Respon Masyarakat Desa Sitio Ii Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

(1)

RESPON MASYARAKAT DESA SITIO II KECAMATAN LINTONGNIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM

JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT OLEH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOLOKSANGGUL

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara Oleh :

FERRI HUTASOIT 060902012

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Ferri Hutasoit

Nim :060902012

ABSTRAK

Respon masyarakat Desa Sitio II Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul. Skripsi ini Terdiri Dari 6 BAB, 82 Halaman, 2 Bagan dan 29 Tabel.

Masyarakat Indonesia khususnya Sumatera Utara masih bergelut dalam kemiskinan, seperti yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2010 bahwa jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan mencapai 31,02 juta jiwa sedangkan di Sumatera Utara sendiri jumlah penduduk miskin ada sebanyak 1.490.900 jiwa. Keadaan masyarakat yang miskin tersebut menyebabkan mereka tidak mampu untuk memenuhi biaya kesehatan. Karena adanya keadaan tersebut, pemerintah membuat program untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat miskin. Salah satunya adalah Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Program Jamkesmas ini tentunya akan mendapat respon yang positif. Namun, hal ini belum dapat dipastikan karena dalam menentukan respon dapat dilihat dari tiga variabel, yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi. Mengingat hal kondisi ini, setiap masyarakat di berbagai wilayah akan memiliki respon yang berbeda – beda terhadap suatu program yang diberikan oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Masyarakat Desa Sitio II Kecamatan Lintongnihuta Terhadap Program Jamkesmas oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul.

Metode penelitian menggunakan tipe deskriptif yaitu membuat gambaran kondisi secara menyeluruh tentang bagaimana respon masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Desa Sitio II dengan responden yang berjumlah 15 orang. Teknik pengumpulan data melalui angket kepada responden, observasi, dengan responden yang bisa memperkuat data penelitian ini. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah deskriptif, data yang diperoleh dari penelitian diteliti dan jawaban – jawaban diklasifikasikan menurut macam – macamnya serta ditabulasikan kedalam tabel frekuensi selanjutnya dianalisa, dan menggunakan skala likert untuk mengukur variabel – variabelnya.

Berdasarkan data – data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dapat disimpulkan bahwa secara rata – rata program Jamkesmas mendapat respon positif dari masyarakat dengan nilai 0,76. Terdiri dari persepsi dengan nilai 0,80 dan sikap dengan nilai 0,87 serta partisipasi dengan nilai ,60. Masyarakat berharap Program Jamkesmas tetap dilanjutkan.


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name: Ferric Hutasoit Nim: 060902012

ABSTRACT

Response to the village of Sitio District II District Lintongnihuta Humbang Hasundutan Against Public Health Insurance Program by the Regional General Hospital Doloksanggul. This thesis consists of Chapter 6, Page 83, Chart 2 and Table 29.

Society of North Sumatra, Indonesia in particular is still struggling in poverty, as noted by the Central Statistics Agency (BPS) in March 2010 that the number of people living below the poverty line reached 31.02 million people in North Sumatra alone, while the number of poor people there are as many as 1490 .900 soul. The poor state of the cause they are unable to meet health costs. Because of these circumstances, the government create a program to address the problem of poor health. One is the Public's Health Insurance Program (Jamkesmas). Jamkesmas program is certainly going to get a positive response. However, this can not be ascertained because in determining the response can be seen from the three variables, namely perception, attitudes, and participation. In view of this condition, every society in various regions will have a different response - different to a program provided by the government. This study aims to determine the Village Community Response Against Lintongnihuta Sitio II District Program Jamkesmas by Doloksanggul Regional General Hospital.

Descriptive research method uses type that is a picture of the overall condition of how the community responses. The research was conducted in the village of Sitio II with respondents numbered 15 people. The technique of collecting data through questionnaires to respondents, observation, with respondents who could strengthen the research data. While the method used is descriptive analysis, data obtained from studies researched and answers - the answers were classified according to kind of - that stuff and then tabulated into frequency tables were analyzed, and using a Likert scale to measure the variables - variables.

Based on the data - data that has been collected and analyzed can be concluded that in the average - average Jamkesmas program received a positive response from the community with a value of 0.76. Consists of the perception of the value of 0.80 and 0.87 as well as attitudes to the value of participation by value, 60. Society hopes Jamkesmas program continues.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah: “RESPON MASYARAKAT DESA SITIO II KECAMATAN LINTONGNIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TERHADAP PROGRAM JAMKESMAS OLEH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOLOKSANGGUL”.

Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, dan secara khusus peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr Badaruddin, M. Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos. M.Sp selaku Dosen Pembimbing sekaligus ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang selalu setia dan sabar membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

3. Bapak da ibu dosen di Universitas Sumatera Utara khususnya di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan hingga penyelesaian skrispsi ini.

4. Kedua orang tua tercinta ( J. Hutasoit / M. br. Silaban) yang telah memberikan kasih sayang serta ribuan doa dalam membesarkan dan mendidik penulis selama ini. tidak ada yang bisa saya berikat, semoga Tuhan memberkati.

5. Abangku Sardi Manto & kakak Duma, dan Marlon & kakak Erna yang telah memberi harapan dan dukungan yang sangat tulus bagi peneliti.

6. Buat adekku perempuan Renni, Masri Lamtio dan Lestarina yang selalu memberian perhatian, kasih sayang dan motivasi selama ini kepada penulis hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Adek kecilku yang masih duduk di bangku SD, Marsen Jupriadi dan Erik Oloan, saya berharap kelak nanti jadi calon dokter dari keluarga .

8. Bapak Luber Sianturi, selaku Kepala Tata Usaha di RSUD Doloksanggul yang telah memberikan nasehat berharga saat penelitian.

9. Bapak S. Silaban selaku Kepala Desa Sitio II, terimakasih atas kerja samanya selama ini yang telah banyak membantu peneliti.

10.Teman dan sahabat peneliti Benni Kembara, Win Hally, Murdani, Halim Sulubere, , Erwin Pratama (PK), Fahrur Ozy Mali, Pandu Gendut Putra, Ahmmad, Bobi, Anwar, Elbiando Gaol dan semua stambuk 06 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(6)

11.Buat kak Vivi, kak Lenni, Intan, Tini, Sonti Hee, appara Wilson dan berman dan teman yang lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu di gg papaya, peneliti tidak lupa mengucapkan terimakasih atas dukungan dan motivasinya selama ini.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut serta memberikan bantuan dan sumbangan pemikiran selama penulis menyelesaikan penelitian. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat-Nya atas kebaikan dan kemurahan hati Bapak / Ibu, Saudara / i, sekalian.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermamfaat bagi kita semua khususnya bagi dunia pendidikan.

Medan, Oktober 2010 Penulis

Ferri Hutasoit Nim: 060902012


(7)

DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL………...i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumasan Masalah ... 7

1.3.Tujuan Penelitian………...8

1.4.Manfaat Penelitian……….8

1.5. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respon Masyarakat ... 10

2.2. Jaminan Sosial ... 14

2.3. Jamkesmas ... 15

2.3.1. Pengertian Jamkesmas ... 15

2.3.2. Landasan Hukum ... 16

2.3.3.TataLaksanaKepesertaan………...16

2.3.4. Administrasi Kepesertaan ... 19

2.4. Tata Laksana Pelayanan Kesehatan Jamkesmas ... 20


(8)

2.4.2. Prosedur Pelayanan ... 23

2.5. Pelayanan Kesehatan ... 25

2.5.1. Pengertian Pelayanan Kesehatan ... 25

2.5.2. Komponen Pelayanan Kesehatan Dasar ... 26

2.5.3. Karakteristik Pelayanan Kesehatan ... 26

2.5.4. Syarat-syarat Pelayanan Kesehatan ... 28

2.6. Jenis- jenis Pelayanan Kesehatan Jamkesmas ... 31

2.7. Kerangka Pemikiran ... 32

2.8.Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional………..…34

2.8.1.DefenisiKonsep………34

2.8.2. Defenisi Operasional ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian ... 36

3.2. Lokasi Penelitian ... 36

3.3. Populasi ... 36

3.4. Teknik Pengumpulan data... 37

3.5. Teknik Analisa Data ... 38

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis ... 40

4.2. Wilayah Administrasi ... 41

4.3. Jumlah Penduduk ... 42


(9)

4.5.Visi dan Misi………..….45

4.6.Struktur Organisasi RSUD Doloksanggul………...47

4.6.1.Kedudukan,Tugas Pokok dan Fungsi……….……….47

4.6.2.Susunan Organisasi……….48

4.7.Gambaran Umum RSUD Doloksanggul………..5.1 4,7.1.Fasilitas Kesehatan ... 51

4.7.2.Cakupan Pelayanan……….54

BAB V ANALISIS DATA 5.1. Analisis Identitas Responden ... 59

5.2. Respon Masyarakat Desa Sitio II Terhadap Program Jamkesmas ... 59

5.2.1. Persepsi Masyarakat Terhadap Program Jamkesamas ... 59

5.2.2.Sikap Masyarakat Terhadap Program Jamkesmas……….………67

5.2.3.Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Jamkesmas ... 70

5.3. Analisa Data Kuantitatif………75

5.3.1.Persepsi Respon Terhadap Program Jamkesmas………..76

5.3.2.Sikap Respon Terhadap Program Jamkesmas………..78

5.3.3.Partisipasi Respon Terhadap Program Jamkesmas ...……….……79

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 81

6.2. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1. Peserta Jamkesmas di Desa Sitio II Tahun 2010 ... 6

