Studi Deskriptif Teknik Permainan Musik Komunitas Beatbox Gendang Mulut Di Medan
1
STUDI DESKRIPTIF TEKNIK PERMAINAN MUSIK
KOMUNITAS
BEATBOX
GENDANG MULUT DI MEDAN
SKRIPSI SARJANA O
L E H
YOSENI L. V. TURNIP NIM:
100707067
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
(2)
2
STUDI DESKRIPTIF TEKNIK PERMAINAN MUSIK
KOMUNITAS
BEATBOX
GENDANG MULUT DI MEDAN
OLEH:
YOSENI L. V. TURNIP
NIM: 100707067
Pembimbing I,
Drs. Setia Dermawan
Purba, M.Si.
NIP 195608281986012001
Pembimbing II,
Drs. Fadlin, M.A.
NIP 196102201989031003
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni
dalam bidang disiplin Etnomusikologi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN
(3)
3
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul, “Studi Deskriptif Teknik Permainan Musik
Komunitas Beatbox Gendang Mulut di Medan.” Gendang Mulut adalah sebuah
komunitas seni musik Beatbox di Medan yang bertujuan untuk memperkenalkan Beatbox kepada masyarakat Medan khususnya bagi anak muda. Beatbox sendiri merupakan seni musik yang memfokuskan diri dalam menghasilkan bunyi-bunyian melalui alat-alat ucap manusia seperti mulut, lidah, bibir, dan rongga-rongga ucap lainnya.
Seni musik Beatbox yang hanya menggunakan alat-alat ucap dalam menghasilkan suara musik menjadi salah satu keunikan yang membedakannya dengan musik lainnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mana dengan melakukan observasi langsung pada objek yang diteliti. Teknik yang digunakan adalah teknik wawancara.
Melalui penelitian ini dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya dengan ruang lingkup yang luas.
(4)
4
KATA PENGANTAR
Shaloom, segala hormat dan puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih karunia dan penyertaanNya yang tiada hentinya menemani penulis dalam perjalanan menyelesaikan skripsi ini. Segala keluh kesah dan lika-liku yang pernah penulis alami selalu dikuatkan dan dibangkitkanNya kembali melalui kemurahanNya, sehingga semangat itu selalu ada di dalam hati penulis.
Skripsi ini berjudul “Struktur Musik Komunitas Beatbox Gendang Mulut di Medan”. Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Sripsi ini penulis persembahkan kepada dua orang yang paling penulis cintai dan kasihi di dunia ini, yaitu orang tua penulis. Doa-doanya selalu menemani langkah penulis dimana pun penulis berada. Tanpa doa dan dukungan mereka penulis bukanlah apa-apa. Mereka adalah orang yang paling setia yang selalu menerima bagaimana pun keadaan penulis. Kejenuhan dan patah semangat yang sempat penulis rasakan selalu dihibur dan didukung kembali oleh cinta dan kasih sayang mereka. Terima kasih banyak Pak, Ma, atas cinta kalian yang tak pernah berakhir untukku, ayahanda Paulus Loiden Turnip dan ibunda Rismauli Br. Aritonang. Kalianlah alasan mengapa aku tetap semangat dalam menjalani hidup ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan rasa terima kasih yang begitu banyak kepada kakanda penulis yang paling penulis banggakan selalu yaitu Edwin Juanda Turnip. Selain doa tulusnya, berbagai bantuan materi dan non-materi selalu ada
(5)
5 untuk penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dan perkuliahan
penulis dengan baik. Terima Kasih banyak, Bang. Kepada kakanda pertama penulis, Wando Rudi Turnip beserta kakak ipar Rame Juwita Siahaan, adinda Marini Agnes Srikandi Turnip beserta abang ipar Pinondang Sitompul, beserta keponakan-keponakan penulis, penulis juga mengucapkan terima kasih banyak atas doa dan dukungan kalian. Penulis percaya doa-doa kalian juga turut menyertai dan menemani perjalanan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyayangi kalian.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada yang terhormat Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU. Juga segenap jajaran di Dekanat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Kepada yang terhormat Bapak Drs. M. Takari, M.Hum., Ph.D. sebagai Ketua Departemen Etnomusikologi.
(6)
6
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Pokok Permmasalahan... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 9
1.4 Konsep dan Teori ... 9
1.4.1 Konsep ... 9
1.4.2 Teori ... 12
1.5 Metode Penelitian ... 14
1.5.1 Studi Kepustakaan ... 15
1.5.2 Penelitian Lapangan ... 16
1.5.2.1 Wawancara ... 16
1.5.2.2 Perekaman... 17
1.5.2.3 Penelusuran Data Online ... 17
1.5.3 Kerja Laboratorium ... 18
1.6 Lokasi Penelitia ... 18
BAB II : SEJARAH, PERKEMBANGAN DAN
GAMBARAN UMUM TENTANG
BEATBOX
19
2.1 Sejarah Beatbox... 192.2 Perkembangan Beatbox di Indonesia ... 20
2.3 Perkembangan Beatbox di Medan ... 23
2.4 Teknik Peniruan dan Penciptaan Musik dalam Beatbox ... 25
(7)
7
2.4.1.1 Hi-Hat ... 25
2.4.1.2 Bass Drum ... 26
2.4.1.3 K-Snare (Snare Drum)... 26
2.4.1.4 Pf Snare ... 27
2.4.1.5 Rimshoot ... 28
2.4.1.6 Bongo Drum ... 28
2..4.2 Teknik Peniruan Warna atau Efek Suara ... 28
2.4.2.1 Scratch ... 28
2.4.2.2 Woob-Woob Bass ... 29
2.4.2.3 Deep Throat ... 29
2.4.2.4 Inward Zipper ... 30
2.4.2.5 Frogsound ... 30
2..4.2.6 Nassal Growl Bass ... 30
2.4.2.7 Click ... 31
2.4.2.8 Click Roll ... 31
2.4.2.9 Loud Click ... 31
2.4.2.10 Trumpet Voice ... 31
2.4.2.11 Synthizer Voice ... 32
2.4.2.12 Water Drop ... 32
2.4.2.13 Techno Alarm ... 33
2.4.3 Teknik Vocal Humming ... 33
2.4.3.1 Beberapa Teknik Dalam Humming ... 34
BAB III : TEKNIK PERMAINAN MUSIK KOMUNITAS BEATBOX GENDANG MULUT DI MEDAN
...36
3.1 Sejarah Terbentuknya Gendang Mulut ... 36
(8)
8
3.3 Penyajian Musik Komunitas Beatbox Gendang Mulut .... 39
3.3.1 Konsep Kegiatan Latihan Gendang Mulut ... 39
3.4 Teknik Permainan Beatbox Oleh Gendang Mulut ... 41
3.4.1 Teknik Beatbox yang Digunakan ... 41
3.4.2 Jenis Lagu yang Digunakan ... 46
3.4.3 Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan Komunitas Gendang Mulut ... 47
3.5 Hambatan-Hambatan yang Dihadapi ... 48
3.6 Prestasi yang Dicapai ... 50
BAB IV : TRANSKRIPSI RITMIS ... 55
4.1 Transkripsi Ritmis ... 55
BAB V : PENUTUPAN ... 64
5.1 Kesimpulan ... 64
(9)
3
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul, “Studi Deskriptif Teknik Permainan Musik
Komunitas Beatbox Gendang Mulut di Medan.” Gendang Mulut adalah sebuah
komunitas seni musik Beatbox di Medan yang bertujuan untuk memperkenalkan Beatbox kepada masyarakat Medan khususnya bagi anak muda. Beatbox sendiri merupakan seni musik yang memfokuskan diri dalam menghasilkan bunyi-bunyian melalui alat-alat ucap manusia seperti mulut, lidah, bibir, dan rongga-rongga ucap lainnya.
Seni musik Beatbox yang hanya menggunakan alat-alat ucap dalam menghasilkan suara musik menjadi salah satu keunikan yang membedakannya dengan musik lainnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mana dengan melakukan observasi langsung pada objek yang diteliti. Teknik yang digunakan adalah teknik wawancara.
Melalui penelitian ini dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya dengan ruang lingkup yang luas.
(10)
9 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, dunia musik telah banyak berkembang dan lebih beragam seiring berkembangnya pola pikir manusia. Di Indonesia, musik pada awalnya merupakan bentuk kesenian yang bersifat tradisi yang erat kaitannya dengan perkembangan sejarah dan budaya. Namun seiring masuknya media eletronik ke Indonesia, masuk pula berbagai jenis musik barat, seperti Pop, Jazz, Blues, Rock, R&B, Reggae, Country, Underground, Punk, Funk, Jazz, Rap, HipHop, K-pop, dan sebagainya. Hal itu pulalah yang menjadi alasan utama lahirnya berbagai komunitas musik di Indonesia. Di kota Medan sendiri terdapat banyak komunitas musik. Contohnya komunitas Rapper “PLAT BK”, komunitas musik Blues “Medan Blues Society”, komunitas musik Underground “Berontak Zine”, komunitas Beatbox Medan “Gendang Mulut”, “Hands Up”, “Mouth Percussion”, dan masih banyak lagi.
Imitasi suara terutama pada alat musik sudah ada sejak dahulu kala.
Beatbox sendiri mulai berkembang di awal tahun 1980-an seiring dengan musik
HipHop, yang pada awalnya tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Afro-Amerika1
1
Afro-Amerika adalah kelompok etnis keturunan Afrika yang hidup dan tinggal di Amerika, disebut juga Negro (id.m.wikipedia.org/wiki/Afrika-Amerika#_)
dan juga Latin Amerika. Hal ini berawal dari keterbatasan mereka dalam membeli peralatan musik kala itu, dan akhirnya mereka
(11)
10 menirukannya dengan menggunakan mulut. Dimana pemainnya menggunakan tubuh mereka (misalnya dengan bertepuk tangan atau menghentak) sebagai instrumen perkusi dan menghasilkan suara dengan mulut mereka dengan bernafas keras masuk dan keluar, sebagaimana teknik yang digunakan dalam
beatboxing saat ini. Seni-seni vokal perkusi seperti musik Bol di India dan Kouji
di China turut menjadi landasan dalam beatboxing, meskipun tidak ada hubungan langsung dengan HipHop. Di Indonesia sendiri terdapat tari Kecak yang musik latarnya merupakan paduan dari bunyi-bunyi dari kosakata tertentu.
Beatbox merupakan salah satu bentuk seni yang memfokuskan diri dalam
menghasilkan bunyi-bunyi ritmis dan ketukan drum, instrumen musik, maupun tiruan dari bunyi-bunyian lainnya, melalui alat-alat ucap manusia seperti mulut, lidah, bibir, dan rongga-rongga ucap lainnya. Pemain beatbox atau lebih dikenal dengan beatboxer, mampu mendemonstrasikan segala bentuk bunyi-bunyian dengan handal. Beatbox selalu dikaitkan dengan musik HipHop, namun pada prakteknya beatbox juga diterapkan untuk genre musik lainya seperti Rock, Pop, RnB, dan sebagainya. Imitasi suara ini sudah dikenal mayarakat dunia sejak dahulu kala. Perkembangan beatbox di Indonesia sudah tersebar luas, di Indonesia sudah banyak komunitas-komunitas beatbox seperti Indobeatbox, Jakarta Beatbox Clan, Bekasi Beatbox Clan, Bogor Beatbox Clan, Bandung
Beatbox Family, dan sekarang juga ada sekolah khusus beatbox di Indonesia
seperti Gazzell Beatbox School .
