EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATAN
ABSTRACK
THE QUALITATIVE AND QUANTITATIVE LAND EVALUATION SUITABILITY FOR MAIZE (Zea mays L.) ON FARMERS GROUP TANI
MAKMUR SINAR MULYA VILLAGE NATAR DISTRICT, SOUTH LAMPUNG REGENCY
By
MUHAMAD BRAJA RUMAMBE
Maize (Zea mays L.) is one type of grain crops of the grasses family. Maize comes from the America, around the 16th century was redistributed to Asia including Indonesian by Portugal nations. Maize plants is very beneficial for human being and animal life. In Indonesia, maize is the second most important commodity of food crop beside rice. Based on the staple foods in the world, maize include the third level after wheat and rice. Maize has sufficient of nutrient content and crude fiber as a substitute of a staple food of rice.
Land evaluation is a process to estimate the land resources potentially for a specific use, for agriculture and non-agriculture. An area of land suitability classes for the development of agriculture is essentially determined by the matching between the physical properties of the land and landuse requirements or conditions of plant growth. This research was done to classified of land suitability and financial feasibility of the maize plantation.
The aim of this research is to evaluate the qualitative suitability of land classes of maize fields on farmers group of Tani Makmur Sinar Mulya Village Natar District, South Lampung Regency, according to Djaenuddin et al. (2000) criteria and as well as evaluating of the quantitatively land suitability of maize plantation by calculating the value of Net B/C Ratio, NPV, and IRR.
The research results of maize plantation of farmers group Tani Makmur Sinar Mulya Village Natar District, South Lampung Regency according to Djaenuddin et al. (2000) criteria can be classified into the marginally suitable class with the limiting factor of water availability and nutrient retention (S3wanr). Then, financially maize farming is feasible to be developed. This results proved that the
(2)
average value of the NPV Rp 42.236.508,- , Net B/C 2,79, and IRR 33.45% month-1, is more than which that was assumed of interest rate of 1,08% month-1 or same as 13% year-1.
Key words : Qualitative land suitability, quantitative land suitability, maize plantation.
(3)
ABSTRAK
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR
LAMPUNG SELATAN
Oleh
MUHAMAD BRAJA RUMAMBE
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Tanaman jagung berasal dari Amerika, sekitar abad ke-16 bangsa portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke tiga setelah gandum dan padi. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makan pokok pengganti beras. Evaluasi lahan merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun untuk non pertanian. Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan dan persyaratan penggunaan lahan atau syarat tumbuh tanaman. Pada penelitian ini usahatani yang diteliti adalah kelas kesesuaian lahan dan kelayakan finansial pada tanaman jagung.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi kelas kesesuaian lahan kualitatif pada lahan pertanaman jagung Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan, berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2000) dan mengevaluasi kesesuaian lahan kuantitatif budidaya tanaman jagung dengan menghitung nilai Net B/C Ratio, NPV, dan IRR.
Hasil penelitian lahan pertanaman jagung di Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan berdasarkan kriteria Muhamad Braja Rumambe
(4)
Djaenuddin dkk (2000) termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan sesuai marginal dengan faktor pembatas ketersediaan air dan retensi hara (S3wanr), dan secara finansial, usahatani tanaman jagung layak untuk dikembangkan. Nilai rata-rata NPV sebesar Rp 42.236.508,-, Net B/C 2,79, dan IRR 33,45 % bulan-1 nilainya lebih dari tingkat suku bunga yang diasumsikan sebesar 1,08% bulan-1 atau sama dengan 13% tahun-1.
Kata kunci : Kesesuaian lahan kualitatif, kesesuaian lahan kuantitatif, pertanaman jagung.
(5)
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR
LAMPUNG SELATAN
Oleh
MUHAMAD BRAJA RUMAMBE
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(6)
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR
LAMPUNG SELATAN (Skripsi)
Oleh
MUHAMAD BRAJA RUMAMBE
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
(7)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Peta lokasi penelitian... 80 2. Lahan tanaman jagung dan titik pengambilan
sampel ... 81 3. Penampang profil bor lahan penelitian... 82
(8)
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL... XiV
DAFTAR GAMBAR... xVi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah... 1
B. Tujuan Penelitian... 4
C. Kerangka Pemikiran... 4
D. Hipotesis... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Jagung... 8
1. Sejarah singkat... 9
2. Manfaat tanaman jagung... 9
3. Kandungan gizi... 10
4. Deskripsi tanaman jagung... 11
5.Syarat tumbuh tanaman jagung... 14
B. Tanah dan Lahan... 15
C. Evaluasi Kesesuaian Lahan... 17
D. Tipe Evaluasi Lahan... 18
E. Kualitas Lahan dan Karakteristik Lahan... 19
F. Klasifikasi Kesesuaian Lahan... 35
G. Analisis Finansial... 36
1. Net Benefit /Cost Ratio (Net B/C)... 37
2. Net Present Value (NPV)... 37
3. Internal Rate Of Return (IRR)... 37
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... 38
B. Bahan dan Alat... 38
C. Metode Penelitian... 39
1. Tahap Persiapan... 40
(9)
a. Data Fisik... 40
b. Data Sosial Ekonomi... 40
3. Analisis Data... 46
a. Evaluasi kelas kesesuaian lahan atas dasar potensi fisik lingkungan... 46
b. Analisis usaha budidaya tanaman jagung... 46
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 48
1. Kesesuaian Lahan Kualitatif... 48
a. Temperatur... 48
b. Ketersediaan air... 49
c. Ketersedian oksigen... 49
d. Media perakaran... 50
e. Retensi hara... 50
f. Toksisitas... 52
g. Sodisitas... 52
h. Bahaya sulfidik... 52
i. Bahaya erosi... 53
j. Bahaya banjir... 53
k. Persiapan lahan... 53
2. Analisis Usaha Budidaya Jagung... 55
a. Biaya produksi jagung... 55
1. Biaya tetap... 55
2. Biaya variabel... 56
b. Penerimaan... 57
B. Pembahasan... 62
1. Kesesuaian Lahan Kualitatif... 62
2. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jagung... 69
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 73
B. Saran... 74 DAFTAR PUSTAKA
(10)
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. 290 hlm. Ashari, S. 1995. Pertanian (Aspek Budidaya). UI Press. Jakarta. 485 hlm. Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Unggulan
Tanaman Pangan dan Holtikultura. Karnicius. Yogyakata. 116 hlm. Barnito, N. 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Suka Abadi. Yogyakata. 96 hlm. BMG Stasiun Klimatologi Masgar. 2010. Data Curah Hujan Lampung Selatan.
Lampung.
BPS Lampung, 2009. Lampung dalam Angka. Biro Pusat Statistik Provinsi Lampung. 605 hlm.
Defita, H. B. 2008. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) dalam Usaha Budidaya Tanaman jagung. Gramedia. Yogyakarta. 260 hlm.
Dent, D. and A.Young. 1981. Soil Survey and Evaluation. George Allen and Unwim. London. 279 p.
Dinas Pertanian dan Kehutanan. 2010. Budidaya Tanaman Jagung.
http://deptan.go.id/. Di akses 15 januari 2011.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Lampung. 2002. Laporan Tinjauan Hasil. Bagian Proyek Pengembangan jagung Lampung Selatan. 24 hlm.
Djaenuddin, D., Marwan, H.,Subagyo, A. Mulyani dan N. Suharta. 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Departemen Pertanian. 264 hlm.
Djaenuddin, D., Marwan, A. Hidayat, dan H. Subagyo. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Bogor. 124 hlm.
(11)
FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Resources Management and Conservation Service Land and Water Development Division. FAO Soil Bulletin No. 32. FAO-UNO, Rome.
Foth, H.D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Soemartono Adisoemarto. Airlangga. Jakarta. 374 hlm.
Hakim, N, M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha, G. B. Hong dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. 488 hlm.
Halim, A., 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis Pertanian: Kajian dari Aspek Keuangan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Hanafiah, K., A. 2009. Dasar-dasar Ilmu tanah. Divisi buku perguruan tinggi. PT grafindo persada. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2009. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 314 hlm. Hardjowigeno, S. 1995. Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Pertanian
Daerah Rekreasi dan Bangunan. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. IPB. Bogor. 200 hlm.
Hutagalung, P. 2009. Pertanian Ujung Tombak Perekonomian Indonesia. Penerbit Gramedia. Yogyakarta. 38 hlm.
Ibrahim, Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Pertanian Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta. 374 hlm.
Junus Dai, H. Darul SWP, A. Hidayat, H. Y. Sumulyadi, Hendra S., Yayat A. H., A. Hermawan, P. Buurman and T. Balsem, 1989. Explanatory booklet of the Land Unit and Soil Map of the Tanjungkarang Sheet (1110), Sumatra. Center for Soil Research, Bogor.
Kartasapoetra, A.G. 2006. Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman (Edisi Revisi). Bumi Aksara. Bogor. 112 hlm.
Kemas, 2007. Perubahan Iklim Dunia dan Pengaruhnya.
http://Kemas77.multiply.com/journal/item/32/Suhu. Diakses 1 Februari 2012.
Kementrian Pertanian. 2010. Deskripsi Varietas Unggul Jagung.
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/deskripsi06.pdf.
Diakses 21 Maret 2012.
Madjid, A. 2007. Kapasitas Tukar Kation. Bahan Kuliah Online. Universitas Sriwijaya.
(12)
Mahi, A.K., 2004. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. (Diktat Kuliah). Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 184hlm.