Tabel 3.1.Peserta yang Telah Mendapatkan Pelayanan Jamkesmas ... 37

Tabel 4.1.Luas Wilayah Administrasi di Kabupaten Humbang Hasundutan ... 42

Tabel 4.2.Jumlah Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan ... 43

Tabel 4.3.Sarana Fisik Ruangan ... 53

Tabel 5.1.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

Tabel 5.2..Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 56

Tabel 5.3.Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 57

Tabel 5.4. Distribusi Responden Mengenai Pekerjaan. ... 58

Tabel 5.5.Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Jamkesmas ... 60

Tabel 5.6. Distribusi Responden Tentang Penyakit yang Dialami Selama Berobat ... 61

Tabel 5.6.1.Angka Penyakit Utama Penderita Rawat Jalan ... 62

Tabel 5.6.2.Angka Penyakit Utama Penderita Rawat Inap ... 62

Tabel 5.7 Pengetahuan Responden Tentang Tujuan Program Jamkesmas ... 63


(11)

Tabel 5.9. Pengetahuan Responden Tentang Status Kesehatan Setelah Berobat di

RSUD Doloksanggul ... 65

Tabel 5.10.Distribusi Responden Tentang Fasilitas Kesehatan di RSUD

Doloksanggul ... 66

Tabel 5.11.Tanggapan Responden Dengan Program Jamkesmas ... 67

Tabel 5.12. Tanggapan Responden Atas Pelayanan yang Diberikan oleh RSUD

Doloksanggul... ... 68

Tabel 5.13.Tanggapan Responden Mengenai Sikap Perawat atau Petugas Kesehatan

Selama Mendapatkan Pelayanan ... 69

Tabel 5.14. Distribusi Responden Tentang Lamanya Terdaftar Sebagai Peserta

Jamkesmas ... 71

Tabel 5.15.Keterlibatan Responden Dalam Melaksanakan Petunjuk/Resep yang diberikan

Dokter... ... 71

Tabel 5.16. Distribusi Responden Dalam Memanfaatkan Program Jamkesmas Apabila

Sakit ... 72

Tabel 5.17. Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kesembuhan Setelah Berobat Dalam


(12)

di RSUD Doloksanggul... ... 74

Tabel 5.19.Tanggapan Responden Mengenai Tingkat Kepuasan Terhadap Pelayanan di RSUD Doloksanggul ... 74

Tabel 5.20.Persepsi Responden Terhadap Program Jamkesmas ... 77

Tabel 5.21.Sikap Responden Terhadap Program Jamkesmas... ... 78


(13)

BAGAN

BAGAN 1...33


(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Ferri Hutasoit

Nim :060902012

ABSTRAK

Respon masyarakat Desa Sitio II Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul. Skripsi ini Terdiri Dari 6 BAB, 82 Halaman, 2 Bagan dan 29 Tabel.

Masyarakat Indonesia khususnya Sumatera Utara masih bergelut dalam kemiskinan, seperti yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2010 bahwa jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan mencapai 31,02 juta jiwa sedangkan di Sumatera Utara sendiri jumlah penduduk miskin ada sebanyak 1.490.900 jiwa. Keadaan masyarakat yang miskin tersebut menyebabkan mereka tidak mampu untuk memenuhi biaya kesehatan. Karena adanya keadaan tersebut, pemerintah membuat program untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat miskin. Salah satunya adalah Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Program Jamkesmas ini tentunya akan mendapat respon yang positif. Namun, hal ini belum dapat dipastikan karena dalam menentukan respon dapat dilihat dari tiga variabel, yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi. Mengingat hal kondisi ini, setiap masyarakat di berbagai wilayah akan memiliki respon yang berbeda – beda terhadap suatu program yang diberikan oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Masyarakat Desa Sitio II Kecamatan Lintongnihuta Terhadap Program Jamkesmas oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul.

Metode penelitian menggunakan tipe deskriptif yaitu membuat gambaran kondisi secara menyeluruh tentang bagaimana respon masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Desa Sitio II dengan responden yang berjumlah 15 orang. Teknik pengumpulan data melalui angket kepada responden, observasi, dengan responden yang bisa memperkuat data penelitian ini. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah deskriptif, data yang diperoleh dari penelitian diteliti dan jawaban – jawaban diklasifikasikan menurut macam – macamnya serta ditabulasikan kedalam tabel frekuensi selanjutnya dianalisa, dan menggunakan skala likert untuk mengukur variabel – variabelnya.

Berdasarkan data – data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dapat disimpulkan bahwa secara rata – rata program Jamkesmas mendapat respon positif dari masyarakat dengan nilai 0,76. Terdiri dari persepsi dengan nilai 0,80 dan sikap dengan nilai 0,87 serta partisipasi dengan nilai ,60. Masyarakat berharap Program Jamkesmas tetap dilanjutkan.


(15)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name: Ferric Hutasoit Nim: 060902012

ABSTRACT

Response to the village of Sitio District II District Lintongnihuta Humbang Hasundutan Against Public Health Insurance Program by the Regional General Hospital Doloksanggul. This thesis consists of Chapter 6, Page 83, Chart 2 and Table 29.

Society of North Sumatra, Indonesia in particular is still struggling in poverty, as noted by the Central Statistics Agency (BPS) in March 2010 that the number of people living below the poverty line reached 31.02 million people in North Sumatra alone, while the number of poor people there are as many as 1490 .900 soul. The poor state of the cause they are unable to meet health costs. Because of these circumstances, the government create a program to address the problem of poor health. One is the Public's Health Insurance Program (Jamkesmas). Jamkesmas program is certainly going to get a positive response. However, this can not be ascertained because in determining the response can be seen from the three variables, namely perception, attitudes, and participation. In view of this condition, every society in various regions will have a different response - different to a program provided by the government. This study aims to determine the Village Community Response Against Lintongnihuta Sitio II District Program Jamkesmas by Doloksanggul Regional General Hospital.

Descriptive research method uses type that is a picture of the overall condition of how the community responses. The research was conducted in the village of Sitio II with respondents numbered 15 people. The technique of collecting data through questionnaires to respondents, observation, with respondents who could strengthen the research data. While the method used is descriptive analysis, data obtained from studies researched and answers - the answers were classified according to kind of - that stuff and then tabulated into frequency tables were analyzed, and using a Likert scale to measure the variables - variables.

Based on the data - data that has been collected and analyzed can be concluded that in the average - average Jamkesmas program received a positive response from the community with a value of 0.76. Consists of the perception of the value of 0.80 and 0.87 as well as attitudes to the value of participation by value, 60. Society hopes Jamkesmas program continues.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan dibidang kesehatan merupakan unsur yang sangat penting dalam pembangunan nasional karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Masalah kesehatan yang buruk berkaitan dengan berbagai sebab seperti kemiskinan, kurangnya pendidikan (ketidaktahuan), penyalahgunaan obat (narkotik), ketagihan minum keras dan sebagainya.

Kemiskinan dan kesehatan pada dasarnya saling berhubungan, yaitu hubungan yang tidak pernah putus terkecuali dilakukan intervensi pada salah satu atau kedua sisi, yakni pada kemiskinan atau penyakitnya. Kemiskinan sudah pasti mempengaruhi kesehatan, sehingga orang miskin rentan terhadap berbagai penyakit, karena mereka mengalami gangguan seperti menderita gizi buruk, pengetahuan kesehatan kurang, perilaku kesehatan kurang, lingkungan pemukiman yang buruk, serta biaya kesehatan tidak tersedia. Kesehatan adalah hak dan investasi, semua warga negara berhak atas kesehatannya termasuk masyarakat miskin. Diperlukan suatu sistem yang mengatur pelaksanaan bagi upaya pemenuhan hak warga negara untuk tetap hidup sehat, dengan mengutamakan pada pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

Dalam rangka memenuhi hak masyarakat miskin sebagaimana diamanatkan konsititusi dan undang -undang, Departemen Kesehatan menetapkan kebijakan untuk lebih memfokuskan pada pelayanan kesehatan masyarakat miskin. Dasar pemikirannya adalah selain memenuhi kewajiban pemerintah juga berdasarkan kajian bahwa indikator-indikator kesehatan akan lebih baik apabila lebih memperhatikan pelayanan kesehatan yang terkait dengan kemiskinan. Melalui


(17)

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin ini diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu melahirkan, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta penurunan angka kelahiran disamping dapat terlayaninya kasus kasus kesehatan masyarakat miskin umumnya ( www.cianjurkab.go.id).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah Pendudduk miskin di Indonesia pada pada Maret 2010 mencapai 31, 02 juta sedangkan di Sumatera Utara, pada bulan Maret tahun 2010 terdapat 1.490.900 orang (11,31 %) berada dibawah garis kemskinan. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret tahun 2009 berjumlah 1.499.700 orang (11, 51 persen), terjadi sedikit penurunan angka kemiskinan. Data tersebut mencakup seluruh wilayah Sumatera Utara baik di desa dan di perkotaan

Masalah kesehatan merupakan hal yang rentan dihadapi oleh masyarakat miskin, hal ini diakibatkan karena keterbatasan ekonomi mereka dalam upaya menjaga kesehatan dan memenuhi kebutuhan masing – masing. Didalam Undang -undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 2 dan 3 dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berazaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma - norma agama. Pembangunan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Upaya mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang diselenggarakan dalam bentuk


(18)

kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu ( www.ebooklibs.com ).

Realitanya, saat ini derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah, hal ini tergambarkan dari Angka Kematian Bayi ( AKB ) pada kelompok masyarakat miskin tiga setengah sampai empat kali lipat lebih tinggi dari kelompok masyarakat tidak miskin. Masyarakat miskin juga cenderung rentan terhadap penyakit dan penyakit menular cenderung lebih cepat menular di lingkungan mereka.

