PENGAWASAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI DAN PESTISIDA OLEH KOMISI PENGAWAS PUPUK DAN PESTISIDA (KPPP) DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(1)

ABSTRAK

PENGAWASAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI DAN PESTISIDA OLEH KOMISI PENGAWAS PUPUK DAN PESTISIDA (KPPP)

DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Oleh

AMILYA RAHAYU

Pupuk dan pestisida penting dalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional, dan penyalurannya dilakukan sesuai prosedur pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Di Kabupaten Lampung Timur telah terjadi pengalihan peruntukkan dengan modus pergantian karung pupuk bersubsidi, untuk itu diperlukan pengawasan secara efektif dan efisien guna menghindari dampak negatifnya terhadap kesehatan manusia, lingkungan hidup serta mencegah peredaran dan penyimpangan dalam penyalurannya.

Permasalahan yang diteliti adalah Bagaimanakah pengawasan dan penerapan sanksi dalam penyaluran pupuk bersubsidi dan pestisida oleh KPPP di Kabupaten Lampung Timur dan faktor-faktor yang menghambat KPPP dalam mengawasi pupuk bersubsidi dan pestisida di Kabupaten Lampung Timur.

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data sekunder berasal dari peraturan perundang-undangan dan literatur, sedangkan data primer diperoleh dari studi lapangan melalui wawancara. Data diolah dan dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian bahwa pelaksanaan pengawasan melalui pengawasan berdasarkan jarak, pengawasan fungsional dan represif, prosedur dilakukan sesuai Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 mulai dari legalitas, penebusan, dan penyaluran (kuota, harga, dan RDKK) pupuk bersubsidi dan kualitas dan kuantitas produk pestisida, namun pengawasan KPPP kurang maksimal. Penerapan sanksi melalui sanksi administratif dan sanksi pidana. Faktor-faktor penghambat dalam mengawasi penyaluran pupuk bersubsidi dan pestisida yaitu kurang komunikasi yang efektif antar personalia, kurangnya anggaran untuk melakukan pengawasan, tidak adanya kendaraan roda empat, tidak adanya ketegasan dari SDM dan petugas KPPP. Diharapkan agar KPPP meningkatkan kinerja dalam melakukan pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi dan pestisida agar tidak terjadi penyaluran ilegal pupuk dan pestisida.


(2)

ABSTRACT

THE SUPERVISING OF SUBSIDIZED FERTILIZER AND PESTICIDE DISTRIBUTION BY SUPERVISOR COMMITTEE OF FERTILIZER

AND PESTICIDE (KPPP) IN EAST LAMPUNG REGENCY By

AMILYA RAHAYU

Fertilizer and pesticide are important in gaining productivity and corps of agricultural commodity in order to meet the national food tenacity, while its distribution is regulated in the constitution No. 12 year 1992 under plants cultivation system. In the regency of East Lampung, there is a suspicious report of mal-use distribution under the reason that the bag of subsidied fertilizer in need of changes, ad therefore there must be an effective supervising to avoid its negative impact towards the health of human and sphere, as well as to avoid the misuse in its distribution.

The research problem are: how is the supervisor committee of fertilizer and pesticide (KPPP) supervising and implementing sanction in the regency of East Lampung? And what are obstacles that harm the committee from supervising the subsidied fertilizer and pestiside in that regency?

The approach used in this study were normative juridical and empiric juridical. The secondary data resources were taken from the constitution guidelines and other literatures, while the primary data resources were done through field interviews. The data were then analyzed as qualitative.

The result revealed that the supervising through several means like distance, fungtional and represive, the procedure was done in accordance to the constitution No. 12 year 1992, starting from legality, compensation, and distribution (quota, price, and RDKK) of subsidized fertilizer, quality and quantity of pesticide; unfortunately, the supervising from KPPP was less maximum. The implementation of sanction was done as administrative and criminal. The obstacles found during the supervising were: the lack of effective communication among persons, the lack of budgeting for supervising, the lack of four-wheel vehicle to reach the spot, the lack of human resources and the lack of affirmation from KPPP. It is suggested that KPPP improve the quality standard in supervising in order to avoid illegal distribution of fertilizer and pesticide.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sekampung pada tanggal 24 November 1993, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Putri dari Bapak Kasah Rahayu dan Ibu Maryati Penulis memulai pendidikan pada tahun 1998 di Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Gunung Mekar Jabung Kabupaten Lampung Timur, kemudian Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 3 Sribasuki Kecamatan Batanghari lulus pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Batanghari lulus pada tahun 2008, dan Madrasah Aliyah Negeri 1 Metro Lampung Timur lulus pada tahun 2011. Pada masa SMP penulis aktif berorganisasi di Pramuka, dan masa MAN berorganisasi di Karya Ilmiyah Remaja (KIR).

Pada tahun 2011 Penulis melanjutkan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur UML. Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam organisasi internal kampus yaitu KMB (Koprs Muda BEM) VII Universitas Lampung dan UKM-F MAHKAMAH (Mahasiswa Pengkaji Masalah Hukum) Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(7)

(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kupanjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang tiada henti-hentinya memberikan rahmat dan hidayah-Nya dalam setiap

hembusan nafas dan jejak langkah kita.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW sebagai suri tauladan di muka bumi ini yang safaatnya

selalu dinantikan di yaumil akhir kelak.

Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya sederhana ini sebagai wujud bakti dan tanggungjawabku kepada:

Kedua Orang Tuaku, Ayah Tercinta Kasah Rahayu, S. Ag. dan Ibu Tersayang Maryati yang dengan ikhlas telah melahirkan, merawat, mendidik dan mendoakan

keberhasilanku yang tidak dapat kubalas dengan apapun yang ada didunia ini. Adikku tercinta Maulana Al’af Gani dan Khafi Ida Sania yang selalu berdoa,

memotivasi dan merindukan keberhasilanku.

Keluarga Besar yang selalu mendoakan untuk keberhasilan dan kesuksesanku

Serta


(9)

MOTO

Sukses adalah tujuan dan tanggung jawab setiap orang, hidup adalah prosesnya, untuk mencapai tujuan yang baik, berproseslah dengan baik.

“Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi Neraca itu.” (Q.S. Ar-Rahman : 9)

“Barang Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan

melihat (balasan)nya.” (Q.S. Al-Zalzalah : 7)

“Dan Barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (Q.S. Al-Zalzalah : 8)

(Success is personal responsibility)


(10)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaannirahim,

Puji syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat iman, taqwa, dan ilmu, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pengawasan Penyaluran Pupuk Bersubsidi dan Pestisida Oleh Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida Di

Kabupaten Lampung Timur.” Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Pembuatan skripsi ini merupakan buah dari proses panjang, yang mana dalam membuatnya selalu didukung dan dibimbing oleh berbagai pihak. Dengan kerendahan hati peneliti dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung dan selaku Pembimbing Akademik;

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara yang telah memberikan ilmu bermanfaat selama proses perkuliahan;


(11)

3. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum Administrasi Negara yang telah memberikan ilmu bermanfaat selama proses perkuliahan;

4. Bapak Prof. Dr. Muhammad Akib, S.H., M.H., selaku pembimbing utama atas kesediaanya dalam memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Syamsir Syamsu, S.H., M.H., selaku pembimbing kedua atas kesediaannya dalam memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

6. Ibu Nurmayani, S.H., M.H., selaku pembahas serta penguji utama atas kesediaannya dalam memberikan masukan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

7. Ibu Ati Yuniarti, S.H., M.H., selaku pembahas kedua atas kesediaanya dalam memberikan masukan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

8. Bapak Ibu Dosen Fakultas Hukum, khususnya bagian Hukum Administrasi Negara, terima kasih atas ilmu yang bermanfaat serta motivasi dalam penyelesaian skripsi ini;

9. Bapak Ibu selaku Staf Administrasi Fakultas Hukum Unila dan Bapak Ibu Staff Administrasi Bagian Hukum Administrasi Negara, terima kasih atas bantuan dan arahan dalam pelaksanaan penyelesaian skripsi ini;

10. Ayahanda Kasah Rahayu, S. Ag. dan Ibunda Maryati, kedua orang tuaku tercinta dan terbaik sepanjang masa. Terima kasih atas semua doa-doa, kasih sayang, kepercayaan, nasehat serta motivasi yang tidak pernah ada habisnya


(12)

dan selalu sabar menunggu kesuksesan anak tersayang kalian. Kedua

saudaraku kandung tersayangku Maulana Al’af Gani dan Khafi Ida Sania, dan

ponakan Della Salsabila yang selalu memberikan canda, tawa serta dukungan semangat yang tiada hentinya kepada peneliti;

11. Kepada Sidi Hilaludin dan Atu Masni Cikamah serta Mbah Kakung Pademo Wijoyo (Alm) dan Mbah Putri (Alm) yang selalu mendukung, memberi semangat, dan selalu menantikan kesuksesan cucu tersayangnya untuk menyelesaikan skripsi ini;

12. Keluarga Besar Ayah dan Ibunda yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala dukungan dan nasehat yang telah diberikan;

13. Sahabat seperjuangan (Abi Zuliansyah, Dewi yuliandari AS, Eka Purnama Sari, Iis Priyatun, Mardotila, Fitri Agista, Beni Yulianto, Aldi Setiawan, Agus Hermawan, Dika Permadi, Hendra Ari Saputra, Fitra Albajuri, Febry Minsi, Ata, Ando) terimakasih atas semua bantuan, kerja sama dan semangat yang selalu menemani selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini akhirnya kita sah menjadi SH;

14. Juwairi terima kasih selalu memberikan waktu luang, semangat, dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini;

15. Keluarga besar UKM-F MAHKAMAH terima kasih atas kebersamaan dan kerjasamanya selama ini;

16. Sahabat (Miftayuni Rahmawati, Marelita Devisa, Intan Purnama Sari) yang selalu memberi canda tawa dan dukungan serta semangat atas kebersamaan suka dukanya, kerjasama dan pengalaman berharga selama ini.


