Peranan Kelompok Tani Terhadap Keberhasilan Penyaluran Pupuk Bersubsidi

(1)

PERANAN KELOMPOK TANI TERHADAP KEBERHASILAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI

SKRIPSI

OLEH :

DEWI CITRA HASIBUAN 050309023

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

PERANAN KELOMPOK TANI TERHADAP KEBERHASILAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI

SKRIPSI

OLEH :

DEWI CITRA HASIBUAN 050309023

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh Komisi Pembimbing :

Ketua Anggota

Ir. Luhut Sihombing, MP. Emalisa, SP, M, Si 196510081992031001 197211181998022001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

ABSTRAK

DEWI CITRA HASIBUAN (050309023/PKP) dengan judul skripsi “Peranan Kelompok Tani Terhadap Keberhasilan Penyaluran Pupuk Bersubsidi”. Penelitian ini dilakukan di Desa Serba Jadi, Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini bimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai ketua komisi pebimbing dan Ibu Emalisa SP, M,S.i sebagai anggota komisi pebimbing.

Beras merupakan kebutuhan utama yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia secara khusus untuk memenuhi kebutuhan pangan. Untuk meningkatkan produktivitas beras pemerintah menetapkan kebijakan dengan memberikan pupuk subsidi kepada petani swah. Tetapi karena masalah kelangkaan pupuk selalu terjadi pada setiap tahunnya, pemerintah menetapkan konsep RDKK (Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok) pada tahun 2006. Konsep ini ditujukan kepada petani padi sawah yang telah tergabung dalam sebuah kelompok tani dan memiliki luas lahan usaha tidak lebih dari 2 Ha. Menurut Direktorat Jendral Tanaman Pangan, RDKK adalah kebutuhan riil kelompok yang disusun berdasarkan musyawarah anggota kelompok tani yang mengacu pada rekomendasi pemupukan spesifik lokasi yang akan dibeli oleh petani. Tujuan konsep ini diberlakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan pupuk sesuai permintaan petani dengan azas 6 tepat yaitu jumlah, harga, jenis, waktu, tempat dan mutu.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: Dalam proses penyusunan Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) tidak semua keseluruhan anggota yang tergabung kedalam kelompok tani ikut tetapi hanya melibatkan pengurus kelompok tani dan petugas penyuluh lapangan, Keefektivitasan penyaluran pupuk bersubsidi di daerah penelitian tidak berjalan dengan baik hal ini ditunjukan dengan tidak sesuainya konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) berdasarkan azas 6 tepat Jumlah pupuk bersubsidi yang dianjurkan oleh


(4)

pemerintah setempat tidak semua terealisasikan kepada petani, Jenis pupuk yang diberikan pemerintah sangat terbatas dan tidak memenuhi kebutuhan petani sperti pupuk organik tidak disubsidi oleh pemerintah ke desa Serba Jadi, Mutu yang diberikan pemerintah kepada petani ada yang sesuai dan ada yang tidak sesuai sehingga tanaman padi mereka ada yang tidak panen dengan cepat, Tempat Pada daerah penelitian setiap petani yang tergabung dalam Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) sudah sesuai dengan konsep RDKK dikarenakan setiap petani membeli pupuk subsidi hanya melalui kios pengecer yang telah ditentukan yang terdapat pada konsep RDKK,Waktu Proses pendistribusian pupuk bersubsidi tepat waktu yaitu sebulan sebelum musim tanam tiba, Harga pupuk subsidi di daerah penelitian jauh lebih tinggi dari harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah dan jauh dari kios pengecer lain. Di desa Serba Jadi dalam pengetahuan anggota kelompok tani mengenai Undang-Undang penyaluran pupuk bersubsidi 33,3 % yang mengetahui, 20 % ragu-ragu dan 46,7 % yang tidak mengetahui. Berdasarkan pengetahuan kelompok tani tentang harga subsidi dalam Desa Serba Jadi diketahui 30% yang mengetahui, 23% ragu-ragu dan 47% yang tidak mengetahui. Berdasarkan pengetahuan kelompok tani tentang pihak-pihak yang terlibat dalam penyaluran pupuk bersubsidi 13 % yang mengetahui, ragu-ragu 10% dan 77% yang tidak mengetahui. Berdasarkan pengetahuan kelompok tani tentang saluran distribusi dalam penyaluran pupuk bersubsidi 10% yang mengetahui, 6,7 ragu-ragu dan 83,3% yang tidak mengetahui. Berdasarkan pengetahuan kelompok tani tentang tempat dan cara dalam penyaluran pupuk bersubsidi 50% yang mengetahui, 33,3% ragu-ragu dan 16,7 yang tidak mengetahui. Peranan Kelolompok tani di desa Serba Jadi dikatakan cukup dengan skor rata-rata dengan jumlah 13,2

Kata Kunci : Pupuk Subsidi, Kelompok Tani dan Konsep RDKK, Peranan Kelompok Tani


(5)

RIWAYAT HIDUP

DEWI CITRA HASIBUAN (050309023) dilahirkan di Kisaran pada tanggal 12 April 1988 sebagai anak kedua dari 3 bersaudara, dari keluarga Bapak

Paringgonan Hasibuan dan Ibu Awan Hadijah HRP.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Sekolah Dasar (SD) tahun 1993 – 1999 di SD Negeri No. 013858 Kisaran 2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Tahun 1999 – 2002 di SLTP

Negeri 1 Kisaran

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun 2002 – 2005 di SMA Negeri 1 Kisaran

4. Melalui jalur PMD Tahun 2005 diterima di Program Studi Penyuluhan Komunikasi Pertanian, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

5. Bulan Juni – Juli 2010, melaksanakan PKL di Desa Suka Ramai, Pinem Kabupaten Dairi.

6. Bulan April 2011, melaksanakan penelitian skripsi di Desa Serba Jadi Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Peranan Kelompok Tani Terhadap Keberhasilan Penyaluran Pupuk Bersubsidi”. yang merupakan syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Pembimbing dan kepada Ibu Emalisa SP, M, Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini. Dan tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Pegawai - pegawai yang bekerja di dinas pemerintahan baik Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan, dan Badan Ketahanan Pangan Kota Medan yang telah banyak membantu penulis dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan.

2. Buat teman-teman stambuk 2005 yang telah membantu saya dalam penulisan ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.


(7)

3. Kepada kedua orang tua Bapak Paringgonan Hsb dan Ibu Awan Hadijah Hrp. Terima kasih atas doa dan bantuan semangat dan kasih sayang yang mendalam sehingga penulisan ini dapat berhasil sesuai yang diharapkan. 4. Kepada anak wisma kasih yang udah memeberi semangat dalam

penulisan skripsi ini yaitu herawati, lia dan mariati

5. Buat saudara-saudara dan sepupu yang membantu penelitian saya Penulis menyadari di dalam pembuatan skripsi masih banyak terdapat kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan

penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2012


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Aturan Tata Niaga dalam Pupuk Subsidi ... 14

2.2 Landasan Teori ... 16

2.2.1 Kelompok Tani ... 19

2.2.2 Dinamika Kelompok Tani ... 19

2.2.3 Pengertian Tata Niaga ... 21

2.3 Kerangka Pemikiran ... 22

2.3.1Hipotesis Penelitian... ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 26

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 26

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 27

3.4 Metode Analisis Data ... 28

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 30

3.5.1 Defenisi ... 30


(9)

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1 Sejarah dan Luas Kecamatan Sunggal ... 33

4.2 Keadaan Penduduk ... 35

4.3 Pembagian Wilayah ... 36

4.4 Penggunaan Lahan ... 37

4.5 Karakteristik Sampel ... 38

4.5.1 Distributor Pupuk di Desa Serba Jadi ... 38

4.5.2 Pedagang Pengecer Pupuk Bersubsidi ... 38

4.5.3.Kelompok Tani... ... 39

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengetahuan Anggota Tani Trehadap Penyaluran Pupuk Bersubsidi ... 41

5.1.1. Undang-undang Tentang Penyaluran Pupuk Bersubsidi ... 41

5.1.2. Berdasarkan Harga Pupuk Bersubsidi ... 44

5.1.3. Pihak_pihak Yang Terlibat Dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi ... 46

5.1.4. Saluran Distribusi... ... 48

5.1.5. Tempat dan Cara... ... 50

5.2. Peranan Kelompok Tani Dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi... ... 52

5.3. Masalah Yang di Hadapi Petani dan Upaya Dalam Mengatasinya... .... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 67

6.2 Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel. 1 Jumlah Populasi dan Sampel di Desa Serba Jadi 2010 27 Tabel. 2 Skor Peranan Kelompok Tani Dalam Penyaluran Pupuk

Bersubsidi

30 Tabel. 3 Jumlah Desa dan Luas Daerah Kecamatan Sunggal Tahun 2010 34 Tabel. 4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur 35 Tabel. 5 Banyaknya Dusun dan Perangkat Desa Serba Jadi Kecamatan

Sunggal Tahun 2010

36 Tabel. 6 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi di Kecamatan

Sunggal Tahun 2010

37 Tabel. 7 Karakteristik Sampel Disributor Pupuk Bersubsidi 38 Tabel. 8 Data Sampel Pedagang Pengecer Pupuk Bersubsidi 39 Tabel. 9 Karakteristik Sampel Kelompok Tani 40 Tabel. 10 Pengetahuan Anggota Kelompok Tani Terhadap Penyaluran

Pupuk Bersubsidi Berdasarka UU Tentang Penyaluran Pupuk Bersubsidi

43

Tabel. 11 Pengetahuan Anggota Kelompok Tani Terhadap Penyaluran Pupuk Subsidi Berdasarkan Harga Pupuk Bersubsidi

46 Tabel. 12 Pengetahuan Anggota Kelompok Tani Terhadap Penyaluran

Pupuk Bersubsidi Berdasarkan Pihak – Pihak yang Terlibat Dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi

47 Tabel. 13 Pengetahuan Anggota Kelompok Tani Terhadap Penyaluran

Pupuk Bersubsidi Berdasarkan Saluran Distribusi Pupuk Bersubsidi

49 Tabel. 14 Pengetahuan Anggota Kelompok Tani Terhadap Penyaluran

Pupuk Bersubsidi Berdasarkan Tempat dan Cara Penyaluran Pupuk Bersubsidi

50 Tabel. 15 Analisis Peranan Kelompok Tani Menurut Persentase

Ketercapaian Kinerja Yang Dilakukan

56 Tabel. 16 Jumlah Kebutuhan dan Realisasi Pupuk yang di Gunakan

Petani

58 Tabel. 17 Kebutuhan Pupuk dan Ketepatan Jenis Pupuk yang Digunakan

Oleh Petani

60 Tabel. 18 Kandungan yang Terdapat Dalam Setiap Pupuk Bersubsidi 62 Tabel. 19 Perbandingan Kenaikan Harga Pupuk Pemerintah dengan Kios

Pengecer


(11)

DAFTAR GAMBAR


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No

1. Data Sampel Pedagang Pengecer Pupuk Bersubsidi 71

2. Karakteristik Sampel Petani Padi Sawah yang Mengajukan RDKK 72

3. Karakteristik Produsen Pupuk Bersubsidi 73

4. Karakteristik Distributor Pupuk Bersubsidi 74

5. Jumlah Kebutuhan Pupuk dan Jumlah Realisasi Pupuk Subsidi di Tingkat Petani Di Desa Serba Jadi kec. Sunggal 75

6. Perbandingan Tingkat Harga Eceran Tertinggi dengan di Kios Pengecer di Kecamatan Sunggal 76

7. Contoh Blangko RDKK 77

8. Pengetahuan kelompok tani Dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi 78

9. Pengetahuan Anggota Kelompok Tani Terhadap Penyaluran 83

Pupuk Bersubsidi Berdasarkan Undang-undang Penyaluran Pupuk Bersubsidi 10. Pengetahuan Anggota Kelompok Tani Terhadap Penyaluran 84

Pupuk Bersubsidi Berdasarkan Harga Pupuk Bersubsidi 11. Berdasarkan Pihak-pihak Yang Terlibat Dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi 85

12. Pengetahuan Anggota Kelompok Tani Terhadap Penyaluran Pupuk Bersubsidi Berdasarkan Saluran Distribusi 86

13. Indikator Peranan Kelompok Tani, Kriteria Penilaian dan Skor Peranan 87

14. Skor Responden Dalam Hal Peranan Kelompok Tani 89

15. Jawaban Responden Dalam Hal Peranan Kelompok Tani 90


(13)

ABSTRAK

DEWI CITRA HASIBUAN (050309023/PKP) dengan judul skripsi “Peranan Kelompok Tani Terhadap Keberhasilan Penyaluran Pupuk Bersubsidi”. Penelitian ini dilakukan di Desa Serba Jadi, Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini bimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai ketua komisi pebimbing dan Ibu Emalisa SP, M,S.i sebagai anggota komisi pebimbing.

