinsi Lampung” dapat diselesaikan. Salah satu usaha meningkatkan peran sektor
pertanian di Provinsi Lampung adalah menjamin ketersedian informasi pertanian
baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pemenuhan kebutuhan informasi pertanian
bagi petani diperoleh secara seimbang dari cyber extension dan sumber informasi
konvensional. Peningkatan perilaku komunikasi penggunaan cyber extension dapat
dilakukan dengan mengikut sertakan sumber informasi konvensional.
Informasi
pertanian yang valid dan reliabel dapat diwujudkan dengan cara kolaborasi semua
lembaga penyedia informasi dan inovasi pertanian yang dipayungi oleh pemerintah
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Sumarjo, MS, Dr Ir
Sarwititi Sarwoprasodjo, MS, dan Prof Dr Ir Pudji Muljono, MSi selaku komisi
pembimbing atas perhatian, nasihat dan bimbingan yang telah diberikan sehingga
disertasi ini dapat diselesaikan. Terima kasih kepada Dr Ir Juara P Lubis, MS selaku
Ketua Program Studi KMP sekaligus Penguji Utama Ujian Tertutup dan Dr Ir Retno
Sri Hartati Mulyandari, MSi selaku Penguji Utama Ujian Tertutup dan Sidang
Promosi, Prof Dr Ir Irwan Effendi, MS selaku Penguji Utama Sidang Promosi atas
saran dan masukannya untuk kesempurnaan disertasi ini.
Terima kasih kepada seluruh jajaran pimpinan IPB, Rektor, Dekan
Pascasarjana, Dekan FEMA dan seluruh dosen yang telah membekali penulis dengan
ilmu pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan di IPB. Terima kasih kepada
Kemendikbud atas pemberian beasiswa BPPDN, kepada Rektor Universitas
Lampung, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang telah menugaskan
dan mendukung kelangsungan pendidikan penulis. Terima kasih dan penghargaan
yang tulus penulis sampaikan kepada teman-teman KMP 2011 (Sri Wahyuni, Firdha,
Nilam, Aty, Rahma, Budi, Iman dan Agus), teman teman VUTG, Rio Prayitno, Indah
Listiana, Siti Sawerah, Nila Sari, Rina dan lain lain yang tidak dapat penulis
sampaikan satu persatu yang telah mendukung penulis mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan penyelesaian pendidikan.
Ucapan terima kasih saya ucapkan untuk seluruh Keluarga besar MA Gultom,
Ibu Ruth Ernawaty Situmorang, Ibu mertua Esther Simanjuntak, semua abang, kakak,
adik dan keponakan atas doa, support dan pertolongannya. Karya ini saya
persembahkan kepada Almarhum Bapa MA Gultom dan Almarhumah Ibu T
Situmorang, yang semasa hidupnya selalu menebarkan kasih sayang dan tidak sempat
menyaksikan keberhasilan ini.
Saya ucapkan terima kasih kepada suami Dr Ir Darwin Habinsaran
Pangaribuan, M,Sc, kepada anak-anak yang sangat saya cintai dan banggakan, yang
telah kehilangan waktu bersama selama ini, yang berubah menjadi mandiri karena
kondisi yang ada dan kembali menjadi “manja” kalau mama pulang. Kepada jagoan
Daniel Gramy Pratama Pangaribuan dan Della Gracia Pangaribuan, terima kasih
untuk pengertiannya selama ini. Harapan dan doa mama dengan melihat promosi ini
bisa memotivasi kalian untuk mencari ilmu setinggi-tingginya.
Terakhir saya menyadari tak ada gading yang tidak retak. Saya mohon maaf
untuk kelemahan, kekurangan dan ketidaksempurnaan disertasi ini. Semoga disertasi
ini dapat berguna. Amin
Bogor, 20 Juni 2016
Dame Trully Gultom

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

i

DAFTAR GAMBAR

iii

DAFTAR LAMPIRAN

v

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Nilai kebaruan
2 TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi dan Teknologi Informasi
Peran Cyber Extension
Kebutuhan Informasi Pertanian
Perilaku Komunikasi
Sistem Jaringan Informasi Inovasi Pertanian
Hasil Penelitian Terdahulu dan State Of The Art
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
3 METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
Jenis Data dan Instrumentasi
Definisi Operasional
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi
Pengumpulan Data
Analisis Data
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Abstrak
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Kondisi geografis
Persentase penduduk yang bekerja di bidang pertanian
82
Karakteristik
usahatani sayuran di Provinsi Lampung
Perkembangan luas lahan di Provinsi Lampung
Ketersediaan Internet Service Provider (ISP) di Provinsi Lampung
Simpulan

1
1
4
5
5
6
6
12
14
17
25
28
48
58
59
59
60
60
61
61
73
74
75
77
77
77
78
78
78
80
79
2
80
82
4
83
84

