PENGARUH PENAMBAHAN ARANG SEKAM PADI TERHADAP SIFAT KONDUKTIVITAS HIDROLIK PIPA MORTAR

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN ARANG SEKAM PADI TERHADAP SIFAT KONDUKTIVITAS HIDROLIK PIPA MORTAR

Oleh Made Suwito

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai konduktivitas hidrolik (Ks) mortar arang sekam padi (ASP) sebagai sarana irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation). Terdapat 2 perlakuan komposisi mortar ASP yaitu dengan perbandingan berbasis volume antara semen, pasir, arang sekam padi (ASP) dan air masing-masing 1:3:3:5 (P1) dan 1:3:3:5,5 (P2). Mortar ASP yang dihasilkan berbentuk sislinder berlubang dengan diameter luar 10 cm, diameter dalam 7 cm dan panjang 20 cm. Uji rembesan mortar ASP menggunakan alat berupa tabung mariot sebagai penyuplai air ke dalam mortar ASP. Pengujian rembesan dilakukan dengan menggunakan 6 taraf ketinggian (head) yaitu 0 cm (K1), 15 cm (K2), 30 cm (K3), 45 cm (K4), 60 cm (K5), 75 cm (K6). Hasil Penelitian menunjukkan nilai Ks untuk faktor perlakuan komposisi mortar P1 dan P2 masing-masing adalah 0,0035 cm/jam dan 0,0157 cm/jam. Mortar ASP pada perlakuan P2 yang lebih efisien untuk kepentingan irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation) dikarenakan nilai Ks yang lebih tinggi dibandingkan dengan mortar pada perlakuan P1


(2)

ABSTRACT

EFFECT OF RICE HUSK CHARCOAL ADDITION ON THE HYDRAULIC CONDUCTIVITY OF MORTAR PIPE

By Made Suwito

This study aimed at determining effect of rice husk (ASP) addition on the hydraulic conductivity (Ks) of mortar pipe as a means of subsurface irrigation. There are two composition of ASP mortar characterized by ratio between the volume-based cement, sand, rice husk (ASP) and water, namely 1:3:3:5 (P1) and 1:3:3:5.5 (P2). Mortar ASP was made in the shape of hollow cylinder with an outer diameter of 10 cm, an inner diameter of 7 cm and a length of 20 cm. seepage test mortar ASP using a tool such as a water-supply tube mariot mortar into the ASP. Seepage testing was conducted using a Marriot tube at 6 elevation level (head), namely 0 cm (K1), 15 cm (K2), 30 cm (K3), 45 cm (K4), 60 cm (K5), 75 cm (K6). Results showed that Ks value was 0.0035 cm/h and 0.0157 cm/hour, respectively for mortar composition P1 and P2. ASP mortar with composition P2 was recommended for subsurface irrigation due higher Ks value than the other one.

Keywords: mortar, rice husk charcoal, subsurface irrigation, hydraulic conductivity.


(3)

PENGARUH PENAMBAHAN ARANG SEKAM PADI TERHADAP SIFAT KONDUKTIVITAS HIDROLIK PIPA MORTAR

Oleh MADE SUWITO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Rama Puja, kecamatan Raman Utara, kabupaten Lampung Timur pada tanggal 05 Mei 1993, anak ke-2 dari 2 bersaudara keluarga bapak Made Suyatna dan Ibu Nengah Simpen. Penulis menyelesaikan pendidikan mulai dari Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Rama Puja Kecamatan Raman Utara diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMP Negeri 2 Raman Utara diselesaikan pada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Seputih Banyak di selesaikan pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Teknik Pertanian di Universitas Lampung melalui jalur Undangan dan mendapatkan beasiswa Bidik Misi dari Dikti. Pada bulan Juli – Agustus 2014 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) Gudang Bulog Modern (GBM) Soekarno-Hatta Desa Campang Raya Tanjung Karang Timur Bandar Lampung dengan judul “Mempelajari

Pengelolaan Pergudangan Beras di Perum Bulog Divisi Regional Lampung”. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)Tematik pada bulan

Januari – Maret 2015 di Desa Bumi Harjo, kecamatan Buay Bahuga, kabupaten Way Kanan dengan tema “Pos Pengembangan Keluarga (POSDAYA)”. Selama menjadi mahasiswa penulis terdaftar aktif di unit kegiatan mahasiswa


(8)

universitas Lampung sebagai Ketua Bidang Kerohanian UKM Hindu UNILA periode 2012/2013 dan Ketua Umum .UKM Hindu UNILA periode 2013/2014.


(9)

PERSEMBAHAN

Kepada Ayahanda, Ibunda, dan Kakakku Tersayang


(10)

MOTTO

“Hidup bukanlah suatu perlombaan dimana

kita harus selalu menang dengan cara

apapun. Hidup adalah tentang kemajuan

untuk menjadi pribadi yang lebih baik

(Made Suwito)

dan

“Kemajuan bukanlah karena memperbaiki apa

yang telah kau lakukan, akan tapi

mencapai apa yang belum kau lakukan”

(Khalil Gibran)

Oleh karena itu,

“Teruslah berproses dan belajar karena

orang yang berhenti belajar akan menjadi

pemilik masa lalu, sedangkan orang yang

masih terus belajar, akan menjadi pemilik

masa depan”

(Mario Teguh)


(11)

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Sang Hyang Widhi Wasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Arang Sekam Padi Terhadap Sifat Konduktivitas Hidrolik Pipa Mortar

dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Pertanian. Sepenuhnya disadari bahwa terdapat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P. selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian dan sekaligus pembimbing II.

3. Bapak Ahmad Tusi, S.TP., M.Si. selaku pembimbing I atas motivasi dan kesediaanya dalam memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi. 4. Bapak Ir. Oktafri, M.Si. selaku pembahas atas kesediannya memberikan

bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.


