Tempat Kawasan Tanpa Rokok Kebijakan Mengenai Kawasan Tanpa Rokok

2.4.1. Tempat Kawasan Tanpa Rokok

Kawasan Tanpa Rokok wajib ada di tempat pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 1. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat danatau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah danatau masyarakat. 2. Tempat proses belajar mengajar adalah sarana yang digunakan untuk kegiatan belajar, mengajar, pendidikan danatau pelatihan. 3. Tempat anak bermain adalah area, baik tertutup maupun terbuka, yang digunakan untuk kegiatan bermain anak-anak. 4. Tempat ibadah adalah bangunan atau ruang tertutup yang memiliki cirri- ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadah bagi para pemeluk masing-masing agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadah keluarga. 5. Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa kendaraan darat, air dan udara biasanya dengan kompensasi. 6. Tempat kerja adalah ruang atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. 7. Tempat umum adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh masyarakat umum danatau tempat yang dapat dimanfaatkan bersama- sama untuk kegiatan masyarakat yang dikelola oleh pemerintah, swasta dan masyarakat. 8. Tempat lain yang ditetapkan adalah tempat terbuka yang dimanfaatkan bersama-sama untuk kegiatan masyarakat.

2.4.2. Kebijakan Mengenai Kawasan Tanpa Rokok

Kebijakan merupakan cara yang efektif untuk mengendalikan tembakau atau lebih khusus lagi untuk mengurangi kebiasaan merokok. Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia TCSC-IAKMI bekerjasama dengan Southeast Asia Tobacco Control Alliance SEATCA dan World Health Organization WHO Indonesia melaporkan empat alternatif kebijakan yang terbaik untuk pengendalian tembakau, yaitu menaikkan pajak 65 dari harga eceran, melarang bentuk semua iklan rokok, mengimplementasikan 100 kawasan tanpa rokok di tempat umum, tempat kerja, tempat pendidikan, serta memperbesar peringatan merokok dan menambahkan gambar akibat kebiasaan merokok pada bungkus rokok. Dasar hukum kawasan tanpa rokok di Indonesia cukup banyak seperti dinyatakan Depkes RI dalam Prabandari dkk 2009 yaitu : 1. Undang-Undang UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan. a. Pasal 10 yaitu setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial. b. Pasal 11 setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggitingginya. c. Pasal 113 ayat 1 dan 2. Ayat 1 tentang pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Ayat 2 yaitu zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya danatau masyarakat sekelilingnya. d. Pasal 115 ayat 1 dan 2. Ayat 1 tentang kawasan tanpa rokok antara lain fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan tempat umum serta tempat lain yang ditetapkan. Ayat 2 yaitu pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di wilayahnya. 2. UU No. 231997 tentang pengelolaan lingkungan hidup yaitu pasal 1 dinyatakan bahwa bahan berbahaya dan beracun adalah setiap bahan yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan danatau merusakkan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. 3. UU No.81999 tentang perlindungan konsumen yaitu terdapat pada pasal: a. Pasal 2 tentang perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum. b. Pasal 3 menyatakan bahwa perlindungan konsumen bertujuan menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha dan meningkatkan kualitas barang danatau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang danatau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen. 4. UU No. 232002 tentang perlindungan anak terutama tentang: a. Pasal 44 ayat 1 yaitu pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak, agar setiap anak memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan. b. Pasal 45 ayat 1 dan 2. Ayat 1 tentang orang tua dan keluarga bertanggung jawab menjaga kesehatan anak dan merawat anak sejak dalam kandungan. Ayat 2 menyatakan bahwa dalam hal orang tua dan keluarga yang tidak mampu melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, maka pemerintah wajib memenuhinya. c. Pasal 59 menyatakan bahwa pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan. khusus kepada anak dalam situasi darurat seperti anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika,dan zat adiktif lainnya napza. Berdasarkan pasal ini berkaitan juga dengan perlindungan anak dari asap rokok dan penggunaan rokok. 5. UU No. 32 Tahun 2002 tentang penyiaran yang terdapat pada pasal 46 ayat 3 terutama yang menyatakan siaran iklan niaga dilarang melakukan promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat adiktif serta promosi rokok yang memperagakan wujud rokok. 6. Peraturan Pemerintah PP RI No. 411999 tentang pengendalian pencemaran udara yaitu pada pasal 2 yang menyatakan bahwa pengendalian pencemaran udara meliputi pengendalian dari usaha danatau kegiatan sumber bergerak sumber bergerak spesifik, sumber tidak bergerak, dan sumber tidak bergerak spesifik yang dilakukan dengan upaya pengendalian sumber emisi danatau sumber gangguan yang bertujuan untuk mencegah turunnya mutu udara ambien. 7. PP RI No. 192003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan yaitu: a. Pasal 2 yang menyatakan bahwa penyelenggaraan pengamanan rokok bagi kesehatan bertujuan untuk mencegah penyakit akibat penggunaan rokok bagi individu dan masyarakat dengan melindungi kesehatan masyarakat terhadap insidensi penyakit yang fatal dan penyakit yang dapat menurunkan kualitas hidup akibat penggunaan rokok, melindungi penduduk usia produktif dan remaja dari dorongan lingkungan dan pengaruh iklan untuk inisiasi penggunaan dan ketergantungan terhadap rokok, meningkatkan kesadaran, kewaspadaan, kemampuan dan kegiatan masyarakat terhadapbahaya kesehatan terhadap penggunaan rokok. b. Pasal 3 tentang penyelenggaraan pengamanan rokok bagi kesehatan dilaksanakan dengan pengaturan kandungan kadar nikotin dan tar, persyaratan produksi dan penjualan rokok, persyaratan iklan dan promosi rokok, penetapan kawasan tanpa rokok. c. Pasal 16 ayat 3 tentang iklan rokok pada media elektronik hanya dapat dilakukan pada pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. d. Pasal 22 tentang tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat yang secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok.

2.5. Kerangka Pikir Penelitian

Dokumen yang terkait

Analisis Peran Serta Petugas Puskesmas Tentang Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Puskesmas Teladan Kota Medan Tahun 2014

17 141 89

Persepsi Unsur Pimpinan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tentang Kawasan Tanpa Rokok Tahun 2011

10 136 115

EVALUASI IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS EVALUASI IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

0 3 20

EVALUASI IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH EVALUASI IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

0 2 15

3 PERDA KAWASAN TANPA ROKOK

0 0 9

ID implementasi kawasan tanpa rokok ktr di sekolah studi kualitatif pada smp negeri

1 7 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) 2.1.1. Pengertian Kawasan Tanpa Rokok (KTR) - Analisis Peran Serta Petugas Puskesmas Tentang Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Puskesmas Teladan Kota Medan Tahun 2014

1 1 19

PERSEPSI JAJARAN PIMPINAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK ( KTR ) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

0 0 13

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN KEPATUHAN MAHASISWA TERHADAP PERATURAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 17

EVALUASI IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI WILAYAH KECAMATAN CIRUAS - FISIP Untirta Repository

0 0 261