DESKRIPSI PELESTARIAN BUDAYA LAMPUNG MELALUI PERMAINAN RAKYAT LAMPUNG PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-PROVINSI LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

DESKRIPSI PELESTARIAN BUDAYA LAMPUNG MELALUI PERMAINAN RAKYAT LAMPUNG PADA SISWA SEKOLAH

MENENGAH PERTAMA SE-PROVINSI LAMPUNG Oleh

Resta Wahyu Wibowo

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya pelestarian budaya Lampung melalui permainan rakyat Lampung pada siswa Sekolah Menengah Pertama se Provinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP se Provinsi Lampung berjumlah 6828 siswa yang terdiri dari sembilan Sekolah Menengah Pertama se Provinsi Lampung. Sampel penelitian sebanyak 648 siswa, diambil dengan menggunakan teknik random sampling bertingkat.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pelestarian budaya lampung dengan permainan (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah permainan rakyat Lampung (X). Data penelitian diperoleh dari kuesioner.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada upaya pelestarian budaya Lampung melalui permainan rakyat Lampung pada siswa Sekolah Menengah Pertama sudah berjalan dengan baik dalam memperkenalkan dan melestarikan budaya pada siswa di provinsi Lampung. Hal ini diketahui dari jawaban siswa yang sebagian besar mendapatkan skor satu pada setiap jawaban serta antusiasme siswa dalam mengikuti setiap permainan yang diberikan.


(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia dikenal dengan keanekaragaman suku bangsa dan berbagai latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda yang tumbuh dan kembang sebagai hasil adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial dalam

melangsungkan kehidupanya. Sejak berabad-abad yang lampau kebudayaan daerah/ suku-suku bangsa yang ada di kepulauan Nusantara ini memilki corak yang khas dan menjadi identitas serta digunakan sebagai pedoman, arah dan tujuan kehidupan masyarakat pendukungnya.

Budaya lahir melalui konstruksi sosial yang dibuat manusia dalam masyarakat. Manusia yang berbudaya adalah manusia yang menjunjung kebudayaan agar tetap terjaga eksistensi dan idealismenya. Dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, Indonesia dapat dikatakan bangsa yang kaya budaya. Mewujutkan suatu kesatuan di bidang sosial budaya sebagai tindak lanjut integritas bangsa merupakan suatu usaha memperkokoh integritas bangsa, dan memberikan warna khusus bagi identitas nasional. Dalam proses pembangunan yang sedang giat-giatnya dilaksanakan dewasa ini, dirasakan akan pentingnya peranan budaya bangsa untuk mendukung kehidupan masyarakat yang adil dan


(3)

makmur. Pembangunan tidak hanya memerlukan penerimaan nilai-nilai budaya baru yang memang harus diterima serta diperlukan sebagai proses alih teknologi dan ilmu pengetahuan, akan tetapi pemanfaatan budaya lama dan asli sebagai keperibadian bangsa yang relevan dalam kehidupan bangsa kita

sekarang perlu dipertahankan, lestarikan dan tumbuh kembangkan.

Karena peran kebudayaan lama dan asli (daerah) dalam pembangunan bangsa selain memberikan warna bagi identitas bagi pembangunan daerah, juga menjadi modal utama untuk mendukung pembangunan itu sendiri. Dalam rangka pembangunan budaya nasional. Budaya daerah Lampung menduduki posisi yang sangat penting sebagaimana halnya dengan kebudayaan suku-suku bangsa di berbagai daerah di Indonesia. Dengan kata lain, unsur-unsur budaya daerah Lampung yang asli dan lama sangat potensial untuk dijadikan atau diangkat manjadi unsur budaya nasional. Namun mempertahankan dan menjaga eksistensi budaya tersebut tidak semudah membalik telapak tangan. Beberapa produk kebudayaan mulai luntur tergerus arus globalisasi. Budaya yang bersifat kedaerahan dan tradisional menjadi termajinalkan. Bahkan hasil kebudayaan Indonesia beberapa waktu lalu sempat diakui sebagai milik bangsa lain.

Belum lama kita menghadapi masalah yang cukup menghebohkan lantaran budaya tradisional negeri kita tercinta ini dianggap telah dicuri oleh salah satu negeri tetangga. Semisal batik, angklung hingga lagu-lagu rakyat. Pencurian budaya tradisional itu menimbulkan amarah rakyat Indonesia yang tidak rela budaya mereka diakui sebagai milik negara lain.


(4)

Namun permasalahan itu juga membuat kita tersentak bahwa selama ini ternyata kita telah mengabaikan budaya tradisional sendiri sehingga direbut oleh bangsa lain yang lebih pandai memanfaatkannya untuk kepentingan mereka. Apakah kita memang patut dipersalahkan karena ternyata gagal memelindungi budaya bangsa sendiri? Sebenarnya tidak mudah menjawab pertanyaan itu. Sebab kehidupan manusia sendiri tidak pernah statis dan akan selalu mengalami perubahan sosial termasuk pula budaya yang menurut Selo Soemardjan dan Soleiman Soemardi dari FISIP-UI adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Sehingga mau tidak mau kita akan mengalami perubahan dari budaya lama menjadi budaya baru yang mungkin sebagian atau seluruhnya berbeda dari sebelumnya.

Jika pada zaman dahulu perubahan budaya biasanya terjadi dalam waktu lama, namun pada zaman yang kian maju berkat kemajuan teknologi dan juga

globalisasi dalam segala aspek kehidupan manusia di bumi ini sehingga perubahan budaya terjadi cukup cepat dan tidak jarang radikal. Tidak heran jika di Indonesia pun terjadi kegamangan budaya karena intervensi budaya moderen dari luar yang makin gencar.

Selain itu, generasi muda kita sebagai produk moderenisme semakin kurang tertarik terhadap hal-hal yang berbau tradisi karena dianggap kuno, ketinggalan zaman dan hanya milik generasi tua belaka. Menghadapi keadaan itu,

Pemerintah dan segenap kelompok masyarakat yang peduli sebenarnya tidak tinggal diam. Karena bagaimanapun budaya tradisional patut dilindungi dan dilestarikan.


(5)

Sedangkan menurut Drs. Tashadi, peneliti Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta bahwa dalam budaya tradisional terkandung nilai-nilai luhur pembentuk jati diri bangsa. Ketika nilai-nilai ini hilang dan tidak lagi dimengerti oleh generasi muda maka mereka hanya akan memiliki nilai-nilai global, dan hilanglah jati diri bangsa Indonesia ini. Masalahnya upaya-upaya pemeliharaan dan pelestarian budaya tradisional sampai saat ini tidak begitu mudah dilakukan di tengah serbuan budaya modern dari luar.

Selain masalah internal seperti kurang ketertarikan masyarakat Indonesia terutama generasi mudanya dan upaya pelestarian yang belum terasa gaungnya, juga terjadi masalah eksternal. Seiring dengan perkembangan zaman modern produk budaya bukanlah milik kolektif seperti ketika masa agraris melainkan milik individualis atau sekelompok etnis. Oleh karena itu, segala produk budaya termasuk kesenian kontemporer maupun tradisional pun diberi cap milik individu atau sekelompok masyarakat, bahkan sebuah bangsa.

Ketika masyarakat kita lalai memberi cap tersebut pada produk budaya sendiri, terjadilah pencurian budaya oleh bangsa lain yang kemudian diklaim sebagai produk budaya bangsa tersebut. Oleh karena itu, menurut Prof. Dr. Edi Sedyawati, mantan Dirjen Kebudayaan, harus ada perlindungan budaya yang lebih jelas maka diperlukan sebuah undang-undang yang khusus untuk perlindungan karya budaya tradisional. Keanekaragaman budaya Indonesia yang terdiri dari ribuan etnis itu harus bisa dipatenkan agar tidak dicuri oleh bangsa luar untuk kepentingan sendiri.


(6)

Di samping itu, walau tidak mudah mengupayakan pelestarian budaya kita harus tetap gencar dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah

pementasan-pementasan seni budaya tradisional di berbagai pusat kebudayaan atau tempat umum yang dilakukan secara berkesinambungan. Namun dengan cara itu pun belum cukup, masih banyak cara untuk melestarikan budaya Indonesia. Misalnya, melalui pendidikan dan olahraga. Pendidikan sebagai sarana mencerdaskan kehidupan bangsa dapat dijadikan alternatif utama untuk menjaga dan mempertahankan kebudayaan bangsa. Sedangkan olahraga adalah sebagai media pelestarian budaya, dengan cara mengenalkan budaya tersebut.

Olahraga merupakan bentuk lanjutan dari bermain, dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian manusia. Dengan salah satu tujuannya adalah membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dan konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama.

Selain itu, olahraga memberi manfaat bagi perkembangan motorik anak. Selain untuk perkembangan fisiknya, olahraga juga amat baik untuk perkembangan otak serta psikologis anak. Mengikutkan anak pada kelompok olahraga akan meningkatkan kesehatan fisik, psikologis serta psikososialnya. Anak menjadi senang mendapat stimulasi kreativitas yang baik untuk perkembangannya.

Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya


(7)

dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini berjudul ”Deskripsi Pelestarian Budaya Lampung Melalui Permainan Rakyat Lampung Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka permasalahan yang timbul dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Budaya Lampung yang mulai luntur oleh arus globalisasi

2. Budaya Lampung yang sudah ditinggalkan oleh masyarakat Lampung 3. Generasi muda sebagai produk moderenisme kurang tertarik terhadap

budaya tradisional Lampung.

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pelestarian budaya Lampung melalui permainan rakyat Lampung pada siswa Sekolah Menengah Pertama se Provinsi Lampung.


(8)

D.

Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di uraikan di atas, untuk memudahkan penelitian perlu pembatasan yang berdasarkan tujuan dari penelitian ini, adapun pembatasan masalah tersebut adalah mengetahui pelestarian budaya Lampung melalui permainan rakyat Lampung pada siswa Sekolah Menengah Pertama se Provinsi Lampung.

E.

Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimana tanggapan siswa terhadap permaianan rakyat daerah Lampung dalam upaya melestarikan budaya Lampung

F.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi Penulis

Mengetahui secara jelas upaya pelestarian budaya Lampung melalui permainan rakyat Lampung.

2. Bagi Siswa


(9)

3. Bagi Peneliti Lainnya

Sebagai salah satu acuan dalam pengembangan olahraga dan budaya di ProvinsiLampung.

G.

Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Tempat penelitian di SMP di Provinsi Lampung. 2. Subjek penelitian yang diamati adalah SMP

3. Objek penelitian yang diamati adalah a.)kegiatan olahraga terhadap permainan tradisional; b.) tanggapan siswa


(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelestarian

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pelestarian berasal dari kata ” lestari ” yang berarti tetap seperti keadaan semula. Dan mendapatkan imbuhan ”pe dan an ” yang berarti proses, cara, perbuatan melestarikan, perlindungan dari kemusnahan atau kerusakan, pengawetan, konservasi.

Konsep ”pelestarian” bisa mengandung beberapa arti. Pertama, dengan upaya-upaya untuk mempertahankan, menjaga, seperti apa adanya. Kedua, atau menampilkan dengan disesuaikan kondisi dan situasi kehidupan masa kini, sehingga diperoleh bentuk tidak persis sama seperti aslinya tetapi tetap menjaga dan mempertahankan nilai-nilai yang ada. (Sukirman, 2008:11)

B. Kebudayaan

Menurut Widagdho (1988: 18)

”Kebudayan = cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris) berasal dari perkataan latin ” colere ” yang berarti mengolah,

mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai ”segala daya dan aktivitas manusia untuk mengubah dan mengubah alam.”


(11)

Dilihat dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta ”buddhayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Pendapat lain mengatakan, bahwa ”budaya” adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, dan kebudayaan, adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut. Djojodiguno dalam bukunya ”asas-asas sosiologi (1958)

”Kebudayaan atau budaya adalah daya dari budi, yang berupa cipta, karsa dan rasa,

Cipta : kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam pengalamannya, yang meliputi pengalaman lahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan.

Karsa : kerinduan manusia untuk menginsyafi tentang hal ”sangkan paran”. Dari mana manusia sebelum lahir (= sangkan), dan kemana manusia sesudah mati (= paran). Hasilnya berupa norma-norma keagamaan/ kepercayaan. Timbullah bermacam-macam agama, karena

kesimpulan manusia bermacam-macam pula.

Rasa : kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongan untuk menikmati keindahan. Manusia merindukan

keindahan dan menolak keburukan / kejelekan. Buah perkembangan rasa ini terjelma dalam bentuk berbagai norma keindahan yang kemudian menghasilkan macam kesenian”.

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.

Para ahli sudah banyak yang menyelidiki berbagai kebudayaan. Dari hasil penyelidikan tersebut timbul dua pemikiran tentang munculnya suatu kebudayaan atau peradaban. Pertama, anggapan bahwa adanya hukum


(12)

pemikiran atau perbuatan manusia disebabkan oleh tindakan besar yang menuju kepada perbuatan yang sama dengan penyebabnya yang sama. Kedua, anggapan bahwa tingkat kebudayaan atau peradaban muncul sebagai akibat taraf perkembangan dan hasil evaluasi masing-masing proses sejarahnya.

Adapun ahli-ahli antropologi yang memberikan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah Tylor dalam buku yang berjudul

”Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan komplek, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat. (Widagdho, 2008:19)

Linton dalam buku ”The Culture Background of Personality”, menyatakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan hasil laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu. (Widagdho, 2008:19)

Klukhohn dan Kelly mencoba merumuskan defenisi tentang kebudayaan sebagai hasil tanya jawab dengan para ahli antropologi, sejarah, hukum, psikologi yang implisit, exsplisit, rasional, irasional, terdapat setiap waktu sebagi pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia. (Widagdho, 2008:19)

Herskovits, seorang ahli angtropologi Amerika mendefinisikan kebudayaan adalah ”Men Made Part of The Environment” (bagian dari lingkungan buatan manusia). (Widagdho, 2008:19)


(13)

Dawson dalam buku ”Age of The Gods”, mengatakan bahwa kebudayaan adalah cara hidup bersama (culture is common way of life). (Widagdho, 2008:19)

Dryvendak mengatakan bahwa kebuadayaan adalah kumpulan dari cetusan jiwa manusia sebagai yang beraneka ragam berlaku dalam suatu masyarakat tertentu. (Widagdho, 2008:19)

Selain definisi-definisi di atas, masih ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar Indonesia seperti : (Widagdho, 2008:19-20)

1. Koentjaraningrat mengatakan kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tatakelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.

2. Alisyahbana mengatakan kebuadayaan adalah manifestasi dari cara berfikir.

3. Hatta, kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa.

4. Mangunsarkoro, kebudayaan adalah segala yang bersifat hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang seluas-luasnya.

5. Gazalba, kebudayaan adalah cara berfikir dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang berbentuk kesatuan sosial dengan suatu ruang dan suatu waktu.

C. Suku Bangsa Lampung 1. Asal Mula Suku Lampung

a. Zaman Hindu Animisme

Perkiraan sejarah suku bangsa Lampung dimulai dari zaman Hindu animisme yang berlaku di antara tahun pertama Masehi sampai permulaan abad ke-16. Yang dimaksud dengan zaman Hindu di sini


(14)

adalah jaman masuknya ajaran-ajaran atau system kebudayaan yang berasal dari daratan India termasuk Budhisme yang unsur-unsurnya terdapat dalam adat budaya orang Lampung. Nampaknya pengaruh Hinduisme itu sangat sedikit yang dianut oleh orang-orang Lampung, tetapi yang banyak adalah kepercayaan asli yang merupakan tradisi dari zaman Malayo-Polinesia, yang serba bersifat animisme.

Masyarakat Lampung sudah lama dikenal orang-orang luar, sekurang-kurangnya pada masa permulaan tahun Masehi daerah Lampung merupakan tempat orang-orang lautan mencari hasi-hasil hutan. Hal itu dibuktikakn oleh hasi-hasil penemuan berbagai jenis bahan keramih dari zaman Han (206 s.M.-220 M), begitu juga bahan keramik dari masa post-Han (abad ke-3 sampai ke-7) dan seterusnya ditemukan juga bahan-bahan keramik Cina sampai masa dinasti Ming (1368-1643 M).

Berdasarkan literature dari bangsa Cina dari abad ke-7, dikatakan bahwa di daerah selatan terdapat kerajaan-kerajaan yang antara lain di sebut “To-lang dan P’ohwang”. Dengan mempersatukan kedua maka menjadi “Tulang Bawang”, yang di tempatkan di Lampung. Sebenarnya letak bekas kerajaan ini yang tepat belum dapat diketahui dengan pasti, kita hanya memperkirakan terletak di sekitar Way Tulangbawang, yaitu di Kabupaten Tulangbawang (Menggala).

Dalam riwayat lama yang disampaikan secara turun temurun dikalangan rakyat mengatakan bahwa cikal-bakal sebagian besar orang Lampung yang ada sekarang ini berasal dari Sekala Be’rak, yaitu suatu daerah


(15)

dataran tinggi Gunung Pesagi (2.262 m) di Kecamatan Kenali (Belalau). Dengan demikian diperkirakan bahwa nenek moyang orang Lampung berasal dari Bukit Barisan pada abad ke-13, atau diperkirakan sezaman dengan kerajaan Pagaruyung Minangkabau yang didirikan

Adityawarman pada tahun 1339.