5 PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PERTANIAN
86
Abstrak
86
Pendahuluan
86
Latar Belakang
86
Metode Penelitian
88
Hasil dan Pembahasan
89
Perbedaan jumlah informasi pertanian yang diharapkan
89
dan yang didapat melalui cyber extension
Hubungan antara perilaku komunikasi petani sayuran
91
dengan pemenuhan kebutuhan informasi pertanian melalui
sumber informasi berbasis TIK
Pemenuhan kebutuhan informasi pertanian
92
Perbedaan perilaku komunikasi petani untuk memenuhi kebutuhan
94
informasi pertanian melalui sumber informasi berbasis TIK dan
konvensional
Simpulan dan Saran
95
6 PERILAKU KOMUNIKASI PETANI SAYURAN DALAM
97
MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI PERTANIAN
Abstrak
97
Pendahuluan
97
Metode Penelitian
98
Hasil dan Pembahasan
100
Pengaruh perilaku komunikasi terhadap pemenuhan informasi
100
Perbedaan perilaku komunikasi petani sayuran
101
Perilaku komunikasi petani menggunakan Informasi berbasis TIK
103
Perilaku komunikasi dalam menggunakan sumber informasi
108
konvensional
Simpulan dan Saran
111
7 POTENSI MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM 112
MENENTUKAN PERILAKU KOMUNIKASI UNTUK PEMENUHAN
KEBUTUHAN INFORMASI PERTANIAN
Abstrak
112
Pendahulu
112
Metode Penelitian
115
Hasil dan Pembahasan
116
Pengaruh Cyber Extension dan Perilaku Komunikasi Petani Sayuran
116
terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Pertanian
118
Hubungan antara Potensi Cyber dan Perilaku Komunikasi Pertanian
Sayuran
Perbedaan Potensi Cyber di Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat 118
1180
119
Deskripsi Potensi Cyber Extension
Perilaku Komunikasi Petani terhadap Pemanfaatan Sumber Informasi 120
Berbasis TIK
Simpulan dan Saran
122

8 PERAN FAKTOR LINGKUNGAN PENDUKUNG TERHADAP
124
PENGGUNAAN CYBER EXTENSION
Abstrak
124
Pendahuluan
124
Latar Belakang
124
Metode Penelitian
126
Hasil dan Pembahasan
126
Hubungan antara Faktor Lingkungan Pendukung dengan
126
Perilaku Komunikasi Petani Sayuran
Faktor Lingkungan Pendukung
128
Simpulan dan Saran
130
131
9 PERAN MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM
MEMPERKUAT PETANI SAYURAN MENGHADAPI GLOBALISASI
Abstrak
131
Pendahuluan
131
Latar Belakang
131
Metode Penelitian
133
Hasil dan Pembahasan
134
Pengaruh karakteristik Individu terhadap Perilaku Komunikasi dalam
134
Pemenuhan Informasi Pertanian
Hubungan Antar Variabel Karakteristik Individu Petani Sayuran
136
Perbedaan Karakteristik Individu Petani Sayuran
140
Simpulan dan Saran
142
10 STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PERTANIAN
MELALUI PEMANFAATAN CYBER EXTENSION DI PROVINSI
LAMPUNG
Abstrak
Pendahuluan
Latar Belakang
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
1 Deskripsi Peubah Penelitian
Faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Komunikasi Petani dalam
Memenuhi Kebutuhan Informasi Pertanian
Strategi Pemenuhan kebutuhan Informasi Pertanian
Simpulan dan Saran
11 PEMBAHASAN UMUM DAN IMPLIKASINYA
Pembahasan Umum
Implikasi Kebijakan
12 SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

144

144
144
144
146
1146
146
148
150
152
153
153
159
162
162
1621621
163
164

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

167
176

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Kebutuhan yang dipuaskan oleh media
Taksonomi pendekatan utama untuk kajian media
Hasil-hasil penelitian terdahulu
Indikator penentuan perilaku komunikasi petani memenuhi kebutuhan
informasi
Pergeseran indikator ketersediaan informasi
Indikator potensi cyber extension
Pemikiran tentang potensi sumber informasi lain
Pemikiran tentang pemenuhan kebutuhan informasi pertanian
Lokasi dan jumlah sampel
Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori peubah karakteristik
petani
Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori peubah faktor
Lingkungan (X2)
Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori peubah potensi
cyber extension (X3)
Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori peubah potensi
informasi konvensional (X3)
Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori perilaku
komunikasi petani (Y1)
Indikator, definisi operasional, parameter dan kategori peubah terpenuhinya kebutuhan informasi (Y2)
Hasil Validitas Instrumen Penelitian
Hasil Reliabilitas Instrumen Penelitian
Karakteristik agro sosio ekonomi daerah penelitian
Persentase Penduduk di Daerah Penelitian yang bekerja di Pertanian
Produksi beberapa komoditas sayuran di Provinsi Lampung 2011-2014
Produksi beberapa komoditas sayuran perkabupaten tahun 2005

Perkembangan Luas Lahan menurut Jenis Lahan di Lampung 2009-2013
Perkembangan Luas Jenis Lahan Kabupaten Lampung Barat 2009-2013
Perkembangan Luas Lahan di Kabupaten Tanggamus 2009-2013
Daftar ISP yang ada di Provinsi Lampung Tahun 2013
Nilai P-Value Uji Mann Whitney, perbedaan jumlah informasi yang
vdiharapkan dan informasi yang didapatkan melalui cyber extension
27 Koefisien Korelasi Rank Spearman, hubungan antara perilaku komunikasi
Dengan pemenuhan kebutuhan informasi
28 Koefisien Korelasi Rank Spearman, hubungan antara perilaku komunikasi

18
19
33
52
53
54
55
56
60
61
63
65
66
68
74
77
77
78
80
81
82
83
83
84
84
89
90
91

29 Persentase Petani menurut kepuasan pemenuhan kebutuhan informasi
92
pertanian
30 Nilai uji Man Whitney yang menunjukkan perbedaan perilaku
94
komunikasi petani sayuran dalam menggunakan sumber informasi
Berbasis TIK dan sumber informasi konvensional
31 Tabulasi silang (cross tabb) peubah perilaku komunikasi petani dalam 95
memenuhi kebutuhan informasi berbasis TIK dan konvensional
terhadap pemenuhan Kebutuhan informasi
32 Hasil kriteria kesesuaian model SEM
101
101
33 Nilai p value uji Mann Whitney perbedaan perilaku komunikasi petani 101
sayuran dalam menggunakan sumber informasi berbasis TIK di Kabupaten
Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat
34 Jumlah petani per kabupaten berdasarkan kepemilikan sumber
103
informasi berbasis TIK
35 Durasi komunikasi petani terhadap pengunaan sumber informasi
109
konvensional
36 Frekuensi petani dalam menggunakan sumber informasi konvensional
109
37 Arah komunikasi petani terhadap sumber informasi konvensional
110
38 Selektivitas pesan petani terhadap sumber invormasi konvensional
110
39 Analisis model pengaruh potensi cyber dan perilaku komunikasi terhadap 117
pemenuhan kebutuhan informasi pertanian
40 Koefisien korelasi Rank Spearman yang menunjukkan hubungan antara
118
peubah potensi cyber dan perilaku komunikasi
41 Nilai uji Man Whitney peubah potensi cyber
119
42 Persentase kategori peubah potensi cyber extension
119
43 Perilaku komunikasi petani sayuran
44 Rata-rata pemanfaatan TIK

120
121

45 abulasi silang (cross tab) indikator faktor potensi sumber informasi
berbasis TIK terhadap pemenuhan kebutuhan informasi
46 Koefisien korelasi Rank Spearman yang menunjukkan hubungan antara
faktor Faktor lingkungan pendukung (X2) dengan perilaku komunikasi (Y1)
47 Koefisien korelasi Rank Spearman hubungan antara indikator variabel
petani sayuran
48 Ringkasan hasil kelayakan model struktural pemenuhan kebutuhan
informasi pertanian melalui perilaku komunikasi pemanfaatan cyber
extension melalui karakteristik individu

122

49 Koefisien korelasi Rank Spearman hubungan antar indikator variabel X1

138

50 Koefisien korelasi Rank Spearman hubungan antara karakteristik individu
dan perilaku komunikasi
51 Tabulasi silang Tabulasi silang indikator karakteristik petani dan perilaku

138

komunikasi terhadap TIK

127
135
138

140

52 Nilai uji beda Mann Whitney karakteristik individu dan indikatornya di
Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat
53 Nilai rataan karakteristik individu

140

54 Peubah yang berpengaruh terhadap perilaku komunikasi petani
55 Kelayakan model yang disusun
56 Deskriptif peubah penelitian

149
149
150

141

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Model pencarian informasi Wilson
16
Model TRA
23
Teori Perilaku Rencanaan (Theory of Planned Behavior)
23
Technology Acceptance Model (TAM)
24
Dasar pemikiran pengembangan sistem jaringan informasi inovasi pertanian 27
Karakteristik sistem
28
Hubungan antar variabel
57
Produksi komoditas sayuran di Provinsi Lampung tahun 2011-2014
81
Model penemuan informasi, Wilson 1981
87
Model pengaruh perilaku komunikasi (Y1) terhadap pemenuhan kebutuhan 100
informasi (Y2)
Jumlah petani berdasarkan kepemilikan TIK di Kabupaten Tanggamus dan 104
Kabupaten Lampung Barat
Jenis kepemilikan teknologi informasi dan komunikasi
104
Perilaku komunikasi petani sayuran terhadap penggunaan TIK di Provinsi 105
Lampung
Perilaku komunikasi petani menggunakan TIK dalam kategori tinggi
106
Arah penggunaan informasi dari sumber informasi berbasis TIK
107
Nilai t hitung pengaruh potensi cyber extension dan perilaku komunikasi
petani sayuran terhadap pemenuhan kebutuhan informasi pertanian
116
Nilai pengaruh potensi cyber extension dan perilaku komunikasi petani
sayuran terhadap pemenuhan kebutuhan informasi pertanian
117
Arah informasi penggunaan TIK
121
Karakteristik faktor lingkungan (X2)
131