Beras merupakan kebutuhan utama yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia secara khusus untuk memenuhi kebutuhan pangan. Untuk meningkatkan produktivitas beras pemerintah menetapkan kebijakan dengan memberikan pupuk subsidi kepada petani swah. Tetapi karena masalah kelangkaan pupuk selalu terjadi pada setiap tahunnya, pemerintah menetapkan konsep RDKK (Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok) pada tahun 2006. Konsep ini ditujukan kepada petani padi sawah yang telah tergabung dalam sebuah kelompok tani dan memiliki luas lahan usaha tidak lebih dari 2 Ha. Menurut Direktorat Jendral Tanaman Pangan, RDKK adalah kebutuhan riil kelompok yang disusun berdasarkan musyawarah anggota kelompok tani yang mengacu pada rekomendasi pemupukan spesifik lokasi yang akan dibeli oleh petani. Tujuan konsep ini diberlakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan pupuk sesuai permintaan petani dengan azas 6 tepat yaitu jumlah, harga, jenis, waktu, tempat dan mutu.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: Dalam proses penyusunan Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) tidak semua keseluruhan anggota yang tergabung kedalam kelompok tani ikut tetapi hanya melibatkan pengurus kelompok tani dan petugas penyuluh lapangan, Keefektivitasan penyaluran pupuk bersubsidi di daerah penelitian tidak berjalan dengan baik hal ini ditunjukan dengan tidak sesuainya konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) berdasarkan azas 6 tepat Jumlah pupuk bersubsidi yang dianjurkan oleh


(14)

pemerintah setempat tidak semua terealisasikan kepada petani, Jenis pupuk yang diberikan pemerintah sangat terbatas dan tidak memenuhi kebutuhan petani sperti pupuk organik tidak disubsidi oleh pemerintah ke desa Serba Jadi, Mutu yang diberikan pemerintah kepada petani ada yang sesuai dan ada yang tidak sesuai sehingga tanaman padi mereka ada yang tidak panen dengan cepat, Tempat Pada daerah penelitian setiap petani yang tergabung dalam Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) sudah sesuai dengan konsep RDKK dikarenakan setiap petani membeli pupuk subsidi hanya melalui kios pengecer yang telah ditentukan yang terdapat pada konsep RDKK,Waktu Proses pendistribusian pupuk bersubsidi tepat waktu yaitu sebulan sebelum musim tanam tiba, Harga pupuk subsidi di daerah penelitian jauh lebih tinggi dari harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah dan jauh dari kios pengecer lain. Di desa Serba Jadi dalam pengetahuan anggota kelompok tani mengenai Undang-Undang penyaluran pupuk bersubsidi 33,3 % yang mengetahui, 20 % ragu-ragu dan 46,7 % yang tidak mengetahui. Berdasarkan pengetahuan kelompok tani tentang harga subsidi dalam Desa Serba Jadi diketahui 30% yang mengetahui, 23% ragu-ragu dan 47% yang tidak mengetahui. Berdasarkan pengetahuan kelompok tani tentang pihak-pihak yang terlibat dalam penyaluran pupuk bersubsidi 13 % yang mengetahui, ragu-ragu 10% dan 77% yang tidak mengetahui. Berdasarkan pengetahuan kelompok tani tentang saluran distribusi dalam penyaluran pupuk bersubsidi 10% yang mengetahui, 6,7 ragu-ragu dan 83,3% yang tidak mengetahui. Berdasarkan pengetahuan kelompok tani tentang tempat dan cara dalam penyaluran pupuk bersubsidi 50% yang mengetahui, 33,3% ragu-ragu dan 16,7 yang tidak mengetahui. Peranan Kelolompok tani di desa Serba Jadi dikatakan cukup dengan skor rata-rata dengan jumlah 13,2

Kata Kunci : Pupuk Subsidi, Kelompok Tani dan Konsep RDKK, Peranan Kelompok Tani


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris. Negara yang memiliki sektor pertanian yang sangat besar. Beberapa fakor pendukung untuk meningkatkan produktifitas sektor pertanian, salah satunya adalah pupuk. Pupuk adalah bahan kimia atau bahan organik yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. Pupuk bersubsidi merupakan salah satu sarana produksi yang ketersediaannya di subsidi oleh pemerintah untuk petani termasuk petani yang kebutuhan persub sektor dan Harga Eceran Tertinggi (HET)-nya di atur dengan Peraturan Menteri Pertanian No.76/Permentan/OT.140/12/2007 (Simatupang, 2004).

Subsidi harga pupuk mulai diberlakukan sejak tahun 1971, pemberian subsidi ini dimaksudkan untuk meningkatkan penggunaan pupuk yang merupakan pelengkap input produksi terhadap varietas unggul. Dengan memberikan pupuk yang lebih banyak sampai batasan tertentu akan meningkatkan produksi beras. Subsidi harga pupuk dimaksudkan juga untuk lebih mengefisiensikan transfer daya pemerintah ke petani membantu pembangunan pedesaan (Anonimus, 2008).

Kelompok tani yang merupakan kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk bekerjasama meningkatkan produktivitas usahatani


(16)

dan kesejahteraan anggotanya, yang mana fungsi kelompok tani tersebut adalah sebagai kelas belajar mengajar, sebagai unit produksi, sebagai wahana kerjasama dan sebagai kelompok usaha. (Sugiono, 2009).

Fungsi kelompok tani yang lain dalam keterikatannya pada pendistribusian pupuk bersubsidi adalah Sebagai wahana kerjasama petani, kelompok tani tak terlepas dari masalah - masalah pupuk yang selalu membuat para petani terpecah belah dan klompok tani menjadi tidak produktif. Terutama masalah penyaluran pupuk bersubsidi yang di berikan pemerintah kepada petani. Dengan kata lain penyaluran pupuk bersubsidi yang dilakukan pemerintah saat ini belum maksimal, karena masalah - masalah yang di hadapi dalam pendistribusian pupuk bersubsidi tersebut masih banyak dan belum sesuai dengan harapan para petani saat ini. (Anonimus,2006).

Subsidi pertanian, termasuk subsidi pupuk, telah menjadi faktor penting yang menentukan kondisi-kondisi untuk produksi beras yang mengarah ke peningkatan produksi sampai ke tingkat kecukupan diri. Sebagai salah satu masukan penting dalam produksi pertanian, pupuk bersubsidi harus selalu diberikan kepada petani untuk menjaga lahan subur dan membantu meningkatkan produktivitas. Menurut Jasmal (2007), masalah yang selalu timbul dalam pendistribusian pupuk bersubsidi kepada petani adalah sebagai berikut:

1. Dalam sistem ini secara relatif ketersediaan pupuk dan harga cukup stabil, meskipun diakui secara temporal masih terjadi kelangkaan dan harga di atas HET, sesungguhnya pada mekanisme pasar bebas tingkat ketersediaannya lebih baik namun jika ada gejolak tidak ada yang bertanggung jawab.


(17)

2. Sebagian besar petani di daerah-daerah sentra produksi padi dengan aksesibilitas baik dapat menerima harga sesuai HET, meskipun terjadi kasus-kasus kecil harga di atas HET, terutama jika petani membeli dengan sistem pembayaran setelah panen atau jika petani membeli dari pengecer tidak resmi.

3. Secara umum petani di daerah-daerah terpencil atau remote area membayar harga pupuk jauh di atas HET.

Pabrik pupuk yang sebahagian besar adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saat ini sedang siap - siap melaksanakan tugas pemerintah tentang konsep distribusi pupuk kepada petani. Pemerintah sendiri kini memperkenalkan konsep Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) dalam distribusi pupuk bersubsidi. Konsep baru ini diyakini akan mampu mengatasi kelangkaan pupuk di tingkat petani yang kerap terjadi pada setiap musim panen tiba, karena seharusnya petani menerima pupuk subsidi tersebut sebulan sebelum musim panen tiba (Anonimus, 2006).

Usaha lain yang dilakukan untuk mengatasi masalah pendistribusian pupuk bersubsidi tersebut, pemerintah merencanakan mekanisme distribusi subsididari subsidi regular tidak langsung menjadi subsidi langsung kepada petani/kelompok tani. Menurut Anonimous (2008) dampak yang diharapkan dari kebijakan tersebut adalah:

1. Pupuk diterima langsung oleh petani.

2. Menghindari disparitas antara harga pupuk bersubsidi dan non-subsidi. 3. Mengurangi kemungkinan kelangkaan pasokan pupuk bersubsidi


(18)

4. Memperbaiki teknik budidaya, khususnya pada pemupukan tanaman pangan. 5. Meningkatkan efisiensi penggunaan subsidi pemerintah.

6. Meningkatkan efisiensi penggunaan subsidi pemerintah, dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Demi kelancaran pelaksanaan Peraturan Menteri Pertanian dimaksud secara efektif, perlu adanya pedoman pelaksanaan pemanfaatan alokasi kebutuhan dan HET pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2010. Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya di tata niagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan di penyalur resmi di Lini IV. Produsen adalah perusahaan yang memproduksi atau mengadakan pupuk an-organik (Urea, NPK, ZA, Superphos) danpupuk an-organik di dalam negeri. Penyalur di Lini III adalah distributor sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 07/M-DAG/PER/2/2009 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian. (Anonimus, 2010)

Kebutuhan pupuk bersubsidi dihitung melalui beberapa tahapan, yaitu berdasarkan usulan kebutuhan teknis di lapangan yang diajukan oleh pemerintah daerah secara berjenjang dari Bupati/Walikota kepada Gubernur dan selanjutnya disampaikan kepada Menteri Pertanian dan didasari pada Program Peningkatan Produksi Pertanian, terutama padi, jagung dan kedelai pertahun. Usulan kebutuhan pupuk bersubsidi secara buttom up tersebut diproses di tingkat pusat dengan memperhatikan kemampuan daya serap pupuk di masing-masing wilayah selama beberapa tahun terakhir serta pagu anggaran subsidi pupuk yang ditetapkan pemerintah (Simatupang,2004).


(19)

Penetapan alokasi pupuk bersubsidi untuk masing-masing provinsi pada umumnya dibawah kebutuhan teknis yang diusulkan daerah karena terbatasnya pada anggaran subsidi, sehingga dengan jumlah pupuk bersubsidi yang terbatas tersebut, diharapkan agar tetap dapat dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan azas prioritas, baik prioritas terhadap daerah yang dinilai sebagai sentra produksi, komoditas yang daerah. (Jasmal, 2007).

Pemangkasan besaran subsidi, pemerintah akan memperbaiki mekanisme penyaluran subsidi. Subsidi input pertanian (pupuk dan benih) akan diberikan langsung kepada petani. Ini sebagai bagian dari penataan ulang subsidi sesuai dengan hakikatnya: subsidi hanya diberikan kepada warga yang berhak menerima. (Simatupang, 2004).

Subsidi yang berlaku saat ini bersifat umum, terbuka, dan pasif sehingga siapa saja (termasuk warga yang tidak berhak) bisa menikmati. Ini terjadi pada banyak jenis subsidi: bahan bakar minyak (BBM), listrik, dan elpiji. Khusus untuk pupuk dan benih, mulai tahun ini pemerintah menerapkan skema tertutup. (Anonimus, 2009).

Penataan kembali subsidi dimulai dari skema yang salah kaprah: subsidi diberikan dalam bentuk harga produk, bukan langsung menyubsidi orang (yang berhak menerima). Subsidi diberikan tidak dengan mematok harga produk, tapi dikucurkan langsung atau dalam bentuk jaminan sosial ke warga yang membutuhkan secara tepat. Masalahnya, kita tidak punya data kemiskinan Hakikat subsidi kepada petani/ produsen berbeda dengan subsidi kepada konsumen seperti BLT atau beras untuk rakyat miskin (raskin). Derajat


(20)

pemanfaatan subsidi untuk keperluan lain di luar proses produksi pada petani masih sangat tinggi. (Nasir, 2010).

Dari uraian singkat di atas terdapat 3 alasan perlunya dilakukan penelitian mengenai peranan kelompok tani terhadap keberhasilan penyaluran pupuk bersubsidi, yaitu :

1) Agar dapat diukur sejauh mana keberhasilan penyaluran pupuk bersubsidi pada tingkatan kelompok tani

2) Untuk mencari solusi-solusi dari permasalahan yang timbul dalam penyaluran pupuk bersubsidi

3) Sebagai informasi untuk pihak-pihak atau lembaga-lembaga terkait dalam penyaluran pupuk bersubsidi

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang perlu diteliti sebagai berikut:

1) Sejauh mana pengetahuan kelompok tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi? 2) Bagaimana peran kelompok tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi?

3) Apa saja masalah-masalah yang dihadapi petani atau kelompok tani untuk memperoleh pupuk bersubsidi?

4) Upaya-upaya apayang dilakukan petani untuk mengatasi permasalahan perolehan pupuk bersubsidi?


(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui sejauh pengetahuan kelompok tani terhadap penyaluran pupuk bersubsidi

2) Untuk mengetahui peran kelompok tani terhadap keberhasilan penyaluran pupuk bersubsidi

3) Untuk mengetahui apa saja masalah yang di hadapi kelompok tani dalam memperoleh pupuk bersubsidi ?

4) Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan petani dalam mengatasi permasalahan perolehan pupuk bersubsidi

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut :

1) Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan khususnya anggota kelompok tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi.

2) Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

3) Meningkatkan efisien penjualan pupuk bersubsidi.

4) Dapat mengetahui secara lebih mendalam peran pemerintah terhadap kelompok tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Sistem pendistribusian pupuk yang diterapkan saat ini menunjukkan kinerja yang kurang bagus. Hal ini dengan mudah dapat dibuktikan dengan masih seringnya terjadi isu langka pasok dan lonjak harga pupuk ditingkat petani. Kurang berhasilnya sistem ini menciptakan harga pupuk ditingkat pengecer sesuai HET tidak sepenuhnya disebabkan olehs sistem itu sendiri, tapi juga ada kontribusi prilaku petani dalam menggunakan pupuk. Petani pada umumnya dalam memperoleh pupuk tidak melalui kelompok tani, melainkan secara sendiri-sendiri, mengingat banyak kelompok tani pada saat sekarang tidak berfungsi. Petani membeli pupuk sesuai kebutuhan pada kios terdekat dengan harapan agar biaya transportasi menjadi lebih murah. Kalau pada kios terdekat tidak ada pasokan pupuk, petani biasanya membeli pada kios lain walaupun dengan harganya relative mahal. (Sugiono, 2009).

Beberapa akibat yang ditimbulkan dari beberapa permasalahan diatas antara lain adalah:

1) Adanya kesenjangan antara rencana kebutuhan pupuk dengan kebutuhan riil petani, karena secara umum petani menggunakan pupuk Urea jauh diatas dosis rekomendasi.

2) Peluang terjadinya kelangkaan pupuk yang akan berdampak pada peningkatan harga pupuk diatas harga HET.


(23)

3) Konsekuensinya adalah menambah beban biaya produksi yang harus ditanggung petani atau subsidi yang dikeluarkan pemerintah tidak sepenuhnya diterima oleh petani.

4) Menimbulkan keraguan bagi kalangan masyarakat petani di pedesaan terhadap keseriusan pemerintah dalam memberikan subsidi pupuk.

5) Meskipun telah dibentuk tim pengawas pupuk pada berbagai tingkatan, dalam prakteknya pemantauan dan pengawasan secara keseluruhan sulit dilakukan, karena keterbatasan personil dan pendanaan.

6) Mengurangi alokasi dan ketersediaan pupuk Urea bersubsidi pada daerah-daerah terpencil. (Syafaat, 2007).

Distribusi pupuk bersubsidi yang ada saat ini menganut sistem distribusi pasif. Artinya petani secara sendiri-sendiri maupun berkelompok yang membutuhkan pupuk bersubsidi datang sendiri ke kios pengecer resmi yang umumnya berada dikecamatan, kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa tidak semua petani mampu membeli pupuk secara tunai atau bahkan tidak mampu membali pupuk secara memadai,dan petani yang termasuk kategori ini umumnya melakukan sistem pembelian pupuk tunda bayar (utang), dimana pembayarannya dilakukan setelah panen (pasca panen). Dengan demikian, sistem distribusi yang ada saat ini, selain pasif juga tidak lengkap. Tidak lengkap artinya penyaluran pupuk bersubsidi hanya didukung oleh sistem distribusi saja, dan tidak didukung oleh sistem penerimaan yang baik. Beberapa konsekuensi dari sistem penyaluran pupuk yang pasif dan tidak lengkap adalah:

1)` Tidak tepat sasaran, karena hanya petani yang mampu membeli tunai dan dalam jumlah besar saja yang dapat menikmati HET, dan


(24)

2)` Rawan penyimpangan, yaitu pembelian oleh yang tidak berhak. (Mariana, 2000).

Dalam upaya penyaluran distribusi pupuk bersubsidi yang efisien maka Departemen Pertanian mengadakan kegiatan sosialisasi kebijakan pupuk bersubsidi. Dalam kegiatan sosialisasi kebijakan pupuk bersubsidi tersebut menghasilkan rumusan-rumusan sebagai berikut:

1) Pemerintah memberikan subsidi pupuk (insentif) untuk sektor pertanian sejak tahun 2003 dan masih dilanjutkan sampai tahun 2009 supaya petani dapat memperoleh pupuk sesuai 6 azas tepat (jenis, jumlah, harga, tempat, waktu dan mutu) untuk mendukung ketahanan pangan nasional.

2) Kebutuhan pupuk disusun berdasarkan kebutuhan riil ditingkat lapangan (RDKK) dan rencana kebutuhan pupuk bersubsidi ditetapkan oleh menteri Pertanian dan selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Gubernur untuk alokasi masing kabupaten/kota dan Peraturan Bupati/Walikota untuk masing-masing Kecamatan.

3) Pemerintah melalui kementrian Negara BUMN menugaskan BUMN pupuk untuk memproduksi pupuk bersubsidi dan menjamin pengadaan dan penyalurannya sampai ke tangan petani bekerjasama dengan distributor dan pengecer.

4) Sistem Distribusi Pupuk Bersubsidi:

5) Diatur dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 21 tahun 2008 mulai dari tingkat produsen sampai penegcer dan dalam kondisi tertentu bila distributor dan pengecer tidak dapat menyalurkan pupuk bersubsidi penyalurannya dapat dilakukan langsung dari produsen ke petani.


(25)

6) Pengecer hanya melayani petani/kelompok tani terdaftar (pola tertutup berbasis RDKK). (Jasmal, 2007).

Pengertian dari kelompok tani adalah kumpulan orang-orang tani (Dewasa, wanita, pemuda) yang terikat secara informal atas dasar keserasian dalam kebutuhan bersama serta didalam lingkungan pengaruh dan pempinan seorang kontak tani. Ada beberapa fungsi dari kelompok tani adalah:

1) Sebagai kelas belajar sebagai media interaksi dalam belajar para anggota kelompok untuk adopsi inovasi. Media sebai asah, asuh, asih para anggota dalam menyerap informasi.

2) Sebagai Wahana Kerjasama Wadah kerja sama (embrio koperasi), menyelenggarakan kegiatan berdasakan musyawarah.

3) Sebagai unit produksi kegiatan produski bersama usaha perusahaan, peningkatkan posisi tawar (bargaining posistion).

4) Sebagai organisasi kegiatan bersama adanya pembagaian tugas antaranggota untuk mencapai tujuan kelompok

5) Kesatuan swadaya dan swadana.

Beberapa tujuan dari sebuah kelompok tani dalam distribui penyaluran pupuk subsidi:

1) Mengelola, memelihara serta membimbing pelaksanaan kegiatan usaha tani agar lebih intensif, produktif dan berhasil secarapositif sesuai dengan tenaga dan dana yang digunakan.

2) Sebagai wadah bagi para petani dalam memecahkan permasalahan/kendala yang dihadapi lapangan.


(26)

3) Mensukseskan usaha pembangunan di bidang pertanian secara umum dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan petani pada khususnya.

4) Menjadikan gabungan kelompok tani bersaudara sebagai media belajar bagi para petani.

5) Menghasilkan produksi pertanian yang aman konsumsi dan ramah lingkungan khususnya dibidang tanaman hortikultura.

6) Mengurangi konsumsi pestisida dan pupuk anorganik pada masyarakat petani pada umumnya dan anggota gabungan kelompok tani bersaudara pada khususnya.

7) Meningkatkan kesehatan masyarakat melalui hasi produksi pertanian yang aman konsumsi.

8) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan produksi pertanian serta melalui pengurangan biaya produksi sehingga keuntungan akan meningkat. (Simatupang, 2004).

Distribusi pupuk bersubsidi dengan sistem tertutup yang mulai diberlakukan saat ini mengandung harapan bahwa pupuk bersubsidi tersebut akan tepat sasaran, yakni dinikmati langsung oleh petani tanaman pangan. Ada beberapa isu potensial menjadi penghambatnya dari sisi pengguna pupuk bersubsidi agar tepat sasaran harus didahului dengan identifikasi secara tepat petani tanaman pangan sebagai penerimanya dan jumlah aktual kebutuhannya (sesuai dengan jenis tanaman pangan yang diusahakan, luas lahan yang dikelola, dan intensitas pertanaman). (Nasir, 2010).


(27)

Dalam upaya peningkatan produksi pertanian, khususnya komoditas pangan, pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas sarana produksi, antara lain subsidi pupuk untuk sektor pertanian. Penyaluran pupuk bersubsidi dengan pola tertutup dimulai pada tahun 2009 salah satu sub sistem dalam rangka pemenuhan kebutuhan pupuk pola tertutup ini adalah melalui sistem perencanaan kebutuhan pupuk yang dituangkan dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). RDKK merupakan rencana kebutuhan kelompoktani untuk 1 (satu) musim tanam yang disusun berdasarkan musyawarah anggota kelompok tani meliputi kebutuhan benih, pupuk, pestisida, alat mesin pertanian serta modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha taninya. Penyusunan RDKK dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum musim tanam, sehingga teknologi dapat diterapkan sesuai dengan anjuran. (Inspektorat, 2009).

Selama ini penyusunan RDKK telah dilakukan oleh kelompok tani dengan bimbingan penyuluh pertanian, namun demikian masih dirasakan belum optimal karena masih terbatasnya kemampuan petani dalam menyusun perencanaan kebutuhannya. Oleh karena itu, diperlukan upaya percepatan dan perbaikan dalam penyusunan perencanaan kebutuhan sarana produksi khususnya pupuk bagi kelompoktani melalui "Gerakan Penyusunan RDKK" dengan mengoptimalkan peran penyuluh sebagai pendamping dan pembimbing dalam penyusunan RDKK, sehingga dapat memenuhi 6 (enam). (Jasmal, 2007).

Dalam pelaksanaan penyusunan RDKK mengacu kepada kebutuhan masing-masing kelompok. Penyusunan Rencana Defenitif Kelompok (RDKK) dengan tahapan sebagai berikut:


(28)

1) Pertemuan pengurus kelompok tani yang di dampingi oleh penyuluh pertanian dalam rangka persiapan penyusunan RDKK

2) Pertemuan anggota kelompok tani di pimpin oleh ketua kelompok tani yang di dampingi penyuluh pertanian untuk membahas. Menyusun dan menyepakati daftar kebetuhan sarana produksi 6 tepat (tepat jenis, jumlah, waktu, tempat, harga dan mutu) yang akan di biayai secara swadana maupun kredit dari tiap anggota kelompok tani. Daftar yang disusun akan berfungsi sebagai pesanan kelompok tani kepada pengecer. RDKK selesai paling lambat 1 bulan sebelum jadwal tanam.

3) Meneliti kelangkaan RDKK dan pendantaganan RDKK oleh ketua kelompok tani yang diketahui oleh Penyuluh Pertanian. (Budiarto, 1997).

Sistem distribusi pupuk bersubsidi yang bersifat terbuka dan pasif tersebut menyebabkan petani berpeluang besar tidak mendapatkan jumlah pupuk bersubsidi sesuai dengan yang dibutuhkan. Dengan perkataan lain sistem distribusi tersebut sering kali menyebabkan terjadinya langka pasok. Terjadinya langka pasok berarti sejumlah azas dalam pendistribusian pupuk bersubsidi, seperti jumlah, jenis, mutu, dan tempat, akan dilanggar. Ketersediaan pupuk sering kali lebih kecil dari pada kebutuhan petani (Anonimus, 2008).

2.1.1. Aturan Tata Niaga Pupuk Bersubsidi Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor.03/M-DAG/PER/2/2006

Dalam Pasal 4 BAB II mengenai pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi disebutkan bahwa :


(29)

1. Pelaksanaan penyaluran Pupuk Bersubsidi ditetapkansebagai berikut :

a. Produsen melaksanakan penyaluran pupuk bersubsidi di gudang lini III produsen kepada distributor di wilayah tanggung jawabnya;

b. Distributor melaksanakan penyaluran pupuk bersubsidi dari gudang Lini III distributor kepada pengecer di wilayah tanggung jawabnya;dan

c. Pengecer melaksanakan penyaluran pupuk bersubsidi di ini IV kepada Petani/elompok Tani.

2. Produsen wajib melakukan penjualan langsung di lini IV kepada Petani dan/atau kelompok Tani, apabila penyaluran pupuk bersubsidi oleh distributor dan/atau Pengecer tidak berjalan lancar atau tidak mungkindilaksanakan. Dengan ketentuan umum pada Bab I Pasal 1, pada ayat 3 sebagai berikut :

1) Pasal 1 ayat 3: lini I adalah lokasi gudang pupuk di wilayah pabrik dari masing-masing produsen atau di wilayah pelabuhan tujuan untuk pupuk impor.

2) Pasal 1 ayat 3: lini II adalah lokasi gudang produsen di wilayah Ibukota propinsi dan unit pengantongan pupuk (UPP) atau di luar wilayah pelabuhan. 3) Pasal 1 ayat 3: lini III adalah lokasi gudang produsen dan/atau distributor di

wilayah kabupaten/kota yang ditunjuk atau ditetapkan oleh produsen.

4) Pasal 1 ayat 3: lini IV adalah lokasi gudang pengecer di wilayah kecamatan dan/atau desa yang ditunjuk atau ditetapkan oleh distributor.


(30)

2.2 Landasan Teori 2.2.1. Kelompok Tani

Kelompok tani adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan.

Di dalam kelompok tani ada 7 bidang kerjasama yang dapat dilakukan oleh anggota kelompok tani yaitu:

1) Kerjasama dalam perencanaan usaha tani, RDK (Rencana Defenitif Kelompok) atau RDKK (Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok) dan RUK (Rencana Usahatani Kelompok ).

2) Kerjasama dalam penyediaan sarana produksi.

3) Kerjasama dalam pengendalian hama dan penyakit (regu pemberantas hama/penyakit).

4) Kerjasama dalam hal panen dan pasca panen (UPJA, kemitraan) 5) Pengaturan air (P3A).

6) Kerjasama dalam pemasaran (kemitraan).

7) Kerjasama dalam pemodalan (gerakan menabung).

Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani juga dikemukakan oleh Mosher (1968) dalam Djiwandi (1994) bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani menurut Jomo (1968) dalam Djiwandi (1994) adalah berarti membangun kemauan, dan kepercayaan


(31)

pada diri sendiri agar dapat terlibat secara aktif dalam pembangunan. Disamping itu agar mereka dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir. Suatu gerakan kelompok tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti kerjasama menurut pola-pola yang maju, tidak akan memecahkan problem-problem yang dihadapi petani.

Kelompok tani secara tidak langsung dapat dipergunakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas usaha tani melalui pengelolaan usaha tani secara bersamaan. Kelompok tani juga digunakan sebagai media belajar organisasi dan kerjasama antar petani. Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama-sama memecahkan permasalahan yang antara lain berupa pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi dan pemasaran hasil.

Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerja sama antar anggota mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perlu di bina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal. Kelompok tani, menurut Deptan RI (1980) dalam Mardikanto (1996) diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/pemudi), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani. Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain diungkapkan oleh Torres (Wong, 1997) dalam Mardikanto (1996) sebagai berikut:


(32)

1) Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok.

2) Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani

3) Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru. 4) Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.

5) Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) atau produk yang dihasilkannya

6) Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya oleh petani sendiri.

Sedangkan alasan utama dibentuknya kelompok tani adalah :

1) Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang tersedia.

2) Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan.

3) Adanya alasan ideologis yang “mewajibkan” para petani untuk terikat oleh suatu amanat suci yang harus mereka amalkan melalui kelompok taninya. Dalam rangka pembangunan sub sektor pertanian, kelompok tani adalah sebagai berikut:

1) Penumbuhan kelompok tani didasarkan pada keakraban, keserasian dan kepentingan bersama, baik berdasarkan hamparan usahatani kebun, domisili atau jenis usahatani tergantung kesepakatan dari petani yang bersangkutan. 2) Anggota pengurus kelompok tani pertanian, baik yang merupakan kegiatan


(33)

3) Merupakan pengorganisasian petani yang mengatur kerjasama dan pembagian tugas anggota maupun pengurus dalam kegiatan usahatani kelompok di hamparan kebun.

4) Besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi di lapangan, dengan jumlah anggota berkisar 20-30 orang

5) Keanggotaan kelompok tani bersifat non formal

2.2.2. Dinamika Kelompok Tani

Dalam Disertasi Nasir, Sp., MBA menurut Suhardiyono (1992) dinamika kelompok tani adalah gerakan bersama yang dilakukan oleh anggota kelompok tani secara serempak dan bersama-sama dalam melaksanakan seluruh kegiatan kelompok tani dalam mencapai tujuannya yaitu peningkatan hasil produksi dan mutunya yang akan berpengaruh positif terhadap pendapatan mereka. Dinamika kelompok tani mencakup seluruh kegiatan meliputi inisiatif, daya kreatif dan tindakan nyata yang dilakukan oleh pengurus dan anggota kelompok tani dalam melaksanakan rencana kerja kelompoknya yang telah disepakati bersama.

Dalam Disertasi Nasir, Sp., MBAmenurut mardikanto (1996) untuk melakukan analisis terhadap dinamika kelompok, pada hakekatnya dilalukan melalui pendekatan, yakni pendekatan psiko-sosial, yaitu analisis dinamika kelompok melalui analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok itu sendiri. Analisis dinamika kelompok dengan pendekatan psiko-sosial, dimaksudkan untuk melakukan kajian terhadap perilaku anggota-anggota kelompok dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan kelompok.


(34)

Kemudian dalam Disertasi Nasir, Sp., MBAmenurut Soewartoyo dan Lumbantoruan (1992)disebutkan juga bahwa sebuah kelompok tani dinilai efektif, bila kelompok itu memiliki karakteristik berikut :

1) Memahami dengan jelas tujuan sasarannya.

2) Mampu menetapkan prosedur secara luwes demi tercapainya sasaran bersama. 3) Komunikasi lancar serta adanya pengertian di antara anggotanya.

4) Tegas dalam pengambilan keputusan dengan melibatkan seluruh anggota. 5) Keseimbangan produktivitas kelompok dan kepuasan individu terjaga.

6) Tanggung jawab kepemimpinan dipikul bersama, sehingga semua anggota terlibat dalam menyumbangkan ide dan pendapat.

7) Rasa kebersamaan

8) Mampu mengatasi perbedaan pendapat di antara anggota.

9) Tidak ada dominasi baik oleh pemimpin maupun anggota kelompok.

10)Keseimbangan antara perilaku emosi dan perilaku rasional dalam setiap usaha pemecahan masalah.

Nasir, SP., MBA dalam Disertasinya membagi unsur-unsur dinamika kelompok yang disebut juga variabel-variabel dinamika kelompok menurut Huraerah dan Purwanto (2006) terdiri dari :

1) Tujuan kelompok 2) Kekompakan kelompok 3) Struktur kelompok 4) Fungsi tugas kelompok


(35)

6) Suasana kelompok 7) Efektivitas kelompok 8) Tekanan kelompok 9) Maksud terselubung

2.2.3. Pengertian Tata Niaga

Istilah tata niaga sering disebut juga pemasaran yang bersumber dari kata Marketing. Kegiatan tata niaga adalah sebagian dari kegiatan distribusi. Distribusi menimbulkan satu kesan seolah-olah orang-orang yang bergerak didalam bagian ini bersifat statis, menunggu saja apa yang akan mereka peroleh dari produsen untuk dibagi-bagikan lagi kepada konsumen. Sedangkan marketing (tata niaga) sifatnya dinamis karena tata niaga mencakup semua persiapan, perencanaan dan penelitian dari segala sesuatu yang bersangkut paut dengan perpindahan, peralihan tersebut. Oleh sebab itu sering terjadi perbedaan penggunaan istilah dengan maksud yang sama (Sihombing, 2010).

Menurut Winardi marketing terdiri dari tindakan-tindakan yang menyebabkan berpindahnya hak milik atas benda-benda dan jasa-jasa dan yang menimbulkan distibusi fisik mereka. Setelah menelaah batasan-batasan tata niaga yang telah diutarakan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tata niaga atau marketing itu meliputi kegiatan-kegiatan yang sangat luas sekali, diantaranya : kegiatan pembelian (buying), kegiatan pemindahan (transport), kelancaran arus barang dan jasa dan lain sebagainya. Atau dengan lebih singkat tataniaga itu adalah segala kegiatan yang bersangkut paut dengan semua aspek proses yang terletak diantara fase kegiatan sektor produksi barang-barang dan jasa-jasa sampai


(36)

kegiatan sektor konsumen. Jadi, marketing ini merupakan sesuatu kegiatan moving process atau moving activities (Sihombing, 2010).

2.3 Kerangka Pemikiran

Di dalam kerangka pemikiran ini dimana produsen sebagai salah satu penghasil pupuk subsidi dan sebagai salah satu pendistribusian pupuk subsidi yang mana menyalurkan pupuk subsidi ke kios-kios yang di unjuk oleh pemerintah atau lembaga-lembaga setempat yang mana lembaga-lembaga tersebut antara lain: dinas pertanian,dinas perindag dan kepala daerah setempat.

Kios sebagai salah satu media pendistribusian pupuk subsidi kepada kelompok tani yang mana kelompok tani dalam upaya mendapatkan pupuk subsidi harus membuat konsep RDKK tersebut akan diajukan ke kios untuk didaftarkan agar mendapatkan pupuk subsidi sesuai kebutuhan petani yang mana terdapat pada konsep RDKK yang diajukan oleh kelompok tani dalam penyaluran pupuk subsidi ada beberapa upaya yang harus dilakukan oleh kelompok tani agar pupuk subsidi bisa di manfaatkan tepat guna, yaitu berkonsultasi dengan penyuluh pertanian yang mana tujuannya agar terwujudnya proses pembelajaran bagi kelompok tani ataupun meningkatkan potensi, produktivitas, efisiensi, usaha pendapat dan kesejahteraan.

Peranan kelompok tani terhadap keberhasilan penyaluran pupuk bersubsidi dapat diukur melalui penilaian dari jawaban kelompok tani yang berisi pertanyaan – pertanyaan yang telah diberikan dengan kriterian tinggi, cukup dan rendah. Di dalam peranan kelompok tani juga dalam keberhasilan pupuk subsidi dikatakan


(37)

berhasil jika pupuk tersebut memenuhi azas 6 tepat dan dikatakan tidak berhasil jika pupuk tersebut tidak memenuhi azas 6 tepat. Serta upaya yang dilakukan kelompok tani untuk mengatasi masalah perolehan pupuk bersubsidi. Maksud azas 6 tepat itu adalah:

1. Tepat tempat : tempat dimana pupuk itu diberi

2. Tepat jenis: jenis pupuk yang diberikan sesuai kebutuhan petani. contoh urea.

3. Tepat harga: harga sesuai atau tidak untuk petani

4. Tepat mutu: pupuk yang diberikan sesuai atau tidak untuk petani

5. Tepat jumlah: jumlah pupuk sesuai atau tidak dengan kebutuhan dan luas lahan petani

6. Tepat waktu: waktu pemberian sesuai kebutuhan petani 1 (satu) bulan sebelum musim panen.


(38)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan : = Menyatakan Hubungan

= Menyatakan Pengaruh

Pupuk Bersubsidi

Kios

AzasMemenuhi/tidak Memenuhi yaitu:

 Tepat jenis  Jumlah  Waktu  Tempat  Harga, dan  Mutu RDKK

Peran Kelompok Tani

Produsen

Kelompok Tani

Tinggi Cukup Rendah

Lembaga: Dinas pertanian, Dinas perindang, Kepala daerah, Penyuluh Petani Lapangan (PPL), Gabungan

Kelompok Tani (GAPOKTAN)


(39)

Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang telah dirumuskan, maka berikut ini beberapa hipotesis penelitian yang akan diuji kebenarannya yaitu sebagai berikut.

1) Bahwa anggota kelompok tani belum memahami sepenuhnya metode penyaluran pupuk bersubsidi

2) Ada peran kelompok tani terhadap keberhasilan penyaluran pupuk bersubsidi 3) Terdapat masalah-masalah yang dihadapi petani dalam memperoleh pupuk

bersubsidi.

4) Ada upaya-upaya yang dilakukan petani dalam mengtasi permasalahan perolehan pupuk bersubsidi.


(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Serba Jadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Wilayah ini ditentukan secara Purposive (Sengaja), yaitu pemilihan daerah penelitian yang di lakukan secara sengaja. Di dasarkan karena adanya penerimaan pupuk subsidi di Desa Serba Jadi dengan alasan terdapatnya masalah yang terjadi di desa tersebut seperti harga, jumlah, mutu dan jenis.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Sampel yang diambil didalam penelitian ini adalah kelompok tani yang berada di Desa Serba Jadi Kecamatan Sunggal sebanyak 14 kelompok tani dan setiap kelompok tani diambil masing-masing 2 atau 3 sampel dengan jumlah kelompok tani sebanyak 30 anggota kelompok tani yang terdapat di Desa tersebut. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode Accidental Sampling (Sugiyono, 2004) adalah pengambilan responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang cocok sebagai sumber data.


(41)

Tabel.1. Jumlah Populasi dan Sampel di Desa Serba Jadi 2010 No Nama Kelompok Jumlah Anggota Sampel

1 Sido Harjo 43 2

2 Cempaka 38 2

3 Arih Ersada 70 3

4 Menjuah-juah 68 2

5 Merga Silima 80 3

6 Serba Jadi 35 2

7 Melati 51 2

8 Sido Ayu 33 2

9 Maduma 52 2

10 Suka Makmur 44 2

11 Arihta 56 2

12 Sekata 45 2

13 Cabang Timur 40 2

14 Banyu Wangi 56 2

Jumlah 711 30

Sumber : Dinas Balai Penyuluhan Pertanian tahun, 2010

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh didalam penelitian ini terdiri data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari gapoktan atau kelompok tani di Kecamatan Sunggal


(42)

melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti, Kantor BPP, Kantor Camat Sunggal, Kantor Kepala Desa, Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, serta literatur atau buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk mengidentifikasi masalah 1 dengan menggunakan metode skoring dan pemberian skor dengan kriteria 3 Mengetahui, 2 Ragu-Ragu, 1 Tidak Mengetahui untuk mengidentifikasikan sejauh mana pengetahuan kelompok tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi dan petani mengetahui bagaimana penyalurannya agar sampai ke petani.

Untuk meyelesaikan masalah 2 dengan menggunakan dengan metode skoring, yaitu dengan melihat peran kelompok tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi, Hal yang di analisis di dalam peranan kelompok sebagai berikut :

1. PERTEMUAN

a. Kelompok tani melakukan pertemuan rutin sesuai kebutuhan b. Kelompok tani melakukan pertemuan jika ada masalah c. Tidak melakukan pertemuan

2. KUNJUNGAN DISPERINDANG

a. Disperindang melakukan kunjungan terhadap kelompok tani yag memperoleh pupuk bersubsidi


(43)

b. Disperindang melakukan kunjungan kelompok tani jika da masalah c. Tidak melakukan kunjungan

3. PENGETAHUAN KELOMPOK TANI TENTANG PUPUK BERSUBSIDI a. Kelompok tani mengetahui tentang pupuk bersubsidi

b. Kelompok tani kurang mengetahui tentang pupuk bersubsidi c. Kelompok tani tidak mengetahui tentang pupuk bersubsidi 4. DISKUSI

a. Kelompok tani melakukan diskusi secara rutin b. Melakukan diskusi jika ada masalah

c. Tidak pernah melakukan diskusi 5. INFORMASI

a. Kelompok tani mendapatkan informasi tentang pupuk bersubsidi

b. Kelompok tani kurang mendapatkan informasi tentang pupuk bersubsidi c. Kelompok tani tidak pernah mendapatkan informasi tentang pupuk bersubsidi

6. PARTISIPASI KELOMPOK TANI DALAM MENGIKUTI PERTEMUAN DENGAN DISPERINDANG

a. Sering b. Jarang

b. Tidak pernah

7. PELAKSANAAN PROGRAM PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI a. Kelompok tani mengikuti pelaksanaan program penyaluran pupuk bersubsidi


(44)

b. Kelompok tani jarang mengikuti pelaksanaan program penyaluran pupuk bersubsidi

c. Tidak pernah mengikuti pelaksanaan program penyaluran pupuk bersubsidi Dari keterangan diatas dapat dikemukakan bahwa jumlah skor untuk mengetahui peranan kelompok tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi berada 7-21.

Tabel 2. Skor peranan kelompok tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi

No kategori Range

1 Tinggi 18-21

2 Sedang 14-17

3 Rendah 7-12

Untuk menyelesaikan masalah 3 dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara mengidentifikasi apa saja masalah-masalah yang dihadapi kelompok tani. Untuk menyelesaikan masalah 4 dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara mengidentifikasi bagaimana upaya-upaya petani dalam mengatasi permasalahan perolehan pupuk bersubsidi di tingkat petani

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1. Definisi

1) Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program pemerintah di sektor pertanian.


(45)

2) Kelompok tani adalah kumpulan dari beberapa petani yang mempunyai kepentingan yang sama dalam pengembangan komoditas usaha tani tertentu untuk menggalang kepentingan bersama, atau merupakan suatu wadah kerjasama antar petani dalam upaya pengembangan usaha yang lebih besar. 3) Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi petani dan keluarganya

serta pelaku usaha pertanian lainnya agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas,efesiensi usaha,pendapatan dan kesejahteraannya.

4) RDKK adalah suatu konsep mengenai rencana defenitif kebutuhan kelompok dalam memperoleh pupuk berubsidi yang diajukan oleh kelompok tani, dimana para petani yang telah tergabung dalam kelompok tani, menyampaikan kbutuhan pupuknya masing-masing

5) Penyaluran pupuk bersubsidi adalah proses pendistribusian pupuk bersubsidi dari produsen sampai dengan petani sebagai konsumen akhir.

6) Pengecer adalah perorangan, kelompok tani, dan badan usaha baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang berkedudukan di Kecamatan dan/atau Desa, yang ditunjuk oleh Distributor dengan kegiatan pokok melakukan penjualan Pupuk Bersubsidi di wilayah tanggung jawabnya secara langsung hanya kepada Petani dan/atau Kelompok Tani.


(46)

3.5.2. Batasan Operasional

1) Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang 2) Sampel yang digunakan adalah anggota kelompok tani padi sawah di desa

Serba Jadi di kecamatan sunggal.


(47)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Profil, Sejarah dan Luas Kecamatan sunggal

Kecamatan Sunggal sebelum proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 merupakan daerah Datuk Serbanyaman di kepalai oleh seorang datuk yang tunduk kepada Kesultanan Deli yang berkedudukan di Sunggal. Sejak tahun 1945 kekuasaan Datuk Serbanyaman menajadi lenyap dan struktur pemerintah dirubah menjadi Kecamatan Sunggal dan Sejak itu daerah ini dipimpin oleh asisten Wedana yang tunduk kepada Wedana Deli Hilir yang berkedudukan di Labuhan Deli. Kecamatan sunggal sebelum Perluasan dari Kotamadya Medan 1972 terdiri dari 30 desa seluas 171 Km² setelah sebagian daerah Kecamatan Sunggal berubah menjadi 19 desa selus 105,44 Km². Pada Tahun 1986 luas daerah Kecamatan Sunggal menciut menjadi 92,52 Km² denga 17 desa dan 159 dusun dengan Ibu Kota Kecamatan adalah Sei Semayang, hal ini disebabkan perluasan Kota Binjai, desa yang menjadi wilayah kota Binjai adalah desa Tunggurono dan Sumber Mulyorejo sehingga pada saat ini Kecamatan Sunggal terdiri dari 17 desa seluas 92,52 Km².

Kecamatan Sunggal daerahnya landai (dataran rendah) dengan ketinggian 20 s/d 40 mdpl, dengan suhu udara pada umumnya panas sedang dipengaruhi kemarau dan penghujanan. Kecamatan Sunggal memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:


(48)

- Sebelah Timur dengan Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan

- Sebelah Utara dengan Kecamatan Hamparan Perak Kecamatan Labuhan Deli - Sebelah Selatan dengan Kecamatan Pancur Batu dan Kecamatan Kutalimbaru

Kab. Deli Serdang

- Sebelah Barat dengan Kota Binjai dan Kecamatan Kutalimbaru Kab. Deli Serdang

Berikut ditampilkan oleh tabel seluruh desa yang ada di Kecamatan Sunggal dan Luas daerahnya.

Tabel.3. Jumlah Desa dan Luas Daerah Kec. Sunggal Tahun 2010. No Desa/Kelurahan Luas (Km2) Persentase (%)

1 Telaga Sari 2,63 2,85

2 Sei Mencirim 9,78 10,57

3 Suka Maju 6,31 6,82

4 Sei Beras Sekata 4,70 5,08

5 Tanjung Selamat 4.68 5,06

6 Sunggal Kanan 4,12 4,46

7 Medan Krio 8,52 9,21

8 Paya Geli 3,40 3,67

9 Puji Mulio 3,96 4,28

10 Sei Semayang 12,35 13,36

11 S.M. Diski 2,80 3,03

12 Serba Jadi 6,44 6,96

13 Muliorejo 12,40 13,41

14 Kampung Lalang 1,54 1,67

15 Tanjung Gusta 4,61 4,98

16 Helvetia 2,10 2,27

Jumlah 92,52 100,00


(49)

Dari data yang ditampilkan pada Tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa desa yang paling luas di Kecamatan Sunggal adalah Desa Muliorejo dengan luas 12,40 Km2 dengan persentase 13,41% dan desa yang paling sempit terdapat di Desa Kampung Lalang dengan luas wilayah 1,4 Km2 dengan persentase 1,67%

4.2. Kedaaan Penduduk

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Camat Sunggal, jumlah penduduk Kecamatan Sunggal pada tahun 2008 sebanyak 226.935 jiwa, dengan perincian laki-laki berjumlah 113.67 jiwa dan perempuan 113.262 kiwa dan jumlah rumah tangga (RT) sebanyak 49.030 KK, untuk lebih jelas dapat kita lihat pada tabel berikut:

Tabel.4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kecamatan Sunggal Tahun 2010

No Kelompok Umur Jumlah (jiwa)

1 0-4 16156

2 5-9 20848

3 10-14 20703

4 15-19 23883

5 20-24 20646

6 25-29 19094

7 30-34 18151

8 35-39 17225

9 40-44 15216

10 45-49 14898

11 55-54 13202

12 55-59 12320

13 60+ 10593

Jumlah 226,935


(50)

Dari Tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa kelompok umur usia produktif (10-59 tahun) sebanyak 179,338 orang (78,53) dan usia tidak produktif <10, >60 tahun) sebanyak 47,597 orang (20,59%).

4.3. Pembagian Wilayah

Tabel.5. Banyaknya Dusun Dan Perangkat Desa Serba Jadi Kecamatan Sunggal Pada Tahun 2010.

Nama Desa/Kelurahan Dusun Perangkat Desa

Telaga Sari 6 7

Sei Mencirim 15 7

Suka Maju 7 7

Sei Beras Sekata 5 7

Tanjung Selamat 6 7

Sunggal Kanan 5 7

Medan Krio 13 7

Paya Geli 7 7

Puji Mulio 8 7

Sei Semayang 18 7

SM. Diski 7 7

Serba Jadi 5 7

Muliorejo 22 7

Kampung Lalang 6 7

Purwodadi 13 7

Tanjung Gusta 8 7

Helvetia 8 7

Jumlah 159 199


(51)

Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Sunggal terdiri dari 17 Desa dengan jumlah dusun sebanyak 159 dan perangkat desa di Kecamatan Sunggal sebanyak 199 desa. Desa yang paling terbanyak di Desa Muliorejo sebanyak 22 dusu sedangkan Desa yang memiliki dusun terkecil terdapat di Desa Serba Jadi, Sunggal Kanan dan Sei Beras Sekata dengan jumlah 5 dusun.

4.4. Penggunaan Lahan

Tabel 6. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi sawah di Kecamatan Sunggal pada Tahun 2010

No Kecamatan Luas

Lahan

Produksi (kw) Rata-rata

produksi (kw/ha)

1 Gunung Meriah 128 365 537584 41,88

2 STM. Hulu 131088 558981 42,69

3 Sibolangit 137777 617027 44,78

4 Kutalimbaru 141736 610972 43,11

5 Pancur Batu 146601 633318 43,25

6 Namorambe 151535 653318 43,11

7 Biru-biru 149606 661880 44,40

8 STM. Hilir 146006 644004 44,11

9 Bangun Purba 149006 659389 44,25

10 Galang 151522 678112 44,75

11 Tanjung Morawa 149258 684998 44,24

12 Patumbak 147735 646185 46,28

13 Deli Tua 145156 399355 44,52

14 Sunggal 87760 344902 45,51

15 Hamparan Perak 76380 329572 45,16

16 Labuhan Deli 72741 356207 45,34

17 Percut Sei Tuan 71662 383541 51,66

18 Batang Kuis 74348 386543 51,99

19 Beringin 73369 381955 52,06

20 Lubuk Pakam 74373 389597 53,13

Jumlah 2277121 10557440 795,767

Sumber: Kecamatan Sunggal dalam Angka tahun 2010

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa luas panen di Kecamatan Sunggal adalah 2277121/Ha jumlah produksi di Kecamatan Sunggal sebesar 10557440 kw, dengan rata-rata produksi Ha sebesar 795,767 kw/ha.


(52)

4.5. Karakteristik Sampel

4.5.1. Distributor Pupuk di Desa Serba Jadi

Tabel 7. Karakteristik Sampel Distributor Pupuk Subsidi No. Distributor

Tahun Berdiri

Jenis Pupuk

Subsidi Lokasi

1 Andalas Global utama 1989

SP-36,ZA,NPK,organik Padang

2

Gresik cipta

sejahtera.PT 1967 Urea Gresik

Sumber Balai Penyuluhan Pertanian 2010.

Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa distributor penyuluhan pupuk di desa Serba Jadi ada 2 diantaranya adalah Andalas Global Utama dan PT Gresik Cipta Sejahtera yang bertanggung jawab atas ketersediaan pupuk dari Andalas Global Utama pupuk SP 36,ZA,NPK dan Organik sedangkan di Gresik Cipta Sejahtera. PT adalah sebagai distributor pupuk urea yang berdomisili di Medan. Distributor mengirim pupuk subsidi ke setiap daerah kabupaten yang sesuai dengan jumlah permintaan dari setiap daerah yang kemudian akan dibagikan ke setiap pengecer di kabupaten tersebut.

4.5.2. Pedagang Pengecer Pupuk Bersubsidi

Pedagang pengecer yang berada di desa Serba Jadi merupakan pengecer resmi yang telah ditunjuk oleh pemerintah untuk bertugas menyalurkan pupuk subsidi langsung ke petani. Pengecer yang resmi di desa Serba Jadi yaitu UD. Sibayak P dan UD. Makmur Tani. Namun pada penelitian yang diambil dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:


(53)

Tabel 8. Data Sampel pedagang Pengecer Pupuk Bersubsidi No. Nama Usaha

Dagang

Lokasi Pupuk Subsidi yang dijual

Sumber Nama Kelompok Tani

Masa Usaha (Tahun) 1 UD. Sibayak P Desa

Serba Jadi, Sunggal Urea PT. Gresik Cipta Sejahtera PT. Gresik Cipta Sejahtera

- Mejuah-Juah 3

Za - Merga silima 3

SP 36 - Serba Jadi 5

Organik - Arih Ersada 3

NPK - Arihta 4

-Cempaka 4

- Sekata 5 3

2 UD. Makmur

Tani Desa Serba Jadi, Sunggal Urea

- Cabang Timur 8

Za - Suka Makmur 6

SP 36 - Bayuwangi 3

Organik

- Sidoayu 5

NPK - Maduma 5

-Sido Harjo 5

-Melati 5

Sumber : analisis data primer, lampiran 1

4.5.3. Kelompok Tani

Dalam peneitian ini petani yang menjadi sampel adalah petani sawah yang telah tergabung dalam salah satu kelompok tani yang ada di desa Serba Jadi dan telah mengajukan RDKK yang merupakan sebagai salah satu konsumen yang membeli pupuk subsidi dari pengecer resmi. Pada daerah penelitian dapat kita lihat pada tabel berikut:


(54)

Tabel 9. Karakteristik Sampel Kelompok Tani No

Sampel

Tahun Berdiri

Nama Petani Nama Kelompok Tani Jumlah Anggota Rata-rata Usia Rata-rata Pendidikan Anggota Kelompok Tani

1 1983 Sukender Sidoharjo 43 40 6

2 1987 Sidik Purnomo Cempaka 38 41 6

3 1987 Suhermawan STP Arih Ersada 70 36 6 4 1983 Ng. Sembiring Mejuah-juah 68 39 12

5 1987 Karim. P Merga Silima 80 38 6

6 1983 Suara B Serba Jadi 35 43 6

7 1987 Misban Melati 51 44 12

8 1987 Supangat Sido Ayu 33 42 9

9 1987 Jio M Maduma 52 45 6

10 1987 Ramal Penjaitan Suka Makmur 44 35 9

11 1987 Mulia Tarigan Arihta 56 37 6

12 1987 Bukti Ginting Sekata 45 31 12

13 1987 Rela Sitepu Cabang Timur 40 49 9

14 1983 Jimat Banyu Wangi 56 30 6

Jumlah

711 550 111 Sumber : analisis data primer, lampiran 2.

Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa ada 14 kelompok tani dengan jumlah seluruh anggota 711 orang, dengan rata – rata usia antara 30-49 tahun dan berpendidikan antara 6-12 tahun.


(55)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Anggota Kelompok Tani Terhadap Penyaluran Pupuk Bersubsidi.

Peran kelompok tani terhadap keberhasilan penyaluran pupuk bersubsidi dapat di tentukan berdasarkan sejauh mana pengetahuan anggota kelompok tani terhadap penyaluran pupuk bersubsidi tersebut dilakukan. Adapun hal-hal yang dapat dikaji berdasarkan pengetahuan tersebut meliputi tentang :

- Undang - undang tentang penyaluran pupuk bersubsidi - Harga pupuk bersusidi

- Pihak - pihak yang terlibat dalam penyaluran pupuk bersubsidi - Saluran distribusi

- Tempat Dan Cara Penyaluran Pupuk Bersubsidi

5.1.1. Undang-Undang Tentang Penyaluran Pupuk Bersubsidi

Dalam Undang-Undang No. 17/M-DAG/PER/6/2011 tentang pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian, pada bagian ketiga yaitu penyaluran pupuk bersubsidi dalam pasal 7 ayat 3 mengatakan bahwa produsen wajib menjamin kelancaran penyaluran pupuk bersubsidi melalui penyederhanaan prosedur produsen pupuk berdasarkan prinsip 6 (enam) tepat yaitu ; tepat jenis, waktu, jumlah, harga, mutu, dan tempat. Dimana produsen yang belum memiliki gudang di Lini III pada kabupaten/kota tertentu, dapat melayani distributor dari gudang di Lini III kabupaten/kota sepanjang memenuhi kapasitas dan mempunyai


(56)

kemampuan pendistribusiannya. Produsen yang lokasi pabriknya atau gudang di Lini II nya berada di wilayah kabupaten/kota yang menjadi tanggung jawabnya dapat menetapkan sebagian gudang Lini II sebagai Lini III.

Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) nomor : 06/Permentan/SR.130/2/2011 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2011 Pasal 1 ayat 18 mengatakan bahwa Kelompoktani adalah kumpulan petani yang mempunyai kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya dalam mengusahakan lahan usahatani secara bersama pada satu hamparan atau kawasan yang dikukuhkan oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk. Pada ayat 19 juga dikatakan bahwa Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok tani (RDKK) adalah perhitungan rencana kebutuhan pupuk bersubsidi yang disusun kelompoktani berdasarkan luasan areal usahatani yang diusahakan petani, pekebun, peternak dan pembudidaya ikan dan atau udang anggota kelompoktani dengan rekomendasi pemupukan berimbang spesifik lokasi.

Peraturan undang-undang tersebut khususnya pada UU No. 06/Permentan/SR.130/2/2011 pasal 1 ayat 18 dan 19 tentunya kelompok tani sudah dilibatkan sebagai pola penerimaan dalam penyaluran pupuk bersubsidi yang mana didasarkan atas luasan areal usahatani yang diusahakan petani. Oleh sebab itu, kelompok tani dalam hal ini juga harus mengetahui setiap peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah baik dalam pola penyaluran agar tercapainya prinsip 6 (enam) tepat dan pemberlakuan harga eceran tertinggi


(57)

(HET) agar tidak terjadi lonjak harga. Persentase pengetahuan anggota kelompok tani terhadap penyaluran pupuk bersubsidi berdasarkan Undang-undang tentang penyaluran pupuk bersubsidi disajikan pada Tabel 10 berikut:

Tabel 10. Pengetahuan Anggota Kelompok Tani Terhadap Penyaluran Pupuk Bersubsidi Berdasarkan Undang-Undang Tentang Penyaluran Pupuk Bersubsidi

No Keterangan Jumlah Persentase (%)

1 Mengetahui 10 33,3

2 Ragu-Ragu 6 20

3 Tidak Mengetahui 14 46,7

Total 30 100 %

sumber : analisis data primer, lampiran 8

Pada Tabel 10, dapat diketahui bahwa di desa Serba Jadi dalam pengetahuan anggota kelompok tani mengenai Undang-Undang penyaluran pupuk bersubsidi hanya 33,3 % yang mengetahui tentang Undang-Undang tersebut, dikarenakan sebagian petani memperoleh informasi tentang Undang - undang penyaluran pupuk bersubsidi dari sumber-sumber media cetak dan elektronik serta yang ikut dalam pertemuan-pertemuan maupun sosialisasi mengenai pembagian penyaluran pupuk subsidi. Ragu-ragu sebanyak 20 % dikarenakan petani memperoleh informasi mengenai penyaluran pupuk bersubsidi tersebut dari teman-teman di kelompok tani bahkan tidak pernah mengetahui langsung dari sumber-sumber yang terkait. Tidak mengetahui sebanyak 46,7 % dikarenakan petani tidak ikut sosialisasi dan pertemuan-pertemuan yang di lakukan di desa tersebut tentang pertanian. Hal ini mengakibatkan kurangnya niatnya anggota kelompok tani untuk turut serta dalam setiap pertemuan-pertemuan dan sosialisasi mengenai peraturan tentang undang-undang penyaluran pupuk bersubsidi tersebut.


(58)

5.1.2. Berdasarkan Harga Pupuk Bersubsidi

Subsidi pupuk sekarang ini diberikan pemerintah melalui subsidi harga gas kepada industri pupuk. Subsidi harga gas kepada industri pupuk tersebut merupakan upaya pemerintah untuk menjamin ketersediaan pupuk bagi petani dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah yaitu Harga Eceran Tertinggi (HET). Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 32/Permentan/SR.130/4/2010 tentang kebutuhan dan harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi yaitu :

- Pupuk Urea = Rp. 1.600; per kg;

- Pupuk SP-36 = Rp. 2.000; per kg;

- Pupuk ZA = Rp. 1.400; per kg;

- Pupuk NPK Phonska (15 : 15 : 15) = Rp. 2.300; per kg; - Pupuk NPK Pelangi (20 : 10 : 10) = Rp. 2.300; per kg; - Pupuk NPK Kujang (30 : 6 : 8) = Rp. 2.300; per kg;

- Pupuk Organik = Rp. 700; per kg.

Pada tahun 2012, Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi di kios pengecer resmi, di tingkat kecamatan/desa ditetapkan sebagai berikut:

- Pupuk Urea = Rp. 1.800; per kg;

- Pupuk SP-36 = Rp. 2.000; per kg;

- Pupuk ZA = Rp. 1.400; per kg;

- Pupuk NPK Phonska (15 : 15 : 15) = Rp. 2.300; per kg; - Pupuk NPK Pelangi (20 : 10 : 10) = Rp. 2.300; per kg; - Pupuk NPK Kujang (30 : 6 : 8) = Rp. 2.300; per kg; - Pupuk Organik = Rp. 800; per kg.


(59)

Catatan :

 HET tersebut berlaku untuk pembelian pupuk dalam kemasan karung 50 kg secara tunai di kios pupuk pengecer resmi di lini IV.

 Kemasan pupuk bersubsidi sebagaimana tertuang dalam Permentan Nomor 87/Permentan/SR.130/12/2011

Dari penjelasan mengenai harga eceran tertinggi (HET) pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 32/Permentan/SR.130/4/2010 dan Permentan Nomor 87/Permentan/SR.130/12/2011 yang menjelaskan tentang pemberlakuan pembelian pupuk dalam kemasan karung 50 kg secara tunai di kios pupuk pengecer resmi di lini IV (tingkat kecamatan/desa). Oleh sebab itu, kelompok tani dalam hal ini juga harus mengetahui seberapa besar harga pupuk subsidi yang sudah diberlakukan sesuai dengan HET. Persentase pengetahuan anggota kelompok tani terhadap penyaluran pupuk bersubsidi berdasarkan harga pupuk bersubsidi disajikan pada tabel 10 berikut:

Tabel 11. Pengetahuan Anggota Kelompok Tani Terhadap Penyaluran Pupuk Bersubsidi Berdasarkan Harga Pupuk Bersubsidi

No Keterangan Jumlah Persentase (%)

1 Mengetahui 9 30

2 Ragu-Ragu 7 23

3 Tidak Mengetahui 14 47

Total 30 100 %

sumber : analisis data primer, lampiran 9

Pada Tabel 11, dapat diketahui bahwa pengetahuan anngota kelompok tani tentang harga pupuk bersubsidi yang diberikan pemerintah, persentase anggota


(60)

kelompok tani yang mengetahui sebanyak 30% dikarenakan mereka mendapatkan informasi saat mengikuti pertemuan-pertemuan GAPOKTAN dan mengikuti sosialisasi dari pemerintah setempat mengenai harga eceran pupuk di daerah penelitian dan yang menjawab mengetahui ini adalah para ketua kelompok tani di desa tersebut, yang menjawab ragu-ragu sebesar 23 %, dikarenakan anggota kelompok tani tersebut memperoleh informasi dari teman-teman di satu kelompok tani saja bahkan ada juga yang mendapat informasi dari beberapa kios pengecer yang tidak resmi atau tidak terdaftar sebagai penyalur pupuk bersubsidi. Persentase yang tidak mengetahui sebesar 47 %, hal ini dikarenakan petani menganggap harga yang diberikan kios pengecer kepada mereka sudah sesuai. Anggota kelompok tani disini sudah memperkirakan biaya transport untuk mengambil pupuk tersebut ke distributor yang jaraknya lumayan cukup jauh sehingga mereka tidak mempermasalahkan harga eceran pupuk diatas HET yang ditetapkan pemerintah.

5.1.3. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi Dalam proses penyaluran pupuk bersubsidi ada beberapa lembaga yang terlibat. Adapun lembaga-lembaga yang terlibat dalam penyaluran pupuk bersubsidi adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Pemerintah Kabupaten (Bupati) atau Wali Kota, Balai Penyuluhan Pertanian, Camat, Kepala Desa, dan Gapoktan. Persentase pengetahuan anggota kelompok tani terhadap penyaluran pupuk bersubsidi berdasarkan pihak-pihak yang terlibat dalam penyaluran pupuk bersubsidi disajikan pada tabel 11berikut:


(61)

Tabel 12. Pengetahuan Anggota Kelompok Tani Terhadap Penyaluran Pupuk Bersubsidi Berdasarkan Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi

No Keterangan Jumlah Persentase (%)

1 Mengetahui 4 13

2 Ragu-Ragu 3 10

3 Tidak Mengetahui 23 77

Total 30 100 %

sumber : analisis data primer, lampiran 10

Pada Tabel 12, dapat diketahui bahwa di desa Serba Jadi persentase anggota kelompok tani yang mengetahui tentang siapa-siapa saja pihak yang terkait dalam penyaluran pupuk bersubsidi tersebut hanya sebanyak 4 orang atau sebesar 13 % saja, hal ini dikarenakan beberapa anggota kelompok tani saja yang pernah ikut pada pertemuan sosialisasi sistem penyaluran pupuk bersubsidi yang pernah dilaksanakan oleh pihak pemerintah. Sementara anggota kelompok tani yang tidak mengetahui lebih banyak lagi jumlahnya jika dibandingkan dengan yang menjawab ragu-ragu, bahkan bila dilihat dari tabel yang disajikan diatas untuk anggota yang tidak mengetahui sebesar 77 % dan yang menjawab ragu-ragu sebesar 10 %. Angka tersebut tentunya sangat berbeda jauh dengan yang mengetahui dan ragu-ragu. Ada pun alasan anggota kelompok tani menjawab tidak mengetahui dikarenakan kurang aktifnya mereka dalam setiap pertemuan yang dilakukan oleh ketua kelompok taninya dan pertemuan yang di fasilitasi oleh Petani Penyuluh Lapangan. Sehingga tidak diperolehnya informasi tentang para pihak yang terlibat dalam penyaluran pupuk bersubsidi.


(62)

5.1.4. Saluran Distribusi

Dalam pelaksanaan pengaturan distribusi pupuk dilakukan secara tertutup semenjak 1 januari 2009 sampai sekarang ini, pemerintah perlu mempertimbangkan agar Gapoktan maupun kelompok tani diberi kemudahan dan kepercayaan untuk bisa merencanakan kebutuhan pupuk, pendanaan dan penebusan langsung ke Lini II (Gudang) tingkat Kabupaten, sesuai dengan waktu dan kebutuhan Anggota Kelompok Tani. Karena Gapoktan dan Kelompok Tani sudah menyiapkan dana untuk pengadaan pupuk bersubsidi secara cash dan swadaya.

Upaya mencapai tingkat produktivitas yang diinginkan melalui penerapan pupuk berimbang spesifik lokasi, pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi harus tepat sasaran baik dari segi jenis, jumlah, waktu, kualitas, tempat dan harga sesuai alokasi kebutuhan dan HET yang telah ditetapkan. Alokasi pupuk bersubsidi dihitung sesuai dengan anjuran pemupukan berimbang spesifik lokasi dengan mempertimbangkan usulan kebutuhan yang diajukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi serta alokasi anggaran subsidi pupuk yang disediakan oleh Pemerintah. Selanjutnya penyaluran pupuk bersubsidi di penyalur Lini IV ke petani atau kelompok tani dilakukan berdasarkan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) di desa Serba Jadi sesuai dengan wilayah tanggung jawabnya serta mempertimbangkan jumlah pupuk bersubsidi yang telah ditetapkandalam Peraturan Menteri Pertanian.

Berdasarkan uraian diatas, kelompok tani dalam hal ini juga harus mengetahui saluran distribusi pupuk bersubsidi yang sudah diberlakukan sesuai dengan


(63)

peraturan yang sudah di atur dalam SK Menperindag No.70/MPP/Kep/2/2003. Persentase pengetahuan anggota kelompok tani terhadap penyaluran pupuk bersubsidi berdasarkan saluran distribusi pupuk bersubsidi disajikan pada tabel 12 berikut:

Tabel 13. Pengetahuan Anggota Kelompok Tani Terhadap Penyaluran Pupuk Bersubsidi Berdasarkan Saluran Distribusi Pupuk Bersubsidi

No Keterangan Jumlah Persentase (%)

1 Mengetahui 3 10

2 Ragu-Ragu 2 6,7

3 Tidak Mengetahui 25 83,3

Total 30 100 %

sumber : analisis data primer, lampiran 11

Pada Tabel 13, dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan anggota kelompok tani terhadap penyaluran pupuk bersubsidi berdasarkan saluran distribusi besaran persentase yang mengetahui dan ragu-ragu sebesar 16,7 % sedangkan yang tidak mengetahui sebesar 83,3 %. Hal ini dapat dijelaskan karena anggota kelompok tani yang mengetahui dan ragu-ragu mengatakan bahwa mereka memperoleh informasi dari Penyuluh Petani Lapangan (PPL) yang mana saluran distribusi pupuk yang berlaku saat ini adalah sistem tertutup. Sedangkan yang menjawab tidak mengetahui jumlahnya sangat besar bahkan hampir mencapai seratus persen, yang mana mereka menganggap bahwa informasi mengenai saluran distribusi tersebut tidak begitu penting untuk diketahui. Bagi mereka yang terpenting adalah pupuk bersubsidi tersebut bisa cepat sampai ditangan mereka bahkan mereka hanya berharap agar tidak terjadi langka pasok dan lonjak harga pada penyaluran pupuk bersubsidi tersebut.


(64)

5.1.5. Tempat Dan Cara

Di dalam penyaluran pupuk subsidi dimana pupuk bersubsidi itu diberikan kepada petani telah ditunjukkan oleh Bupati/Walikota dimana lokasi tempat pupuk subsidi tersebut atas rekomendasi dinas pertanian stempat dan tempat yang diberikan disetiap daerah Kabupaten atau Kecamatan diberikan masing-masing tempat pedagang pengecer resmi dimana petani bisa membeli pupuk tidak jauh dari lahan mereka berada dan petani tidak jauh-jauh membeli pupuk yang dibutuhkan mereka. Agar petani bisa mendapatkan pupuk subsidi tersebut petani harus tercatat dalam RDKK (Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok) karena jika petani tidak ikut dalam RDKK tersebut maka petani tidak akan mendapatkan pupuk tersebut.

Tabel 14. Pengetahuan Anggota Kelompok Tani Terhadap Penyaluran Pupuk Bersubsidi Berdasarkan Tempat dan Cara Penyaluran Pupuk Bersubsidi

No Keterangan Jumlah Persentase (%)

1 Mengetahui 15 50

2 Ragu-Ragu 10 33,3

3 Tidak Mengetahui 5 16,7

Total 30 100 %

sumber : analisis data primer, lampiran 12

Pada Tabel 13, dapat diketahui besaran persentase yang mengetahui dan ragu-ragu sebesar 83,3 %. Sebanyak 50 % anggota kelompok tani mengetahui bagaimana tempat dan cara dikarenakan penyuluh pertanian yang memberikan arahan kepada petani yang akan mengambil pupuk subsidi tersebut dan bagaimana


(1)

ada masalah

c. Anggota Kelompok Tani Tidak pernah melakukan diskusi

1

5 INFORMASI 5 a. Anggota Kelompok Tani mendapatkan informasi tentang pupuk subsidi b. Anggota Kelompok Tani

jarang mendapatkan informasi tentang pupuk subsidi

c. Anggota Kelompok Tani tidak pernah mendapatkan informasi tentang pupuk subsidi

3

2

1

6 PARTISIPASI KELOMPOK TANI DALAM MENGIKUTI PERTEMUAN

DENGAN DIPERINDANG

6 a. Sering b. Jarang c. Tidak pernah

3 2 1

7 PELAKSANAAN PROGRAM

PENYALURAN PUPUK SUBSIDI

7 a. Anggota Kelompok Tani mengikuti pelaksanaan program penyaluran pupuk subsidi

b. Anggota Kelompok Tani jarang mengikuti

pelaksanaan program penyaluran pupuk subsidi c. Anggota Kelompok Tani

tidak pernah mengikuti pelaksanaan program penyaluran pupuk subsidi

3

2


(2)

Lampiran 15. Skor Responden Dalam Hal Peranan Kelompok Tani No

Responden

1 2 3 4 5 6 7 Total

Skor

1 2 3 3 2 2 2 2 16

2 2 3 2 1 1 2 2 13

3 2 3 2 2 2 1 2 14

4 2 2 2 3 2 2 3 16

5 2 3 2 2 2 2 1 14

6 1 2 2 2 1 2 2 12

7 2 3 1 2 2 2 3 15

8 2 1 1 2 3 1 2 12

9 1 2 1 2 3 1 1 11

10 2 3 1 2 2 1 2 13 11 2 3 2 2 2 2 2 15 12 2 3 1 2 3 1 2 13 13 2 3 2 2 3 2 2 16 14 2 3 3 2 1 1 2 14 15 1 3 1 1 2 1 1 10 16 1 3 2 1 1 1 2 10 17 2 3 1 2 1 1 1 11 18 1 2 2 1 1 2 1 9 19 2 2 1 1 2 2 2 12 20 2 1 2 2 2 1 1 11 21 3 3 2 2 1 2 1 14 22 3 3 3 2 2 1 1 15 23 3 2 2 3 1 1 1 13 24 2 3 3 2 2 1 1 14 25 3 2 2 2 1 1 1 12 26 2 3 3 2 2 1 1 14 27 2 2 3 3 3 1 1 15 28 3 2 3 2 1 1 1 13 29 3 3 3 2 2 2 2 16 30 2 3 3 2 1 1 1 13

Total 61 77 61 58 54 41 46 398

Rata-Rata 2.0 2.5 2.0 1.9 1.8 1.3 1.5 13,2

Keterangan : 1. Pertemuan


(3)

4. Diskusi 5. Informasi

6. Partisipasi Kelompok Tani Dalam Mengikuti Dengan Disperindang 7. Pelaksanaan Program Penyaluran Pupuk Subsidi

Lampiran 16. Jumlah Responden menjawab Peranan Kelompok Tani dalam melakukan pertemuan

No Jumlah (orang) Persentase (%)

A 6 20

B 19 63

C 5 17

Total 30 100

Keterangan:

d. Kelompok tani melakukan pertemuan rutin dan sesuai kebutuhan e. Kelompok tani melakukan pertemuan jika ada masalah

f. Tidak melakukan pertemuan

Lampiran 17. Jumlah Responden menjawab Peranan Kelompok Tani dalam melakukan kunjungan Disperindang

No Jumlah (orang) Persentase (%)

A 19 63

B 9 30

C 2 7

Total 30 100

Keterangan:

d. Kelompok tani melakukan kunjungan Disperindag untuk memperoleh pupuk bersubsidi

e. Kelompok tani jarang mengikuti kunjungan Disperindag untuk memperoleh pupuk bersubsidi

f. Kelompok tani tidak melakukan kunjungan

Lampiran 18. Jumlah Responden menjawab Peranan Kelompok Tani dalam pengetahuan tentang Pupuk Subsidi

No Jumlah (orang) Persentase (%)

A 9 30

B 13 43

C 8 27

Total 30 100

Keterangan:

d. Kelompok tani mengetahui tentang pupuk bersubsidi

e. Kelompok tani kurang mengetahui tentang pupuk bersubsidi f. Kelompok tani tidak mengetahui tentang pupuk bersubsidi


(4)

Lampiran 19 . Jumlah Responden menjawab Peranan Kelompok Tani dalam hal Diskusi

No Jumlah (orang) Persentase (%)

A 3 10

B 21 70

C 5 20

Total 30 100

Keterangan:

d. Kelompok tani melakukan diskusi secara rutin e. Melakukan diskusi jika ada masalah

f. Tidak pernah melakukan diskusi

Lampiran 20. Jumlah Responden menjawab Peranan Kelompok Tani dalam hal Informasi

No Jumlah (orang) Persentase (%)

A 5 17

B 6 20

C 19 63

Total 30 100

Keterangan:

d. Kelompok tani mendapatkan informasi tentang pupuk subsidi e. Kelompok tani jarang mendapatkan informasi tentang pupuk subsidi f. Kelompok tani tidak pernah mendapatkan informasi tentang pupuk subsidi

Lampiran 21. Jumlah Responden menjawab Peranan Kelompok Tani dalam hal Partisipasi Kelompok Tani dalam mengikuti pertemuan dengan Disperindang

No Jumlah (orang) Persentase (%)

A 0 0

B 11 37

C 19 63

Total 30 100

Keterangan: d. > 3 kali e. 2 kali f. 1 kali


(5)

Lampiran 22. Jumlah Responden menjawab Peranan Kelompok Tani dalam hal Pelaksanaan Program Penyaluran Pupuk Subsidi

No Jumlah (orang) Persentase (%)

A 2 7

B 12 40

C 16 53

Total 30 100

Keterangan:

d. Kelompok tani mengikuti pelaksanaan program penyaluran pupuk subsidi e. Kelompok tani jarang mengikuti pelaksanaan program penyaluran pupuk

subsidi

f. Tidak pernah mengikuti pelaksanaan program penyaluran pupuk subsidi

lampiran 23. Masalah-masalah yang di Hadapi dan Upaya mengatasinya No

Segi

Permasalahan Permasalahan

Upaya Mengatasi Ma

Segi Harga

Segi

Jumlah Segi Jenis Segi Mutu

Seg jeni

1 Harga

Harga pupuk lebih tinggi dari

daerah lain

Petani tetap membeli

pupuk tersebut walaupun harga nya

tinggi

2 Jumlah Terbatas

Menunggu datangnya pupuk yang dibutuhkan/ membeli di kios yang

lain

3 Jenis Terbatas

Mengganti pupuk yang di butuhkan

dengan pupuk organik

4 Mutu Kurang bagus

Tetap menggunakan

pupuk tersebut


(6)

5 Waktu

Tidak ada keterlambatan

dalam penyaluran pupuk subsidi

T h d

6 Tempat

Tidak ada masalah dari

segi tempat