EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH IRIGASI KELOMPOK TANI SRI MULYA DESA PRINGGONDANI KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(1)

ABSTRACT

LAND FITNESS EVALUATION QUANTITATIVE AND QUALITATIVE RICE CROP IRRIGATION THE RICE FIELDS VILLAGE FARMERS SRI MULYA

PRINGGONDANI SUKADANA CITY DISTRICT LAMPUNG TIMUR By

YULIS TIANA WATI

Rice is rice crops a major food crop in Indonesia. Rice production requires a bit of Indonesia to import rice in an effort to meet food needs.

Land suitability evaluation is an assessment and prediction of potential land for a specific use. In land evaluation, land potential can be judged by the level of management is done. Land evaluation results illustrate the suitability of land for different purposes and at the same time constraints and the need to know the cost of the land resource utilization, thus how much profit and even losses that may be obtained, either physically or finansialnakan known

through the land evaluation.

This study aims to evaluate the suitability of qualitative and quantitative way to calculate the financial feasibility of rice plant rigasi Farmers Pringgondani sub Desa Sri Mulya Sukadana East Lampung regency.

The research was carried out at Farmers Pringgondani sub Desa Sri Mulya Sukadana East Lampung regency. Land suitability evaluation were performed using biophysical criteria according Djaenuddin et al. (2000), and assessment of the economy by analyzing the financial feasibility by calculating NPV, Net B / C Ratio and IRR.

The results of this study indicate that land Farmers planting rice in Sri Mulya Pringgondani Village East Lampung District Sukadana Djaenuddin criteria et al. (2000) is quite suitable (S2) with a limiting factor CEC, pH, and organic-C (nr) (S2nr) and farming on the location of the research is financially feasible to develop the average NPV of Rp 32.315059, -, Net B / C 2.66, and 44.88% IRR.


(2)

ABSTRAK

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH IRIGASI KELOMPOK TANI SRI MULYA DESA PRINGGONDANI

KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Oleh

YULIS TIANA WATI

Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 70% penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber kehidupan utama.

Kebutuhan pangan dalam negeri semakin meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang terus bertambah sehingga untuk mencukupi kebutuhan tersebut sudah merupakan masalah yang cukup besar. Oleh karena itu sektor pertanian harus dapat meningkatkan produksinya sehingga mampu memenuhi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri.

Evaluasi kesesuaian lahan merupakan penilaian dan pendugaan potensi lahan untuk penggunaan tertentu. Dengan evaluasi lahan tersebut, potensi lahan dapat dinilai dengan tingkat pengelolaan yang dilakukan. Pelaksanaan evaluasi lahan pada dasarnya mengarah pada rekomendasi penggunaan lahan dengan mempertimbangan semua aspek yang menjadi pembatas dalam penggunaan lahan yang ditetapkan, agar lahan dapat berproduksi secara optimal dan lestari.

Hasil evaluasi lahan menggambarkan kesesuaian lahan untuk berbagai keperluan dan sekaligus dapat diketahui hambatan dan kebutuhan biaya dalam pemanfaatan sumber daya lahan tersebut, sehingga berapa besar keuntungan dan bahkan kemungkinan kerugian yang didapat, baik secara fisik maupun secara finansial akan di ketahui melalui evaluasi lahan tersebut.

Kesesuaian lahan dibedakan atas kesesuaian lahan aktual (present land suitability) dan kesesuaian lahan potensial (potential land suitability). Kesesuaian lahan sekarang adalah kesesuaian lahan yang dinilai berdasarkan keadaan lahan pada saat dilakukan penelitian tanpa memperhitungkan jenis perbaikan lahan yang diperlukan, sedangkan kesesuaian lahan

potensial adalah kesesuaian lahan yang dinilai berdasarkan keadaan lahan setelah diadakan perbaikan-perbaikan (improvement) tertentu yang diperlukan seperti penambahan pupuk, pengairan atau terasering tergantung dari jenis faktor pembatasnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan kualitatif dan kuantitatif dengan cara menghitung tingkat kelayakan finansial pada pertanaman padi sawah irigasi Kelompok Tani Sri Mulya Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Lampung Timur.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan pendekatan evaluasi lahan secara pararel, yaitu melakukan analisis fisik lingkungan berdasarkan kriteria fisik Djaenudin dkk. (2000) dan analisi kelayakan usaha budidaya tanaman padi sawah irigasi dengan menilai Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR). Pelaksanaan survei dilakukan bertahap yaitu : tahap persiapan, survei utama, dan analisis data.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa lahan penelitian milik Kelompok Tani Sri Mulya Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Lampung Timur memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas KTK, pH dan


(3)

C-organik (S2nr), dan secara finansial usaha tani tanaman padi sawah irigasi secara aktual dalam 4 musim layak untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dengan nilai bersih sekarang (NPV>0) yang diperoleh Rp 32.315.059,- selama empat musim tanam, nilai perbandingan antara penerimaan bersih dan biaya (Net B/C>1) diperoleh 2,66, nilai tingkat pengembalian internal (IRR) sampai 44,88 % per musim, atau lebih dari tingkat suku bunga yang berlaku (15% per tahun). Hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya tanaman padi sawah irigasi selama empat musim (2010-2011) menguntungkan.


(4)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF

TANAMAN PADI SAWAH IRIGASI KELOMPOK TANI SRI MULYA

DESA PRINGGONDANI KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN

LAMPUNG TIMUR

( Skripsi )

Oleh

YULIS TIANA WATI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(5)

DAFTAR GAMBAR

Lampiran

Nomor Hal

1. Peta Lokasi Penelitian ... 101 2. Pengambilan Sampel Tanah di Lokasi Penelitian ... 102 3. Tanaman Padi Sawah Irigasi Kelompok Tani Sri Mulya Desa Pringgondani

Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur ... 103 4. Profil Bor Tanaman Padi Sawah Irigasi Kelompok Tani Sri Mulya Desa


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

SANWACANA ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Kerangka Pemikiran... 4

1.4 Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi... 8

2.2 Evaluasi Lahan ... 9

2.2.1 Prinsip Dasar Evaluasin Lahan ... 11

2.2.2 Tipe Evaluasi Lahan ... 12

2.2.3 Intensitas dan Pendekatan Evaluasi Lahan ... 13

2.3 Kualitas Lahan dan Karakteristik Lahan... 15

2.4 Penggunaan Lahan ... 16

2.5 Kesesuaian Lahan ... 17

2.6 Analisis Finansial ... 31

2.6.1 Return Cost Ratio (R/C) ... 31

2.6.2 Net Present Value (NPV) ... 31


(7)

2.6.4 Internal Rate Of Return (IRR) ... 32

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

3.2 Alat dan Bahan ... 33

3.3 Metode Penelitian ... 34

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 35

3.4.1 Persiapan ... 35

3.4 2 Pengumpulan Data ... 35

3.4.3 Analisis Tanah di Laboratorium ... 39

3.4.4 Analisis Data ... 39

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 43

4.1.1 Kesesuaian Lahan Kualitatif ... 43

4.1.1.1 Temperatur ... 43

4.1.1.2 Ketersediaan Air ... 44

4.1.1.3 Media Perakaran ... 44

4.1.1.4 Retensi Hara ... 45

4.1.1.5 Toksisitas ... 47

4.1.1.6 Sodisitas ... 47

4.1.1.7 Bahaya Sulfidik ... 48

4.1.1.8 Bahaya Erosi ... 48

4.1.1.9 Bahaya Banjir ... 48

4.1.1.10 Penyiapan Lahan ... 49

4.1.2 Analisis Kuantitatif ... 51

4.1.2.1 Biaya Usaha Tani Tanaman Padi ... 51

4.1.2.2 Penerimaan ... 52

4.1.2.3 Analisis Finansial ... 53

4.2 Pembahasan ... 54

4.2.1 Kesesuaian Lahan Kualitatif ... 54

4.2.2 Analisis Kuantitatif ... 59


(8)

5.1 Simpulan ... 63

5.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Padi

Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, curah hujan yang

dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH antara 4 -7 (Siswoputranto, 1976).

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm (Siregar, 2007).

Rerata temperatur yang baik untuk tanaman padi adalah >18oC, optimum antara 24oC sampai 29oC, curah hujan optimum untuk padi gogo dan padi sawah tadah hujan lebih dari 1.600 mm/thn, sedangkan untuk padi lahan basah (sawah irigasi, sawah lebak/rawa, dan pasang surut) curah hujan tidak dipermasalahkan (Djaenuddin dkk., 2000).

