3.3.2 Uji Konduktivitas hidrolik mortar ASP
Uji konduktivitas hidrolik K
s
pada masing-masing perlakuan komposisi mortarASP bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan mortar tersebut
meloloskan air. Dalam penelitian ini K
s
mortar ASP diuji pada keadaan jenuh dengan menggunakan tabung mariot, selang penghubung, bak dan gelas ukur.
Hasil dari pengujian ini berupa debit rembesan Q yang keluar dari mortar dan tertampung pada gelas ukur. Nilai K
s
mortar ASP dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.
Panjang mortar ASP yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 cm. Tabung mariot diberi perlakuan 6 taraf ketinggian yaitu pada ketinggian 0 cm, 15 cm, 30
cm, 45 cm, 60 cm dan 75 cm. Pengujian konduktivitas hidrolik mortar ASP ini dilakukan dengan cara menyalurkan air dari tabung mariot dengan mortar ASP
menggunakan selang penyalur aie. Mortar ASP diletakkan secara horizontal di dalam akuarium berisi air dengan kedalaman perendaman air 30 cm. Kedalaman
perendaman tersebut disesuaikan dengan zona perakaran tanaman pada umumnya. Mortar ASP akan merembeskan air dikarenakan perbedaan head dari tabung
mariot. Air yang merembes dari dinding mortar ASP akan keluar dan tertampung pada gelas ukur. Pengukuran debit rembesan air mortar ASP dilakukan ketika laju
rembesan air pada mortar stabil. Rembesan air yang keluar dari mortar ASP akan diukur volumenya per jam sehingga diperoleh debit nya.
Berikut ini skema pengujian konduktivitas hidrolik K
s
mortar ASP dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Skema uji konduktivitas hidrolik mortar ASP
3.4 Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Debit rembesan dari masing-masing komposisi mortar ASP pada setiap ketinggian tabung mariot;
b. Konduktivitas hidrolik mortar ASP.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1.
Nilai konduktivitas hidrolik jenuh K
s
mortar ASP perbandingan P1 dan P2 masing-masing adalah 0,0035 cmjam dan 0,0157 cmjam;
2. Mortar ASP dengan perlakuan P2 merupakan komposisi terbaik sebagai alat
aplikasi irigasi bawah permukaan tanah subsurface irrigation.
5.2 Saran
Saran penelitian ini sebagai berikut: 1.
Perlu adanya penelitian lanjutan untuk uji rembesan mortar ASP di lapangan;
2. Perlu adanya perlakuan ukuran pasir yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Ashrafi, S., A.D., Gupta, M.S., Babel, M., Izumi, and R., Loof. 2002. Simulation
of Infiltration from Porous Clay Pipe in Subsurface Irrigation. Hydrological Sciences Journal. 47 2: 253-268.
Bowles, J.E. 1984. Physical and Geotechnical Properties of Soils. Edisi ke-2. McGraw-Hill. United States of America. 578 Halaman.
Chindaprasirt, P., and S., Rukzon. 2008. Strength, Porosity and Corrosion Resistance of Ternary Blend Portland Cement, Rice Husk Ash and Fly Ash
Mortar. Contruction and Building Materials. 228: 1601-1606. Fairus, S., Haryono, M.H., Sugita, dan A., Sudrajat. 2009. Proses Pembuatan
Waterglass dari Pasir Silika dengan Pelebur Natrium Hidroksida. Jurnal Teknik Kimia Indonesia. 82: 56-62.
Gupta, A.D., S., Ashrafi, and M.S., Babel, 2009. Effect of Soil Tekture on the Emission Characteristics Clay Pipe for Subsurface Irrigation. Irrig Sci.
27:201-208. Hansen, V.E., O.W., Israelsen, dan G.E., Stringham, 1992. Dasar-Dasar dan
Praktek Irigasi. Diterjemahkan oleh Tachyan, E.P.. Edisi ke-4. Erlangga. Jakarta. 407 Halaman.
Hariawan, J.B. 2007. Pengaruh Perbedaan Karakteristik Type Semen Ordinary Portland Cement OPC dan Portlang Composite Cement PCC Terhadap
Kuat Tekan Mortar. Skripsi. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadharma, Depok.
Hermantoro.2006. Pengembangan Sistem Irigasi Pipa Gerabah Bawah Permukaan pada Lahan Kering. Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian. Sekolah Tinggi
Perkebunan. Yogyakarta. 29-30 November 2006. Hermantoro. 2010. Teknik Fertigasi Kendi Untuk Lahan Kering. Edisi ke-1.
Sekolah Tinggi Perkebunan. Yogyakarta. 92 Halaman.