(12)

6. Bapak dan Ibu tercinta. Terima kasih atas restu, dukungan, dan doa yang selalu kau panjatkan di tengah kesibukan untuk kelancaran proses penelitian dan menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Pertanian.

7. Kakak tersayang, dan keluarga atas motivasi dan doanya.

8. Rekan-rekan Anahata, UKM-Hindu Unila, teman-teman angkatan 2011 Gusti Ayu Putu Tiana Lestari atas bantuan, motivasi dan do’anya

Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi sedikit banyaknya semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca. Svaha.

Bandar Lampung, 25 Januari 2016 Penulis,


(13)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian... 3

1.3 Rumusan Masalah ... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 4

1.5 Batasan Masalah ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Irigasi Bawah Permukaan Tanah... 5

2.2 Mortar Arang Sekam Padi ... 8

2.3 Kriteria Material Mortar ... 9

2.3.1 Arang sekam padi (ASP) ... 9

2.3.2 Pasir ... 10

2.3.3 Semen ... 12

2.4 Konduktivitas Hidrolik ... 13

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 16

3.1 Waktu dan Tempat ... 16

3.2 Alat dan Bahan ... 16

3.3 Pelaksanaan Penelitian ... 17

3.3.1 Pembuatan mortar arang sekam padi ... 19


(14)

ii

3.4 Parameter Pengamatan ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Hasil Pengamatan ... 24

4.1.1 Spesifikasi tabung mariot ... 24

4.1.2 Spesifikasi mortar ... 25

4.1.3 Pengujian volume rembesan mortar ... 25

4.2 Pembahasan ... 26

4.2.1 Tabung mariot ... 26

4.2.2 Regresi linier nilai konduktivitas hidrolik (Ks) mortar ASP .... 27

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

5.1 Kesimpulan ... 32

5.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(15)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Porositas mortar ASP pada berbagai perlakuan komposisi ... 8

2. Kerapatan jenis (bulk density) dan gaya tekan mortar ASP ... 9

3. Komposisi kimia pasir silika ... 11

4. Massa jenis bahan mortar ... 25

5. Data debit rembesan mortar ... 26

6. Debit rembesan mortar pada perlakuan P1 ... 28

7. Debit rembesan mortar pada perlakuan P2 ... 29

8. Nilai Ks pada berbagai jenis tanah dan alat irigasi ... 30

Lampiran 9. Data pengujian debit rembesan mortar ASP ... 39


(16)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Posisi kendi pada selah-selah tanaman ... 6

2. Rangkaian sistem irigasi tetes bawah permukaan tanah ... 7

3. Arang sekam padi ... 10

4. Pasir silika ... 12

5. Semen ... 13

6. Diagram alir penelitian ... 18

7. Dop paralon sebagai penutup bagian bawah cetakan ... 19

8. Dop paralon sebagai pentup atas cetakan... 20

9. Cetakan mortar jadi... 20

10. Mortar arang sekam padi ... 21

11. Skema uji konduktivitas hidrolik mortar ASP ... 23

12. Dimensi tabung mariot ... 24

13. Regresi linier konduktivitas hidrolik pada perlakuan P1 ... 28

14. Regresi linier konduktivitas hidrolik pada perlakuan P2 ... 29

Lampiran 15. (a) Pengambilan sekam padi, (b) Proses membakar sekam padi ... 40

16. (a) Arang sekam padi, (b) Semen ... 40

17. (a) Pengayakan pasir, (b) Ukuran mesh 0,3 mm, (c) Pasir hasil pengayakan . 40 18. (a) Pemotongan pipa PVC, (b) Pelubangan dop 4 inchi ... 41


(17)

v

19. (a) Penghalusan tutup cetakan, (b) Tutup cetakan atas, (c) Tutup cetakan bawah ... 41 20. (a) Cetakan tampak samping, (b) Cetakan tampak bawah, (c) Cetakan tampak

atas ... 41 21. (a) Massa jenis pasir, (b) Massa jenis arang padi, (c) Massa jenis semen ... 42 22. Proses pencetakan mortar ASP ... 42 23. Mortar ASP dengan perbandingan (1:3:3:5), (b) Ketebalan mortar ASP

1,5 cm ... 42 24. (a) Mortar ASP dengan perbandingan (1:3:3:5), (b) Ketebalan mortar ASP

1,5 cm ... 43 25. Proses pengedapan mortar ASP ... 44 26. (a) Mortar ASP yang telah di plester, (b) Mortar ASP tampak atas, (c) Mortar ASP tampak bawah ... 44 27. (a) Pengedapan selang sambungan, (b) Penentuan head dengan menggunakan

waterpas ... 44 28. Uji konduktivitas hidrolik jenuh ... 45


(18)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini dikarenakan air berfungsi sebagai pengangkut zat hara dari dalam tanah menuju tanaman. Pentingnya kebutuhan air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaannya di bumi. Hal tersebut dibuktikan dengan seringkalinya petani mengalami kekurangan air pada saat akan melakukan proses penanaman, terutama saat musim kemarau. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman tersebut adalah dengan cara melakukan irigasi.

Secara garis besar, terdapat dua jenis teknik irigasi yaitu sistem irigasi permukaan tanah (surface irrigation) dan sistem irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation). Irigasi permukaan tanah ini merupakan sistem irigasi yang

memberikan air di atas permukaan tanah. Mekanisme irigasi permukaan tanah ini yaitu sebagian air yang dialirkan pada permukaan tanah tersebut masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi dan atau perkolasi, sedangkan sebagian hilang saat proses evaporasi dan atau limpasan (run off). Salah satu kelemahan irigasi permukaan tanah ini adalah persentase kehilangan air yang tinggi akibat proses evaporasi yang terjadi (Kurnia, 2004). Kelemahan tersebut mengakibatkan tingkat efisiensi penggunaan air pada irigasi permukaan tanah kurang maksimal.


