PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH MELALUI PROGRAM SERTIFIKASI MASSAL SWADAYA MASYARAKAT DI KAMPUNG BINA KARYA PUTRA KECAMATAN RUMBIA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(1)

PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH MELALUI PROGRAM SERTIFIKASI MASSAL SWADAYA MASYARAKAT DI KAMPUNG

BINA KARYA PUTRA KECAMATAN RUMBIA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(Skripsi)

Oleh SUSANTO

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH MELALUI PROGRAM SERTIFIKASI MASSAL SWADAYA MASYARAKAT DI KAMPUNG

BINA KARYA PUTRA KECAMATAN RUMBIA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh SUSANTO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(3)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH MELALUI PROGRAM SERTIFIKASI MASSAL SWADAYA MASYARAKAT DI KAMPUNG

BINA KARYA PUTRA KECAMATAN RUMBIA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh :

SUSANTO

Kampung Bina Karya Putra merupakan salah satu lokasi pensertifikatan massal swadaya untuk tahun anggaran 2009/2010, yang berpedoman pada instruksi Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Lampung No. 07 Tahun 2009, dan dalam pelaksanaannya dibantu oleh Pokmasdartbnah Kampung Bina Karya Putra yang dibentuk berdasarkan Perkam Bina Karya Putra No. 01 tahun 2009. Permasalahan dalam skripsi ini adalah (a) bagaimanakah pelaksanaan pendaftaran ,dan (b) hambatan-hambatan apa yang dihadapi, dan penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara jelas, sistematik, dan terinci mengenai pelaksanaan pendaftaran tanah melalui swadaya masyarakat di Kampung Bina Karya Putra. Metode penelitian ini dilakukan dengan hukum normatif empiris, pendekatan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan dua cara yaitu pendekatan normatif dan pendekatan empiris. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan, data-data yang telah terkumpul diolah dengan pengolahan data melalui editing, klasifikasi, sistematisasi, dan analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan, (a) bahwa pelaksanaan pendaftaran tanah melalui SMS di Kampung Bina Karya Putra terdapat beberapa tahapan-tahapan yaitu: 1) penetapan satuan pelaksana kegiatan, 2) menetapkan syarat-syarat peserta pendaftaran tanah, 3) menetapkan biaya pendaftaran tanah, 4) tahap pelaksanaan kegiatan yang meliputi kegiatan: sosialisasi, Administrasi, pengumpulan data yuridis, pengukuran dan pemetaan, dan penyerahan sertifikat. 5) penetapan waktu penyelesaian pendaftaran tanah, 6) realisasi program dan kegiatan. Berdasarkan kenyataan di lapangan ternyata dalam tahapan-tahapan tersebut belum berjalan sesuai dengan yang ditentukan dalam Instruksi Kepala Kantor BPN Provinsi Lampung No. 7 tahun 2009 dan Perkam No.01 Tahun 2009,seperti ketidak aktifan beberapa panitia pelaksana, terlalu banyaknya syarat-syarat yang di tentukan


(4)

sehinga para pendaftar dan panitia cukup kesulitan dalan melengkapinya, biaya yang di tentukan terlalu besar sehingga para peserta merasa keberatan, jangka waktu penyelesaian sertifikat terhambat karena banyak para peserta yang kesulitan dalam melengkapi syarat-syarat dan banyak di antaranya melakukan penundaan pembayaran. (b) hambatannya adalah masih banyak peserta pemegang hak atas tanah yang merasa keberatan dengan biaya-biaya yang ditetapkan salah satunya biaya kerohiman sebesar Rp. 30/meter, pihak pemerintah desa tidak mempunyai register tanah, pihak kantor pertanahan kesu`litan dalam menelusuri riwayat tanah, pihak panitia kesulitan dalam melakukan sosialisasi.

Seyogyanya BPN atau pemerintah memberikan keringanan mensgenai biaya-biaya pendaftaran tanah, dan lebih giat lagi melakukan publisitas atas segala ketetapan yang ditetapkan oleh pemerintah kepada masyarakat baik itu memberikan penyuluhan di desa-desa melui penyuluhan langsung ke lapangan ataupun melalui media massa.


(5)

Judul Skripsi : PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH MELALUI PROGRAM SERTIFIKASI MASSAL SWADAYA MASYARAKAT DI KAMPUNG BINA KARYA PUTRA

KECAMATAN RUMBIA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Nama Mahasiswa : Susanto No. Pokok Mahasiswa : 0742011326

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Sudirman Mechsan, S.H.,M.H. Upik Hamidah, S.H.,M.H.

NIP 195005291986031001 NIP 196006061987032012

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S.H., M.H.


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Sudirman Mechsan, S.H., M.H. ………..

Sekretaris/Anggota : Upik Hamidah, S.H., M.H. ………..

Penguji Utama : Dr. Muhamad Akib, S.H., M.H. ...………..

2. Pj. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP 196211091987031003


(7)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Bina karya Putra Kecamatan Rumbia pada tanggal 15 Agustus 1988 dan merupakan anak keempat dari Bapak Marsup dan Ibu Painah. Pendidikan yang telah diselesaikan adalah Sekolah Dasar Negeri 01 Bina Karya Putra lulus pada tahun 2001. Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 Rumbia yang diselesaikan pada tahun 2004, lalu peneliti melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Rumbia yang diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun 2007 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Peneliti melakukan penelitian pada Kantor Pertanahan Lampung Tengah dan Kampung Bina Karya Putra sebagai obyek bahan penulisan skripsi. Pernah mengikuti Praktik Kerja Lapangan Hukum (PKLH) di Universitas Brawijaya (UB) Malang, Polda Bali, perusahan HM Sampoerna Surabaya, dan Perusahaan Teh Sosro Bali (2010).


(8)

MOTTO

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang

baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah,

jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah

(QS Al-baqarah 172)

Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba

karena dalam mencoba itu lah kita menemukan dan belajar

membangun untuk berhasil

ingatlah bahwa hidup ini adalah perjuangan

orang yang berhasil adalah kaum minoritas

yaitu orang yang melakukan sesuatu yang jarang bahkan tidak pernah

dilakukan oleh orang lain


(9)

PERSEMBAHAN

Segala puji kepada Allah,

Robb yang telah memberiku peluang

kebaikan sehingga dapat mempersembahkan sebuah karya

khusus untuk mamak dan bapak yang senantiasa berdo a dan berusaha sekuat

tenaga, hati dan pikiran untuk keberhasilanku dan yang terbaik buat aku,

mamak walaupun engkao dalam keadaan sakit aku yakin dan aku percaya atas

do a mu lah ahirnya aku dapat menyelesaikan pendidikan S1 ku di Unila,

Bapak, mamak I love you

Untuk kakak-kakakku yang selalu mensuportku

Terimakasih yang sebesar-besarnya semoga allah membalas semua kebaikan yang

kau berikan pada ku

Semua teman-temanku, terimakasih

Untuk teman terdekatku enok kumalasari terimakasih atas keikhlasanmu dalam

memberikan do a, dukungan, dan tenaga untukku, untuk keberhasilanku

Kau lah wanita terbaik dan yang aku impikan untuk pendamping hidupku

dunia dan ahirat.

Amin yarobbal alamin....


(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah, Robb yang telah membangunkan istana di syurga bagi orang-orang yang beriman, bertaqwa, dan beramal sholeh dan senantiasa istiqomah dalam keimanan, ketaqwaan, dan dalam kesolehannya. Tanpa kehendak dan kerhidoan-Nya tidaklah segala sesuatu akan berjalan dengan baik, begitupun dalam penulisan skripsi ini tanpa adanya kemudahan yang diberikan, takkan mungkin dapat terlaksana. Oleh karenanya hamba bersyukur atas segala yang diberikan. Sholawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada Nabi akhir zaman Nabi Muhammad SAW. Beliaulah yang telah memberikan kesejukan dalam sejarah peradaban di dunia dan telah mengubah nuansa kejahiliahan menjadi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Dalam penulisan ini juga tidak terlepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak sehingga karya ini dapat selesai. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Mamak dan Bapak yang telah banyak berkorban demi anaknya menuntut ilmu, semoga Allah membalas pengorbanan itu dengan nikmat yang tak terhingga. Saudara-saudaraku, Mbak, Yayuk, Kakang, Mas, Adik yang juga telah banyak dukungannya.


(11)

2. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Nurmayani, S.H.,M.H, selaku ketua Bagian Hukum Administrasi Negara.

4. Bapak Sudirman Mechesan, S.H., M.H. selaku Pembimbing I, yang sudah sudi memberi perhatian dan waktunya, serta bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Pembimbing II, yang telah memberikan banyak bantuan, semangat, motivasi, masukan, dan saran yang sangat berharga, dan selalu sabar serta tulus memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak M. Akib, S.H., M.H. selaku Pembahas I, yang telah banyak memberikan kritikan, saran, dan masukan yang sangat berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Ati Yuniati, S.H., M.H. selaku pembahas II yang telah banyak memberikan kritikan, saran, masukan dan arahan yang sangat berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Lek wagiman selaku anggota Pokmasdartibnah yang telah memberikan semua informasi demi selesainya skripsi ini.

9. Bapak Febriyanto,S.H. selaku setap sub seksi penetapan hak, yang telah memberikan semua informasi demi selesainya skripsi ini.


(12)

10.Seluruh Dosen Fakultas Hukum Unila yang telah memberikan ilmunya dengan ikhlas dan seluruh Staff yang juga tidak kalah pentingnya membantu menyelesaikan skripsi ini.

11. Ibu Hera, dan Mas Marlan, Mas Misyo, dan semua staff karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

12.Para penghuni rumah kontrakan senasib seperantauan yang selama ini bersama-sama menyelesaikan studi sarjana, Adi Kisnanto, Mas Aan, Mas Wili, Mas Sutris, Bang Jek, Mas Toni, Mas Mardi, Mas Eko, Mas Ronal, terimakasih atas keikhlasannya dalam segala hal, dan terimakasih atas perhatiannya padaku, dan aku minta maaf jika dulu aku banyak kesalahan.