Kata “beat box” secara harfiah mengacu pada mesin drum generasi pertama, oleh sebab itu para beatboxer pada era tersebut sering dijuluki sebagai
(12)
11
“Human Beat Box”. Musisi yang menjadi pelopor diantaranya Doug E. Fresh,
Darren “Buffy” Robinson dari grup The Fatboys, dan Leonardo “Wise” Roman dari “Stetsasonic”. Masing-masing musisi mempelopori ciri khas dan gaya yang berbeda-beda dan menginspirasi generasi beatboxer berikutnya. Selain menghasilkan suara ketukan dan ritme, pada era ini musisi Biz Markie juga memperkenalkan teknik MCing dan menyanyi yang digabungkan dengan suara perkusi 2
2
(id.wikipedia.org/wiki/Beatbox)
. Teknik mengeluarkan bunyi dari mulut memang terbilang tidak mudah. Beatbox mengategorikan pelajarannya dalam tiga jenis, yaitu suara dasar, efek, dan humming. Suara dasar dikenal dengan bunyi B, T, dan K. B mewakili ketukan drum, T mewakili suara hi hat (seperti suara simbal), dan K mewakili suara snare drum--drum yang dilengkapi tali senar. Sementara itu, efek memiliki jenis yang bervariasi seperti techno beat, alarm, suara robot, dan lainnya. Terakhir, humming, merupakan rangkaian irama yang dibuat dengan mulut tertutup.
Etnomusikologi sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan, dengan terang-terangan dinobatkan oleh para ilmuwannya berada dalam dua kelompok disiplin, yaitu ilmu humaniora dan ilmu sosial sekali gus. Etnomusikologi memberikan kontribusi keunikannya dalam hubungannya bersama aspek-aspek ilmu pengetahuan sosial dan aspek-aspek ilmu humaniora, dalam caranya untuk melengkapi satu dengan lainnya, mengisi penuh kedua pengetahuan itu. Keduanya akan dianggap sebagai hasil akhir darinya sendiri; keduanya dipertemukan menjadi pengetahuan yang lebih luas (Merriam, 1964).
(13)
12 Disiplin etnomusikologi biasanya secara tentatif paling tidak menjangkau lapangan-lapangan studi lain sebagai suatu sumber stimulasi (stimulus) baik terhadap etnomusikologi itu sendiri maupun disiplin saudaranya. Ada beberapa cara yang dapat dijadikan nilai pemecahan terhadap masalah-masalah ini. Studi teknis dapat memberitahukan kita banyak tentang sejarah kebudayaan. Fungsi dan penggunaan musik adalah sebagai suatu yang penting dari berbagai aspek lainnya pada kebudayaan, untuk mengetahui kerja suatu masyarakat. Musik mempunyai interelasi dengan berbagai tumpuan budaya; ia dapat membentuk, menguatkan, saluran sosial, politik, ekonomi, linguistik, religi, dan beberapa jenis perilaku lainnya. Teks nyanyian melahirkan beberapa pemikiran tentang suatu masyarakat, dan musik secara luas dipergunakan sebagaimana analisis makna terhadap prinsip struktur sosial. Etnomusikolog seharusnya tidak bisa menghindarkan diri dengan masalah-masalah simbolisme (perlambangan) di dalam musik, pertanyaan tentang hubungan antara berbagai seni, dan semua kesulitan pengetahuan apa itu estetika dan bagaimana strukturnya. Ringkasnya, masalah-masalah etnomusikologi bukan hanya terbatas kepada teknik semata--tetapi juga tentang perilaku manusia. Etnomusikologi juga tidak sebagai sebuah disiplin yang terisolasi, yang memusatkan perhatiannya kepada masalah-masalah esoterisnya saja, yang tidak dapat diketahui oleh orang selain yang melakukan studi etnomusikologi itu sendiri. Tentu saja, etnomusikologi berusaha mengkombinasikan dua jenis studi, untuk mendukung hasil penelitian, untuk memecahkan masalah-masalah spektrum yang lebih luas, yang mencakup baik ilmu humaniora ataupun sosial.
(14)
13 Berdasarkan sejarah perkembangan etnomusikologi, terjadi gabungan dua disiplin yaitu muskologi dan etnologi. Musikologi selalu digunakan dalam mendeskripsikan struktur musik yang mempunyai hukum-hukum internalnya sendiri sedangkan etnologi memandang musik sebagai bahagian dari fungsi kebudayaan manusia dan sebagai suatu bahagian yang menyatu dari suatu dunia yang lebih luas. Secara eksplisit dinyatakan oleh Merriam sebagai berikut.
Ethnomusicology carries within itself the seeds of its own division, for it has always been compounded of two distinct parts, the musicological and the ethnological, and perhaps its major problem is the blending of the two in a unique fashion which emphasizes neither but tidakes into account both. This dual nature of the field is marked by its literature, for where one scholar writes technically upon the structure of music sound as a system in itself, another chooses to treat music as a functioning part of human culture and as an integral part of a wider whole. At approximately the same time, other scholars, influenced in considerable part by American anthropology, which tended to assume an aura of intense reaction against the evolutionary and diffusionist schools, began to study music in its ethnologic context. Here the emphasis was placed not so much upon the structural components of music sound as upon the part music plays in culture and its functions in the wider social and cultural organization of man. It has been tentatively suggested by Nettl (1956:26-39) that it is possible to characterize German and American "schools" of ethnomusicology, but the designations do not seem quite apt. The distinction to be made is not so much one of geography as it is one of theory, method, approach, and emphasis, for many provocative studies were made by early German scholars in problems not at all concerned with music structure, while many American studies heve been devoted to technical analysis of music sound (Merriam, 1964:3-4).
Berdasarkan kutipan di atas, menurut Merriam, para pakar etnomusikologi membawa dirinya sendiri kepada pembahagian bidang kajian ilmu. Oleh karena itu, selalu dilakukan percampuran dua bagian keilmuan,
(15)
14 yaitu musikologi dan etnologi. Kemudian menimbulkan kemungkinan-kemungkinan masalah besar dalam rangka mencampurkan kedua disiplin itu dengan cara yang unik, dengan penekanan pada salah satu bidangnya, tetapi tetap mengandung kedua disiplin tersebut. Sifat dualisme lapangan studi ini, dapat ditandai dari literatur-literatur yang dihasilkannya. Seorang sarjana menulis secara teknis tentang struktur suara musik sebagai suatu sistem tersendiri, sedangkan sarjana lain memilih untuk memperlakukan musik sebagai suatu bahagian dari fungsi kebudayaan manusia, dan sebagai bagian yang integral dari keseluruhan kebudayaan ini. Pada saat yang sama, beberapa sarjana dipengaruhi secara luas oleh pakar antropologi Amerika, yang cenderung untuk mengandaikan kembali suatu aura reaksi terhadap aliran-aliran yang mengajarkan teori-teori evolusioner difusi, dimulai dengan melakukan studi musik dalam konteks etnologisnya.
Seiring berjalannya waktu, seni musik beatbox mulai menjalar ke berbagai kota-kota besar di Indonesia, salah satunya adalah Medan. Kota medan sendiri mempunyai komunitas beatbox, salah satunya bernama Gendang Mulut. Komunitas Gendang Mulut ini berdiri pada tanggal 1 Desember 2010, yang didirikan oleh sekelompok anak muda yang bernama Fathin Dayanto Sitinjak, Zul Boang, Aryo, dan Adi Suranta Ketaren. Sampai saat ini komunitas Beatbox Gendang Mulut beranggotakan sekitar 20 orang. Kata “Gendang Mulut” awalnya dinamai dengan “Gondang Mulut”, dengan alasan kota Medan merupakan kota yang didominasi oleh suku Batak. Namun sejalan dengan itu, para anggota yang ikut dalam komunitas ini tidak hanya berasal dari suku Batak
(16)
15 melainkan ada juga yang berasal dari suku lainnya.3
Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi tentang komunitas beatbox Gendang Mulut yang ada di Medan dalam kajiannya terhadap studi deskriptif teknik permainan musik beatbox.
Hal ini pulalah yang menjadi alasan mengapa mereka akhirnya mengganti nama menjadi “Gendang Mulut”, yaitu agar menjadi umum dan tidak mengarah pada satu suku saja.
Komunitas Gendang Mulut sering tampil di acara-acara yang menggusung tema HipHop yang mana di dalamnya unsur beatbox juga tidak bisa dilepaskan. Komunitas ini juga sering diundang pada acara Pentas Seni (Pensi) di beberapa sekolah, universitas, maupun tempat lainnya. Jenis musik yang dibawakan juga beragam, mulai dari Hiphop, R&B, Rock, hingga Dangdut. Namun musik yang paling sering mereka bawakan adalah lagu-lagu yang sedang
booming atau sedang naik daun di kalangan masyarakat terutama anak muda. Ini
merupakan daya tarik tersendiri bagi mereka untuk membuat penonton antusias dalam menyaksikan penampilan mereka. Kesamaan dalam selera bermusik dan sama-sama ingin memperkenalkan musik beatbox kepada masyarakat luas menjadi salah satu latar belakang terbentuknya komunitas ini. Tak ada sekolah ataupun khursus khusus dalam mempelajari beatbox, para anggota Gendang Mulut memulai kreasi mereka dengan melihat berbagai referensi dari berbagai media, contohnya dari media online youtube. Dengan melihat berbagai video tentang beatbox mereka pun menirukannya. Tidak melulu menirukan apa yang dilihat, mereka akhirnya bisa menciptakan gaya mereka sendiri.
3
Dalam komunitas Gendang Mulut para anggota juga ada yang berasal dari suku Melayu, Minang juga Jawa.
(17)
16 1.2 Pokok Permasalahan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat batasan masalah untuk menghindari ruang lingkup pembahasan yang meluas. Selain itu, batasan masalah juga berguna untuk memfokuskan pokok pembahasan dalam tulisan ini. Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah berdirinya Komunitas Beatbox Gendang Mulut di Medan?
2. Apa yang mempengaruhi eksistensi Komunitas Beatbox Gendang Mulut di Medan?
3. Bagaimana teknik permainan musik Beatbox yang disajikan oleh komunitas Gendang Mulut di Medan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan skripsi adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Komunitas Beatbox Gendang Mulut di Medan.
2. Untuk mengetahui apa yang mempengaruhi eksistensi Komunitas Beatbox Gendang Mulut di Medan.
3. Untuk mengetahui teknik permainan musik Beatbox yang disajikan oleh komunitas Beatbox Gendang Mulut di Medan.
(18)
17 1.3.2 Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah:
1. Sarana untuk memperluas pengetahuan tentang komunitas Beatbox Gendang Mulut di Medan.
2. Sebagai salah satu referensi ilmiah yang dapat memberikan suatu kajian musikologis suatu komunitas musik Beatbox yang mengandung unsur-unsur musikal kepada disiplin ilmu Etnomusikologi khususnya, dan ilmu pengetahuan pada umumnya.