Berdasarkan BPS tahun 2010 indikator AKB dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yang cukup tinggi, yaitu AKB 26,9/1000 kelahiran hidup, dan AKI 248/100.000 kelahiran hidup, serta umur harapan hidup 70,5 tahun, derajat kesehatan masyarakat miskin dinilai masih sangat rendah. Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih sangat rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan tingginya biaya kesehatan di Indonesia.

Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan yang memadai akan menolong pemerintah di suatu negara untuk dapat memobilisasi sumber - sumber pembiayaan kesehatan, mengalokasikannya, secara rasional serta menggunakannya secara efesien dan efektif. Kebijakan pembiayaan kesehatan yang mengutamakan pemerataan serta berpihak pada masyarakat miskin (equitable ang pro poor health policy) akan mendorong tercapainya akses yang universal. Pada aspek yang lebih luas diyakini bahwa pembiayaan kesehatan mempunyai kontribusi pada perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat. Akan tetapi, pelayanan kesehatan itu sendiri pada akhir - akhir ini menjadi sangat mahal, baik pada negara maju maupun di negara berkembang. Penggunaan yang berlebihan dari pelayanan kesehatan dengan teknologi tinggi adalah salah satu


(19)

penyebab utamanya. Penyebab yang lain adalah dominasi pembiayaan pelayanan kesehatan dengan mekanisme pembayaran tunai (fee for servic) dan lemahnya kemampuan dalam penatalaksanaan sumber – sumber dari pelayanan itu sendiri, akan tetapi pada dasarnya dalam banyak hal karakteristiknya sama karena semua hal itu diarahkan untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional ( Ilham, 2008 : 35 ).

Beberapa upaya pelayanan kesehatan penduduk miskin memerlukan penyelesaian menyeluruh dan perlu disusun strategi serta tindak pelaksanaan pelayanan kesehatan yang peduli terhadap penduduk miskin. Pelayanan kesehatan peduli penduduk miskin meliputi upaya – upaya seperti:

a. Membebaskan biaya kesehatan dan mengutamakan masalah – masalah kesehatan yang banyak diderita masyarakat miskin, seperti tuberklosis, malaria, kurang gizi, penyakit menular seksual (PMS), dan berbagai penyakit infeksi lain dan kesehatan lingkungan. b. Mengutamakan penanggulangan penyakit penduduk tidak mampu.

c. Meningkatkan penyediaan serta efektifitas berbagai pelayanan kesehatan masyarakat yang bersifat non personal, seperti penyuluhan kesehatan, regulasi pelayanan kesehatan termasuk penyediaan obat, keamanan dan fortifikasi makanan, pengawasan kesehatan lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja.

d. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan penduduk tidak mampu. e. Realokasi berbagai sumber daya yang tersedia dengan memprioritaskan daerah.

Saat ini pemerintah sedang memantapkan penjaminan kesehatan bagi masyarakat miskin sebagai bagian dari pengembangan jaminan secara menyeluruh. Berdasarkan pengalaman masa lalu dan belajar dari pengalaman berbagai negara lain yang telah lebih dahulu mengembangkan jaminan kesehatan, sistem ini merupakan suatu pilihan yang tepat untuk menata subsistem


(20)

pelayanan kesehatan yang searah dengan subsistem pembiayaan kesehatan. Sistem jaminan kesehatan ini akan mendorong perubahan – perubahan mendasar seperti penataan standarisasi pelayanan, standarisasi pelayanan, standarisasi tarif, penataan formularium dan penggunaan obat rasional, yang berdampak pada kendali mutu dan kendali biaya.

Upaya mendukung dalam memantapkan penjaminan kesehatan bagi masyarakat miskin, pemerintah Indonesia telah melaksanakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT Askes (Persero) berdasarkan SK Nomor 1241/Menkes /SK/XI/2004, tentang penugasan PT Askes (Persero) dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Program ini berjalan sejak tahun 2005 dan telah banyak hasil yang dicapai terbukti dengan terjadinya kenaikan yang luar biasa dari pemanfaatan program ini dari tahun ke tahun oleh masyarakat miskin dan pemerintah telah meningkatkan jumlah masyarakat yang dijamin maupun pendanaannya.

Namun disamping keberhasilan yang telah dicapai, masih terdapat beberapa permasalahan yang perlu dibenahi antara lain: kepesertaan yang belum tuntas, peran fungsi ganda sebagai pengelola, verifikator dan sekaligus sebagai pembayar atas pelayanan kesehatan, verifikasi belum berjalan dengan optimal, kendala dalam kecepatan pembayaran, kurangnya pengendalian biaya, penyelenggara tidak menanggung resiko.

Atas dasar pertimbangan untuk pengendalian biaya pelayanan kesehatan, peningkatan mutu, transparansi dan akuntabilitas dilakukan perubahan pengelolaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat miskin pada tahun 2008. Perubahan mekanisme yang mendasar adalah adanya pemisahan peran pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dari kas negara, penggunaan tarif paket Jaminan Kesehatan


(21)

Masyarakat di RS, penempatan pelaksana verifikasi di setiap rumah sakit, pembentukan Tim Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat pusat, propinsi, dan kabupaten/kota serta penugasan PT Askes (Persero) dalam manajemen kepesertaan. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin, program ini berganti nama menjadi “Jaminan Kesehatan Masyarakat” yang selanjutnya disebut Jamkesmas ( Departemen Kesehatan RI, 2008: 3 ).

Program Jamkesmas ini dilaksanakan di seluruh kabupaten / kota di Indonesia. Pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh rumah sakit dan puskesmas yang ada. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan berada di Doloksanggul merupakan salah satu rumah sakit yang turut serta dalam pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan bagi peserta Jamkesmas di Desa Sitio II yang berjumlah 368 orang, tersebar di 12 dusun.


(22)

Tabel 1.1 Peserta Jamkesmas di Desa Sitio II Tahun 2010

No. Nama Dusun Peserta Jamkesmas

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Lobu suk-suk Dolok nagodang Lumban gaol Lumban pinasa Sosor mual Banjar Sosor gadong Huta gur –gur Panggabean Sigarang-garang Sigubo Banjar nahor 45 40 35 20 30 15 25 32 30 37 25 34 Total 368 Sumber : Dinas kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Rumah Sakit Umum Daerah Dolok Sanggul adalah rumah sakit umum kelas C yang ikut menyelenggarakan pelayanan kesehatan spesialistik dasar, tetapi empat spesialis dasar yang harus dipenuhi oleh rumah sakit tipe C di RSUD Doloksanggul, sampai akhir tahun 2010 masih belum lengkap. Di wilayah Sumatera Utara terdapat tiga rumah sakit kelas tipe C yang belum lengkap tenaga dokter spesialis dasar yaitu, RSU Sidikalang, RSU sipirok termasuk RSU Dolok Sanggul. Merujuk pada target nasional maka diharapkan seluruh RSU kelas C seluruhnya harus


(23)

memiliki empat spesialis dasar diantaranya, spesialis bedah, spesialis penyakit dalam, spesialis anak, dan spesialis kebidanan dan kandungan (www.sumutprov.go.id).

Pelayanan kesehatan yang diberikan Rumah Sakit Umum Daerah Dolok Sanggul kepada peserta Jamkesmas antara lain pemberian obat, Pelayanan Rawat Jalan Tindak Lanjutan (RJTL) yang mencakup tindakan pelayanan obat, penunjang diagnostik, pelayanan darah serta pelayanan lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk untuk mengetahui bagaimana Rumah Sakit Umum Daerah Dolok Sanggul sebagai salah satu pelaksana program Jamkesmas yang memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi pengguna Jamkesmas dengan mencari tahu bagaimana Respon Masyarakat Desa Sitio II Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Program Jaminan Kesehatan Masyarakat oleh Rumah Sakit Umum Daerah Dolok Sanggul.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Respon Masyarakat Desa Sitio II Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum Daerah Dolok Sanggul?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Respon Masyarakat Desa Sitio II Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. Tehadap Program Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum Daerah Dolok Sanggul


(24)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti sendiri menambah wawasan dan pengetahuan tentang program Jamkesmas terhadap peningkatan kesehatan masyarkat.

2. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa pemikiran dan masukan kepada pihak – pihak pelaksana program Jamkesmas dengan mengetahui respon masyarakat penerima bantuan. Dengan demikian para pelaksana program dapat membuat program yang lebih baik dari sebelumnya.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.5.Sistematika penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam 6 bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan lokasi penelitian, tipe penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data

BAB IV :DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti


(25)

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini menguraikan bagaimana menganalisis data, berisiskan penganalisian data-data yang diperoleh dalam penelitian. BAB VI :PENUTUP

Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran- saran dari penulis, data penelitian yang telah dilaksanakan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Respon Masyarakat

Respon adalah suatu reaksi baik positif maupun negatif yang diberikan oleh masyarakat (Poewadarminta, 1987: 1012). Respon akan timbul setelah seorang atau sekelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek dan dilaksanakan, kemudian menginterpretasikan objek yang dirasakan tadi. Berarti dalam hal ini respon pada dasarnya adalah proses pemahaman terhadap apa yang terjadi dilingkungan dengan manusia dan tingkah lakunya, merupakan hubungan timbal balik, saling terkait dan saling mempengaruhi.

Terdapat dua jenis yang mempengaruhi respon yaitu :

a. Variabel struktural, yaitu faktor yang terkandung dalam ransangan fisik.

b. Variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat misalnya kebutuhan suasana hati ,pengalaman masa lalu (Wirawan, 1991: 47).

Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu :

1. Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap,motif,kepentingan dan harapannya.

2. Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang yang melihatnya. Dengan kata lain gerakan, suara, ukuran, tindak lanjut dan ciri - ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.