Di dalam kitab “Kuntara Raja Niti”, yaitu kitab adat istiadat orang Lampung yang hingga sekarang masih dapat diketemukan dan dibaca, baik dalam aksara asli maupun yang sudah ditulis dalam aksara latin, walaupun isinya sudah banyak dipengaruhi oleh agama Islam yang masuk dari Banten. Isi dari kitab tersebut diceritakan bahwa orang Lampung (suku Pubian, Abung Peminggir dan lain-lain) berasal dari Pagaruyung, keturunan putri Kayangan dan Kua Tunggal. Kemudian setelah kerabat mereka berdiam di Sekala Be’rak, maka di masa cucunya, Umpu Sunting mendirikan Keratuan Pemanggilan. Umpu Sunting memiliki lima anak laki-laki mereka adalah Indra Gadjah yang memiliki keturunan orang Abung, Belunguh memiliki keturunan orang Peminggir, Pa’alang yang menurunkan orang Pubian, Pandan yang dikatakan hilang dan Sangkan yang dikatakan Suka ham.

b. Zaman Islam

Islam diperkirakan memasuki daerah Lampung di sekitar abad ke-15, memalui tiga arah. Pertama dari arah barat (Minangkabau), memasuki daratan tinggi Belalau. Kedua dari daerah utara (Palembang), memasuki daerah Komring pada permulaan abad ke-15 (1443) di Palembang.


(16)

Ketiga dari Banten oleh Fatahillah Sunan Gunung Jati, memasuki daerah Labuan Maringgai sekarang, yaitu di Keratuan Pugung disekitar tahun 1525, sebelum direbutnya Sunda Kelapa (1526).

Dari perkawinan Fatahillah dengan putri Sinar Alam anak Ratu Pugung maka lahirlah Minak Kejala Ratu yang kemudian menjadi cikal bakal Keratuan Darah Putih yang menurunkan Raden Intan.

Dengan masuknya masyarakat adat Pugung ke agama Islam, dan setelah itu dengan berdirinya keratuan di daerah Putih sebagai tempat

penyebaran Islam di Daerah Lampung yang pertama, maka secara berangsur-angsur orang-orang Peminggir di Pantai Selatan memasuki agama Islam. Dalam rangka membangun Islam dan melaksanakan dakwahnya, maka antara Ratu Putih dan Pangeran Sibangkingking (Maulana Hasanuddin) diadakan perjanjian yang terkenal sebagai “Perjanjian Dalung Kuripan”. Isi dari perjanjian tersebut menjelaskan tentang kedudukan mereka, Ratu Putih tetap memimpin di daerah Lampung sedangkan Maulana Hasanuddin berkedudukan di Banten. Dan disepakati pula jika ada wanita Banten yang akan dipaksa dengan orang Lampung bukan atas kemauanya, maka Dearah Lampung akan diserang, begitu pula sebaliknya.

c. Perkembangan Masyarakat Lampung

Menurut Ikwan dkk. (1995:6)

“Suku bangsa Lampung merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang memiliki latar belakang kebudayaan yang tumbuh


(17)

dan berkembang sesuai dengan kondisi lingkungan alam dan sosial masyarakat. Kebudayaan daerah Lampung terbentuk dari proses adaptasi searah dengan perkembangan kebutuhan hidup

pendukungnya. Letak geografis yang sangat strategis untuk dijangkau dari berbagai daerah serta tanahnya yang subur akan tanaman rempah-rempah turut mewarnai kekayaan budaya daerah ini sejak zaman dahulu”.

Secara garis besar kelompok suku bangsa Lampung dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu masyarakat Lampung yang beradat “Pepadun” dan masyarakat Lampung yang beradat “Peminggir atau Saibatin”. Kedua kelompok masyarakat ini memiliki adat istiadat yang khas sesuai dengan kebiasaan masing-masing.

Namun secara mendasar kedua kelompok adat memiliki persamaan unsur budaya tertentu yang sangat menonjol. Masyarakat Lampung yang beradat Pepadun pada umumnya mendiami daerah pedalaman seperti daerah Abung, Way Kanan/ Sungkai, Tulangbawang dan Pubian. Sedangkan masyarakat Lampung beradat Peminggir atau Saibatin mendiami daerah sepanjang pantai Teluk Lampung, Teluk Semangka, Krui, Belalau, Pesisir Rajabasa dan Melinting.

Kebudayaan daerah Lampung mengandung prinsip-prinsip yang digunakan dalam kehidupan masyarakat. prinsip tersebut dapat diwujudkan berupa pandangan hidup mereka mengandung nilai-nilai budaya yang mendasar atau falsafah hidupyang digunakan dalam kehidupan masyarakat.


(18)

Pandangan hidup bermasyarakat itu tercermin dalam bahasa daerah Lampung yang disebut “Piil”. (Ikwan dkk, 1995:25)

“Piil merupakan hasil karya dari proses perjalanan hidup masyarakat tradisional Lampung yang tumbuh kembang dalam sejarah yang berinteraksi dengan lingkungan sosial. Sedangkan secara harfiah berarti perbuatan atau perangai manusia yang agung dan luhur di dalam nilai dan maknanya dan oleh karena itu patut diteladani dan pantang untuk diingkari”.

Sedangkan dalam dokumen literatur resmi piil diartikan sebagai segala sesuatu yang menyagkut “harga diri”. (Ikhwan dkk, 1995:25)

Dalam konsep piil terkandung nilai-nilai budaya yang luhur yang menjadi keperibadian, jatidiri dan pedoman bersikap dan tingkah laku. Secara totalitas piil mengandung makna berjiwa besar, mempunyai perasaan malu, rasa menghargai diri, ramah, suka bergaul, tolong menolong dan bernama besar atau gelar. Oleh sebab itu untuk mempertahankan piil seseorang dapat mempertaruhkan apa saja baik daya, dana termasuk nyawa sekalipun.

(Sugoto, 1991:2)

“Prinsip atau piil masyarakat Lampung terdiri dari lima, 1. Piil Pasenggiri

Yaitu prinsip bahwa masyarakat suku Lampung selalu ingin sejajar, berdampingan dengan masyarakat lainnya.

2. Piil Pesabaian

Karakter masyarakat Lampung mampu menjalin persaudaraan atau persahabatan, artinya dalam kehidupan sehari-harinya setiap orang Lampung harus memiliki kemampuan untuk menjalin


(19)

persahabatan dengan orang lain yang baru dikenal dan dapat menjalin persaudaraan.

3. Nengah Nyapur

Masyarakat suku Lampung termasuk masyarakat yang senang bergaul. Kegemaran bergaul itu lazim disebut Nengah Nyapur yang dapat diterjemahkan sebagai bermasyarakat.

4. Nemui Nyimah

Artinya menghormati tamu dan ini merupakan prinsip hidup masyarakat suku Lampung.

5. Bejuluk Beadek

Juluk dan adek yaitu pemberian gelar, artinya masyarakat suku Lampung gemar sekali memiliki gelar-gelar keadatan. Juluk yakni gelar yang diberikan kepada seorang anak ketika anak itu telah pandai berjalan. Sedang Adek yaitu gelar yang diberikan kepada seseorang yang sudah atau baru berkeluarga”.

2. Bahasa dan Tulisan

Berbicara mengenai hakikat bahasa, Prof. Anderson mengemukakan adanya delapan prinsip dasar, (Henry Guntur, 1985:2) yaitu :

a. Bahasa adalah suatu system

b. Bahasa adalah vocal (bunyi ujaran)

c. Bahasa tersusun dari lambang-lambang mana suka (arbitrary symbols)

d. Setiap bahasa bersifat unik

e. Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan f. Bahasa adalah alat komunikasi

g. Bahasa berhubungan erat dengan budaya tempatnya berada h. Bahasa itu berubah-ubah

Fungsi bahasa adalah suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup ini, bahasa adalah milik manusia, bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama kita umat manusia dengan makhluk hidup lainnya di dunia ini. (Henry Guntur, 1985:3)


(20)

Setiap angota masyarakat terlibat dalam komunikasi linguistik, di satu pihak dia bertindak sebagai pembicara dan dipihak lain sebagai penyimak. Dalam komunikasi yang lancar, proses perubahan dari pembicara menjadi penyimak, dari penyimak menjadi pembicara, begitu cepat, terasa sebagai suatu peristiwa biasa dan wajar, yang baginorang kebanyakan tidak perlu dipermasalahkan apalagi dianalisis dan ditelaah.

Bahasa daerah Lampung adalah bahasa yang digunakan di daerah keresidenan Lampung, di daerah Komering yang termasuk dalam keresidenan Palembang dan daerah Krui. Menurut van der Tuuk, bahasa Lampung dapat dibagi dalam dua induk dialek yaitu dialek Abung dan dialek Pubian, namun Dr. Van Royen, membagi bahasa daerah

Lampung itu dalam dua dialek yaitu “dialek nya” dan “dialek api”.

Sebenarnya dalam bahasa sehari-hari kita dapat membedakan antara dialek yang ucapannya banyak memakai kata-kata “a” dan banyak memakai kata-kata “o” atau “ou”. Dialek “a” digolongkan dalam Belalau, sedangkan dialek “o” atau “ou” digolongkan dalam dialek Abung. Sebenarnya antara kedua dialek tersebut banyak terdapat

perbedaan. Dialek yang banyak dipakai adalah dialek “a”. Yang sedikit agak lain dalam ucapan adalah percampuran antara dialek “a” dan “o”, karena pengaruh tempat lalu menjadi dialek “e” (seperti dialek Jakarta). Hal ini tampak pada bahasa Lampung Kayu Agung.