3. Sebagai salah satu bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki keterkaitan dengan topik penelitian
1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Untuk memberikan pemahaman tentang tulisan ini maka penulis menguraikan kerangka konsep sebagai landasan berpikir dalam penulisan. Tulisan ini berisi suatu kajian tentang studi deskriptif teknik permainan musik yang disajikan oleh komunitas beatbox Gendang Mulut di Medan. Kata deskriptif adalah bersifat menggambarkan apa adanya (KBBI 2005:258).
“Teknik” adalah cara membuat sesuatu atau melakukan sesuatu, sedangkan “permainan” adalah suatu pertunjukan dan tontonan (Kamus Bahasa Indonesia 2008). Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa teknik permainan merupakan gambaran mengenai pola atau cara yang dipakai dalam suatu pertunjukan. Yang dimaksud dengan teknik permainan dalam tulisan ini adalah
(19)
18 bagaimana cara memainkan musik beatbox, termasuk di dalamnya bagaimana posisi mulut dalam memproduksi suara, dan juga efek suara-suara lainnya. Sehingga teknik permainan dalam hal ini akan mengamati setiap frasa yang dimainkan dalam lagu tersebut, bagaimana melodi yang dimainkan ataupun bagaimana tempo yang dimainkan di setiap frasanya.
Secara etimologi, istilah musik berasal dari bahasa Yunani yaitu musike (Hardjana, 1983:6-7). Musike berasal dari perkataan muse-muse, yaitu Sembilan dewa-dewa Yunani di bawah dewa Apollo yang melindungi seni dan pengetahuan. Dalam buku lain mengatakan bahwa musik adalah nama salah satu dewa orang Yunani yang bernama Mousikus yang dilambangkan sebagai dewa keindahan dan menguasai bidang kesenian dan ilmu pengetahuan (Napsirudin, 1996:23 dalam Permatasari, 2010:21). Dalam bahasa Yunani sendiri musik adalah mousike, yang berarti ilmu tentang penyusunan melodi. Menurut seorang filsuf besar, Aristoteles (dalam Okatara:2), musik memiliki kemampuan mendamaikan hati yang gelisah, memiliki terapi rekreatif, dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Musik merupakan sebuah bentuk seni melalui media berupa suara. Musik dapat pula berarti nada atau suara yang dirangkai sedemikian rupa sehingga memiliki irama, lagu, dan keharmonisan. Kamus musik menjabarkan tentang pengertian musik yaitu suatu cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai macam suara ke dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia (Banoe, 2003:288). Musik kerap menjadi tempat untuk menuangkan ungkapan seni, kreatifitas, dan ekspresi. Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan
(20)
19 berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang. Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam:
a. Bunyi/kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indra pendengar. b. Suatu karya seni dengan segenap unsur pokok dan pendukungnya.
c. Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau sekumpulan orang dan disajikan sebagai musik.
d. Ekspresi artistik dengan bunyi-bunyian atau melodi dari alat-alat musik ritmis, atau nada-nada yang harmonis (Ralph Taylor MA. New Master Pictorial Encyclopedia).
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, kebutuhan, risiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak” (Wenger, 2002: 4). Komunitas berdasarkan minat memiliki jumlah terbesar karena melingkupi berbagai aspek, contohnya komunitas musik. Adapun konsep musik dalam konteks komunitas
beatbox yang dimaksud penulis adalah musik vokal yang dalam hal ini adalah
produksi suara atau bunyi-bunyi yang dihasilkan.4
4
Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia, memiliki kreativitas musik yang cukup tinggi. Ini bisa
(21)
20 dilihat dari banyaknya komunitas musik yang berdiri. Didukung pula dengan pesatnya perkembangan teknologi dan media yang ada, menjadikan anak muda Medan lebih inovatif dalam berkarya khususnya dalam bidang rmusik.
1.4.2 Teori
Teori adalah salah satu acuan yang dipergunakan penulis untuk menjawab masalah-masalah yang timbul dalam tulisan ini. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Koentjaraningrat (1985:3), bahwa pengetahuan yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen, serta pengalaman kita sendiri adalah landasan dari pemikiran untuk memperoleh pengertian tentang teori-teori yang bersangkutan.
Dalam mengkaji komunitas musik Beatbox maka penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh P. Merriam.
Alan P. Merriam (1964:210-222) distinguish between the use and music. The use of music in society is often recognized and a knowledge by the heir to the musical culture itself. The use made in the context of the ceremony that can be viewed on the spot. The use of music covers all wearing custom music, and as some other activities. The function of music is not always realized by a culture of music in a particular ethnic group, whereas the function of the music itself has a more profound impact and far.
Dalam hal ini Merriam berpendapat penggunaan musik mencakup kebiasaan memakai musik dan sebagai suatu aktifitas lain, sedangkan fungsi musik tidak selalu disadari oleh suatu kelompok musik dalam suku bangsa tertentu, padahal fungsi musik itu sendiri mempunyai dampak yang lebih mendalam dan jauh.
(22)
21 Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya musik itu mempengaruhi pikiran dan jiwa, hingga perilaku seseorang maka dalam hal ini penulis memakai teori psikologi musik yang ditulis oleh Djohan dalam bukunya Psikologi Musik (2007:87) beliau mengatakan bahwa “Musik diakui mempunyai kekuatan untuk mengantar daan menggugah emosi. Baik dituangkan melalui penjiwaan alur cerita, musik dan watak tokoh yang diperankan, maupun sebagai sarana untuk mengekspresikan diri, maka musik tidak dapat dipisahkan dari jiwa.”
Khusus untuk menganalisis teknik permainan beatbox yang dilakukan oleh Komunitas Gendang Mulut, penulis menggunakan teori etnosains. Menurut Ihromi (1987), teori etnosains adalah teori yang lazim digunakan di dalam disiplin antropologi. Pada dasarnya teori ini menitikberatkan kepada pandangan dan aktivitas yang dilakukan oleh informan yang dilatarbelakangi budaya tertentu. Jadi peneliti hanya menginterpretasi data berdasarkan latar belakang budaya itu hidup. Dalam kaitan dengan penelitian ini, teori etnosains yang penulis pergunakan adalah untuk mengungkap aspek teknik permainan beatbox oleh Gendang Mulut.
Dalam mendukung kajian struktur musik Beatbox, penulis menggunakan metode transkripsi. Dalam etnomusikologi transkripsi merupakan suatu proses penotasian bunyi menjadi simbol-simbol yang dapat dilihat atau diamati, dan simbol-simbol tersebut disebut dengan notasi. Dalam melakukan transkripsi, penulis berpedoman pada teori yang dinyatakan oleh Charles Seeger tentang notasi perskriptif dan notasi deskriptif yang didapat penulis selama mengikuti perkuliahan di etnomusikologi. (1) notasi perskriptif adalah notasi yang
(23)
22 bertujuan sebagai petunjuk atau suatu alat untuk membantu mengingat bagi seorang penyaji bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi musik, (2) notasi deskriptif adalah notasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca.
Dalam pembahasan nanti, penulis akan memakai notasi deskriptif. Alasannya adalah karena dalam penulisan ini akan memberikan informasi dan kajian yang mendetail yang terdapat dalam komposisi musik beatbox.
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Kata metode secara harafiah dapat diartikan sebagai cara kerja yang tersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Ada juga yang mengatakan metode dalam penelitian sebagai alat dalam melakukan penelitian, yaitu dari pengumpulan data, penganalisian data sampai dengan menarik kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian (Triswanto, 2010:15). Penelitian metode biasanya ditentukan oleh beberapa hal, yaitu: objek penelitian, sumber data, waktu, dana, dan teknik yang digunakan untuk mengolah data.
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif, dimana penelitian kualitatif merupakan
(24)
23 prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang kita amati (Bogdan dan Taylor 1975:5). Penelitian deskriptif yang dimaksud berupa pengumpulan data yang berupa kata-kata dan gambar-gambar, yang diperoleh ketika mengadakan penelitian di lapangan seperti hasil wawancara dengan narasumber, foto, video, dan dokumentasi lainnya.
Supaya proses penelitian deskriptif memperoleh hasil yang maksimal maka penulis akan menggunakan dua hal metode penelitian dalam etnomusikologi seperti yang diungkapkan oleh Netl (1964:62-64), yaitu kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Kerja lapangan berupa pemilihan lokasi penelitian, pemilihan informan, pengambilan dan pengumpulan data yang berupa rekaman video, foto, dan hasil wawancara. Kerja laboratorium berupa pengolahan dari data-data yang telah didapatkan di lapangan untuk selanjutnya dianalisis hingga membuatnya menjadi sebuah kesimpulan.
1.5.1 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-litelatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988:111). Penulis mencari dan mengumpulkan informasi dan referensi dari skripsi yang terdapat di website skripsi Etnomusikologi. Selain itu penulis juga mencari dari sumber lain seperti
(25)
24 buku, artikel juga sumber dari internet yaitu dengan kata kunci World Wide Web (www).
1.5.2 Penelitian Lapangan
Beberapa metode yang penulis lalukan dalam melaksanakan penelitian lapangan antara lain:
1. Wawancara 2. Perekaman 3. Pemotretan
4. Metode Penelusuran Data Online
1.5.2.1 Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara (Moh. Nazir 1988: 234).
Teknik yang dilakukan penulis adalah seperti yang telah dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1985:138-140) yaitu wawancara dapat dilakukan dengan tiga cara:
1. Wawancara terfokus : pertanyaan yang terpusat pada satu pokok permasalahan yang sebelumnya telah ditentukan penulis terlebih dahulu.
(26)
25 2. Wawancara bebas : pertanyaan yang lebih beragam tidak pada satu
pokok masalah namun tetap berkaitan dengan informasi objek penelitian si penulis,
3. Wawancara sambil lalu: pertanyaan yang diajukan pada suasana yang tidak terkonsep. Biasanya informan dijumpai secara tidak sengaja atau kebetulan seperti pertemuan saat informan dan penulis bertemu di acara-acara pertunjukan musik Beatbox.
Dalam wawancara penulis menyiapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang dibutuhkan yaitu menyusun pertanyaan, menyiapkan alat-alat tulis, hingga menyediakan alat rekam untuk merekam wawancara penulis dengan informan ataupun kejadian-kejadian lain yang dianggap penting dan berhubungan dengan tulisan ini.
1.5.2.2 Perekaman atau Dokumentasi
Untuk mendokumentasikan data yang berhubungan dengan komunitas
Beatbox Gendang Mulut di kota Medan, penulis menggunakan kamera digital
merk Sony, handphone merk Samsung GT S6810, Laptop Acer Aspire E1-431.
1.5.2.3 Penelusuran Data Online
Internet merupakan salah satu media online yang memberikan banyak informasi dala, berbagai hal baik berupa teori, rekaman gambar maupun artikel-artikel hingga data-data primer dan skunder yang dibutuhkan penulis.
(27)
26 1.5.3 Kerja Laboratorium
Keseluruhan informasi dan bahan yang dikumpulkan dan diperoleh dari studi kepustakaan dan hasil penelitian lapangan kemudian diolah, diseleksi, dan disaring dalam kerja laboratorium untuk dijadikan data sesuai dengan objek penelitian untuk penulisan skripsi. Data yang dipergunakan untuk penulisan ini adalah data-data yang sesuai dengan kriteria disiplin ilmu etnomusikologi.