Mahi, A. K. 2005. Evaluasi dan Perencanaan Penggunaan Lahan (Diktat, tidak dipublikasikan). Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 240 hlm.
Muchlas dan Slamento. 1998. Analisa Kelayakan Finansial Usahatani Jahe Besar di Penengahan Lampung Selatan. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Terbitan Berkala Ilmiah 2 : 29-33.
Munir, R. 1992. Kajian Pengaruh Pemberian Kapur dan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Pada Podsolik Merah Kuning. Laporan Balai Penelitian dan Tanaman Pangan. Bogor.
Murni, A. M. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Balitbang Pertanian. Bandar Lampung. 17 hlm.
Murtianto, H. 2008. Peta Satuan Lahan. http://File.Upi.Edu/Direktori/Fpips/
Lainnya/Hendro_Murtianto/21_Peta__Satuan_Lahan.Pdf. Diakses 01
Desember 2011.
Murtopo, M.S. 2009. Jenis Batuan Yang Terdapat di Indonesia. Gramedia. Bogor. 342 hlm.
Nasih. 2010. Evaluasi Lahan.
http://nasih.wordpress.com/2010/12/04/evaluasi-lahan/. Diakses 17 November 2011.
Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong., dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. 258 hlm.
Oktavia, R. 2010. Tanah Sumber Dan Awal Kehidupan. Penerbit Gramedia. Yogyakarta. 116 hlm.
Reyes, M. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi Offset. Yogyakarta. 300 hlm.
Rosmarkam, A. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Jakarta. 224 hlm. Santoso, D. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Institut Teknologi Bandung.
Bandung. 127 hlm.
Shofyan, M. 2010. Deskripsi Jagung.
(13)
Soetriono. 2011. Perbedaan Analisis Finansial dan Ekonomi. Modul Kuliah. Universitas Jember.
http://irtusss.blogspot.com/2011/02/analisis-finansial-dan-ekonomi.html. Di akses 29 Maret 2012.
Sudjana, A. Rifin, dan M. Sudjadi. 2000. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Sugiyono. 2008. Analisa Kelayakan Finansial Usahatani Jagung di Desa Siliwangi Jawa Tengah Jurnal Penelitian PertanianTerapan Terbitan Berkala Ilmiah 2 : 29-33.
Suhartono, M. 2009. Pengaruh Curah Hujan Terhadap Pembentukan Sel Tanaman. Grasindo. Semarang. 112 hlm.
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta. 187 hlm.
Syihab, U. 2008. Mencerdasi Bencana Banjir, Tanah Longsor, Tsunami, Gempa Bumi, Gunung Api, dan Kebakaran. Grasindo. Semarang. 214 hlm. Ufori. 2010. Tekstur Tanah. http://uftoriwasit.blogspot.com/2010/10/tekstur
tanah.html. Diakses tanggal 22 November 2011.
Utomo, R. A. 2010. Kandungan Gizi Jagung. http://blog.ub.ac.id/. Blog mahasiswa Universitas Brawijaya. Diakses 22 Maret 2011.
Zabrah. 2008. Tani Muda. http://zabrah98.multiply.com/journal/item/16/
(14)
III. BAHAN DAN METODE
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman jagung (Zea mays, L.) Kelompok Tani Tani Makmur yang secara administratif berada di wilayah Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan. Luas areal pertanaman jagung Desa Sinar Mulya yang diteliti adalah 5 ha, dengan benih varietas BISI-2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni sampai agustus 2011. Peta lokasi penelitian dan titik pengambilan sampel tertera pada Gambar 1 dan Gambar 2 (Lampiran).
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah contoh tanah yang diambil dari 5 titik menggunakan metode proporsional dengan kedalaman 0 – 20 cm untuk lapisan atas dan 20 – 40 cm untuk lapisan bawah, dan bahan-bahan kimia untuk analisis tanah di laboratorium. Peralatan yang digunakan adalah :
1. Cangkul : untuk mengambil sampel tanah
2. Meteran : untuk mengukur kedalaman tanah dan kedalaman efektif 3. Kantong plastik : untuk tempat contoh tanah
4. Pisau : untuk mengetahui lapisan tanah dengan penyegaran profil tanah pada lapisan tanah.
(15)
5. Kamera digital : untuk mengambil gambar yang mendukung untuk kelengkapan data pada lokasi penelitian.
6. Global Positioning System (GPS) : untuk menentukan koordinat dan kemiringan lereng.
7. Buku munsell soil colour chart : untuk mengetahui karakteristik tanah melalui warna tanah.
8. Alat-alat tulis : untuk mencatat data yang diperoleh langsung di lapangan. 9. Bor tanah : untuk mendiskripsikan sifat tanah secara umum.
10.Alat-alat laboratorium : untuk menganalisis tanah di laboratorium.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan analisis evaluasi lahan secara paralel, yaitu melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara bersamaan berdasarkan kriteria fisik Djaenuddin dkk (2000) dan analisis kelayakan usaha budidaya tanaman jagung dengan menilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR). Pelaksanaan penelitian ini dilakukan bertahap yaitu tahap persiapan, pengumpulan data, dan analis data.
(16)
Pada tahap ini meliputi pengurusan perizinan penelitian, studi pustaka tentang keadaan umum lokasi penelitian dengan tujuan memperoleh gambaran umum tentang lokasi penelitian, seperti peta lokasi, data iklim, karakteristik lahan tersebut dan penggunaan lahan, serta penyusunan daftar pertanyaan (kuesioner).
2. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data fisik dan data ekonomi, jenis data dan tata cara pengambilannya seperti diuraikan berikut :
a. Data Fisik
Data fisik meliputi data fisik primer dan data fisik sekunder.
Data fisik primer, meliputi karakteristik lahan yaitu : drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, KTK liat, kejenuhan basa, reaksi (pH) tanah, C-organik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan permukaan dan batuan singkapan, kemudian data fisik sekunder yang dikumpulkan meliputi : data curah hujan, dan data temperatur suhu udara yang diambil untuk 10 tahun terakhir.
b. Data Sosial Ekonomi
Data sosial ekonomi yang dikumpulkan sebagai data primer meliputi : biaya produksi (benih, pupuk, pestisida), peralatan, tenaga kerja (pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pengendalian gulma, panen), dan pendapatan yang diperoleh petani di Kelompok Tani Tani Makmur selama empat musim tanam dengan jumlah lima (5) orang petani responden yang diwawancarai.
Data sosial ekonomi yang dikumpulkan sebagai data sekunder meliputi : data bunga bank.
(17)
(1). Data fisik primer
Pengumpulan data fisik primer dilakukan dengan cara pengamatan dan pengukuran langsung di lapang dan mengambil contoh tanah dengan menggunakan bor pada 5 titik yaitu masing-masing pada kedalaman 0 – 20 cm untuk lapisan atas dan 20 – 40 cm untuk lapisan bawah (Gambar 2, lampiran). Selanjutnya kelima contoh tanah pada masing-masing kedalaman tersebut dikomposit dan dimasukan ke dalam kantong plastik untuk analisis laboratorium. Data yang diamati dan diukur langsung di lapang yaitu drainase, bahan kasar, kedalaman tanah, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan dan batuan singkapan. Data yang analisis di laboratorium meliputi : KTK, basa-basa dapat ditukar, pH tanah, C-organik, dan tekstur tanah.
a) Drainase
Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukan lamanya dan seringnya jenuh air. Drainase diamati dengan cara melihat ada tidaknya genangan air pada lahan atau warna tanah dalam profil di lokasi penelitian. Cara pengamatannya di lapang yaitu melalui pengeboran tanah, apabila tanah berwarna homogen tanpa bercak-bercak kuning atau karatan besi, berwarna coklat serta kelabu pada lapisan sampai 120 cm berarti drainase pada tanah tersebut baik. Sebaliknya apabila terdapat bercak-bercak bewarna kelabu, coklat dan kekuningan menunjukkan bahwa tanah tersebut mempunyai drainase yang buruk. Pengamatan warna tanah dilakukan dengan menggunakan munsell soil color chart.
(18)
Bahan kasar adalah batu atau krikil yang ada dalam tanah, berukuran 0,2 – 2,0 cm, yang berpengaruh terhadap penggunaan tanah dan pertumbuhan tanaman. Cara pengamatan bahan kasar di lapang yaitu dengan melihat ada tidaknya batu-batu kecil pada tiap lapisan tanah dengan cara pengeboran pada tanah yang akan diteliti. Cara pengukurannya di lapang yaitu dengan menghitung berapa persen bahan kasar yang terdapat pada lokasi tersebut.
c) Kedalaman tanah
Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman. Kedalaman tanah ini diukur dengan melakukan pengeboran dengan menggunakan bor tanah pada lokasi penelitian.
d) Lereng
Kemiringan lereng diukur dengan menggunakan Global Positioning System (GPS), dinyatakan dalam persen. Pengukuran lereng di lakukan dengan berdiri dari tempat yang paling tinggi ke tempat yang paling rendah (perbedaan elevasi), dan mengukur jarak antara kedua tempat tersebut, dengan menggunakan rumus phytagoras maka persentasi kemiringan lereng akan diketahui.
e) Bahaya erosi di lapang
Tingkat bahaya erosi dilihat berdasarkan kondisi di lapangan, yaitu dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), yaitu dengan
(19)
memperhatikan lapisan tanah yang telah hilang akibat terkikis oleh air hujan dan air larian (run off).
f) Genangan
Bahaya banjir dicirikan dengan adanya genangan air yang ada di permukaan tanah. Pengamatan dilakukan melalui wawancara kepada petani setempat, apakah terdapat genangan yang menutupi seluruh lahan dengan air (terendam air) pada lahan yang akan diteliti pada saat musim hujan lebih dari 24 jam.
g) Batu permukaan dan singkapan batuan
Batu di permukaan diamati dengan melihat ada tidaknya batu-batu kecil atau besar yang tersebar pada permukaan tanah atau lapisan olah di lokasi penelitian, cara mengukur batuan di permukaan yaitu melihat berapa persen batu yang tersebar di atas permukaan tanah pada lokasi penelitian. Batuan singkapan diamati dengan melihat ada tidaknya batuan-batuan besar yang tersingkap pada lahan lokasi penelitian lalu diukur berapa meter rendahnya permukaan tanah.
