Teknik Penerjemahan Dan Tingkat Kewajaran Tindak Tutur Keluhan Dalam Film A Man Apart Tayangan Televisi Dan CD

(1)

TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEWAJARAN

TINDAK TUTUR KELUHAN DALAM FILM A MAN APART

TAYANGAN TELEVISI DAN CD

TESIS

Oleh

IDAWATI SITUMORANG

127009036/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

2014

TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEWAJARAN

TINDAK TUTUR KELUHAN DALAM FILM A MAN APART

TAYANGAN TELEVISI DAN CD

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh:

IDAWATI SITUMORANG

127009036/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

Judul Tesis : TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEWAJARAN TINDAK TUTUR KELUHAN DALAM FILM A MAN APART TAYANGAN TELEVISI DAN CD

Nama Mahasiswa : Idawati Situmorang Nomor Pokok : 127009036

Program Studi : Linguistik

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Roswita Silalahi, M.Hum.) (Dr. Muhizar Muchtar, M.S.)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.d.) (Dr. Syahron Lubis, M.A.)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 08 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Roswita Silalahi, M.Hum. Anggota : 1. Dr. Muhizar Muchtar, M.S. 2. Dr. Syahron Lubis, M.A. 3. Dr. M. Husnan Lubis, M.A.


(5)

PERNYATAAN Judul Tesis

“TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEWAJARAN TINDAK TUTUR KELUHAN DALAM FILM A MAN APART TAYANGAN TELEVISI DAN CD”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Univeritas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian- bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, September 2014 Penulis,


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji tentang perbandingan subtitle tindak tutur keluhan dalam film A Man Apart tayangan TV dan CD. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah TV dan CD dalam menerjemahkan tindak tutur keluhan, dan (2) mendeskripsikan tingkat kewajaran subtitle tindak tutur keluhan dalam film A Man Apart. Teori yang digunakan dalam menganalisis teknik penerjemahan adalah teori Molina dan Albir (2002:509) dan teori Larson (1984:497) dalam menganalisis tingkat kewajaran. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah ujaran yang mengandung tindak tutur keluhan berbahasa Inggris dan subtitle bahasa Indonesia dalam film A Man Apart tayangan televisi dan CD. Ujaran tersebut berupa kata, frasa, klausa dan kalimat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 data tayangan TV, teknik harafiah menempati urutan pertama (45,25%), reduksi (17,88%), penambahan (10,06%), adaptasi budaya (5,59%), padanan lazim (5,03%), transposisi (4,47%), kreasi diskursif (2,79%), kompresi linguistik (2,23%), amplifikasi (1,68%), peminjaman murni (1,68%), modulasi (1,68%), peminjaman alamiah (1,12%), dan urutan terakhir adalah penghilangan (0,56%). Di sisi lain, dari 50 data tayangan CD, teknik harafiah menempati urutan pertama berjumlah (46,43%), reduksi (17,86%), penambahan (8,33%), kreasi diskursif (7,14%), padanan lazim (4,17%), adaptasi budaya (4,17%), transposisi (3,57%), penghilangan (2,38%), modulasi (1,79%), peminjaman murni (1,19%), peminjaman alamiah (1,19%) serta disusul kemudian dengan urutan terakhir yaitu generalisasi, kompresi linguistik dan amplifikasi masing-masing (0,60%). Berdasarkan hasil analisis pada tingkat kewajaran yang merujuk pada subtitle yang dikomunikasikan dengan akurat dan menggunakan bahasa yang alami ke dalam bahasa sasaran menunjukkan bahwa dari 50 data tayangan TV, 32 data (64%) diterjemahkan secara wajar, 13 data (26%) diterjemahkan dengan kurang wajar, dan 5 data (10%) diterjemahkan dengan tidak wajar. Di sisi lain, dari 50 data tayangan CD, 12 data (24%) diterjemahkan secara wajar, 22 data (44%) diterjemahkan dengan kurang wajar, dan 16 data (32%) diterjemahkan dengan tidak wajar. Subtitle TV lebih wajar dibandingkan

subtitle CD. Hal ini disebabkan karena makna subtitle TV lebih akurat dan penerjemah TV menggunakan bahasa yang lebih lazim bagi penonton atau masyarakat bahasa.