Interaksi antara tanaman dengan lingkungannya merupakan salah satu syarat bagi

peningkatan produksi pertanian. Iklim dan cuaca merupakan lingkungan fisik essensial bagi produktivitas tanaman yang sulit dimodifikasi sehingga secara langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Di Indonesia faktor curah hujan

merupakan salah satu parameter iklim yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan


(10)

peranan paling besar dalam menentukan kondisi musim di wilayah Indonesia (Suparyono dan Agus Setyono, 1994).

2.2 Evaluasi Lahan

Evaluasi Lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumber daya lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun untuk non pertanian. Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu pengembangan pertanian pada dasarnya

ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang mencakup iklim, tanah, terrain

yang mencakup lereng, topografi/relief, batuan di permukaan dan di dalam penampang tanah serta singkapan batuan (rock outcrop), hidrologi, dan persyaratan penggunaan lahan atau syarat tumbuh tanaman.

Untuk menentukan tipe penggunaan yang sesuai pada suatu wilayah, diperlukan evaluasi kesesuaian lahan secara menyeluruh dan terpadu (intergrated), karena masing-masing faktor akan saling mempengaruhi baik faktor fisik, sosial ekonomi, maupun lingkungan. Kecocokan antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan atau

komoditas yang dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial dikembangkan untuk komoditas tersebut. Hal ini mempunyai pengertian bahwa jika lahan tersebut digunakan untuk penggunaan tertentu dengan memper-timbangkan berbagai asumsi mencakup masukan (input) yang diperlukan akan mampu memberikan hasil (output) sesuai dengan yang diharapkan (Djaenuddin dkk., 2000).

Hasil evaluasi lahan dapat dikemukakan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Oleh karena itu dikenal tipe evaluasi lahan kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi kualitatif adalah evaluasi kesesuaian lahan untuk berbagai macam penggunaan yang digambarkan dalam bentuk kualitatif, seperti sesuai, cukup sesuai, sesuai marjinal, dan tidak sesuai untuk penggunaan


(11)

tertentu.

Evaluasi kuantitatif dapat dilakukan sebagai evaluasi kuantitaif secara fisik dan kuantitatif secara ekonomi. Evaluasi kuantitatif secara fisik adalah evaluasi yang melakukan penilaian kuantitatif terhadap produksi atau keuntungan lain yang di-harapkan, misalnya produksi tanaman, daging sapi, laju pertumbuhan kayu, kapasitas rekreasi, dan sebagainya. Untuk mendapatkan produksi tersebut tentunya memerlukan input yang juga dalam bentuk kuantitatif, misalnya ton pupuk, hari orang kerja, dan sebagainya. Perhitungan ekonomi dalam evaluasi ini digunakan sebagai dasar utama. Evaluasi kuantitatif secara fisik seringkali di-gunakan sebagai dasar evaluasi ekonomi yang sangat tepat untuk evaluasi tujuan khusus, seperti pendugaan laju pertumbuhan pada berbagai spesies kayu yang berbeda (Mahi, 2005). Evaluasi kuantitatif secara ekonomi adalah evaluasi yang hasilnya diberikan dalam bentuk keuntungan atau kerugian masing-masing macam penggunaan lahan. Secara umum, evaluasi kuantitatif dibutuhkan untuk proyek khusus dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan investasi. Nilai uang digunakan pada data kuantitatif secara ekonomi yang dihitung dari biaya input dan nilai produksi. Penilaian nilai uang akan memudahkan melakukan perbandingan bentuk-bentuk produksi yang berbeda. Hal ini memungkinkan karena dapat menggunakan satu harga yang berlaku atau harga bayangan dalam menilai produksi yang dibanding-kan (Mahi, 2005).

2.2.1 Prinsip Dasar Evaluasi Lahan

Menurut FAO (1983), di dalam pelaksanaan evaluasi lahan terdapat 6 (enam) prinsip dasar yang menjadi fondasi pendekatan metode evaluasi. Keenam prinsip dasar tersebut adalah: a. Evaluasi lahan meliputi evaluasi kesesuaian lahan, yaitu penilaian dan pengklasifikasian


(12)

b. Evaluasi lahan meliputi evaluasi kebutuhan, yaitu evaluasi keuntungan yang mungkin didapat dengan input yang diperlukan pada tipe lahan yang berbeda.

c. Evaluasi lahan memerlukan pendekatan terpadu berbagai disiplin ilmu.

d. Evaluasi lahan dilakukan terhadap keadaan fisik, social, dan ekonomi daerah setempat. e. Evaluasi lahan mengacu pada penggunaan berkelanjutan.

f. Evaluasi lahan dilakukan terhadap lebih dari satu jenis penggunaan

2.2.2 Tipe Evaluasi Lahan

Menurut Mahi (2005), pelaksanaan evaluasi lahan dapat dilakukan pada keadaan biofisik yang ada di lapangan yang dikenal dengan evaluasi kualitatif, dan dapat juga dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi biofisik, sosial, dan ekonomi yang dikenal dengan evaluasi kuantitatif.

a. Evaluasi Kualitatif

Evaluasi Kualitatif adalah evaluasi kesesuain lahan berdasarkan kondisi biofisik untuk berbagai macam penggunaan yang digambarkan dalam bentuk kualitatif, seperti sangat sesuai, cukup sesuai, sesuai marjinal, atau tidak sesuai untuk penggunaan lahan yang dipilih, karena perhitunganya didasarkan pada perhitungan biaya dan harga secara spesifik. Evaluasi kualitatif terutama digunakan dalam survei tinjau (reconnaissance) sebagai kegiatan

pendahuluan dalam rangka penelitian yang lebih detil. b. Evaluasi Kuantitatif

Evaluasi kuantitatif dapat dilakukan sebagai evaluasi kuantitatif secara fisik dan ekonomi. Evaluasi kuantitatif secara fisik adalah evaluasi yang melakukan penilaian kuantitatif


(13)

kuantitatif secara fisik seringkali digunakan sebagai dasar evaluasi ekonomi yang sangat tepat untuk evaluasi tujuan khusus, seperti pendugaan laju pertumbuhan yang diharapkan dari berbagai spesies kayu yang berbeda. Sedangkan, evaluasi kuantitatif secara ekonomi adalah evaluasi yang hasilnya diberikan dalam bentuk keuntungan atau kerugian masing-masing macam penggunaan lahan.

Perbedaan tipe evaluasi lahan akan terjadi pada perbedaan kesesuain lahan aktual dan kesesuain lahan potensial. Kesesuain lahan aktual adalah kesesuain lahan yang dilakukan pada kondisi penggunaan lahan yang sekarang (Present Landuse) tanpa masukan perbaikan. Sedangkan, evaluasi kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi setelah diberikan masukan perbaikan, seperti penambahan pupuk,

pengairan/terasiring, dan lain sebagainya tergantung dari jenis faktor pembatasnya (Djaenudin dkk., 2003).

2.2.3 Intensitas dan Pendekatan Evaluasi Lahan

Menurut Mahi (2005), tingkat intensitas evaluasi lahan dapat dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu: (1) Survei tinjau (reconnaissance) berhubungan dengan kegiatan inventarisasi

sumberdaya dan kemungkinan pembangunan secara lebih luas pada skala regional dan nasional, dimana evaluasi lahan dilakukan secara kualitatif sedangkan analisis ekonomi hanya dilakukan secara umum. Hasil evaluasi berguna untuk perencanaan nasional dan menentukan pilihan prioritas pembangunan daerah. (2) Survei semi detil adalah tingkat survei yang berhubungan dengan tujuan spesifik. Seperti studi kelayakan proyek pembangunan. Pada tingkat ini analisis ekonomi menjadi pertimbangan yang lebih penting dan evaluasi lahan yang dilakukan adalah evaluasi lahan kuantitatif. Survei ini akan memberikan informasi untuk mengambil keputusan pemilihan proyek atau pembangunan khusus atau perubahan lain yang dilaksanakan. (3) Survei detil mencakup survei untuk menyusun rancangan dan


(14)

perencanaan pertanian yang telah pasti. Survei ini seringkali dilakukan setelah ada kepastian untuk pelaksanaan suatu proyek.