(27)

3. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana respon itu timbul pula mendapatkan perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang (Wirawan, 1991: 35). Respon seseorang terhadap suatu objek juga dipengaruhi oleh sejauh mana pemahaman terhadap objek respon tersebut. Suatu objek respon yang belum jelas atau belum nampak sama sekali tidak mungin akan memberikan makna.

Seseorang dilihat respon positifnya melalui tahap kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Sebaliknya, seseorang tersebut dapat dilihat respon negatifnya bila informasi yang didengar atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakannya, atau malah menghindari atau membenci objek tersebut. Respon ditegaskan oleh Daryl Beum sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi tingkah laku terwujud. Lebih lanjut respon merupakan proses pengorganisasian ransang, dimana ransang-ransang proksimal (Wirawan, 1991: 93). Artinya sejumlah ransangan yang terbentuk dalam alam pikiran manusia, diorganisasikan dan kemudian ditimbulkan melalui interpretasi dari objek yang menerima ransang tersebut.

Dollard dan Miller mengemukakan bahwa bahasa memegang peranan penting dalam pembentukan respon masyarakat. Respon respon tertentu terikat dengan kata-kata. Dan oleh karna itu ucapan dapat berfungsi sebagai mediator atau menentukan hierarki mana yang bekerja. Artinya sosialisasi yang mempergunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan media strategis dalam pembentukan respon masyarakat. Apakah respon tersebut terbentuk respon positif mauapun negatif, sangat tergantung pada sosialisasi dari objek yng akan direspon. Respon dalam penelitian ini akan diukur dalam tiga aspek, yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi.

Persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan, pendengaran, perasaan dan


(28)

penerimaan. Persepsi merupakan suatu penapsiran yang unik terhadap situasi dan bukan terhadap suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Analisa tersebut menunjukkkan bahwa persepsi merupakan pemahaman individu atau masyarakat pada suatu objek yang masih berada dalam pikirannya.

Persepsi individu akan mempengaruhi sikap individu terhadap suatu program pembangunan. Dalam suatu program pembagunan terkandung ide-ide baru atau cara-cara baru yang disosialisasikan kedalam suatu masyarakat, dengan harapan dapat mengubah pola berpikir dan cara bertindak masyarakat yang terkena program. Perubahan tersebut terproses dan terwujud dalam perubahan sikap.

Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkahlaku tertentu kalau ia menghadapi ransang tertentu (Wirawan, 199: 20). Ransangan yang dimaksud dapat berupa ransangan yang berbentu batiniah seperti aktualisasi diri, dan dapat pula berbentuk fisik seperti halnya hasil - hasil dan usaha-usaha pembangunan. Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang terhadap objek-objek tertentu, seperti perubahan lingkungan atas situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif, yakni cenderung menyenangi, mendekati mengharapkan objek, atau muncul sikap negatif yakni menghindari, membenci suatu objek.

Partisipasi dalam bahasa Inggris, yaitu participation, yang artinya mengambil bagian. Partisipasi adalah suatu proses sikap mental dimana orang orang atau anggota masyarakat aktif menyumbang kreaatifitas dan inisiatifnya dalam usaha meningkaatkan kualitas hidupnya.

(Koentjradiningrat, 1980: 23), dalam bukunya menyatakan partisipasi masyarakat menyangkut dua tipe yang pada prinsipnya berbeda yaitu :


(29)

2. Partisipasi sebagai individu diluar aktivitas aktivitas bersama dalam pembangunan. Bentuk partisipasi pertama, masyarakat diajak dipersuasi, diperintah atau dipaksadalam suatu proyek khusus. Sedangkan dalam bentuk partisipasi yang kedua, adalah kemauan sendiri berdasarkan kesadaran bahwa jika ia ikut akan mempunyai manfaat.

Bila dilihat dari jenis partisipasi, ( Sastroputro, 1988: 12 ) membaginya sebagai berikut :

a. Partisipasi dengan pikiran. b. Partisipasi dengan tenaga.

c. Partisipasi dengan pikiran dan tenaga / partisipasi aktif. d. Partisipasi dengan keahlian.

e. Partisipasi dengan uang. f. Partisipasi dengan jasa jasa.

Secara umum dapat dilihat rumusan faktor yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat yaitu : keadaan masyarakat, kegiatan program pembangunan dan keadaan alam sekitar.

Ditinjau dari segi motivasinya, partisipasi masyarakat terjadi karena beberapa alasan : a. Takut terpaksa

Dari segi motivasi yang pertama, partisipasi dilakukan dengan terpaksa karena takut. Biasanya akibat adanya perintah dari atasan sehingga masyarakat seakan - akan terpaksa untuk melaksanakan rencana yang ditentukan.

b. Ikut - ikutan

Motivasi partisipasi ikut - ikutan hanya didorong oleh rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame masyarakat sebagai perwujudan kebersamaan.


(30)

c. Kesadaran

Hal ini timbul dari kehendak pribadi anggota masyarakat, dilandai oleh keinginan hati nurani. Partisipasi bentuk inilah yang diharapkan dapat dikembangkan dalam masyarakat. Dengan adanya partisipasi yang didasarkan atas kesadaran usaha, Masyarakat dapat diajak untuk memelihara dan merasa memiliki objek pembangunan. Banyak kegagalan dalam program-program pembangunan hanya karena tidak merasa memiliki dan kewajiban untuk bersama-sama membangun dan memeliharanya ( Hudiniah, 2003: 34). Terkait dengan partisipasi, hal yang banyak mempengaruhi adalah luasnya pengetahuan masyarakat tentang suatu hal. Tingkat pengetahuan seseorang yang dimilikinya tentang suatu hal dapat menentuka suatu niat untuk melakukan kegiatan. Pengetahuan ini kemudian mempengaruhi sikap, niat, dan perilaku. Adanya pengetahuan terhadap manfaat suatu hal akan menyebakan seseorang mempunyai sikap yang positif terhadap hal tersebut. Sikap positif akan mempengaruhi niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut. Niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut. Adanya niat untuk melakukan suatu kegiatan akhirnya sangat menentukan apakah kegiatan itu benar benar dilakukan. Kegiatan yang sudah dilakukan inilah yang disebut sikap dan perilaku.

2.2. Jaminan Sosial

Jaminan sosial (social security) adalah sistem atau skema pemberian tunjangan yang menyangkut pemeliharaan penghasilan. Memang tidak ada konsep yang yang baku tentang bagaimana sistem jaminan sosial di suatu negara. Tetapi, secara umum seperti yang diusulkan oleh Bank Duni dan ILO, sistem jaminan sosial haruslah meliputi 3 lapis (tier) jaminan sosial yaitu :


(31)

a. Bantuan sosial (social assistance) yang berfungsi sebagai jaringan pengaman (safety net) untuk semua warga negara. Bantuan sosial murni berasal dari pengelolaan pendapatan negara atau penerimaan pajak, diatur oleh negara utamanya berbentuk skema bantuan penghasilan terutama untuk lapis masyarakat yang paling membutuhkan.

b. Asuransi sosial (social assurance) yang berasal dari kontribusi dari warga, dan dapat dikelola oleh swasta.

c. Jaminan sosial sukarela (voluntary), biasanya dalam bentuk tunjangan pensiunan yang diadakan oleh warga dengan insentif dari pemerintah ( Suharto, 2007: 5).

2.3. Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) 2.3.1. Pengertian Jamkesmas

Jamkesmas adalah jaminan kesehatan masyarakat dan merupakan program bantuan sosial kepada masyarakat miskin dan kurang mampu di bidang pelayanan kesehatan. Adapun tujuan dan sasaran dari Jamkesmas adalah sebagai berikut:

a. Tujuan umum

b. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

c. Tujuan khusus

1. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas serta jaringannya dan di rumah sakit.

2. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, dan 3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.


(32)

Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya (Departemen Kesehatan RI, 2008: 3).

2.3.2. Landasan Hukum

Program Jamkesmas dilaksanakan sebagai amanat Pasal 28 H ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945, yang menyatakan bahwa ”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Selain itu berdasarkan Pasal 34 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 dinyatakan bahwa “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.”

Dasar hukum penyelenggaraan program Jamkesmas adalah: 1. Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 2. Undang–Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang APBN Tahun 2008. 3. Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 4. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(33)

2.3.3. Tata Laksana Kepesertaan

Dalam menetapkan keanggotaan peserta Jamkesmas, ada beberapa ketentuan umum bagi calon peserta, antara lain:

1. Peserta Program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut peserta Jamkesmas, yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.

2. Jumlah sasaran peserta Program Jamkesmas tahun 2008 sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara nasional oleh Menteri Kesehatan RI (Menkes). Berdasarkan jumlah sasaran nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota kabupaten/kota. Jumlah sasaran peserta (kuota) masing-masing kabupaten/kota sebagai mana terlampir.

3. Berdasarkan kuota kabupaten/kota sebagaimana butir 2 diatas, bupati/walikota menetapkan peserta Jamkesmas kabupaten/kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk keputusan bupati/walikota. Apabila jumlah peserta Jamkesmas yang ditetapkan bupati/walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah ditentukan, maka menjadi tanggung jawab pemda setempat.

4. Bagi kabupaten/kota yang telah menetapkan peserta Jamkesmas lengkap dengan nama dan alamat peserta serta jumlah peserta Jamkesmas yang sesuai dengan kuota, segera dikirim daftar tersebut dalam bentuk dokumen elektronik (soft copy) dan dokumen cetak (hard copy) kepada :

a. PT Askes (Persero) setempat untuk segera diterbitkan dan di distribusikan kartu ke peserta, sebagai bahan analisis dan pelaporan;


(34)

b. Rumah sakit setempat untuk digunakan sebagai data peserta Jamkesmas yang dapat dilayani di rumah sakit, bahan pembinaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan sekaligus sebagai bahan analisis.

c. Dinas kesehatan kabupaten/kota atau tim pengelola Jamkesmas kabupaten/ kota setempat sebagai bahan pembinaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan bahan analisis.

d. Dinas kesehatan propinsi atau tim pengelola Jamkesmas propinsi setempat sebagai bahan kompilasi kepesertaan, pembinaan, monitoring, evaluasi analisis, pelaporan serta pengawasan.

e. Departemen Kesehatan RI, sebagai database kepesertaan nasional, bahan dasar verifikasi tim pengelola pusat, pembayaran klaim rumah sakit, pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan serta pengawasan.