Analisis laboratorium dilakukan dengan cara menganalisis contoh tanah yang diambil pada 5 titik yang berbeda dengan kedalaman 0 – 20 cm dan 20 – 40 cm. Kelima contoh tanah pada masing-masing kedalaman tersebut dikomposit kemudian dikering udarakan selama 3 – 6 hari, lalu diayak menggunakan ayakan 2 mm. Tanah yang telah diayak dianalisis di Laboratorium Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, untuk mengetahui sifat kimia dan fisiknya.
(20)
Sifat kimia yang dianalisis adalah KTK, pH, C-organik, dan kejenuhan basa (KB), sedangkan sifat fisik tanah yang dianalisis adalah tekstur tanah. Metode analisis masing-masing unsur seperti tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Metode analisis laboratorium.
Jenis analisis Metode analisis
KTK NH4OAc 1 N pH 7
pH Elektrik
C-organik Walkley & Black
Basa-basa dapat ditukar NH4OAc 1 N pH 7
Tekstur tanah Hydrometer
(2). Data fisik sekunder
Data fisik sekunder yang dikumpulkan yaitu data temperatur, data curah hujan, kelembaban udara, dan data diambil untuk 10 tahun terakhir. Data dikumpulkan dengan cara mengambil dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Lampung.
(3). Data sosial ekonomi
Data sosial ekonomi primer dikumpulkan melalui wawancara terhadap petani jagung Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan selama empat musim dengan 5 orang petani sebagai responden, adapun data sosial ekonomi primer yang dikumpulkan, meliputi :
(21)
Biaya lahan dihitung berdasarkan asumsi bahwa lahan tersebut disewa dengan tingkat harga yang berlaku didaerah penelitian.
b. Peralatan
Biaya peralatan diperoleh dengan cara menghitung biaya penyusutan peralatan berdasarkan umur ekonomis masing-masing peralatan yang digunakan pada usaha tani tanaman jagung Kelompok Tani Tani Makmur.
c. Pupuk
Biaya pemupukan di dapatkan dengan cara mewawancarai pemilik lahan/petani tanaman jagung, sehingga diperoleh dosis dan harga masing-masing jenis pupuk yang digunakan pada usahatani tanaman jagung Kelompok Tani Tani Makmur.
d. Tenaga Kerja
Jumlah dan biaya tenaga kerja diperoleh dengan cara mewawancarai petani pemilik lahan tanaman jagung di Kelompok Tani Tani Makmur, sehingga diketahui biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pada usahatani tanaman jagung.
Kemudian data sosial ekonomi sekunder yang dikumpulkan yaitu data bunga bank.
3. Analisis Data
(22)
Analisis kesesuaian lahan dilakukan berdasarkan potensi fisik lingkungan dengan cara membandingkan persyaratan tumbuh tanaman jagung berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2000) dengan nilai karakteristik lahan di lokasi penelitian, kriteria selengkapnya tertera pada Tabel 10 (Lampiran).
b. Analisis finansial budidaya tanaman jagung
Untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha tani jagung dilakukan analisis sebagai berikut :
(1) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
n l i i l CB )/( )
( yang bernilai positif Net B/C Ratio =
n l i i l CB )/( )
( yang bernilai negatif
Keterangan :
B = benefit (manfaat) C = cost (biaya)
i = tingkat bunga bank yang berlaku
n = waktu
(2) Net Present Value (NPV)
Secara matematis rumus untuk menghitung Net Present Value adalah sebagai berikut :
NPV =
n l i i l CB )/( ) ( n
(23)
B = benefit (manfat) C = cost (biaya)
i = tingkat bunga bank yang berlaku
n = waktu
(3) Internal rate of return (IRR)
Digunakan untuk menunjukkan atau mencari suatu tingkat bunga yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (Net Present Value) sama dengan seluruh investasi usaha.
Rumus yang digunakan adalah :
Keterangan :
i1 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1
i2 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2
NPV1 = NPV yang bernilai positif
(24)
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan pertanian sebagai sektor utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 75% penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber ke-hidupan utama (Hutagalung, 2009).
Sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi pertanian tanaman pangan. Prioritas komoditas yang dikembangkan saat ini salah satunya adalah tanaman jagung (Zea mays L.). Jagung merupakan tanaman hasil pertanian yang banyak dihasilkan oleh para petani di Indonesia. Pada umumnya jagung adalah sebagai sumber makanan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga merupakan sumber protein yang penting dalam menu masyarakat Indonesia. Tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik hampir disemua macam tanah. Tetapi tanaman ini akan tumbuh baik pada tanah gembur, kaya akan humus. Jagung dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 1.300 m dari atas
(25)
permukaan laut dan dapat hidup baik di daerah yang beriklim panas dan di daerah yang beriklim sedang. Tanaman ini tumbuh baik pada temperatur 23o – 27oC. Suhu minimum yang menghambat pertumbuhan jagung adalah 3oC dan suhu maksimal 45oC (Shofyan, 2010).
Pembudidayaan tanaman jagung (Zea mays L.) saat ini sudah banyak dilakukan oleh para petani. Pembudidayaan tanaman jagung (Zea mays L.) dinilai mampu meningkatkan sumber mata pencaharian mereka. Selain itu, meningkatnya permintaan akan jagung di beberapa daerah di Indonesia membuat tanaman ini menjadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan dan mampu meningkatkan devisa negara, hal ini mengharuskan para petani melakukan peningkatan produksi tanaman jagung. Propinsi Lampung merupakan salah satu sentra tanaman jagung nasional, komoditas jagung di Kabupaten Lampung Selatan menyumbang 20 persen lebih total produksi jagung di Provinsi Lampung yaitu 394.353 ton dengan luas areal lahan 72.542 hektar, dengan total luas areal lahan panen seluruh Lampung 112.797 hektar (BPS Lampung, 2009).
Upaya peningkatan produksi dapat dilakukan dengan pengadaan modal yang cukup, perbaikan atau penggunaan varietas unggul, cara bercocok tanam yang intensif , dan penerapan pola tanam yang tepat. Untuk mencapai produksi yang tinggi tanaman jagung harus ditanam pada lahan yang sesuai dengan persyaratan tumbuh yang optimal. Untuk mengetahui lahan yang sesuai, maka evaluasi lahan perlu dilakukan.
Lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat diperlukan pada semua sektor pembangunan. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka semakin
(26)
meningkat pula kebutuhan akan lahan, sedangkan jumlah lahan sendiri tidak bertambah. Terjadinya alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke non pertanian merupakan salah satu penyebab berkurangnya lahan pertanian, sedangkan lahan pertanian yang terus-menerus digunakan akan berkurang kesuburan tanahnya sehingga produksi yang dihasilkan lahan tersebut akan terus menurun, karena itu diperlukan teknologi yang tepat untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya lahan secara berkelanjutan.
Evaluasi kesesuaian lahan merupakan penilaian dan pendugaan potensi lahan untuk penggunaan tertentu. Dengan mengevaluasi lahan tersebut, potensi lahan dapat dinilai dengan tingkat pengelolaan yang dilakukan dan ini sangat diperlukan bagi usaha pertanian. Pelaksanaan evaluasi lahan pada dasarnya mengarah pada rekomendasi penggunaan lahan dengan mempertimbangkan semua aspek yang menjadi pembatas dalam penggunaan lahan yang ditetapkan agar lahan dapat berproduksi secara optimal dan lestari (Mahi, 2005).
Hasil evaluasi lahan menggambarkan kesesuaian lahan untuk berbagai kepentingan dan sekaligus dapat diketahui hambatan dan kebutuhan biaya dalam pemanfaatan sumberdaya lahan tersebut, sehingga berapa besar keuntungan dan bahkan kemungkinan kerugian yang didapat, baik secara fisik maupun secara finansial akan diketahui melalui evaluasi lahan tersebut (Mahi, 2005).
Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu dilakukan evaluasi kesesuaian lahan secara kualitatif dan kuantitatif pada lahan pertanaman jagung (Zea mays L.). Kelompok Tani Tani Makmur desa Sinar Mulya karena pada daerah ini belum pernah dilakukan evaluasi kesesuaian lahan, serta daerah ini dinilai memiliki
(27)
potensi untuk dikembangkan dan secara kuantitatif hasilnya cukup menguntungkan.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengevaluasi kelas kesesuaian lahan kualitatif pada lahan pertanaman jagung (Zea mays L.) Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan, berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2000).
2. Mengevaluasi kesesuaian lahan kuantitatif dengan menganalisis nilai kelayakan finansial budidaya tanaman jagung (Zea mays L.) Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan.