(13)

17. Teman-teman MAN dan SMP terima kasih untuk kebersamaan yang telah terjalin sampai sekarang;

18. Teman-teman angkatan 2011 serta kakak dan adik tingkat Fakultas Hukum Universitas Lampung, terima kasih untuk kebersamaannya selama ini;

19. Bapak Heriyanto dan Bapak Pujiana selaku PPNS, serta Bapak Sukartono selaku anggota KPPP dalam pengawasan izin, terima kasih atas waktu dan kesediaannya telah membantu memberikan informasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini;

20. Pimpinan Distributor Pupuk Bersubsidi dan Pestisida (Bapak Haryono Yoyo, Bapak Muhajir Mukti Amin, dan Bapak S. Togatorop) terima kasih atas waktu dan kesediaannya telah membantu memberikan informasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini;

21. Kepada semua pihak-pihak yang terlibat dan tidak dapat disebutkan satu persatu, peneliti mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas semua dukungan dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis


(14)

DAFTAR ISI Halaman COVER LUAR ABSTRACT ABSTRAK COVER DALAM

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 8

1.3.Ruang Lingkup penelitian ... 8

1.4.Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1. Tujuan Penelitian ... 9

1.4.2. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengawasan ... 11

2.1.1. Pengertian Pengawasan ... 11

2.1.2. Bentuk Pengawasan ... 13

2.1.3. Jenis Pengawasan ... 13

2.1.4. Tim Pengawas Pupuk dan Pestisida ... 16

2.1.5. Instrumen Pengawasan ... 17

2.2.Pupuk Dan Pestisida ... 19

2.2.1. Pengertian Dan Dasar Hukum Penyaluran Pupuk ... 19

2.2.2. Macam-Macam Pupuk ... 21

2.2.3. Dasar Hukum Pengawasan Penyaluran Pupuk Bersubsidi .. 23

2.2.4. Manfaat Dan Kerugian Pestisida... 25

2.2.5. Dasar Hukum Pengawasan Penyaluran Pestisida ... 26

2.3.Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida ... 27

2.3.1. Dasar Hukum Pembentukan Dan Pengertian Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida... 27

2.3.2. Fungsi Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Pendekatan Masalah ... 30


(15)

3.2.1. Data ... 30

3.2.2. Sumber Data ... 31

3.3.Metode Pengumpulan Data ... 32

3.4.Metode Pengolahan Data ... 33

3.5.Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur ... 35

4.1.1. Sejarah Kabupaten Lampung Timur ... 36

4.1.2. Administrasi Pemerintahan ... 39

4.2.Gambaran Umum Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisda Kabupaten Lampung Timur ... 42

4.2.1.Dasar Pembentukan KPPP ... 43

4.2.2.Struktur Organisasi Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida ... 45

4.2.3.Kedudukan, Tugas, Wewenang, Dan Tata KPPP Kabupaten Lampung Timur ... 47

4.2.4.Ruang Lingkup dan Objek Pengawasan KPPP ... 49

4.3.Pelaksanaan Pengawasan Penyaluran Pupuk Bersubsidi dan Pestisida ... 52

4.3.1.Penyaluran Pupuk Bersubsidi Dan Non-Subsidi ... 52

4.3.1.1.Tata Cara Penyaluran Pupuk Bersubsidi ... 52

4.3.1.2.Tata Cara Penyaluran Pestisida ... 61

4.3.2.Pengawasan Pupuk Bersubsidi dan Pestisida ... 65

4.3.2.1.Tata Cara Pelaksanaan Pengawasan Pupuk Bersubsidi ... 67

4.3.2.2.Tata Cara Pelaksanaan Pengawasan pestisida ... 72

4.3.3.Bentuk Pengawasan Oleh Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida ... 76

4.4.Penerapan Sanksi Bagi Pelanggaran Penyaluran Pupuk Bersubsidi dan Pestisida ... 78

4.5.Faktor Penghambat Dalam Pengawasan Penyaluran Pupuk Bersubsidi dan Pestisida ... 85

BAB V PENUTUP 5.1.Kesimpulan ... 87

5.2.Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pertanian menjadi kegiatan ekonomi yang berkelanjutan dan merupakan strategi pembangunan jangka panjang yang bertujuan untuk menjadikan pertanian yang maju, efisien, dan tangguh.1 Program pembangunan pertanian saat ini telah menunjukan hasil dalam peningkatan pendapatan nasional dan kesejahteraan masyarakat, meskipun pelaksanaan berbagai kegiatan program pembangunan sering berbenturan dengan keterbatasan daya dukung lingkungan sehingga berpotensi menimbulkan dampak negative bagi masyarakat dan lingkungan hidup. Salah satu dampak negative yang harus dihindari adalah tersebarnya banyak jenis bahan pencemar lingkungan baik dalam air, tanah, maupun udara, menyebabkan kualitas lingkungan hidup semakin menurun. Apabila kegiatan pembangunan seperti ini dibiarkan tidak terkendali, maka akan merugikan generasi mendatang atau dapat mendatangkan kemiskinan dan kesengsaraan.

Fry (1982), dalam sistem manajemen tanaman pupuk dan pestisida merupakan unsur atau subsistem dalam agroekosistem.2 Salah satu bahan pencemar lingkungan hidup adalah pupuk dan pestisida (an-organik). Pasal 1 ayat (2)

1

N Resso, 2013, Sektor Pertanian, digilib.unila.ac.id/1177/6/BAB%20I.pdf, , hari rabu 16 juli 2014, pukul 20.00

2

Ginting, 2013, Ilmu Penyakit Tumbuhan,Lembaga Penelitian Universitas Lampung : Lampung, hlm. 3


(17)

2

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 122/Permentan/SR.130/11/2013 tentang Kebutuhan Dan Harga Eceran Tinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian TA 2014, bahwa Pupuk merupakan bahan kimia atau organism yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung dan tidak langsung. Pupuk an-organik merupakan pupuk hasil rekayasa secara kimia, fisikan, atau biologi, dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk.

Menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 24/Permentan/ SR.140/4/2011 tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida, pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil pertanian, memberantas gulma, mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan, mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman, kecuali yang tergolong pupuk memberantas atau mencegah hama luar pada ternak dan hewan piaraan, memberantas atau mencegah hama air memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah, dan air. Apabila digunakan secara tidak bijaksana, termasuk bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat karena residu yang ditinggalkan baik pada hasil pertanian, perkebunan, maupun lingkungan.


(18)

3

Berdasarkan hasil monitoring Balai dan Pusat Penelitian serta dinas-dinas pemerintah bahwa pada saat ini residu pupuk dan pestisida telah banyak mencemari tanah, air, dan juga mencemari makanan. Pihak masyarakat atau petani sebagai pelaku pembangunan pertanian atau perkebunan mengeluarkan dana tidak sedikit dalam upaya memelihara tanaman dan meningkatkan hasil panennya. Apabila terbeli agroinput antara lain pupuk dan pestisida dengan mutu rendah atau palsu atau kadaluarsa, maka upaya yang dilakukan para petani akan menjadi sia-sia. Menurut Pasal 1 huruf 15 Peraturan Menteri Perdagangan No.15/M-Dag/Per/4/2013 tentang Pengadaan Dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian pupuk dan pestisida harus tersedia sesuai dengan prinsip 6 (enam) azas yaitu tepat jenis, waktu, jumlah, tempat, mutu, dan harga yang layak sangat penting dalam menggunakan pupuk dan pestisida secara bijaksana.

Karena pupuk dan pestisida sangat penting peranannya dalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, untuk itu diperlukan pengawasaan secara efektif dan efisien guna menghindari dampak negatif penggunaan pupuk dan pestisida terhadap kesehatan manusia dan lingkungan serta mencegah peredaran dan penyimpangan pupuk dan pestisida yang tidak terkendali. Mutu pupuk dan pestisida yang tidak terjamin, penemuan banyaknya peredaran pupuk ilegal dan pemalsuan pestisida merupakan indikasi bahwa fungsi pengawasan pupuk dan pestisida perlu ditingkatkan dan diberdayakan pada segala tingkatan.


(19)

4

Melalui pengawasan pengendalian, pengadaan, peredaran, dan penggunaan pupuk dan pestisida diharapkan pupuk dan pestisida tersedia sampai tingkat petani secara jenis, waktu, jumlah, tempat, mutu terjamin, dan harga yang terjangkau, melindungi kesehatan manusia serta kelestarian alam dan lingkungan hidup, menjamin mutu dan efektifitas pestisida, serta memberikan perlindungan kepada produsen, distributor, pengecer, dan penggunaan pupuk dan pestisida yang di awasi oleh suatu wadah koordinasi pada setiap daerah kabupaten/kota.