13.Teman-teman seperjuangan yang akrab yang selalu bersama menemani kuliahku dari semester awal hingga ahir: Adi Kisnanto, Aref Firmansyah, Angga Didon, Dendi, Andri Om, Angga Risdianto, Topan, Bagus, Agung, Wahyu (Bedor), terimakasih kalian telah membantu dalam menyelesaikan studi ini, dan terimakasih atas semuanya kita tetap akrap dan tetap menjalin tali silaturahmi, amin.

14.Teman-teman Hima HAN Non Reg 07: Angga Risdianto, Arif, Andri fajar, Deni Lapas, Andri Holan, Aldi Putra, Obet, Supriadi, Mufli, Febrianda, Eko Bayur, Tri Susilo, Didon, Heri, Wahyu Bedor, Imam, Fajri, Andika, Indra, Sony, Candra, tetap jaga silaturahmi, kebersamaan, dan persahabatan kita.


(13)

15. Teman Liqo Hukum 07 K’ Redi (Murobhi), Ahmad Taufan Taufani (Ketua), Soni Kesatria,S.H, Ahmad Rifa’i,S.H, Dimas Anzarrudin,S.H, Pieter William,S.H, Fandi (Gepeng), Alfero, Diki (idung), Fazri, Imam, Supriyadi, Mufli, M. Kurniawan, Tri Susilo, Deni Kurniawan. Angga Risdianto, Jimi.

16.Temen-temen kosan di Metro: Buang Indah Triwahyuni, Yeni, Feri, Eko Prianto, terimakasih telah telah banyak membantu dan menemani di akhir-akhir perkuliahanku.

17.Semua pihak yang belum tertulis namanya yang saya yakin bantuannya begitu besar.

Semoga tali ukhuwah diantara kita tetap erat dan semoga kita semua dipertemukan kembali dalam keridho’an-Nya, amin yarobbal alamin.

Rumbia, Februari 2012 Penulis


(14)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN Halaman

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 8

1.2.1 Permasalahan ... 8

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

1.3 Tujuan dan Penggunaan Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendaftaran Tanah ... 11

2.2 Dasar Hukum Pendaftaran Tanah ... 13

2.3 Tujuan Pendaftaran Tanah ... 14

2.4 Obyek Pendaftaran Tanah ... 18

2.5 Sistem Pendaftaran Tanah ... 19

2.6 Biaya Pendaftaran Tanah ... 25

2.7 Pelaksanaan Pendaftarn Tanah ... 28

2.8 Subyek Hak atau Pemohon ... 30

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah ... 31

3.2 Sumber Data ... 32

3.2.1 Data Primer ... 32

3.2.2 Data Sekunder ... 32

3.3 Prosedur Pengumpulan Dan Pengolahan Data ... 35

3.3.1 Prosedur Pengumpulan ... 35


(15)

3.4 Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum ... 38

4.2 Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Melalui Swadaya Masyarakat Di Kampung Bina Karya Putra Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tangah ... 40

4.2.1 Tahap Pendahuluan oleh Petugas Kantor Pertanahan ... 40

4.2.2 Tahap Pendahuluan di Lokasi ... 43

4.2.3 Tahap Pelaksanaan ... 46

4.2.4 Hasil Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Melalui Swadaya Masyarakat di Kampung Bina Karya Putra Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah ... 51

4.3 Hambatan-hambatan Dalam Pelaksanaan Tanah ... 61

4.3.1 Pihak Pemegang Hak Atas Tanah ... 61

4.3.2 Pihak Pemerintah Desa ... 63

4.3.3 Pihak Kantor Pertanahan ... 64

4.3.4 Pihak Panitia Pelaksanaan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(16)

1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumberdaya tanah merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Sebagai salah satu modal dasar tanah mempunyai arti penting dalam kehidupan dan penghidupan manusia, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya untuk matipun masih memerlukan tanah ( K. Wantjik Saleh, 1977:50).

Selain itu tanah juga merupakan salah satu faktor penting dalam proses kehidupan umat manusia yang telah dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Baik sebagai sumber penghidupan maupun sebagai tempat berpijak manusia dalam kelangsungan kehidupan sehari-hari, tanah sangat erat hubungannya dengan manusia, karena tanah mempunyai nilai ekonomis bagi segala aspek kehidupan manusia dalam rangka menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Lebih-lebih di Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya masih hidup dari pertanian.

Manusia berlomba-lomba untuk menguasai dan memiliki bidang tanah yang diinginkan, oleh karena itu tidak heran kalau setiap manusia yang ingin memiliki dan menguasai tanah banyak yang menimbulkan masalah-masalah, seperti dalam pendayagunaan tanah. Banyak manusia yang dalam mendayagunakan tanah tidak seimbang dengan keadaan tanah, hal ini dapat memicu terjadinya perselisihan


(17)

2

antara sesama manusia seperti perebutan hak, timbulnya masalah kerusakan-kerusakan tanah dan gangguan terhadap kelestariannya. Dalam rangka mengatur dan menertibkan masalah pertanahan telah dikeluarkan berbagai peraturan hukum pertanahan yang merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang Pokok Agraria sebagai Hukum Tanah Nasional.

Secara umum Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang lebih dikenal Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), membedakan tanah menjadi dua yaitu, tanah hak dan tanah negara. Tanah hak adalah tanah yang telah dibebani sesuatu hak di atasnya, tanah hak juga dikuasai oleh negara tetapi penggunaannya tidak langsung sebab ada hak pihak tertentu di atasnya. Sedangkan tanah negara adalah tanah yang langsung dikuasai negara. Langsung dikuasai artinya tidak ada pihak lain diatas tanah itu, tanah itu disebut juga tanah negara bebas. Landasan dasar bagi pemerintah dan rakyat Indonesia untuk menyusun politik hukum serta kebijaksanaan di bidang pertanahan telah tertuang dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan ketentuan di atas maka negara mempunyai wewenang untuk:

a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa.


(18)

3

c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang dengan bumi, air dan ruang angkasa.

d. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa. Pasal 21 ayat (1) UUPA menyebutkan bahwa hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah. Untuk melaksanakan ketentuan pendaftaran hak milik atas tanah negara perlu diatur dalam suatu praturan perundang-undangan. Atas dasar itu maka dalam melakukan pemberian hak milik atas tanah negara agar tidak menimbulkan berbagai masalah atau sengketa tanah, diperlukan adanya pengaturan yang tegas dan landasan hukum yang kuat di bidang pertanahan.

Hak bangsa Indonesia atas tanah merupakan hak penguasaan atas tanah yang tertinggi dan meliputi semua tanah yang ada dalam wilayah negara, yang merupakan tanah bersama bersifat abadi dan menjadi induk bagi hak-hak penguasaan yang lain atas tanah. Pengaturan hak penguasaan atas tanah ini di muat dalam Pasal 1 ayat (1) UUPA (Urip Santoso, 2005:75).

Hak bangsa Indonesia atas tanah mempunyai sifat komunalistik, artinya semua tanah yang ada dalam wilayah Negara Republik Indonesia merupakan tanah bersama rakyat Indonesia, yang telah bersatu sebagai bangsa Indonesia ( Pasal 1 ayat (1) UUPA). Hak bangsa Indonesia atas tanah merupakan induk bagi hak-hak penguasaan yang lain atas tanah (Urip Santoso, 2005:75).

Hak bangsa Indonesia atas tanah merupakan hak tertinggi dalam hal penguasaan tanah di Indonesia. Kemudian untuk mengatur dan menjamin kepastian hukum tentang penguasaan, pemberian, dan penetapan atas tanah maka ditetapkan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, sedangkan dalam pelimpahan kewenangannya diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan


(19)

4

Nasional Nomor: 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara, sedangkan untuk pengaturan pendaftarannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor: 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Adanya aturan tersebut diharapkan agar lebih mengarah pada catur tertib di bidang pertanahan, yaitu tertib hukum pertanahan, tertib administrasi pertanahan, tertib pemeliharaan pertanahan, dan tertib penggunaan pertanahan. Serta untuk mempermudah masyarakat mendapatkan status hak tanahnya di Kantor Pertanahan.

Adapun hirarki hak-hak penguasaan atas tanah dalam UUPA dan hukum tanah nasional adalah:

a. Hak Bangsa Indonesia Atas Tanah. b. Hak Menguasai dari Negara Atas Tanah. c. Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat. d. Hak-Hak Atas Tanah.

e. Wakaf Tanah Hak Milik. f. Hak Tanggungan.

g. Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (Urip Santoso, 2005:75).

Terjadinya pendaftaran hak milik atas tanah melalui program pensertifikatan tanah massal swadaya yang merupakan implementasi dari hak bangsa Indonesia atas tanah, salah satunya terjadi di Kampung Bina Karya Putra yang ada di Kecamatan Rumbia Lampung Tengah.


(20)

5

Ketentuan lain mengenai pendaftaran tanah juga termuat dalam Pasal 19 ayat (2) sub b UUPA yang menyebutkan bahwa disamping pendaftaran tanah hak-hak atas tanah, juga peralihan hak atas tanah harus didaftarkan. Hal ini tercantum pula dalam Pasal 23 ayat (1) dan Pasal 38 ayat (1) UUPA Pasal 32 ayat (1) menyebutkan bahwa: hak milik, demikian juga perlihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam pasal 19 UUPA.

Dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (1) PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yaitu pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun. Termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

Tarif pendaftaran tanah yang merupakan jenis penerimaan negara bukan pajak secara rinci diatur dalam PP Nomor: 46 Tahun 2002 yaitu Pasal 3 menyatakan jenis penerimaan negara bukan pajak dari kegiatan pelayanan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a terdiri dari:

a. Pelayanan pengukuran dan pemetaan bidang tanah; b. Pelayanan pendaftaran tanah untuk pertama kali; c. Pelayanan pemeliharaan data pendaftaran tanah.


(21)

6

Dalam Pasal 4 ayat (1) pelayanan pengukuran dan pemetaan bidang tanah sebagaimana di maksud dalam Pasal 3 huruf a terdiri dari:

a. Pelayanan pengukuran dan pemetaan bidang tanah secara sporadik; b. Pelayanan pengukuran dan pemetaan bidang tanah secara sistematik; c. Pelayanan pengembalian batas;

d. Pelayanan pembuatan peta situasi lengkap (topografi).

Pelaksanaan pendaftaran tanah di Kampung Bina Karya Putra Kecamatan Rumbia berjalan berdasarkan Instruksi Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Lampung No. 07 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pensertifikatan Massal, yang pelaksanaanya dilaksanaan oleh Pokmas yang dibentuk dengan berdasarkan pada Peraturan Kampung Bina Karya Putra Nomor: 01 Tahun 2009 tentang Pembuatan Sertifikat Tanah Ex Register 08 Way Rumbia Melalui Program Pensertifikatan Tanah Massal Swadaya Masyarakat, yang merupakan penerusan dari peralihan fungsi lahan, yang diatur dalam Perda Provinsi Lampung Nomor: 6 Tahun 2001 tentang Alih Fungsi Lahan Dari Eks Kawasan Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi (HPK) Seluas 145.125 Ha Menjadi Kawasan Bukan HPK Dalam Rangka Pemberian Hak Atas Tanah.

Hukum menghendaki kepastian. Kepastian dibutuhkan untuk menghilangkan keragu-raguan. Hukum pertanahan Indonesia mengingatkan kepastian mengenai siapa pemegang hak milik atau hak-hak lain atas sebidang tanah. Ini dipandang dari segi hukum. Tetapi bagaimana dari segi masyarakat atau pendukung hukum itu sendiri.


(22)

7

Pelaksanaan pendaftaran tanah yang terjadi di Kecamatan Rumbia masih jauh dari harapan dan belum sesuai dengan Instruksi Kepala Kantor Pertanahan Provinsi Lampung No.07 tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pensertifikatan Tanah Massal Swadaya Masyarakat Tahun Anggaran 2009. Selain masih banyak tanah penduduk yang belum terdaftar karena masih terdapat anggapan dari sebagain besar masyarakat bahwa pendaftaran tanah ini dirasakan sangat mahal karena banyaknya biaya-biaya yang ditetapkan dalam Peraturan Kampung Bina Karya Putra Nomor: 01 Tahun 2009 tentang Pembuatan Sertifikat Tanah Ex Register 08 Way Rumbia Melalui Program Pensertifikatan Tanah Massal Swadaya Masyarakat yang tentunya itu memberatkan masyarakat.

Ditinjau dari segi masyarakatnya yang berada di Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang. Tampaknya mereka tidak serius atau kurang memperdulikan tentang pasti dan tidak pastinya hukum itu. Mereka menguasai sebidang tanah, tetapi hanya sebatas mengelola dan mengambil hasilnya, tanpa memikirkan status hukum atas tanah tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti dalam bentuk skripsi mengenai pendaftaran hak milik atas tanah melalui program pensertifikatan tanah massal swadaya masyarakat, dengan mengambil judul:” Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Melalui Program Pensetifikatan Massal Swadaya Masyarakat Di Kampung Bina Karya Putra Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah”.


(23)

8

1.2 Permasalah dan Ruang Lingkup

1.2.1 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah proses pelaksanaan pendaftaran tanah melalui program sertifikasi massal swadaya masyarakat di Kampung Bina Karya Putra Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah.

b. Hambatan-hambatan apa saja yang ditemui dalam pelaksanaan pendaftaran tanah melalui program sertifikasi massal swadaya masyarakat di Kampung Bina Karya Putra Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah.

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi mengenai pelaksanaan pendaftaran tanah serta hambatan-hambatan yang dihadapi, yang kemudian akan diuraikan secara sistematis mengenai syarat-syarat dari pendaftaran tanah, presedur, biaya pendaftaran tanah, serta jangka waktu penyelesaian pensertifikatan tanah di Kampung Bina karya Putra Kecamatan Rumbia.


(24)

9

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

c. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pendaftaran tanah melalui program sertifikasi massal swadaya masyarakat di Kampung Bina Karya Putra Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah.

d. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang ditemui dalam pelaksanaan pendaftaran tanah melalui program sertifikasi massal swadaya masyarakat di Kampung Bina Karya Putra Kecamatan Rumbia Kabupaten Lampung Tengah.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Secara garis besar dan sesuai dengan tujuan penelitian maka kegunaan penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:

a. Kegunaan Tioritis

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan ilmu hukum khususnya Hukum Administrasi Negara. b. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai:

1) Upaya perluasan pengetahuan penulis dalam bidang Hukum Administrasi Negara.

2) Sumbangan pemikiran, bahan bacaan dan sumber informasi serta bahan kajian bagi yang memerlukan.


(25)

10

3) Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pendaftaran Tanah

Pasal 19 ayat (1) UUPA menetapkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum hak atas tanah diadakan pendaftaran tanah di seluruh Wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan pemerintah yang dimaksud adalah PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Pengertian pendaftaran tanah tersebut ditegaskan dalam Pasal 19 ayat (2) UUPA yang meliputi:

a. Pengukuran, perpetaan dan dan pembukuan tanah.

b. Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.

c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

Ditegaskan bahwa pendaftaran tanah yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan ayat (2) UUPA, harus meliputi:

a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah yang menghasilkan peta pendaftaran tanah dan surat ukur serta luas tanah yang bersangkutan (asas spesialitas)


(27)

13

b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak lain serta beban-beban terhadap tanah yang bersangkutan. Pendaftaran tanah ini memberi keterangan tentang status tanah dan siapa yang berhak atas tanah tersebut (Asas Open Baarheit).

Pemberian surat-surat tanda bukti hak sebagai alat pembuktian yang kuat (Sertifikat) (Maria S.W Sumardjono, 1997:23).

Pengertian pendaftaran tanah tersebut di atas, meliputi:

a. Pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk pertamakali (initial registration)

b. Pemeliharaan data pendaftaran tanah (maintenance)

Pendaftaran tanah dapat diartikan pula sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus-menerus berkesinambungan dan teratur mengenai pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak tertentu yang membebaninya (FX. Sumarja, 2006:20).

Pendaftaran tanah untuk pertamakali adalah kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar, baik menurut ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor: 10 Tahun 1961 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yang dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara sistematik dan seporadik.

Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertamakali menurut Pasal 12 PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, meliputi:

a. Pengumpulan dan pengolahan data fisik; b. Pengumpulan dan pengolahan data yuridis; c. Penerbitan sertifikat;


(28)

14

d. Penyajian data fisik dan data yuridis; e. Penyimpanan daftar umum dan dokumen.

2.2 Dasar Hukum Pendaftaran Tanah

Dasar hukum penyelenggaraan pendaftaran tanah adalah UUPA, yang berbunyi untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur oleh peraturan pemerintah. Ketentuan Pasal 19 ayat (1) merupakan ketenuan yang ditujukan pada pemerintah untuk menyelenggarakan tugas pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Disamping itu diatur pula ketentuan-ketentuan di dalam Pasal 23 ayat (1) dan Pasal 38 ayat (1) UUPA, yang ditujukan pada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan, agar mereka memperoleh kepastian akan haknya.

Pasal 23 ayat (1) UUPA menyebutkan bahwa hak milik demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebananya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19 UUPA.

Pasal 32 ayat (1) dan Pasal 38 ayat (1) UUPA, masing-masing mengenai hak guna usaha dan hak guna bangunan, termasuk syarat-syarat pemberiannya, demikian juga setiap peralihan dan penghapusan hak tersebut harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang di maksud dalam Pasal 19 UUPA.

Sebagai tindak lanjut dari ketentuan Pasal 19 UUPA, telah di keluarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 10 Tahun 1961, yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor: 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah. Dengan


(29)

15

demikian penyelenggaraan tugas pendaftaran tanah harus dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan peraturan pemerintah tersebut.

Selain ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UUPA, juga telah dikeluarkan beberapa peraturan pelaksana lainnya, yaitu ketentuan mengenai konversi hak atas tanah yang diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria Nomor: 2 Tahun 1962 jo Surat Keputusan Menteri Dalam Negri Nomor: 26/DDA/1970 tentang Penegasan Konversi dan Pendaftaran Tanah.

Pendaftaran tanah secara sistematik juga diatur dalam peraturan pemerintah Nomor: 24 Tahun 1997 Pasal 1 ayat (10) yang menyebutkan ”Pendaftar tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertamakali yang di lakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan”.

Pendaftaran tanah secara seporadik menurut PP Nomor: 24 Tahun 1997 tidak ditegaskan dalam satu pasal dari peraturan pemerintah tersebut, tetapi dapat diketahui dari ketentuan dalam BAB III bagian I sub b yang mengatur pendaftaran tanah di desa-desa yang pendaftaran tanahnya belum diselenggarakan secara lengkap.