x

2
20 Nilai t hitung pengaruh tingkat kekosmopolitan (X1.1), keberanian mengambil
resiko (X1.2) dan motivasi (X1.3) terhadap perilaku komunikasi (Y1) dalam
dalam pemenuhan kebutuhan informasi pertanian
134
21 Gambar Standardized loading factor pengaruh karakteristik individu
terhadap perilaku komunikasi dalam pemenuhan kebutuhan informasi
pertanian
135
22 Karakteristik petani hortikultura
141
Kar
1
23 Data deskriptif peubah penelitian
149
Dat
24 Model struktural peubah-peubah yang berpengaruh terhadap perilaku 1141114
150
150
komunikasi
25 Model pencarian informasi Wilson
153

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6

Produksi tanaman sayuran menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung 168
tahun 2011 (dalam kwintal)
Luas panen tanaman sayuran menurut kabupaten/kota di Provinsi
168
Lampung tahun 2011 (dalam hektar)
Produksi tanaman sayuran menurut kecamatan di Kabupaten Tanggamus 169
tahun 2011 (dalam kwintal)
Luas panen tanaman sayuran menurut kecamatan di Kabupaten Tanggamus 170
tahun 2011 (dalam hektar)
Alokasi alat pengolahan data cyber extension tahun 2010-2011 dari Pusluh 170
Kementrian Pertanian Republik Indonesia
Peta daerah penelitian
171

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan umum pertanian di Provinsi Lampung ditandai dengan
rendahnya produktivitas pertanian. Data BPS Provinsi Lampung (2012)
menunjukkan Provinsi Lampung menempati urutan keduabelas dalam hal
produktivitas tanaman sayuran di Indonesia dengan produktivitas 48,45 kw/ha.
Hasil pertanian belum mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani. Hal ini diduga karena rendahnya perilaku petani dalam memanfaatkan
inovasi pertanian yang selama ini telah dikembangkan oleh lembaga-lembaga
penelitian dan pengkajian. Soefian (2012) mengatakan permasalahan
pengembangan hortikultura di Provinsi Lampung adalah produktivitas
hortikultura yang belum memenuhi standard dan beragam, skala usaha yang
kecil dan sebagian besar masih dikelola secara sambilan, belum diterapkannya
teknologi maju, manajemen usaha di tingkat petani yang belum profesional,
kualitas dan, keterbatasan prasarana usaha seperti pengairan, alat dan mesin
pertanian, peralatan panen dan pasca panen, harga yang fluktuatif,
kelembagaan yang tidak berfungsi dengan baik, dan belum adanya sarana
informasi yang baik dari tingkat pengelola produksi ke pusat promosi
komoditas.
Sektor pertanian merupakan salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi
daerah Lampung. Kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan Pendapatan
Domestik Bruto Daerah (PDBD) terbesar dibandingkan sektor lainnya. Pada
tahun 2009 sektor pertanian memberikan sumbangan sebesar 40.53 persen dari
PDBD, tahun 2010 sebesar 38.69 persen, tahun 2011 sebesar 38.15 persen,
tahun 2012 sebesar 37. 32 persen dan tahun 2013 sebesar 36.61 persen. Pada
tahun 2013, dari sumbangan 36.61 persen, sumbangan terbesar (47.47 persen)
berasal dari sub sektor tanaman pangan dan hortikultura (BPS Provinsi
Lampung 2014). Selain itu, letak Provinsi Lampung yang merupakan pintu
gerbang arus masuk dan keluar dari dan ke Pulau Jawa dan Sumatera sangat
potensial menjadi salah satu terminal produk hortikultura. Pengembangan
agribisnis hortikultura pada saat ini diperkuat dengan adanya tantangan era
globalisasi ekonomi seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan APEC (Asia
Pacific Economic Cooperation).
Peningkatan potensi pertanian dapat dikembangkan dengan menyediakan
kebijakan pembangunan pertanian yang dapat mendorong perbaikan
kesejahteraan petani. Penyuluhan pertanian merupakan instrumen penting
dalam pembangunan pertanian di perdesaan. Jika sistem penyuluhan dapat
dirumuskan dan dijalankan dengan sugguh-sungguh, maka berpotensi
meningkatkan kesejahteraan petani. Penyuluh pertanian adalah seorang agen
pembangunan pertanian dan mitra petani nelayan. Salah satu indikator
keberhasilan penyuluh adalah terdesiminasinya informasi teknologi pertanian
secara merata (BKP3K Provinsi Lampung 2012).
Untuk menjamin desiminasi informasi teknologi pertanian secara merata,
perlu upaya untuk mensinergikan semua pihak yang terkait dalam penyediaan