Terkait dengan pengawasan pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, pupuk yang diedarkan di Indonesia harus memenuhi ketentuan, Pasal 37 ayat (1) bahwa pupuk yang beredar wajib memenuhi standar mutu dan terjamin efektivitasnya serta diberi label, Pasal 37 ayat (3) bahwa pemerintah mengawasi pengadaan dan peredaran pupuk. Mengenai ketentuan tata cara pengawasan pengadaan, peredaran, dan penggunaan pupuk lebih lanjut diatur dalam peraturan pemerintah. Pada Pasal 16 ayat (2) Peraturan Meteri Perdagangan Nomor 03/M-DAG/PER/2/2006 bahwa pengawasan atas pengadaan, penyaluran, pupuk bersubsidi dilakukan secara berjenjang di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Pengawasan pestisida pada Bab IV Pasal 38, Pasal 40, Pasal 41, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman, bahwa pestisida yang akan diedarkan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia wajib terdaftar, memenuhi standar mutu, terjamin efektivitasnya, aman bagi manusia dan lingkungan hidup, serta diberi label. Menurut Pasal 39 Undang-Undang 12 Nomor tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Pemerintah melakukan pendaftaran dan mengawasi pengadaan, peredaran, serta penggunaan pestisida. Pengawasan Pestisida tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7


(20)

5

Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan, Dan Penggunaan Pestisida.

Kegiatan lain yang telah ditempuh dibidang pupuk dan pestisida adalah dengan diberlakukannya deregulasi di bidang pendaftaran dan pemberian izin pupuk dan pestisida. Kebijakan tersebut memberikan dampak dengan semakin banyaknya jenis pupuk dan pestisida yang beredar dan diizinkan oleh menteri pertanian. Dalam setiap Peraturan Menteri Pertanian senantiasa menetapkan persyaratan mutu pupuk dan pestisida yang wajib dijamin oleh masing-masing pemegang pendaftaran. Salah satu kriteria penting yang ditetapkan untuk mutu pupuk adalah komposisi bahan dan kadarnya, sedangkan pestisida adalah kadar bahan aktif yang dinyatakan dengan angka, sesuai dengan yang dinyatakan oleh pemohon pendaftaran dalam daftar isian pemohon pendaftaran yang diperoleh dari Pusat Perizinan Dan Ivestasi Departemen Pertanian.3

Perizinan ini guna melindungi masyarakat atau petani dari peredaran pupuk dan pestisida ilegal. Pengawasan pupuk dan pestisida dilakukan oleh unsur-unsur, Tim Pengawasan Pupuk Bersubsidi Ditingkat Pusat, Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida (KPPP) Provinsi Dan Kabupaten, Petugas Pegawai Pupuk Dan Pestisida/PPNS, dan Masyarakat. Perangkat peraturan perundang-undangan terkait dengan peredaran pupuk dan pestisida bersubsidi telah diterbitkan, namun kenyataan di lapangan masih ditemukan pupuk dan pestisida ilegal, palsu yang tidak diketahui mutu dan efektifitasnya.

3

Net Surfer. 2012. Pedomana Awas Pupuk.www.scribd.com/mobile/doc/16364821. 12Agustus 2014, pukul20:33:47.


(21)

6

Kasus lain pada pupuk subsidi sangat menonjol yakni pengalihan peruntukkan dengan modus penggantian karung pupuk subsidi. Pada hari sabtu, tanggal 24 Desember 2011, termuat berita di situs internet rakyat lampung, pada tanggal 17 februari 2010 terjadian pemalsuan yang dilakukan oleh CV SMB. Polres Lampung Timur melakukan pemanggilan kepada Direktur CV SMB Ina Sunardi selaku distributor Pupuk Pusri dengan nomor B:313/XII/2011/Reskrim. Satria Prayoga dari BKBH Fakultas Hukum Universitas Lampung menjelaskan hubungan antara pengecer dan distributor yang diikat dengan Surat Perjanjian Jual Beli (SPJB) terdapat pada pasal 1 ayat (9) dan (10) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 17/M-DAG/PER/6/2011 tentang Pengadaan Dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian.4

Pada Pasal 17 ayat (3) kewenangan melakukan klarifikasi terhadap adanya indikasi penyimpangan atas ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi oleh PT Pupuk Sriwijaya (Persero) Produsen, distributor, pengecer dilakukan oleh Direktur Jendral Perdaganagan Dalam Negeri atau Pejabat yang ditunjuk, Tim Pengawas Pupuk Bersubsidi Tingkat Pusat, Kepala Dinas provinsi/kabupaten/kota yang membidangi perdagangan atau pejabatan yang ditunjuk atau, Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida provinsi/kabupaten/kota. Menurut ayat (4) dikatakan dalam hal adanya bukti yang kuat ke arah pelanggaran dapat dikenakan sanksi pidana ekonomi berupa denda. Dan Direktur CV SMB menjelaskan bahwa, Tato yang melaporkan sejak tanggal 31 Januari 2011 tidak lagi tercatat sebagai penyalur Pupuk Urea Bersubsidi dari CV SMB. Tato diberhentikan sebagai pengecer

4

Zal, 2011, http://www.rakyatlampung.co.id/new/otonomi-daerah/lampung-timur/2936-cv-smb-tuding-tidak-mendasar.html, jumat, 05 september 2014, pukul 22:47.


(22)

7

karena banyak melakukan pelanggaran dalam penyaluran Pupuk Urea Bersubsidi. Melihat kondisi tersebut maka pengawasan pupuk dan pestisida harus dilaksanakan secara terkoordinir antara pusat dan daerah serta instansi terkait dibidang pupuk dan pestisida.

Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) merupakan wadah koordinasi pengawasan antar instansi terkait dibidang pupuk dan pestisida baik tingkat provinsi yang ditetapkan oleh gubernur maupun tingkat kabupaten/kota yang ditetapkan oleh bupati/walikota. Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida pada tingkat provinsi dibentuk dengan ditetetapkannya Keputusan Gubernur Lampung Nomor G/056/B.IV/HK/2009 tentang Pembentukan Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida Provinsi Lampung. Kebijakan yang dikeluarkan gubernur lampung untuk mempermudah tugas Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida dalam melakukan monitoring atau evaluasi terhadap laporan hasil pengawasan pengendalian, pengadaan, peredaran, dan penggunaan pupuk dan pestisida oleh instansi terkait dan Tim/Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida di daerah kabupten atau kota.

Pembentukan Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida di Kabupaten Lampung Timur diberlakukan pada tanggal 01 Januari 2014 dengan dikeluarkan Keputusan Bupati Lampung Timur Nomor B.329/04/UK/2014 tentang Pembentukan Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida Kabupaten Lampung Timur Tahun 2014. Agar pelaksanaan pengendalian dan penyaluran pupuk dan pestisida dapat berjalan tertib dan lancar serta untuk terjaminnya ketersediaan pupuk baik jumlah, mutu, jenis, maupun harganya, sehingga dibentuknya Komisi Pengawas Pupuk dan


(23)

8

Pestisida di Kabupaten Lampung Timur sebagai upaya pemerintah untuk pengawasan dan pengendalian pupuk dan pestisida yang beredar dimasyarakat. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas perlu dibahas tentang

“Pengawasan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Dan Pestisida Oleh Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) Di Kabupaten Lampung Timur”.

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan yaitu:

1. Bagaimanakah pengawasan dan penerapan sanksi dalam penyaluran pupuk bersubsidi dan pestisida oleh Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) di Kabupaten Lampung Timur?

2. Apa saja faktor yang menjadi penghambat KPPP dalam mengawasi pupuk bersubsidi dan pestisida di Kabupaten Lampung Timur?

1.3.Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah kajian bidang hukum administrasi negara pada umumnya dan hukum dan perizinan pada khususnya mengenai peran Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida di Kabupaten Lampung Timur dalam mengawasi peredaran pupuk ke suatu daerah pertanian. Penelitian ini dilakukan pada Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) sebagai wadah koordinasi dalam melakukan pengawasan pengendalian, pengadaan, peredaran, dan penggunaan pupuk dan pestisida. Pada Distributor pupuk bersubsidi, dan pengecer atau penyalur pupuk bersubsidi di daerah Lampung Timur


(24)

9

1.4. Tujuan dan Kegunaan

1.4.1.Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengawasan dan penerapan sanksi dalam penyaluran pupuk bersubsidi dan pestisida oleh Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida Kabupaten Lampung Timur.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam melakukan pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi dan pestisida oleh Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida Kabupaten Lampung Timur.

1.4.2. Kegunaan

Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut: 1) Kegunaan teoritis

a. Menambah informasi, wawasan, dan pengetahuan mengenai Peran Komisi Pengawasan Pupuk Dan Pestisida berguna sebagai upaya pengembangan wawasan di bidang Ilmu Hukum Administrasi Negara, khususnya kajian bidang hukum administrasi negara pada pada khususnya mengenai peran Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida di kabupaten di Lampung Timur dalam mengawasi peredaran pupuk ke suatu daerah pertanian.

b. Hasil dari penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan serta menjadi salah satu referensi bagi penelitian selanjutnya.


(25)

10

2) Kegunaan praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar kebijakan pemerintah daerah lainnya yang diwilayahnya telah menerapkan kebijakan terhadap pengawasan terhadap peredaran pupuk bersubsidi dan pestisida.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pedoman bagi pemerintah daerah yang di wilayahnya belum terdapat kebijakan tentang pengawasan terhadap peredaran pupuk bersubsidi dan pestisida.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengawasan

2.1.1. Pengertian Pengawasan

Adanya berbagai jenis pembangunan di lingkungan pemerintah menurut penanganannya yang lebih serius agar tidak terjadi penyelewengan wewenang yang dapat mengakibatkan kerugian baik bagi keuangan pemerintah dan terhadap masyarakat. Pengawasan betujuan agar pelaksanaannya berjalan dengan baik. Secara umum pengawasan diartikan sebagai suatu kegiatan administrasi yang bertujuan mengadakan evaluasi terhadap pekerjaan yang sudah diselesaikan, apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Pengawasan lebih diarahkan kepada upaya untuk melakukan koresi terhadap hasil kegiatan. Suatu sistem pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan diperlukan guna memberikan perlindunagan hukum baik bagi warga, masyarakat, bagi badan atau pejabat tata usaha negara.