C. Kerangka Pemikiran
Menurut Djaenuddin dkk. (2003), evaluasi lahan merupakan suatu proses dalam menduga kelas kesesuaian lahan dan potensi lahan untuk penggunaan tertentu. Ciri dasar evaluasi lahan yaitu membandingkan potensi sumberdaya lahan dengan persyaratan suatu penggunaan tertentu. Pada dasarnya berbagai penggunaan memerlukan potensi sumberdaya lahan yang berbeda. Evaluasi lahan mencakup pertimbangan sosial, ekonomi, dan faktor lingkungan. Banyak contoh mengenai
(28)
kegagalan usaha penggunaan lahan, karena tidak memperhatikan hubungan antara potensi lahan dengan penggunaan yang dipilih. Oleh karena itu evaluasi lahan berfungsi untuk memperkecil kegagalan tersebut dan mengenalkan perencanaan dengan membandingkan berbagai alternatif penggunaan lahan yang paling memberi harapan (Mahi, 2005).
Evaluasi lahan dapat dilakukan dengan cara evaluasi lahan kualitatif dan evaluasi lahan kuantitatif. Evaluasi lahan kualitatif adalah evaluasi kesesuaian lahan untuk penggunaan yang spesifik, yang digambarkan dalam bentuk kualitatif, seperti sesuai, cukup sesuai, sesuai marjinal, dan tidak sesuai. Selain evaluasi lahan kualitatif, evaluasi lahan kuantitatif dengan menganalisis kelayakan finansial juga perlu dilakukan karena berhubungan dengan kelayakan atau keuntungan finansial dari suatu usahatani yang akan atau sedang diusahakan (Reyes, 2007).
Menurut Djaenuddin, dkk. (2000), lahan yang termasuk ke dalam kelas S1 untuk tanaman jagung yaitu pada kisaran temperatur 20 – 26° C, dengan curah hujan rata-rata antara 500 – 1.200 mm tahun-1, drainase baik , pH tanah berkisar antara 5,8 – 7,8, KTK liat lebih dari 16 cmolc kg-1, kejenuhan basa lebih dari 50% serta
kandungan C-organik tanah lebih dari 0,4%, sedangkan lahan yang termasuk ke dalam kelas S2 untuk tanaman jagung yaitu temperatur berkisar antara 26 – 30 ºC, curah hujan rata-rata 1.200 – 1.600 mm tahun-1, dengan kandungan C-organik ≤ 0,4% serta memiliki pH tanah berkisar antara 5,5 –5,8, KTK liat ≤ 16 cmolc kg-1
dan drainase agak cepat. Untuk lahan yang termasuk ke dalam kelas S3 pada tanaman jagung yaitu pada kisaran temperatur 16 – 20 ºC, dengan curah hujan rata-rata >1.600 mm tahun-1 , tekstur tanah agak kasar, kejenuhan basa <35%, dengan pH tanah <5,5 serta kondisi drainase terhambat.
(29)
Penilaian kesesuaian lahan kualitatif dan kuantitatif pada lahan pertanaman jagung (Zea mays L.) Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan perlu dilakukan karena daerah ini dinilai memiliki potensi untuk dikembangkan. Lahan pertanaman jagung Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya berada pada ketinggian 80 meter dpl dengan keadaan tofografi wilayah datar, kemiringan lereng 0 – 3 % (BPS, 2009). Suhu tahunan rata-rata 25,28o C, curah hujan rata-rata 1.929,78 mm tahun-1, dengan tipe iklim menurut Smith dan Ferguson adalah tipe iklim basah (BMG, 2010). Memiliki bahan induk andesitic tuffs, jenis tanah dari grup dystropepts yang menutupi 60% area, hapludults 30% area, tropapuepts 10% area, kedalaman lapisan tanah 138 cm, drainase baik, kandungan bahan organik 1,6%, kandungan P rendah, kandungan K rendah (Junus Dai dkk., 1989).
Tanaman jagung yang dibudidayakan petani Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan adalah varietas Bisi-2 merupakan varietas unggul. Menurut Bapak Rahman petani jagung produksi tanaman jagung mencapai 7 – 8 ton hektar-1 dan pendapatan Rp 16.000.000,- hektar-1 musim-1 dengan biaya produksi Rp 7.200.000,- hektar-1 musim-1.
Dalam mengevaluasi kesesuaian lahan, penilaian kesesuaian lahan yang dilakukan menggunakan kriteria biofisik Djaenudin dkk. (2000), sedangkan penilaian secara ekonomi adalah dengan menganalisis kelayakan finansial budidaya tanaman jagung yang dilakukan dengan menghitung nilai Net B/C Ratio, NPV, dan IRR.
(30)
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Kelas kesesuaian lahan kualitatif berdasarkan kriteria biofisik menurut Djaenuddin dkk. (2000) diduga sesuai marginal dengan faktor pembatas ketersedian air (S3 wa).
2. Usaha budidaya tanaman jagung Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan diduga secara finansial menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.
(31)
(32)
Judul Penelitian : EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA KECAMATAN NATAR LAMPUNG SELATAN
Nama Mahasiswa : Muhamad Braja Rumambe No. Pokok Mahasiswa : 0514031042
Jurusan : Ilmu Tanah
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S. Ir. Fahri, M.Sc.
NIP 19550222 198403 1 003 NIP 19600804 198703 1 004
2. Ketua Jurusan Ilmu Tanah
Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc. NIP 19630804 198703 2 002
(33)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S. ...
Sekretaris : Ir. Fahri, M.Sc. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si. ...
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001
(34)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Muhamad Braja Rumambe dilahirkan di Tanjung Karang (Bandar Lampung) pada tanggal 22 November 1987, anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Eko Samputra dan Fina Febriana. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Al Hidayah Bandar Lampung diselesaikan tahun 1993, Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Sawah Lama Bandar Lampung pada tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Yayasan Gotong Royong Bandar Lampung pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2005.
Tahun 2005, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah FP Unila melalui jalur SPMB. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di Organisasi Gabungan Mahasiswa Ilmu Tanah Unila (GAMATALA) sebagai anggota. Pada tahun 2009 penulis melaksanakan praktik umum di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur pada bulan Juli-Agustus 2009.
(35)
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah – Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian sampai dengan selesainya pembuatan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih. Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.
Pada kesempatan ini, dengan segenap kerendahan hati dan rasa hormat, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S. sebagai Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Ir. Fahri, M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing II yeng telah memberikan bimbingan, arahan, serta saran dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si. sebagai pembahas dan penguji materi yang telah memberikan saran guna penyempurnaan skripsi ini.
4. Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S. selaku pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran, serta pesan-pesan berharganya untuk menjalani kehidupan selanjutnya. 5. Ibu Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah
(36)
6. Seluruh Dosen dan Karyawan jurusan Ilmu Tanah Universitas Lampung yang telah memberi ilmu pengetahuan dan bantuan kepada penulis.
7. Ayah Eko Samputra dan Ibu tercinta Fina Febrina yang telah membesarkan, merawat, mendidik, serta selalu mendoakan setiap langkah untuk kesuksesanku.
8. Muhamad Romadona R dan Ayu N syafitri R yang telah memberikan doanya untukku.
9. Nur Shovia Putri Sumbahan yang selalu memberiku semangat serta motivasi. 10. Kawan-kawan angkatan 2005, Abe, Ari, Adi komo, Berti, Desy, Defri, Fikar,
Mahda, Kiat, Lintang, dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kebersamaannya selama ini .
11. Buat kawan-kawan angkatan ‘2003, ‘2004, ‘2006, ‘2007 serta adik-adik angkatan ‘2008, ‘2009, ‘2010 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala saran dan masukannya.
Akhirnya penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan yang telah diberikan terhadap penulis, dan semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.
Bandarlampung, 12 Mei 2012 Muhamad Braja Rumambe
(37)
I.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan, karena tanaman jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Jagung merupakan bahan dasar atau bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, asam organik, makanan kecil dan industri pakan ternak. Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian Indonesia. Selain itu jagung juga membantu mencapai swasembada beras (Murni, 2008).
Dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung (Zea mays L.) diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Tripsaceae
Famili : Poaceae (Graminae) Subfamili : Ponicoideae
(38)
Spesies : Zea mays L.
1. Sejarah singkat
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Tanaman jagung berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis bangsa Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 bangsa Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Bangsa Belanda menamakannya mais dan bangsa Inggris menamakannya corn.
2. Manfaat tanaman jagung
Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ke 3 setelah gandum dan padi. Di daerah Madura, jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya. Tanaman jagung banyak sekali gunanya, karena hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan antara lain:
a) Batang dan daun muda: pakan ternak
b) Batang dan daun tua (setelah panen): pupuk hijau atau kompos c) Batang dan daun kering: kayu bakar
d) Batang jagung: lanjaran (turus) e) Batang jagung: pulp (bahan kertas)
(39)
f) Buah jagung muda (putren, Jw): sayuran, bergedel, bakwan, sambel goreng g) Biji jagung tua: pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung, bihun, bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, dan industri textil.
3. Kandungan gizi
Kandungan utama jagung adalah karbohidrat (60 %). Dibandingkan dengan beras, kandungan proteinnya lebih tinggi (8 %). Biji jagung terdiri dari kulit ari, lembaga, tip cap dan endosperma. Sebagian besar pati (85 %) terdapat pada endosperma. Pati terdiri dari amilopektin (73 %) dan amilosa (27 %). Serat kasar terutama terdapat pada kulit ari. Komponen utama serat kasar adalah hemiselulosa (41,16 %). Gula terdapat pada lembaga (57 %) dan endosperma (15 %). Protein sebagian besar terdapat pada endosperma.
Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah: Kalori : 355 Kalori
Protein : 9,2 gr Lemak : 3,9 gr Karbohidrat : 73,7 gr Kalsium : 10 mg Fosfor : 256 mg Ferrum : 2,4 mg Vitamin B1 : 0,38 mg Air : 12 gr
(40)
Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namun mempunyai kandungan protein yang lebih banyak (Utomo, 2010).
4. Deskripsi tanaman jagung (Zea mays L.)
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80 - 130 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1 m sampai 3 m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas, ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
(41)
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2 – 5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (Barnito, 2009). Jagung yang ditanam di lokasi penelitian adalah jagung varietas BISI-2. Diskripsi tanaman selengkapnya tertera pada Tabel 1.
(42)
Tabel 1. Deskripsi tanaman jagung ( Zea Mays L.).
Nama : Hibrida BISI - 2
Asal : F1 dari silang tunggal antara FS 4 dengan FS 9. FS 4 dan FS 9 merupakan tropical inbred yang dikembangkan oleh Charoen Seed Co., Ltd. Thailand dan Dekalb Plant Genetic, USA. Umur : 50% keluar rambut lebih dari 56 hari Umur panen : 103 hari
Batang : Tinggi dan tegap
Warna batang : Hijau Tinggi tanaman : 232 cm
Daun : Panjang, lebar, dan terkulai Warna daun : Hijau cerah
Keragaman tanaman : Seragam
Kerebahan : Tahan
Tongkol : Sedang, silindris, dan seragam Kedudukan tongkol : Di tengah-tengah batang Kelobot : Menutup tongkol dengan baik Tipe biji : Setengah mutiara (semi flint)
Warna biji : Kuning Oranye
Jumlah baris/tongkol : 12 - 14 baris Bobot 1000 biji : 265 g
Parakaran : Baik
Potensi hasil : 13 ton ha-1 pipilan kering Rata-rata hasil : 8,9 ton ha-1 pipilan kering
Katahanan penyakit : Tahan terhadap penyakit karat daun (Puccinia sorght) dan bulai
Keterangan: Baik ditanam di dataran rendah sampai 1.000 mdpl. Sumber: Kementrian Pertanian, 2010.
(43)
5. Syarat tumbuh tanaman jagung (Zea mays L.)
Menurut Barnito (2009) tanaman jagung memiliki syarat tumbuh antara lain : 1. Curah hujan
Jumlah curah hujan yang diperlukan untuk pertumbuhan jagung yang optimal adalah 1.200 – 1.500 mm tahun-1 dengan bulan basah (> 100 mm bulan-1) 7 – 9 bulan dan bulan kering (<60 mm bulan-1) 4 – 6 bulan.
2. Kelembaban udara
Jagung membutuhkan kelembaban udara sedang sampai dengan tinggi (50% – 80%) agar keseimbangan metabolisme tanaman dapat berlangsung dengan optimal.
3. Temperatur
Kisaran temperatur untuk syarat pertumbuhan tanaman jagung adalah antara 23oC – 27oC dengan temperatur optimum 25oC. Temperatur rendah akan menghambat pertumbuhan tanaman, sedangkan temperatur tinggi akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang berlebihan, sehingga akan menurunkan produksi. 4. Intensitas penyinaran
Pada dasarnya tanaman jagung memerlukan intensitas penyinaran yang tinggi. Semakin tinggi intensitas penyinaran, akan semakin tinggi proses fotosintesis, sehingga akan dapat meningkatkan produksi.
5. Angin
Angin dapat membantu proses penyerbukan tanaman jagung, akan tetapi angin yang terlalu kencang dapat menggagalkan pembungaan maupun dapat merusakkan tanaman.
(44)
i
o
b
r
w
T
,
,
,
,
6. Tanah
Jagung dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah mulai tanah dengan tekstur berpasir hingga tanah liat berat. Namun jagung akan tumbuh baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan tingkat derajat keasaman (pH) tanah antara 5,5 – 7,5, dengan kedalamam air tanah 50 – 200 cm dari permukaan tanah dan kedalamam permukaan perakaran (kedalam efektif tanah) mencapai 20 – 60 cm dari permukaan tanah. Pada tanah yang berat, perlu dibuat drainase, karena tanaman jagung tidak tahan terhadap genangan.
B. Tanah dan Lahan
Tanah dapat didefinisikan sebagai sistem 3 fase yang terdiri atas padatan, cairan, dan gas (Foth, 1994). Menurut Arsyad (2010), tanah di artikan sebagai suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair, gas, dan mempunyai sifat dan prilaku yang dinamik. Benda alami ini terbentuk dari hasil kerja interaksi antara iklim (i) dan jasad renik hidup (o) terhadap suatu bahan induk (b) yang dipengaruhi oleh relief tempatnya terbentuk (r) dan waktu (w), yang dapat digambarkan dalam hubungan fungsi sebagai berikut :
Dimana T merupakan tanah dan masing-masing peubah adalah faktor-faktor pembentuk tanah tersebut di atas.
(45)
Tanah adalah media bagi pertumbuhan tanaman, sebaliknya tanaman berperan penting dalam pembentukan tanah. Penggunaan tanah yang terpenting adalah untuk bercocok tanam (Oktavia, 2010).
Lahan merupakan wilayah dipermukaan bumi, meliputi semua benda penyusun biosfer bagi yang berada di atas maupun di bawahnya, yang bersifat tetap atau siklis (Mahi, 2005). Lahan merupakan bagian dari bentang alam (Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna, dan manusia baik dimasa lalu maupun sekarang. Sebagai contoh aktivitas dalam penggunaan lahan pertanian, reklamasi lahan rawa, dan pasang surut, atau tindakan konservasi lahan pertanian, akan memberi karakteristik lahan yang spesifik (Djaenuddin dkk., 2000).
Penggunaan lahan merupakan suatu bentuk campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materi maupun spiritual (Arsyad, 2010). Penggunaan lahan dapat dibedakan menjadi penggunaan lahan umum dan khusus atau tipe penggunaan lahan. Penggunaan lahan secara umum meliputi pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput penggembalaan, kehutanan, daerah rekreasi, dan sebagainya, sedangkan tipe penggunaan lahan adalah penggunaan lahan yang lebih detil dengan memper-timbangkan sekumpulan rincian teknis yang didasarkan pada keadaan fisik dan sosial dari satu jenis tanaman atau lebih (Mahi, 2005).
(46)
C. Evaluasi Kesesuaian Lahan
Evaluasi Lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk penggunaan tertentu, baik untuk pertanian maupun untuk non pertanian. Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang mencakup iklim, tanah, terrain yang mencakup lereng, topografi, batuan di permukaan dan di dalam penampang tanah serta singkapan batuan (rock outcrop), hidrologi, dan persyaratan penggunaan lahan atau syarat tumbuh tanaman.
Untuk menentukan tipe penggunaan yang sesuai pada suatu wilayah, diperlukan evaluasi kesesuaian lahan lahan secara menyeluruh dan terpadu (intergrated), karena masing-masing faktor akan saling mempengaruhi baik faktor fisik, sosial ekonomi, maupun lingkungan (Susanto, 2005). Kecocokan antara sifat fisik lingkungan suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan komoditas yang dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial dikembangkan untuk komoditas tersebut. Dengan kata lain hal ini mempunyai pengertian bahwa jika suatu lahan digunakan untuk penggunaan tertentu dengan mempertimbangkan berbagai asumsi mencakup masukan (input) yang diperlukan akan mampu mengasilkan (output) sesuai dengan yang diharapkan (Djaenuddin dkk., 2000).
(47)
D. Tipe Evaluasi Lahan
Hasil evaluasi lahan dapat dikemukakan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Oleh karena itu dikenal tipe evaluasi lahan kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi kualitatif adalah evaluasi kesesuaian lahan untuk berbagai macam penggunaan yang digambarkan dalam bentuk kualitatif, seperti sesuai, cukup sesuai, sesuai marjinal, dan tidak sesuai untuk penggunaan tertentu.
Evaluasi kuantitatif dapat dilakukan sebagai evaluasi secara fisik dan secara ekonomi. Evaluasi kuantitatif secara fisik adalah evaluasi yang melakukan penilaian kuantitatif terhadap produksi atau keuntungan lain yang diharapkan, misalnya produksi tanaman, daging sapi, laju pertumbuhan kayu, kapasitas rekreasi, dan sebagainya. Untuk mendapatkan produksi tersebut tentunya memerlukan input yang juga dalam bentuk kuantitatif, misalnya ton pupuk, hari orang kerja, dan sebagainya. Perhitungan ekonomi dalam evaluasi ini digunakan sebagai dasar utama. Evaluasi kuantitatif secara fisik seringkali digunakan sebagai dasar evaluasi ekonomi yang sangat tepat untuk evaluasi tujuan khusus, seperti pendugaan laju pertumbuhan pada berbagai spesies kayu yang berbeda (Mahi, 2005).
Evaluasi kuantitatif secara ekonomi adalah evaluasi yang hasilnya diberikan dalam bentuk keuntungan atau kerugian masing-masing macam penggunaan lahan. Secara umum, evaluasi kuantitatif dibutuhkan untuk proyek khusus dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan investasi. Nilai uang digunakan pada data kuantitatif secara ekonomi yang dihitung dari biaya input dan nilai produksi.