2
inovasi pertanian yang tepat waktu, tepat guna, dan mutahkir. Peningkatan
kinerja penyuluhan perlu didukung dengan pengembangan mekanisme kerja
sistem jaringan inovasi pertanian dengan aplikasi teknologi informasi untuk
mempercepat proses pengolahan dan sharing informasi.
Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sangat diperlukan
dalam sektor pertanian untuk peningkatan produktivitas usaha tani yang
dihasilkan. Indonesia menempatkan TIK sebagai salah satu fokus utama
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Perkembangan
TIK memberikan peluang yang besar bagi petani untuk dapat memperoleh
informasi pertanian dengan tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhannya.
Untuk mengelola usaha taninya, petani memerlukan berbagai informasi di
bidang pertanian, seperti: kebijakan pemerintah, hasil penelitian dari berbagai
disiplin ilmu, pengalaman petani lain, serta informasi terkini mengenai prospek
pasar yang berkaitan dengan sarana produksi dan produk pertanian. Sumbersumber informasi tersebut bisa mereka dapatkan salah satunya dengan
mengakses internet. Para petani bisa mendapatkan berbagai informasi
mengenai pertanian dengan mengakses internet. Petani juga dapat mengetahui
informasi terkini mengenai prospek pasar internasional yang berhubungan
dengan sarana produk pertanian dan produksi. Pemanfaatan TIK dapat
mengatasi masalah kekurangan akses informasi mengenai inovasi pertanian.
TIK dalam bidang pertanian dapat menyiapkan informasi pertanian yang
dibutuhkan petani dengan tepat waktu dan sesuai kebutuhan.
Hasil penelitian menunjukkan perkembangan TIK di Asia menyebabkan
berbagai perubahan di berbagai bidang seperti industri, agama, organisasi, dan
pekerjaan, yang keseluruhannya berdampak pada perubahan sosial hubungan
antar personal (Alampay 2009). Penelitian Arja dan Seppanen (2014)
mengatakan teknologi informasi dapat digunakan untuk menciptakan dan
mengatur kehidupan pada daerah yang terpencil. Sebagian besar petani dalam
daerah yang terpencil menggunakan komputer untuk mencari informasi, online
banking, komunikasi dengan keluarga, teman, dan saudara. Penggunaan
teknologi informasi dapat menggantikan beberapa bentuk komunikasi
tradisional yang dilakukan sebelumnya, dan dapat menyebabkan seseorang ke
luar dari masyarakatnya jika tidak menggunakan teknologi tersebut.
Penggunaan teknologi informasi sangat berhubungan dengan umur.
Proyek penelitian ENRAP (Knowledge Networking for Rural
Development in Asia Pacific) mengatakan TIK berperan dalam pembangunan
yaitu menunjang kehidupan masyarakat di desa miskin. TIK dapat
memfasilitasi perubahan atau sharing knowledge. TIK melalui komputer dapat
menyediakan informasi yang memuat bagaimana teknologi yang ada dapat
menyediakan air bersih, irigasi, meningkatkan hasil lahan, meningkatkan
pendidikan, kesehatan dan lain-lain (David & Shalini 2011).
Hasil studi banding Tim Kementerian Pertanian pada akhir tahun 2008 di
India menyatakan cyber extension cukup efektif dan efisien untuk diterapkan di
daerah penelitian. India memiliki potensi dan permasalahan yang mirip dengan
Indonesia yaitu jumlah penduduk yang besar dan tersebar pada wilayah yang
sangat luas, keterbatasan jumlah penyuluh, serta terbatasnya pendanaan untuk
pelaksanaan penyuluhan pertanian (Sumardjo et al. 2010). Peran cyber
extension dalam pembangunan pertanian di Indonesia saat ini perlu