(19)

2

Berbeda halnya dengan sistem irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation). Sistem irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation) merupakam sistem irigasi yang memberikan air secara langsung pada zona perakaran tanaman. Sehingga persen kehilangan air saat evaporasi sangat rendah dan efisiensi penggunaan air pada irigasi bawah permukaan tanah ini lebih maksimal dibandingkan dengan irigasi permukaan tanah. Hal tersebutlah yang menjadi keunggulan dari sistem irigasi bawah permukaan tanah, selain itu

limpasan (run off) tidak terjadi saat menggunakan sistem irigasi bawah permukaan tanah ini. Proses pemberian air pada sistem irigasi bawah permukaan tanah harus menggunakan alat-alat aplikasi irigasi. Untuk alat aplikasi irigasi bawah

permukaan tanah tersebut, harus terbuat dari bahan yang dapat merembeskan air, seperti pot/kendi, pipa poros, selang, pipa PVC, dan lain sebagainya. Alat yang digunakan untuk irigasi bawah permukaan tanah juga harus terbuat dari bahan yang cukup kuat untuk menahan gaya dari dalam tanah atau luar permukaan tanah (Ashrafi dkk, 2002).

Arang sekam padi merupakan hasil dari proses pembakaran sekam padi. Arang sekam padi mempunyai sifat fisik seperti bertekstur keras, berwarna hitam pekat dan kasar. Sifat kasar dan keras arang sekam padi dikarenakan adanya unsur silika yang terkandung di dalamnya. Kandungan silika yang tinggi pada arang sekam padi membuat arang sekam padi sulit mengalami proses dekomposisi. Arang sekam padi juga mempunyai kerapatan jenis (bulk density) yang rendah. Semakin rendah tingkat kerapatan jenis (bulk density) bahan maka porositas bahan tersebut akan semakin tinggi (Oyetella dan Abdullahi, 2006).


(20)

3

Pencampuran arang sekam padi dalam mortar akan meningkatkan porositasnya. Sehingga dengan tingkat porositas yang tingi tersebut, mortar arang sekam padi dapat dijadikan sebagai bahan baku irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation). Hasil dari penelitian pendahuluan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa semen dapat menyatu dengan pasir dan arang sekam padi. Adapun bentuk desain yang digunakan dalam pembuatan mortar arang sekam padi adalah bentuk pipa berlubang karena bentuk inilah yang paling baik untuk menyeragamkan debit rembesan air. Penelitian ini akan menguji nilai konduktivitas hidrolik mortar arang sekam padi dari berbagai perbandingan komposisi perlakuan untuk kepentingan irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation).

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menguji rembesan dan nilai konduktivitas hidrolik mortar arang sekam padi dari berbagai perbandingan komposisi perlakuan;

2. Mencari komposisi perlakuan terbaik untuk irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation).

1.3 Rumusan Masalah

Arang sekam padi mempunyai sifat poros sehingga dapat dijadikan agregat halus pada mortar. Penambahan arang sekam padi pada mortar akan menambah nilai konduktivitas hidrolik pada mortar tersebut. Keunggulan arang sekam padi tersebut sangat berpotensi sebagai material kontruksi untuk irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation).


(21)

4

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui komposisi dari semen, pasir dan arang sekam padi yang sesuai untuk kepentingan desain irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation). Kesesuaian tersebut dapat dilihat dari volume rembesan dan nilai konduktivitas hidrolik pada mortar.

1.5 Batasan Masalah

Penelitian ini menguji volume rembesan mortar untuk mendapatkan nilai konduktivitas hidrolik mortar arang sekam padi dengan beberapa perlakuan komposisi material yang digunakan.


(22)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Irigasi Bawah Permukaan Tanah

Irigasi didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan ciaran yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (Hansen

dkk,1992). Secara umum terdapat dua jenis sistem irigasi yaitu irigasi permukaan (surface irrigation) dan irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation). Irigasi permukaan merupakan irigasi yang menyupali air dari atas permukaan tanah sedangkan irigasi bawah permukaan tanah mensuplai air langsung pada zona perakaran tanaman.

Sistem irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation) membutuhkan alat aplikasi yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah secara terus-menerus. Tingkat kelembaban tanah harus dapat dipertahankan jika menggunakan sistem irigasi ini. Syarat alat aplikasi sistem irigasi bawah permukaan tanah harus terbuat dari bahan yang poros sehingga dapat

merembeskan air. Selain itu alat aplikasi irigasi bawah permukaan tanah harus terbuat dari bahan-bahan yang kuat sehingga dapat menerima tekanan dari dalam/luar permukaan tanah. Alat – alat aplikasi irigasi bawah permukaan tanah yang biasa digunakan yaitu pot/kendi, pipa poros, selang dan lain sebagainya. Cara penggunaan alat aplikasi irigasi bawah permukaan tanah berbeda satu sama lain tergantung dengan perancang yang membuat alat tersebut. Cara penggunaan


(23)

6

alat irigasi seperti kendi berbeda dengan pipa poros, selang maupun alat irigasi yang lainnya. Hermantoro (2010) melakukan penelitian tentang fertigasi menggunakan media kendi. Kendi yang terbuat dari tanah liat dapat merembeskan air secara konstan sehingga dapat memenuhi kebutuhan air tanaman. Selain itu proses irigasi kendi tersebut bersamaan dengan proses pemupukan. Air yang sebelumnya telah dicampur pupuk dimasukkan ke dalam kendi melalui mulut kendi. Kendi diletakkan pada selah tanaman sehingga rembesan air yang keluar dari dalam kendi dapat langsung menjangkau tanaman. Model pemasangan kendi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Posisi kendi pada selah-selah tanaman

Gambar 1 menunjukkan letak kendi pada selah-selah tanaman yang berfungsi sebagai alat irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrgation). Hasil pengamatan yang telah dilakukan didapatkan bahwa laju rembesan air antara 0,56 – 1,30 liter/hari dengan rerata 0,81 liter/hari. Irigasi kendi ini sangat efisien dalam menghemat air dan pupuk sehingga sangat disarankan untuk diterapkan di daerah dengan sumber daya air yang kurang.