Setelah data dikumpulkan, proses selanjutnya adalah menganalisis data. Menurut Burhan Bungin (2007:153), ada dua hal yang ingin dicapai dalam analisis data kualitatif, yaitu: (1) menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut; dan (2) menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial tersebut. Dengan menggunakan cara analisis ini, hasil penelitian akan diungkapkan secara deskriptif berdasarkan data-data yang diperoleh.
1.6 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Jl. Tanjung Sari, Pasar V, Komplek Raysa, Medan.
(28)
27 BAB II
SEJARAH, PERKEMBANGAN DAN GAMBARAN UMUM
BEATBOX
2.1 Sejarah Beatbox
Seni vokal perkusi atau beatboxmulai berkembang di awal tahun 1980-an di kalangan masyarakat Afro-Amerika. Terdapat tiga nama yang menjadi pelopornya saat itu, yaitu Darren 'Buffy' Robinson, Doug E Fresh dan Biz Markie. Namun masih menjadi perdebatan tentang siapa orang yang pertama kali mempeloporinya.Pada tahun 1983 Darren ‘Buffy’ Robinson membentuk grup trio yang dikenal dengan nama The Fat Boys, terdiri dari Mark "Prince Markie Dee" Morales, Damon "Kool Rock-Ski" Wimbley, and Darren "Buffy" Robinson sendiri. Buffy membantu grup tersebut dalam memenangkan sebuah kontes melalui kemampuannya dalam memainkan mulutnya yang menciptakan irama hiphop dan variasi dari segala efek suara.
Buffy saat itu memang terkenal akan kemampuan nafasnya antara kicks
dan snares. Karena kemampuan itulah Buffy dijuluki sebagai “The Human
Beatbox’ atau Manusia Beatbox.Dan sebagai hadiahnya mereka dikontrak oleh
sebuah perusahaan rekaman.Namun grup tersebut bubar di awal tahun 1990-an, dan pada tanggal 10 Des 1995 Darren "Buffy the Human Beat Box" Robinson meninggal dunia di Rosedale, New York karena serangan jantung. Doug E Fresh
(29)
28
(Doug E. Davis), juga pada tahun 1983 memulai debut solonya. Doug dikenal
akan gayanya yang istimewa, didukung dengan berbagai suara -suara lainnya,
yang sekarang dikenal dengan istilah ‘Clik-Rolls.’Dia juga diakui sebagai salah
satu beatboxer terbaik sepanjang masa.Di tahun 1985, Doug E. Fresh bersama
meluncurkan album klasik hiphop yaitu 'The Show/La Di Da Di'. Semua lagu di
album tersebut dibuat secara vokal.Ini juga merupakan salah satu album pertama yang menampilkan layer studio beatbox, dan pada saat itu juga video
beatboxingditayangkan di televisi musik.Dan untuk pertama kalinya video musik
menampilkan track beatbox secara utuh yang diputar berkali-kali di televisi.
Sejak tahun 2000, beatboxtelah menjadi lebih mainstream terutama di kalangan seniman-seniman seperti di Amerika, yang juga mengangkat seni vokal perkusi ini. 5
Sekitar tahun 2007, beatbox mulai berkembang di Indonesia.Jakarta
Beatboxing Community atau yang sering disingkat dengan JBC,merupakan
sebuah komunitas beatbox pertama di Indonesiayang didirikan oleh Billy ‘Bdabx’ danTito ‘Titz’ (yang merupakan salah satu personil band Bondan and
Beatbox juga ditampilkan pada upacara pembukaan Olimpic Games
pada tahun 2004. Dan di tahun 2005, Federasi Beatboxing Dunia (The World
Beatboxing Federation(WBBF) dibentuk dengan tujuan untuk menyatukan para
beatboxeryang tersebar di seluruh negara hingga saat ini.
2.2Perkembangan Beatbox di Indonesia
5
Seniman seperti Justin Timberlake, Daniel Benningfield, Bjork, dan juga Elliot yang merilis album DVD pertamanya dengan kompilasi beatbox.
(30)
29
Fade 2 Black).Namun pada pertengahan tahun 2008, JBC berubah nama menjadi
‘Indonesia Beatboxing Community’ atau IBC, karena melihat respon yang cukup
tinggi dari para beatboxer dari luar daerah Jakarta untuk ikut bergabung.Sejauh ini komunitas beatboxterbesar di Indonesia adalah Indonesia Beatbox Comunity (IBC).
Meskipun pada umumnya kegiatan IBC berada di seputar Jakarta, namunkomunitas ini berafiliasi dengan komunitas beatboxlainnya dari luar Jakarta yang tersebar di seluruh Indonesia .Pada 31 Maret 2012 kejuaraan
beatbox dunia ke-3 diselenggarakan di Berli
beatbox dunia atauWorld Beatbox Battleyang
diikuti oleh Billy ‘BdaBX’ yang merupaka pendiri dari Indonesia Beatbox
Comunity (IBC). Lewat audisi online wildcard,selain Billy ‘BdaBX’ ada
jugabeatboxer dari Indonesia lainnya yang mencoba ikut audisi seperti Lazuandi
dari kejuaraan ini,tapi ini adalah langkah awal yang sangat bagus untuk Perkembangan beatbox di Indonesia sudah tersebar luas, hal ini bisa dilihat dari munculnya berbagai komunitas beatbox di berbagai daerah yang ada di Indonesia.
(31)
30 Gambar 1.Penampilan Billy BdaBXSaatMengikutiLombaWorld
Beatbox BattleDi Berlin, Jerman
Kini seni musik beatbox sudah banyak dikenal dan diminati di Indonesia, mulai dari kalangan pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum. Di berbagai media seperti telivisi pun sudah banyak program yang menampilkan jasa beatboxer untuk mengisi acara. Karena dianggap unik dan menarik, beatbox dinilai menjadi suatu daya tarik bagi sebuah acara atau pertunjukan.
Berikut beberapa daftar nama komunitas beatbox yang tersebar di Indonesia.
No. Nama Kota Nama Komunitas
1. Jakarta Indonesia Beatbox Community (IBC)
2. Bogor Bogor Beatbox Community
3. Jogjakarta Beatboxing of Jogjakarta (BeJo)
(32)
31 5. Bandung Bandung Beatbox Community
6. Bekasi Bekasi Beatbox Clan (BBXC)
7. Surabaya Surabaya Beatbox Community (SB2C)
8. Malang Malang Beatbox Community
9. Semarang Beatbox Community of Semarang
(BCOS)
10. Medan Gendang Mulut (GM)
11. Palembang Palembang Beatboxing Association 12. Jayapura Jayapura Beatbox (JayBeat)
(Tabel 1. Daftar nama-nama komunitas beatbox di Indonesia) (Sumbe
2.3 Perkembangan Beatbox di Medan
Seperti halnya kota-kota lain di Indonesia, beatbox mulai merambah ke kota Medan. Tentu tidak terjadi begitu saja, hal ini ditandai dengan munculnya beberapa anak muda Medan yang tertarik dan mulai mengangkat seni musik perkusi ini kepada khalayak ramai.Salah satunyapelopornya adalah Ichsan Ramadhan.Pemuda ini berhasilmengembangkan kemampuan beatbox-nya sampai ke ibu kota dengan mengikuti ajang pencarian bakatseperti ‘Nez Academy’ dan ‘Indonesia Mencari Bakat.’ Dia pun berhasil lolos sebagai salah satu peserta dengan mengalahkan puluhan beatboxer dari daerah lainnya.Ini merupakan suatu prestasi yang membanggakan bagi kota Medandan khususnya bagi para pecinta seni musik beatbox.
(33)
32 Gambar 2.PenampilannIchsanSaatnMengikutinAjang Pencarian Bakat
IMB
Gambar 3.Penampilan Ichsan Saat Mengikuti Ajang Pencarian Bakat
(34)
33 Di samping itu, berbagai komunitasbeatbox pun mulai muncul di Medan. Diantaranya adalah komunitas Mouth Percussion dan Gendang Mulut.Mouth P
ercussion sendiri didirikan oleh Ichsan Ramadhan. Dia menjadi pendiri
sekaligus pelatih komunitas ini hingga sekarang. Komunitas Mouth Percussion merupakan sebuah team beatbox yang beranggotakan hanya 8 orang saja, dan mereka merupakan hasil seleksi beatboxer yang dianggap terbaik di kota Medan.
Berbeda dengan komunitas Mouth Percussion, komunitas Gendang Mulut sudah lebih dahulu hadir dan tidak membatasi berapa banyak jumlah anggota yang ada di dalamnya. Komunitas ini bisa dimasuki oleh siapa saja, asalkan memiliki tujuan dan visi dan misi yang sama dalam mengembangkan kemampuan beatbox dan memperkenalkannya kepada masyarakat luas.Dengan adanya komunitas-komunitas ini, seni musik beatbox menjadi lebih dikenal oleh masyarakat khususnya anak muda di Medan.Karena bagi mereka komunitas adalah sebuah wadah yang memudahkan mereka dalam mengembangan kemampuan beatbox dan menunjukkannya kepada masyarakat, melalui undangan ataupun kompetisi-kompetisi di berbagai acara.
2.4 Teknik Peniruan dan Penciptaan Musik dalam Beatbox
Beatbox adalah jenis vokal perkusi yang memfokuskan diri dalam seni
penciptaan ketukan (beat) seperti pada alat musik drum dan alat perkusi lainnya serta peniruan berbagai macam suara, seperti granulizer, scratching, kickroll, dan sebagainyatanpa harus menggunakan alat aslinya.Beatbox merupakan salah
(35)
34 satu bentuk seni musik yang memiliki tingkat kreativitas yang tinggi, karena semakin banyak teknik atau warna suara yang dapat dimainkan oleh seorang
beatboxer maka semakin tinggi kualitas beatboxer tersebut.
2.4.1 Teknik PeniruanInstrumen Musik Drum
2.4.1.1 Hi-Hat
Hi-hat merupakan nama alat musik bagian dari drumset, yang terbuat
dari lempengan logam yang berjumlah 2 buah, di tumpuk menjadi 1 dan dimainkan secara kombinasi dengan kaki kiri saat di pukul. Dapat digerakkan membuka dan menutup melalui kaki kiri yang dihubungkan dengan pedal.
a.Closed Hi-Hat (T)
Bila cukup fasih dalam berbahasa Inggris, maka suara ini dibentuk dari huruf T di mana pelafalannya seperti ‘TSI’. Kalau dalam bahasa Indonesia seperti huruf C dan lafalnya seperti ‘CI’. Nah, ini adalah bunyi dari hi hat dalam keadaan tertutup.
b.Opened Hi-Hat (TS)
Untuk suara hi hat dalam keadaan terbuka, lafalnya adalah ‘TS’. Jadi setelah bunyi awal T keluar, segera disambung dengan bunyi ‘S’.
(36)
35 2.4.1.2 Bass Drum (B)
a.Kick Drum
Kick drum merupakan salah satu teknik dasar beatbox. Biasanya cara
memainkannya adalah seperti mengucapkan “dug”. Tetapi ada juga yang memainkan kick drum dengan ucapan lain, misalnya “bwuh” atau “bub”.
b.808-Kick
Teknik ini adalah saah satu teknik bass drum. Biasanya digunakan dalam kombinasi untuk menghasilkan teknik bongo drum. Cara memainkan teknik ini
adalah dengan seperti membunyikan “eg” di dalam rongga mulut bagian
belakang.