Bahasa Lampung ini sekarang hanya merupakan bahasa kerabat yang terbatas pemaikaiannya, yaitu hanya dipakai di rumah, di


(21)

kampung-kampung penduduk asli antar sesamanya, dan diwaktu pertemuan atau musyawarah adat. Banyak anak-anak muda Lampung di kota-kota besar sudah tidak lagi mengunakan daerahnya, dan hanya memakai bahasa Indonesia saja. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd, menyatakan bahwa Bahasa Lampung adalah identitas orang Lampung yang tidak boleh digantikan dengan bahasa lain, masyarakat Lampung harusnya

membuka diri dengan kebudayaan sendiri karena bahasa Lampung juga bagian dari asset kebudayaan nasional. Maka mulailah mencintai bahasa sendiri. (Rudiansyah, 2011: 12).

Bahasa Lampung tidak mempunyai tingkatan-tingkatan perbedaan dalam pemakaian bahasa seperti bahasa Jawa, melainkan seperti bahasa Belanda yang cukup mengganti kata ganti orang dalam pembicaraan antara sesame orang muda, antara orang muda dengan orang yang tua, atau antas sesama orang tua. Untuk menunjukan sopan santun dalam pembinaan dengan orang yang tua, cukup dengan melemahkan ucapan.

D. Olahraga

Dalam arti sempit olahraga diidentikan sebagai gerak badan. Olahraga dilihat dari asal katanya dari bahasa Jawa, ”olah” yang berarti melatih diri dan ”rogo (raga)” berarti badan. Secara luas olahraga dapat diartikan sebagai segala kegiatan atau usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan, dan membina kekutan-kekuatan jasmaniah maupun rohaniah pada setiap manusia.


(22)

Defenisi lain yang dilontarkan (Mutohir, 1992) pada lokakarya nasional pembangunan olahraga.

”Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh hiburan,

kemenangan, dan prestasi puncak dalam ranggka pembentukan manusia indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan pancasila.”

Di dalam UU No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Bab I, Pasal I, Ayat 4 dijelaskan bahwasannya olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial.

Menurut Schmitz, olahraga adalah suatu perluasan dari bermain. (Tarigan, 2008: 4)

Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab II, Pasal 4 menjelaskan bahwa tujuan dari keolahragan nasional adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa,

memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.

Fungsi dan manfaat olahraga bagi umat manusia, (Tarigan, 2008:31) secara nyata dan dapat dirasakan, bahwa olahraga mempunyai fungsi dan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, walaupun masih ada sementara orang


(23)

yang belum mau mengerti menegenai fungsi dan manfaat itu. Olahraga mempunyai fungsi dan manfaat biologis sebagai alat atau sarana dalam berbagai macam bidang usaha. Olahraga juga dapat mengembangkan emosi, kesegaran jasmani, keterampilan dan mengurangi kebosanan-kebosanan. Olahraga banyak memberikan sumbangan kepada umat manusia, lebih-lebih dalam menghadapi perkembangan ilmu dan teknologi. Olahraga berfungsi untuk mempererat tali persaudaraan manusia tanpa membedakan suku, hierarki dan sosial dalam masyarakat. Serta olahraga dapat berperan serta dalam pembinaan dan pembentukan pribadi.

E. Permainan

Menurut Soetoto, (2000:3)

“Permainan merupakan cabang olahraga yang kita gunakan sebagai alat dalam usaha pendidikan.”

Menurut Dewey, bermain/ permainan adalah sikap hidup yang dapat dilakukan dalam segala situasimaupun kondisi apapun. (Soetoto, 2000:3)

Menurut Huizinga, dalam bukunya Homo Ludens mengatakan bahwa permaianan adalah perbuatan atas kemauan sendiri yang dikerjakan dalam batas-batas tempat dan waktu yang telah ditentukan. Diikuti oleh perasaan. (Soetoto, 2000:3)

Menurut Lazarus, permaianan adalah keasyikan yang bukan dalam betuk bekerja dan bermaksud untuk bersenang-senang serta istirahat. Permaian


(24)

dilakukan setelah lelah bekerja dan bermaksud menyegarkan kembali jiwa dan raganya. (Tarigan, 2008:5)

Sedangkan menurut Buitendyk, tidak mengatakan apa permaianan itu, melainkan hanya menyebutkan prinsip-prinsip apa yang terdapat dalam pengetrian permaianan yaitu :

1. Kita bermmaian dengan suatu barang atau seseorang

2. Ada batas-batas yang menentukan yaitu aturan, lapangan/ tempat

3. Ada klimaks, mula-mula dari lemah kemudian makin lama makin kuat dan turun menjadi lemah kembali

4. Ada pertukaran antara ketegangan (spanning) dan kekendoran (out spanning) (Soetoto, 2000:4)

Roberts dan Smith menyatakan bahwa jenis-jenis permainan sangat besar pengaruhnya terhadap mutu kegiatan pembianaan budaya anak-anak dalam masyarakat. (Sukirman, 2008:7)

Menurut Von Schiller, Permaianan adalah sutu kegiatan manusia di mana di dalamnya mengandung banyak nilai dan hanya dengan permaianlah manusia akan merasakan dirinya lengkap sempurna dan akan merasa sebagai manusia. Memanga ada daya tarik dari bermaian, sehingga menjadi esensisal untuk kesejahteraan manusia. (Tarigan, 2008:29)

F. Permainan Tradisional

Pendapat sejumlah ilmuan sosial dan budaya di Indonesia, yang mengatakan bahwa permainan tradisional anak merupakan unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat dianggap remeh, karena permainan ini memberika pengaruh yang


(25)

tidak kecil terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak dikemudian hari. (Sukirman, 2008:29)

Selain itu, permainan anak-anak ini juga dianggap sebagai salah satu unsur kebudayaan yang memberi ciri atau warna khas tertentu pada suatu

kebudayaan. Oleh karena itu permainan tradisional anak-anak juga dianggap sebagai aset budaya, sebagai modal bagi suatu masyarakat untuk

mempertahankan keberadaannya dan identitasnya di tengah kumpulan masyarakat yang lain.

Dengan berbagai macam kekhasan yang ada padanya, permainan tradisional tidak lagi dimaknai sebagai sekedar “permainan”, tetapi juga sebagai salah satu unsur dari sistem budaya tertentu yang memeiliki fungsi “membedakan” sistem tersebut dengan sistem budaya lain. Permainan tradisional di sini menjadi salah satu istilah “distinctive feature” sebuah sistem budaya. Dia menjadi salah satu pemberian identitas pada sistem budaya tersebut.

Permainan tradisional pada dasarnya terbagi menjadi dua macam, “PATA dan PADA”. PATA adalah permainan tradisional tanpa menggunakan alat.

Sedangkan PADA adalah permainan tradisional dengan menggunakan alat. (Soetoto, 2000)

Berikut ini penjelasan pembagian permainan tradisional dari daerah Lampung berdasarkan PATA dan PADA di dalam tabel berikut:


(26)

Table 1.1 PATA dan PADA

Permainan No Permainan Jenis Permainan Asal Permainan Tujuan Permainan Manfaat

PATA 1 Leok-Leok

Sewok Lampung Rekreatif Hiburan

2 Ula Lampung Rekreatif,

kompetitif Hiburan, sportifitas 3 Tam-tam

Buku Lampung Rekreatif Hiburan 4 Cecelukan Lampung Rekreatif,

ketangkasan Hiburan, terampil, tangkas 5 Bentengan Lampung Rekreatif,

ketangkasan Hiburan, terampil, tangkas

PADA 1 Gasing Lampung Rekreatif,

ketangkasan Hiburan, terampil, tangkas 2 Kemiling Lampung Rekreatif,

ketangkasan Hiburan, terampil, tangkas

3

Panah-panahan Lampung Ketepatan, ketangkasan , keterampila n, kecekatan Terampil, fisik, hiburan, intelektual

4 Sakura (pesta

topeng) Lampung Kompetitif, kreatif, rekreatif

Terampil, sportif, hiburan 5 Memanukan

(das-dasan) Lampung Pola Berfikir, kompetitif

Intelektual

Adaptasi : (Soetoto, 1983:

Pembagian indikator-indikator, serta item-itemnya akan dapat dilihat berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:


(27)

Tabel 1.2 Kisi-Kisi Instrumen Skala Kognitif, Afektif, Psikomotor VARIABEL KOMPONEN INDIKATOR SEBARAN BUTIR

SOAL SKALA

1. Kognitif 1. Pengetahuan

2. Pemahaman

 Memiliki rasa ingin mengetahui macam-macam permainan rakyat dearah Lampung  Senang mempelajari macam-macam permainan rakyat Lampung  Memiliki pemahaman cara bermain setiap permainan rakyat lampung  Senang mengemukak an pendapat kepada guru dan sesama teman  Senang mendiskusik an dengan sesama teman

01. Keinginan mengetahui macam-macam permainan rakyat daerah Lampung (+)

02. Suka bertanya kepada guru atau pembimbing (+) 03. Tidak tertarik

menjajaki buku, ensklopedi dan majalah (-) 04. Suka

mengutak-atik berbagai macam

permainan (+) 05. Tidak tertarik

mencoba salah satu permainan (-)