Selanjutnya Mahi (2004), menyatakan di dalam evaluasi lahan hubungan antara survei sumberdaya dan analisis sosial dan ekonomi serta perumusan penggunaan lahan sangat tergantung dari cara pendekatan evaluasi lahan yang akan dilakukan. Pendekatan evaluasi lahan tersebut dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu: (1) pendekatan dua tahap, adalah suatu cara evaluasi yang dilakukan dengan dua tahap pekerjaan. Dimana tahap pertama adalah kualitatif dan tahap kedua adalah analisis sosial ekonomi. Pendekatan dua tahap merupakan evaluasi yang sering digunakan dalam inventarisasi sumberdaya untuk tujuan perencanaan secara umum dan studi untuk penilaian potensi produksi yang bersifat biologi. Kelas kesesuain lahan pada tahap pertama didasarkan pada kesesuain lahan untuk jenis penggunaan yang dipilih pada saat dimulainya survei. Setelah tahap pertama dilakukan secara lengkap maka hasilnya disajikan dalam bentuk peta dan laporan. Selanjutnya, hasil ini digunakan untuk tahap kedua, yaitu analisis soial ekonomi yang dapat dilakukan segera setelah atau dalam jangka waktu tertentu. Peranan analisis sosial ekonomi pada tahap pertama ini terbatas pada pengarahan bagi suatu jenis penggunaan lahan tertentu. (2) pendekatan paralel, menurut (Djaenudin dkk., 2003) adalah kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi dilakukan secara bersamaan (pararel) atau dengan kata lain analisis ekonomi dan sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan secara serempak bersamaan dengan pengujian faktor-faktor fisik. Cara seperti ini umumnya mennguntungkan untuk suatu acuan yang spesifik dalam kaitannya dengan proyek pengembangan lahan pada tingkat semi detil dan detil. Melalui pendekatan pararel diharapkan dapat memberi hasil yang lebih pasti dalam waktu yang singkat.


(15)

Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau atribut yang bersifat kompleks dari bidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan yang berpengaruh terhadap kesesuainnya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan. Kualitas lahan ada yang bias diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan dari pengertian karakterisrik lahan. Setiap kualitas lahan pengaruhnya tidak terlalu terbatas hanya pada satu jenis penggunaan. Kenyataan menunjukkan bahwa kualitas lahan yang sama biasanya berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis penggunaan. Demikian pula satu jenis penggunaan lahan tertentu akan dipengaruhi oleh berbagai kualitas lahan (Djaenudin dkk., 2000).

Karakteristik lahan mencakup faktor-faktor lahan yang dapat diukur atau ditafsir seperi lereng, curah hujan, tekstur tanah, air tersedia, dan sebagainya. Bila karakteristik lahan digunakan secara langsung dalam evaluasi lahan maka kesulitan akan timbul karena adanya interaksi dari sifat-sifat tersebut. Contohnya, bahaya erosi tidak hanya disebabkan oleh curamnya lereng saja tetapi juga adanya interaksi curamnya lereng, panjang lereng, permeabilitas, struktur tanah, interaksi hujan, dan sifat lainnya (Harjowigeno, 1994).

2.4 Penggunaan Lahan

Evaluasi kesesuain lahan menghubungkan masing-masing satuan peta lahan dengan penggunaan lahan tertentu. Menurut Djaenudin, dkk. (2003), penggunaan lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas penggunaan lahan semusim, tahunan, dan permanen. Penggunaan lahan semusim diutamakan untuk tanaman musiman yang dalam polanya dapat dengan rotasi atau tumpang sari dan panen dilakukan setiap musim dengan periode biasanya kurang dari setahun. Penggunaan lahan tanaman tahunan merupakan


(16)

penggunaan tanaman jangka panjang yang pergilirannya dilakukan setelah hasil tanaman tersebut secara ekonomi tidak produktif lagi, seperti pada tanaman perkebunan. Penggunaan lahan permanen diarahkan pada lahan yang tidak diusahakan untuk pertanian, seperti hutan, daerah konservasi, perkotaan, desa dan sarananya, lapangan terbang, dan pelabuhan.

Dalam evaluasi lahan penggunaan lahan harus dikaitkan dengan tipe penggunaan lahan. Tipe penggunaan lahan adalah tipe penggunaan lahan yang diperinci sesuai dengan syarat-syarat teknis untuk suatu daerah dengan keadaan fisik dan sosial ekonomi tertentu. Tipe

penggunaan lahan terdiri atas : (1) Tipe penggunaan lahan atas satu jenis tanaman. (2) Tipe penggunaan lahan lebih dari satu jenis tanaman, diantaranya adalah. (a) Tipe penggunaan lahan ganda (multiple), yaitu penggunaan lahan dengan lebih dari satu jenis sekaligus, contohnya hutan produksi yang sekaligus digunakan untuk tempat rekreasi. (b) Tipe penggunaan lahan majemuk (compound), adalah penggunaan lahan dengan lebih dari satu jenis tetapi untuk tujuan evaluasi dianggap satu satuan, contohnya dalam rotasi tanaman atau mixed farming (Hardjowigeno, 1994).

Selain itu, untuk semua jenis komoditas termasuk pertanian, peternakan, dan perikanan yang berbasis lahan untuk dapat tumbuh atau hidup untuk berproduksi memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu, yang umumnya antara yang satu dengan yang lainnya berbeda.

Persyaratan tumbuh atau persyaratan penggunaan lahan yang diperlukan oleh masing-masing komoditas mempunyai batas kisaran minimum, optimum, dan maksimum. Untuk

menentukan kelas kesesuaian lahan maka persyaratan tersebut dijadikan dasar dalam menyusun kriteria kelas kesesuian lahan yang dikaitkan dengan kualitas dan karakteristik lahan. Kualitas lahan yang optimum bagi kebutuhan tanaman atau penggunaan lahan tersebut merupakan batasan bagi kelas kesesuaian lahan yang paling sesuai (S1). Sedangkan kualitas yang dibawah optimum merupakan batasan kelas kesesuaian lahan antara kelas yang cukup


(17)

sesuai (S2), dan/atau sesuai marjinal (S3). Di luar batasan tersebut termasuk lahan-lahan yang secara fisik tergolong tidak sesuai (N) (Djaenudin dkk., 2000).

2.5 Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk pengamatan tertentu. Kesesuian tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (present) atau setelah diadakan

perbaikan (improvement). Lebih spesifik lagi kesesuian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, yang terdiri atas iklim, tanah, topografi, hidrologi, dan/atau drainase sesuai untuk suatu usaha tani atau komoditas tertentu yang produktif (Djaenudin dkk., 2003).

Menurut FAO (1983) klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi empat kategori, yaitu : Ordo : adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S = Suitable) dan lahan yang tidak sesuai (N = Not Suitable).

Kelas : adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi : (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan kedalam tiga kelas, yaitu : lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan kedalam kelas-kelas. (2) untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS), dan tidak sesuai (N).

a. Sangat sesuai (S1)


(18)

secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.

b. Cukup sesuai (S2)

Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.

c. Sesuai marginal (S3)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.

d. Tidak Sesuai (N)

Lahan yang karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat atau sulit diatasi. Sub Kelas : adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi faktor pembatas terberat.

Unit : adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat tambahan dalam pengelolaannya. Dalam praktek evaluasi lahan, kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang digunakan.


(19)

(Tabel 2, lampiran) dalam menentukan kelas kesesuaian lahan dikemukakan sebagai berikut :

1. Temperatur (tc).

Karakteristik lahan yang menggambarkan temperatur adalah suhu tahunan rata-rata dikumpulkan dari hasil pengamatan stasiun klimatologi yang ada. Apabila data ini tidak ada, maka dapat diduga berdasarkan ketinggian di atas permukaan laut sebagai berikut :

26,3oC – (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6oC)

Suhu berpengaruh terdahap aktivitas mikroorganisme dalam tanah, fotosintesis tanaman, respirasi, pembungaan, dan perkembangan buah.

2. Ketersediaan Air (wa)

Merupakan pengukuran curah hujan rata-rata yang diambil dari daerah penelitian dan penentuan bulan kering berdasarkan curah hujan bulanan setiap tahunnya. Pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada air tersedia dalam tanah. Air dibutuhkan tanamanan untuk membuat karbohidrat di daun, menjaga hidrasi protoplasma, mengangkut makanan dan unsur mineral, dan mempengaruhi serapan unsur hara oleh akar tanaman, (Nyakpa dkk, 1986).

3. Media Perakaran (r)

Karakteristik lahan yang manggambarkan media perakaran adalah drainase, tekstur, kedalaman tanah.