3
ditingkatkan untuk dapat menempatkan bidang pertanian sebagai salah satu
bidang usaha yang dapat diandalkan dalam memenuhi persaingan pasar dunia
saat ini. Adekoya (2007) mengatakan ketidakmampuan secara materi dari
negara berkembang atau ketidaktahuan pemerintah dari beberapa negara
merupakan kendala digunakannya TIK dalam bidang pertanian. Selanjutnya
dikatakan penggunaan metode penyuluhan tradisional pada saat ini sudah tidak
efektif lagi. Perkembangan TIK sebagai teknologi modern melalui jaringan
teknologi informasi perlu dimanfaatkan agar mendapatkan informasi terkini
dan mengurangi biaya. Pembuatan konektivitas jaringan berkecepatan tinggi
dapat menghasilkan banyak keuntungan dalam diseminasi informasi dan
sharing knowledge dan ketrampilan. Pelayanan dengan teknologi informasi
dapat memenuhi kebutuhan akan informasi dan mendidik kaum muda agar
tertarik pada bidang pertanian.
Beberapa hasil penelitian di Indonesia mengenai cyber extension
menyimpulkan pemanfaatan cyber extension masih tergolong rendah baik pada
level petani maupun PPL. Rendahnya pemanfaatan cyber extension disebabkan
kurangnya kesadaran petani terhadap keberadaan dan manfaat cyber extension
kurang berfungsinya kelompok sebagai media berbagi informasi dan
pengetahuan, juga ketidaksiapan penyuluh sebagai pendamping petani dalam
memanfaatkan cyber extension (Mulyandari 2011; Zahron 2013; dan Darojad
2016). Ketiga penelitian ini dilakukan di Pulau Jawa. Penelitian mengenai
cyber extension di luar Pulau Jawa khususnya di Provinsi Lampung belum
pernah dilakukan. Usahatani sayuran di Pulau Jawa memiliki kesamaan
agroklimat dengan Provinsi Lampung, namun usahatani sayuran di Pulau Jawa
diusahakan lebih intensif dan dinamis dibandingkan Provinsi Lampung. Hal
inilah yang melatarbelakangi penelitian ini.
Pemenuhan kebutuhan informasi pertanian selama ini masih didominasi
oleh face to face communication yang memiliki sifat yang terbatas,
memerlukan banyak waktu dan biaya (Saleh 2006, Tamba 2007, dan Ardu
2007). Upaya mengatasi hal ini dilakukan dengan menggunakan semua sumber
informasi pertanian yang berbasis TIK, khususnya internet. Kehadiran internet
telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan manusia
(Arja dan Seppanen 2014, Vivek 2011, Sian et al. 2014 dan Shana dan Holmer
2015). Internet memiliki kelebihan dapat menyamakan persepsi terhadap
materi yang disampaikan, lebih menarik, efisien waktu, tidak terbatas ruang
dan dapat meningkatkan kualitas (Nuriyanto 2008; Ruggiero 2000).
Perubahan penggunaan sumber informasi pertanian dapat mengakibatkan
perubahan perilaku individu dan secara agregat mengakibatkan perubahan
perilaku sosial. Menurut Melkote (1991) ada tiga macam komunikasi
pembangunan yaitu yang menggunakan komunnikasi linier seperti SMCRE,
ada yang menggunakan adopsi inovasi, dan pendekatan moderenisasi media.
Disertasi ini menggunakan pendekatan moderenisasi media yang sangat
bermanfaat bagi komunikasi pembangunan.
Penelitian mengenai Perilaku Komunikasi Petani Sayuran dalam
Memenuhi Kebutuhan Informasi Pertanian Melalui Cyber Extension di
Provinsi Lampung penting dilakukan karena pertama secara empiris
berhubungan dengan potensi dan tantangan yang ada dalam pengembangan
sayuran di Provinsi Lampung. Kendala masih rendahnya pengadopsian inovasi

4
sayuran di tingkat petani karena kesenjangan informasi pertanian. Kedua,
adanya peluang implementasi TIK dalam bidang sayuran. Implementasi
pemanfaatan cyber extension sebagai suatu inovasi berpeluang untuk
meningkatkan akses informasi yang dibutuhkan yang akan meningkatkan
kesejahteraan petani.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
(1) Bagaimanakah pemenuhan kebutuhan informasi pertanian bagi petani
sayuran di Provinsi Lampung?
(2) Bagaimanakah perilaku komunikasi petani sayuran dalam memenuhi
kebutuhan informasi pertanian?
(3) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku komunikasi petani sayuran
dalam memenuhi kebutuhan informasi pertanian?
(4) Bagaimanakah strategi pengembangan cyber extension dalam memenuhi
kebutuhan informasi pertanian bagi petani sayuran di Provinsi Lampung?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah:
(1) Menganalisis pemenuhan kebutuhan informasi pertanian bagi petani
sayuran di Provinsi Lampung.
(2) Menganalisis perilaku komunikasi petani sayuran dalam memenuhi
kebutuhan informasi pertanian.
(3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku komunikasi
petani sayuran dalam memenuhi kebutuhan informasi pertanian.
(4) Merumuskan strategi pengembangan cyber extension dalam memenuhi
kebutuhan informasi pertanian bagi petani sayuran di Provinsi Lampung.

Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini:
(1) Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku komunikasi
petani sayuran dalam memenuhi kebutuhan akan informasi pertanian dan
dapat merumuskan model pengembangan cyber extension dalam
memenuhi kebutuhan informasi pertanian.
(2) Menghasilkan rekomendasi dalam menentukan cara mengoptimalkan
seluruh sumber informasi yang dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh
petani sayuran untuk kepentingan usahataninya.
(3) Sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi
pembangunan pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan pelaku
pertanian dalam mengakses informasi pertanian melalui pemanfaatan
cyber extension.

5
Nilai Kebaruan
Penelitian tentang pemenuhan kebutuhan informasi pertanian melalui
perilaku komunikasi petani sayuran sudah banyak dilakukan dengan berbagai
pendekatan, terutama dengan menggunakan media tradisional.
Kebaruan atau novelty dari penelitian ini adalah:
(1) Menganalisis pemenuhan kebutuhan informasi pertanian dengan
menggunakan
Seeking Information Theory. Penggunaan Seeking
Information Theory dipandang tepat karena dapat mengakumulasi semua
informasi yang berasal dari sumber informasi bermedia dan sumber
informasi tidak bermedia.
(2) Penelitian ini menggabungkan perilaku komunikasi petani dalam
memenuhi kebutuhan informasi dengan menggunakan sumber informasi
konvensional dan sumber informasi yang berbasis TIK. Pengkajian data
empirik yang ada dikaitkan dengan penelusuran segala informasi pertanian
yang dibutuhkan melalui cyber extension dan bagaimana sharing
informasi terbentuk di dalamnya.
(3) Penelitian mengenai perilaku komunikasi petani sayuran dalam memenuhi
kebutuhan informasi pertanian melalui cyber extension belum pernah
dilakukan di Propinsi Lampung. Keadaan menunjukkan penelitian yang
berhubungan dengan cyber extension sudah banyak dilakukan di beberapa
propinsi di Pulau Jawa yang memiliki usaha tani sayuran lebih dinamis
dan intensif dibandingkan luar Pulau Jawa khususnya Propinsi Lampung .
(4) Penelitian menghasilkan strategi pengembangan cyber extension yang
dapat membantu mengembangkan usaha tani sayuran di Provinsi
Lampung.

6

2 TINJAUAN PUSTAKA
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pertanian merupakan suatu bidang usaha yang mempunyai prospek yang
cukup menjanjikan di Indonesia khususnya di Provinsi Lampung. Potensi
sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana yang memadai merupakan modal utama untuk menjalankan usaha
bidang pertanian di perdesaan dan akan menjanjikan kehidupan yang lebih baik
bagi masyarakat di perdesaan.
Perkembangan ekonomi dunia yang menerapkan ekonomi pasar bebas di
kawasan Asia, menuntut petani untuk dapat bersaing ketat dalam memproduksi
dan mempromosikan komoditas hortikultura Indonesia di pasar internasional. Hal
ini merupakan tantangan dan juga peluang bagi bidang pertanian khususnya
hortikultura. Petani hortikultura dituntut untuk dapat mengetahui informasi pasar
yang akurat, sehingga selain dapat menciptakan produk yang dibutuhkan pasar,
petani juga diharapkan dapat menciptakan pasar dan bersaing dalam mutu
komoditas dengan negara lain.
Untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan ekonomi dunia ini, maka
diperlukan usaha-usaha untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat perdesaan.
Usaha-usaha pembangunan pertanian yang diadakan untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakat perdesaan belum mencapai hasil yang maksimal.Diduga
hal ini disebabkan teknologi dan inovasi pertanian yang dihasilkan belum dapat
diserap dan diterapkan petani sebagai pelaku pertanian. Hal ini disebabkan
rendahnya kualitas informasi pertanian, belum berjalannya proses transfer
teknologi informasi, dan sistem penyuluhan pertanian belum berjalan secara
maksimal. Akses informasi pertanian dalam masyarakat dapat berasal dari sesama
petani, dalam kelompok dan masyarakat (massa). Selain itu, petani juga dapat
mengakses informasi melalui penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
West dan Turner (2010) mengatakan komunikasi adalah proses sosial di
mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan
menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Komunikasi merupakan
suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain
agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya melalui kata-kata (lisan),
gerak anggota tubuh, atau melalui media tertentu. Levis (1996) mengatakan
komunikasi adalah proses yang terjadi antara komunikator sebagai sumber
komunikasi dan komunikan sebagai penerima. Komunikasi yang baik memiliki
komponen komunikasi yaitu: pengirim atau komunikator (sender), pesan
(message), saluran (channel), penerima atau komunikan (receiver), dan umpan
balik (feedback). Komunikasi menjadi lebih cepat, efektif, dan efisien dengan
kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Komunikator dalam
prosesnya memberikan pesan kepada komunikan dalam batas waktu dan ruang
tertentu dengan menggunakan media dan metode tertentu. Komunikasi dikatakan
efektif jika terjadi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan.
Kaitannya dengan efektivitas komunikasi, maka komunikasi dapat diartikan
sebagai proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan media atau saluran sehingga terjadi persamaan makna, artinya