06. Suka

menjelaskan tentang

permainan rakyat Lampung (+) 07. Mampu

menjelaskan tata cara bermain suatu permainan (+)

08. Tidak

mengetahui jenis-jenis permainan khusus

masyarakat Lampung (-) 09. Suka

menyampaikan usulan tentang tata cara bermain (+) Jawaban “ Ya” pada item positif mendapa t nilai 1,

Sedangk an

jawaban “ tidak” mendapa t nilai 0

Jawaban “ya” pada item negatif mendapa t nilai 0,

Sedangk an jawaban


(28)

3. Penerapan  Senang menerapkan permainan rakyat lampung di sekolah maupun di lingkungan rumah  Sering membiasaka n permaiana tersebut dalam kegiatan sehari-hari  Sering mensimulasi kan permainan rakyat lampung dengan sesama

10. Suka sependapat kepada salah satu kelompok teman (-)

11. Kemauan

bertanya tentang permainan Lampung yang tidak diketahui kepada teman (+) 12. Sering bercerita

tentang permainan Lampung yang menjadi kesukaan (+)

13. Tidak mau ikut serta dalam percakapan teman tentang permainan yang baru saja mereka mainkan (-) 14. Suka bermain

salah satu permainan bersama dengan teman di sekolah maupun rumah (+)

15. Hanya suka menjadi penonton saat teman yang lain bermaian di sekolah maupun di sekitar

halaman rumah (-)

16. Dalam setiap kesempatan seperti istirahat atau sedang bermain, sering memilih untuk bermaian permainan rakyat Lampung (+) “tidak” mendapa t nilai 1.


(29)

4. Analisis

5. Sintetis

teman  Mampu menganalisis tujuan dan manfaat setiap permainan rakyat lampung  Senang Mengkreasik an permainan rakyat lampung  Sering Memadukan permainan rakyat lampung kedalam kegiatan sehari-hari  Sering

17. Tidak suka bermain

permainan rakyat Lampung (-) 18. Dalam olahraga,

guru sering meminta siswa bermain

permainan rakyat Lampung (+) 19. Suka

melombakan salah satu permainan

dengan teman (+) 20. Tidak ada

sportifitas dalam melaksanakan perlombaan (-)

21. Tidak tertarik memecahkan kesulitan dalam permainan (-) 22. Sering melatih

ketangkasan dalam suatu permainan (+) 23. Dapat menelaah

tujuaan dan manfaat permainan (+) 24. Suka

memodifikasi atau menambahkan peraturan kedalam permainan (+) 25. Tidak suka

mengkreasikan permainan (-) 26. Suka mengaitkan

permainan menjadi kegiatan sehari-hari (-)


(30)

6. Evaluasi menciptakan permainan lampung yang baru  Mampu memilih permainan mana yang disukai

27. Menjadikan permainan rakyat Lampung sebagai hiburan (+) 28. Menjadikan

permainan rakyat Lampung sebagai mengasah

keterampilan (+) 29. Senang sengan

hal-hal baru (+) 30. Bosan dengan

hal-hal yang monoton (+) 31. Senang

mengkreasikan dan mengembangkan bentuk-bentuk permainan yang baru (+)

32. Sering memilih permainan yang mengandalkan tim dari pada individu (+) 33. Merasa kurang

suka dengan permainan yang terlalu banyak pemain (-) 34. Dengan yakin

menentukan jenis permainan yang diminati teman-teman (+) 2. Afektif 1. Menerima  Sering

mengikuti permainan rakyat lampung dalam perlombaan di lingkungan rumah

35. Suka

memeriahkan perlombaan yang diadakan di sekolah maupun di lingkungan rumah (+) 36. Hanya menjadi

penonton setia ketika diadakan


(31)

2. Menilai

3. Menaggapi

maupundi sekolah  Sering mengusulkan permainan yang akan dimainkan  Senang mengajukan ketidak setujuan peraturan dalam permainan rakyat Lampung  Menyenangi permaian-permaian yang mudah perlombaandi sekolah maupun di lingkungan rumah (-)

37. Dengan senang hati mengusulkan jenis permainan yang akan dimainkan kepada teman-teman (+) 38. Tidak

menemukan permainan yang menarik (-) 39. Ragu dalam

mengajukan permainan jenis apa yang menyenagkan (-)

40. Tidak aktif dalam permainan yang mengandalkan ketangkasan (-) 41. Sering membuat

peraturan permainan sebelum permainan dimainkan (+) 42. Kebiasaan

mengajukan keberatan jika terjadi kecurangan dalam permaianan (+) 43. Hanya

menyenagi permainan yang disukai saja (-) 44. Tidak suka


(32)

4. Mengelola

5. Menghayati

 Senang merembukan pembagian tim dalam permainan  Mengklasifik asikn permainan yang mudah membangun semangat tim untuk dapat memenagkan permainan  Menunjukan sportifitas dalam permainan  Memecahkan kesulitan yang dihadapi saat berhadapan dengan memainkan permainan yang rumit, menantang dan menambah kreatifitas (-)

45. Bearsama teman membagi tim secara adil (+) 46. Terkadang tidak

suka atas pembagian tim yang ditentukan (-)

47. Perasaan kurang puas bila tidak ikut dalam pembagian tim bermain (+) 48. Kemampuan

menentukan permainan yang membangun semangat (+) 49. Dengan yakin

menolak permainan panahan, pesta topeng dan gasing sebagai permainan yang tidak mampu membangun kebersamaan tim (-)

50. Menerima kekalahan (+) 51. Mengajukan

protes apabila ada kecurangan (+) 52. Suka berdebat

apabila tim mengalami kekalahan (-) 53. Suka


(33)

lawan mendiskusikan kepada teman untuk

memecahkan masalah (+) 54. Hanya

menyalahkan teman apabila teman melakukan kesalahan (-) 3. Psikomot

or 1. Menirukan

2. Memanipulasi

 Senang memposisika n sebagai pimpinan tim untuk menciptakan strategi permainan  Mampu menyesuiaka n diri dengan tim  Mampu merancang strategi bermaian  Mampu memeilih

55. Mampu mengerti dengan situasi permainan (+) 56. Sering

memberikan ide atau strategi kepada teman dalam tim (+) 57. Dapat

menggantikan posisi teman dalam tim untuk tetap

mengendalikan jalanya

permainan (+) 58. Selalu

mendiskusikan kepada teman strategi apa yang akan digunakan (+)

59. Kurang menyukai strategi untuk mengalahkan tim lawan(-)

60. Suka dengan teman-teman yang pintar bermain saja (-)

61. Tidak

membedakan teman untuk menjadi teman dalam tim (+) 62. Selalu


(34)

3. Pengalamiaha n kawan untuk dijadikan tim bermaian  Mampu mengoreksi cara bermaian tim sendiri dan tim lawan  Mampu menggantika n posisi ketua tim atau teman lain dalam tim, saat orang tersebut tidak ada  Mampu mendorong semangat diri sendiri dan teman dalam tim membicarakan kekurangn tim dan kelebihan tim lawan (+)

63. Selalu menyalahkan teman (-) 64. Dapat menjadi

pemimpin bagi teman dalam satu tim (+)

65. Dapat menjadi central dalam tim (+)

66. Selalu memberi pengarahan yang baik untuk tim (+)

67. Suka

memberikan semangat kepada teman yang mulai tidak semangat (+)

68. Sering melakukan permainan tungal saat senggang untuk mempertahankan semangat (+) 69. Sering

mendorong teman untuk melakukan yang terbaik untuk teman (+) 70. Suka

mengunakan itelegensi dalam permainan (+) 71. Memiliki tak-tik

dan trik dalam permainan(+) 72. Hanya

menagndalkan otot dan kekuatan


(35)

4. Artikulasi  Mampu mengalihkan perhatian tim lawan

 Mampu mempertaja m

kemampuan membaca tim lawan

fisik (-) 73. Suka

mengunakan itelegensi dalam permainan (+) 74. Memiliki tak-tik

dan trik dalam permainan(+) 75. Hanya

menagndalkan otot dan kekuatan fisik (-)

Jumlah butir soal 75

G. Kerangka Fikir

Budaya adalah harta yang tak ternilai dari suatu bangsa tidak terkecuali Lampung. Namun, banyak dari masyarakat Lampung masih kurang melestarikan kebudayaan tersebut. Oleh karena itu nilai kebudayaan perlu dilestarikan salah satunya dengan menumbuhkan minat dalam diri masing-masing yang ditambahkan sejak kecil. Maka baiknya minat itu ditanamkan pada siswa sekolah lanjutan tingkat pertama melalui permainan tradisional rakyat daerah Lampung. Permainan tersebut dijadikan kebiasaan dalam

permainan sehari-hari. Dan hal tersebut jika dikembangkan terus-menerus akan menjadi suatu upaya pelestarian kebudayaan Indonesia. Penjelasan tersebut dapat dijelaskan dalam kerangka fikir berikut ini:


(36)

Gambar 1. Kerangka Fikir

Kegiatan Olahraga Terhadap Permainan

PATA PADA

Kebiasaan Dalam Permainan Sehari-hari

Upaya Pelestarian Budaya Lampung


(37)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif. (Sukmadinata, 2006:72). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang

kecendrungan yang tengah berlangsung.