(a) Drainase yaitu merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah, dibedakan sebagai berikut :


(20)

sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).

b. Agak cepat (somewhat excessively drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik yang tinggi dan daya menahan air rendah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi atau aluminium serta warna gley (reduksi).

c. Baik (well drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan sedang, lembab, tetapi tidak cukup basah dekat permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai > 100 cm.

d. Agak baik/sedang (moderately well drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan rendah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai > 50 cm.

e. Agak terhambat (somewhat poorly drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai > 25 cm.

f. Terhambat (poorly drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan/atau mangan


(21)

sedikit pada lapisan sampai permukaan.

g. Sangat terhambat (very poorly drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan.

(b) Tekstur tanah

Tekstur tanah merupakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran < 2mm, yaitu pasir, debu, dan liat. Tekstur dibagi menjadi:

1) Halus : liat berpasir, liat, liat berdebu,

a. Agak halus : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu

b. Sedang : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu

c. Agak kasar : lempung berpasir kasar, lempung berpasir, lempung berpasir halus

d. Kasar : pasir, pasir berlempung e. Sangat halus : liat (tipe mineral liat 2:1)

Peran tekstur tanah sebagaimana diuraikan diatas akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Dalam klasifikasi tanah (Taksonomi Tanah) tingkat famili, kasar halusnya tanah ditunjukkan dalam kelas sebaran besar butir (particle size distribution) yang mencakup seluruh tanah (fragmen batuan dan fraksi tanah halus). Kelas besar butir merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah tetapi dengan memperhatikan pula banyaknya fragmen batuan atau fraksi tanah yang lebih kasar


(22)

dari pasir (≥2mm). Kelas besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm (fraksi tanah

halus) meliputi : berpasir, berlempung kasar, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, (berliat) halus, (berliat) sangat halus. Bila fraksi tanah halus (kurang dari 2 mm) sedikit sekali (<10%) dan tanah terdiri dari kerikil, batu-batu dan lain-lain

(≥90% volume) disebut fragmental. Bila tanah halus termasuk kelas berpasir,

berlempung atau berliat, tetapi mengandung 35%-90% (volume) fragmen batuan (kerikil, batu-batu) maka kelas sebaran besar butirnya disebut berpasir skeletal, berlempung skeletal, dan berliat skeletal.

Tekstur tanah mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air (Rayes,

2006), tanah bertekstur agak halus seperti lempung liat berpasir mempunyai drainase agak buruk yang biasanya tanah memiliki daya pegang atau daya simpan air yang cukup tinggi dimana air lebih tidak segera keluar akan tetapi akan tetap menjenuhi tanah pada daerah perakaran dalam jangka waktu yang lama, hal ini ditunjukkan hanya pada lapisan tanah atas saja yang mempunyai aerasi yang baik dengan tidak adanya bercak - bercak berwarna kuning, kelabu atau coklat.

Tanah bertekstur berliat jika kandungan liatnya >35%. Porositasnya relative tinggi (60%), tetapi sebagian besar merupakan pori berukuran kecil. Akibatnya, daya hantar air sangat lambat, dan sirkulasi udara kurang lancar. Kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi. Air yang ada diserap dengan energi yang tinggi, sehingga sulit dilepaskan terutama bila kering, sehingga juga kurang tersedia untuk tanaman. Tanah liat juga disebut tanah berat karena sulit diolah. Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar. Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butir-butirnya berukuran lebih besar, maka


(23)

setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Pada tanah-tanah yang bertekstur halus biasanya kegiatan jasad renik dalam perombakan bahan organik akan mengalami kesulitan dikarenakan tanah-tanah yang bertekstur demikian

berkemampuan menimbun bahan-bahan organik lebih tinggi yang kemudian terjerap pada kisi-kisi mineral, dan dalam keadaan terjerap pada kisi-kisi mineral tersebut jasad renik akan sulit merombak (Mulyani, 2007).

(c) Bahan kasar

Bahan kasar dengan ukuran >2mm, yang menyatakan volume dalam %, merupakan

modifier tekstur yang ditentukan oleh jumlah persentasi krikil, kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan :

sedikit < 15%

sedang 15% – 35%

banyak 35% - 65%

sangat banyak > 60% (d) Kedalaman tanah

Kedalaman tanah, menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai untuk perkembangan perakaran tanaman yang dievaluasi, dan dibedakan menjadi : sangat dangkal < 20 cm

dangkal 20 – 50 cm sedang 50 -75 cm dalam > 75 cm


(24)

Retansi hara merupakan kemampuan tanah untuk menjerap unsur - unsur hara atau koloid di dalam tanah yang bersifat sementara, sehingga apabila kondisi di dalam tanah sesuai untuk hara - hara tertentu maka unsur hara yang terjerap akan dilepaskan dan dapat diserap oleh tanaman. Retensi hara di dalam tanah di pengaruhi oleh KTK, KB, pH dan C-organik.

a. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas Tukar Kation atau Cation Exchangable Cappacity (CEC) merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan (cation exchangable) pada permukaan koloid yang bermuatan negatif. Satuan hasil pengukuran KTK adalah me-1 kation dalam 100 gram tanah atau me kation 100 -1 g tanah.

b. Kejenuhan basa

Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis. c. pH tanah

Pada umumnya reaksi tanah baik tanah gambut maupun tanah mineral menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH

menunjukkan banyaknya konsentrasi ion Hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut.

d. C – organik


(25)

menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan

kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-organik.

5. Toksisitas (xc)

Karakteristik lahan yang menggambarkan toksisitas adalah kandungan garam terlarut (salinitas) yang dicerminkan oleh daya hantar listrik (ds m-1). Toksisitas di dalam tanah biasanya diukur pada daerah-daerah yang bersifat salin. Menurut Hardjowigeno (1994) salinitas berhubungan dengan kadar garam tanah. Kadar garam yang tinggi

meningkatkan tekanan osmotik sehingga ketersediaan dan kapasitas penyerapan air akan berkurang. Daerah pantai merupakan salah satu daerah yang mempunyai kadar garam yang tinggi.

6. Sodisitas

Karakteristik lahan yang menggambarkan sodisitas adalah kandungan natrium dapat ditukar, yang dinyatakan dalam nilai exchangeable sodiumpercentage atau ESP (%) yaitu dengan perhitungan :

ESP = Nadd x 100 x KTK-1

Nilai ESP 15 % adalah sebanding dengan nilai sodium adsorption ratio atau SAR 13. SAR = Na : (V (Na + Mg) x 2-1)

7. Bahaya Sulfidik (xs)

Karakteristik lahan yang menggambarkan bahaya sulfidik adalah kedalaman

ditemukannya bahan sufidik yang diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik atau pirit (FeS2). Pengujian sulfidik dapat dilakukan dengan cara meneteskan


(26)

larutan H2O2 pada matrik tanah, dan apabila terjadi pembuihan menandakan adanya lapisan pirit. Kedalaman sulfidik hanya digunakan pada lahan bergambut dan lahan yang banyak mengandung sulfida serta pirit. Hidrogen sulfida (H2S) yang terbentuk di dalam tanah dapat bereaksi dengan ion-ion logam berat membentuk sulfida-sulfida tidak larut. Dengan rendahnya kandungan unsur-unsur logam tersebut, H2S yang terbentuk dapat berakumulasi sampai pada tingkat meracun dan mengganggu pertumbuhan tanaman (Hakim dkk., 1986).