(7)

ABSTRACT

This study focuses on comparing the subtitles of speech act of complaint in the movie A Man Apart shown on TV and in CD. The objectives of this study are (1) to describe the translation techniques used by the TV and CD subtitler in translating the speech act of complaint, and (2) to describe the naturalness level of the subtitles of speech act of complaint in the movie A Man Apart. The theory used to analyze the translation techniques is the theory of Molina Albir (2000:509) dan Larson (1984:497) to analyze the naturalness level. This is a descriptive qualitative study. The data are the speeches consisting of the speech act of complaint in English and the Indonesian subtitles in the movie A Man Apart shown on TV and in CD. The data are that words, phrases, clauses and sentences. The findings show in terms of translation techniques used by the subtitler TV that from 50 data, the literal translation has the highest percentage(45,25%), reduction (17,88%), addition (10,06%), cultural adaptation (5,59%), established equivalent (5,03%),transposition(4,47%), discursive creation(2,79%), linguistic compression (2,23%), naturalized borrowing (1,12%) and the lowest percentage is deletion (0,56%). On the other hand, in terms of translation techniques used by the subtitler CD from 50 data show that literal translation has the highest percentage (46,43%), reduction (17,86%), addition (8,33%), discursive creation (7,14%), established equivalent (4,17%), cultural adaptation (4,17%), transposition (3,57%), omission (2,38%), modulation (1,79%), pure borrowing (1,19%), naturalized borrowing (1,19%), and the lowest percentage are generalization, linguistic compression and amplification respectively (0,60%). Based on the analysis conducted on naturalness level referring to the subtitles communicated accurately and use common and familiar language for the viewer of the speakers of the target language from 50 data shown in TV show that 32 data (64%) are natural, 13 data(26%) are less natural, and 5 data(10%) are unnatural. On the other hand, from 50 data shown in CD, 12 data (24%) are natural, 22 data (44%) are less natural, 16 data (32%) are unnatural. The conclusion is that TV subtitles are more natural than that are CD because subtitles TV are more accurate and TV subtitler uses common and familiar language for the viewer of the speakers of the target language.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih dan pertolongan-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini tidak akan pernah terselesaikan dengan baik tanpa adanya dukungan moral dan spritual dari beberapa pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&h, M.Sc (CTM), SP.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, selaku Direktur Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Program Studi Linguistik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Magister Linguistik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan motivasi kepada para mahasiswa dan berperan besar terhadap kemajuan pendidikan, pembangunan sarana dan prasarana yang memadai di program studi Linguistik.

5. Ibu Dr. Roswita Silalahi, M.Hum, sebagai pembimbing I yang telah membantu, mengarahkan, serta mengkritisi isi tulisan ini dengan penuh tanggung jawab yang tulus hingga terwujudnya penulisan tesis ini dengan baik.

6. Bapak Dr. Muhizar Muchtar, M.S selaku Pembimbing II yang sangat antusias memberikan dukungan, saran dan kritikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan baik.

7. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D., Dr. Syahron Lubis, M.A., dan Dr. Husnan Lubis. M.A., selaku penguji tesis ini yang telah banyak


(9)

memberikan dukungan, saran dan ide yang sangat luar biasa hingga terwujudnya penulisan tesis ini dan dapat terselesaikan dengan baik.

8. Bapak Drs. Marzaini Manday, MSPD., sebagai penerjemah professional yang telah membimbing penulis sewaktu magang ‘attachement’ di Pusat Bahasa. Nasihat beliau agar mahasiswa berpandangan positif dan ikhlas akan selalu diamalkan dalam hidup penulis.

9. Ibu Dr. Nurlela M.Hum., selaku Sekretaris Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Program Studi Linguistik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu urusan administrasi sehingga dapat berjalan dengan baik.