5. Bagi pemerintah kabupaten/kota yang telah menetapkan jumlah dan nama masyarakat miskin (no, nama, dan alamat), selama proses penerbitan distribusi kartu belum selesai, kartu peserta lama atau Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) masih berlaku sepanjang yang bersangkutan ada dalam daftar masyarakat miskin yang ditetapkan oleh bupati/walikota.

6. Bagi pemerintah kabupaten/kota yang belum menetapkan jumlah, nama dan alamat masyarakat miskin secara lengkap diberikan waktu sampai dengan akhir Juni 2008. Sementara menunggu surat keputusan tersebut sampai dengan penerbitan dan pendistribusian kartu peserta, maka kartu peserta lama atau SKTM masih diberlakukan. Apabila sampai batas waktu tersebut pemerintah Kabupaten/Kota belum dapat menetapkan sasaran masyarakat miskinnya, maka terhitung 1 Juli 2008 pembiayaan pelayanan


(35)

kesehatan masyarakat miskin di wilayah tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat.

7. Pada tahun 2008 dilakukan penerbitan kartu peserta jamkesmas baru yang pencetakan blanko, entry data, penerbitan dan distribusi kartu sampai ke peserta menjadi tanggungjawab PT Askes (Persero).

8. Setelah peserta menerima kartu baru maka kartu lama yang diterbitkan sebelum tahun 2008, dinyatakan tidak berlaku lagi meskipun tidak dilakukan penarikan kartu dari peserta. 9. Bagi masyarakat miskin yang tidak mempunyai kartu identitas seperti gelandangan,

pengemis, anak terlantar, yang karena sesuatu hal tidak terdaftar dalam surat keputusan bupati/walikota, akan dikoordinasikan oleh PT Askes (Persero) dengan dinas sosial setempat untuk diberikan kartunya.

10. Bagi bayi yang terlahir dari keluarga peserta jamkesmas langsung menjadi peserta baru sebaliknya bagi peserta yang meninggal dunia langsung hilang hak kepesertaannya (

2.3.4. Administrasi Kepesertaan

Administrasi kepesertaan meliputi: registrasi, penerbitan dan pendistribusian Kartu sampai ke Peserta sepenuhnya menjadi tanggung jawab PT Askes (Persero) dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Data peserta yang telah ditetapkan pemda, kemudian dilakukan entry oleh PT Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di kabupaten/kota.

2. Entry data setiap peserta meliputi antara lain : a. Nomor Kartu.


(36)

b. Nama Peserta. c. Jenis Kelamin.

d. Tempat dan Tanggal lahir/umur. e. Alamat.

3. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan didistribusikan sampai ke peserta.

4. PT Askes (Persero) menyerahkan kartu peserta kepada yang berhak, mengacu kepada penetapan bupati/walikota dengan tanda terima yang ditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta.

5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada bupati/walikota, gubernur, Departemen Kesehatan R.I, dinas kesehatan propinsi dan kabupaten/kota serta rumah sakit setempat (www.depkes.go.id).


(37)

Bagan 2.1

Alur Registrasi dan Distribusi Kartu Peserta

2.4. Tatalaksana Pelayanan Kesehatan Jamkesmas 2.4.1. Ketentuan Umum

Adapun yang menjadi ketentuan umum dalam tata laksana pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Setiap peserta Jamkesmas mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) dan rawat inap (RI), serta pelayanan kesehatan SASARAN

NASIONAL 76,4 JUTA JIWA

SASARAN KUOTA

KABUPATEN / KOTA

DISTRIBUSI WAKTU PENETAPAN SK

BUPATI/WALIKOT A BERDASARKAN KUOTA

ENTRY DATA BASE

KEPESERTAAN

PESERTA SINKRONASI DATA

BBPS KAB/ KOTA


(38)

rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat.

2. Pelayanan kesehatan dalam program ini menerapkan pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan.

3. Pelayanan rawat jalan tingkat pertama diberikan di puskesmas dan jaringannya. Pelayanan rawat jalan lanjutan diberikan di BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan rumah sakit.

4. Pelayanan rawat inap diberikan di puskesmas perawatan dan ruang rawat inap kelas III (tiga) di rumah sakit pemerintah termasuk rumah sakit khusus, rumah sakit TNI/POLRI dan rumah sakit swasta yang bekerjasama dengan departemen kesehatan. Departemen kesehatan melalui dinas kesehatan kabupaten/kota atas nama Menteri Kesehatan membuat perjanjian kerjasama (PKS) dengan rumah sakit setempat yang diketahui kepala dinas kesehatan propinsi meliputi berbagai aspek pengaturan.

5. Pada keadaan gawat darurat (emergency ) seluruh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) wajib memberikan pelayanan kepada peserta walaupun tidak memiliki perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud butir 4. Penggantian biaya pelayanan kesehatan diklaimkan ke departemen kesehatan melalui tim pengelola kabupaten/kota setempat setelah diverifikasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada program ini.

6. RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM melaksanakan pelayanan rujukan lintas wilayah dan biayanya dapat diklaimkan oleh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) yang bersangkutan ke departemen kesehatan.

7. Pelayanan obat di puskesmas beserta jaringannya dan di rumah sakit dengan ketentuan sebagai berikut :


(39)

a. Untuk memenuhi kebutuhan obat generik di puskesmas dan jaringannya akan dikirim langsung melalui pihak ketiga franko kabupaten/kota.

b. Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan habis pakai di rumah sakit, Instalasi farmasi/apotik rumah sakit bertanggungjawab menyediakan semua obat dan bahan habis pakai untuk pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang diperlukan. Agar terjadi efisiensi pelayanan obat dilakukan dengan mengacu kepada formularium obat pelayanan kesehatan program ini. (Sebagaimana terlampir).

c. Apabila terjadi kekurangan atau ketiadaan obat sebagaimana butir b diatas maka rumah sakit berkewajiban memenuhi obat tersebut melalui koordinasi dengan pihak-pihak terkait.

d. Pemberian obat untuk pasien RJTP dan RJTL diberikan selama 3 (tiga) hari kecuali untuk penyakit-penyakit kronis tertentu dapat diberikan lebih dari 3 (tiga) hari sesuai dengan kebutuhan medis.

e. Apabila terjadi peresepan obat diluar ketentuan sebagaimana butir b diatas maka pihak rumah sakit bertanggung jawab menanggung selisih harga tersebut.

f. Pemberian obat di rumah sakit menerapkan prinsip one day dose dispensing.

g. Instalasi farmasi/apotik rumah sakit dapat mengganti obat sebagaimana butir b diatas dengan obat-obatan yang jenis dan harganya sepadan dengan sepengetahuan dokter penulis resep.

8. Pelayanan kesehatan RJTL di BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM dan di rumah sakit, serta pelayanan RI di rumah sakit yang mencakup tindakan, pelayanan obat, penunjang diagnostik, pelayanan darah serta pelayanan lainnya (kecuali pelayanan haemodialisa) dilakukan secara terpadu sehingga biaya pelayanan kesehatan diklaimkan dan


(40)

diperhitungkan menjadi satu kesatuan menurut jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan peserta Jamkesmas Tahun 2008 (lampiran III), atau penggunaan INA-DRG (apabila sudah diberlakukan), sehingga dokter berkewajiban melakukan penegakan diagnosa sebagai dasar pengajuan klaim.

9. Apabila dalam proses pelayanan terdapat kondisi yang memerlukan pelayanan khusus dengan diagnosa penyakit/prosedur yang belum tercantum dalam tarif paket INA-DRG sebagaimana butir 8, maka kepala balai/direktur rumah sakit memberi keputusan tertulis untuk sahnya penggunaan pelayanan tersebut setelah mendengarkan pertimbangan dan saran dari Komite Medik rumah sakit yang tarifnya sesuai dengan jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan peserta Jamkesmas Tahun 2008.

10.Pada kasus-kasus dengan diagnosa sederhana, dokter yang memeriksa harus mencantumkan nama jelas.

11.Pada kasus-kasus dengan diagnosa yang kompleks harus dicantumkan nama dokter yang memeriksa dengan diketahui oleh komite medik rumah sakit.

12.Untuk pemeriksaan/pelayanan dengan menggunakan alat canggih (CT Scan, MRI, dan lain-lain), dokter yang menangani harus mencantumkan namanya dengan jelas dan menandatangani lembar pemeriksaan/pelayanan kemudian diketahui oleh komite medik. 13.Pembayaran pelayanan kesehatan dalam masa transisi sebelum pola tarif paket

Jamkesmas tahun 2008.

14.Verifikasi pelayanan di puskesmas (RJTP, RITP, persalinan, dan pengiriman spesimen, trasnportasi dan lainnya) di laksanakan oleh tim pengelola Jamkesmas kabupaten/kota. 15.Verifikasi pelayanan di BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan rumah sakit


(41)

16.Peserta tidak boleh dikenakan iur biaya dengan alasan apapun

2.4.2. Prosedur Pelayanan.

Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta, sebagai berikut:

1. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya.

2. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan kartu yang keabsahan kepesertaannya merujuk kepada daftar masyarakat miskin yang ditetapkan oleh bupati/walikota setempat. Penggunaan SKTM hanya berlaku untuk setiap kali pelayanan kecuali pada kondisi pelayanan lanjutan terkait dengan penyakitnya (ketentuan kesepertaan, lihat pada bab III ).

3. Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan disertai surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, kecuali pada kasus emergency.

4. Pelayanan rujukan sebagaimana butir ke-3 (tiga) diatas meliputi :

a. Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di rumah sakit, BKMM/ BBKPM /BKPM/BP4/BKIM.

b. Pelayanan Rawat Inap kelas III di rumah sakit. c. Pelayanan obat-obatan.

d. Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostik.

5. Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan di BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM. Dan rumah sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari


(42)

puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP), dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan kesehatan.

6. Untuk memperoleh pelayanan rawat inap di BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM dan rumah sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan SKP dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan rawat nginap.

7. Pada kasus-kasus tertentu yang dilayani di IGD termasuk kasus gawat darurat di BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan rumah sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan surat keabsahan peserta. Bagi pasien yang tidak dirawat prosesnya sama dengan proses rawat jalan, sebaliknya bagi yang dinyatakan rawat inap prosesnya sama dengan proses rawat inap sebagaimana item 5 dan 6 diatas.

8. Bila peserta tidak dapat menunjukkan kartu peserta atau SKTM sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, maka yang bersangkutan di beri waktu maksimal 2 x 24 jam hari kerja untuk menunjukkan kartu tersebut. Pada kondisi tertentu dimana yang bersangkutan belum mampu menunjukkan identitas sebagaimana dimaksud diatas maka


(43)

direktur rumah saakit dapat menetapkan status miskin atau tidak miskin yang bersangkutan (Departemen Kesehatan RI, 2008: 13).

2.5. Pelayanan Kesehatan

2.5.1. Pengertian Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memudahkan perseorangan, kelompok dan ataupun masyarakat (Azwar, 1995: 1 ).

2.5.2. Komponen Pelayanan Kesehatan Dasar

Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-nilai dasar tertentu yang berlaku umum terhadap proses pengembangan secara menyeluruh, tetapi dengan penekanan penerapan di bidang kesehatan seperti berikut (Tjitarsa, 199: 5).

1. Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan tersedianya dan penyebaran sumber daya, bukan hanya sumber daya kesehatan seperti dokter, perawat, klinik, obat, melainkan juga sumber daya sosial-ekonomi yang lain seperti pendidikan, air dan persediaan makanan.

2. Pelayanan kesehatan dasar dengan demikian memusatkan perhatian kepada adanya kepastian bahwa sumber daya kesehatan dan sumber daya sosial yang ada telah tersebar merata dengan lebih memperhatikan mereka yang paling membutuhkannya.

3. Kesehatan adalah satu bagian penting dari pembangunan secara menyeluruh. Faktor yang mempengaruhi kesehatan adalah faktor sosial, budaya, dan ekonomi di samping biologi dan lingkungan. dan


(44)

4. Pencapaian tarif kesehatan yang lebih baik memerlukan keterlibatan yang lebih baik dari penduduk, seperti perorangan, keluarga, dan masyarakat dalam pengambilan tindakan demi kegiatan mereka sendiri dengan cara menerapkan perilaku sehat dan mewujudkan lingkungan sehat.

2.5.3. Karakteristik Pelayanan Kesehatan

Menurut Eva yang lain, kebutuhan pelayanan kesehatan mempunyai tiga ciri utama yang terjadi sekaligus dan unik yaitu : uncertainty, asymmetry of information dan externality. Ketiga ciri utama tersebut menyebabkan pelayanan kesehatan sangat unik dibandingkan dengan produk atas jasa lainnya.

1. Uncertainty

Uncertainty atau ketidakpastian menunjukkan bahwa kebutuhan akan pelayanan kesehatan tidak bisa pasti, baik waktu, tempat maupun besarnya biaya yang dibutuhkan. Dengan ketidakpastian ini sulit bagi seseorang untuk menganggarkan biaya untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatannya. Penduduk yang penghasilannya rendah tidak mampu menyisihkan sebagian penghasilannya rendah tidak mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan yang tidak diketahui datangnya, bahkan penduduk yang relatip berpendapatan memadai sekalipun seringkali tidak sanggup memenuhi kecukupan biaya yang dibutuhkan untuk memnuhi kebutuhan medisnya. Maka dalam hal ini seseorang yang tidak miskin dapat menjadi miskin atau bangkrut mana kala ia menderita sakit.


(45)

Sifat kedua asymmetry if Information menunjukkan bahwa konsumen pelayanan kesehatan berada pada posisi yang lemah sedangkan proveder (dokter dan petugas kesehatan lainnya) mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaar dan kualitas pelayanan yang dijualnya. Ciri ini juga ditemukan oleh para ahli ekonomi kesehatan lain seperti Feldstein, Jacos, Rappaport, dan Phelps. Dalam pelayanan kesehatan, misalnya kasus ekstrim pembedahan, pasien hampir tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui apakah ia membutuhkan pelayanan tersebut atau tidak. Kondisi ini sering dikenal dengan consumen ignorance atau konsumen yang bodoh, jangankan ia mengetahui berapa harga dan berapa banyak yang diperlukan, mengetahui apakah ia memerlukan tindakan bedah saja tidak sanggup dilakukan meskipun pasien mungkin seorang professor sekalipun. 3. Externality

Externality menunjukkan bahwa konsumsi pelayanan kesehatan tidak saja mempengaruhi pembeli tetapi juga bukan pembeli. Contohnya adalah konsumsi rokok yang mempunyai resiko besar pada bukan perokok, akibat dari ciri ini, pelayanan kesehatan membutuhkan subsidi dalam berbagai bentuk, oleh karena pembiayaan pelayanan kesehatan tidak saja menjadi tanggung jawab diri sendiri, akan tetapi perlunya digalang tanggung jawab bersama (publik). Ciri unik tersebut juga dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi kesehatan seperti Feldstein.

2.5.4. Syarat-syarat pelayanan kesehatan

Agar pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, banyak syarat yakni yang harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud paling tidak mencakup delapan hal pokok tersedia, wajar, berkesinambungan, dapat diterima, dapat dicapai, dapat dijangkau, efisien, serta bermutu (Azwar, 1995: 33-36).


(46)

1. Ketersediaan Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut tersedia di masyarakat.

2. Kewajaran Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.

3. Kesinambungan Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat, baik menurut waktu atau kebutuhan pelayanan kesehatan. 4. Penerimaan Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat diterima oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.

5. Ketercapaian Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dicapai oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan tersebut.

6. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dijangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.

7. Efesiensi Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat diselenggarakan secara efisien.


(47)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat menyembuhkan pasien serta tindakan yang dilakukan aman.

Secara umum dimensi kepuasan pasien bervariasi sekali. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan standard dan kode etik profesi dapat memuaskan pasien. Ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang mengacu pada standard an kode etik profesi yang pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien (Azwar, 1995: 34-33).

a. Hubungan Dokter-Pasien

b. Terbinanya hubungan dokter-pasien yang baik, adalah satu dari kewajiban etik. Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, hubungan dokter-pasien yang baik ini harus dapat dipertahankan. Sangat diharapkan setiap dokter dapat dan bersedia memberikan perhatian yang cukup, menampung dan mendengarkan semua keluhan, serta menjawab dan memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya tentang segala hal yang ingin diketahui oleh pasien.

c. Kenyamanan Pelayanan

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, suasana pelayananyang nyaman harus dapat dipertahankan. Kenyamanan yang dimaksud disini tidak hanya yang menyangkut fasilitas yang disediakan, tetapi yang terpenting lagi yang menyangkut sikap serta tindakan para pelaksana ketika menyelenggarakan pelayanan kesehatan.


(48)

Suatu pelayanan kesehatan disebut bermutu apabila kebebasan memilih ini dapat diberikan, dan karena itu harus dapat dilaksanakan oleh setiap penyelenggara pelayanan kesehatan.

e. Pengetahuan dan Kompetensi Teknis

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang didukung oleh pengetahuan dan kompetensi teknis bukan saja merupakan bagian dari kewajiban etik, tetapi juga merupakan prinsip pokok penerapan standar pelayanan profesi. Secara umum disebutkan memakai tinggi tingkat pengetahuan dan kompetensi teknis tersebut maka makin tinggi pula mutu pelayanan kesehatan.

f. Efektifitas Pelayanan

Semakin efektif pelayanan kesehatan tersebut, maka makin tinggi pula mutu pelayanan kesehatan.

g. Keamanan Tindakan

Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, aspek keamanan tindakan ini haruslah diperhatikan. Pelayanan kesehatan yang membahayakan pasien, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik, dan karena itu tidak boleh dilakukan.

Adapun kriteria pelayanan yang memuaskan menurut DR. Wowoeutu Noveniawanata

1. Kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi. 2. Mampu memberikan pelayanan yang baik. 3. Tidak berbelit-belit.

4. Menyingkat waktu tunggu masyarakat. 5. Dapat menguntungkan semua pihak.


(49)

Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian, baik terdapat tingkat kesempurnaan, sifat, totalitas dari wujud serta ciri atau pun terhadap standar yang telah ditetapkan. Dalam kenyataannya melakukan penilaian ini tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan mutu pelayanan tersebut bersifat multi-demensional yang artinya setiap orang dapat saja melakukan penilaian yang berbeda-beda tergantung dari latar belakang dan kepentingan masing-masing orang (Azwar, 1995: 30).

2.6. Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan Jamkesmas

Adapun jenis-jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di puskesmas, yaitu: 1. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), yang meliputi :

a. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan oleh dokter spesialis atau umum.

b. Rehabilitasi medik.

c. Penunjang diagnostik: laboratorium klinik, rafiologi dan elektromedik. d. Tindakan medis kecil atau sedang.

e. Pemeriksaan pengobatan gigi tingkat lanjutan.

f. Pemberian obat yang mengacu pada formalium rumah sakit. g. Pelayanan darah.

h. Pemeriksaan kehamilan dengan resiko tinggi dan sulit. 2. Pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), yang meliputi :

a. Akomodasi rawat inap (bagi puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap). b. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan.


(50)

d. Tindakan medis.

e. Pelayanan rehabilitasi medis.

f. Pelayanan darah (Departemen Kesehatan RI, 2008: 5).

2.7. Kerangka Pemikiran

Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Masyarakat miskin biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Derajat kesehatan yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya produktifitas kerja yang pada akhirnya menjadi beban masyarakat dan pemerintah. Kebersihan lingkungan dan perumahan yang saling berhimpitan, perilaku hidup bersih masyarakat yang belum membudaya, pengetahuan terhadap kesehatan dan pendidikan yang umumnya masih rendah. Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan.

Oleh karena itu, pemerintah telah mengambil kebijakan strategis untuk menggratiskan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin sejak 1 Januari 2005 program ini menjadi Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) yang popular dengan nama Askeskin yang kemudian pada tahun 2008 diubah namanya menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat atau Jamkesmas. Apabila masyarakat terdaftar sebagai peserta Jamkesmas maka mereka berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.

RSUD Doloksanggul merupakan sebuah organisasi yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat pengguna Jamkesmas yang memerlukan pelayanan kesehatan.


(51)

Pelayanan kesehatan yang diberikan RSUD Doloksanggul, akan memberikan respon tersendiri kepada pengguna Jamkesmas di Desa siti II. Untuk itulah peneliti ingin mengetahui bagaimana respon masyarakat Desa Sitio II Kecamatan Lintong nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Pogram Jaminan Kesehatan Masyarakat oleh Rumah Sakit Umum Doloksanggul.

Bagan 2..7 Kerangka Pemikiran

2.8. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.8.1. Defenisi Konsep

Konsep merupakan suatu istilah atau defenisi yang digunakan oleh peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadan kelompok atau individu yang menjadi

RSUD Doloksangggul

a. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan oleh dokter spesialis atau umum

b. Rehabilitasi medik

c. Penunjang diagnostik: laboratorium klinik.

d. Tindakan medis kecil atau sedang e. Pemeriksaan pengobatan gigi tingkat

lanjutan

f. Pemberian obat yang mengacu pada Formalium rumah sakit

g. Pelayanan darah

h. Pemeriksaan kehamilan dengan resiko tinggi dan sulit

Respon Masyarakat Desa Sitio II a. Persepsi b.Sikap c. partisipasi


(52)

respon masyarakat Desa Sitio II Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Program Jaminan Kesehatan Masyarakat oleh RSUD Doloksanggul, oleh karena itu untuk menghindari kesalahpahaman dan dalam penelitian ini maka dirumuskan dan didefenisikan istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat menggaburkan penelitian.

Konsep penelitian ini adalah :

1. Respon masyarakat adalah suatu tingkah laku balas atau tindakan masyarakat yang merupakan perwujudan dari persepsi,sikap dan partisipasi masyarakat terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, suka tidak suka serta partisipasi terhadap objek permasalahan.

2. Jamkesmas merupakan singkatan dari Jaminan Kesehatan Masyarakat dan merupakan salah satu program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin atau kurang mampu dan tidak mampu. Dan program bantuan sosial ini diselenggarakan oleh pemerintah melalui Departemen Kesehatan untuk menjamin hak masyarakat atas pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat undang-undang dasar 1945 pasal 28H dan Undang-Undang No.40 tahun 2004 tentang Sistim Jaminan Sosial Nasional yang diselenggarakan secara nasional. 3. Pengguna atau peserta Jamkesmas adalah orang yang tergolong miskin dan kurang mampu

serta memiliki Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat.

4. Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan secara sendiri maupun kelompok dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, maupun masyarakat.


(53)

2.8.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasinya dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati.

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka dapat diukur melalui indikator-indikator atas dasar respon masyarakat pengguna Jamkesmas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RSUD Doloksanggul dalam program Jamkesmas kepada pasien rawat jalan dan rawat inap, meliputi :

1. Persepsi penerima program terhadap program Jamkesmas meliputi pengetahuan tentang apa, bagaimana dan tujuan program.

2. Sikap penerima program terhadap program Jamkesmas meliputi penilaian, penolakan atau penerimaan serta suka atau tidak suka terhadap program.

3. Partisipasi penerima program mengenai keterlibatan dan keaktifan dalam pelaksanaan program.

Operasional mengenai Jamkesmas yang akan diukur berhubungan dengan pelayanan dokter atau petugas kesehatan, tingkat kepuasan terhadap pelayanan kesehatan, pengetahuan masyarakat mengenai Jamkesmas, prosedur administrasi dan intensitas pemakaian kartu Jamkesmas di RSUD Dolok Sanggul.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan / melukiskan objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain – lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998: 73).

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Doloksanggul Jalan Rumah Sakit no 1 DolokSanggul, Desa Sitio II Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini adalah karena merupakan salah satu organisasi yang melaksanakan program Jamkesmas, disamping itu, RSUD Doloksanggul masih satu- satunya Rumah Sakit yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan dan turut serta dalam melaksanakan program Jamkesmas.

3.2. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbu-tumbuhan, gejala – gejala, nilai atau peristiwa berbagai sumber data yang memiliki karakter tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1998: 141). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta Jamkesmas di desa sitio II yang telah


(55)

mendapatkan pelayanan Jamkesmas tahun 2010 yang berjumlah 15 orang. Berdasarkan populasi yang ada maka responden dalam penelitian ini adalah 15 orang.

Tabel 3.1 Peserta yang telah Mendapatkan PelayanaN Jamkesmas Juni-Desember Tahun 2010

No Nama Bagian Rumah Sakit No Kartu Jamkesmas

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14 15. Rihson Hutasoit Madu Sianturi Nursinta simanjuntak Minggu Hutasoit Linda Malau Lindung Purba Nirwasti Tambunan Ganda Simanjuntak Sihar Sitorus Sardi Hutasoit Mangoloi Silaban Pandapotan Aritonang Nurita Silaban

Eben sinturi Jahoras Silaban Poli Umum Poli umum Poli umum Poli Bedah Poli Bedah Poli Umum Poli bedah Poli Umum Poli Umum Poli Bedah Poli Bedah Poli Umum Poli Umum Poli Umum Poli Umum 0000438605717 0000438609622 0000436042221 0000438607692 0000438608272 0000438775006 00004384680010 0000438613266 0000433175875 0000435067437 000043808542 0000456780544 0000457609734 0000458798436 0000467834736 Sumber : Unit Rekam Medik RSUD Doloksanggul, per 31 Desember Tahun 2010.


(56)

3.3. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, dalam penelitian ini digunakan beberapa tehnik sebagai berikut :

a. Studi kepustakaan

Tehnik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah, surat kabar, dan majalah yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

b. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang bekaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu :

1. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

2. Kuesioner, yaitu tehnik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menyebar angket kepada masyarakat peserta Jamkesmas yang menjadi responden.

3.4. Tehnik Analisa Data

Tehnik analisis data pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu cara memeriksa data dari responden, kemudian dicari frekuensi dan persentasenya untuk disusun dalam bentuk tabel tunggal serta selanjutnya dijelaskan secara kualitatif. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, persepsi dan partisipasi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Untuk mendapatkan hasil respon masyarakat terhadap program Jamkesmas di Desa Sitio II dilakukan melalui pemberian skor berdasarkan tiga variabel, yaitu persepsi, sikap dan


(57)

partisipasi. Dari jawaban responden yang telah dianalisis, kemudian dapat diklasifikasikan apakah persepsi, sikap dan partisipasinya positif atau negative dengan menentukan interval kelas seperti terlihat pada uraian beriku ini.

K L H i= −

3 ) 1 ( 1− − =

= 3 2

= 0,66

Maka dapat ditentukan kategori persepsi, sikap dan partisipasi adalah positif atau negatif dengan adanya batasan nilai yang telah diperoleh sebagai berikut:

Respon dengan nilai -1 sampai dengan -0,33 = respon negatif

Respon dengan nilai -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral

Respon dengan nilai 0,33 samapai dengan 1 = respon positif i = Intervak kelas

H = Nilai tertinggi L = Nilai terrendah K = banyak kelas

-1 -0,66 -0,33 0 0,33 0,66 1


(58)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4 .1Kondisi geografis

Kabupaten Humbang Hasundutan secara geografis terletak di antara 20 13'- 20 28' LU dan 98 0 10'- 98 0 57' BT. K ondisi fisik Kabupaten Humbang Hasundutan berada pada ketinggian antara 330 – 2.075 m di atas permukaan laut, dengan kemiringan tanah yang tergolong datar hanya 11%, landai sebesar 20%, dan kemiringan 69 %. Luas Kabupaten Humbang Hasundutan meliputi 3,51% luas Propinsi Sumatera Utara, yaitu 251.76, 93 Ha. Kecamatan Paling luas di Kabupaten Humbang Hasundutan adalah Kecamatan Parlilitan dengan luas 72.774, 71 Ha .

Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai iklim tropis dan jenis tanah kebanyakan memiliki kandungan bahan organik dengan keasaman rata-rata 5- 6,5. Jenis tanah pada umumnya adalah podsolik yang sifatnya erosif dan tofografinya berombak sampai bergunung. Merupakan hulu-hulu DAS (Daerah Aliran Sungai) untuk beberapa kabupaten, antara lain kabupaten Dairi (DAS Singkil), Kabupaten Tapanuli Tengah (Sub DAS Sibundong), Kabupaten Tobasa (Sub DAS Aek silang) dan seterusnya (PMKS Dinas sosial Kab. Humbang Hasundutan , 2010: 1).

