Orang-Orang Eseni: Para Pemegang Kebenaran Radikal

Orang-orang Saduki gemar berdebat tentang soal-soal teologi dan filsafat-bukti lain dari minat Yunani yang telah menjadi bagian mereka. Ide-ide canggih mereka tidak menarik untuk banyak orang, karena itu dalam bidang politik mereka terpaksa bergandengan tangan dengan orang-orang Farisi. Sebetulnya, seandainya tidak terjadi perubahan yang aneh dalam politik Yahudi, pastilah orang-orang Saduki sudah tenggelam sebelum masa Perjanjian Baru. Orang-orang Farisi menentang keputusan Yohanes Hirkanus untuk menjadi imam besar, karena mereka mendengar bahwa dalam masa teror pemerintahan Antiokhus IV, ibu Hirkanus telah diperkosa. Hirkanus membuktikan bahwa cerita itu bohong, tetapi pengadilan Farisi hanya menjatuhkan hukuman beberapa kali pukulan saja bagi si pembuat cerita itu. Hal ini membuat Hirkanus marah besar dan ia memberikan sokongannya kepada orang-orang Saduki. Anak Hirkanus, Aleksander Yaneus tahun 104-78 SM, belajar di bawah asuhan para dosen Yunani di Roma. Ia sangat tertarik dengan pemikiran-pemikiran Yunani, dan secara diam-diam menyokong orang-orang Saduki yang intelektual itu. Yosefus mencatat bahwa suatu ketika Yaneus menjadi mabuk pada hari raya Pondok Daun, dan menuangkan air persembahan ke kakinya, bukan ke atas mezbah. Mungkin ini adalah cara Yaneus untuk mengejek orang-orang Farisi, yang menuangkan air ke atas mezbah bila sedang mengharapkan turunnya hujan. Pemberotakan pun terjadi. Tentara-tentara Yaneus memulihkan keadaan, tetapi mereka baru berhasil setelah jatuh korban sebanyak 6.000 orang Yosefus, Antiquities, Bk. XIII, Psl. v, Bgn. 13. Orang-orang Farisi mengadakan perang saudara yang sengit dengan Yaneus tahun 94-88 SM, yang berakhir dengan disalibkannya para pemimpin Farisi bersama 800 pengikut mereka. Istri Hirkanus, Salome, lebih bertoleransi terhadap orang-orang Farisi ketika ia memegang pemerintahan tahun 78-69 SM. Namun orang-orang Farisi maupun Saduki tidak pernah melupakan episode berdarah itu.

C. Orang-Orang Eseni: Para Pemegang Kebenaran Radikal

Orang-orang. Eseni juga muncul dari gerakan saleh yang dikenal sebagai Hasidim. Yosefus menginformasikan tentang adanya dua kelompok Eseni War, Bk. 11, Psl. viii, Bgn. 2, sedangkan Uskup Hippolytus yang hidup pada abad ke-3 mengatakan ada empat kelompok Eseni lihat karyanya, Refutation of All Heresies. Mungkin saja jumlahnya lebih dari itu. Nama Eseni berasal dari bahasa Ibrani yang berarti saleh atau suci. Walaupun mereka dinamakan demikian oleh orang-orang Yahudi yang lain, orang-orang Eseni sendiri kemungkinan menolak julukan itu. Mereka tidak memandang diri mereka suci atau saleh; tetapi mereka menganggap diri mereka sebagai para penjaga kebenaran-kebenaran yang misterius, yang akan menguasai kehidupan Israel bila kelak Mesias datang. Banyak sarjana percaya bahwa naskah-naskah kaum Zadok yang ditemukan di sinagoge di Kairo pada tahun 1896 ditulis oleh salah satu kelompok Eseni. Naskah-naskah tersebut melukiskan pertempuran terakhir antara Baik dan Jahat, yang akan mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Mesias. Orang-orang Eseni berencana untuk merahasiakan informasi-informasi seperti itu sampai tiba waktu yang tepat. Kemungkinan mereka melihat diri mereka sebagai maskilim, orang-orang bijaksana yang Daniel katakan akan menuntun Israel dalam masa sengsara besar Daniel 11:33; 12:9-10. Orang-orang Eseni pada umumnya hidup secara berkelompok jauh di daerah-daerah pedalaman gurun pasir. Sebagian lagi tinggal di suatu pemukiman di Yerusalem dan di sana bahkan ada gerbang yang disebut Gerbang Eseni. Mereka mempraktikkan berbagai upacara yang sangat rumit untuk menyucikan diri mereka, rohani maupun jasmani. Tulisan-tulisan mereka yaitu Gulungan Naskah Laut Mati yang pada umumnya diakui para ahli sebagai tulisan-tulisan kaum Eseni menunjukkan bahwa mereka sangat ketat menghindarkan diri agar tidak tercemar oleh masyarakat di sekitar mereka, dengan harapan bahwa Tuhan akan menghargai kesetiaan mereka itu. Mereka menyebut pimpinan mereka sebagai Guru Kebenaran. Gulungan Naskah Laut Mati tidak mengidentifikasi orang-orang dalam masyarakat Qumran tempat gulungan naskah itu ditulis; namun Plinius, sejarawan Romawi, mengatakan bahwa wilayah tersebut adalah markas sekte Eseni. Pada tahun 1947 seorang anak gembala Badui melemparkan sebuah batu ke dalam sebuah gua di Khirbet Qumran di pantai barat laut Laut Mati dan mendengar suara tembikar yang pecah. Anak gembala tersebut memasuki gua itu dan menemukan beberapa buah guci berisi naskah-naskah kuno. Para sarjana kemudian mengenali naskah- naskah temuan tersebut sebagai kitab Yesaya, tafsiran kitab Habakuk, dan beberapa dokumen lainnya yang berisi ajaran-ajaran sekte Qumran. Akhirnya, mereka berhasil menemukan sebelas gua yang di dalamnya terdapat gulungan naskah-naskah kuno. Kecuali kitab Ester, seluruh kitab lainnya dari Perjanjian Lama terdapat di antara naskah-naskah itu, baik secara lengkap ataupun sebagiannya. Sebagian besar dari naskah-naskah itu merupakan salinan-salinan dari zaman wangsa Makabeus. Penemuan itu telah merangsang minat para arkeolog terhadap puing-puing Khirbet Qumran sendiri, tempat mereka menemukan sebuah ruangan besar yang pernah digunakan untuk menyalin berbagai naskah. http:kom2kursusppbindex.php?modul=ref02b 2 of 4 [25042006 11:50:47]

D. Orang-Orang Zelot