2.3 Tujuan Pendaftaran Tanah

Tujuan diselenggarakannya pendaftaran tanah pada hakikatnya sudah ditetapkan dalam Pasal 19 UUPA, yaitu bahwa pendaftaran tanah merupakan tugas Pemerintah, yang diselenggarakan dalam rangka menjamin kepastian hukum dibidang pertanahan (suatu “Rechtskadaster” atau “Legalcadaster”). Rincian


(30)

16

tujuan pendaftaran tanah seperti yang dinyatakan dalam Pasal 3 PP Nomor: 24 Tahun 1997 adalah :

a. Memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar, agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. Untuk itu kepada pemegang haknya diberikan sertifikat sebagai surat tanda buktinya. Inilah tujuan utama pendaftaran tanah yang penyelenggaraannya diperintahkan oleh Pasal 19 UUPA. Memperoleh sertifikat bukan sekedar fasilitas, melainkan merupakan hak dari pemegang hak atas tanah, yang dijamin undang-undang. Sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana di maksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik, atas satuan rumah susun dan hak tanggungan, yang masing-masing sudah dibukukukan dalam buku tanah yang bersangkuatan.

b. Menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang yang berkepentingan, termasuk pemerintah, agar dengan mudah memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang terdaftar.

Untuk penyajian data tersebut diselenggarakan oleh Kantor Pertahanan Kabupaten atau Kota. Tata usaha pendaftaran tanah dalam apa yang dikenal sebagai daftar umum, yang terdiri atas peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah dan daftar nama. Para pihak yang berkepentingan, terutama calon pembeli atau calon kreditor, sebelum


(31)

17

melakukan suatu perbuatan hukum mengenai suatu bidang tanah atau satuan rumah susun tentu perlu dan karenanya mereka berhak mengetahui data yang tersimpan dalam daftar-daftar kantor di Kantor Pertanahan. Data tersebut diberi sifat terbuka untuk umum. Hal ini sesuai dengan asas pendaftaran yang terbuka sebagai yang dinyatakan dalam Pasal 2 karena untuk umum, daftar-daftar dan peta-peta tersebut disebut daftar umum. Tidak digunakannya hak tersebut menjadi tanggung jawab yang bersangkutan sendiri. Bagi PPAT hal tersebut merupakan satu kewajiban sebelum membuat akta.

Peta pendaftaran adalah peta yang menggambarkan bidang atau bidang-bidang tanah untuk keperluan pembukaan tanah. Daftar tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat identitas bidang tanah dengan suatu sistem penomoran. Surat ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk peta dan uraian yang diambil datanya dari peta pendaftaran. Dalam PP No. 10/1961 surat ukur merupakan petikan dari peta pendaftaran. Buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu obyek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya. Data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan di atasnya. Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain serta bahan-bahan lain serta beban-beban lain yang membeban-bebaninya. Daftar nama adalah dokumen dalam


(32)

18

bentuk daftar yang memuat keterangan mengenai penguasaan tanah dengan suatu hak atas tanah atau hak pengelolaan dan mengenai pemilikan hak milik atas satuan rumah susun oleh perseorangan atau badan hukum tertentu.

Data yang tercantum daftar nama tidak terbuka untuk umum. Hanya diperlukan bagi instansi pemerintah tertentu untuk keperluan pelaksanan tugasnya. Daftar nama sebenarnya tidak memuat keterangan mengenai tanah, melainkan hanya memuat keterangan mengenai perseorangan atau badan hukum dalam hubungannya dengan tanh yang dimilikinya, karena ada kemungkinan disalahgunakan, maka data yang dimuat di dalamnya tidak terbuka untuk umum.

Tujuan pendaftaran tanah untuk menghimpun dan menyediakan informasi yang lengkap mengenai bidang-bidang tanah, dipertegas dengan dimungkinkanya pembentukan bidang-bidang tanah yang data fisiknya atau data yuridisnya belum lengkap atau masih disengketakan, walaupun untuk tanah-tanah demikian belum dikeluarkan sertifikat sebagai tanda bukti haknya.

Persyaratan dan tatacara untuk memperoleh keterangan tersebut di atas ditetapkan oleh Menteri dalam Peraturan Nomor: 3/1997 tentang Aturan Pelaksana PP No. 24 tahun 1997.


(33)

19

c. Terselenggaranya tata tertib administrasi pertahanan. Terselenggaranya pendaftaran tanah secara baik merupakan dasar dan perwujudan tertib administrasi tersebut setiap bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk peralihan, pembebanan dan hapusnya wajib didaftar.

Tujuan pendaftaran tanah di Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam pasal 19 ayat (1) UUPA adalah menjamin kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah. Kepastian hukum tersebut meliputi :

a. Kepastian mengenai orang atau badan hukum yang menjadi pemegang hak

b. Kepastian mengenai letak, batas, serta luas bidang tanah.

c. Jenis macam hak atas tanah yang menjadi landasan hubungan hukum antara tanah dan dengan orang atau badan hukum.

Kepastian mengenai tiga hal tersebut merupakan unsur yang sangat penting untuk mewujudkan jaminan kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah, oleh karena itu ketiga unsur tersebut harus didukung oleh fakta yang sebenarnya.

2.4 Objek Pendaftaran Tanah

UUPA mengharuskan pendaftaran semua hak atas tanah, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 ayat (1), Pasal 32 ayat (1), dan Pasal 38 ayat (1), maka menjadikan semua hak atas tanah menjadi obyek pendaftaran tanah. Obyek pendaftaran tanah menurut Pasal 10 PP Nomor: 10 Tahun 1961, maupun peraturan pengganti dalam Pasal 9 meliputi :

a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai.


(34)

20

b. Tanah hak pengelolaan. c. Tanah wakaf.

d. Hak milik atas satuan rumah susun. e. Hak tanggungan.

f. Tanah negara.

Selain hak-hak atas tanah yang telah disebutkan di atas, hak-hak lain tidak termasuk dalam obyek pendaftara tanah. Sebagaimana disebutkan macam-macam hak atas tanah yang tercantum dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA, seperti hak membuka tanah dan memungut hasil hutan, bukankah hak atas tanah dalam arti yang sebenarnya, karena tidak memberi wewenang untuk mengguanakan tanah seperti disebutkan dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA, hak-hak tersebut merupakan bentuk “Pengejawantahan” hak ulayat dalam hubungan warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan dengan tanah ulayatnya. Sebagaimana dinyatakan dalam penjelasan Pasal 46 UUPA yang mengatur hak membuka tanah dan memungut hasil hutan. Hak-hak tersebut adalah hak-hak dalam hukum adat yang menyangkut tanah, bukan hak atas tanah. Dalam hal tanah negara pendaftaran tanahnya dilakukan dengan cara membukukan bidang tanah yang bersangkutan dalam daftar buku tanah, dan untuk tanah negara tidak diterbitkan sertifikat hak atas tanah.

2.5 Sistem Pendaftaran Tanah

Dalam pendaftaran tanah pada umumnya dikenal dua macam sistem pendaftaran tanah, yaitu sistem pendaftaran tanah negatif dan sistem pendaftaran positif. Dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah yang menggunakan :


(35)

21

a. Sistem pendaftaran tanah positif yaitu sistem pendaftaran tanah di mana surat tanda bukti hak (sertifikat) yang diberikan kepada seseorang adalah berlaku sebagai tanda bukti hak atas tanah yang mutlak, artinya terdaftarnya seseorang dalam daftar buku tanah itu tidak dapat dibantah lagi, meskipun ternyata bukan pemegang hak yang berhak atas tanah tersebut.

b. Sistem pendaftaran tanah negatif yaitu sistem pendaftaran tanah di mana segala apa yang tercantum di dalam sertifikat tanah atas nama seseorang dianggap benar, sampai dapat dibuktikan suatu keadaan yang sebaliknya, artinya seseorang yang terdaftar dalam daftar buku tanah masih dapat dibantah jika yang terdaftar bukan pemegang hak atas tanah yang sebenarnya (Effendi Perangin, 1986:83).

Untuk mengetahui sistem yang digunakan dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah di Indonesia dapat diketahui dari ketentuan-ketentuan UUPA dan peraturan pelaksanaannya yaitu peraturan pemerintah Nomor: 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah. Dari ketentuan Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA, bahwa surat tanda bukti yang dikeluarkan (sertifikat), berlaku sebagai alat bukti yang kuat, ini berarti keterangan-keterangan yang tercantum di dalamnya mempunyai kekuatan hukum harus diterima sebagai keterangan yang benar, selama dan sepanjang tidak ada pembuktian lain yang membuktikan sebaliknya, inilah yang disebut sistem negatif.

Berdasarkan uraian di atas, jelaskan bahwa sistem pendaftaran tanah di Indonesia sebagaimana yang diatur dalam PP Nomor: 10 Tahun 1961 tentang pendafataran tanah, sebagai pelaksanaan dari pasal 19 UUPA menganut sistem negatif.

Dalam PP Nomor: 24 Tahun 1997 mengenal dua sistem pendaftaran tanah, yaitu:

a. Sistem Pendaftaran Akta (Regristration of deeds)

Dalam sistem pendaftaran akta, akta itulah yang didaftar oleh Pejabat Pendaftaran Tanah (PPAT). Dalam sistem ini PPAT bersikap pasif. Ia


(36)

22

tidak melakukan pengujian kebenaran data yang disebut dalam akta yang didaftar.

b. Sistem Pendaftaran Hak(Registration of titles)

Dalam sistem pendaftaran hak tiap pemberian atau menciptakan hak baru atau pemindahan dan pembebanannya dengan hak lain kemudian, harus dibuktikan dengan suatu akta.

Menurut PP Nomor: 24 Tahun 1997 Pasal 29, sistem pendaftaran tanah yang digunakan adalah sistem pendaftaran hak (registration of titles). Pembukaan dalam buku tanah serta pencatatannya pada surat ukur tersebut merupakan bukti bahwa hak yang bersangkutan beserta pemegang haknya dan bidang tanahnya yang diuraikan dalam surat ukur secara hukum telah didaftarkan menurut PP Nomor: 24 Tahun 1997.