Kabupaten Humbang Hasundutan terletak dibagian tengah wilayah Propinsi Sumatera Utara dengan batas- batas :

Sebelah Utara : Kabupaten Samosir.


(59)

Tapanuli Tengah

Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Utara

Kondisi Kapupaten Humbang Hasundutan menurut kemiringan /kelerengan tanah adalah :

Datar : 27.875, 28 Ha

Landai : 49.163, 34 Ha

Agak Curam : 106.650, 40 Ha

Curam : 66.582, 00 Ha

PMKS Dinas sosial Kab. Humbang Hasundutan , 2010: 4).

4..2 Wilayah Administrasi

Pembagian wilayah Administrasi di Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri dari 10 kecamatan, 143 desa dan 1 kelurahan. Kecamatan yang memiliki desa paling banyak adalah Kecamatan Dolok Sanggul sebanyak 26 desa dan 1 kelurahan , dan Kecamatan Tarabintang yang memiliki desa paling sedikit yaitu hanya 6 desa.


(60)

Tabel 4. 1

Luas Wilayah Administrasi Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan

No Kecamatan Luas (Ha) Jumlah Desa/ Kelurahan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dolok Sanggul Pollung Lintong nihuta Paranginan Parlilitan Tarabintang Pakkat Onan Ganjang Sijama Polang Baktiraja

Luas Danau Toba

20.929, 53 32.736, 46 18.126, 03 4.778, 06 72.774, 71 24.251, 98 38.168, 00 22.256, 57 14.018,07 2.231, 91 1.494, 91

26 desa, 1 kelurahan 13 desa 22 desa 11 desa 17 desa 6 desa 19 desa 12 desa 10 desa 7 desa

Jumlah 251.765, 93 143 desa, 1 kelurahan Sumber:Dinas Sosial Kabupaten Humbang Hasundutan

4. 3 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk kabupaten humbang Hasundutan Januari Tahun 2009 sebanyak 170. 590 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 82.979 jiwa dan perempuan 87.611 jiwa denga kepadatan penduduk rata-rata 67 jiwa/km persegi. Jumlah penduduk terbesar berda di Kecamatan Doloksanggul sebanyak 36.616 jiwa dan terkecil di Kecamatan Sijamapolang sebanyak 5.247 jiwa.


(61)

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan Berdasarkan Wilayah Administrasi Pemerintahan/ Januari 2010

No Kecamatan Jenis Kelamin

Laki –laki Perempuan

JUMLAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Parlilitan Pollung Baktiraja Paranginan Lintong Nihuta Doloksanggul Sijamapolang Onangajang Pakkat Tarabintang 10.273 8.59 3.407 6.389 12.709 17.734 2.631 5.415 16.963 4.123 10.295 8.843 3.468 6.659 14.625 18.882 2.616 5.700 12.073 4.432 20.568 17.439 6.893 13.048 27.334 36.616 5.247 11.115 23.766 8.564

82.979 87.611 170.590

Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Humbang Hasundutan 4..4 Sejarah RSUD Doloksanggul

Perjalanan dan sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul sudah panjang dan lama boleh dikatakan sejak zaman Penjajahan Belanda, dimulai sekitar tahun 1906 oleh Tuan Pendeta Herling seorang Pendeta Missionari dari Barmen Jerman telah membangun sebuah Rumah Sakit yang disebut Rumah Sakit Zending yang dibangun oleh Para Pendeta Missionaris di kompleks Gereja Doloksanggul, dimana pemilikan Rumah Sakit pada saat itu


(62)

adalah Gereja.Pada awalnya Rumah Sakit ini berkapasitas 15 Tempat Tidur dengan luas bangunan 750 meter persegi. Pada waktu itu Rumah Sakit ini dipimpin oleh Tuan Dokter Hoeke dan dibantu sekitar 10 orang tenaga perawat untuk melayani, sampai tahun 1939 Rumah Sakit Zending berfungsi dengan baik.

Pada tahun 1940, saat Indonesia dijajah Jepang, kegiatan Rumah Sakit Zending ini berhenti, gedung Rumah Sakit difungsikan untuk keperluan tentara Jepang seperti gudang amunisi dan lumbung makanan oleh penjajah Jepang. Seluruh Petugas Kesehatan pada meninggalkan Rumah Sakit dan kembali ke negeri masing-masing, petugas kesehatan yang pribumi pergi ke hutan. Tahun 1940 – 1942 para Pendeta Missionaris terpaksa keluar dari Tapanuli, semua kegiatan Zending (Gereja, Pendidikan dan Kesehatan) terpaksa berhenti dan kepemimpinan Gereja beralih kepada bangsa Indonesia suku Batak yaitu Ompui Pendeta J. Sihombing.

Pada tahun 1945, setelah Indonesia merdeka Rumah Sakit ini diaktifkan kembali oleh para pendeta gereja HKBP yang dibantu Missionaris Jerman, dan kegiatan Zending pun sudah mulai berfungsi dan Rumah Sakit dinamakan Rumah Sakit HKBP Doloksanggul dimana yang memimpin Rumah Sakit ini adalah seorang perawat yaitu Bapak Paian Samosir. Pada tahun 1960 oleh Gereja menyerahkan pengelolaannya kepada Pemerintah Negara Republik Indonesia dibawah naungan Bupati Kabupaten Tapanuli Utara. Pemerintah dan masyarakat Doloksanggul membangun bersama serta memindahkan lokasi Rumah Sakit ke lokasi sekarang di Desa Bonanionan disebelah utara komplek gereja HKBP Doloksanggul dengan klasifikasi Rumah Sakit adalah Kelas D dengan kapasitas tempat tidur 30 tempat tidur, dengan nama Rumah Sakit Penolong Doloksanggul.


(1)

Doloksanggul, penilaian responden kepada sikap perawat atau petugas kesehatan,dan penilaian responden atas kepedulian dokter di dalam menangani keluhan penyakit.

3. Partisipasi

Hasil analisa menunjukkan responden memiliki partisipasi positif terhadap program Jamkesmas dengan nilai 0,60. Partisipasi dengan nilai positif diukur berdasarkan kepedulian responden uuntuk memberitahukan informasi bagi yang layak mendapatkan program Jamkesmas, lamaya terdaftar sebagai penerima program Jamkesmas, keterlibatan responden dalam melaksanakan resep yang diberikan dokter, memanfaatkan program jamkesmas apabila sakit, pengetahuan responden tentang tingkat kesembuhan selama berobat di rumah sakit, frekuensi responden dalam menggunakan kartu Jamkesmas serta tingkat kepuaan responden selama berobat. Maka dapat dilihat secara rata- rata respon masyarakat adalah positif dengan nilai ( 0,80+0,87+0,60/3 = 0,76).

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran penulis adalah:

1. Disarankan kepada Direktur RSUD Doloksanggul agar membenahi secepatnya masalah yang selama ini, diantaranya:


(2)

2. Disarankan kepada pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan agar lebih meningkatkan lagi pelayanan kesehatan terutama dalam membantu masyarakat miskin.


(3)

DARTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1995. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan.

Dinas Sosial Kabupaten Humbang Hasundutan Tentang Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial / PMKS 2010

Hudiniah, Trydayakisni. 2003. Psikologi Sosial. Malang: UMM Malang

Iham. 2008. Ilmu Kesehatan Masyarakat ; Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medica

Keputusan Menteri Kesehatan No. 125/Menkes/SK/2/2008/ Tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat 2008

Koenjradiningrat. 1979. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedi:Jakarta.

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajahmada University Pres: Yogyakarta

Notoatmojo, Soekidjo, Dr, prof. 2003. Panduan Pendidikan Kesehatan, Jakarta: Salemba Medica.

Poedarminta, 1987, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Sarwono, Solita 1993. Konsep Dan Sosiologi Kesehatan Beberapa Aplikasinya. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.


(4)

Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medica.

Suharto, Edi. 2007. Membangun Masyarakat dan Memberdayakan Rakyat Kajian Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Sosial


(5)

SUMBER LAIN

www.depkes.go.id/en/downloads/jamkesmas diakses tanggal 16 januari 2010 jam 09:30

www.ebooklibs.com/ pedoman_pengelolaan jamkesmas2011diakses tanggal 28 januari 2010 jam 20:22 (cianjurkab.go.id/conte /jamkesmas. diakses tanggal 25 januari 2010 jam 14:25

diakses tanggal 29 januari 2010 jam 23.00.


(6)

Lampiran I. Tabel Penskoran Respon Masyarakat Desa Sitio II Kecamatan Lintonghuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Program Jamkesmas Oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

Nomor Responde

n

PERSEPSI Jumla h

SIKAP Jumla h

P

1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 4 1 1

2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 4 1 1

3 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 4 1 1

4 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 4 1 1

5 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 4 1 1

6 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 4 1 1

7 1 1 0 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 4 1 1

8 1 1 0 1 1 1 0 1 6 1 1 1 1 4 1 1

9 1 1 0 1 1 1 0 1 6 1 1 1 1 4 1 1

10 1 1 0 1 1 1 0 1 6 1 0 1 1 3 1 1

11 1 1 0 1 1 1 0 1 6 1 0 1 1 3 1 0

12 1 1 0 1 1 0 0 1 5 1 0 1 1 3 1 0

13 1 1 0 1 1 0 0 1 5 1 0 1 1 2 1 0

14 1 0 -1 1 1 0 0 1 3 0 0 1 1 2 1 0

15 1 0 -1 1 1 0 0 1 3 0 0 0 1 1 1 0