(48)
Penilaian nilai uang akan memudahkan melakukan perbandingan bentuk-bentuk produksi yang berbeda. Hal ini memungkinkan karena dapat menggunakan satu harga yang berlaku atau harga bayangan dalam menilai produksi yang dibandingkan (Mahi, 2005).
E. Kualitas Lahan dan Karakteristik Lahan
Kualitas lahan adalah sifat-sifat atau atribute yang bersifat kompleks dari se-bidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu (Djaenuddin dkk., 2000). Kualitas lahan dapat pula digambarkan sebagai faktor positif dan faktor negatif (Mahi, 2005). Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif adalah yang menguntungkan bagi suatu penggunaan. Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif adalah yang merugikan terhadap penggunaan tertentu, sehingga hal ini dapat menjadi faktor penghambat atau pembatas.
Setiap kualitas lahan pengaruhnya tidak selalu terbatas hanya pada satu jenis penggunaan. Kenyataan menunjukkan bahwa kualitas lahan yang sama bisa berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis penggunaan. Demikian pula satu jenis penggunaan lahan tertentu akan dipengaruhi oleh berbagai kualitas lahan. Sebagai contoh bahaya erosi dipengaruhi oleh keadaan sifat tanah, terrain (lereng) dan iklim (curah hujan).
(49)
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, seperti lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, kedalaman efektif, dan sebagainya (Djaenuddin dkk., 2003). Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi biasanya mempunyai interaksi satu sama lainnya. Karenanya dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau membandingkan lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Sebagai contoh ketersediaan air sebagai kualitas lahan ditentukan bulan kering dan curah hujan rata-rata tahunan, tetapi air yang diserap tanaman tentunya tergantung juga pada kualitas lahan lainnya, seperti kondisi atau media perakaran, antara lain tekstur tanah dan kedalaman zona perakaran tanaman yang bersangkutan. Karakteristik lahan dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, seperti di jelaskan dibawah ini :
1. Temperatur
Karakteristik lahan yang menggambarkan temperatur adalah suhu tahunan rata-rata dikumpulkan dari hasil pengamatan stasiun klimatologi yang ada. Apabila data ini tidak ada, maka dapat diduga berdasarkan ketinggian di atas permukaan laut sebagai berikut :
26,3oC – (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6oC)
Proses-proses kimiawi dan aktivitas jasad-jasad renik yang dapat menghambat hara-hara tanaman menjadi bentuk tersedia sangat ditentukan oleh suhu, apabila suhu turun secara drastis maka kehidupan jasad renik yang hidup di dalam tanah akan turun aktifitasnya sehingga tanaman yang tumbuh pada tanah tersebut pertumbuhanya akan terhambat akibatnya produksi tanaman menjadi turun (Hanafiah, 2009). Suhu berpengaruh terhadap fisiologi tumbuhan, antara lain
(50)
mempengaruhi kerja enzim. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menghambat proses pertumbuhan, dan proses fotosintesis yang berkaitan erat dengan produksi tanaman, suhu optimum (15°C hingga 30°C) merupakan suhu yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman dan suhu maksimum (30°C hingga 38°C) merupakan suhu tertinggi dimana tumbuhan masih dapat tumbuh. Suhu yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman dikenal sebagai suhu kardinal yaitu meliputi suhu optimum, suhu minimum dan suhu maksimum. Suhu kardinal yang dibutuhkan oleh tanaman adalah berbeda-beda tergantung pada jenis tanamannya. Suhu yang berada dibawah batas maksimum atau diatas optimum ini tidak baik untuk tanaman, keadaan tersebut sering disebut suhu ekstrim. Pengaruh faktor suhu pada tanaman menimbulkan gangguan-gangguan pada tanaman baik secara morfologi maupun fisiologinya seperti terjadinya translokasi yaitu terganggunya proses pengangkutan dan penyebaran asimilat dari sumber fotosintesis ke bagian-bagian tanaman yang menggunakan atau menyimpan cadangan makanan seperti : buah, batang dan umbi, terjadinya mutasi gen akibat adanya suhu yang terlalu tinggi yang menyebabkan berubahnya susunan genetik tanaman, tanaman kekurangan unsur hara, karena suhu tinggi dapat mengganggu perombakan-perombakan senyawa-senyawa penting bagi tanaman (Kartasapoetra, 2006).
2. Ketersediaan air
Karakteristik ketersediaan air digambarkan oleh keadaan curah hujan tahunan rata-rata atau curah hujan selama masa pertumbuhan tanaman, bulan kering, dan kelembaban, yaitu:
(51)
a. Curah hujan: dinyatakan dalam curah hujan tahunan rata-rata (mm), atau dalam curah hujan rata-rata selama masa pertumbuhan tanaman. Data dikumpulkan dari stasiun pengamatan iklim dalam beberapa tahun.
b. Bulan kering: merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun yang jumlah curah hujannya kurang dari 60 mm bulan-1.
c. Kelembaban udara: merupakan kelembaban udara rata-rata tahunan yang dinyatakan dalam persen (%). Data dikumpulkan dari stasiun pengamatan iklim dalam beberapa tahun.
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah, air harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Air diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan transpirasi, asimilasi, dan pengangkutan unsur hara dari akar dan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Air berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah. Di dalam sel tanaman air berfungsi untuk mempertahankan turgor sel. Tekanan turgor dapat memberikan energi untuk memperpanjang sel, dengan demikian jika kekurangan air maka proses perpanjangan sel akan terganggu, karena berkurangnya proses pembesaran sel. Apabila air tidak tersedia bagi tanaman maka kebutuhan biologisnya tidak terpenuhi seperti proses transpirasi dan fotosintesis suatu tanaman akan terhambat karena mengalami gejala-gejala kekurangan unsur hara. Apabila hal tersebut terjadi maka akan mempengaruhi produksi dari tanaman tersebut. Ketersediaan air suatu tanaman dipengaruhi oleh curah hujan tahunan dan lamanya bulan-bulan kering (Hanafiah, 2009).
(52)
3. Ketersediaan oksigen
Karakteristik lahan yang menggambarkan ketersediaan oksigen adalah kelas drainase, yaitu merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah, dibedakan sebagai berikut :
a. Cepat (excessively drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).
b. Agak cepat (somewhat excessively drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi atau aluminium serta warna gley (reduksi).
c. Baik (well drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan sedang, lembab, tetapi tidak cukup basah dekat permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai > 100 cm.
d. Agak baik/sedang (moderately well drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan rendah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai > 50 cm.
e. Agak terhambat (somewhat poorly drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai
(53)
sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai > 25 cm.
f. Terhambat (poorly drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.
g. Sangat terhambat (very poorly drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan.
Air yang masuk pada lahan pertanian tidak semuanya dapat diserap oleh perakaran tanaman, ada sebagian air yang masuk ke permukaan tanah atau yang biasa disebut dengan infiltrasi. Apabila infiltrasi ini terus terjadi dan air masuk terus kedalam tanah akan terjadi perlokasi. Jika infiltrasi yang terjadi telah mencapai tingkat kejenuhan maka dapat disebut sebagai komulatif infiltrasi. Air yang diserap oleh perakaran tanaman akan digunakan sebagai bahan untuk proses fotosintesis dan akan menguap melalui proses transpirasi. Air yang ada pada permukaan tanah akan terkena sinar matahari dan akan menguap atau yang biasa
(54)
disebut dengan evaporasi. Apabila kedua proses diatas terjadi secara bersamaan maka prosesnya disebut dengan evapotranspirasi. Pada musim penghujan air melimpah bahkan sampai membanjiri lahan pertanian dan lahan pertanian yang kelebihan air tentu tidak baik bagi tanaman. Tanaman tidak akan dapat tumbuh dengan maksimal untuk itu diperlukan upaya untuk mengurangi jumlah air yang ada pada lahan pertanian, agar tanaman dapat tumbuh dengan maksimal (Hardjowigeno, 2009). Menurut Arsyad (2010), genangan pada lahan pertanian akibat kondisi drainase yang buruk dapat mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, seperti struktur tanah menjadi rusak, daya rekat agregat lemah, penurunan potensial redoks, peningkatan pH tanah masam, penurunan pH tanah basa, perubahan daya hantar, kekuatan ion, dan perubahan keseimbangan hara yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktifitas tanaman.