8. Bahaya Erosi (eh)

Karakteristik lahan yang menggambarkan bahaya adalah erosi tingkat erosi yang dapat diprediksi berdasarkan keadaan lapangan, yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion)erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully

erosion). Pendekatan lain untuk memprediksi tingkat erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahundibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung bahan organik yang cukup banyak. Tingkat bahaya erosi dibagi berdasarkan pada jumlah tanah permukaan yang hilang (cm th-1), yaitu :

Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah permukaan yg hilang (cm th-1)

Sangat ringan (sr) < 0,15

Ringan (r) 0,15 - 0,9

Sedang (s) 0,9 - 1,8


(27)

Sangat berat (sb) > 4,8 9. Bahaya Banjir (fh)

Karakteristik lahan yang menggambarkan bahaya banjir adalah kombinasi pengaruh kedalaman banjir (x) dan lamanya banjir (y). Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat di lapangan. Kedalaman banjir dibagi menjadi :

Kedalaman banjir Lamanya banjir

1. < 25 cm 1. < 1 bulan

2. 25 - 50 cm 2. 1 – 3 bulan

3. 50 - 150 cm 3. 3 – 6 bulan

4. > 150 cm 4. > 6 bulan

Bahaya banjir diberi simbol Fx,y (dimana x adalah simbol kedalaman banjir dan y adalah lamanya banjir). Kelas bahaya banjir dibedakan menjadi :

Simbol Kelas bahaya banjir (F) Kombinasi lamanya dan kedalaman

banjir (Fx,y)

Fo Tanpa -

F1 Ringan F1.1, F2.1, F3.1

F2 Sedang F1.2, F2.2, F3.2, F4.1

F3 Agak berat F1.3, F2.3, F3.3


(28)

10.Terain

Karakteristik lahan yang menggambarkan terain (penyiapan lahan) adalah volume batuan lepas (stone) dan singkapan batuan (rock outcrop). Batuan lepas adalah batuan yang tersebar di permukaan tanah dan berdiameter lebih dari 25 cm (bentuk bulat) atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm (berbentuk gepeng). Singkapan batuan adalah batuan yang terungkap di permukaan tanah yang merupakan bagian batuan besar yang terbenam di dalam tanah. Batuan lepas dikelompokkan sebagai berikut :

bo = < 0,01% luas areal (tidak ada),

b1 = 0,01 sampai 3% permukaan tanah tertutup (sedikit); pengolahan tanah dengan mesin agak terganggu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman,

b2 = 3 sampai 15% permukaan tanah tertutup (sedang); pengolahan tanah mulai agak sulit dan luas areal produktif berkurang,

b3 = 15 sampai 90% permukaan tanah tertutup (banyak); pengolahan tanah dan penanaman menjadi sangat sulit,

b4 = > 90% permukaan tanah tertutup (sangat banyak); tanah sama sekalai tidak dapat digunakan untuk produksi pertanian.

Batuan tersingkap dikelompokkan sebagai berikut : bo = < 2% permukaan tanah tertutup (tidak ada),

b1 = 2 sampai 10% permukaan tanah tertutup (sedikit); pengolahan tanah dan penanamam agak terganggu,

b2 = 10 sampai 50% permukaan tanah tertutup (sedang); pengolahan tanah dan penanaman terganggu,

b3 = 50 sampai 90% permukaan tanah tertutup (banyak); pengolahan tanah dan penanaman sangat terganggu,


(29)

dapat digarap. 2.6 Analisis Finansial

Dalam analisis finansial diperlukan kriteria kelayakan usaha, antara lain. Return Cost Ratio

(R/C), Net Present Value (NPV), Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR).

2.6.1Return Cost Ratio (R/C)

Return Cost Ratio adalah perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Bila nilai R/C = 1 artinya usaha dalam keadaan tidak untung dan tidak rugi. Bila R/C>1 maka usaha tersebut menguntungkan, namun sebaliknya bila R/C<1 usaha mengalami kerugian (Soekartawi, 1995).

2.6.2Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) sering diterjemahkan sebagai nilai bersih, merupakan selisih antara manfaat dengan biaya pada discount rate tertentu. Jadi Net Present Value (NPV) menunjukkan kelebihan manfaat dibanding dengan biaya yang dikeluarkan dalam suatu proyek (usaha tani). Suatu proyek dikatakan layak diusahakan apabila nilai NPV positif (NPV > 0).

2.6.3Net Benefit /Cost Ratio (Net B/C)

Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan jumlah NPV positif dengan NPV negatif yang menunjukkan gambaran berapa kali lipat beneffit akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Jadi jika nilai NPV > 0, maka B/C > 1 dan suatu proyek layak


(30)

untuk diusahakan.

2.6.4Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return adalah suatu tingkat bunga (dalam hal ini sama artinya dengan

discount rate) yang menunjukkan bahwa nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi usahatani atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol (NPV = 0 ). IRR dapat juga dikatakan sebagai nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan menerima/menolak dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan (r) ( Ibrahim, 2003).


(31)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman padi sawah irigasi Kelompok Tani Sri Mulya Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur, dengan areal

pertanaman padi yang diteliti seluas 10 ha dari total luas seluruh areal pertanaman padi di Pringgondani seluas 15 ha, dimana sejak pembukaan lahan, lahan tersebut secara terus-menerus ditanami padi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2012 sampai Juni 2012. Titik koordinasi lokasi penelitian berada pada 0559799 mT – 0559731 mT dan 9439013 mU

– 9439091 mU serta 0560047 mT – 0560178 mT dan 9439675 mU – 9439580 mU. Peta lokasi penelitian selengkapnya tertera pada gambar 1 (Lampiran).

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan antara lain :

1. Bor tanah : untuk pembuatan profil borring, pengambilan sampel tanah dan deskripsi karakteristik tanah selengkapnya tertera pada gambar 2 (Lampiran).

2. Meteran : untuk mengukur kedalaman tanah. 3. Kantong plastik : untuk tempat sampel tanah.

4. Kamera digital : untuk mengambil gambar yang mendukung kelengkapan data pada lokasi penelitian.

5. Buku munsell soil colour chart : digunakan untuk mengamati dan mengetahui karakteristik tanah melalui pengamatan warna tanah


(32)

6. Global Positioning System (GPS) : untuk mengukur titik koordinat lokasi penelitian dan menghitung kemiringan lereng.

7. Alat-alat tulis : untuk mencatat data yang diperoleh langsung di lapangan, dan alat-alat laboratorium untuk menganalisis tanah.

8. Alat-alat Laboratorium : digunakan untuk menganalisis sampel tanah di laboratorium

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah contoh tanah yang diambil secara komposit dari lima titik dengan kedalaman pengambilan sampel tanah 0-20 cm dan 20 – 40 cm dan bahan-bahan kimia untuk analisis tanah di laboratorium.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan pendekatan evaluasi lahan secara paralel, yaitu melakukan analisis fisik lingkungan berdasarkan kriteria fisik Djaenuddin, dkk. (2000) dan analisis kelayakan usaha budidaya tanaman padi dengan menilai Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR).

Pelaksanaan survei dilakukan bertahap yaitu: tahap persiapan, survei utama, dan analisis data (data primer dan sekunder), pengukuran dan pengamatan lapang, pengambilan contoh tanah, analisis tanah di laboraturium, dan analisis data.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: 3.4.1Persiapan


(33)

umum lokasi penelitian sehingga diperoleh gambaran umum tentang lokasi penelitian, seperti peta lokasi, data iklim, karakteristik lahan dan penggunaan lahan, penyusunan daftar pertanyaan (kuisioner).

3.4.2Pengumpulan Data

a) Jenis data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan adalah data fisik dan data sosial ekonomi. Data fisik meliputi data fisik primer dan data fisik sekunder, sementara itu data sosial ekonomi juga meliputi data sosial ekonomi primer dan data sosial ekonomi sekunder.

Pengumpulan data fisik primer dilakukan secara observasi serta wawancara langsung dengan 10 petani pemilik lahan. Data yang diamati dan diukur langsung dilapang yaitu drainase, bahan kasar, kedalaman tanah, bahaya sulfidik, lereng, bahaya erosi dilapang, genangan, batuan dipermukaan, dan batuan singkapan. Data fisik sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang dikumpulkan meliputi: data temperatur udara, data curah hujan, dan data kelembaban 10 tahun terakhir.

Data sosial ekonomi primer diperoleh dengan cara mewawancarai 10 orang petani responden yang mencakup areal 10 ha selama 2 tahun terakhir (4 musim). Data yang dikumpulkan sebagai data primer meliputi biaya produksi (sewa lahan, benih,

pengairan, pupuk, pestisida), peralatan, tenaga kerja (penyemaian, cabut semai, penanaman, pemupukan, penyemprotan, penyiangan, pemanenan), sewa mesin giling, dan transportasi. Data sosial ekonomi sekunder diperoleh dengan cara melihat suku bunga bank yang berlaku saat ini. Data yang dikumpulkan adalah suku bunga bank.

b) Pengamatan lapang


(34)

(drainase, bahan kasar, dan kedalaman tanah), toksisitas (salinitas), bahaya sulfidik (kedalaman sulfidik), bahaya erosi (lereng dan bahaya erosi), bahaya banjir (genangan), dan penyiapan lahan (batuan permukaan dan singkapan batuan).

1. Drainase

Cara pengamatannya di lapang yaitu melalui pengamatan warna lapisan tanah melalui pengeboran tanah, munsell soil colour chart.