2.4.1.3 K-Snare (Snare Drum)
K-snare (Snare Drum) adalah teknik beatbox dasar yang biasanya dilatih
bersamaan dengan suara bass drum dan cymbalnya, atau sering disebut dengan B-T-K.
a.Inward K-Snare
Inward K-snare adalah imitasi bunyi dari snare drum yang cara
(37)
36 mulut atau ambreasure tertentu sehingga suara yang ditimbulkan seperti bunyi
snare drum.
b.Outward K-Snare
Outward K-snare merupakan peniruan bunyi snare drum dengan mulut.
Caranya adalah hampir sama dengan inward k-snare, hanya saja jika nafas pada inward k-snare dihirup, pada outward k-snare dikeluarkan.
2.4.1.4 Pf-Snare
Teknik ini adalah teknik beatbox yang menirukan atau mengimitasi suara
snare drum. Berbeda dengan inward atauoutward k-snare,teknik pf-snare
menggunakan bentuk bibir yang menyerupai senyum untuk membunyikan atau
mengimitasi bunyi snare drum tersebut.
a. Inward Pf-Snare
Inward pf-snare adalah teknik pf-snare yang cara membunyikannya dengan menghirup atau memasukkan udara ke dalam mulut, sehingga tercipta bunyi seperti snare drum.
b. Outward Pf-Snare
Outward pf-snare adalah teknik pf-snare yang cara membunyikannya
dengan membuang atau mengeluarkan udara dari dalam mulut, sehingga tercipta bunyi atau voice seperti snare drum.
(38)
37
2.4.1.5 Rimshoot
Rimshoot adalah teknik mengimitasi bunyi snare drum yang cara
memukulnya adalah terletak pada daerah pinggiran snare dengan menggunakan stik drum. Cara mengimitasinya adalah hampir sama dengan K-snare tetapi tidak ada udara yang keluar maupun masuk. Jadi hanya memainkan bagian dalam mulut sehingga timbul bunyi mirip seperti snare drum yang dipukul sisi luarnya dengan menggunakan stik dengan posisi melintang.
2.4.1.6 Bongo Drum
Bongo drum adalah teknik permainan bass drum yang cara memainkannyaadalah dengan kombinasi teknik 808-kick dan rimshoot yang dibunyikan secara
bersamaan, kemudian dicampur dengan nada-nada sederhana.
2.4.2 Teknik Peniruan Warna atau Efek Suara
2.1.2.1Scratch
Scratch merupakan teknik yang mengimitasi suara-suara yang ada pada
turntable atau permainan DJ (Disc Jockey).
(39)
38
Crab scratch adalah salah satu jenis dari teknik scratch yang caranya adalah
dengan menempelkan ibu jari dan telunjuk ke bibir. Kemudian menghisapudara dari himpitan tersebut hingga muncul efek crab scratch tersebut.
2.1.2.3 Vocal Scratch
Vokal scratch merupakan teknik scratch yang menggunakan vokal atau
ucapan sehingga output yang dihasilkan seperti vokal dalam pertunjukkan musikDJ dengan piringan hitam yang di tahan secara berkala.
2.1.2.4 Chewy Scratch
Chewy scratch adalah teknik scratch lain yang hanya menggunakan bibir
sebagai medianya. Warna suara mirip seperti crab scratch. Caranya adalah dengan menghembuskan udara dengan cepat melalui ambreasure yang telah dibuat sedemikian hingga tercipta bunyi scratch. Dengan menambahkan seperti
pengucapan “cekidiciew”, maka bunyi scratch akan lebih mirip.
2.1.2.5 Woob-Woob Bass
Woob-woob bass adalah teknik beatbox yang cara memainkannya
dengan menggetarkan pertemuan antara bibir atas dan bibir bawah. Kemudian pada bagian akhir setelah bergetar, mulut sedikit dibuka supaya ada efek bunyi yang tercipta setelah efek bunyi getaran bibir. Ditambah dengan dorongan lidah
(40)
39 yang keluar saat proses tersebut berlangsung akan menambah nuansa suara yang unik.
2.1.2.6 Deep Throat
Deep throatadalah teknik beatbox yang mengimitasi suara robot.
Caranya adalah dengan membunyikan nada rendah atau bass yang dikombinasi dengan teknik menggetarkan bagian-bagian di sekitar tenggorokan, seperti halnya orangyang mau membuang dahak, sehingga timbul voice atau bunyi seperti robot.
2.1.2.7 Inward Zipper
Teknik ini adalah teknik menggetarkan bibir dengan cara menghirup udara dari mulut. Bibir yang membentuk lubang bergetar karena udara yang masuk dari hirupan tersebut, hingga tercipta efek suara yang disebut zipper.
2.1.2.8 Frogsound
Frogsound merupakan teknik permainan beatbox yang menirukan atau
mengimitasi suara dari katak. Suara katak yang dibunyikan tidak bernada. Cara
melakukan teknik ini adalah dengan menghirup udara dari mulut dan memposisikan lidah yang ditekuk kebelakang dan bentuk mulut hingga tercipta
(41)
40 suara menyerupai suara katak.
2.1.2.9 Nasal Growl Bass
Teknik ini hampir sama dengan teknik deep throat, hanya saja teknik
nasal growl bass menggunakan bass drum sebagai kombinasinya. Dicampur
denganfalsetto yang akan menimbulkan efek techno dalam teknik ini.
2.1.2.10 Click
Pada waktu penyajian, posisi click dapat menggantikan suara hi-hat dalam permainan drum beatbox. Biasanya terkombinasi dengan bass drum dan
pf-snare. Cara melakukannya seperti membunyikan konsonan ‘T’ hingga
berbunyi seperti “tok, tok” atau “thak, thak”.
2.1.2.11 Click Roll
Penggunaan clickroll hampir sama dengan click, tetapi fungsinya hanya untuk sisipan dalam rangkaian click-pfsnare-bassdrum saja. Caranya adalah dengan mengarahkan lidah ke rongga mulut bagian atas, kemudian seperti halnya membunyikan huruf ‘R’.
(42)
41
2.1.2.12 Loud Click
Loud Click adalah teknik click yang suaranya dibuat semakin keras.
Caranya adalah dengan menarik lidah ke bagian rongga mulut bawah setelah dari atas rongga mulut secara ekstrim, agar mendapatkan suara yang keras.
2.1.2.13 Trumpet Voice
Trumpet voice adalah teknik mengimitasi suara terompet dengan mulut.
Beatboxer sering menggunakan teknik ini dalam permainan beatbox non solo.
Karena sifatnya yang hanya sebagai melodi, maka beatboxer yang menggunakan
teknik ini harus berkolaborasi dengan beatboxer lain agar dapat menyajikan sajian beatbox yang lengkap dengan ritme atau percussion section.Teknik
trumpet voice dilakukan dengan cara menggetarkan pertemuan bibir atas dan
bibir bawah. Kemudian menyenandungkan nada-nada yang diinginkan dengan falset, sehingga tercipta suara yang menyerupai terompet.
2.1.2.14 Synthizer Voice
Teknik ini adalah teknik menirukan atau mengimitasi suara synthizer.
Beatboxer yang melakukan teknik ini biasanya hanya melakukan synthizer
voice, tanpa menambahi ritme apapun, karena sifat teknik synthizer voice yang
(43)
42 memungkinkan untuk menggabungkan teknik ini dengan teknik yang lain. Caranya adalah dengan menempelkan gigi seri ke bagian bibir bawah dalam, kemudian senandungkan melodi dengan cara falset. Maka akan terjadi getaran yang terjadi antara gigi dan bagian bibir bawah dalam yang menimbulkan efek suara seperti suara synthizer.
2.1.2.15 Water Drop
Water drop adalah teknik beatbox yang menirukan atau mengimitasi
bunyi air menetes. Seperti artinya water drop, teknik ini diimitasikan supaya mirip dengan bunyi air menetes yang cara membunyikannya dengan memukul pipi dengan jari yang dikombinasikan dengan mulut yang seperti berbicara “oiy” tanpa suara.
2.1.2.16 Techno Alarm
Alarm techno adalah teknik menirukan suara pengingat jam digital.
Caranya adalah dengan merekatkan bibir atas dan bawah, tetapi masih diberi celah sedikit. Kemudian getarkan bibir tersebut dengan menghembuskan udara sambil berfalset.
(44)
43
2.4.3. Teknik Vokal Humming
Humming adalah cara memproduksi suara melalui hidung. Tekniknya
adalah seperti mengucapkan kata “hmmm”. Sering dipakai untuk sugarbox
(beatbox tidak menggunakan nafas) dengan nada “do re mi fa sol la si do.”
Terkadang juga bisa menggunakan teknik techno swallow/ 808 kick, lip
oscillation, dan sebagainya. Pelatihan humming pada prinsipnya adalah
menggali suara 'dalam' yang memiliki kekuatan 4 kali lipat dibandingkan suara yang biasa kita gunakan sehari-hari. Seorang beatboxer dapat memantau apakah sudah berhasil melakukan humming dengan merasakan getaran-getaran di wajahnya seperti layaknya orang 'kesemutan'. Getaran itu bisa menimbulkan rasa gatal, terutama di bagian sekitar bibir, hidung, pipi bahkan hingga mata. Inilah tanda-tanda beatboxer berhasil melakukan humming atau tidak. Jika menggunakan suara diafragma maka gaungnya terasa kuat, kalau tidak maka gaungnya kecil.
(45)
44
Beberapa Teknik Dalam Humming:
a. Membunyikan Huruf “M” Dengan Mulut Terkatup
Dimulai dengan teknik menarik nafas sebanyak mungkin, kemudian dikeluarkan dengan membunyikan dengan mulut terkatup. Akan lebih baik dirangkai dengan humming sebanyak 10 kali. Semakin sering humming dilakukan maka durasi setiap humming akan semakin panjang.
b.Membunyikan Suku Kata Dengan Intonasi Datar
Dimulai dengan teknik menarik nafas, kemudian membunyikan suku kata seperti“Mein, Main, Min, Moun dan Mun” dengan sekaligus melatih teknik artikulasinya dalam intonasi datar. Masing-masing suku kata dibunyikan 10 kali. Jumlah keseluruhan biasanyamencapai 50 gerakan.
c. Membunyikan Suku Kata Dengan Fluktuasi Intonasi
Tahapan gerakannaya sama seperti no (2) dengan menyuarakan suku kata “Mein, Main, Min, Moun dan Mun”. Perbedaannya terletak pada intonasinya. Dalam tahapan ini intonasi yang dibunyikan bervariasi antara:
- Intonasi naik, setiap suku kata sebanyak 10 kali.
- Intonasi turun, setiap suku kata sebanyak 10 kali.
(46)
45 Sehingga jumlah keseluruhan dalam tahapan ini mencapai 150 gerakan
d. Membunyikan 26 Huruf “A” Sampai Dengan “Z” Dengan Intonasi NaikTurun.
Dalam tahapan lanjutan ini humming dilatih dengan membunyikan setiap huruf dalam intonasi naik turun. Pelatihan juga memeperhatikan artikulasi setiap huruf agar terdengar jelas perbedaan bunyi setiap huruf. Dengan demikian hitungan seluruh huruf mencapai 26 huruf yang masing-masingnya harus disuarakan dengan intonasi naik turun sebanyak 10 kali. Jumlah total dalam tahapan ini mencapai 260 kali gerakan.
e. Mengulang Seluruh Rangkaian Pelatihan.