Furchan, (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperimen.

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif yaitu dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan cermat serta

menggambarkan fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual, dan akurat tanpa menggunakan teknik analisis statistik.

Dalam membahas permasalahan ini, penulis mengadakan pendekatan yang dilakukan secara normatif dan empiris. Pendekatan secara normatif dilakukan


(38)

melalui penelaahan terhadap teori-teori, konsep-konsep serta

peraturan-peraturan yang ada dan berhubungan dengan masalah yang dibahas. Sedangkan pendekatan secara empiris dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi terhadap para ahli yang dianggap mengetahui tentang Kebudayaan Lampung itu sendiri.

B. Subyek Penelitian a. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Menengah Pertama se- Provinsi Lampung.

b. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah mengunakan random sampling atau sampel bertingkat/ bertahap (Multistage Sampling). Proses pengambilan sampel dilakukan bertingkat, baik tingkat dua maupun lebih. Dengan menggunakan kreteria :

1. Tiga Kabupaten/ Kota dengan kreteria berdasarkan pendapatan regional daerah dan tingkat prekonomian daerah ( Sumber BPS Provinsi

Lampung) : a. Maju

b. Sedang-sedang c. Belum maju

2. Dan masing-masing Kabupaten/ Kota diambil tiga Sekolah dengan kreteria berdasarkan tingakat keunggulan sekolah tersebut di bidang akademik:


(39)

a. Ungulan b. Sedang-sedang c. Belum Unggulan

Dan digambarkan pada gambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Pengambilan Sambel Bertingkat

Cara ini digunakan karena populasinya cukup homogen, jumlah populasi sangat besar dan populasi menempati daerah yang sangat luas. (Rozaini 2003:4-5).

Dan hasil pembagian tersebut kemudian didapatkan hasil dengan populasi sejumlah 6828 siswa. Dan pada masing-masing sekolah hanya diambil 20% dari jumlah siswa masing-masing sekolah. (Arikunto, 2006:134). Dengan pembagian putra diambil 10% dan putri diambil 10%. Dan pembagian pada masing-masing sekolah dapat dilihat sebagai berikut ; Table 3. Pengambilan Sampel

No Nama Sekolah Jumlah Siswa Jmlh 10% Jmlh 10% Laki-laki Perempuan Jumlah Sampel 1 SMPN 8 Balam 1005 467 47 538 54 101 2 SMPN 13 Balam 984 471 47 513 51 98 3 SMP Perintis 1 Balam 876 433 43 443 44 87 4 SMPN 1 Kalianda Lamsel 935 387 39 548 55 94 5 SMPN 1 Tnj. Bintang Lamsel 732 315 32 417 42 74

Provinsi Lampung

3 Kabupaten/ Kota


(40)

6 SMPN 5 Natar Lamsel 408 215 22 193 19 41 7 SMPN 1 Gisting Tanggamus 658 288 29 370 37 66 8 SMPN 1 Tlng Padang

Tanggamus 861 457 46 404 40 86

9 SMPN 1 Ulu Belu Tanggamus 367 180 18 187 19 37

Jumlah 6828 3213 323 3613 181 684

c. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas atau dependent (X) danvariabel terikat atau independent (Y). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Permainan Rakyat Lampung (X) dan variabel terikat adalah Upaya Pelestarian Budaya Lampung (Y).

C. Sumber Data

Sumber data yang akan didapat adalah: a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui angket dan observasi lapangan dari sampel yaitu seluruh siswa SMP

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain atau di luar sampel diungkapkan melalui dokumentasi dari hasil observasi serta melakukan studi kepustakaan.


(41)

D. Instrument Penelitian

Menurut Arikunto (2002: 136) instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah. Instrumen pada penelitian ini adalah

a. Angket (Kuesioner) b. Observasi

c. Dokumentasi

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian di atas perlu menggunakan metode yang tepat, serta perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif. Di bawah ini beberapa teknik pengumpulan data yang akan diginakan dalam penelitian ini.

a. Angket (Kuesioner)

Dalam penelitian ini teknik angket yang digunakan adalah angket yang bersifat tertutup dan ditujukan langsung pada responden sehingga responden dapat dengan mudah menjawabnya.

b. Observasi

Dalam penelitian ini teknik observasi digunakan sebagai pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek yang akan diteliti. Hal-hal yang


(42)

akan diobservasi antara lain, adalah minat siswa terhadap permainan tradisional dlam mengupayakan pelestarian kebudayaan Lampung. c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan sebagai metode pembantu dalam teknik observasi. Dokumentasi digunakan untuk merekam segala sesuatu yang terjadi dalam observasi. Dan alat yang digunakan adalah handycam dan kamera digital.

F. Uji Persyaratan Instrumen

Untuk mendapatkan data yang benar, maka instrument harus memenuhi

persyaratan tertentu. Instrumen yang baik dalam penelitian harus memenuhi dua peryaratan yaitu valid dan reliabel. Dalam penelitian ini digunakan seperangkat instrument berbentuk angket atau kuesioner. Angket digunakan untuk

memperoleh data peningkatan pelestarian kebudayaan Indonesia melalui olahraga.

a. Uji Validitas

Untuk menghitung validitas digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, menggunakan rumus :

 

 

2 2

.

2

 

2

. Y Y n X X n Y X XY n rxy            Keterangan :


(43)

n = Jumlah sampel X = Skor variabel X Y = Skor variabel Y

∑X = Jumlah skor variabel X ∑Y = Jumlah skor variabel Y

∑X2 = Jumlah kuadrat skor variabel X ∑Y2 = Jumlah kuadrat skor variabel Y

Kemudian, untuk menguji signifikan hasil korelasi gunakan uji-t. Adapun kriteria untuk menentukan signifikan dengan membandingkan nilai t-hitung dan t-tabel. Jika t-hitung > t-tabel, maka dapat kita simpulkan bahwa butir item tersebut valid. Rumus mencari t-hitung yang digunakan adalah :

Selanjutnya harga t tersebut dianggap valid pada taraf α = 0,05 dimana dk= n-2. (Ridwan, 2005: 97-108)

b. Uji Reliabilitas

Syarat reliabilitas dengan rumus r11 yang kemudian dikemukakan Ridwan (2005:97-108) yaitu :

r

11 =

2.r

1+r

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptkif kualitatif. Dalam teknik ini akan dipergunakan format-format untuk menggambarkan berbagai kondisi populasi, dan uraian yang


(44)

menekankan pada upaya pembahasan secara detail dan terperinci. Jika teknik analisis yang akan dipergunakan bersifat deskriptif, maka tanpa mengunakan teknik analisis statistik.


(45)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui pelestarian budaya Lampung melalui permainan rakyat Lampung pada siswa Sekolah Menengah Pertama sudah berjalan dengan baik dalam memperkenalkan dan melestarikan budaya pada siswa di provinsi Lampung. Hal ini diketahui dari jawaban siswa yang sebagian besar mendapatkan skor satu pada setiap jawaban serta antusiasme siswa dalam mengikuti setiap permainan yang diberikan. Hal ini sesuai dengan konsep bahwa budaya merupakan ciptaan hidup dari suatu bangsa. Oleh sebab itu budaya harus ditanamkan kepada siswa sejak dini. Agar terjaga kelestarian budaya bangsa dan khususnya budaya Lampung sendiri.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :


(46)

1. Kepada guru; agar siswa semakin senang dengan kebudayaan sendiri, maka peran seorang guru di sekolah adalah dapat menumbuhkan motivasi siswa pada budayanya sendiri.

2. Kepada siswa; siswa hendaknya semakin meningkatkan rasa cinta kepada budayanya sendiri, supaya tetap terjaga dan tidak tergerus arus globalisasi. 3. Kepada peneliti ; untuk kesempurnaan penelitian ini, perlu diadakan

penelitian lanjutan yang lebih spesifik dan detail terhadap keterkaitan antara indikator-indikator dalam penelitian ini, selain itu perlu mengkaji lebih lanjut faktor-faktor yang lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.


(47)

DESKRIPSI PELESTARIAN BUDAYA LAMPUNG MELALUI

PERMAINAN RAKYAT LAMPUNG PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-PROVINSI LAMPUNG

( Skripsi )

Oleh

RESTA WAHYU WIBOWO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Iventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. 1992. Adat Istiadat Daerah Lampung. Lampung Hifni Mugoddam, dkk. 1984. Permainan Rakyat Daerah Lampung. Jakarta :

Depdikbud

M. Ikhwan, MS, dkk. 1995. Wujud, Arti dan Fungsi Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli Bagi Masyarakat Lampung. Lampung : Depdikbud

Margono. S. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Komponen MKDK. Jakarta : Rineka Cipta.

M. Moeliono, Anton. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Nasution, Rozaiani. 2003. Teknik Sampling. Universitas Sumatra Utara : USU Digital Library

Nugraha, Eka Okta. 2007. Pengaruh Latihan Kelincahan Terhadap Kemampuan Drible Bola Basket Pada Siswa Yang Mengikuti Ekstrakulikuler Di SMA Negeri 1 Kota Agung Tanggamus. Skripsi tidak dipublikasikan. Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universiatas Lampung.

Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMA/MA. Jakarta: Litera.

Soelaeman, Munandar. 2005. Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama.

Soetoto Pontjoputro, dkk. 2000. Permainan Anak Tradisional dan Aktivitas Ritmik. Jakarta : Universitas Terbuka.


(49)

Daerah Lampung. Lampung : Depdikbud

Sukirman Dharmamulya, dkk. 2008. Permainan Tradisional Jawa. Yogyakarta: Kepel Press.

Sutoto, dkk. 1991. Pendidikan Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik. Jakarta: Depdikbud

Sutrisno Hadi. 2004. Metodolagi Research. Yogyakarta : ANDI.

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkasa. Tarigan, Herman. 2008. Pengetahuan Umum Olahraga. Bahan ajar. Bandar

Lampung. Unila.

UU RI No. 3 Tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional. Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Widagdho, Djoko. 2008. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara. Widodo, Mulyanto. 2011. “Cintailah Bahasa Sendiri!”. TENOKRA: Tabloid


(50)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandarlampung

KARTU BIMBINGAN Nama : Resta Wahyu Wibowo

NPM : 0613051028

Pembimbing : Drs. Herman Tarigan, M.Pd.

Judul Skripsi :.Upaya Pelestarian Budaya Lampung Melalui Permainan Rakyat Lampung Pada Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Se-Provinsi Lampung.

No Tanggal

Konsultasi Catatan Pembimbing Paraf


(51)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandarlampung

Nama : Resta Wahyu Wibowo NPM : 0613051028

Pembimbing : Drs. Usman Adam, M.Pd.

Judul Skripsi :.Upaya Pelestarian Kebudayaan Indonesia Melalui Olahraga Pada Siswa Sekolah Dasar Muhammadiah Gisting

Tanggamus. No Tanggal


(52)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandarlampung

Nama : Resta Wahyu Wibowo NPM : 0613051028

Pembahas : Drs. Suranto, M.Kes.

Judul Skripsi :.Upaya Pelestarian Kebudayaan Indonesia Melalui Olahraga Pada Siswa Sekolah Dasar Muhammadiah Gisting

Tanggamus. No Tanggal


(53)

(54)

DESKRIPSI PELESTARIAN BUDAYA LAMPUNG MELALUI PERMAINAN RAKYAT LAMPUNG PADA SISWA SEKOLAH

MENENGAH PERTAMA SE-PROVINSI LAMPUNG

Oleh

Resta Wahyu Wibowo

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Jasmani Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIDKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(55)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. KerangkaFikir ... 35 2. PengambilanSampelBertingkat ... 38


(56)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Batasan Masalah ... 7

E. Rumusan Masalah ... 7

F. Kegunaan Penelitian ………... 7

G. Ruang Lingkup Penelitian ………... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pelestarian ... 9

B. Kebudayaan ... 9

C. Suku Bangsa Lampung ... 12

D. Olahraga ... 20

E. Permainan ... 22

F. Permainan Tradisional ... 23


(57)

xiv III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... .. 36

B. Subyek Penelitian ... 37

a. Populasi ... 37

b. Sampel ... 37

c. Variabel Penelitian ………... 39

C. Sumber Data ... 39

a. Data Primer ... 39

b. Data Sekunder ... 39

D. Instrumen Penelitian ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

a. Angket (Kuesioner) ... 40

b. Obserfasi ... 40

c. Dokumentasi ... 41

F. Uji Persyaratan Instrumen ... 41

a. Uji Validitas ... 41

b. Uji Reliabilitas ... 42

G. Teknik Analisis Data ... 42

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 44

B. Pembahasan ... 84

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ………. 100


(58)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. PATA dan PADA ... 25

2. Kisi-kisi Instrumen Skala Kognitif, Afektif, Psikomotor ... 26

3. Pengambilan Sampel ... 38

4. Keinginan Mengetahui Macam-Macam Permainan Rakyat Daerah Lampung ... 44

5. Suka Bertanya Kepada Guru atau Pembimbing ... 45

6. Tidak Tertarik Menjajaki Buku, Ensklopedi dan Majalah ... 46

7. Suka Mengutak-Atik Berbagai Macam Permainan ... 46

8. Tidak Tertarik Mencoba Salah Satu Permainan ... 47

9. Suka Menjelaskan Tentang Permainan Rakyat Lampung ... 48

10. Mampu Menjelaskan Tata Cara Bermain suatu Permainan ... 48

11. Tidak Mengetahui Jenis-Jenis Permainan Khusus Masyarakat Lampung ... 49

12. Kemampuan Bertanya Tentang Permainan Lampung Yang Tidak Diketahui Kepada Teman ... 50

13. Tidak Mau Ikut Serta Dalam Percakapan Teman Tentang Permainan yang Baru Saja Mereka Mainkan………... 51

14. Hanya Suka Menjadi Penonton Saat Teman yang Lain Bermain Di Sekolah maupun Di Sekitar Halaman Rumah ... 51

15. Tidak Suka Bermain Permainan Rakyat Lampung ... 52

16. Suka Melombakan Salah Satu Permainan Dengan Teman ... 53

17. Sering Melatih Ketangkasan Dalam Suatu Permaina ... 53

18. Dapat Menelaah Tujuan dan Manfaat Permainan ... 54

19. Menjadikan Permainan Rakyat Lampung sebagai Hiburan ... 55

20. Menjadikan Permainan Rakyat Lampung sebagai Mengasah Keterampilan ... 56

21. Senang Dengan Hal-Hal yang Baru ... 56

22. Bosan Dengan Hal-Hal yang Monoton ... 57

23. Dengan Yakin Menentukan Jenis Permainan yang Diminati Teman-Teman ... 58

24. Suka Memeriahkan Perlombaan yang Diadakan Di Sekolah Maupun Di Lingkungan Rumah………. 58

25. Hanya Menjadi Penonton Setia Ketika Diadakan Perlombaan Di Sekolah Maupun Di Lingkungan Rumah ... 59

26. Dengan Senang Hati Mengusulkan Jenis Permainan Yang Akan Dimainkan Kepada Teman-Teman ... 60


(59)

xvi

27. Tidak Menemukan Permainan Yang Menarik ... 61

28. Ragu Dalam Mengajukan Permainan Jenis Apa Yang Menyenangkan ... 62

29. Tidak Aktif Dalam Permainan Yang Mengandalkan Ketangkasan . 62 30. Sering Membuat Peraturan Permainan Sebelum Memulai Permainan ... 63

31. Hanya Menyenangi Permainan Yang Disukai Saja ... 64

32. Tidak Suka Memainkan Permainan Yang Rumit, Menantang Dan Menambah Kreativitas ... 64

33. Bersama Teman Membagi Tim Secara Adil ... 65

34. Terkadang Tidak Suka Atas Pembagian Tim Yang Ditentukan ... 66

35. Mampu Menentukan Permainan Yang Membangun Semangat ... 67

36. Dengan Yakin Menolak Permainan Panahan, Pesta Topeng dan Gangsing sebagai Permainan Yang Tidak Mampu Membangun Kebersamaan Tim ... 67

37. Mengajukan Protes Apabila Ada Kecurangan ... 68

38. Suka Mendiskusikan Kepada Teman Untuk Memecahkan Masalah 69

39. Hanya Menyalahkan Teman Apabila Teman Melakukan Kesalahan ... 70

40. Mampu Mengerti Dengan Situasi Permainan ... 70

41. Sering Memberikan Ide Dan Strategi Kepada Teman Dalam Tim .. 71

42. Dapat Menggantikan Posisi Teman Dalam Tim Untuk Mengendalikan Jalannya Permainan ... 72

43. Selalu Mendiskusikan Kepada Teman Strategi Apa Yang Akan Digunakan ... 73

44. Kurang Menyukai Strategi Untuk Mengalahkan Tim Lawan ... 73

45. Tidak Membedakan Teman Untuk Menjadi Teman Dalam Tim….. 74

46. Selalu Mendiskusikan Kekurangan Tim dan Kelebihan Tim Lawan 75

47. Selalu Menyalahkan Teman ... 75

48. Dapat Menjadi Pemimpin Bagi Teman Dalam Satu Tim ... 76

49. Dapat Menjadi Central Dalam Tim ... 77

50. Selalu Memberi Pengarahan Yang Baik Untuk Tim ... 77

51. Suka Memberikan Semangat Kepada Teman Yang Mulai Tidak Semangat ... 78

52. Sering Melakukan Permainan Tunggal Saat Senggang Untuk Mempertahankan Semangat ... 79

53. Sering Mendorong Teman Untuk Melakukan Yang Tebaik Untuk Teman………. 80

54. Suka Memberi Semangat Kepada Teman-Teman Jika Sudah Mulai Tidak Semangat Bermain ... 80

55. Sering Membangkitkan Semangat Kepada Teman Untuk Melakukan Yang Terbaik Untuk Tim ... 81

56. Suka Menggunakan Intelegensi Dalam Permainan ... 82

57. Memiliki Tak-Tik Dan Trik Dalam Permainan ... 82

58. Hanya Mengandalkan Otot dan Kekuatan Fisik ... 83

59. Aspek Pengetahuan Bernilai Positif ... 84

60. Aspek Pengetahuan Bernilai Negatif ... 84


(60)