Tercantum dalam PP Nomor: 24 Tahun 1997 Pasal 2, pendaftaran tanah dilaksanakan menurut asas :

a. Asas Sederhana

Pendaftaran tanah yang dimaksud dalam asas ini adalah agar ketentuan-ketentuan pokok maupun prosedur dapat dengan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan yang terutama para pemegang hak atas tanah.

b. Asas Aman

Pendaftaran tanah harus mampu menjamin dari hak tersebut sehingga akan terjamin keamanan dari status hak atas tanah.


(37)

23

c. Asas Terjangkau

Pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.

d. Asas Mutakhir

Yang dimaksud kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaan dan kesinambungan dalam pemeliharaan data, maka data yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu diperlukan adanya kewajiban mendaftar dan mencatat setiap perubahan yang terjadi dari hak atas tanah dikemudian hari.

e. Asas Terbuka

Asas terbuka memuat dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus menerus dan berkesinambungan sehingga data yang disampailkan di Kantor Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan nyata di lapangan dan masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai data yang benar setiap saat.

Dalam PP Nomor: 24 Tahun 1997 sistem pendaftaran tanah yang dianut adalah sistem negatif yang mengandung unsur positif. Asas ini mengandung arti bahwa jika keterangan-keterangan yang terdapat dalam buku tanah tidak benar maka hal tersebut dapat dirubah dan dibenarkan, sedangkan positif adalah adanya peran aktif dari tugas pelaksana.

Pendaftaran tanah secara sistematik menurut Pasal 1 angka 60 PP Nomor: 24 Tahun 1997 yaitu :


(38)

24

“Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan serentak dan meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan”.

Pendaftaran tanah secara sistematik diselenggarakan atas prakarsa pemerintah berdasarkan pada suatu rencana kerja jangka panjang dan tahunan serta dilaksanakan di wilayah yang ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria atau Kepala Bagian Pertahanan Nasional. Melalui pendaftaran tanah secara sistematik akan mempercepat perolehan data mengenai bidang-bidang tanah yang didaftar dibandingkan melalui pendaftaran tanah secara seporadik. Akan tetapi karena prakarsanya datang dari pemerintah akan diperlukan waktu dalam pemenuhan dari tenaga dan peralatan yang diperlukan.

Pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik memerlukan bantuan panitia adjudikasi, karena pada umumnya pendaftaran tanah secara sistematik bersifat masal dan besar-besaran, sehingga dengan demikian tidak akan mengganggu rutinitas kantor pertanahan. Panitia adjudikasi terdiri dari seorang ketua merangkap anggota yang dijabat oleh seorang pegawai BPN dan tiga atau empat anggota, yaitu pegawai BPN yang mempunyai kemampuan dan pengetahuan di bidang pendaftaran tanah. Seorang pegawai BPN yang mempunyai kemampuan dan pengetahuan di bidang hak-hak atas tanah. Tiga atau empat anggota tersebut adalah kepala desa atau kelurahan yang bersangkutan dan atau pamong desa atau kelurahan yang ditunjuk. Keanggotaan panitia tersebut dapat ditambah dengan


(39)

25

seorang anggota yang sangat diperlukan dalam penilaian kepastian data yuridis mengenai bidang-bidang tanah di wilayah desa atau kota yang bersangkutan. Dalam pelaksanaannya, sebelum dimulai kegiatan proyek diadakan penyuluhan hukum oleh panitia adjudikasi bersama-sama dengan kepala kantor pertanahan, pejabat BPN dan petugas kecamatan, pemerintah desa atau kelurahan. Penyuluhan ini dimaksudkan untuk memberitahukan kepada pemegang hak atas tanah bahwa di desa tersebut akan diselenggarakan pendaftaran tanah secara sistematik.

Pendaftaran tanah secara seporadik inisiatif berasal dari masing-masing pemilik tanah, maka pemilik tanah sebagai pemohon dituntut lebih aktif mengurus permohonan sertifikat tanahnya karena segala sesuatunya harus diusahakan sendiri oleh pemohon. Pemohon harus melengkapi syarat-syarat guna keperluan permohonan sertifikat atas tanahnya.

Pendaftaran secara sporadik atau perorangan dibagi menjadi dua yaitu : a. Sukarela (Voluntary Initial Registration)

Belum ada kewajiban untuk mendaftarkan tanah apabila yang bersangkutan tidak terlibat dalam perbuatan hukum, sehingga dimungkinkan seseorang mengajukan pendaftaran tanah karena menyadari pentingnya kegunaan sertifikat untuk memperkuat pembuktian hak atas tanahnya, sehingga apabila sewaktu-waktu diperlukan dapat dengan mudah melakukan pemindahan hak atau pembebanannya.

b. Wajib (Compulsory Initial Registration)

Pendaftaran tanah menjadi wajib dan harus dilakukan bila seseorang melakukan perbuatan hukum atas tanahnya. Pada dasarnya tata cara


(40)

26

perolehan sertifikat hak atas tanah melalui pendaftaran tanah massal ataupun perorangan tidak berbeda, karena penyelenggaraan pendaftaran tanah diseluruh Indonesia didasarkan pada ketentuan yang sama. Hanya saja pendaftaran tanah secara sistematik terdapat peningkatan pelayanan dan kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada masyarakat, bahwa petugas ikut aktif melengkapi persyaratan-persyaratan hingga penerbitan sertifikat tanah. Untuk pendaftaran tanah secara seperodik pemohon harus mengajukan sendiri permohonan hak atas tanahnya ke kantor pertanahan. Cepat atau lambatnya proses pensertifikatan tergantung pada pemohon dalam melengkapi syarat-syaratnya.

2.6 Biaya Pendaftaran Tanah

Besarnya dan cara pembayaran biaya-biaya dalam rangka pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah diatur dengan peraturan pemerintah tersendiri, demikian Pasal 61 PP No. 24/1997. Dimaksud dengan “Peraturan pemerintah tersendiri” adalah peraturan pemerintah pelaksanaan Undang-Undang Nomor: 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, dan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional.

Atas permohonan yang bersangkutan, Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya dapat membebaskan pemohon dari sebagian atau seluruh biaya pendaftaran, jika pemohon dapat membuktikan tidak mampu membayar biaya tersebut.

Untuk pendaftaran peralihan hak karena pewarisan yang diajukan dalam waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal meninggalnya pewaris, tidak dipungut biaya


(41)

27

pendaftaran. Biaya-biaya dalam rangka pelaksanaan kegiatan pendaftran tanah, meliputi biaya untuk :

a. Pelayanan Pendaftaran Tanah. b. Pelayanan Pemeriksaan Tanah. c. Pelayanan Informasi Pertanahan.

d. Pelayanan Konsolidasi Tanah Secara Swadaya. e. Pelayan Redistribusi Tanah Secara Swadaya.

f.Penyelenggaraan Pendidikan Program Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral.

g. Pelayanan Penetapan Hak Atas Tanah. a. Pelayanan Pendaftaran Tanah.

Biaya pelayanan pendaftaran tanah terdiri dari biaya : 1) Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah. 2) Pelayanan Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali. 3) Pelayanan Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah.

Biaya-biaya pelayanan pengukuran dan pemetaan bidang tanah terdiri dari biaya untuk pelayanan :

1) Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah Secara Seporadik. 2) Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah Secara Sistematik. 3) Pengambilan Batas.


(42)

28

Besaran masing-masing biaya terkait dengan pelayanan pengukuran dan pemetaan bidang tanah ditentukan dengan menggunakan rumus tertentu yang diatur dalam PP Nomor: 46 Tahun 2002.

Biaya pelayanan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan pelayanan pemeliharaan data pendaftaran tanah masing-masing sebesar Rp.25.000,-(dua puluh lima ribu rupiah)

b. Pelayanan Pemeriksaan Tanah

Pelayanan pemeriksaan tanah terdiri dari :

1) Pelayanan Pemeriksaan Tanah Oleh Panitia A. 2) Pelayanan Pemeriksaan Tanah Oleh Panitia B.

3) Pelayanan Pemeriksaan Tanah Oleh Tim Peneliti Tanah.

4) Pelayanan Pemeriksaan Tanah Dalam Bentuk Laporan Konstatasi.

c. Pelayanan Konsolidasi dan Redistribusi Tanah Secara Swadya

Besarnya biaya kegiatan pelayanan konsolidasi dan redistribusi tanah secara swadaya ditentukan dengan menggunakan rumus tertentu yang diatur dalam PP Nomor: 46 Tahun 2002. Biaya pelayanan tersebut tidak termasuk biaya transportasi ke lokasi tanah yang dimohon. Biaya transportasi dibebankan kepada pemohon yang besarnya ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di kabupaten/kota yang bersangkutan.


(43)

29

Dalam kegiatan pelayanan penetapan hak atas tanah di kenakan uang pemasukan yang besarnya didasarkan pada jenis hak atas tanahnya, yaitu terdiri :

1) Uang pemasukan dalam rangka pemberian hak milik. 2) Uang pemasukan dalam rangka pemberian hak guna usaha. 3) Uang pemasukan dalam rangka pemberian hak guna bangunan. 4) Uang pemasukan dalam rangka pemberian hak pakai.

5) Uang pemasukan dalam rangka pemberian hak pengelolaan.

Besarnya masing-masing biaya terkait dengan pelayanan penetapan hak atas tanah ditentukan dengan rumus tertentu yang diatur dalam PP Nomor: 46 Tahun 2002.

2.7 Pelaksanaan Pendaftaran Tanah

a. Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Untuk Pertama kali

Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi : 1) Pengumpulan dan pengelolaan data fisik.

2) Pengumpulan dan pengolahan data yuridis serta pembukuan haknya. 3) Penerbitan sertifikat.

4) Penyajian data fisik dan data yuridis. 5) Penyimpanan daftar umum dan dokumen.

Pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftran secara sporadik, pendaftaran tanah secara sistematik dilaksanakan atas prakarsa BPN atau pemerintah yang


(44)

30

didasarkan atas suatu rencana kerja jangka panjang dan tahunan yang berkesinambungan, pelaksanaannya berdasarkan wilayah yang ditunjuk oleh menteri atas usul kakanwil BPN provinsi. Satuan lokasi pendaftaran tanah secara sistematik adalah seluruh atau sebagian wilayah desa/kelurahan. Usulan lokasi tersebut diutamakan desa kelurahan yang sebagian besar wilayahnya sudah didaftar secara sistematik, jumlah bidang tanah yang terdaftar relatif kecil sekitar 30 % merupakan daerah pembangunan perkotaan yang tingkat pembangunannya tinggi, merupakan daerah pertanian yang produktif, serta tersedia titik kerangka dasar teknik nasional biaya pendaftran tanah dari anggaran puasat, daerah, atau secara swadaya masyarakat atas persetujuan menteri. Pendaftaran tanah secara sperodik dilaksanakan atas permintaan dari pemegang hak atas tanah.

b. Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah

Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan pada data fisik atau data yuridis obyek pendaftaran tanah yang telah didaftar. Pemegang hak yang bersangkutan wajib mendaftar perubahan yang ada kepada kantor pertanahan. Peristiwa-peristiwa hukum yang terjadi menyebabkan perubahan data yuridis adalah :

1) Peralihan hak karena jual beli, tukar-menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan, dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya.

2) Peralihan hak karena pewarisan.

3) Peralihan hak karena penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi.


(45)

31

5) Hapusnya hak atas tanah, pengelolaan, hak milik atas satuan rumah susun, dan hak tanggungan.

6) Pembagian hak bersama.

7) Berdasarkan putusan pengadilan atau penetapan ketua pengadilan. 8) Pemegang hak ganti nama.

9) Perpanjangan jangka waktu.

Peristiwa-peristiwa hukum yang menyebabkan perubahan data fisik adalah : 1) Pemecahan bidansg tanah.

2) Pemecahan sebagian atau beberapa bagian dari bidang tanah serta. 3) Penggabungan dua atau lebih bidang tanah.

2.8 Subyek Hak atau Pemohon

Subyek hak atau pemohon adalah perorangan dan badan hukum yang berdirinya sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(46)

III.METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan dua cara, yaitu: pendekatan secara normatif dan pendekatan secara empiris.

a. Pendekatan secara normatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara mempelajari bahan pustaka yang erat hubungannya dengan pendaftaran hak atas tanah negara. Dalam hal ini peneliti mengkaji literatur dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

b. Pendekatan masalah secara empiris yaitu pendekatan terhadap masalah yang dilakukan dalam pengamatan langsung ke lapangan untuk melihat kenyataan yang ada mengenai pendaftaran tanah, dengan mengadakan wawancara dengan pihak panitia pelaksana kegiatan, peserta pendaftar dan pihak kantor pertanahan yang terkait.


(47)

29

3.2 Sumber Data

3.2.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung sebagai hasil penelitian lapangan yang berupa keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dari pihak-pihak terkait, dalam hal ini adalah:

a. Supri selaku Kasi Pengukuran Kantor Pertanahan Lampung Tengah. b. Febriyanto,S.H. Setap Sub Seksi Penetapan Hak Kantor Pertanahan

Lampung Tengah

c. Marsup selaku Ketua Pokmasdartibnah Kampung Bina Karya Putra.

d. Wagiman,S.E. selaku anggota Pokmasdartibnah Kampung Bina Karya Putra.

e. Tri Widodo selaku Kasubbag Perencanaan dan Pelaporan Kecamatan Rumbia.

f. Masyarakat Kampung Binakarya Putra yang telah melakukan pendaftaran tanah.

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian pustaka melalui peraturan perundang-undangan, literatur, buku-buku, dan dokumen-dokumen resmi.

Data sekunder terdiri dari: a. Bahan Hukum Primer


(48)

30

1) Undang-Undang Nomor: 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria.

2) Peraturan Pemerintah Nomor: 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. 3) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor: 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara.

4) Peraturan Pemerintah Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor: 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.

5) Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan dari PP 24 Tahun 1997.

6) Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2002 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional.

7) Pergub No. 14 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Alih Fungsi Lahan Eks Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi Di Provinsi Lampung. 8) Perda Provinsi Lampung No. 6 tahun 2001 tentang Alih Fungsi Lahan

Produksi yang Dapat Dikonversi (Hpk) Seluas 145.125 Hektar Menjadi Kawasan Bukan Hpk Dalam Rangka Perubahan Hak Atas Tanah.

9) Keputusan Bupati Lampung Tengah Nomor:48/KPTS/01/2005, tentang Tim pelaksana Konversi Kawasan Hutan Produksi Register 08 Way Rumbia, Seputih Surabaya, dan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.


(49)

31

10) Intruksi Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi Lampung No.07 tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pensertipikat Tanah Massal Swadaya Masyarakat Tahun Anggaran 2009.

11) Peraturan Kampung Bina Karya Putra Nomor: 01 Tahun 2009 tentang pembuatan sertifikat tanh Ex Register 08 Way Rumbia melalui Program Pensertifikatan Tanah Massal Swadaya Masyarakat (SMS) 2009.

12) Keputusan Kepala Kampung Bina Karya Putra Nomor 01/KPTS/2009 tentang Kepengurusan Kepengurusan Kelompok Masyarakat Sadar Tertib Pertanahan (Pokmasdartibnah) Kampung Bina Karya Putra Tahun 2009.

13) Keputusan Kepala Kampung Bina Karya Putra Nomor: 02/KPTS/2009 tentang Panitia Pelaksana Pembuatan Sertifikat Tanah Ex Register 08 Way Rumbia Program Massal Swadaya Masyarakat Kampung Bina Karya Putra Tahun 2009.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder meliputi bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, meliputi buku-buku ilmu hukum, serta hasil karya dari kalangan hukum dan serta bahan-bahan lainnya yang berkaitan dengan pokok masalah.


(50)

32

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum penunjang yang mencakup bahan-bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer dan sekunder yang meliputi kamus bahasa Indonesia, dan kamus hukum.

3.3 Prosedur pengumpulan dan Pengolahan Data

3.3.1 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data sekunder ini dilakukan dengan cara membaca, mencatat, mengutip buku-buku kepustakaan dari pereturan perundang-undangan yang berlaku dan berkaitan dengan obyek penelitian.

b. Studi Lapangan

Dilakukan dengan observasi di tempat yang dijadikan obyek penelitian. Dengan cara melakukan wawancara langsung terhadap informan secara terbuka dengan mengacu pada daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Dari penelitian ini ditentukan sampel yang akan diteliti dengan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu dengan memberikan kesempatan yang sama pada setiap populasi untuk dipilih sebagai sampel dengan dasar pertimbangan bahwa responden mengerti dan mengetahui permasalahan yang akan diteliti.


(51)

33

Adapun informan yang dijadikan sampel, yaitu:

1) Supri selaku Kasi Pengukuran Kantor Pertanahan Lampung Tengah. 2) Febriyanto,S.H. Setap Sub Seksi Penetapan Hak Kantor Pertanahan

Lampung Tengah

3) Marsup selaku Ketua Pokmasdartibnah Kampung Bina Karya Putra. 4) Wagiman selaku anggota Pokmasdartibnah Kampung Bina Karya Putra. 5) Tri Widodo selaku Kasubbag Perencanaan dan Pelaporan Kecamatan

Rumbia

6) Serta para responden yaitu mereka yang telah mengajukan permohonan pendaftaran tanah yatu 20 orang berdasarkan pertanyaan yang yang telah disiapkan terlebih dahulu.

3.3.2 Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan di dalam penelitian proposal ini melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Editing

Data yang diperoleh diolah dengan cara pemilihan data dengan cermat dan selektif sehingga diperoleh data yang relavan dengan pokok masalah.

b. Klasifikasi

Klasifikasi yang dilakukan dengan cara penempatan data yang sesuai dengan kelompok-kolompok yang telah ditetapkan dalam pokok bahasan.


(52)

34

c. Sistematisasi

Sistematisasi yaitu penyusunan data yang dilakukan menurut tata urutan secara sistimatis agar mudah dianalisa.

3.4 Analisis Data

Anlisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif, yaitu proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan dan dirumuskan sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan kata lain analisis deskriptif kualitatif yaitu menginterpretasikan atau mencari makna secara kualitas tanggapan, komentar, sikap responden. Analisis kualitatif menghasilkan suatu temuan data termasuk dari hasil wawancara dan komentar speneliti berdasarkan konsep atau teori.


(53)

V. KESMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dilihat bahwa pelaksanaan pendaftaran tanah melalui swadaya masarakat di Kampung Bina Karya Putra Kecamatan Rumbia terdapat beberapa tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan tersebut meliputi:

1) Penetapan Satuan Pelaksana Kegiatan.

2) Menetapkan Syarat-Syarat Peserta Pendaftaran Tanah. 3) Menetapkan Biaya pendaftaran Tanah.

4) Tahap Pelaksanaan Kegiatan. Meliputi kegiatan:

(a)Sosialisasi.

(b)Kegiatan Administrasi.

(c)Kegiatan Pengumpulan Data Yuridis. (d)Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan. (e)Kegiatan Penyerahan Sertifikat.

1) Penetapan Waktu Penyelesaian Pendaftaran Tanah. 2) Realisasi Program dan Kegiatan.