Pengawasan yang dianut menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, meliputi dua bentuk pengawasan, yakni pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah dan pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah. Pengawasan ini dilaksanakan oleh aparat pengawas intern pemerintah. Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar


(27)

12

pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting agar pekerjaan maupun tugas yang dibebankan kepada aparat pelaksana terlaksana sesuai rencana yang ditetapkan.1

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sondang P. Siagian : yaitu “Suatu proses

pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan

rencana yang telah ditentukan sebelumnya” (Sondang P. Siagian, 1980 ; 135).2

Menurut Sujamto, Pengawasan adalah “Segala uasaha kegiatan untuk mengetahui

dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau

kegiatan, apakah sesuai dengan semestinya atau tidak.” (Sujamto, 1983 ; 17).3

Pengawasan tersebut menekankan pada suatu proses pengawasan yang berjalan secara sistematis sesuai dengan tahap-tahap yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekarno K, Pengawasan adalah proses yang menentukan tentang apa yang harus dikerjakan agar apa yang diselenggarakan sejalan dengan rencana. Hal ini dipertegas kembali oleh T. Hani Handoko, pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manejemen tercapai (T. Hani Handoko, 1984 ; 354).

Berdasarkan pengertian di atas pengawasan adalah proses mengamati,

1

Nurmayani, 2009, Hukum Administrasi Daerah, Bandar Lampung : Universitas Lampung, hlm. 81

2

Sondang P. Siagian, 1980, Administrasi Pembangunan, Gunung Agung : Jakarta, hlm. 135

3


(28)

13

membandingkan tugas pekerjaan yang dibebankan kepada aparat pelaksana dengan standar yang ditentukan atau ditetapkan dalam suatu rencana yang sistematis dengan tindakan kooperatif serta kolektif guna menghindari penyimpangan demi tujuan tertentu.4

2.1.2. Bentuk Pengawasan

Pengawasan dapat ditinjau dari berbagai segi, antara lain segi ekonomi atau manajemen dan segi hukum:5

1. Dari Segi Manajemen

Pengawasan diperlukan untuk menjamin agar suatu kegiatan organisasi berjalan sesuai rencana (planning) sehingga tujuan organisasi tercapai. Pengawasan juga untuk menjaga agar fungsi dan pemerintahan berjalan baik dan terjamin penerapan tata kelola pemerintahan yang baik (good government).

2. Dari Segi Hukum Administrasi

Pengawasan diperlukan untuk menjamin agar pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah berjalan sesuai dengan norma hukum atau ketentuan peraturan perundang-undangan dan perlindungan hukum bagi rakyat atau sikap-tindakan badan/pejabat tata usaha negara dapat diupayakan.

2.1.3. Jenis Pengawasan

1. Pengawasan Bersifat Internal dan Eksternal

Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh suatu badan yang secara organisasi atau struktural merupakan bagian dari lingkungan pemerintah sendiri. Menurut Pasal 2 ayat (1) Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983

4

Ibid, hlm. 82

5


(29)

14

tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan.

a. Pengawasan Atasan Langsung (Pengawasan Melekat/ Built In Control)

Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa pengawasan terdiri dari :

a) Pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin atasan langsung baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

b) Pengawasan yang dilakukan secara fungsional oleh aparat pengawasan.

b. Pengawasan Fungsional

Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat yang diadakan khusus untuk membantu pimpinan dalam menjalankan fungsi pengawasan di lingkungan organisasi yang menjadi tanggung jawabnya.

Pengawasan Ekstern (External Control) adalah pengawasan yang dilakukan terhadap organ atau lembaga-lembaga yang secara organisatoris atau struktural kedudukannya berada di luar pemerintah (Eksekutif). Pengawasan Yuridis (Yuridis Control) oleh pengadilan dalam hal timbul sengketa antara rakyat dengan pemerintah, baik melalui pengadilan umum (perdata) maupun pengadilan tata usaha negara.

c. Pengawasan dan Pemeriksaan Lainnya

Pengawasan ini merupakan pengawasan umum yaitu suatu jenis pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap segala kegiatan pemerintah daerah untuk menjamin penyelenggaraan pemerintah dengan lebih baik. Pengawasan umum terhadap pemerintah daerah dilakukan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Pengawasan pemerintah daerah (melalui pengawasan prepentif, pengawasan


(30)

15

refresif, pengawasan umum) adalah merupakan salah satu tugas pokoknya yang ditugaskan oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

2. Berdasarkan Waktu Saat Dilaksanakan Pengawasan a. Pengawasan Preventif atau kontrol a-priori

Jenis pengawasan preventif adalah pengawasan atas jalannya pemerintah daerah yang sekarang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah. Secara umum pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum pelaksanaannya (pengawasan terhadap sesuatu yang bersifat rencana dengan maksud agar tidak terjadi kekeliruan.

b. Pengawasan Represif atau kontrol a-posteriori

Pengawasan represif merupakan pengawasan yang dilakukan setelah dikeluarkannya suatu keputusan atau suatu tindakan perbuatan pemerintah, pekerjaan atau kegiatan dilaksanakan. Pengawasan ini dilakukan dengan maksud untuk memberikan koreksi tindkan yang keliru sekaligus memulihkannya. Dengan cara melakukan pengawasan terhadap semua perda dan raperda yang mengatur urusan daerah.

3. Berdasarkan Jarak

a. Pengawasan Langsung

Pengawasan Langsung adalah pengawasan yang dilakukan dengan cara mendatangi dan melakukan pemerikasaan di tempat objek yang diawasi.


(31)

16

b. Pengawasan Tidak Langsung

Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan yang dilakukan dengan tanpa mendatangi tempat pekerjaan atau objek yang diawasi atau tegasnya diawasi dari jarak jauh, yaitu dengan cara mempelajari dan menganalisa segala dokumen dan bahan laporan lisan yang menyangkut objek yang diawasi.

4. Berdasarkan Ruang

a. Pengawasan Intern (Internal Control)

Pengawasan dari dalam wadah pemerintahan atau departemen, pengawasan ini merupakan pengawasan yang dilakukan dari dalam, yang melakukan pengawasan berada didalam susunan organisasi objek yang diawasi.

b. Pengawasan Ekstern (External Control)

Pengawasan Ekstern adalah pengawasan yang subjek atau yang melakukan pengawasan berada di luar susunan organisasi objek yang diawasi.

5. Pengawasan bersifat Rechtmatigheid dan Doelmatigheid

a. Pengawasan bersifat Rechtmatigheid atau segi legalitas adalah pengawasan yang dilakukakan dengan cara menilai atau menguji segi hukum suatu perbuatan pemerintah, apakah perbuatan itu benar atau sah menurut hukum. b. Pengawasan bersifat Doelmatigheid atau kemanfaatan adalah pengawasan yang dilakukan dengan menitik-beratkan pada segi kemanfaatan (opportunitas).

2.1.4. Tim Pengawas Pupuk Dan Pestisida

Berdasarkan Keputusan Bupati Lampung Timur Nomor B.329/04/UK/2014 tentang Pembentukan Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida Kabupaten Lampung


(32)

17

Timur Tahun 2014 dan pedoman pembentukan Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida, tim pengawas pupuk dan pestisida adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Pupuk dan Pestisida serta petugas Pengawas pupuk dan pestisida yang berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan, Dinas Perikanan, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Asisten Daerah, Kepolisian dan Kejaksaan Negeri yang ditetapkan melalui Keputusan Sekda Selaku Ketua Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida provinsi/kabupaten/kota.6 Tim pengawas pupuk dan pestisida dalam melaksanakan tugasnya mengacu kepada Keputusan Menteri Pertanian tentang Pengawasan Pupuk dan Keputusan Menteri Pertanian tentang Pengawasan Pestisida, dan bertanggung jawab kepada Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) sesuai dengan wilayah tugasnya.

2.1.5. Instrumen Pengawasan

Instrumen pemerintahan adalah alat-alat atau sarana yang digunakan oleh pemerintah atau administrasi negara dalam melaksanakan tugasnya.7 Pemerintah juga menggunakan intrumen yuridis dalam menjalankan kegiatan mengatur dan menjalankan urusan pemerintahan dan kemasyarakatan yaitu dengan instrumen yang disebut perizinan.

Di dalam Kamus Hukum, izin (Vergunning) adalah izin dari pemerintah berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada umumnya tidaklah dianggap sebagai hal-hal yang sama

6

Sumarji Gatot Irianto, 2013, Pedoman Pembentukan Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida

(KPPP), Direktur Jendral Prasarana Dan Sarana Pertanian, Hlm. 18.

7


(33)

18

sekali tidak dikehendaki.8 Ateng Syafrudin mengatakan bahwa izin bertujuan menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi boleh.9 Menurut Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi Negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.10 N.M. Spelt dan J.B.J.M. Tan Berge membagi pengertian izin dalam arti sempit dan arti luas yaitu :

Dalam arti sempit, izin adalah pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk. Tujuannya ialah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun dimana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekedarnya.