4. Media perakaran
Media perakaran merupakan wadah atau tempat tinggal akar tanaman. Sebagai tempat tinggal yang baik, media perakaran harus dapat mendukung pertumbuhan dan kehidupan tanaman. Menurut Djaenuddin (2000), karakteristik lahan yang manggambarkan media perakaran terdiri dari (a) tekstur tanah, (b) persentase bahan kasar, (c) kedalaman tanah, (d) ketebalan gambut dan kematangan gambut (untuk tanah organik) pada di daerah tertentu.
a. Tekstur tanah, merupakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran < 2mm, yaitu pasir, debu, dan liat. Tekstur dibagi menjadi: 1) Halus : liat berpasir, liat, liat berdebu
(55)
liat berdebu
3) Sedang : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu
4) Agak kasar : lempung berpasir kasar, lempung berpasir, lempung berpasir halus
5) Kasar : pasir, pasir berlempung 6) Sangat halus : liat (tipe mineral liat 2:1)
b. Bahan kasar
Bahan kasar dengan ukuran >2mm, yang menyatakan volume dalam %, merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh jumlah persentasi krikil, kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan:
sedikit < 15%
sedang 15% – 35%
banyak 35% - 65%
sangat banyak > 60%
c. Kedalaman tanah
Kedalaman tanah, menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai untuk perkembangan perakaran tanaman yang dievaluasi, dan dibedakan menjadi:
sangat dangkal < 20 cm
dangkal 20 – 50 cm
(56)
dalam > 75 cm
Ujung akar merupakan daerah pembelahan dan perpanjangan sel sehingga memerlukan oksigen. Umumnya akar tanaman lahan kering tidak mampu menembus lapisan yang jenuh air karena defisiensi oksigen. Drainase yang baik memungkinkan difusi oksigen ke CO2 dari akar tanaman. Menurut Hardjowigeno
(2009) tekstur tanah juga mempengaruhi kondisi perakaran suatu tanaman, apabila suatu tanah didominasi oleh liat menyebabkan akar tanaman jagung (Zea Mays L.) kurang berkembang normal, sebaliknya pada tanah yang didominasi oleh pasir perakaran tanaman jagung menjadi lebih mudah menembus tanah dan berkembang dengan baik. Kedalaman perakaran merupakan kedalaman sampai sejauh mana tanah masih dapat ditumbuhi akar, menyimpan cukup air, dan hara, makin tinggi intensitas sifat-sifat tanah dalam membatasi pertumbuhan dan perkembangan akan menyebabkan penyebaran akar makin terbatas, akibatnya ruang gerak dan jangkauan perakaran tanaman dalam memperoleh unsur-unsur hara, air, dan udara menjadi terbatas dan pada akhirnya pertumbuhan bagian atas tanaman terhambat dan produktivitasnya menurun (Hanafiah, 2009).
5. Retensi hara
Retensi hara atau ketersediaan hara dalam arti sempit dikatakan sebagai kesuburan tanah. Makin tinggi retensi hara dalam tanah, kemungkinan besar produksi tanaman tinggi apabila faktor lain juga mendukung (Rosmarkam, 2009). Menurut Djaenuddin (2000), karakteristik lahan yang menggambarkan retensi hara adalah kapasitas tukar kation liat, kejenuhan basa, reaksi tanah (pH H2O), dan kandungan
(57)
a) Kapasitas tukar kation merupakan kemampuan koloid tanah dalam menjerap dan mempertukarkan kation, kapasitas tukar kation dalam setiap tanah sangat beragam bahkan pada tanah sejenis. Kapasitas tukar kation akan mempengaruhi retensi hara, sehingga berpengaruh terhadap sifat dan ciri tanah. Kapasitas tukar kation tinggi maka kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara menjadi tersedia sehingga tanaman dapat memanfaatkan unsur hara tersebut bagi tumbuhan.
b) Kejenuhan basa merupakan perbandingan antara kation basa dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen (%). Kejenuhan basa suatu tanah dipengaruhi oleh iklim (curah hujan) dan reaksi tanah (pH) tanah. Pada tanah beriklim kering kejenuhan basa lebih besar daripada tanah yang beriklim basah demikian pula pada tanah yang memiliki reaksi tanah (pH) tinggi kejenuhan basa lebih besar daripada yang memiliki reaksi tanah (pH) rendah. Kejenuhan basa yang tinggi dapat menyebabkan tanah lebih banyak ditempati oleh kation-kation basa yang sangat berguna bagi tanaman dan otomatis retensi hara pada tumbuhan tersebut menjadi dalam bentuk tersedia.
c) Reaksi tanah (pH) yang penting adalah masam, netral, dan alkalin. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh reaksi tanah (pH) tanah melalui dua cara yaitu pengaruh langsung ion hidrogen dan pengaruh tidak langsung yakni tidak tersedianya unsur hara tertentu dan adanya unsur hara tertentu yang bersifat beracun, reaksi tanah (pH) tanah yang rendah akan mempengaruhi retensi hara yang dapat menyebabkan tidak tersedianya unsur hara tertentu bagi tanaman.
(58)
d) C-organik
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbarui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat dimanfaatkan tanaman tanpa mencemari air dan tanah. Bahan organik juga merupakan kumpulan berbagai senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikroba heterotrofik dan ototrofik yang terlibat didalamnya. Secara fisik C-organik berfungsi sebagai pengikat mineral menjadi granular dan untuk menjaga kandungan air tanah, dan secara kimia C-organik bermanfaat sebagai sumber unsur hara tanaman dan meningkatkan serapan unsur hara essensial makro dan mikro yang sangat diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi.
6. Toksisitas
Karakteristik lahan yang menggambarkan toksisitas adalah kandungan garam terlarut (salinitas) yang dicerminkan oleh daya hantar listrik (ds m-1). Proses penimbunan garam mudah terlarut dalam tanah disebut salinisasi. Garam tersebut terutama adalah NaCl, Na2SO4, CaCO3, dan MgO3. Salinitas dapat juga terjadi
secara setempat, dan membentuk tanah salin, seperti tanah-tanah direklamasi dari daerah dasar laut dan tanah-tanah di daerah pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut, kadar garam dapat mempengaruhi struktur tanah antara lain yaitu penyumbatan pori tanah yang mengakibatkan infiltrasi tanah terhambat dan menghalangi perkecambahan tanaman (Hardjowigeno, 2009). Pada lahan
(59)
pertanian yang letaknya jauh dari pantai maka nilai salinitas diasumsikan sebesar <4 ds m-1.
7. Sodisitas
Karakteristik lahan yang menggambarkan sodisitas adalah alkalinitas. Alkalinitas adalah kandungan natrium dapat ditukar, yang dinyatakan dalam nilai exchangeable sodium percentage atau ESP (%) yaitu dengan perhitungan
ESP = Nadd x 100 x KTK
Alkalinitas adalah pengukuran kapasitas air untuk menetralkan asam-asam lemah, meskipun asam lemah atau basa lemah juga dapat sebagai penyebabnya. Penyusun alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO3-),
dan hidroksida (OH-). Garam dari asam lemah lain seperti : borat (H2BO3-),
silikat (HsiO3-), fosfat (HPO42- dan H2PO4-), sulfida (HS-), dan amonia (NH3) juga
memberikan kontribusi terhadap alkalinitas dalam jumlah sedikit (Reyes, 2007). Menurut Rosmarkam (2002), alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organik, sehingga alkalinitas diukur sebagai faktor kesuburan air.
8. Bahaya sulfidik
Karakteristik lahan yang menggambarkan bahaya sulfidik adalah kedalaman ditemukannya bahan sufidik yang diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik atau pirit (FeS2). Pengujian sulfidik dapat dilakukan dengan cara
meneteskan larutan H2O2 pada matrik tanah, dan apabila terjadi pembuihan
(60)
Pembentukan pirit (sulfidik) dapat terjadi karena pengaruh vegetasi, iklim, fisiografi dan fauna. Bahaya sulfidik biasanya sering terjadi pada tanah-tanah yang dipengaruhi pasang surut air laut atau daerah rawa. Tanah-tanah sulfat masam di daerah tropik biasanya terdapat di daerah iklim basah musiman yang dapat menghasilkan tanah-tanah yang kaya sulfat. Apabila pirit teroksidasi akan menghasilkan asam sulfat dan bila produksi asamnya melebihi kapasitas netralisasi tanah, maka pH tanah akan turun dibawah 4, dan akibat peningkatan keasaman beberapa unsur hara seperti Al dan Fe akan meningkatkan kelarutannya yang bersifat racun bagi tanaman dan mengakibatkan berkurangnya ketersedian P dan rendahnya kejenuhan basa, sehingga tanaman kahat unsur hara (Hardjowigeno, 2009). Lahan pertanian yang letaknya jauh dari pantai yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan juga bukan merupakan tanah rawa yang sering tergenang oleh air diasumsikan kedalaman sulfidik lahannya > 100 cm.
9. Bahaya erosi
Menurut Arsyad (2010), erosi adalah proses hilangnya atau terangkutnya tanah di permukaan yang disebabkan oleh air dan angin. Kerusakan lahan akibat erosi menyebabkan terangkutnya lapisan oleh tanah yang sangat penting dalam budidaya tanaman, karena penghanyutan tanah lapisan atas terus-menerus, yang tertinggal adalah tanah lapisan bawah yang kurang subur dan sifat fisiknya kurang baik dan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman. Salah satu faktor yang menentukan bahaya erosi adalah topografi. Sifat lereng yang menentukan bahaya erosi adalah kemiringan lereng dan panjang lereng. Lereng dibagi menjadi lereng tunggal, dan lereng ganda dalam bentuk-bentuk rata, cembung,
(61)
cembung/cekung dan sebagainya. Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang pertahun.
Tingkat bahaya erosi dibagi berdasarkan pada jumlah tanah permukaan yang hilang (cm tahun-1), yaitu:
Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm tahun-1)
Sangat ringan (sr) < 0,15
Ringan (r) 0,15 - 0,9
Sedang (s) 0,9 - 1,8
Berat (b) 1,8 - 4,8
Sangat berat (sb) > 4,8
10. Bahaya banjir
Penjenuhan atau kelebihan air pada tanah yang terus menerus atau secara perodik yang disebabkan oleh lapisan bawah tanah berpermeabilitas lambat dan permukaan yang tinggi disebut banjr. Bahaya banjir merupakan proses perendaman air yang tergenang (proses disperse), air yang tergenang lebih dari 24 jam pada lahan pertanian dapat mengakibatkan pembusukan pada akar tanaman dan mengakibatkan tanaman mati. Bahaya banjir dicirikan dengan adanya genangan air yang ada di pernmukaan tanah (Arsyad, 2010).