10.Ibu Dra. Hayati Chalil, M.Hum., selaku Koordinator Kajian Terjemahan Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Program Studi Linguistik Universitas Sumatera Utara yang dengan pengabdian dan semangat yang luar biasa dalam memberikan ide dan saran untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

11.Seluruh dosen pengajar di Program Studi Magister Linguistik Terjemahan Universitas Sumatera Utara tanpa kecuali sebagai motor penggerak dunia pendidikan yang berdasarkan pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, baik dalam memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna dalam pengembangan ilmu pengetahuan secara keseluruhan maupun yang berkaitan dengan terjemahan, dan tidak lupa juga kepada seluruh staf pegawai Program Studi Magister Linguistik maupun karyawan perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang telah mengabdikan diri dengan tulus dalam pelayanan administrasi kepada penulis hingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

12.Seluruh teman seangkatan S2 Linguistik Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang saling menyemangati untuk menyelesaikan tesis ini khususnya untuk kak Juliana, kak Wahyuni Sadaah, Maya Sari, Angela Adriana Sembiring, kak Tina Ria Zen, kak Susi Masniari Nasution, kak Yulia Fitra, Dian Marisha,Marina Sihombing Kak Ika, pak Nasir Bintang, pak Rahman, dan pak Imaddudin.


(10)

13.Seluruh keluarga, bapak dan mama tercinta, kakak dan abang penulis yang telah mendukung secara moril dan materil, serta memberikan kasih sayang untuk terus bersemangat dalam menyelesaikan tesis ini.

14. Sahabat penulisBinsar Silalahi, S.T., dan Mariana Natalia Siburian, S.S. yang selalu mendoakan, mendukung, dan membantu penulis dengan tulus dan kasih sayang sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun, penulis yakin tesis ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pembaca. Semoga Tuhan memberkati.

Medan, Mei 2014 Penulis


(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. DATA PRIBADI

Nama : Idawati Situmorang

Tempat/ Tgl. Lahir : Pasir Mandoge, 18 September 1988 Pekerjaan : Guru SMP/ SMA W.R. Supratman 2 Alamat : Jln A.H. Nasution Gang Karya April HP : 081269478783

2. RIWAYAT

PENDIDIKAN

1. Pascasarjana : Linguistik USU

2. S1 :

Sastra Inggris USU

3. SLTA : SMA N 4 Siantar

4. SLTP :

SLTP Swasta PTPN 4 Pasir Mandoge

5. SD : SD Negeri 016528 Ujung Sipinggan, Pasir


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………..i

ABSRACT………...ii

KATA PENGANTAR………..iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….vi

DAFTAR ISI……….vii

DAFTAR SINGKATAN………x

DAFTAR TABEL……….xi

DAFTAR GAMBAR………xii

BAB I PENDAHULUAN……….……...1

1.1 Latar Belakang Penelitian ……….……... 1

1.2 Batasan Masalah………...9

1.3 Rumusan Masalah………..……...…..10

1.4 Tujuan Penelitian……….………..….…...10

1.5 Manfaat Penelitian………..……….…….11

1.5.1 Manfaat Teoretis……….….11

1.5.2 Manfaat Praktis………...11

1.6 Klarifikasi Makna Istilah………..………....….……...12

BAB II KAJIAN PUSTAKA………..………14

2.1 Konsep Dasar………..………...….... 14


(13)

2.1.1.1 Definisi Terjemahan dan Penerjemahan.…………..15

2.1.2Subtitlling...… ………...………...16

2.1.2.1 Pengertian Subtitlling ……….……….…..16

2.1.2.2 Jenis-jenis Subtitling………..…………...17

2.1.2.3 Kesulitan dalam Subtitling……..………….....18

2.1.3 Pragmatik……….……..………….……...19

2.1.3.1Tindak Tutur (Speech Act)……...…..….….……...20

2.1.3.2 Tindak Tutur Keluhan……..……….24

2.1.3.3 Kategori Tindak Tutur Keluhan…….……….24

2.2 Landasan Teori………...……….………...…...26

2.2.1 Teknik Penerjemahan………...…….…….………..27

2.2.2 Kewajaran (Naturalness)…… ………...37

2.3 Penelitian yang Terdahulu………..………...….40

2.4 Kerangka Teori……….………..………....47

BAB III METODE PENELITIAN………...49

3.1 Metode Penelitian……...………..…..……….49

3.2 Data dan Sumber Data………….…………..………....……….49

3.2.1 Data………..……….………...…………...49

3.2.2 Sumber Data……..………..…………..………50

3.3 Teknik Cuplikan……..……….……….…...50

3.4 Teknik Pengumpulan Data…..…………..……..…...51

3.4.1 Analisis isi (Content analysis)… ………….………..51

3.5 Teknik Analisis Data………....52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….………..57


(14)