(54)

59

Berdasarkan kenyataannya di lapangan ternyata dalam tahapan-tahapan pendaftaran tersebut dalam realisasinya belum sesuai dengan Insstruksi Kepala BPN Provinsi Lampung No. 7 tahun 2009 dan Keputusan Kepala Kampung No. 01/KPTS/2009 Insstruksi Kepala BPN Provinsi Lampung No. 7 tahun 2009 dan Keputusan Kepala Kampung No. 01/KPTS/2009, karena masih tedapat beberapa permasalahan-permasalahan, seperti ketidak aktifan beberapa panitia pelaksana, terlalu banyaknya syarat-syarat yang di tentukan sehinga para pendaftar dan panitia cukup kesulitan dalan melengkapinya, biaya yang di tentukan terlalu besar sehingga para peserta merasa keberatan, jangka waktu penyelesaian sertifikat terhambat karena banyak para peserta yang kesulitan dalam melengkapi syarat-syarat dan banyak di antaranya melakukan penundaan pembayaran.

b. Terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan pendaftaran tanah melalui swadaya massarakat di Kampung Bina Karya Putra Kecamatan Rumbia yaitu:

1) Pihak Pemegang Hak Atas Tanah (a) Aspek biaya.

Dalam pelaksanaan pendaftaran tanah membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pendaftaran dengan besar yang telah ditetapkan oleh Peraturan Kampung Bina Karya Putra Nomor: 01 tahun 2009 tentang Pembuatan Sertifikat Tanah Ex Register 08 Way Rumbia Melalui Program Pensertifikatan Massal Swadaya Masyarakat cukup memberatkan peserta pendaftaran yaitu biaya kerohiman yang ditegaskan dalam Keputusan Bupati Lampung Tengah No. 86/KPTS/03/2008 yang


(55)

60

besarnya Rp30/meter. Pada ahirnya banyak tarjadi tunggakan-tunggakan atas pembayaran oleh para peserta.

(a)Aspek pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pelaksanaan pendaftaran tanah.

Masih banyak masyarakat yang tidak mengerti bagaimana dan syarat apa saja yang harus dipenuhi untuk mendaftarkan tanahnya. selain itu masih banyak masyarakat yang tidak paham tentang catur tertib pertanahan dan pentingnya sertifikat tanh sebagai bukti kepemilikan tanah.

2) Pihak Pemerintah Desa

Penelitian yang telah dilakkukan selama ini menunjukkan belum adanya buku register tanah yang mencatat tentang kepemilikan tanah maupun parubahan-perubahan yang terjadi yang disebabkan peralihan hak-hak yang lain, sehingga dalam proses pembuatan surat-surat yang ditentukan untuk melengkapi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam pelaksanaan pendaftaran tanah ini menggunakan waktu yang lama dalam proses pembuatan surat-surat tanah untuk melengkapi syarat-syarat pendaftaran tanah.

3) Pihak Kantor Pertanahan

(a) Riwayat tanah sulit ditelusuri

Pihak BPN kesulitan dalam melakukan kegiatan atau proses selanjutnya dalam pendaftaran tanah karena riwayat tanah yang sulit ditelusuri. Terjadinya perpindahan tangan dari berbagai pihak atas kepemilikan hak atas tanah, baik melalui jual beli, hibah, warisan, dan sebagainya yang


(56)

61

tanpa ada pemberitahuan atau minimal diketahui oleh pejabat desa atau kelurahan.

(b) Kelengkapan surat

Dengan banyaknya surat-sura yang diperlukan dalam permohonan sertifikat tersebut maka seringkali membuat pemohon merasa kesulitan dan mengakibatkan kelengkapan surat menjadi kurang dengan berbagai alasan dari pemohon baik itu karena tidak adanya akta sebagai syarat mutlak pendaftaran tanah, sampai dengan tidak adanya surat-surat kepemilikan tanah yang berbentuk Girik, Letter C, Petok D, Kitir dan sebagainya. Hal tersebut berakibat BPN selaku penyelenggara pendaftaran tanah akhirnya merasa kesulitan untuk menentukan batas-batas atas tanah milik peserta pendaftran tanah.

4) Pihak Panitia Pelaksana

Kampung Bina Karya Putra penduduknya rata-rata bermata pencaharian sebagai petani. Rata-rata pendidikanya hanya tingkat SD-SMP, hal tersebut membuat masyarakat kurang sadar dan memahami hukum. Jadi para panitia pelaksana dalam rangka sosialisasi pensertifikatan massal swadaya banyak mengalami hambatan, karna masyarakat kurang memahami akan pentingnya setifikat dalam rangka pembuktian hak.

Selain tingkat pendidikan yang masih rendah, diperparah lagi denga biaya pendaftaran tanah yang ditetapkan dalam Peraturan Kampung Nomor: 01 Tahun 2009 tentang Pembuatan Sertifikat Tanah Ex Register 08 Way Rumbia Melalui Program Pensertifikatan Massal Swadaya Masyarakat yang


(57)

62

dirasa sangat mahal. Pada ahirnya banyak peserta pendaftaran tanah yang tidak dapat membayar biaya pendaftaran tanah dengan tepat waktu. Hal tersebut tentu dapat mempersulit panitia pelaksana dalam mengelola dana pembuatan sertifikat.

5.2 Saran

Perlu diupayakan untuk mengatasi hambatan pelaksanaan pendaftaran tanah melalui swadaya msyarakat, dengan cara:

a. Perlu lebih ditingkatkan lagi publisitas atau sosialisasi kepada masyarakat baik itu memberikan penyuluhan di desa-desa melalui penyuluhan langsung ke lapangan ataupun melalui media massa tentang pentingnya sertifikat sebagai alat bukti yang mutlak akan kepemilikan tanah.

b. Perlu mengadakan evaluasi mengenai biaya-biaya pendaftaran tanah swadaya masyarakat yang terlalu mahal, yaitu pemerintah di harapkan untuk memberikan bantuan atau subsidi terhadap program pensertifikatan massal swadaya masyarakat.


(58)

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU-BUKU

Chomzah, Ali Achmad. 2002.Hukum Pertanahan.Jakarta: Prestasi Pustaka. Faud, Muhammad dkk. 2006.Penggunaan Bahasa Indonesia Laras Ilmiah.

Yogyakarta: Ardana Media.

Hamzah, Andi.Kamus Hukum. Gramedia: Jakarta.

Harsono, Boedi. 2002.Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan Hukumhukum Tanah. Jakarta: Djambatan.

--- 2003.Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan Pelaksanaannya.Jakarta: Djambatan.

Hermit, Herman. 2004. Cara Memperoleh Sertifikat Tanah Hak Milik, Tanah Negaradan Tanah Pemda.Bandung: Mandar Maju.

Kartasapoetra, G. dkk. 1991.Hukum-hukum Tanah. Jaminan UUPA Bagi keberhasilan Pendayagunaan Tanah.Jakarta: PT. Rineka Cipta. --- 1992. Masalah Pertanahan Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Perangin, Efendi. 1986.Hukum Agraria di Indonesia Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi Hukum, jakarta: Cv, rajawal.

Rachman, Maman. 1999.Srategi dan Langkah-langkah Penelitian. Saleh, K.Wantjik. 1977.Hak Anda Atas Tanah. Jakarta: Ghalia Indonesia. Santoso, Nanda. 1996.Kamus Pintar Bahasa Indonesia.Surabaya: Fajar Mulya. Santoso, Urip. 2005.Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah. Jakarta: Kencana

prenada Media Grup.

Sumardjono, Maria Sw.1998.Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi, Sosial, Budaya. Yogyakarta: Buku Kompas.


(59)

B.PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agrari.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997tentang Pendaftaran Tanah.

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002tentang tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada badan pertanahan nasional.

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 tahun1999tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.

Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 tahun 2001tentang Alih Fungsi Lahan Dari Eks Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi (HPK) Seluas +- 145.125 Hektar Menjadi Kawasan Bukan( HPK) Dalam Rangka Pemberian Hak Atas Tanah.

Peraturan Gubernur Lampung Nomor 14 tahun 2001 tentangPelaksanaan Alih Fungsi Lahan Eks Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi Di Provinsi Lampung.

Instruksi Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung Nomor: 07 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pensertifikatan Tanah Massal Swadaya Masyarakat Tahun Anggaran 2009.

Keputusan Bupati Lampung Tengah Nomor:48/KPTS/01/2005,Tentang Tim pelaksana Konversi Kawasan Hutan Produksi Register 08 Way Rumbia, Seputih Surabaya, Dan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah. Keputusan Kepala Kampung Bina Karya Putra Nomor: 01/KPTS/2009 tentang

Kepengurusan Kelompok Masyarakat Sadar Tertib Pertanahan (Pokmasdartibnah) Kampung Bina Karya Putra Tahun 2009.

Peraturan Kampung Bina Karya Putra Nomor: 01 Tahun 2009 tentangPembuatan Sertifikat Tanah Ex Register 08 Way Rumbia Melalui Program

Pensertifikatan Tnah Massal Swadaya Masyarakat.

Keputusan Kepala Kampung Bina Karya Putra Nomor: 02/KPTS/2009 tentang Panitia Pelaksana Pembuatan Sertifikat Tanah Ex Register 08 Way Rumbia Program Massal Swadaya Masyarakat Tahun 2009.


(1)

Berdasarkan kenyataannya di lapangan ternyata dalam tahapan-tahapan pendaftaran tersebut dalam realisasinya belum sesuai dengan Insstruksi Kepala BPN Provinsi Lampung No. 7 tahun 2009 dan Keputusan Kepala Kampung No. 01/KPTS/2009 Insstruksi Kepala BPN Provinsi Lampung No. 7 tahun 2009 dan Keputusan Kepala Kampung No. 01/KPTS/2009, karena masih tedapat beberapa permasalahan-permasalahan, seperti ketidak aktifan beberapa panitia pelaksana, terlalu banyaknya syarat-syarat yang di tentukan sehinga para pendaftar dan panitia cukup kesulitan dalan melengkapinya, biaya yang di tentukan terlalu besar sehingga para peserta merasa keberatan, jangka waktu penyelesaian sertifikat terhambat karena banyak para peserta yang kesulitan dalam melengkapi syarat-syarat dan banyak di antaranya melakukan penundaan pembayaran.

b. Terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan pendaftaran tanah melalui swadaya massarakat di Kampung Bina Karya Putra Kecamatan Rumbia yaitu:

1) Pihak Pemegang Hak Atas Tanah (a) Aspek biaya.