2. Bahan kasar

Cara pengamatan bahan kasar dilapang yaitu melalui pengamatan boring dengan cara melihat ada tidaknya batu-batu kecil pada tiap lapisan tanah, kemudian

melakukan perhitungan dengan menghitung berapa persen bahan kasar yang terdapat pada lapisan tanah yang di bor.

3. Kedalaman tanah

Kedalaman tanah diukur dengan melakukan pengeboran menggunakan bor tanah pada lokasi penelitian , sedangkan kedalaman efektif mempengaruhi perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi. Kedalaman efektif tanah merupakan keadaan dimana tanah tidak dapat ditembus oleh akar tanaman.

4. Salinitas

Karena daerah penelitian jauh dari pantai dan tidak ada pengaruh pasang surut maka salinitas diasumsikan < 2 ds m- 1.

5. Kedalaman sulfidik

Karena letak daerah penelitian jauh dari pantai dan tidak ada pengaruh pasang surut air laut, maka kedalaman sulfidik dapat diasumsikan > 100 cm.

6. Lereng

Cara pengukuran lereng dilakukan dengan menggunakan GPS yang dinyatakan dalam persen.


(35)

Pengukuran lereng dilakukan dengan berdiri tegak dari tempat yang paling rendah ke tempat yang tinggi. pengukuran lereng dihitung dengan perbandingan selisih tinggi dengan selisih jarak yang datanya diperoleh dari GPS.

7. Bahaya erosi

Tingkat bahaya erosi dapat dilihat berdasarkan kondisi di lapangan, yaitu dengan memperhatikan kemiringan lereng dan dengan melihat adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parir (gully erosion) atau dengan memperhatikan lapisan tanah yang sudah hilang.

8. Bahaya banjir

Bahaya banjir dicirikan dengan adanya genangan air yang ada dipermukaan tanah. Pengamatan dilakukan melalui wawancara kepada petani dan warga setempat, apakah terdapat genangan air yang menutupi seluruh lahan (terendam air) pada saat musim hujan selama dari 24 jam.

9. Batuan permukaan

Batuan permukaan diamati dengan melihat ada tidaknya batu-batu kecil atau besar yang tersebar pada permukaan tanah atau lapisan olah di lokasi penelitian. Cara mengukur batuan permukaan yaitu melihat berapa persen batu yang tersebar di atas permukaan tanah pada lokasi penelitian.

10. Singkapan batuan

Singkapan batuan diamati dengan melihat ada tidaknya batuan-batuan besar yang tersingkap pada lokasi penelitian. Cara mengukur batuan singkapan yaitu dengan melihat berapa persen terdapat batuan yang tersingkap dipermukaan tanah yang merupakan bagian batuan besar yang terbenam di dalam tanah pada lokasi


(36)

penelitian.

c) Pengambilan contoh tanah

Prinsip pengambilan contoh tanah menggunakan metode acak yaitu tanah yang diambil secara acak pada lokasi penelitian selengkapnya tertera pada Gambar 2 (Lampiran). Pengambilan contoh tanah dilakukan pada lahan padi sawah irigasi seluas 10 ha. Contoh tanah diambil dengan cangkul secara komposit yang terdiri dari dua contoh tanah komposit dengan kedalaman 0 – 20 cm dan 20 – 40 cm pada lima titik dan satu profil borring , lalu kelima contoh tanah tanah tersebut dikomposit dan dimasukkan ke dalam kantung plastik untuk di analisis di laboratorium.

3.4.3. Analisis tanah di laboratorium

Analisis tanah di laboratorium dilakukan dengan cara menganalisis contoh tanah yang telah diambil secara komposit dari 5 titik. Kemudian contoh tanah dikering udarakan, lalu diayak dengan menggunakan ayakan 2 mm. Tanah yang telah diayak dianalisis di

laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanahnya.

Sifat kimia yang dianalisi adalah pH tanah, kejenuhan basa , basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, Na, dan K), C-organik, dan KTK. Sedangkan sifat fisik tanah yang dianalisis adalah tekstur tanah, dengan metode analisis disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Metode analisis laboratorium

No Analisis Metode

1 pH H2O pH Meter

2 Basa-basa dapat ditukar NH4OAc 1 N pH 7


(37)

4 KTK NH4OAc 1 N pH 7

5 Tekstur Tanah Hydrometer

3.4.4 Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu:

1. Analisis Kualitatif

Analisis kesesuaian kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan potensi fisik lingkungan dengan persyaratan tumbuh tanaman padi sawah irigasi (Oryza sativa L.) berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2000) dengan nilai karakteristik di lokasi penelitian.

2. Analisis kuantitatif

Analisis kesesuaian lahan kuantitatif dilakukan untuk mengetahui apakah usaha tani pada sawah irigasi (Oryza sativa L.) ini menguntungkan dan layak atau tidak untuk diusahakan. Analisis dilakukan dengan menggunakan kriteria Net Present Value

(NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR).

2.1 Net Present Value (NPV)

Secara matematis rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut NPV =

   n l i i l C

B )/( )

( n

Keterangan :

B = benefit (manfaat) C = cost (biaya)

i = tingkat suku bunga bank yang berlaku

n = waktu


(38)

Bila NPV > 0, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila NPV < 0, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila NPV = 0, usaha dalam keadaan break even point

2.2 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

   n l i i l C

B )/( )

( n yang bernilai positif Net B/C Ratio =

   n l i i l C

B )/( )

( n yang bernilai negatif Keterangan :

B = benefit (manfat) C = cost (biaya)

i = tingkat suku bunga bank yang berlaku

n = waktu

Kriteria investsi :

Bila Net B/C > 1, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C = 1, usaha dalam keadaan break even point

2.3 Internal rate of return (IRR)

Digunakan untuk menunjukkan atau mencari suatu tingkat bunga yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan seluruh investasi usaha.

Rumus yang digunakan adalah :

IRR = i1 + NPV1 (i2 - i1) NPV1 - NPV2

Keterangan :

i1 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1 i2 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2


(39)

NPV1 = NPV yang bernilai posotif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif Kriteria investasi :

Bila IRR > tingkat suku bunga, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila IRR < tingkat suku bunga, usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila IRR = tingkat suku bunga, usaha dalam keadaan break even point.


(40)

Kupersembahkan Karya Ini

Kepada

Almamaterku Tercinta,

Ibu dan Bapak tercinta,

Atas segala ketulusan dan kesempurnaan cinta, kasih sayang, dan doa yang senantiasa menyertai hari dan langkahku,


(41)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH IRIGASI KELOMPOK TANI SRI MULYA DESA PRINGGONDANI

KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

YULIS TIANA WATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(42)

KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH IRIGASI KELOMPOK TANI SRI MULYA DESA PRINGGONDANI KECAMATAN SUKADANA LAMPUNG TIMUR

Nama Mahasiswa : Yulis Tiana Wati NPM : 0714031061

Jurusan/PS : Ilmu Tanah/ Agroteknologi Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Ir. Fahri, M.Sc. Ir. Niar Nurmauli, M.S.

NIP 196008041987031004 NIP 196102041986032002

2. Ketua Jurusan Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P NIP 196411181989021002

MENGESAHKAN


(43)

Ketua : Ir. Fahri, M.Sc. ……….

Sekretaris : Ir. Niar Nurmauli, M.S. ……….

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S. ...……….

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.


(44)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia pangan nasional. Kebutuhan pangan dalam negeri semakin meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang terus bertambah sehingga untuk mencukupi kebutuhan tersebut sudah merupakan masalah yang cukup besar. Oleh karena itu sektor pertanian harus dapat meningkatkan produksinya sehingga mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Upaya peningkatkan produksi padi dihadapkan kepada berbagai kendala dan masalah, salah satunya penurunan produktivitas lahan, sehingga kegiatan evaluasi lahan sangat dianjurkan dalam rangka untuk merencanakan dan mengkoordinir upaya perbaikan dan pengelolaan lahan pada masing-masing tipe penggunaan atau usahatani. Kegiatan evaluasi lahan ini mensuplai petani dengan informasi secara tepat dan akurat tentang apa yang seharusnya dikerjakan, dan perbaikan apa saja yang diperlukan untuk pengelolaan lahannya agar produktivitas lahan menjadi meningkat.

Padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi dunia), India (20%),

dan Indonesia (9%). Produksi padi tahun 2009 mencapai 64,33 juta ton Gabah Kering Giling

(GKG). Dibandingkan produksi pada 2008, terjadi peningkatan sebanyak 4,00 juta ton atau 6,64 persen. Produksi padi di Provinsi Lampung tahun 2010 yaitu sebesar 2,81 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), meningkat 134 ribu ton dibandingkan produksi padi tahun 2009. Peningkatan produksi padi tahun 2010 disebabkan adanya kenaikan luas panen sebesar


(45)

20,19 ribu ha dan kenaikan produktivitas sebesar 0,67 kw ha-1 (BPS, 2011).