4.1.1 Teknik Penerjemahan TV dan CD………..…….58

4.2 Perbandingan Teknik Penerjemahan TV dan CD………..………..65

4.2.1 Teknik Penerjemahan TV dan CD...134

4.2.1.1 Teknik Penerjemahan TV…...134

4.2.1.2 Teknik Penerjemahan CD…...138

4.3 Tingkat Kewajaran Subtitle TVdan CD………...…..142

4.3.1 Tingkat Kewajaran Subtitle TV……….………..….142

4.3.1.1 Subtitle Wajar……….…...……...……….142

4.3.1.2 Subtitle Kurang wajar………..….….……...………143

4.3.1.3 Subtitle Tidak Wajar…………...………..…………144

4.3.2 Tingkat Kewajaran Subtitle CD…….…….………..146

4.3.2.1 Subtitle Wajar………...……....146

4.3.2.2 Subtitle Kurang Wajar……….……….147

4.3.2.3 Subtitle Tidak Wajar………...………...148

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………. ……….…...152

5.1 Simpulan………...………..152

5.2 Saran……….………..………153

DAFTAR PUSTAKA………..155 LAMPIRAN


(15)

DAFTAR SINGKATAN

BSu = Bahasa sumber BSa = Bahasa sasaran

CD = Compact disk

KM = Kata makian Lsg = Langsung Tlsg = Tidak langsung TKM = Tanpa kata makian TP = Teknik Penerjemahan TTK = Tindak Tutur Keluhan


(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1 Aspek Penilaian Tingkat Kewajaran Terjemahan………..………39

4.1 Teknik Penerjemahan Tunggal TV dan CD………...59

4.2 Teknik Penerjemahan Kuplet TV dan CD………..………...60

4.3 Teknik Penerjemahan Triplet TV dan CD……….…………...61

4.4 Teknik Penerjemahan Kwartet TV dan CD………..………..…...62

4.5 Teknik Penerjemahan Kuintet TV dan CD………...……...63


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Kerangka Teori………...48

3.1 Interactive Model of Analysis………53

4.1 Frekuensi Teknik Penerjemahan TV………137

4.2 Frekuensi Teknik Penerjemahan CD………..………141

4.3 Tingkat Kewajaran Subtitle TV………..……….145


(18)

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji tentang perbandingan subtitle tindak tutur keluhan dalam film A Man Apart tayangan TV dan CD. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah TV dan CD dalam menerjemahkan tindak tutur keluhan, dan (2) mendeskripsikan tingkat kewajaran subtitle tindak tutur keluhan dalam film A Man Apart. Teori yang digunakan dalam menganalisis teknik penerjemahan adalah teori Molina dan Albir (2002:509) dan teori Larson (1984:497) dalam menganalisis tingkat kewajaran. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah ujaran yang mengandung tindak tutur keluhan berbahasa Inggris dan subtitle bahasa Indonesia dalam film A Man Apart tayangan televisi dan CD. Ujaran tersebut berupa kata, frasa, klausa dan kalimat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 data tayangan TV, teknik harafiah menempati urutan pertama (45,25%), reduksi (17,88%), penambahan (10,06%), adaptasi budaya (5,59%), padanan lazim (5,03%), transposisi (4,47%), kreasi diskursif (2,79%), kompresi linguistik (2,23%), amplifikasi (1,68%), peminjaman murni (1,68%), modulasi (1,68%), peminjaman alamiah (1,12%), dan urutan terakhir adalah penghilangan (0,56%). Di sisi lain, dari 50 data tayangan CD, teknik harafiah menempati urutan pertama berjumlah (46,43%), reduksi (17,86%), penambahan (8,33%), kreasi diskursif (7,14%), padanan lazim (4,17%), adaptasi budaya (4,17%), transposisi (3,57%), penghilangan (2,38%), modulasi (1,79%), peminjaman murni (1,19%), peminjaman alamiah (1,19%) serta disusul kemudian dengan urutan terakhir yaitu generalisasi, kompresi linguistik dan amplifikasi masing-masing (0,60%). Berdasarkan hasil analisis pada tingkat kewajaran yang merujuk pada subtitle yang dikomunikasikan dengan akurat dan menggunakan bahasa yang alami ke dalam bahasa sasaran menunjukkan bahwa dari 50 data tayangan TV, 32 data (64%) diterjemahkan secara wajar, 13 data (26%) diterjemahkan dengan kurang wajar, dan 5 data (10%) diterjemahkan dengan tidak wajar. Di sisi lain, dari 50 data tayangan CD, 12 data (24%) diterjemahkan secara wajar, 22 data (44%) diterjemahkan dengan kurang wajar, dan 16 data (32%) diterjemahkan dengan tidak wajar. Subtitle TV lebih wajar dibandingkan