Apabila dihitung sejak gerakan humming awal berupa bunyi huruf “m” dengan mulut tertutup hingga butir (4) berupa alfabetik dengan intonasi naik turun, maka jumlah gerakan pelatihan humming mencapai 470 gerakan untuk satu seri. Padahal pelatihan harus dilakukan dalam beberapa serial agar mahir. Apabila setiap hari gerakan humming hanya bisa dilakukan sebanyak 10 kali, berarti satu seri membutuhkan 47 hari pelatihan. Dalam hal ini beatboxer perlu menata waktu dengan cermat dan disiplin untuk mencapai beberapa seri.
(47)
46 BAB III
TEKNIK PERMAINAN MUSIK KOMUNITAS
BEATBOX
GENDANG MULUT DI MEDAN
3.1 Sejarah Terbentuknya Komunitas Beatbox Gendang Mulut
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis, komunitas Gendang Mulut dibentuk pada tanggal 01 Desember 2010.Terbentuknya komunitas Gendang Mulut ini diawali dengan ketertarikan 4orang pemuda yang bernama Fathin Dayanto Sitinjak, Zul Boang, Aryo dan Adi Suranta Ketaren dalam dunia
beatboxing dimana mereka sama-sama ingin memperkenalkan seni musik beatbox
kepada khalayak ramai khususnya kepada anak muda di Medan.Dengan terbentuknya komunitas ini mereka berharap para penikmat dan pencinta seni musik beatbox bisa menemukan wadah atau rumah mereka dalam menuangkan segala ide dan kreativitas dalam beatboxing. Gendang Mulut pun semakin berkembang, hal ini dapat dilihat dari bertambahnya anggota dari waktu ke waktu. Dan saat ini anggota yang menetap berjumlah 20 orang.Terdiri dari para pelajar dan juga mahasiswa.
Seperti yang sudah dipaparkan pada latar belakang masalah, nama Gendang Mulut pada awalnya adalah Gondang Mulut. Gondang merupakan bahasa dari suku Batak yang bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah Gendang. Seperti yang diketahui suku Batak merupakan suku yang paling dominan di kota Medan, Sumatera Utara. Menurut salah satu anggotanya yang
(48)
47 bernama Seftyan, kata Gondang dalam komunitas mereka merupakan sebuah ciri khas yang menandakan kesuku-Batak-an mereka dan yang membedakannya dengan komunitas lain. Namun seiring berjalannya waktu, anggota yang ikut berpartisipasi ke dalam komunitas ini tidak hanya berasal dari suku Batak saja melainkan terdiri dari beberapa suku yang berbeda. Perdebatan kecil pun terjadi diantara mereka, yang pada akhirnya memutuskan untuk mengubah kata Gondang Mulut menjadi Gendang Mulut. Walaupun telah tejadi pergantian nama, namun tujuan dari komunitas ini tetaplah sama sampai sekarang yaitu mengembangkan bakat dan memperkenalkan seni musik beatbox kepada seluruh masyarakat khususnya yang di Medan.
(49)
48 3.2 Keanggotaan Kelompok Komunitas Gendang Mulut
Jumlah anggota komunitas Gendang Mulut yang menetap sampai saat ini adalah 20 orang, terdiri dari para pelajar dan mahasiswa.Diantaranya adalah :
No Nama Usia
1. M. Fathin Dayanto Sitinjak 20 tahun, Mahasiswa 2. Zul Boang Manalu 24 Tahun, Mahasiswa 3. Jeffri Fikrianto 20 Tahun, Mahasiswa 4. Raihan Rais Meliala 19 Tahun, Mahasiswa 5. M. Seftyan Arsad 20 Tahun, Mahasiswa 6. Ihsanul Husnu 22 Tahun, Mahasiswa 7. M. Alfaddin 18 Tahun, Pelajar 8. Danu Satria 21 Tahun, Mahasiswa 9. Fahad Fausi 19 Tahun, Pelajar 10. Ahmad Ikram 18 Tahun, Pelajar 11. Aulia Ahmad 18 Tahun, Pelajar 12. Reza Siregar 19 Tahun, Mahasiswa 13. Surya Hadi Wicaksono 20 Tahun, Mahasiswa 14. Iko Tanjung 18 Tahun, Pelajar 15. Putra Riyadi 21 Tahun, Mahasiswa 16. Michael Ferry 18 Tahun, Pelajar
(50)
49 17. Sigit Azheri 19 Tahun, Mahasiswa
18. Rachmanda 19 Tahun, Mahasiswa
19. Rahman Havis 19 Tahun, Mahasiswa 20. Jawara Andra 19 Tahun, Mahasiswa
(Tabel 2. Nama Anggota Komunitas Gendang Mulut)
3.3 Penyajian Musik Komunitas Beatbox Gendang Mulut
3.3.1 Konsep Kegiatan Latihan Gendang Mulut
Komunitas Gendang Mulut secara rutin melakukan latihan sekali dalam seminggu, yaitu pada hari Jumat pukul 2 siang sampai dengan selesai. Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu aktivitas utama para anggota yaitu bersekolah dan kuliah. Sistem latihan yang dilakukan pun berbeda-beda, tergantung pada kondisi yang ada. Bila latihan hanya dihadiri oleh anggota biasa atau yang menetap, yang mereka lakukan biasanyaadalah berbagi ilmu tentang teknik
beatbox baru yang mereka dapat dan ketahui dari berbagai media maupun ciptaan
sendiri. Dengan begitu mereka bisa saling melengkapi dan berbagi pengetahuan tentang beatbox satu sama lain. Berbeda dengan kondisi dimana terdapat anggota baru yang ingin bergabung. Biasanya salah satu senior atau anggota yang sudah mahir memberi pelatihan teknik-teknik dasar dalam beatbox, seperti teknik dasar B,T,K. Pada umumnya anggota baru sudah memiliki kemampuan teknik dasar
(51)
50 dalam beatboxyang mereka dapat secara otodidak, jadi tidak terlalu sulit bagi senior untuk memberi pelatihan bagi anggota baru.Setelah itu mereka diberi pengarahan mengenai tempo, power, dan juga artikulasi dalam memainkan teknik
beatbox. Selanjutnya mereka dituntut untuk berlatih teknik beatbox yang lebih
rumit, seperti pengimitasian efek - efek suara yang bervariasi dimana mereka harus bisa menggabungkan teknik dasar B, T, K dengan efek - efek suara secara bersamaan. Setelah menguasai dan mahir dalam teknik dasar beatbox, anggota diharuskan mampu melaukan cover atau menirukan sebuah lagu yang disukainya.
Hal ini dimaksudkan untuk membuktikan sejauh mana kemampuan dan kreativitas seorang anggota dalam mengeksplorasikan pengetahuan beatboxnya, sehingga siap untuk menampilkan dan menunjukkannya kepada para audience.
Latihan juga dilakukan apabila terdapat jadwal manggung atau jadwal tampil di sebuah acara. Maka mereka akan mempersiapkan bahan lagu-lagu yang akan dibawakan. Biasanya mereka akan lebih rutin melakukan sesi latihan dari seperti biasanya bila ada jadwal seperti undangan atau lomba di suatu acara.
(52)
51 Gambar 5. Anggota Komunitas Gendang Mulut
3.3 Teknik Permainan Beatbox oleh Gendang Mulut
3.3.1 Teknik Beatbox yang Digunakan
Beberapa teknik maupun jenis efek yang sering digunakan komunitas Gendang Mulut adalah sebagai berikut:
1.Bass Drum/Kick Drum
Cara memainkannya adalah dengan mengucapkan “bwuh” atau “bub”.
Sambil mengucapkan huruf ‘B’tersebut, rapatkan otot bibir dan dorong dengan udara dari dalam mulut.
(53)
52 Gambar6. Posisi Mulut Pada Teknik Bass Drum
2.Hi Hat
Tekniknya adalah dengan mengucapkan suara “TS” sederhana namun dengan gigi tertutup atau sedikit tertutup. Gerakan ujung lidah ke depan di belakang gigi depan untuk membuat suara hi hat.
(54)
53 Gambar7. Posisi Mulut Pada Teknik Hi Hat
3. K-Snare (Snare Drum)
Dengan mengucapkan "pff," buat "f's" berhenti selama satu detik atau setelah “p”. Sudut mulut diangkat dan menahan bibir dengan rapat saat mengucapkan konsonan “p” menjadikan suara lebih nyata.
(55)
54 Gambar8. Posisi Mulut Pada Teknik K-Snare (Snare Drum)
4. Crab Scratch
Crab scratch adalah salah satu jenis dari teknik scratch yang caranya adalah
dengan menempelkan ibu jari dan telunjuk ke bibir. Kemudian menghisap udara dari himpitan tersebut hingga muncul efek crab scratchseperti musik DJ.
(56)
55 Gambar9. Posisi Mulut dan Ibu Jari Pada Teknik Crab Scratch
5. Trumpet Voice
Teknik trumpet voice dilakukan dengan cara menggetarkan pertemuan bibir atas dan bibir bawah. Kemudian menyenandungkan nada-nada yang diinginkan dengan falset, sehingga tercipta suara yang menyerupai terompet.
(57)
56 Gambar10. Posisi Mulut Pada Teknik Trumpet Voice
6. Click Roll
Caranya adalah dengan mengarahkan lidah ke rongga mulut bagian atas, kemudian seperti halnya membunyikan huruf ‘R’.
7.Deep Throat
Caranya adalah dengan membunyikan nada rendah atau bass yang dikombinasi dengan teknik menggetarkan bagian-bagian di sekitar tenggorokan, seperti halnya orangyang mau membuang dahak, sehingga timbul voice atau bunyi seperti robot.
(58)
57
9.Rimshoot
Dengan cara memainkan bagian dalam mulut sehingga timbul bunyi mirip seperti
snare drum yang dipukul sisi luarnya dengan menggunakan stik dengan posisi
melintang.
10. Frogsound
Cara melakukan teknik ini adalah dengan menghirup udara dari mulut dan memposisikan lidah yang ditekuk kebelakang dan bentuk mulut hingga tercipta
suara menyerupai suara katak.
11. Water Drop
Seperti artinya water drop, teknik ini diimitasikan supaya mirip dengan bunyi air menetes yang cara membunyikannya dengan memukul pipi dengan jari yang dikombinasikan dengan mulut yang seperti berbicara “oiy” tanpa suara.
3.3.2 Jenis Lagu yang Digunakan
Jenis lagu yang sering dibawakan oleh komunitas Gendang Mulut bervariasi. Mulai dari musik DJ, Hip-Hop, Jazz, Pop, Dangdut, hingga musik tradisional Indonesia. Namun kebanyakan musik yang dibawakan sesuai dengan permintaan
(59)
58
audience atau acara yang mengundang mereka untuk tampil. Dan yang paling
sering adalah lagu-lagu sedang booming atau sedang naik daun, baik itu lagu barat, Indonesia maupun tradisional.