7

pesan yang disampaikan sumber dapat memiliki makna yang sama dengan pesan
yang diterima sasaran.
Pengertian dari komunikasi tidak hanya sebagai suatu model yang linear,
tetapi juga sebagai model interaksional dan transaksi. West dan Turner (2010)
mengatakan pandangan satu arah mengenai komunikasi berasumsi bahwa pesan
dikirimkan oleh suatu sumber ke penerima melalui saluran.Model linear
merupakan model representasi sederhana dari proses komunikasi yang berasumsi
bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima. Model komunikasi
interaksional memandang komunikasi sebagai pertukaran makna, dengan adanya
umpan balik yang menghubungkan sumber dan penerima pesan.Model
komunikasi interaksional menekankan proses komunikasi dua arah antara
komunikator dan komunikan. Proses ini mengindikasikan bahwa komunikasi
selalu berlangsung. Pandangan interaksional mengatakan bahwa seseorang dapat
sebagai pengirim dan penerima dalam suatu interaksi. Elemen yang penting dari
model komunikasi interaksional adalah umpan balik, baik yang bersifat verbal
maupun non verbal. Hal lain yang perlu diperhatikan dari model komunikasi
interaksional adalah bidang pengalaman (fieldofexperience) yang mengatakan
budaya, pengalaman, dan keturunan seseorang mempengaruhinya untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
Kritik terhadap model interaksional berkaitan dengan umpan balik, karena
pandangan interaksional berasumsi bahwa dua orang berbicara dan
mendengarkan, tapi tidak dalam waktu yang bersamaan. Model komunikasi
transaksional (transactionalmodelofcommunication) menekankan pengiriman dan
penerimaan pesan berlangsung terus menerus dalam sebuah episode
komunikasi.Bersifat transaksional berarti proses bersifat kooperatif, pengirim dan
penerima pesan sama-sama bertanggungjawab terhadap dampak dan efektivitas
komunikasi yang terjadi. Jadi pada model ini, orang membangun kesamaan
makna. Apa yang dikatakan seseorang dalam sebuah transaksi sangat dipengaruhi
oleh pengalamannya di masa yang lalu. Model ini menuntut pihak-pihak yang
sedang berkomunikasi, memahami, mengintegrasikan bidang pengalaman masingmasing dalam kehidupan mereka sendiri.
Petani memerlukan pesan yang sesuai dengan kebutuhannya. Slamet (2001)
mengatakan pelayanan jasa informasi bagi petani merupakan salah satu prinsip
dalam paradigma baru penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian harus mampu
menyediakan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan petani untuk
mengembangkan usaha taninya. Salah satu unsur komunikasi yang dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan secara efektif adalah dengan media. Suatu
sistem yang kurang mendapatkan informasi akan menjadi lemah dan akhirnya
berakhir.Informasi itu sendiri dapat didefinisikan sebagai data yang diolah
menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.
Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk
tunggal yaitu datum atau data item. Data adalah kenyataan yang menggambarkan
sesuatu yang terjadi pada saat tertentu.
Slamet (2001) mengatakan informasi merupakan bahan mentah untuk
dijadikan pengetahuan. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas hidup. Petani mendapatkan informasi dan pengetahuan dari berbagai
sumber, baik dari lembaga penelitian maupun sumber informasi lainnya (van Den
Ban dan Hawkins 1999). Kaitannya dengan informasi pertanian, maka sumber

8
informasi yang ada dapat memanfaatkan media internet sebagai sarana untuk
berbagi informasi melalui sistem jaringan informasi yang telah terbentuk.
Kata teknologi secara harfiah berasal dari bahasa Latin ”texere” yang berarti
menyusun atau membangun.Istilah teknologi seharusnya tidak terbatas pada
penggunaan mesin, meskipun dalam arti sempit hal tersebut sering digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Rogers dan Kincaid (1981) teknologi
adalah suatu rancangan (desain) untuk alat bantu tindakan yang mengurangi
ketidakpastian dalam hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu hasil yang
diinginkan. Suatu teknologi biasanya mempunyai dua aspek yaitu aspek hardware
(terdiri dari material atau obyek fisik) dan aspek software. Teknologi diartikan
sebagai keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri
efisiensi dalam setiap kegiatan manusia.
Miarso (2007) mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu
perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem untuk memecahkan
masalah. Pengertian teknologi dalam bidang penyuluhan adalah segala bentuk
pemanfaatan komputer dan internet untuk penyuluhan. Penyuluhan dapat
memanfaatkan media komunikasi yang berbasis teknologi komunikasi dan
informasi seperti radio, televisi, hand phone dan lain-lain.
Fauzi (2008) mengatakan In