xvii

62. Aspek Pemahaman Bernilai Negatif ... 85

63. Aspek Penerapan Bernilai Positif ... 86

64. Aspek Penerapan Bernilai Negatif ... 86

65. Aspek Analisis ... 87

66. Aspek Sintetis ... 87

67. Aspek Evaluasi ... 88

68. Aspek Menerima Bernilai Positif ... 89

69. Aspek Menerima Bernilai Negatif ... 89

70. Aspek Menilai Bernilai Positif ... 90

71. Aspek Menilai Bernilai Negatif ... 90

72. Aspek Menanggapi Bernilai Positif ... 91

73. Aspek Menanggapi Bernilai Negatif ... 91

74. Aspek Mengelola Bernilai Positif ... 92

75. Aspek Mengelola Bernilai Negatif ... 92

76. Aspek Menghayati Bernilai Positif ... 93

77. Aspek Menghayati Bernilai Negatif ... 93

78. Aspek Menirukan Bernilai Positif ... 94

79. Aspek Menirukan Bernilai Negatif ... 94

80. Aspek Memanipulasi Bernilai Positif ... 95

81. Aspek Memanipulasi Bernilai Negatif ... 95

82. Aspek Pengalamiahan ... 96

83. Aspek Artikulasi Bernilai Positif ... 96


(61)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Kerangka Fikir ... 35 2. Pengambilan Sampel Bertingkat ... 38


(62)

SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-PROVINSI LAMPUNG

Nama Mahasiswa :

Resta Wahyu Wibowo

Nomor Pokok Mahasiswa : 0613051028

Jurusan / Program Studi : Ilmu Pendidikan/ Pendidikan Jasmani Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Usman Adam, M.Pd Drs. Herman Tarigan, M.Pd

NIP.19520229 198303 1 004NIP. 19601231 198803 1 018

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. BaharuddinRisyak, M.Pd.


(63)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Pembimbing I : Drs. Usman Adam, M.Pd...

Pembimbing II : Drs. Herman Tarigan, M.Pd………..

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Suranto, M.Kes ………..

2. Dekan Fakultas KeguruandanIlmuPendidikan

Dr. Hi.BujangRahman, M.Si


(64)

(65)

Judul Skripsi : DESKRIPSI PELESTARIAN BUDAYA LAMPUNG MELALUI PERMAINAN RAKYAT LAMPUNG PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-PROVINSI LAMPUNG

Nama Mahasiswa :

Resta Wahyu Wibowo

Nomor Pokok Mahasiswa : 0613051028

Jurusan / Program Studi : Ilmu Pendidikan / Pendidikan Jasmani

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Usman Adam, M.Pd Drs. Herman Tarigan, M.Pd NIP. 19520229 198303 1 004 NIP. 19601231 198803 1 018

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. NIP. 19510507 198103 1 002


(66)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Pembimbing I : Drs. Usman Adam, M.Pd ...

Pembimbing II : Drs. Herman Tarigan, M.Pd ………..

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Suranto, M.Kes ………..

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003


(67)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Resta Wahyu Wibowo

NPM : 0613051028

Tempat tanggal lahir : Gisting, 27 Juni 1988

Alamat : Jl. TK Aisiyah Gisting Bawah, Gisting, Tanggamus,

Lampung 35378

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Deskripsi Pelestarian Budaya Lampung Melalui Permainan Rakyat Lampung Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Se-Provinsi Lampung” adalah benar-benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada 21 Februari sampai dengan 14 April 2011. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan ataupun hasil karya orang lain. Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya, apabila dikemudian hari terjadi kesalahan, penulis bersedia menerima sanksi.

Bandar Lampung, 2012


(68)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gisting Bawah, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung pada Tanggal 27 Juni 1988 dari pasangan Bapak Suwardi, S.Pd dan Ibu Partini, S.Pd. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara

Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di SD Muhammadiah Gisting Tanggamus pada tahun 2000, tingkat SLTP di SMP Muhammadiah 1 Talang Padang Tanggamus pada tahun 2003, tingkat SMA di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2006. Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Jasmani pada tahun 2006 melalui jalur penelusuran kemampuan akademik dan bakat (PKAB).


(69)

Motto

Hidupitubolehkalah, namunhidupitutidakbolehputusasa

(DedyCobuzher)

Kejarlahkesempurnaan, pastikesuksesanakanmenghampirimu

(dalam Film 3 Idiot)

Keberhasilan yang kitaraihsekarangtidaklepasdarisejarah


(70)

(71)

PERSEMBAHAN

PujisyukurkuucapakankehadiratAllah SWT

atassemuaanugerah yang telahdiberikankepadaku

Karya ini kupersembahkan kepada AyahandaSuwardi, S.

PddanIbundakuPartini, S. Pdtercinta

Yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan yang

begitu besar sampai sepanjang masa...

Untuk Adik-adikku Restu Danang A dan Risang Ageng P, Adindaku SariFah

Aini, seluruhkeluargabesarku, serta teman-temanku yang juga telah memberikan

Motivasi dan dukungan yang begitu besar...

Terimakasih atas segala kasih sayang dan perhatian kalian

Sehingga membuat aku semakin dewasa, kuat dalam menjalani hidup

serta bertanggung jawab...


(72)

Penulis dilahirkan di GistingBawah, KecamatanGisting, KabupatenTanggamus, Provinsi Lampung padaTanggal 27 Juni 1988 daripasanganBapakSuwardi, S.PddanIbuPartini, S.Pd. Penulis adalah anak pertamadaritigabersaudara Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di

SDMuhammadiahGistingTanggamuspada tahun 2000, tingkat SLTPdi SMP Muhammadiah 1 Talang Padang Tanggamus pada tahun 2003, tingkat SMA di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2006. Penulisditerima di Universitas Lampung, Fakultas KeguruandanIlmuPendidikan, Jurusan IlmuPendidikan, Program Studi PendidikanJasmani pada tahun 2006melalui jalurpenelusurankemampuanakademikdanbakat (PKAB).


(1)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Resta Wahyu Wibowo

NPM : 0613051028

Tempat tanggal lahir : Gisting, 27 Juni 1988

Alamat : Jl. TK Aisiyah Gisting Bawah, Gisting, Tanggamus, Lampung 35378

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Deskripsi Pelestarian Budaya Lampung Melalui Permainan Rakyat Lampung Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Se-Provinsi Lampung” adalah benar-benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada 21 Februari sampai dengan 14 April 2011. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan ataupun hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya, apabila dikemudian hari terjadi kesalahan, penulis bersedia menerima sanksi.

Bandar Lampung, 2012


(2)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gisting Bawah, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung pada Tanggal 27 Juni 1988 dari pasangan Bapak Suwardi, S.Pd dan Ibu Partini, S.Pd. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara

Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di SD Muhammadiah Gisting Tanggamus pada tahun 2000, tingkat SLTP di SMP Muhammadiah 1 Talang Padang Tanggamus pada tahun 2003, tingkat SMA di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2006. Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Jasmani pada tahun 2006 melalui jalur penelusuran kemampuan akademik dan bakat (PKAB).


(3)

Motto

Hidupitubolehkalah, namunhidupitutidakbolehputusasa

(DedyCobuzher)

Kejarlahkesempurnaan, pastikesuksesanakanmenghampirimu

(dalam Film 3 Idiot)

Keberhasilan yang kitaraihsekarangtidaklepasdarisejarah

(By :Wahyu

)


(4)

(5)

PERSEMBAHAN

PujisyukurkuucapakankehadiratAllah SWT

atassemuaanugerah yang telahdiberikankepadaku

Karya ini kupersembahkan kepada AyahandaSuwardi, S.

PddanIbundakuPartini, S. Pdtercinta

Yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan yang

begitu besar sampai sepanjang masa...

Untuk Adik-adikku Restu Danang A dan Risang Ageng P, Adindaku SariFah

Aini, seluruhkeluargabesarku, serta teman-temanku yang juga telah memberikan

Motivasi dan dukungan yang begitu besar...

Terimakasih atas segala kasih sayang dan perhatian kalian

Sehingga membuat aku semakin dewasa, kuat dalam menjalani hidup

serta bertanggung jawab...


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di GistingBawah, KecamatanGisting, KabupatenTanggamus, Provinsi Lampung padaTanggal 27 Juni 1988 daripasanganBapakSuwardi, S.PddanIbuPartini, S.Pd. Penulis adalah anak pertamadaritigabersaudara Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di

SDMuhammadiahGistingTanggamuspada tahun 2000, tingkat SLTPdi SMP Muhammadiah 1 Talang Padang Tanggamus pada tahun 2003, tingkat SMA di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2006. Penulisditerima di Universitas Lampung, Fakultas KeguruandanIlmuPendidikan, Jurusan IlmuPendidikan, Program Studi PendidikanJasmani pada tahun 2006melalui jalurpenelusurankemampuanakademikdanbakat (PKAB).