Dalam arti luas, izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan. Dengan demikian izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindak-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya.

8

S.J. Fockema Andreae, Rechtsgeleerd Handwoordenbook, Tweede Druk, J.B. Wolter Uitgeversmaatshappij N.V., Groningen, 1951, hlm. 311

9

Ateng Syarifudi, Perizinan Untuk Berbagai Kegiatan,makalah tidak dipublikasikan, hlm. 1

10

Sjachran Basah, Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi, Makalah pada Penataan Hukum Administrasi dan lingkungan di Fakultas hukum Unair, Surabaya, 1995, hlm. 1-2


(34)

19

Sebagai tindak lanjut pemerintah, pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah dan peraturan menteri pertanian yaitu Peraturan Menteri Pertanian Nomor 24/Permentan/S.R.140/4/2011 tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/ Kpts/ S.R.140/9/2011 tentang Syarat dan Tatacara pendaftaran pupuk An-organik, dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70/Kpts /S.R.140/10/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan pembenah Tanah. Untuk itu Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian sebagai pintu masuk dan keluarnya izin pendaftaran pupuk dan pestisida sesuai dengan tupoksinya melakukan koordinasi perizinan pupuk dan pestisida dengan instansi terkait. Perizinan pupuk dan pestisida untuk menjamin mutu pupuk dan pestisida yang digunakan oleh petani, maka perlu diadakan pengawasan pupuk dan pestisida saat diedarkan sampai pada saat digunakan.

2.2. Pupuk Dan Pestisida

2.2.1. Pengertian Dan Dasar Hukum Penyaluran Pupuk

Bagi para petani pupuk sudah menjadi jaminan untuk bisa mengasilkan tanaman yang tumbuh subur dan hasilnya berlimpah. Salah satu penyebab kegagalan dalam penyuburan tanah dengan menggunakan pupuk ialah salah pupuk. pupuk yang digunakan khususnya pupuk buatan adalah bahan-bahan kimia yang diramu sedemikian rupa meniru zat yang dikandung oleh tanah.

Menurut Lampiran II angka I, Keputusan Gubernur Lampung Nomor G/056/B.IV/HK/2009 tentang Pembentukan Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida Provinsi Lampung, Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang


(35)

20

organik maupun anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor keliling atau lingkungan yang baik.11Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Pupuk berbeda dari suplemen. Menurut Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya Tanaman ditegaskan bahwa pupuk yang diproduksi dalam negeri atau diimpor, sebelum diedarkan dan digunakan di Indonesia harus didaftarkan kepada Menteri Pertanian untuk memperoleh nomor pendaftaran.

Oleh karena itu cara pemakaian, dosis, dan khasiatnya bagi tanaman harus diketahui sebelum digunakan untuk memupuk.12 Karena di dalam Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992, bahwa pupuk yang diedarkan di Indonesia harus memenuhi ketentuan standar mutu dan terjamin efektivitasnya serta harus diberi label. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen. Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun.

11

Mul Mulyani Sutejo, 1999, Pupuk dan Cara Pemupuka, PT Rineka Cipta : Jakarta, hlm. 8

12


(36)

21

2.2.2. Macam-Macam Pupuk

Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral) :13 a. Pupuk Organik

Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil-hasil akhir dari perubahan atau peruraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman atau binatang. Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos. mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik, dihasilkan oleh kegiatan alam atau diolah oleh manusia di pabrik. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman adalah: C, H, O (ketersediaan di alam masih melimpah), N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro, kadar dalam tanaman > 100 ppm), Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro, kadar dalam tanaman < 100 ppm).

Manfaat Pupuk organik diketahui mampu meningkatkan keanekaragaman hayati pertanian dan produktivitas tanah secara jangka panjang. Pupuk organik juga dapat menjadi sarana sekuestrasi karbon ke tanah. Nutrisi organik meningkatkan keanekaragaman hayati tanah dengan menyediakan bahan organik dan nutrisi mikro bagi organisme penghuni tanah seperti jamur mikoriza yang membantu tanaman menyerap nutrisi,dan dapat mengurangi input pupuk. Kerugian Pupuk organik merupakan pupuk yang bersifat kompleks karena ketersediaan senyawa yang ada pada pupuk tidak berupa unsur ataupun molekul sederhana yang dapat diserap oleh tanah secara langsung. Kadar nutrisi yang tersedia sangat bervariasi dan tidak dalam bentuk yang tersedia secara angsung bagi tanaman sehingga membutuhkan waktu lama untuk diserap oleh tanaman. Beberapa limbah yang

13

Budiman, hysocc. 2014. Pupuk. http://id.wikipedia.org/wiki.pupuk#Macam-macam_pupuk, 14 agustus 2014, pukul 09:23:13


(37)

22

dikomposkan, jika tidak diolah secara tepat, dapat menjadi sarana pertumbuhan patogen yang merugikan tanaman.

b. Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik merupakan pupuk buatan hasil industri atau hasil dari pabrik-pabrik pembuat pupuk, misalnya pupuk buatan Pabrik Sriwijaya, pupuk mana mengandung unsur hara atau zat-zat makanan yang diperlukan tanaman dan pupuk anorganik termasuk pupuk yang mengandung unsur hara paling tinggi. Secara umum, tumbuhan hanya menyerap nutrisi yang diperlukan jika terdapat dalam bentuk senyawa kimia yang mudah terlarut. Nutrisi dari pupuk organik hanya dilepaskan ke tanah melalui pelapukan yang dapat memakan waktu lama. Pupuk anorganik memberikan nutrisi yang langsung terlarut ke tanah dan siap diserap tumbuhan tanpa memerlukan proses pelapukan.

Tiga senyawa utama dalam pupuk anorganik yaitu nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Kandungan NPK dihitung dengan pemeringkatan NPK yang memberikan label keterangan jumlah nutrisi pada suatu produk pupuk anorganik. Secara umum, nutrisi NPK yang siap diserap oleh tanaman pada pupuk anorganik mencapai 64%, jauh lebih tinggi dibandingkan pupuk organik yang hanya menyediakan di bawah 1% dari berat pupuk yang diberikan. Inilah yang menyebabkan mengapa pupuk organik harus diberikan dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan pupuk an-organik. Pupuk anorganik dapat menimbulkan masalah pada lingkungan, seperti polusi air, sindrom bayi biru, kontaminasi zat pengotor, ketergantungan terhadap pupuk an-organik, eutrofikasi (perubahan air tanah), peningkatan keasaman tanah, pencemaran udara.


(38)

23

2.2.3. Dasar Hukum Pengawasan Penyaluran Pupuk Bersubsidi

Ketentuan pupuk bersubsidi yang dilaksanakan dan harga ecer tertinggi (HET) setiap tahun diataur oleh Menteri Pertanian yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pertanian. Subsidi pupuk dilakukan untuk membantu meringankan beban petani dalam membiayai usaha taninya. Selain persoalan biaya, petani juga memang menghadapi persoalan kemampuan dalam mengadopsi teknologi pemupukan untuk peningkatan produktivitas. Sehingga diperlukan terobosan program untuk mengatasi hal ini sebagai upaya peningkatan komoditas pertanian untuk ketahanan pangan yang berkelanjutan.

Upaya yang selama ini dilakukan pemerintah untuk mendukung peningkatan produktivitas hasil pertanian melalui teknologi pemupukan adalah program pupuk bersubsidi. Program ini secara filosofis menjadi bagian upaya negara untuk pemenuhan hak atas pekerjaan warga yang layak sebagaimana tertulis dalam Konstitusi maupun undang-undang. Ada pun pengertian Pupuk Bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan di penyalur resmi di Lini IV (lokasi gundang atau kios pengecer di wilayah Kecamatan atau Desa yang ditunjuk atau ditetapkan oleh Distributor).14

Menurut Pasal 2 ayat (3) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2005 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi Sebagai Barang Dalam Pengawasan, dengan Peraturan Presiden ini, Pupuk Bersubsidi ditetapkan sebagai barang dalam pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Prp Tahun

14

Maryati Abdullah, Lukman Hakim, 2011, Laporan Penelitian Peta Masalah Pupuk Bersubsidi Di Indonesia, Pattiro : Jakarta Selatan, hlm. 29


(39)

24

1962 tentang Perdagangan Barang-Barang dalam Pengawasan. Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Urea, SP 36, ZA dan NPK. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup pengadaan dan penyaluran, termasuk jenis, jumlah, mutu, wilayah pemasaran dan harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi, serta waktu pengadaan dan penyaluran.

Menurut Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 16/M-IND/PER/3/2013 pengertian Pupuk Bersubsidi adalah barang dalam pengawasan yang pengadaan dan penyalurannnya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan kelompok tani dan/atau petani di sektor pertanian dan di tataniagakan dengan harga sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh Pemerintah dibidang pertanian yang meliputi pupuk Urea, SP-36, NPK Phonska, ZA, dan Organik, dan jenis pupuk bersubsidi lainnya. Pupuk bersusidi merupakan pupuk yang diproduksi dan/ atau di impor oleh produsen dalam negeri dan/ atau yang di impor oleh produsen PT. Pupuk Sriwijaya Palembang, PT. Pupuk Kalimantan Timur, PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk Iskandar Muda yang memproduksi pupuk anorganik. Harga Eceran Tertinggi selanjutnya disebut (HET) adalah harga tertinggi Pupuk Bersubsidi dalam kemasan 50 kg, 40 kg atau 20 kg di Lini IV yang dibeli secara tunai oleh kelompok tani dan/atau petani sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian. Produksi pupuk subsidi wajib diberi pewarnaan dengan spectrum warna sebagai berikut :

1. Jenis pupuk urea dengan warna merah muda.


(40)

25

Dan pewarnaan pupuk bersubsidi sebagaimana ketentuan di atas tidak mengurangi mutu sesuai Standar Nasional Indonesia yang diberlakukan secara wajib. Untuk menghindari dan mencegah distribusi pupuk bersubsidi diluar peruntukkanya, maka pada kemasan/kantong pupuk bersubsidi ditulis “Pupuk Bersubsidi

Pemerintah/Barang Dalam Pengawasan” dan untuk pupuk urea bersubsidi di beri warna berbeda dengan pupuk non- subsidi yaitu warna merah muda sedangkan pupuk urea non- subsidi warna putih.

Kemampuan penyerapan Pupuk Bersubsidi di masing-masing wilayah tidak terlepas dari kondisi agroklimat dan musim yang terjadi, sehingga penyerapan pupuk dapat di atas atau di bawah alokasi yang ditetapkan. Apabila terjadi peningkatan kebutuhan Pupuk Bersubsidi di wilayah tertentu, produsen dapat menambah alokasi kebutuhan sebesar maksimal 20% dari alokasi wilayah dimaksud. Untuk memenuhi kebutuhan Pupuk Bersubsidi di wilayah yang mengalami kekurangan, pasokan dapat dilakukan dengan merelokasi pupuk dari wilayah lainnya yang penyerapannya kurang dari alokasi yang sudah ditetapkan dengan sepengetahuan dan ketetapan pemerintah.

2.2.4. Manfaat Dan Kerugian Pestisida

Pestisida atau pembasmi hama adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama dalam arti luas (jazat pengganggu).15 Definisi menurut The United Stated Federal Environmental Pesticide Control Act, Pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus untuk mencegah atau memberantas pengganggu serangga,

15

Triharso, 1994, Dasar-dasar Perlindungan Tanaman, Gajah Mada University Pers : Yogyakarta, hlm. 244


(41)

26

binatang pengerat, jamur, nematode, gulma, virus, dan jazat renik tang dianggap hama. Pestisida dapat menyelamatkan usaha pertanian dengan mencegah hilangnya hasil pertanian akibat serangga dan hama lainnya. Pestisida pun digunakan dalam pengawetan makanan, seperti mencegah tumbuhnya jamur pada bahan pertanian dan mencegah serta membunuh tikus yang biasa memakan hasil pertanian yang disimpan. Disamping itu pestisida secara umum membawa kerugian bagi lingkungan dan kesehatan manusia, bahaya yang dapat ditimbulkan pertisida yaitu16

1. Bahaya bagi kesehatan seperti iritasi pada kulit dan mata hingga efek yang lebih mematikan yang mempengaruhi kerja syaraf, mengganggu sistem hormon reproduksi, dan menyebabkan kanker.

2. Bahaya bagi lingkungan, lebih dari 90% insektisida dan 95% herbisida yang disemprotkan menuju ke tempat yang bukan merupakan target. Arus pestisida terjadi ketika pestisida yang tersuspensi di udara sebagai partikel terbawa oleh angin ke wilayah lain, sehingga berpotensi menimbulkan pencemaran. Pestisida merupakan masalah utama polusi air dan beberapa pestisida merupakan polutan organik persisten yang menyebabkan kontaminasi tanah.

2.2.5. Dasar Hukum Pengawasan penyaluran Pestisida

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat digunakan efektif, maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan, Dan Penggunaan Pestisida.

16


(42)

27

Pengendalian hama dengan bahan kimia mempunyai kelebihan antara lain mempunyai daya bunuh yang tinggi. Oleh karena itu, pestisida yang diedarkan di wilayah Negara Republik Indonesia menurut Pasal 38, Pasal 40, Pasal 41 pada Bab IV Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman wajib terdaftar, memenuhi standar mutu, terjamin efektifitasnya, aman bagi manusia dan lingkungan hidup, serta diberi label. Sesuai dengan definisi tersebut di atas maka suatu bahan akan termasuk dalam pengertian pestisida apabila bahan tersebut dibuat, diedarkan atau disimpan untuk maksud penggunaan diatas. Dan pada Pasal 39 Undang-Undang 12 Nomor tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Pemerintah melakukan pendaftaran dan mengawasi pengadaan, peredaran, serta penggunaan pestisida.

2.3. Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida

2.3.1.Dasar Hukum Pembentukan dan Pengertian Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida

Pengadaan dan penyaluran pupuk dan pestisida di wilayah provinsi hingga kabupaten, agar pelaksanaannya dapat berjalan tertib dan lancar serta untuk terjaminnya ketersediaan pupuk baik jumlah, mutu, jenis maupun harganya perlu dilakukan upaya pengawasan dan pengendalian maka dibentuknya Komisi Pengawasa Pupuk dan Pestisida pada tingkat Provinsi dengan ditetetapkannya Keputusan Gubernur Lampung Nomor G/056/B.IV/Hk/2009 tentang Pembentukan Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida Provinsi Lampung, di tingkat Kabupaten Tahun 2014 yang ditetapkan di Sukadana pada tanggal 24 April 2014 dengan Keputusan Bupati Lampung Timur Nomor B.329/04/UK/2014 tentang Pembentukan Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida Kabupaten Lampung Timur, dan keputusan ini berlaku pada tanggal 01 Januari 2014.


(43)

28

Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan perizinan pertanian sebagai pintu masuk dan keluarnya izin pendaftaran pupuk dan pestisida sesuai dengan tupoksinya melakukan Koordinasi Perizinan Pupuk dan Pestisida dengan Instansi terkait.Dua hal yaitu pada pupuk ada subsidi pemerintah dan pestisida ada bahaya yang dapat timbul akibat peredaran, penyimpanan dan penggunaan. Dalam Pengawasan Pupuk dan Pestisida dibentuk wadah yang menghimpun seluruh stakeholder yang terlibat. Wadah tersebut dinamakan Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida.

Menurut Peraturan Menteri Perdagangan No. 15/M-Dag/Per/4/2013 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 huruf 22 yang dimaksud dengan Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KPPP) baik provinsi maupun kabupaten/kota adalah salah satu wadah koordinasi intansi terkait dalam pengawasan pupuk dan pestisida yang dibentuk oleh gubernur untuk tingkat provinsi dan oleh bupati/walikota untuk tingkat kabupaten/kota yang teridiri dari unsur-unsur pemerintah daerah dan dinas terkait dengan ketua komisi ditetapkan adalah Sekretaris Daerah.

2.3.2. Fungsi Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida Kabupaten

Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida pada tingkat kabupaten mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Mengkoordinasikan kegiatan masing-masing instansi/unit kerja terkait yang melakukan pengawasan atau pemantauan terhadap pupuk dan pestisida yang meliputi pengadaan, peredaran, mutu, harga, jumlah, penyimpangan, penyaluran, dan efek samping yang ditimbulkan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan sekitarnya.


(44)

29

2. Mengadakan pembinaan terhadap usaha masyarakat dan stake holder di bidang pupuk dan pestisida.

3. Melakukan pengawasan pembinaan terhadap kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan produksi, penyimpangan, peredaran, pemanfaatan/ penggunaan pupuk dan pestisida sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Mengidentifikasi, memantau jenis, mutu pupuk dan pestisida yang beredar dipasaran serta dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap tanaman, manusia, dan lingkungan hidup.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses penyelesaian atau pemecahan masalah melalui tahapan-tahapan, yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian.1 Dalam penelitian ini dilakukan dengan penelitian hukum yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang objek kajiannya meliputi ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan serta penerapannya pada peristiwa hukum. Selain itu, dilakukan pula pendekatan yuridis empiris yaitu dengan cara studi lapangan untuk mengetahui kenyataan-kenyataan yang terjadi mengenai peran Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida (KPPP) dalam pengawasan pupuk dan pestisida di Kabupaten Lampung Timur.

3.2. Data Dan Sumber data

3.2.1. Data

Data yang diperlukan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian lapangan yang bersumber dari hasil wawancara dengan responden yang terlibat langsung atau berhungan dengan pembahasan dan penelitian ini. Sedangkan data sekunder terdiri dari bahan hukum primer yang bersumber dari perundang-undangan dan dokumen hukum dan bahan hukum sekunder yang bersumber dari buku-buku ilmu hukum dan tulisan–tulisan

1

Abdul Kadir Muhammad, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti :Bandung, Hlm. 112


(46)

31

hukum lainnya. Selain itu terdapat pula data tersier yang berupa bahan-bahan hukum sekunder seperti kamus hukum dan kamus bahasa.

3.2.2. Sumber Data

Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder.

1) Data primer adalah data yang bersumber dari pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang menjadi objek penelitian, yaitu pihak-pihak yang berwenang dalam pengawasan distribusi pupuk oleh Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida, yaitu :

1. Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) Kabupaten Lampung Timur.

2. Distributor Pupuk dan Pestisida Kabupaten Lampung Timur sebagai badan usaha yang sah dan ditunjuk oleh produsen pupuk.

3. Pengecer dan Penyalur Pupuk di Kabupaten Lampung Timur sebagai perorangan atau badan usaha yang ditunjuk oleh distributor.

4. Petani yang merupakan perorangan Warga Negara Indonesia yang mengusahakan lahan untuk budidaya tanaman.

2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka terhadap bahan hukum yang terdiri :

a. bahan hukum primer, yaitu meliputi :

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.

2. Peraturan Menteri Perdagangan No. 15/M-DAG/PER/4/2013 tentang Pengadaan Dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian.


(47)

32

3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan, Dan Penggunaan Pestisida.

4. Keputusan Bupati Lampung Timur Nomor B.329/04/UK/2014 tentang Pembentukan Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida Kabupaten Lampung Timur Tahun 2014.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang bersumber dari buku-buku hukum dan tulisan-tulisan hukum lainnya.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang bersumber dari kamus hukum dan kamus besar bahasa Indonesia.

3.3. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh prosedur sebagai berikut:2

1) Studi Lapangan (Field Reasearce)

Studi Lapangan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian yaitu dengan menggunakan teknik wawancara kepada narasumber, yaitu :

1. Heriyanto selaku Penyidik Pupuk dan Pestisida/PPNS KPPP Kabupaten Lampung Timur.

2. Pujiana selaku Penyidik Pupuk dan Pestisida/PPNS KPPP Kabupaten Lampung Timur.

3. Sukartono jabatan Kasi Bina Usaha Perdagangan Dinas Perindag selaku anggota KPPP yang membidangi pengawasan izin penyaluran pupuk bersubsidi Kabupaten Lampung Timur.

2


(48)

33

4. Haryono Yoyo selaku Manager CV. Niaga Agro Sentosa (distributor pupuk bersubsidi) di wilayah Kabupaten Lampung Timur.

5. Muhajir Mukti Amin selaku Manager CV. Ramayana (distributor pupuk bersubsidi) di wilayah Kabupaten Lampung Timur.

6. S. Togatorop selaku kepala Unit Pemasaran Metro PT. Pertani (persero) (distributor pupuk bersubsidi) di wilayah Kabupaten Lampung Timur.

7. Ngaliman selaku pengecer pupuk bersubsidi Kios Istiqomah Kecamatan Batanghari Lampung Timur.

8. Jariyah selaku pengecer pupuk bersubsidi Kios Jariyah Kecamatan Batanghari Lampung Timur.

9. Sugito selaku ketua kelompok tani Desa Sribasuki Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

2) Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dengan berbagai sumber.

3.4 Metode Pengolahan Data

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Identifikasi

Identifikasi data yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan dengan pengawasan pupuk dan pestisida oleh Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida di wilayah Kabupaten Lampung Timur.


(49)

34

2) Editing

Editing data yaitu meneliti kembali data yang diperoleh dari keterangan para responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui apakah data tersebut sudah cukup dan dapat dilakukan.

3) Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk dianalisis. 4) Sistematisasi Data

Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam data tersebut dapat dianalisis menurut susunan yang benar dan tepat.

5) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu langkah selanjutnya setelah data tersusun secara sistematis, kemudian dilanjutkan dengan penarikan suatu kesimpulan yang bersifat umum dan yang bersifat khusus.

3.5.Analisis Data

Data yang telah terkumpul dan tersusun secara sistematis kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menginterprestasikan data dan memapaparkan dalam bentuk kalimat untuk menjawab permasalahan pada bab-bab selanjutnya dan melalui pembahasan tersebut diharapkan permasalahan dapat terjawab sehingga memudahkan untuk ditarik kesimpulan dari permasalahan tersebut.


(50)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab hasil penelitian dan pembahasan , kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai beriku: 1. Pelaksanaan pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi dan pestisida oleh Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida dilakukan berdasarkan prosedur Undang-Undang 12 Nomor tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman bahwa pemerintah mengawasi pengadaan dan peredaran pupuk dan pestisida. Pengawasan mulai dari legalitas, penebusan, dan penyaluran (kuota, harga, dan RDKK) pupuk bersubsidi dan pengawasan terhadap kualitas (proses izin pendaftarannya) dan kuantitas produk pestisida (wadah/label dan secara kimia/laboratorium kadar bahan aktif), namun pengawasan yang dilakukan oleh KPPP kurang maksimal. Pengawasan oleh KPPP dilakukan merupakan pengawasan fungsional yang yang merupakan pengawasan represif dimana pengawasan yang dilakukan oleh KPPP Kabupaten Lampung Timur ini bersifat legalitas (Rechtmatigheid), ekstern, dan pengawasan juga dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Serta penerapan sanksi bagi pelanggaran penyaluran pupuk bersubsidi dan pestisda meliputi sanksi administratif dan sanksi pidana.


(51)

88

bersubsidi dan pestisida oleh KPPP Kabupaten Lampung Timur antara lain kurang komunikasi yang efektif antara personalia KPPP, kurangnya anggaran untuk melakukan pengawasan, tidak adanya fasilitas/kendaraan roda 4 (empat), dan kurangnya ketegasan KPPP dalam menangani permasalahan di lapangan.

5.2 Saran

Adapun beberapa saran yang dapat diberikan dan dijadikan bahan pertimbangan sehubungan dengan pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi dan pestisida oleh komisi pengawas pupuk dan pestisida Kabupaten Lampung Timur, diantaranya : 1. Sebaiknya Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) meningkatkan

kinerja dalam melakukan pengawasan agar tidak banyak pupuk palsu, atau pergantian karung pupuk bersubsidi. Peningkatan kinerja dalam melakukan pengawasan terhadap pupuk bersubsidi dan pestisida terkait fungsi KPPP dalam melakukan pembinaan/sosialisasi terhadap kelompok tani untuk memberi pengetahuan mengenai karakteristik pupuk bersubsidi yang baik kandungannya dan terdaftar di kementrian pertanian, sehingga petani bisa membedakan pupuk ilegal dan pupuk yang memiliki izin beredar sesuai dengan ketentuan yang ada di Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.

2. Faktor penghambat dalam pelaksanaan pengawasan terhadap penyaluran pupuk bersubsidi dan pestisida menghambat kinerja Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida dalam melakukan pengawasan, sebaiknya pemerintah memberikan anggaran dan pemberian fasilitas khusus kepada Tim pengawas Pupuk dan Pestisida agar dapat mengoptimalkan kinerjanya, dan ketua KPPP


(52)

89

harusnya pejabat yang bisa memfokuskan tupoksinya pada pengawasan atau lebih terkoordinirnya antara ketua dan anggota dalam melakukan pengawasan di lapangan, serta diberikan kantor khusus bagi personalia KPPP sebagai kantor kedudukan KPPP agar lebih mudahnya distributor/pengecer/kelompok tani/masyarakat untuk melaporkan keadaan di lapangan terhadap pelanggaran pupuk bersubsidi dan pestisida yang beredar di wilayah Kabupaten Lampung Timur.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdullah Maryati, Lukman Hakim. 2011. Laporan Penelitian Peta Masalah Pupuk Bersubsidi Di Indonesia. Pattiro : Jakarta Selatan.

Ali, Zainuddin. 2011. Metode Penelitian Hukum. Sinar Grafika : Jakarta.

Andreae, S.J. 1951. Fockema. Rechtsgeleerd Handwoordenbook, Tweede Druk. J.B.Wolter Uitgeversmaatshappij N.V. Groningen.

Basah, Sjachran. 1995. Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi. Makalah pada Penataan Hukum Administrasi dan lingkungan di Fakultas hukum Unair : Surabaya.

Ginting. 2013. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Lembaga Penelitian Universitas Lampung : Lampung.

Irianto , Sumarjo Gatot. 2013. Pedoman Pembentukan Komisi Pengawas Pupuk Dan pestisida (KPPP). Direktorat Pupuk Dan Pestisida. Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian.

Lingga, Pinus. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya : Jakarta. Muhammad, Abdul Kadir. 2004. Hukum Dan Penelitian Hukum. PT Citra Aditya

Bakti :Bandung.

Nurmayani. 2009. Hukum Administrasi Daerah. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Ridwan HR. 2008. Hukum Administrasi Negara. PT Rajagrafindo Persada : Jakarta.

SF. Marbun. 2013. Hukum Administrasi Negara II. FH UII Press : Yogyakarta. Siagian, Sondang P. 1980. Administrasi Pembangunan. Gunung Agung : Jakarta.


(54)

Sujamto. 1983. Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan. Ghalia Indonesia : Jakarta.

Suprapti. 2011. Petunjuk Teknis Pengawasan Pestisida. Direktur Pupuk dan Pestisida : Jakarta.

Sutejo, Mul Mulyani. 1999. Pupuk dan Cara Pemupuka. PT Rineka Cipta : Jakarta.

Syarifudi, Ateng. Perizinan Untuk Berbagai Kegiatan.makalah tidak dipublikasikan.

Triharso. 1994. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gajah Mada University Pers : Yogyakarta.

B. Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2005 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi Sebagai Barang Dalam Pengawasan.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya Tanaman. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran,

Penyimpanan, Dan Penggunaan Pestisida.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 122/Permentan/SR.130/11/2013 tentang Kebutuhan Dan Harga Eceran Tinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian TA 2014.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 103/ Permentan/SR.130/8/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 122/Permentan/SR.130/11/2013 tentang Kebutuhan Dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2014.

Peraturan Menteri Perdagangan No. 15/M-Dag/Per/4/2013 tentang Pengadaan Dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian.

Keputusan Gubernur Lampung Nomor G/056/B.IV/HK/2009 tentang Pembentukan Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida Provinsi Lampung.


(55)

Keputusan Bupati Lampung Timur Nomor B.329/04/UK/2014 tentang Pembentukan Komisi Pengawas pupuk dan Pestisida Kabupaten Lampung Timur Thun 2014.