Upaya peningkatkan produksi padi di Desa Pringgondani dihadapkan kepada berbagai kendala dan masalah, salah satunya penurunan produktivitas lahan, sehingga kegiatan evaluasi lahan sangat dianjurkan dalam rangka untuk merencanakan dan mengkoordinir upaya perbaikan dan pengelolaan lahan pada masing-masing tipe penggunaan atau usahatani. Kegiatan evaluasi lahan ini mensuplai petani dengan informasi secara tepat dan akurat

tentang apa yang seharusnya dikerjakan, dan perbaikan apa saja yang diperlukan untuk pengelolaan lahannya agar produktivitas lahan menjadi meningkat.

Kesesuaian lahan (land suitability) merupakan potensi lahan yang didasarkan atas

kesesuaian lahan untuk penggunaan pertanian secara lebih khusus, seperti padi. Penentuan kesesuaian lahan dilakukan dengan cara membandingkan karakteristik dan kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan untuk suatu tanaman tertentu. Nilai kesesuaian lahan ditentukan oleh adanya faktor penghambat dan tingkat dari faktor penghambat tersebut. Semakin besar tingkatan faktor penghambat yang ada, membuat kesesuaian lahan semakin berkurang.

Selain ditinjau dari kesesuaian lahannya maka diperlukan juga suatu informasi mengenai kelayakan baik itu kelayakan ekonomi, kelayakan sosial maupun kelayakan finansial suatu penggunaan lahan. Adapun kelayakan ekonomi menunjukkan ekonomi wilayah secara keseluruhan dari suatu sistem penggunaan lahan bagi masyarakat sehingga dapat diketahui efisiensi pemanfaatan sumberdaya lahan. Sedangkan kelayakan sosial ditinjau dari distribusi biaya dan manfaat antar pihak-pihak masyarakat. Kelayakan finansial ini bertujuan untuk mengetahui apakah lahan yang dikategorikan sesuai termasuk lahan yang layak diusahakan atau lahan yang dikategorikan tidak sesuai termasuk lahan yang tidak layak untuk


(46)

Apabila suatu lahan ternyata layak untuk diusahakan, maka usahatani dapat terus dilanjutkan dan dikembangkan. Sedangkan apabila suatu lahan tidak layak diusahakan, maka perlu adanya alternatif-alternatif tindakan, seperti penghentian atau perbaikan.

Produksi padi pada lahan pertanaman padi sawah irigasi di Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur khususnya pada Kelompok Tani Sri Mulya sering mengalami penurunan pada musim tertentu, sehingga dibutuhkan penelitian ini untuk membantu petani di Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur agar petani mengetahui keadaan lahan pertanaman padi sawah irigasi yang digunakan selama ini sudah cukup sesuai atau belum untuk pertanaman padi sawah irigasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan pada petani tentang upaya pengelolaan lahan yang dapat dilakukan, apabila hasil penelitian menunjukkan adanya ketidak kesesuaian lahan pada pertanaman padi sawah irigasi di Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur yang dinilai memiliki potensi untuk dikembangkan dan secara kuantitatif (ekonomi) hasilnya sangat menguntungkan.

Pada penelitian ini dilakukan cara penilaian kesesuaian lahan secara fisik berdasarkan kriteria Djaenudin, dkk. (2000), sedangkan evaluasi kesesuaian lahan kuantitatif dilakukan dengan menilai kelayakan finansial usaha tani tanaman padi sawah irigasi dengan cara menghitung

NPV, Net B/C, dan IRR.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengevaluasi kesesuaian lahan kualitatif pertanaman padi sawah irigasi pada Kelompok Tani Sri Mulya Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur, berdasarkam kriteria Djaenuddin dkk. (2000).


(47)

2. Mengevaluasi kesesuaian lahan kuantitatif dengan menganalisis nilai kelayakan finansial budidaya tanaman padi sawah irigasi pada lahan Kelompok Tani Sri Mulya Desa

Pringgondani Kecamatan Sukadana Lampung Timur.

1.3 Kerangka Pemikiran

Dalam kehidupan dan aktivitas manusia sehari-hari, lahan merupakan bagian dari lingkungan sebagai sumberdaya alam yang mempunyai peranan sangat penting untuk berbagai kepentingan bagi manusia. Lahan dimanfaatkan antara lain untuk pemukiman, pertanian, peternakan, pertambangan, jalan dan tempat bangunan fasilitas sosial, ekonomi dan sebagainya. Pesatnya perkembangan di sektor industri dan pemukiman berdampak pada berkurangnya lahan lahan yang subur sehingga pembangunan pertanian khususnya pelestarian swasembada pangan menghadapi tantangan yang cukup berat.

Produksi tanaman padi menurun disebabkan oleh kondisi lahan yang kurang cocok bagi persyaratan tumbuh tanaman padi, sehingga untuk dapat mengoptimalkan pemanfaatan penggunaan lahan yang sesuai dapat dilakukan apabila ada informasi tentang potensi lahan dan faktor pembatas dari lahan tersebut.

Evaluasi lahan adalah suatu proses dalam menduga kelas kesesuaian lahan dan potensi lahan untuk penggunaan tertentu (Djaenudin dkk., 2000). Selanjutnya menurut Dent dan Young (1981) evaluasi lahan adalah suatu proses pendayagunaan potensi lahan untuk berbagai alternatif penggunaan.

Evaluasi lahan meliputi evaluasi terhadap perubahan yang mungkin terjadi dan pengaruh dari perubahan tersebut, ditinjau dari segi penggunaan lahannya sendiri. Oleh karena itu, evaluasi lahan meliputi ekonomis tidaknya memulai suatu usaha, konsekuensi merugikan atau menguntungkan bagi lingkungan (Hardjowigeno, 1994).


(48)

Desa Pringgondani berjarak 98 km dari ibukota Provinsi Lampung (Bandar Lampung). Topografi wilayah Desa Pringgondani datar dengan kemiringan < 3 %, ketinggian dari permukaan laut 30 meter diatas permukaan laut (dpl), pH tanah 4,5 – 6, kesuburan tanah sedang sampai baik, drainase sedang sampai baik, curah hujan 2000 - 3000 mm th-1 dan suhu rata-rata harian 26oC (Biro Pusat Statistik, 2010).

Menurut Djaenuddin dkk. (2000) lahan yang termasuk ke dalam kelas S1 (Sangat Sesuai) untuk tanaman padi sawah Irigasi yaitu daerah dengan temperatur udara 24 – 29 oC, drainase baik, tekstur tanah agak halus, kemasaman tanah 5,5 – 8,2, KTK liat > 16 cmol, kejenuhan basa >50 %, kandungan C-organik < 1,5 %, dan lereng < 3%.

Tanaman padi sawah yang dibudidayakan oleh petani di Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur adalah varietas non-hibrida yaitu Ciherang, menurut wawancara yang dilakukan terhadap petani tesebut alasan utama mereka menggunakan varietas Ciherang karena varietas tersebut tahan terhadap hama khususnya hama wereng. Selanjutnya dikemukakan bahwa petani padi menghasilkan panen gabah kering 7 t ha-1 dan pendapatan Rp 17.500.000,- per musim dengan biaya produksi Rp 7.865.000,- per hektar per musim.

Penilaian kesesuaian lahan yang dilakukan menggunakan kriteria biofisik yang disusun oleh Djaenuddin dkk. (2000), sedangkan penilaian kelayakan finansial budidaya tanaman padi dilakukan dengan menghitung nilai NPV, Net B/C Ratio, dan IRR.


(49)

Berdasarkan kondisi yang ada di daerah penelitian seperti yang dikemukakan dalam kerangka pemikiran, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Kelas kesesuaian lahan tanaman padi sawah irigasi Kelompok Tani Sri Mulya Di Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Lampung Timur adalah cukup sesuai dengan faktor pembatas pH (S2 nr).

