Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel
36 Selain dari tingkah dan lakuannya, watak penakut Julia juga dimunculkan
oleh pengarang melalui pikiran-pikiran Julia. Pada kutipan berikut ini, misalnya, Julia mulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang buruk. Hal ini mencerminkan
bahwa Julia adalah seorang pribadi yang penakut. Julia gemetar. Apa yang dikatakan orang itu? Kedengarannya seperti
berkumur saja. Jangan-jangan orang ini adalah perampok Siswati, 2014: 7
Kutipan di atas menunjukkan bahwa pikiran-pikiran Julia selalu didasari oleh wataknya yang penakut. Bahkan hanya menerka orang di depannya saja, Julia sempat
berpikir jika orang tersebut bisa jadi adalah perampok. Pengarang, dalam hal ini Yosvita Siswati, berhasil menampilkan tokoh Julia sebagai sosok anak kecil dengan
segala ketakutannya. Watak penakut Julia ini digambarkan oleh Yosvita Siswati mulai dari awal
novel
Misteri Kampung Hitam
ini hingga akhir novel. Watak penakut Julia digambarkan melalui ketakutannya ketika tak sengaja bertatapan dengan Si Tamu
Misterius yang datang ke rumahnya. Hal tersebut persis dijelaskan pada kutipan berikut.
SET Tiba-tiba orang itu menoleh Mata di bawah rambut oranye itu menatap tajam tepat ke kedua mata Julia. Mata itu membuat jantung
Julia kembali berdegup kencang. Julia terhuyung mundur. Buru-buru Julia menutup semua jendela, menurunkan semua tirai, dan mengunci pintu
depan rapat-rapat.
Siswati, 2014: 8
37 Pada novel ini, tokoh Julia memang mempunyai sifat penakut yang besar. Hal
ini dikarenakan tokoh Julia memang hanya tokoh anak-anak saja. Sehingga pikiran dan logika anak-anak lah yang ditampilkan pada tokoh Julia ini. Misalnya saja ketika
tokoh Julia ketakutan terhadap rumahnya yang merupakan rumah peninggalan Belanda pada kutipan berikut.
Rumah ini, kan, rumah sejak zaman Belanda… Bukan mustahil kalau ada….. Julia menggelengkan kepalanya, berusaha mencegah pikiran-
pikiran seram masuk ke kepalanya. Siswati, 2014: 10
Pikiran-pikiran tentang rumahnya tersebut membuat Julia bisa ketakutan sendiri.
Ketakutan ini ditunjukkan dengan penggunaan kata “seram” oleh pengarang untuk menegaskan bahwa tokoh Julia sedang ketakutan oleh pikiran-pikiran
mengenai rumahnya. Namun seperti anak-anak pada umumnya, tokoh Julia tidak hanya tinggal
diam ketika ketakutan. Ia berusaha memberanikan diri dan melawan katakutan yang ia alami. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
Tangan Julia meraih sapu ijuk di sudut ruangan. “Kalau itu orang jahat, aku bisa melawannya dengan gagang sapu”
Sambil menggenggam gagang sapu di tangan kirinya, Julia memutar kunci pintu belakang dengan tangan kanannya. Hati-hati ia melangkah di
atas jalan setapak ke arah gudang. Dadanya berdebar. Napasnya terengah menahan ketegangan. Matanya mengawasi pintu gudang tanpa berkedip.
Giginya dikeratkan untuk melawan ngeri. Tiba- tiba….
Sebuah tangan mencengkeram bahu Julia dengan kencang Julia menjerit
Siswati, 2014: 12