3.3.3 Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan Komunitas Gendang Mulut
Sebuah komunitas ataupun organisasi tentunya akan menjadi lebih baik terlaksanaapabila didukung dengan sarana dan prasana. Tidak terkecuali dengan komunitas musik beatbox Gendang Mulut. Sarana dan prasarana yang digunakan antara lain:
a. Mikrofon
Komunitas Gendang Mulut mempunyai sebuah mikrofon untuk beatbox yang sering mereka gunakan saat sedang latihan. Penggunaan mikrofon sangat membantu mereka dalam teknik micingatau melakukan beatbox dengan mikrofon, dimana dengan menggunakan mikrofon akan memberikan efek - efek suara tertentu. Cara penggunaan mikrofon dalam kegunaannya berbeda - beda. Untuk seorang beatboxer, cara memegang mikrofon yang umum adalah dengan memegang kepala mikrofon dengan jari jempol, telunjuk dan jari tengah, sedangkan jari yang lainnya menggenggam badan mikrofon. Mulut diarahkan ke lingkaran genggaman dimana terdapat kepala mikrofon. Jarak untuk menghasilkan tekanan bunyi yang tidak menghantam langsung ke dalam kepala mikrofon. Bagi mereka yang mempunyai power (tekanan) udara sangat besar, sebaiknya harus mengatur seberapa banyak udara/tekanan yang harus keluar dari
(60)
59 mulut, hal ini menyangkut emosi dalam berbeatbox, dan juga kepekaan terhadap hasil dari bunyi yang dimainkan ketika keluar di loudspeaker.
b. Sound System
Sound system adalah suatu sistim tata suara agar suatu ruangan atau area,
bisa mendengarkan yang bersumber dari suara hasil rekaman atau langsung menggunakan mikrofon atau yang berasal dari peralatan elektronik misalnya peralatan band.Peralatannya terdiri dari sumber suara seperti CD/MP3, mikrofon,
mixer, amplifier dan loudspeaker yang semuanya dihubungkan dengan kabel.
3.4 Hambatan - Hambatan yang Dihadapi Komunitas Gendang Mulut
Adapun hambatan - hambatan yang sering dialami dalam pelaksanaan kegiatan latihan Gendang Mulut adalah sebagai berikut:
a. Kurangnya Kedisplinan
Kedisiplinan dalam komunitas atau organisasi akan terbangun bukan hanya membutuhkan satu orang anggota saja yang menjalankan aturan-aturan dalam komunitas. Akan tetapi memang untuk membangun kedisiplinan komunitas itu harus juga diawali dari masing-masing individu dari anggota yang tergabung dalamnya. Namun hal ini pulalah yang sering menjadi permasalahan dalam menjalankan kegiatan latihan. Sebagian anggota sering tidak patuh pada jadwal
(61)
60 yang sudah ditetapkan, sehingga sering melewatkan sesi latihan yang penting untuk diikuti. Seperti ketidakhadahiran anggota tanpa pemberitahuan yang jelas, menganggap sepele atau menganggap mudah bahan yang sedang diajarkan sehingga kurang bisa memahami. Ketegasan dari seorang ketua dalam memberi pengarahan sangatlah diperlukan, agar para anggota lebih mematuhi dan menghargai aturan-aturan yang sudah dibuat demi terlaksananya kegiatan yang diharapkan demi tercapainya visi dan misi komunitas itu sendiri.
Kedisiplinan dalam latihan bersama dan individu memiliki kedudukan yang sama penting dalam Gendang Mulut. Hal ini mengacu pada tahap-tahap latihan dalam Gendang Mulut yang memiliki standar teknik masing-masing.Oleh sebab itu adalah salah satu kunci untuk memperoleh hasil yang maksimal.
b. Sarana dan Prasarana
Dalam wawancara yang dilakukan pada seorang anggota Gendang Mulut, sarana dan prasarana mereka dapat dibilang masih kurang dan ini menjadi suatu kendala bagi mereka. Seperti contohnya sound system yang masih kurang memadai. Hal ini menjadi sebuah kesulitan dalam berkreasi dalam memainkan musik mereka.
c. Perbedaan Motivasi Bergabung di Gendang Mulut
Motivasi merupakan harapan yang diperoleh setiap orang dalam melakukan sesuatu, bisa juga diartikan sebagai dorongan melakukan sesuatu.Di dalam
(62)
61 Gendang Mulut sendiri terdiri dari banyak kalangan anggota. Dari siswa dengan kelas pendidikan yang berbeda dan usia yang berbeda. Masing-masing anggota mempunyai motivasi bergabung di Gendang Mulut yang berbeda.
Perbedaan motivasi misalnya ingin menyalurkan hobi, ingin mendalami beatbox untuk kepentingan profesi, atau sekedar mengisi waktu luang. Perbedaan motivasi dari masing-masing anggota, berdampak pada semangat berlatih yang berbeda pula.Tingkat keseriusan berlatih antara anggota yang ingin mendalami
beatbox sebagai profesi tentu berbeda dengan anggota yang bergabung di
Gendang Mulut untuk mengisi waktu luang.
d. Jenis Vokal yang Berbeda
Manusia dilahirkan dengan organ vokal yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan jenis suara yang dikeluarkan berbeda pula. Begitu juga dengan anggota komunitas Gendang Mulut. Misalnya dalam menirukan Trumpet Voice, seorang dengan suara melengking akan lebih mudah dan bisa menirukannya, tidak dengan suara yang berjenis bass atau berat.Contoh lainnya seperti peniruan dalam teknik K-Snareatau Snare Drumyang mungkin mudah dilakukan seorang anggota namun sulit baginya dalam menirukan suara Bass Drum.
3.5 Prestasi yang Dicapai
Sebagai komunitas yang sudah berjalan lima tahun, tentunya Gendang Mulut telah banyak mengukir prestasi baik dalam kota maupun di luar kota.
(63)
62 Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada salah satu anggota Gendang Mulut, mereka telah banyak meraih prestasi di berbagai acara, antara lain sebagai berikut:
1. Pada bulan Juli 2011, Gendang Mulut berhasil meraih juara II dalam acara
Pocari Sweat, di mall Palladium Medan.
(64)
63 Gambar12. Meraih Juara II di Acara Berburu Pocari Sweat
2. Pada bulan Januari, empat orang anggotanya berhasil meraih juara II dan III. Fathin Dayanto dan Jefry berhasil meraih juara II sedangkan Reyhan dan Ihsanul berhasil meraih juara III pada acara Djarum Black di lapangan Benteng Medan.
3. Pada bulan September 2013, dua orang anggotanya berhasil meraih juara I dan II. Fathin Dayanto berada pada juara I dan juara II diraih oleh Reyhan, dalam perlombaan yang diselenggarakan oleh kampus Dharma Agung di Medan.
4. Pada bulan Mei 2014, Gendang Mulut berhasil meraih peringkat ke-V dalam acara Bintang 2014, di Plaza Medan Fair.
(65)
64 Gambar 13. Meraih peringkat ke-V pada acara Bintang 2014
5. Pada bulan November 2014, Fathin Dayanto berhasil meraih juara III se-Indonesia dalam acara Hexos Beatbox Battle, di Jakarta.
(66)
65 Gambar 14. Meraih juara III pada acara Hexos Beatbox Battle
6. Pada Januari 2015, Gendang Mulut meraih Piagam Penghargaan pada acara Pentas Seni Akbar Panti Asuhan 2015, di Balai Kartini Tebing Tinggi.
(67)
66 7. Pada bulan Februari 2015, Gendang Mulut berhasil meraih juara Favorit dalam
acara Meriah Imlek, di Hermes Medan.
8. Pada bulan Maret 2015, Gendang Mulut dalam Instagram Beatbox Battle di media sosial Instagram berhasil meraih juara favorit “like terbanyak”.
Gambar 16. Juara Favorit dalam Lomba Instagram Beatbox Batlle
Disamping itu, Gendang Mulut juga sering diundang sebagai pengisi acara di berbagai event dan juga radio-radio lokal.
(68)
67
BAB IV
TRANSKRIPSI RITMIS
4.1 Transkripsi Ritmis
Sebelum melakukan kerja analisis, langkah pertama yang dikerjakan ialah mengubah bunyi musik ke dalam lambang melalui sebuah proses kerja yang disebut transkripsi. Netl mengatakan bahwa transkripsi adalah proses menotasikan bunyi, mengalihakan bunyi menjadi simbol visual, atau kegiatan memvisualisasikan bunyi musik masuk ke dalam bentuk notasi dengan cara menuliskannya ke atas kertas.
Walaupun kegiatan mentranskripsikan musik tradisional dalam bentuk notasi visual sejak lama telah dianggap sebagai tugas yang esensial, berat dan sukar bagi para etnomusikolog/musikolog/musisi seniman, namun untuk melihat dan memahami bunyi musik sebagai produksi dari tata tingkah laku masyarakat pemiliknya dalam bentuk visual, maka tidak ada cara lain kecuali melakukan transkripsi terhadap bunyi musik yang akan dideskripsikan itu.
Pada umumnya dalam budaya oral, notasi yang digunakan ialah notasi konvensional Barat, hal ini menjadi alternatif pilihan yang palimg besar kemungkinannya digunakan, terutama jika dalam budaya musikal diteliti tidak tersedia sistem penulisan notasi musik.
(69)
68 Dari pengamatan yang dilakukan oleh beberapa ahli, memang terdapat
kelemahan yang serius terhadap hasil transkripsi yang menggunakan notasi musik (Barat) yang konvensional. Hal ini disebabkan:
• Pertama, notasi ini terlalu subyektif, yaitu telinga tidak mampu menerima atau menangkap apa saja yang disajikan (dalam musik yang akan ditranskripsi), sekalipun rekaman itu diulang berkali-kali, dan juga ketajaman persepsi individual dari si pentranskripsi yang berbeda-beda. • Kedua, notasi musik Barat bukan didesain untuk musik tradisi lisan (lihat
Seeger, 1958).
• Ketiga, sejauh ini belum ada satu notasi visual pun yang dirancang, termasuk notasi Barat dengan tanda-tanda khusus untuk nada-nada non-konvensional dan lain-lain yang dapat mewakili, seperti kualitas suara yang asli, cara-cara yang penting dalam memproduksi bunyi vokal atau instrumental, dan sebagainya.6
6
Masalah di atas kemudian dapat dipecahkan dengan diciptakannya oscligraph, sonagraph, dan melograph. Melograph model C yang dibuat oleh Charles Seeger dapat menganalisis suara sangat detail serta dapat menghasilkan gambar dari rekaman nada-nada, amplitudo, dan spektrum bunyi pada saat bersamaan ke dalam bentuk sebuah film grafik. Akan tetapi sekalipun peralatan ini mempunyai sifat obyektif, namun terdapat kelemahan-kelemahan dan informasi yang
diberikannya, dan terdapat pula sejumlah materi yang tidak dapat dianalisis dengan menggunakan alat ini. Di sat sisi alat ini memeberikan informasi lebih banyak dari yang diperluakan (sehingga sulit untuk dipelajari), artinya alat ini mampu menangakap lebih banyak dibanding daya tangkap telinga manuusia, padahal sebuah transkripsi haruslah berdasar kepada apa yang dapat diterima oleh indera pendengaran manusia, dengan kata lain tujuan dari pentranskripsia adalah untuk mencatat hal-hal yang esensial, serta menghindari hal-hal yang dipandang tidak esensial. Untuk itulah kemudian penggunaan notasi (Barat) dalam penstranskripsian suatu musik tetap dipakai sesuai keinginan dan kegunaannya. Ibid., 14-15. Lihat juga Barbara Crader, “Ethnomusicology,” dalam Stanley Sadie, The New Grove Dictionary of Music and Musicians (London, Naew York: Macmillan Publisher Limited, 1980), 117.