Dalam pelaksanaan pendaftaran tanah membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pendaftaran dengan besar yang telah ditetapkan oleh Peraturan Kampung Bina Karya Putra Nomor: 01 tahun 2009 tentang Pembuatan Sertifikat Tanah Ex Register 08 Way Rumbia Melalui Program Pensertifikatan Massal Swadaya Masyarakat cukup memberatkan peserta pendaftaran yaitu biaya kerohiman yang ditegaskan dalam Keputusan Bupati Lampung Tengah No. 86/KPTS/03/2008 yang


(2)

60

besarnya Rp30/meter. Pada ahirnya banyak tarjadi tunggakan-tunggakan atas pembayaran oleh para peserta.

(a)Aspek pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pelaksanaan pendaftaran tanah.

Masih banyak masyarakat yang tidak mengerti bagaimana dan syarat apa saja yang harus dipenuhi untuk mendaftarkan tanahnya. selain itu masih banyak masyarakat yang tidak paham tentang catur tertib pertanahan dan pentingnya sertifikat tanh sebagai bukti kepemilikan tanah.

2) Pihak Pemerintah Desa

Penelitian yang telah dilakkukan selama ini menunjukkan belum adanya buku register tanah yang mencatat tentang kepemilikan tanah maupun parubahan-perubahan yang terjadi yang disebabkan peralihan hak-hak yang lain, sehingga dalam proses pembuatan surat-surat yang ditentukan untuk melengkapi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam pelaksanaan pendaftaran tanah ini menggunakan waktu yang lama dalam proses pembuatan surat-surat tanah untuk melengkapi syarat-syarat pendaftaran tanah.

3) Pihak Kantor Pertanahan

(a) Riwayat tanah sulit ditelusuri

Pihak BPN kesulitan dalam melakukan kegiatan atau proses selanjutnya dalam pendaftaran tanah karena riwayat tanah yang sulit ditelusuri. Terjadinya perpindahan tangan dari berbagai pihak atas kepemilikan hak atas tanah, baik melalui jual beli, hibah, warisan, dan sebagainya yang


(3)

tanpa ada pemberitahuan atau minimal diketahui oleh pejabat desa atau kelurahan.

(b) Kelengkapan surat

Dengan banyaknya surat-sura yang diperlukan dalam permohonan sertifikat tersebut maka seringkali membuat pemohon merasa kesulitan dan mengakibatkan kelengkapan surat menjadi kurang dengan berbagai alasan dari pemohon baik itu karena tidak adanya akta sebagai syarat mutlak pendaftaran tanah, sampai dengan tidak adanya surat-surat kepemilikan tanah yang berbentuk Girik, Letter C, Petok D, Kitir dan sebagainya. Hal tersebut berakibat BPN selaku penyelenggara pendaftaran tanah akhirnya merasa kesulitan untuk menentukan batas-batas atas tanah milik peserta pendaftran tanah.

4) Pihak Panitia Pelaksana

Kampung Bina Karya Putra penduduknya rata-rata bermata pencaharian sebagai petani. Rata-rata pendidikanya hanya tingkat SD-SMP, hal tersebut membuat masyarakat kurang sadar dan memahami hukum. Jadi para panitia pelaksana dalam rangka sosialisasi pensertifikatan massal swadaya banyak mengalami hambatan, karna masyarakat kurang memahami akan pentingnya setifikat dalam rangka pembuktian hak.

Selain tingkat pendidikan yang masih rendah, diperparah lagi denga biaya pendaftaran tanah yang ditetapkan dalam Peraturan Kampung Nomor: 01 Tahun 2009 tentang Pembuatan Sertifikat Tanah Ex Register 08 Way Rumbia Melalui Program Pensertifikatan Massal Swadaya Masyarakat yang


(4)

62

dirasa sangat mahal. Pada ahirnya banyak peserta pendaftaran tanah yang tidak dapat membayar biaya pendaftaran tanah dengan tepat waktu. Hal tersebut tentu dapat mempersulit panitia pelaksana dalam mengelola dana pembuatan sertifikat.

5.2 Saran

Perlu diupayakan untuk mengatasi hambatan pelaksanaan pendaftaran tanah melalui swadaya msyarakat, dengan cara:

a. Perlu lebih ditingkatkan lagi publisitas atau sosialisasi kepada masyarakat baik itu memberikan penyuluhan di desa-desa melalui penyuluhan langsung ke lapangan ataupun melalui media massa tentang pentingnya sertifikat sebagai alat bukti yang mutlak akan kepemilikan tanah.

b. Perlu mengadakan evaluasi mengenai biaya-biaya pendaftaran tanah swadaya masyarakat yang terlalu mahal, yaitu pemerintah di harapkan untuk memberikan bantuan atau subsidi terhadap program pensertifikatan massal swadaya masyarakat.


(5)

Chomzah, Ali Achmad. 2002.Hukum Pertanahan.Jakarta: Prestasi Pustaka. Faud, Muhammad dkk. 2006.Penggunaan Bahasa Indonesia Laras Ilmiah.

Yogyakarta: Ardana Media.

Hamzah, Andi.Kamus Hukum. Gramedia: Jakarta.

Harsono, Boedi. 2002.Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan Hukumhukum Tanah. Jakarta: Djambatan.

--- 2003.Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan Pelaksanaannya.Jakarta: Djambatan.

Hermit, Herman. 2004. Cara Memperoleh Sertifikat Tanah Hak Milik, Tanah Negaradan Tanah Pemda.Bandung: Mandar Maju.

Kartasapoetra, G. dkk. 1991.Hukum-hukum Tanah. Jaminan UUPA Bagi keberhasilan Pendayagunaan Tanah.Jakarta: PT. Rineka Cipta. --- 1992. Masalah Pertanahan Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Perangin, Efendi. 1986.Hukum Agraria di Indonesia Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi Hukum, jakarta: Cv, rajawal.

Rachman, Maman. 1999.Srategi dan Langkah-langkah Penelitian. Saleh, K.Wantjik. 1977.Hak Anda Atas Tanah. Jakarta: Ghalia Indonesia. Santoso, Nanda. 1996.Kamus Pintar Bahasa Indonesia.Surabaya: Fajar Mulya. Santoso, Urip. 2005.Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah. Jakarta: Kencana

prenada Media Grup.

Sumardjono, Maria Sw.1998.Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi, Sosial, Budaya. Yogyakarta: Buku Kompas.


(6)

B.PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agrari.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997tentang Pendaftaran Tanah.

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002tentang tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada badan pertanahan nasional.

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 tahun1999tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.

Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 tahun 2001tentang Alih Fungsi Lahan Dari Eks Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi (HPK) Seluas +- 145.125 Hektar Menjadi Kawasan Bukan( HPK) Dalam Rangka Pemberian Hak Atas Tanah.

Peraturan Gubernur Lampung Nomor 14 tahun 2001 tentangPelaksanaan Alih Fungsi Lahan Eks Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi Di Provinsi Lampung.

Instruksi Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung Nomor: 07 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pensertifikatan Tanah Massal Swadaya Masyarakat Tahun Anggaran 2009.

Keputusan Bupati Lampung Tengah Nomor:48/KPTS/01/2005,Tentang Tim pelaksana Konversi Kawasan Hutan Produksi Register 08 Way Rumbia, Seputih Surabaya, Dan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah. Keputusan Kepala Kampung Bina Karya Putra Nomor: 01/KPTS/2009 tentang

Kepengurusan Kelompok Masyarakat Sadar Tertib Pertanahan (Pokmasdartibnah) Kampung Bina Karya Putra Tahun 2009.

Peraturan Kampung Bina Karya Putra Nomor: 01 Tahun 2009 tentangPembuatan Sertifikat Tanah Ex Register 08 Way Rumbia Melalui Program

Pensertifikatan Tnah Massal Swadaya Masyarakat.

Keputusan Kepala Kampung Bina Karya Putra Nomor: 02/KPTS/2009 tentang Panitia Pelaksana Pembuatan Sertifikat Tanah Ex Register 08 Way Rumbia Program Massal Swadaya Masyarakat Tahun 2009.


Dokumen yang terkait

Tradisi Masyarakat Desa Janji Mauli Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan (1900-1980)

3 83 104

Respon Masyarakat Desa Sitio Ii Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

2 59 107

Evaluasi Kesesuaian Lahan di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo untuk tanaman Apel (Malus sylvestris Mill)

2 37 46

ANALISIS PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI RAKYAT DI KECAMATAN PUTRA RUMBIA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

3 16 60

BAHASA LAMPUNG SEBAGAI ALAT INTEGRASIMASYARAKAT JAWA DENGAN MASYARAKAT LOKALSUKU LAMPUNG (Studi Kasus di Kampung Indra Putra Subing Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah)

0 11 79

SKRIPSIAZAS-AZAS PENDAFTARAN TANAH DALAM SERTIFIKASI MASSAL Azas-Azas Pendaftaran Tanah Dalam Sertifikasi Massal Atas Tanah Negara Melalui Proyek Operasional Nasional Agraria (Prona) Di Kelurahan Ketelan Surakarta.

0 0 10

PELAKSANAAN SERTIPIKASI TANAH SECARA MASSAL SWADAYA DI KELURAHAN KRETEK KECAMATAN KRETEK KABUPATEN WONOSOBO - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

PELAKSANAAN PROGRAM PENSERTIPIKATAN TANAH SECARA MASSAL SWADAYA DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

PENDAFTARAN TANAH MELALUI PROGRAM PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP DI KOTA BANDAR LAMPUNG

0 0 14

PENDAFTARAN TANAH MELALUI PROGRAM PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP DI KOTA BANDAR LAMPUNG

0 0 14