Ashrafi dkk (2002) melakukan penelitian mengenai infiltrasi dari pipa tanah liat sebagai sistem irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation) dengan dua jenis tanah yang berbada. Pipa ditanam pada kedalaman 25 cm dari atas


(24)

7

permukaan tanah dan dialiri oleh air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air yang hilang akibat evaporasi hanya pada kisaran 3,44 – 4,05 cm3/hari dari 200 cm3 yang dikeluarkan oleh pipa. Data tersebut membuktikan tingkat efisiensi penggunaan air yang tinggi pada sistem irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation).

Menurut Hermantoro (2006) irigasi bawah permukaan tanah menggunakan pipa gerabah layak diaplikasikan. Desain berbentuk pipa/lorong merupakan desain yang baik dan ekonomis sebagai kontruksi irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation). Air dalam pipa gerabah merembes secara perlahan melalui selah-selah pipa mengakibatkan tingkat efisiensi penggunaan air tinggi. Hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan data bahwa debit air yang

merembes dari pipa tanah liat tersebut sebesar 4,66 liter/hari. Sifat pipa gerabah yang mampu merembeskan air secara perlahan dan kontinyu tersebut dapat dijadikan sebagai sistem irigasi defisit.

Setianingrum dkk (2014), melakukan penelitian rancangan sistem irigasi tetes sederhana surface dan subsurface. Emitter yang digunakan terbuat dari kain berbahan polylhilene (PE) dan masing-masing sistem menggunakan 16 tanaman. Berikut skema rangkaian sistem irigasi bawah permukaan tanah (subsurface).


(25)

8

Hasil pengamatan yang telah dilakukan didapatkan bahwa sistem irigasi tetes bawah tanah (subsurface) memiliki debit penates (Q) sebesar 1,08 liter/jam. Debit tersebut menunjukkan sistem irigasi tetes subsurface dapat menghemat

penggunaan air. Laju evapotranspirasi tanaman rata-rata (ETcrata-rata) pada sistem irigasi tetes subsurface sebesar 8,2 mm/hari. Hasil ETcrata-rata menunjukkan tingkat kahilangan air yang sedikit pada sistem irigasi tetes bawah permukaan tanah.

2.2 Mortar Arang Sekam Padi

Penambahan arang sekam padi (ASP) ke dalam mortar akan mempengaruhi porositasnya. Chindaprasirt dan Rukzon (2008) melakukan uji porositas dari berbagai perbandingan campuran semen OPC dan arang sekam padi (ASP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan ASP dalam mortar pozzolan, maka porositas dari mortar tersebut menjadi semakin tinggi. Berikut data hasil uji porositas dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Porositas mortar ASP pada berbagai perlakuan komposisi

Sumber: Chindaprasirt dan Rukzon, 2008

Mortar ASP cukup kuat untuk menahan beban tekan. Oyetolla dan Abdullahi (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh komposisi campuran antara semen OPC dan arang sekam padi (ASP) dengan katahanan tekannya. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa mortar arang sekam padi dengan

No Komposisi perlakuan Porositas (%)

Umur mortar 7 hari

1. OPC 90% ASP 10 % 17,0

2. OPC 80% ASP 20% 17,8


(26)

9

perbandingan 50:50 mampu menahan gaya tekan sebesar 0,59 N/mm2. Selain itu kuantitas komposisi arang sekam padi pada mortar memiliki perbandingan linier dengan tingkat kerapatan bahan tersebut. Semakin tinggi komposisi sekam padi dalam mortar maka tingkat kerapatan jenis (bulk density) mortar tersebut akan semakin rendah. Hubungan komposisi mortar ASP umur 28 hari dengan tingkat kerapatan jenis (bulk density) dan gaya tekannya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kerapatan jenis (bulk density) dan gaya tekan mortar ASP

No Rasio campuran Massa rata-rata mortar (Kg)

Kerapatan jenis mortar

(Kg/m3)

Gaya tekan (N/mm2)

1. 100% OPC, 0% RHA 21,08 1976,06 4,60

2. 90% OPC, 10% RHA 19,58 1835,45 4,09

3. 80% OPC, 20% RHA 19,28 1807,32 3,65

4. 70% OPC, 30% RHA 19,14 1794,20 2,07

5. 60% OPC, 40% RHA 18,94 1775,45 1.05

6. 50% OPC, 50% RHA 18,74 1756,70 0.59

Sumber: Oyetolla dan Abdullahi, 2006.

2.3 Kriteria Material Mortar

2.3.1 Arang sekam padi (ASP)

Arang sekam padi (ASP) merupakan material yang didapatkan dari hasil pembakaran sekam padi. Menurut Rao dkk (2011), setiap 1000 kg padi menghasilkan sekitar 22% sekam padi. Pembakaran sekam padi akan menghasilkan sekitar 25% arang sekam dari total volume pembakaran. Jadi dalam 100 kg pembakaran sekam padi menghasilkan ± 25 kg arang sekam padi.


(27)

10

Sekam padi mempunyai sifat fisik kasar, berwarna hitam hingga keabu-abuan dan mempunyai porositas tinggi. Sifat kasar arang sekam padi dikarenakan

kandungan silika yang cukup tinggi. Menurut Oyetolla dan Abdullahi (2006) kandungan silika arang sekam padi mencapai 67,30 %. Selain menimbulkan rasa kasar kandungan silika dalam arang sekam padi membuat tekstur arang sekam padi menjadi keras dan cukup kuat sebagai agregat mortar.

Gambar 3. Arang sekam padi

2.3.2 Pasir

Pasir merupakan agregat halus yang menpunyai ukuran (0,14 – 2) mm. Pasir umumnya berwarna putih, putih kekuningan, sampai putih kemerahan.

Di Indonesia didominasi dua jenis pasir yaitu pasir kuarsa dan pasir silika yang

mempunyai tekstur putih dan tingkat kekerasan yang cukup tinggi. Pasir

digunakan untuk bahan baku bangunan karena memiliki sifat yang kuat dan

mempunyai daya ikat terhadap semen yang cukup tinggi (Kusuma, 2013).

Pasir silika merupakan salah satu jenis pasir dominan di Indonesia yang terdiri


(28)

11

terkandung di dalamnya selama selama proses pengendapan. Umumnya

senyawa pengotor tersebut terdiri atas oksida besi, oksida kalium, oksida alkali,

oksida magnesium, lempung dan zat organik hasil pelapukan sisa-sisa hewan

serta tumbuhan. Pasir silika Indonesia umumnya mempunyai komposisi kimia

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi kimia pasir silika

No Kandungan Presentase

1. SiO2 55,3 -99,87%

2. CaO 0,01-3,24%

3. TiO2 0,01-0,49%

4. Fe2O3 0,01-9,14%

5. MgO 0,01-0,26%

6. K2O 0,01-17%

7. A12O3 0,01-18%

Sumber: Sirin dkk, 2009.

Beberapa sifat-sifat fisik yang dimiliki pasir silika seperti berwarna putih bening atau warna lain tergantung dengan senyawa pengotornya. Pasir berwarna bening cenderung memiliki kandungan silika yang tinggi sedangkan pasir yang berwarna kuning banyak mengandung oksida besi di dalamnya. Sifat fisik lain dari pasir silika di Indonesia adalah tingkat kekerasan mencapai 7 (skala mohs), berat jenis 2,65 g/cm3 dan titik leburnya mencapai ± 1.715 °C. Pasir silika berbentuk kristal heksagonal dengan panas spesifik 0,185 Kj/(Kg.K) dan konduktivitas panas mencapai 12 – 100 W/m.K (Fairus dkk, 2009). Bentuk dan karakteristik pasir silika dapat dilihat pada Gambar 4.


(29)

12

Gambar 4. Pasir silika

2.3.3 Semen

Semen merupakan salah satu material yang sangat penting dalam konstruksi suatu bangunan. Fungsi utama semen adalah sebagai perekat dan panguat agregat-agregat dari bahan konstruksi bangunan itu sendiri. Kualitas semen dapat dilihat dari berbagai indikator sifat fisik dan kimia semen.

Salah satu sifat fisik dari semen adalah pengikatan dan pengerasan (setting time and hardening). Pencampuran semen dengan air akan membuat semen menjadi keras. Ketika bahan semen dicampur dengan air unsur semen akan berubah teksturnya menjadi pasta selama 1 – 2 jam yang sering di sebut sebagai fase tidur (dormant periode). Saat semen dalam fase (dormant periode) dapat dibentuk sesuai dengan yang dinginkan. Setelah didiamkan selama proses (dormant periode) tersebut semen akan mengalami proses pengerasan (hardening)

(Hariawan, 2012). Menurut standar SNI 15-0301-94 dan ASTM C 595-00a massa jenis semen sebesar 3,166 g/cm3, kehalusan butiran 90,8 %, uji konsistensi semen sebesar 24,5 %, nilai pengikatan awal 135 menit dan akhir masing-masing sebesar


(30)

13

170 menit. Selain itu semen juga harus dalam kondisi baik sehingga dapat digunakan dalam campuran mortar.

Gambar 5. Semen

2.4 Konduktivitas Hidrolik

Konduktivitas hidrolik (permeabilitas) merupakan kemampuan suatu bahan/materi untuk meloloskan air. Nilai konduktivitas hidrolik (Ks) suatu bahan bargantung dengan nilai kerapatan (bulk density) dan porositas bahan tersebut. Jika porositas dan bulk density suatu bahan besar, maka nilai Ks bahan tersebut menjadi semakin besar. Sebaliknya, jika porositas dan bulk density suatu bahan kecil, maka nilai Ks bahan tersebut menjadi semakin kecil.

Untuk mendapatkan nilai Ks bahan harus melalui beberapa penurunan rumus. Hukum Hagen-Poiseuille menyatakan tentang persamaan aliran air pada tabung kapiler. Semakin besar kecepatan aliran air maka debit luaran air yang dihasilkan akan semakin besar. Namun kecepatan aliran air pada tabung benbanding terbalik dengan luas tabung tersebut. Semakin besar luas tabung maka kecepatan aliran air


(31)

14

pada tabung tersebut akan semakin kecil. Berikut adalah persamaan hukum Hagen-Poiseuille.

V = ………...(1) Keterangan:

V : kecepatan aliran air dalam tabung (L/T)

Q : debit aliran (L3/T)

A : luas penampang tabung (L2)

Persamaan di atas hanya digunakan untuk aliran air yang mengalir pada pipa kapiler. Persamaan kecepatan aliran air melewati material porous dapat

menggunakan hukum Darcy’s. Hukum darcy’s menyatakan kecepatan aliran air yang melewati media porous dipengaruhi oleh gradient hidrolik dan nilai

konduktivitas hidrolik bahan tersebut. Gradient hidrolik merupakan hasil

pembagian dari head aliran dengan ketebalan material yang dialiri air. Sedangkan nilai konduktivitas hidrolik merupakan nilai koefisien bahan/material yang

digunakan. Berikut adalah persamaan persamaan kecepatan aliran air dari hukum Darcy:

V = Ks . I

………...

(2)

Keterangan:

V : kecapatan aliran air (cm/dt) (L/T) Ks : nilai konduktivitas hidrolik bahan/material (L/T) i : : gradient hidrolik

jika persamaan hukum Hagen-Poiseuille disubtitusikan dengan persamaan hukum Darcy maka nilai konduktivitas hidrolik menjadi:


(32)

15

Ks =

………..…………...(3)

Keterangan:

Ks = nilai konduktivitas hidrolik (L/T) Q = debit rembesan (L3/T) A = luas permukaan (L2) l = tebal dinding kendi (L)


(33)

16

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Oktober 2015 dengan tempat penelitian yang berbeda. Untuk pembuatan cetakan dan mortar dilakukan di Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian. Pengujian konduktivitas hidrolik mortar dilakukan di Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotak bak penampung, gergaji mesin, gerindra potong, tabung mariot, selang plastik, kawat, pisau, plastik, tang jepit, double tip, gergaji, penggaris, meteran, ember, gelas ukur, cangkul, oven, ayakan, cetok, timbangan, dop paralon, isolasi dan paralon.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air, semen, pasir silika dan arang sekam padi.


(34)

17

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Secara umum pelaksanaan dari penelitian ini dibagi menjadi dua tahapan, yaitu: 1. Pembuatan mortar arang sekam padi dengan berbagai perbandingan dari

komposisi arang sekam padi , pasir dan semen;


(35)

18

Diagram alir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Diagram alir penelitian  Uji rembesan mortarASP  Uji konduktivitas hidrolik Pembuatan cetakan mortar ASP

Pembuatan mortar ASP dengan berbagai perlakuan komposisi

Selesai Mulai Persiapan alat dan bahan

Cetakan mortar ASP

Mortar ASP dengan berbagai perlakuan komposisi

Data hasil pengujian  Analisis data

 Penulisan skripsi Skripsi


(36)

19

3.3.1 Pembuatan mortar arang sekam padi

Proses pembuatan mortar terdiri atas dua tahap yaitu: 1. Tahap pembuatan cetakan

Bahan yang dipakai untuk pembuatan cetakan adalah dop paralon dan paralon dengan diameter 4 inchi dan 2,5 inchi. Paralon dengan diamter 4 inchi

digunakan sebagai cetakan mortar bagian luar. Paralon yang memiliki diameter 2,5 inchi digunakan untuk membuat lubang pada bagian tengah cetakan mortar sehingga nantinya dihasilkan mortar yang berbentuk silinder berlubang. Adapun tahapan dari pembuatan cetakan mortar tersebut yaitu:

 Paralon diameter 4 inchi dan 2,5 inchi serta dop paralon disiapkan;  Paralon diamater 4 inchi dipotong sepanjang 25 cm sedangkan paralon

diameter 2,5 inchi dipotong sepanjang 35 cm;

 Bagian tengah dop paralon dengan diameter 2,5 inchi dilubangi seperti pada Gambar 7;

Gambar 7. Dop paralon sebagai penutup bagian bawah cetakan

 Bagian sisi paralon diameter 4 inchi dibelah dari atas sampai kebawah sehingga paralon nantinya dapat diregangkan untuk mempermudah saat pelepasan cetakan;


(37)

20

 Dop lainnya dilubangi dengan diameter 2,5 inchi sehingga dop dapat menjepit paralon yang berdiameter 2,5 inchi. Kemudian lubang pada dop paralon tersebut kembali dipotong sampai membentuk dop seperti pada Gambar 8.

Gambar 8. Dop paralon sebagai pentup atas cetakan

 Setelah semua komponen cetakan selasai dibuat, komponen cetakan dirakit seperti pada Gambar 9.

Gambar 9. Cetakan mortar jadi 2. Tahap pembuatan mortar ASP

Ada beberapa langkah dalam pembuatan mortar, yaitu sebagai berikut:  Material seperti semen, pasir dan arang sekam padi disiapkan;


(38)

21

 3 material tersebut dicampur dengan perbandingan volume semen, pasir, arang sekam padi dan air masing-masing 1:3:3:5 (P1) dan 1:3:4:5,5 (P2);

 Campuran bahan mortar tersebut diaduk sampai merata dan dimasukkan ke dalam cetakan;

Mortar yang telah dimasukkan ke dalam didiamkan minimal 1 x 24 jam agar teksturnya menjadi keras;

 Setelah didiamkan 1x 24 jam, mortar dilepaskan dari cetakan;  Pembuatan mortar ini diulangi sebanyak 3 kali pada masing-masing

perbandingan. Replika cetakan mortar dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Mortar arang sekam padi

Mortar ASP yang sudah selesai dicetak kemudian dikedapkan kedua ujungnya dengan menggunakan adonan semen murni setebal 2 cm.  Proses pengedapan mortar pada masing-masing ujung mortar ASP


(39)

22

3.3.2 Uji Konduktivitas hidrolik mortar ASP

Uji konduktivitas hidrolik (Ks) pada masing-masing perlakuan komposisi mortarASP bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan mortar tersebut meloloskan air. Dalam penelitian ini Ks mortar ASP diuji pada keadaan jenuh dengan menggunakan tabung mariot, selang penghubung, bak dan gelas ukur. Hasil dari pengujian ini berupa debit rembesan (Q) yang keluar dari mortar dan tertampung pada gelas ukur. Nilai Ks mortar ASP dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.

Panjang mortar ASP yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 cm. Tabung mariot diberi perlakuan 6 taraf ketinggian yaitu pada ketinggian 0 cm, 15 cm, 30 cm, 45 cm, 60 cm dan 75 cm. Pengujian konduktivitas hidrolik mortar ASP ini dilakukan dengan cara menyalurkan air dari tabung mariot dengan mortar ASP menggunakan selang penyalur aie. Mortar ASP diletakkan secara horizontal di dalam akuarium berisi air dengan kedalaman perendaman air 30 cm. Kedalaman perendaman tersebut disesuaikan dengan zona perakaran tanaman pada umumnya. Mortar ASP akan merembeskan air dikarenakan perbedaan head dari tabung mariot. Air yang merembes dari dinding mortar ASP akan keluar dan tertampung pada gelas ukur. Pengukuran debit rembesan air mortar ASP dilakukan ketika laju rembesan air pada mortar stabil. Rembesan air yang keluar dari mortar ASP akan diukur volumenya per jam sehingga diperoleh debit nya.

Berikut ini skema pengujian konduktivitas hidrolik (Ks) mortar ASP dapat dilihat pada Gambar 11.


(40)

23

Gambar 11. Skema uji konduktivitas hidrolik mortar ASP

3.4 Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Debit rembesan dari masing-masing komposisi mortar ASP pada setiap ketinggian tabung mariot;


(41)

32

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Nilai konduktivitas hidrolik jenuh (Ks) mortar ASP perbandingan P1 dan P2 masing-masing adalah 0,0035 cm/jam dan 0,0157 cm/jam;

2. Mortar ASP dengan perlakuan P2 merupakan komposisi terbaik sebagai alat aplikasi irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation).

5.2 Saran

Saran penelitian ini sebagai berikut:

1. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk uji rembesan mortar ASP di lapangan;


(42)

33

DAFTAR PUSTAKA

Ashrafi, S., A.D., Gupta, M.S., Babel, M., Izumi, and R., Loof. 2002. Simulation of Infiltration from Porous Clay Pipe in Subsurface Irrigation. Hydrological Sciences Journal. 47 (2): 253-268.

Bowles, J.E. 1984. Physical and Geotechnical Properties of Soils. Edisi ke-2. McGraw-Hill. United States of America. 578 Halaman.

Chindaprasirt, P., and S., Rukzon. 2008. Strength, Porosity and Corrosion Resistance of Ternary Blend Portland Cement, Rice Husk Ash and Fly Ash Mortar. Contruction and Building Materials. 22(8): 1601-1606.

Fairus, S., Haryono, M.H., Sugita, dan A., Sudrajat. 2009. Proses Pembuatan Waterglass dari Pasir Silika dengan Pelebur Natrium Hidroksida. Jurnal Teknik Kimia Indonesia. 8(2): 56-62.

Gupta, A.D., S., Ashrafi, and M.S., Babel, 2009. Effect of Soil Tekture on the Emission Characteristics Clay Pipe for Subsurface Irrigation. Irrig Sci. 27:201-208.

Hansen, V.E., O.W., Israelsen, dan G.E., Stringham, 1992. Dasar-Dasar dan Praktek Irigasi. (Diterjemahkan oleh Tachyan, E.P.). Edisi ke-4. Erlangga. Jakarta. 407 Halaman.

Hariawan, J.B. 2007. Pengaruh Perbedaan Karakteristik Type Semen Ordinary Portland Cement (OPC) dan Portlang Composite Cement (PCC) Terhadap Kuat Tekan Mortar. Skripsi. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadharma, Depok.

Hermantoro.2006. Pengembangan Sistem Irigasi Pipa Gerabah Bawah Permukaan pada Lahan Kering. Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian. Sekolah Tinggi Perkebunan. Yogyakarta. 29-30 November 2006.

Hermantoro. 2010. Teknik Fertigasi Kendi Untuk Lahan Kering. Edisi ke-1. Sekolah Tinggi Perkebunan. Yogyakarta. 92 Halaman.


(43)

34

Kurnia, U. 2004. Prospek Pengairan Pertanian Tanaman Semusim Lahan Kering. Jurnal Litbang Pertanian. 23(4): 130-138

Oyetola, E.B., and M ., Abdullahi. 2006. The Use of Rice Husk Ash in Low – Cost Sandcrate Block Production. Leonardo Electronic Journal of Practices and Technologies. Issue 8: 58-70.

Rao, D.R., Pranav, P.R.T., and Anusha, M.,. 2011. Stabilization of Expansive Soil with Rice Husk Ash, Lime and Gypsum- and Experimental Study.

International Journal of Engineering Science and Technology. 3(11): 8076 - 8085.

Rosyidah, E., dan R.,Worosoedarmo. 2013. Pengaruh Sifat Fisik Tanah pada Konduktivitas Hidrolik Jenuh di 5 Penggunaan Lahan (Studi Kasus di Kelurahan Sumbersari Malang). Agritech. 33(3): 340-345.

Setianingrum, D.A., A.,Tusi, dan S., Triyono. 2014. Aplikasi Sistem Irigasi Tetes pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Jurnal Teknik


(1)

 3 material tersebut dicampur dengan perbandingan volume semen, pasir, arang sekam padi dan air masing-masing 1:3:3:5 (P1) dan 1:3:4:5,5 (P2);

 Campuran bahan mortar tersebut diaduk sampai merata dan dimasukkan ke dalam cetakan;

Mortar yang telah dimasukkan ke dalam didiamkan minimal 1 x 24 jam agar teksturnya menjadi keras;

 Setelah didiamkan 1x 24 jam, mortar dilepaskan dari cetakan;  Pembuatan mortar ini diulangi sebanyak 3 kali pada masing-masing

perbandingan. Replika cetakan mortar dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Mortar arang sekam padi

Mortar ASP yang sudah selesai dicetak kemudian dikedapkan kedua ujungnya dengan menggunakan adonan semen murni setebal 2 cm.  Proses pengedapan mortar pada masing-masing ujung mortar ASP


(2)

Uji konduktivitas hidrolik (Ks) pada masing-masing perlakuan komposisi mortarASP bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan mortar tersebut meloloskan air. Dalam penelitian ini Ks mortar ASP diuji pada keadaan jenuh dengan menggunakan tabung mariot, selang penghubung, bak dan gelas ukur. Hasil dari pengujian ini berupa debit rembesan (Q) yang keluar dari mortar dan tertampung pada gelas ukur. Nilai Ks mortar ASP dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.

Panjang mortar ASP yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 cm. Tabung mariot diberi perlakuan 6 taraf ketinggian yaitu pada ketinggian 0 cm, 15 cm, 30 cm, 45 cm, 60 cm dan 75 cm. Pengujian konduktivitas hidrolik mortar ASP ini dilakukan dengan cara menyalurkan air dari tabung mariot dengan mortar ASP menggunakan selang penyalur aie. Mortar ASP diletakkan secara horizontal di dalam akuarium berisi air dengan kedalaman perendaman air 30 cm. Kedalaman perendaman tersebut disesuaikan dengan zona perakaran tanaman pada umumnya. Mortar ASP akan merembeskan air dikarenakan perbedaan head dari tabung mariot. Air yang merembes dari dinding mortar ASP akan keluar dan tertampung pada gelas ukur. Pengukuran debit rembesan air mortar ASP dilakukan ketika laju rembesan air pada mortar stabil. Rembesan air yang keluar dari mortar ASP akan diukur volumenya per jam sehingga diperoleh debit nya.

Berikut ini skema pengujian konduktivitas hidrolik (Ks) mortar ASP dapat dilihat pada Gambar 11.


(3)

Gambar 11. Skema uji konduktivitas hidrolik mortar ASP

3.4 Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Debit rembesan dari masing-masing komposisi mortar ASP pada setiap ketinggian tabung mariot;


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Nilai konduktivitas hidrolik jenuh (Ks) mortar ASP perbandingan P1 dan P2 masing-masing adalah 0,0035 cm/jam dan 0,0157 cm/jam;

2. Mortar ASP dengan perlakuan P2 merupakan komposisi terbaik sebagai alat aplikasi irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation).

5.2 Saran

Saran penelitian ini sebagai berikut:

1. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk uji rembesan mortar ASP di lapangan;


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ashrafi, S., A.D., Gupta, M.S., Babel, M., Izumi, and R., Loof. 2002. Simulation of Infiltration from Porous Clay Pipe in Subsurface Irrigation. Hydrological Sciences Journal. 47 (2): 253-268.

Bowles, J.E. 1984. Physical and Geotechnical Properties of Soils. Edisi ke-2. McGraw-Hill. United States of America. 578 Halaman.

Chindaprasirt, P., and S., Rukzon. 2008. Strength, Porosity and Corrosion Resistance of Ternary Blend Portland Cement, Rice Husk Ash and Fly Ash Mortar. Contruction and Building Materials. 22(8): 1601-1606.

Fairus, S., Haryono, M.H., Sugita, dan A., Sudrajat. 2009. Proses Pembuatan Waterglass dari Pasir Silika dengan Pelebur Natrium Hidroksida. Jurnal Teknik Kimia Indonesia. 8(2): 56-62.

Gupta, A.D., S., Ashrafi, and M.S., Babel, 2009. Effect of Soil Tekture on the Emission Characteristics Clay Pipe for Subsurface Irrigation. Irrig Sci. 27:201-208.

Hansen, V.E., O.W., Israelsen, dan G.E., Stringham, 1992. Dasar-Dasar dan Praktek Irigasi. (Diterjemahkan oleh Tachyan, E.P.). Edisi ke-4. Erlangga. Jakarta. 407 Halaman.

Hariawan, J.B. 2007. Pengaruh Perbedaan Karakteristik Type Semen Ordinary Portland Cement (OPC) dan Portlang Composite Cement (PCC) Terhadap Kuat Tekan Mortar. Skripsi. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadharma, Depok.

Hermantoro.2006. Pengembangan Sistem Irigasi Pipa Gerabah Bawah Permukaan pada Lahan Kering. Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian. Sekolah Tinggi Perkebunan. Yogyakarta. 29-30 November 2006.

Hermantoro. 2010. Teknik Fertigasi Kendi Untuk Lahan Kering. Edisi ke-1. Sekolah Tinggi Perkebunan. Yogyakarta. 92 Halaman.


(6)

Jurnal Litbang Pertanian. 23(4): 130-138

Oyetola, E.B., and M ., Abdullahi. 2006. The Use of Rice Husk Ash in Low – Cost Sandcrate Block Production. Leonardo Electronic Journal of Practices and Technologies. Issue 8: 58-70.

Rao, D.R., Pranav, P.R.T., and Anusha, M.,. 2011. Stabilization of Expansive Soil with Rice Husk Ash, Lime and Gypsum- and Experimental Study.

International Journal of Engineering Science and Technology. 3(11): 8076 - 8085.

Rosyidah, E., dan R.,Worosoedarmo. 2013. Pengaruh Sifat Fisik Tanah pada Konduktivitas Hidrolik Jenuh di 5 Penggunaan Lahan (Studi Kasus di Kelurahan Sumbersari Malang). Agritech. 33(3): 340-345.

Setianingrum, D.A., A.,Tusi, dan S., Triyono. 2014. Aplikasi Sistem Irigasi Tetes pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Jurnal Teknik