Bahaya banjir dapat diketahui melalui pengkombinasian pengaruh kedalaman banjir (x) dan lamanya banjir (y). Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat di lapangan. Kedalaman banjir dibagi menjadi:
(62)
Kedalaman banjir (x) Lama banjir (y)
1. < 25 cm 1. < 1 bulan
2. 25 – 50 cm 2. 1 – 3 bulan 3. 50 – 150 cm 3. 3 – 6 bulan 4. > 150 cm 4. > 6 bulan
Bahaya banjir diberi simbol Fx,y (dimana x adalah simbol kedalaman banjir dan y adalah lamanya banjir). Kelas bahaya banjir dibedakan menjadi:
Simbol kelas bahaya banjir (F) Kombinasi lamanya dan kedalaman
banjir (Fx,y)
Fo Tanpa -
F1 Ringan F1.1, F2.1, F3.1
F2 Sedang F1.2, F2.2, F3.2, F4.1
F3 Agak berat F1.3, F2.3, F3.3
F4 Berat F1.4, F2.4, F3.4, F4.2, F4.3, F4.4
11. Persiapan lahan
Menurut Reyes (2007), penyiapan lahan adalah faktor-faktor tanah yang memiliki pengaruh nyata didalam pengelolaan tanah baik untuk sektor pertanian dan non pertanian. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyiapan lahan adalah bahan kasar (kerikil dan batuan kecil), batuan lepas yang tersebar di permukaan tanah dan singkapan batuan (bagian dari batuan yang tebenam). Apabila terdapat batuan dipermukaan dan batuan terungkap maka akan mempersulit pengolahan tanah. Karakteristik lahan yang menggambarkan terrain (penyiapan lahan) adalah volume batuan lepas (stone) dan singkapan batuan (rock outcrop). Batuan lepas adalah batuan yang tersebar di permukaan tanah dan berdia-meter lebih dari 25 cm (bentuk bulat) atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm (berbentuk
(63)
gepeng). Singkapan batuan adalah batuan yang terungkap di permukaan tanah yang merupakan bagian batuan besar yang terbenam di dalam tanah.
Batuan lepas dikelompokkan sebagai berikut : bo = < 0,01% luas areal (tidak ada),
b1 = 0,01 sampai 3% permukaan tanah tertutup (sedikit); pengolahan tanah
dengan mesin agak terganggu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman,
b2 = 3 sampai 15% permukaan tanah tertutup (sedang); pengolahan tanah
mulai agak sulit dan luas areal produktif berkurang,
b3 = 15 sampai 90% permukaan tanah tertutup (banyak); pengolahan tanah dan
penanaman menjadi sangat sulit,
b4 = > 90% permukaan tanah tertutup (sangat banyak); tanah sama sekalai tidak
dapat digunakan untuk produksi pertanian.
Batuan tersingkap dikelompokkan sebagai berikut: bo = < 2% permukaan tanah tertutup (tidak ada),
b1 = 2 sampai 10% permukaan tanah tertutup (sedikit); pengolahan tanah dan
penanamam agak terganggu,
b2 = 10 sampai 50% permukaan tanah tertutup (sedang); pengolahan tanah dan
penanaman terganggu,
b3 = 50 sampai 90% permukaan tanah tertutup (banyak); pengolahan tanah dan
penanaman sangat terganggu,
(64)
F. Klasifikasi Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah kecocokan macam penggunaan lahan pada tipe lahan tertentu (Mahi, 2004). Kesesuaian lahan secara umum terbagi atas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual masih dapat menerima perbaikan kecil pada sumber daya lahan sebagai bagian spesifikasi tipe penggunaan lahan. Kesesuaian lahan potensial mengacu pada nilai lahan di masa datang apabila melakukan perbaikkan lahan skala besar. Menurut FAO (1976) klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi empat kategori, yaitu :
1. Ordo : menunjukkan macam kesesuaian yaitu sesuai atau tidak sesuai. 2. Kelas : menunjukkan tingkat kesesuaian di dalam kelas.
Tingkat kelas dibagi menjadi 5 yaitu : a. Kelas S1 (sangat sesuai)
Lahan mempunyai faktor pembatas yang tidak berarti dan tidak mengurangi produksi secara nyata.
b. Kelas S2 (cukup sesuai)
Lahan mempunyai faktor pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan dan memerlukan input.
c. Kelas S3 (sesuai marjinal)
Lahan mempunyai faktor pembatas yang besar atau serius dan memerlukan input yang lebih besar.
d. Kelas N1 (tidak sesuai pada saat ini)
(65)
untuk diatasi.
e. Kelas N2 (tidak sesuai permanen)
Lahan mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan tidak memungkinkan untuk diperbaiki karena sifatnya permanen.
3. Sub Kelas : menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlu- kan dalam suatu kelas kesesuaian lahan.
4. Unit : menunjukkan sifat tambahan yang diperlukan untuk pengelolaan dalam tingkat sub kelas.
G. Analisis Finansial
Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut pandang petani sebagai pemilik. Analisis finansial diperhatikan didalamnya adalah dari segi cash flow yaitu perbandingan antara hasil penerimaan atau penjualan kotor (gross sales) dengan jumlah biaya-biaya (total cost) yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu usaha (Soetriono, 2011). Menurut Ibrahim (2009), dalam analisis finansial diperlukan kriteria kelayakan usaha, antara lain: Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C), Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR), yang dijelaskan sebagai berikut:
(1)
F. Klasifikasi Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah kecocokan macam penggunaan lahan pada tipe lahan tertentu (Mahi, 2004). Kesesuaian lahan secara umum terbagi atas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual masih dapat menerima perbaikan kecil pada sumber daya lahan sebagai bagian spesifikasi tipe penggunaan lahan. Kesesuaian lahan potensial mengacu pada nilai lahan di masa datang apabila melakukan perbaikkan lahan skala besar. Menurut FAO (1976) klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi empat kategori, yaitu :
1. Ordo : menunjukkan macam kesesuaian yaitu sesuai atau tidak sesuai. 2. Kelas : menunjukkan tingkat kesesuaian di dalam kelas.
Tingkat kelas dibagi menjadi 5 yaitu : a. Kelas S1 (sangat sesuai)
Lahan mempunyai faktor pembatas yang tidak berarti dan tidak mengurangi produksi secara nyata.
b. Kelas S2 (cukup sesuai)
Lahan mempunyai faktor pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan dan memerlukan input.
c. Kelas S3 (sesuai marjinal)
Lahan mempunyai faktor pembatas yang besar atau serius dan memerlukan input yang lebih besar.
d. Kelas N1 (tidak sesuai pada saat ini)
(2)
untuk diatasi.
e. Kelas N2 (tidak sesuai permanen)
Lahan mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan tidak memungkinkan untuk diperbaiki karena sifatnya permanen.
3. Sub Kelas : menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlu- kan dalam suatu kelas kesesuaian lahan.
4. Unit : menunjukkan sifat tambahan yang diperlukan untuk pengelolaan dalam tingkat sub kelas.
G. Analisis Finansial
Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut pandang petani sebagai pemilik. Analisis finansial diperhatikan didalamnya adalah dari segi cash flow yaitu perbandingan antara hasil penerimaan atau penjualan kotor (gross sales) dengan jumlah biaya-biaya (total cost) yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu usaha (Soetriono, 2011). Menurut Ibrahim (2009), dalam analisis finansial diperlukan kriteria kelayakan usaha, antara lain: Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C), Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR), yang dijelaskan sebagai berikut:
(3)
1. Net Benefit /Cost Ratio (Net B/C)
Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan jumlah Net Present Value (NPV) positif dengan Net Present Value (NPV) negatif yang menunjukkan gambaran berapa kali lipat beneffit akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Jadi jika nilai Net Present Value > 0, maka Net Beneffit Cost Ratio > 1 dan suatu proyek layak untuk diusahakan.
2. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) sering diterjemahkan sebagai nilai bersih, merupakan selisih antara manfaat dengan biaya pada discount rate tertentu. Jadi Net Present Value (NPV) menunjukkan kelebihan manfaat dibanding dengan biaya yang dikeluarkan dalam suatu proyek (usaha tani). Suatu proyek dikatakan layak diusahakan apabila nilai Net Present Value (NPV) positif (NPV > 0).
3. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga (dalam hal ini sama artinya dengan discount rate) yang menunjukkan bahwa nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi usahatani atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan Net Present Value sama dengan nol (NPV = 0 ).
(4)
Dengan mengucap syukur “Alhamdulillah”
Kupersembahkan karyaku ini Kepada
Almamaterku tercinta Fakultas Pertanian Jurusan Ilmu Tanah
(5)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Lahan Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan menurut kriteria Djaenuddin dkk. (2000) adalah sesuai marginal dengan faktor pembatas ketersediaan air yang berlebih dan retensi hara (S3wanr).
2. Usaha budidaya tanaman jagung (Zea mays L.) Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan secara finansial menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan. Dibuktikan dari nilai rata-rata NPV sebesar Rp 42.236.508,-, Net B/C 2,79, dan IRR 33,45 % bulan-1 nilainya lebih dari tingkat suku bunga yang diasumsikan sebesar 1,08% bulan-1 atau sama dengan 13% tahun-1, hal ini menjelaskan bahwa usahatani menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.
(6)
B. Saran
Kejenuhan basa dan pH tanah yang rendah pada lahan tanaman jagung Kelompok Tani Tani Makmur Desa Sinar Mulya Kecamatan Natar Lampung Selatan dapat diatasi dengan pemberian kapur ke lahan. Secara umum pemberian kapur ke tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah.