Tujuan penulisan Batasan Masalah Sejarah Shakuhachi di Jepang

10 di Jepang dewasa ini suatu jalinan rumit yang mempesonakan yang tidak terlihat di negara-negara Barat. Di Jepang dewasa ini, orang-orang Jepang dapat menikmati segala jenis musik. Dari musik tradisional Jepang, musik klasik barat, musik pop, musik rakyat, musik jazz, dan rock. Musik di Jepang merupakan sebuah proses yang berlangsung terus–menerus dengan menerima berbagai gaya musik asing yang telah dicerna atau dibentuk kembali sesuai dengan dengan selera orang-orang Jepang. Contoh-contoh dari proses ini menghasikan sejarah alat musik yang telah dianggap sebaghai alat musik tradisional Jepang. Diantaranya adalah koto alat musik mirip Harpa, berdawai 13, shamisen alat musik mirip Harpa, berdawai 30, dan shakuhachi seruling bambu. Shakuhachi seruling bambu memiliki sejarah yang cukup panjang di Jepang. Shakuhachi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap musik Jepang dan seni pertunjukannya. Shakuhachi memiliki beberapa Jenis-jenis bentuk yang mempunyai makna tersendiri. Di Jepang sekarang ini shakuhachi juga mengalami perkembangan yang cukup diakui. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk membahas tentang teknik pembuatan dan permainan shakuhachi dan menjadikannya sebagai judul kertas karya ini.

1.2 Tujuan penulisan

Universitas Sumatera Utara 11 Adapun tujuan penulis memilih judul Kertas Karya ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sejarah shakuhachi 2. Untuk mengetahui jenis-jenis shakuhachi 3. Untuk mengetahui perkembangam shakuhachi di Jepang 4. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang shakuhachi

1.3 Batasan Masalah

Penulis hanya akan memfokuskan pembahasan dalam Kertas Karya ini pada teknik pembuatan dan permainan alat musik shakuhachi. Untuk mendukung pembahasan ini penulis akan mengemukan juga jenis-jenis, dan fungsi dari alat musik shakuhachi.

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode kepustakaan library research, yakni dengan cara mengumpulkan data atau informasi dengan membaca buku yang ada yakni berupa buku sebagai referensi yang berkaitan dengan pokok permasalah yang dibahas kemudian dirangkum dan dideskripsikan ke dalam kertas karya ini. Selain itu, penulis juga memanfaatkan informasi teknologi internet sebagai referensi tambahan agar data yang didapatkan menjadi lebih akurat dan lebih jelas. Universitas Sumatera Utara 12

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG ALAT MUSIK SHAKUHACHI DI

JEPANG

2.1 Sejarah Shakuhachi di Jepang

Musik dikenal masyarakat Jepang pada abad ke-7, dan pada masa itu sangat antusias mempelajari musik dari benua Asia. Musik tradisional Jepang juga sering didengar dan di mainkan oleh para samurai dengan tujuan memperkaya hidup dan pemahaman mereka. Musik tradisional sejak dahulu juga sudah dikenal sebagai pendamping seni teater di Jepang. Alat musik shakuhachi pada awalnya diperkenalkan dari Cina ke Jepang pada abad ke-8 dan mengalami perkembangan di awal Priode Edo. Shakuhachi secara tradisional terbuat dari bambu, tapi versi sekarang ada di juga yang terbuat dari ABS dan kayu keras. Shakuhachi digunakan oleh para biarawan dari sekolah Fuke dari Zen Buddhisme dalam praktek suizen meditasi meniup . Dalam seni pertunjukan atau teater Jepang biasanya didampingi dengan musik-musik yang berasal dari alat-alat musik tradisional Jepang. Contohnya, alat musik koto alat musik mirip Harpa, berdawai 13, shamisen alat musik mirip Harpa, berdawai 3, dan shakuhachi seruling bambu. Alat-alat musik tradisional ini sangat populer pada zaman Nara dan Heian. Namun, memasuki zaman Edo alat musik shakuhachi menjadi lebih sangat populer di kalangan masyarakat Jepang. Universitas Sumatera Utara 13 Shakuhachi dibuat dari bambu, di bagian dekat akar, dengan diameter 3.5cm – 4.0cm. Ada 5 lubang, 4 di bagian depan dan 1 di bagian belakang. Sisi dalam shakuhachi digosok sampai halus, bahkan belakangan ini bagian dalamnya diolesi shu-urushi bahan pewarna alam berwarna merah atau kuro-urushi bahan pewarna alam yang berwarna hitam, agar menghasilkan suara yang halus dan indah. sebelumnya, bagian mulut shakuhachi dipotong menyerong, tetapi sekarang pada bagian mulut dipasangi tanduk rusa atau kerbau supaya lebih kokoh. Shakuhachi merupakan seruling yang dapat menghasilkan warna suara yang bervariasi dan nada suara yang paling sensitif di antara seruling tradisional Jepang, baik seruling tiup samping horizontal maupun seruling tiup depan vertikal. Disebabkan ciri khas itu shakuhachi mempunyai posisi tersendiri di dalam alat musik tradisional Jepang Dinamakan shakuhachi yang berarti 1,8 shaku, mengacu pada ukurannya. Ini adalah bentukan dari dua kata, Shaku berarti shaku, sebuah hitungan kuno untuk lebar 30,3 sentimeter dan dibagi dalam sepuluh sub unit. Hachi berarti delapan, di sini delapan matahari. Jadi, “Shaku-hachi” berarti “satu Shaku delapan matahari”, panjang standar sebuah shakuhachi sekitar 55 cm. Shakuhachi lain panjangnya bervariasi dari sekitar 1,3 sampai 3,3 shaku. Meskipun ukuran berbeda, semua masih disebut secara umum sebagai shakuhachi. Model shakuhachi seruling Jepang yang dikenal masyarakat saat ini disebut fukeshakuhachi , berasal dari zaman pertengahan era Kamakura. Pada zaman tersebut seorang biksu Zen bernama Kakushin, belajar di negeri Cina dan mempelajari lagu shakuhachi untuk menyampaikan ajaran Fuke, guru agama Budha aliran Zen. Kakushin mempelajarinya dari seorang guru Cina yang Universitas Sumatera Utara 14 bernama Chosin, dan membawa pulang lagu dan alat musiknya ke Jepang. Sejak itu shakuhachi digunakan sebagai alat penyebaran agama oleh biksu-biksu aliran Hottoha Rinzaisu, salah satu bagian dari aliran Zen. Dari sejarah ini juga bisa diketahui bahwa semua lagu klasik Shakuhachi yang disebut shakuhachi koten honkyaku lagu klasik khusus Shakuhachi memuat ajaran agama Budha Zen. Ukuran panjang fuke-shakuhachi adalah kurang-lebih 54 cm atau dalam satuan ukuran tradisional Jepang yaitu 1 shaku 8 Sun. Namun akhir-akhir ini ukuran panjang shakuhachi bervariasi dan nada dasar ditentukan berdasarkan ukuran panjang tersebut. Shakuhachi alat musik tiup dari Jepang yang terbuat dari bambu tapi saat ini banyak ada yang dibuat dari ABS dan kayu. Shakuhachi sering digunakan oleh para biksu Budha sekte Zen dalam kegiatan “Suizen” yaitu kegiatan meditasi dengan meniup. Sebenarnya alat musik seperti suling berasal dari China dan diperkenalkan di Jepang pada abad ke 6 pada masa kebangkitan periode Edo. Awalnya alat musik tiup ini dibuat dari bambu, namun seiring perkembangan shakuhachi dibuat dari kayu dan termoplastik mirip seperti melamin.

2.2 Jenis-jenis Shakuhchi