2. Usaha budidaya tanaman padi sawah irigasi Kelompok Sri Mulya Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur secara finansial adalah


(50)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukadana Kabupaten Lampung Timur, 27 Juli 1989. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Maryono dan Ibu Katmiatin. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 04 Sukadana Lampung Timur pada tahun 2000. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP NEGERI 1 Sukadana Lampung Timur, sedangkan pendidikan menengah atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2006 di SMA NEGERI 1 SUKADANA. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswi Program Studi Agroteknologi, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SPMB. Pada bulan januari 2010, penulis mengikuti kegiatan Kuliah Lapang (KL) ke beberapa instansi agroteknologi di Malang, Bali, dan Yogyakarta. Pada bulan Juli sampai Agustus 2011, penulis melaksanakan praktik umum (PU) di PT. GREAT GIANT PINEAPPLE (GGP), Terbanggi Besar, Lampung Tengah.


(51)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, hidayah, dan inayahnya serta segala nikmat yang tak terhingga.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian sampai dengan selesainya pembuatan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih. Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.

Pada kesempatan ini, dengan segenap kerendahan hati dan rasa hormat, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Fahri, M.Sc., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan

pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Ir. Niar Nurmauli, M.S., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta saran dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Tamaludin Syam, M.S., selaku pembahas dan penguji materi yang telah memberikan saran guna penyempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Sc., selaku dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran, serta pesan-pesan berharganya untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

5. Seluruh Dosen dan Karyawan jurusan Agroteknologi Universitas Lampung umumnya serta Dosen Ilmu Tanah khususnya yang telah memberi ilmu pengetahuan dan bantuan kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah membesarkan, merawat, mendidik, serta selalu mendoakan setiap langkah untuk kesuksesanku.


(52)

7. Tak lupa juga saya berterimakasih kepada Yudhi Witoko, A.Md dan Rafassya Fadhil Pratama yang selalu mensuport dan telah memberikan inspirasi kepada saya sehingga saya dapat menuntaskan penulisan skripsi saya.

Bandar lampung, 22 Januari 2013 Penulis


(53)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Lahan Penelitian milik Kelompok Tani Sri Mulya Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Lampung Timur menurut criteria Djaenudin dkk. (2000) memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas KTK, pH dan C-organik (S2nr) untuk tanaman padi sawah irigasi.

2. Secara finansial, usaha budidaya tanaman padi sawah irigasi Kelompok Tani Sri Mulya Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Lampung Timur menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan rata-rata yang

menunjukkan bahwa nilai NPV rata-rata sebesar Rp32.315.059,-. Net B/C rata-rata sebesar 2,66 yang nilainya lebih dari 1 (Net B/C>1) usaha tani menguntungkan dan IRR rata-rata sebesar 44,88 per musim yang nilainya lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku saat ini yang diasumsikan sebesar 1,25% per bulan atau 15% per tahun.

5.2Saran

Lokasi penelitian memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas KTK, pH dan C-organik (S2nr), sehingga tindakan yang dapat dilakukan yaitu melalui pemupukan dengan cara pemberian bahan organik dan pembenaman jerami padi sisa panen


(54)

(55)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Lahan Penelitian milik Kelompok Tani Sri Mulya Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Lampung Timur menurut criteria Djaenudin dkk. (2000) memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas KTK, pH dan C-organik (S2nr) untuk tanaman padi sawah irigasi.

2. Secara finansial, usaha budidaya tanaman padi sawah irigasi Kelompok Tani Sri Mulya Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Lampung Timur menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan rata-rata yang

menunjukkan bahwa nilai NPV rata-rata sebesar Rp32.315.059,-. Net B/C rata-rata sebesar 2,66 yang nilainya lebih dari 1 (Net B/C>1) usaha tani menguntungkan dan IRR rata-rata sebesar 44,88 per musim yang nilainya lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku saat ini yang diasumsikan sebesar 1,25% per bulan atau 15% per tahun.

5.2Saran

Lokasi penelitian memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas KTK, pH dan C-organik (S2nr), sehingga tindakan yang dapat dilakukan yaitu melalui pemupukan dengan cara pemberian bahan organik dan pembenaman jerami padi sisa panen


(56)

(1)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, hidayah, dan inayahnya serta segala nikmat yang tak terhingga.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian sampai dengan selesainya pembuatan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih. Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.

Pada kesempatan ini, dengan segenap kerendahan hati dan rasa hormat, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Fahri, M.Sc., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan

pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Ir. Niar Nurmauli, M.S., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta saran dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Tamaludin Syam, M.S., selaku pembahas dan penguji materi yang telah memberikan saran guna penyempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Sc., selaku dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran, serta pesan-pesan berharganya untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

5. Seluruh Dosen dan Karyawan jurusan Agroteknologi Universitas Lampung umumnya serta Dosen Ilmu Tanah khususnya yang telah memberi ilmu pengetahuan dan bantuan kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah membesarkan, merawat, mendidik, serta selalu mendoakan setiap langkah untuk kesuksesanku.


(2)

7. Tak lupa juga saya berterimakasih kepada Yudhi Witoko, A.Md dan Rafassya Fadhil Pratama yang selalu mensuport dan telah memberikan inspirasi kepada saya sehingga saya dapat menuntaskan penulisan skripsi saya.

Bandar lampung, 22 Januari 2013 Penulis


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Lahan Penelitian milik Kelompok Tani Sri Mulya Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Lampung Timur menurut criteria Djaenudin dkk. (2000) memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas KTK, pH dan C-organik (S2nr) untuk tanaman padi sawah irigasi.

2. Secara finansial, usaha budidaya tanaman padi sawah irigasi Kelompok Tani Sri Mulya Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Lampung Timur menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan rata-rata yang

menunjukkan bahwa nilai NPV rata-rata sebesar Rp32.315.059,-. Net B/C rata-rata sebesar 2,66 yang nilainya lebih dari 1 (Net B/C>1) usaha tani menguntungkan dan IRR rata-rata sebesar 44,88 per musim yang nilainya lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku saat ini yang diasumsikan sebesar 1,25% per bulan atau 15% per tahun.

5.2Saran

Lokasi penelitian memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas KTK, pH dan C-organik (S2nr), sehingga tindakan yang dapat dilakukan yaitu melalui pemupukan dengan cara pemberian bahan organik dan pembenaman jerami padi sisa panen


(4)

(5)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Lahan Penelitian milik Kelompok Tani Sri Mulya Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Lampung Timur menurut criteria Djaenudin dkk. (2000) memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas KTK, pH dan C-organik (S2nr) untuk tanaman padi sawah irigasi.

2. Secara finansial, usaha budidaya tanaman padi sawah irigasi Kelompok Tani Sri Mulya Desa Pringgondani Kecamatan Sukadana Lampung Timur menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan rata-rata yang

menunjukkan bahwa nilai NPV rata-rata sebesar Rp32.315.059,-. Net B/C rata-rata sebesar 2,66 yang nilainya lebih dari 1 (Net B/C>1) usaha tani menguntungkan dan IRR rata-rata sebesar 44,88 per musim yang nilainya lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku saat ini yang diasumsikan sebesar 1,25% per bulan atau 15% per tahun.

5.2Saran

Lokasi penelitian memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas KTK, pH dan C-organik (S2nr), sehingga tindakan yang dapat dilakukan yaitu melalui pemupukan dengan cara pemberian bahan organik dan pembenaman jerami padi sisa panen


(6)

Dokumen yang terkait

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATAN

0 8 69

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF BUDIDAYA PADI (Oryza sativa L.) PADA LAHAN SAWAH NON IRIGASI TEKNIS KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATAN

2 11 60

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN JAGUNG (Zea mays. L) PADA LAHAN KELOMPOK TANI TRI MULYA DESA GALIH LUNIK KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

3 29 51

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA KELOMPOK TANI REJO TANI DESA NATAR KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 14 47

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN JAGUNG (Zea mays. L) PADA LAHAN KELOMPOK TANI KARYA MAKMUR DESA BUMI SARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

12 87 55

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELOMPOK TANI RUKUN TANI DESA BUMISARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 26 76

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH TADAH HUJAN PADA LAHAN KELOMPOK TANI KARYA TANI I DESA KARANG REJO KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh

1 10 55

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN PADI SAWAH IRIGASI KELOMPOK TANI MEKAR DESA TULUNG BALAK KECAMATAN BATANGHARI NUBAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

2 17 49

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN JAGUNG (ZEA MAYS. L) PADA LAHAN KELOMPOK TANI SUMBER REZEKI DESA SIDORENO KECAMATAN WAY PANJI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 2 12

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH ( KELOMPOK TANI TRI JAYA DESA TULUNG KAKAN KECAMATAN BUMIRATU NUBAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

5 34 53