(70)
69 Untuk itu keterbatasn notasi musik Barat haruslah disadari apabila kita hendak melakukan suatu transkripsi yang detail, sebagaimana dikemukakan oleh Singer. “The limitations of our Western musical notation must be like taken into consideration, particulary when attempting a deatiled transcription”.7Namun demikian Netl (1975) mengatakan bahwa untuk menemukan ciri-ciri-ciri yang mendasari musik yang diteliti, notasi konvensional Barat dapat digunakan, tetapi dengan membg bembubuhkan tanda-tanda khusus yang berguna untuk memberikan kejelasan pada musik yang ditranskripsikan itu.8Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Pandora Hopkins, bahwa kita menggunakan notasi karena adanya keinginan untuk menunjukkan bahwa notasi itu adalah sebagai fenomena yang telah memberikan arti bagi pemakainya,dan dengan notasi dapat memberikan materi yang bernilai untuk perbandingan.9 Lagipula, “Transcription, therefore, are needed to visualize what we near, to enable us to study musics comparatively and in detail, and to help us communicate to others what we think we heard”.10
7
Roberta L. Singer, “Philosophical Approaches to Transcription” dalam Discourse in
Ethnomusicology: Essay in Honor of George List (Indiana University Archieve, 1978), 113
8
Bruno Netl, The Study of Ethnomusicology: Twenty-Nine Issues and Concepts (Chicago: University Press, 1983), 16.
9
Pandora Hopkins, “The Purpose of Transcription”, dalam Journal for the Society of
Ethnomusicology (Ann Arbor Michigan, 1966). 316
10
Phylis M. May, ”Philosophical Approaches to Transcription” dalam Discourse in
Ethnomusicology: Essays in Honor of George List (Indiana University Archieve, 1978), 109. Demikianlah Phylis M. May berpendapat bahwa transkripsi diperlukan untuk memvisualisasikan apa yang didengar dengan memungkinkan untuk membantu mempelajari musik secara komparatif dan detail, serta membantu untuk mengkomunikasikannya kepada pihak lain tentang apa yang dipikirkandari apa yang didengar itu. Meskipun sesungguhnya
(71)
70 mentranskripsikan bunyi musik ke dalam bentuk visualisasi tidak akan pernah bisa sama persis sebagaimana ketika musik itu disajikan. 11
(Gambar 11. Motif Irama 1)
Beatbox merupakan sajian musikal yang memiliki tingkat kreativitas yang sangat
tinggi, karena gagasan-gagasan yang dimunculkan berdasar dari pemikiran yang kreatif. Pengimitasian musik dengan suara yang dihasilkan oleh mulut sudah termasuk gagasan yang lusr biasa. Terutama gagasan tentang irama, bentuk lagu, dan warna suara. Irama yang dimunculkan memang bukan irama baru, tetapi pengembangan irama-irama yang ada menjadi sebuah inovasi baru dan dimaninkan secara beatbox. Contoh motif irama dalam bentuk beatbox yang tertulis dalam notasi balok adalah:
Irama di atas merupakan irama yang biasanya dilatihkan untuk para beatboxer yang baru ingin belajar beatbox. Ketika dimainkan, irama tersebut hampir mirip dengan irama rock 16 beat. Meskipun penulis menuliskan partitur
11
Transkripsi pada umumnya pasti dipengaruhi oleh interpretasi si transkriptor terhadap karakter-karakter musik itu. Oleh sebab itu tidak akan dihindari atau akan ada muncul perbedaan-perbedaan kana sebuah segmen musikal dari dua orang atau lebih dalam mentranskripsikan suatu musik. Liahat juga Netl, Theory and Method, op.cit., 99.
(72)
71 secara terpisah antara cymbal, snare drum, dan bass drum, tetapi dalam
memainkannya tetap dalam satu permainan solo beatbox.
(Gambar 12. Motif Irama 2)
Motif ini adalah motif irama yang sering juga digunakan sebagai media belajar paling efektif bagi beatboxer pemula. Sebab suara untuk cymbal atau
hihat, snaredrum dan bass drum dengan sangat mudah untuk dibedakan dan
ditirukan dengan mulut melalui motif irama di atas. Irama tersebut mirip dengan irama disco yang identik dengan musik-musik yang diperoduksi oleh turntable atau disk jockey (DJ).
Seorang beatboxer yang sudah mahir biasanya dapat memainkan beberapa warna suara dalam satu sajian solo beatbox, dan penulis mencoba menuliskannya ke dalam notasi balok seperti di bawah ini:
(73)
72 (Gambar 13. Bagian Kombinasi)
Dengan memainkan beragam warna suara dan kombinasi, melodi dan ritme, sajian solo beatbox menjadi lebih menarik untuk disaksikan.
(74)
73 Berikut contoh musik beatbox oleh Gendang Mulut dalam bentuk notasi balok: \
(75)
(76)
75 a. Pola Kadens
b. Tangga Nada
(1)
76
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan berbagai pembahasan yang telah penulis utarakan pada bab-bab sebelumnya, penulis membuat kesimpulan bahwakomunitas beatbox Gendang Mulut hadir untuk memberi wadah bagi para penikmat dan pencinta musik
beatbox yang ada di Medan. Dengan tujuan untuk mengembangkan serta
memperkenalkan musik beatbox itu sendiri kepada khalayak ramai melalui sebuah komunitas. Teknik peniruan suara instrumen musik melalui alat-alat ucap manusia menjadikan seni vokal perkusi ini tebilang unik dan menarik. Dan tidak hanya itu, semakin banyak warna suara yang dapat dimainkan oleh seorang beatboxer maka semakin tinggi kualitas beatboxer tersebut.
Beatbox merupakan salah satu jenis sajian musik yang memiliki tingkat
kreativitas dan keunikan yang tidak dimiliki oleh grup musik non acapella, karena mengolah dan mengimitasi suara-suara drum, turntable, dan efek suara yang lain dengan menggunakan mulut atau vokal. Pada dasarnya beatbox menghasilkan musik ritmis dengan sumber bunyi mulut dan bagian-bagiannya, tetapi dengan sentuhan kreativitas, beatbox dapat bersifat melodis dengan mengimitasi suara instrument-instrument melodis seperti synthizer dan trumpet.
(2)
77
Teknik permainan beatbox yang dilakukan oleh komunitas Gendang Mulut bervariasi mulai dari suara dasar (B, T, K), efek suara (alarm, suara robot, suara terompet, dan sebagainya) dan humming (irama yang dibuat dengan mulut tertutup) serta suara unik lainnya yang diciptakan sendiri oleh seorang beatboxer
yang kreatif. Selain aktif dalam kegiatan latihan, komunitas Gendang Mulut juga sering tampil di berbagai panggung pertunjukan bahkan telah banyak mendapatkan penghargaan ataupun prestasi yang patut dibanggakan. Prestasi inilah yang menjadi acuan dan penyemangat bagi mereka untuk lebih mengasah diri dalam menyuarakan beatbox.
5.2 Saran
Penulis telah menyelesaikan proses penelitian dan proses penulisan karya ilmiah ini, namun penulis merasakan bahwa masih banyak di sana-sini kelemahan dan kekurangan penulis, sehingga saran dan kritik sangat penulis butuhkan untuk bisa membangun penulis dan lebih memperdalam penulisan mengenai komunitas
beatbox Gendang Mulut ke depannya.
Tulisan ini juga sangat diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang baik dan benar mengenai beatbox khususnya mengenai komunitas Gendang Mulut di Medan, namun tulisan ini juga sangat memerlukan penyempurnaan lebih lagi dari peneliti-peneliti selanjutnya, dan sangat diharapkan mau membahas lebih detail lagi mengenai komunitas Gendang Mulut sehingga bisa menjaga dan
(3)
78
membantu para beatboxer menjaga kontiunitas dan kesinambungan hidup dari
beatbox itu.
Bagi beatboxer atau pemain beatbox harus memiliki media lain dalam mengembangkan kemampuan beatboxing-nya. Jangan hanya sekedar berapresiasi lewat youtube atau video tutorial saja, tetapi coba belajar langsung kepada
beatboxer yang lebih mahir dan professional. Selain itu, mereka harus
meningkatkan pengetahuan tentang ilmu ritmis atau perkusi dan kemampuan musikal supaya pola permainan mereka juga lebih bervariatif lagi. Bagi para penggemar beatbox yang ingin belajar beatboxing, disarankan agar belajar kepekaan musikal juga. Karena beatbox adalah permainan ritme dan melodi seperti halnya bermain musik instrument, selain teknik dasar beatbox yang memang harus dikuasai, seperti B-T-K, k-snare, dan lainnya.
Disarankan juga bagi para beatboxer secara khusus agar membuka hati dan tangan untuk menerima dan membantu para peneliti lain yang ingin membantu memperkenalkan komunitas beatbox seperti komunitas Gendang Mulut kepada masyarakat, hingga gaung dari komunitas beatbox tidak semata hanya kepada anak-anak sekolah ataupun para akademisi saja, namun kepada semua lapisan masyarakat.
Demikianlah penulis menyelesaikan tulisan ini dengan harapan semoga tulisan ini memberikan kontribusi yang positif di dalam dunia pendidikan, juga untuk kemajuan etnomusikologi secara khusus, serta kontribusi yang baik bagi
(4)
79
komunitas beatbox Gendang Mulut dalam meraih eksistensi di hati masyarakat. Terima kasih.
(5)
80 DAFTAR PUSTAKA
Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta : Kanisius.
Ben dan Mauly. 2005. Musik Populer. Jakarta : Lembaga Pendidikan Nusantara. Bogdan, R. And Taylor, S. J. 1975. Introduction to Qualitative Research
Methode. Newyork : John Willey and Sons.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Djohan. 2009. Psikologi Musik. Cetakan Ketiga. Yogyakarta : Best Publisher. Griffiths, Paul. 1986. Encyclopedia of 20th-Century Music.
Ihromi, T,O. 1981. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Gramedia.
Januar Salomowa Waruwu, Evendi. 2013. RAP SEBAGAI SEBUAH PERJUANGAN LEWAT LIRIK DALAM GENRE HIPHOP: KAJIAN
STRUKTUR TEKSTUAL DAN RITMIS. Medan. Skripsi Sarjana – Fakultas
Ilmu Budaya Jurusan Etnomusikologi USU.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta Koentjaraningrat. 1985. Metode – Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta.
(6)
81
Merriam, AP. 1964. The Anteopology of Music, Indiana : Northwestrn University Press.
Netl, Bruno. 1964. Theory And Methode In Ethnomusicology. Newyork : The Free Press Of Glencoe.
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Triswanto, Sugeng. D. 2010. Trik Menulis Skripsi & Menghadapi Presentasi
Bebas Stress. Yogyakarta: Tugu Publisher.
Okatara, Bebbi. 2011. 6 Jam Jago Teknik Olah Vokal. Jakarta Timur : Gudang Ilmu.