16
pasien yang mengalami flare dapat pulih fungsi ginjalnya, bila didiagnosis dan diobati segeraMcPhee dan Papadakis, 2011.
3. N-Asetil Sistein
N-Asetil Sisteinbekerja sebagai direct antioxidant karena mempunyai gugus thiol SH bebas yang dapat berinteraksi langsung dengan elektron dari ROS.
Interaksi N-Asetil Sisteindengan ROS menyebabkan pembentukan radikal N- Asetil Sistein thiol dan N-Asetil Sisteindisulfid sebagai produk akhir utama.
Selain itu N-Asetil Sisteinjuga berperan sebagai antioksidan tidak langsung di mana N-Asetil Sisteinakan dimetabolisme sebagai sistein yang merupakan
prekursor gluthatione intrasel sehingga akan meningkatkan aktifitas enzim gluthatione S-transferase mensuplai gluthatione untuk gluthatione peroksidase
Marcelo dkk, 2010.
Sistein N-Asetil Sistein NAC
Gambar 2.6. Struktur molekul N-Asetil Sistein
Heloisa dkk., 2005 Antioksidan melindungi DNA didalam gen dari serangan radikal bebas.
Pertahanan antioksidan yang kuat dapat menghentikan radikal bebas sebelum mereka dapat menyerang DNAHayakawa dkk, 2003.
17
Farmakodinamik N-Asetil Sistein: 1. N-Asetil Sistein sebagai pre-cursor Glutation GSH atau indirect antoxidant,
direct antioxidant menetralisir oxidant ROS dan RNS menghilangkan keadaan stress-oksidatif dan membaiki disfungsi sel Oikawa, 2005.
2 N-Asetil Sistein mengontrol pelepasan mediator pro-inflamasi sistemik seperti kemokin, sitokin agar bekerja tidak berlebihan sehingga menyebabkan
inflamasi kronik Borras dkk., 2004. 3. N-Asetil Sistein bekerja sebagai immune-boostermeningkatkan sistem
imunitas dengan meningkatkan aktivitas sel imunitas T-limfosit, makrofag, neutrofil untuk memfagositosis dan melisis bakteri atau benda asing
sehingga memperbaiki daya tahan terhadap infeksi, meningkatkan kemampuan antioksidan, mengembalikan keseimbangan redox reduced and
oxidized glutathione selular. Mengembalikan keseimbangan redox ini sangat penting dalam mengatur respon terhadap inflamasi Hansen dkk, 2004.
4. N-Asetil Sistein mencegah kerusakan membran sel dan lipid peroxidasi sehingga tidak terjadi dampak berlebihan dari leukotrein seperti vasokontriksi
dan bronkokontriksi. Sebagai hasil akhir kerja N-Asetil Sistein sebagai immune booster dapat mengurangi frekuensi dan keparahan infeksi Voghel
dkk., 2008. 5. N-Asetil Sistein memperbaiki struktur, bentuk dan fungsi sel darah merah
sebagai pembawa oksigen sehingga memperbaiki keadaan hipoksemia Voghel dkk., 2008.
18
6. N-Asetil Sistein bekerja sebagai true-mucolytic pada bronkhitis dan penyakit paru sudah banyak digunakan Cuzzocrea dkk, 2001.
Gambar 2.7. Farmakodinamik N-Asetil Sistein Nolin dkk, 2010
Setelah pemberian N-Asetil Sistein perinjeksi, N-Asetil Sistein akan akan diserap plasma dan konsentrasi plasma puncak 0.35-4 mg L dicapai dalam 1-2
jam sedangkan distribusi volume mengikat protein plasma berkisar 0.33-0.47 L kg. N-Asetil Sistein akan mencapai waktu paruh 4 jam setelah injeksi intravena.
Klirens ginjal 0.190-0.211 L h kg dan sekitar 70 dari pembersihan tubuh total nonrenal Nolin dkk, 2010.
4. Peran interstisial fibrosis pada nefritis lupus