Peraturan Bupati Lampung Timur Nomor 04 Tahun 2014 tentang Alokasi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Kabupaten Lampung Timur Tahun 2014 01 Januari 2014.

C. Sumber Lain

Budiman, hysocc. 2014. Pupuk.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk#Macam-macam_pupuk. 14 agustus 2014, pukul 09:23:13.

____________. 2014. Pestisida.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pestisida. 14 agustus 2014, pukul 09:23:13. N Resso, 2013, Sektor Pertanian.

unila.ac.id/1177/6/BAB%20I.pdf. 16 juli 2014, pukul 20.00. Net Surfer. 2012. Pedomana Awas Pupuk.

www.scribd.com/mobile/doc/16364821.12agustus2014,pukul20:33:47. Zal, 2011,

http://www.rakyatlampung.co.id/new/otonomi-daerah/lampung-timur/2936-cv-smb-tuding-tidak-mendasar.html, jumat, 05 september 2014, pukul 22:47.

---, Lampung Timur singkat,

http://www.agbersama.com/i-infolamtim.htm#Info%20Lampung%20Timur,pukul20.30 tanggal 28 November 2014.

Pemda Kabupaten Lampung Timur, Sejarah Lampung Timur,

http://www.lampungtimurkab.go.id/index.php?mod=menu_2&opt=sm_6, pukul 19.56, tanggal 28 November 2014.

Pemda Lampung Timur, Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur, http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&v ed=0CDcQFjAG&url=http%3A%2F%2Fppsp.nawasis.info%2Fdokumen% 2Fperencanaan%2Fsanitasi%2Fpokja%2Fbp%2Fkab.lampungtimur%2FBA B%2520II%2520Gambar%2520Umum%2520Kabupaten%2520Lampung% 2520Timur.docx&ei=Tct_VLODEMmeugT37oGABQ&usg=AFQjCNHx6 VsIHYvWibhK-XiJ_8fL6CVD1A&bvm=bv.80642063,d.c2E, ,pukul21.34,tanggal18November 2014.


(56)

http://www.lampungtimurkab.go.id/index.php?mod=menu_4&opt=sm_22, pukul 19.33, tanggal 28 November 2014.


(1)

88

bersubsidi dan pestisida oleh KPPP Kabupaten Lampung Timur antara lain kurang komunikasi yang efektif antara personalia KPPP, kurangnya anggaran untuk melakukan pengawasan, tidak adanya fasilitas/kendaraan roda 4 (empat), dan kurangnya ketegasan KPPP dalam menangani permasalahan di lapangan.

5.2 Saran

Adapun beberapa saran yang dapat diberikan dan dijadikan bahan pertimbangan sehubungan dengan pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi dan pestisida oleh komisi pengawas pupuk dan pestisida Kabupaten Lampung Timur, diantaranya : 1. Sebaiknya Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida (KPPP) meningkatkan

kinerja dalam melakukan pengawasan agar tidak banyak pupuk palsu, atau pergantian karung pupuk bersubsidi. Peningkatan kinerja dalam melakukan pengawasan terhadap pupuk bersubsidi dan pestisida terkait fungsi KPPP dalam melakukan pembinaan/sosialisasi terhadap kelompok tani untuk memberi pengetahuan mengenai karakteristik pupuk bersubsidi yang baik kandungannya dan terdaftar di kementrian pertanian, sehingga petani bisa membedakan pupuk ilegal dan pupuk yang memiliki izin beredar sesuai dengan ketentuan yang ada di Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.

2. Faktor penghambat dalam pelaksanaan pengawasan terhadap penyaluran pupuk bersubsidi dan pestisida menghambat kinerja Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida dalam melakukan pengawasan, sebaiknya pemerintah memberikan anggaran dan pemberian fasilitas khusus kepada Tim pengawas Pupuk dan Pestisida agar dapat mengoptimalkan kinerjanya, dan ketua KPPP


(2)

89

harusnya pejabat yang bisa memfokuskan tupoksinya pada pengawasan atau lebih terkoordinirnya antara ketua dan anggota dalam melakukan pengawasan di lapangan, serta diberikan kantor khusus bagi personalia KPPP sebagai kantor kedudukan KPPP agar lebih mudahnya distributor/pengecer/kelompok tani/masyarakat untuk melaporkan keadaan di lapangan terhadap pelanggaran pupuk bersubsidi dan pestisida yang beredar di wilayah Kabupaten Lampung Timur.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdullah Maryati, Lukman Hakim. 2011. Laporan Penelitian Peta Masalah Pupuk Bersubsidi Di Indonesia. Pattiro : Jakarta Selatan.

Ali, Zainuddin. 2011. Metode Penelitian Hukum. Sinar Grafika : Jakarta.

Andreae, S.J. 1951. Fockema. Rechtsgeleerd Handwoordenbook, Tweede Druk. J.B.Wolter Uitgeversmaatshappij N.V. Groningen.

Basah, Sjachran. 1995. Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi. Makalah pada Penataan Hukum Administrasi dan lingkungan di Fakultas hukum Unair : Surabaya.

Ginting. 2013. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Lembaga Penelitian Universitas Lampung : Lampung.

Irianto , Sumarjo Gatot. 2013. Pedoman Pembentukan Komisi Pengawas Pupuk Dan pestisida (KPPP). Direktorat Pupuk Dan Pestisida. Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian.

Lingga, Pinus. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya : Jakarta. Muhammad, Abdul Kadir. 2004. Hukum Dan Penelitian Hukum. PT Citra Aditya

Bakti :Bandung.

Nurmayani. 2009. Hukum Administrasi Daerah. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Ridwan HR. 2008. Hukum Administrasi Negara. PT Rajagrafindo Persada : Jakarta.

SF. Marbun. 2013. Hukum Administrasi Negara II. FH UII Press : Yogyakarta. Siagian, Sondang P. 1980. Administrasi Pembangunan. Gunung Agung : Jakarta.


(4)

Sujamto. 1983. Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan. Ghalia Indonesia : Jakarta.

Suprapti. 2011. Petunjuk Teknis Pengawasan Pestisida. Direktur Pupuk dan Pestisida : Jakarta.

Sutejo, Mul Mulyani. 1999. Pupuk dan Cara Pemupuka. PT Rineka Cipta : Jakarta.

Syarifudi, Ateng. Perizinan Untuk Berbagai Kegiatan.makalah tidak dipublikasikan.

Triharso. 1994. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gajah Mada University Pers : Yogyakarta.

B. Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2005 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi Sebagai Barang Dalam Pengawasan.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya Tanaman. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran,

Penyimpanan, Dan Penggunaan Pestisida.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 122/Permentan/SR.130/11/2013 tentang Kebutuhan Dan Harga Eceran Tinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian TA 2014.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 103/ Permentan/SR.130/8/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 122/Permentan/SR.130/11/2013 tentang Kebutuhan Dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2014.

Peraturan Menteri Perdagangan No. 15/M-Dag/Per/4/2013 tentang Pengadaan Dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian.

Keputusan Gubernur Lampung Nomor G/056/B.IV/HK/2009 tentang Pembentukan Komisi Pengawas Pupuk Dan Pestisida Provinsi Lampung.


(5)

Keputusan Bupati Lampung Timur Nomor B.329/04/UK/2014 tentang Pembentukan Komisi Pengawas pupuk dan Pestisida Kabupaten Lampung Timur Thun 2014.

Peraturan Bupati Lampung Timur Nomor 04 Tahun 2014 tentang Alokasi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Kabupaten Lampung Timur Tahun 2014 01 Januari 2014.

C. Sumber Lain

Budiman, hysocc. 2014. Pupuk.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk#Macam-macam_pupuk. 14 agustus 2014, pukul 09:23:13.

____________. 2014. Pestisida.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pestisida. 14 agustus 2014, pukul 09:23:13. N Resso, 2013, Sektor Pertanian.

unila.ac.id/1177/6/BAB%20I.pdf. 16 juli 2014, pukul 20.00. Net Surfer. 2012. Pedomana Awas Pupuk.

www.scribd.com/mobile/doc/16364821.12agustus2014,pukul20:33:47. Zal, 2011,

http://www.rakyatlampung.co.id/new/otonomi-daerah/lampung-timur/2936-cv-smb-tuding-tidak-mendasar.html, jumat, 05 september 2014, pukul 22:47.

---, Lampung Timur singkat,

http://www.agbersama.com/i-infolamtim.htm#Info%20Lampung%20Timur,pukul20.30 tanggal 28 November 2014.

Pemda Kabupaten Lampung Timur, Sejarah Lampung Timur,

http://www.lampungtimurkab.go.id/index.php?mod=menu_2&opt=sm_6, pukul 19.56, tanggal 28 November 2014.

Pemda Lampung Timur, Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur, http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&v ed=0CDcQFjAG&url=http%3A%2F%2Fppsp.nawasis.info%2Fdokumen% 2Fperencanaan%2Fsanitasi%2Fpokja%2Fbp%2Fkab.lampungtimur%2FBA B%2520II%2520Gambar%2520Umum%2520Kabupaten%2520Lampung% 2520Timur.docx&ei=Tct_VLODEMmeugT37oGABQ&usg=AFQjCNHx6 VsIHYvWibhK-XiJ_8fL6CVD1A&bvm=bv.80642063,d.c2E, ,pukul21.34,tanggal18November 2014.


(6)

http://www.lampungtimurkab.go.id/index.php?mod=menu_4&opt=sm_22, pukul 19.33, tanggal 28 November 2014.