subtitle CD. Hal ini disebabkan karena makna subtitle TV lebih akurat dan penerjemah TV menggunakan bahasa yang lebih lazim bagi penonton atau masyarakat bahasa.


(19)

ABSTRACT

This study focuses on comparing the subtitles of speech act of complaint in the movie A Man Apart shown on TV and in CD. The objectives of this study are (1) to describe the translation techniques used by the TV and CD subtitler in translating the speech act of complaint, and (2) to describe the naturalness level of the subtitles of speech act of complaint in the movie A Man Apart. The theory used to analyze the translation techniques is the theory of Molina Albir (2000:509) dan Larson (1984:497) to analyze the naturalness level. This is a descriptive qualitative study. The data are the speeches consisting of the speech act of complaint in English and the Indonesian subtitles in the movie A Man Apart shown on TV and in CD. The data are that words, phrases, clauses and sentences. The findings show in terms of translation techniques used by the subtitler TV that from 50 data, the literal translation has the highest percentage(45,25%), reduction (17,88%), addition (10,06%), cultural adaptation (5,59%), established equivalent (5,03%),transposition(4,47%), discursive creation(2,79%), linguistic compression (2,23%), naturalized borrowing (1,12%) and the lowest percentage is deletion (0,56%). On the other hand, in terms of translation techniques used by the subtitler CD from 50 data show that literal translation has the highest percentage (46,43%), reduction (17,86%), addition (8,33%), discursive creation (7,14%), established equivalent (4,17%), cultural adaptation (4,17%), transposition (3,57%), omission (2,38%), modulation (1,79%), pure borrowing (1,19%), naturalized borrowing (1,19%), and the lowest percentage are generalization, linguistic compression and amplification respectively (0,60%). Based on the analysis conducted on naturalness level referring to the subtitles communicated accurately and use common and familiar language for the viewer of the speakers of the target language from 50 data shown in TV show that 32 data (64%) are natural, 13 data(26%) are less natural, and 5 data(10%) are unnatural. On the other hand, from 50 data shown in CD, 12 data (24%) are natural, 22 data (44%) are less natural, 16 data (32%) are unnatural. The conclusion is that TV subtitles are more natural than that are CD because subtitles TV are more accurate and TV subtitler uses common and familiar language for the viewer of the speakers of the target language.


(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini, teknologi berkembang semakin pesat dan mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia.Pertukaran ilmu, budaya, dan kegiatan sosial lainnya semakin mudah dilakukan. Kemajuan teknologi juga mempengaruhi industri perfiliman yang semakin pesat.Menonton film merupakan salah satu hiburan yang sangat diminati disetiap negara termasuk Indonesia. Film-film yang beredar pun sangat beragam, baik film lokal maupun film asing. Tidak dipungkiri bahwa sebagain besar film asing tersebut menggunakan bahasa Inggris dan yang menjadi kendala adalah tidak semua masyarakat Indonesia mengerti bahasa Inggris.Bagaimana mereka mengerti film yang mereka tonton jika mereka tidak mengerti setiap ucapan yang disampaikan dalam film tersebut.Sehingga dalam hal ini, kehadiran terjemahan dalam industri perfiliman sangat dibutuhkan.

Dalam penerjemahan teks film, ada dua jenis penerjemahan yaitu

subtitling dan dubbing. Shuttleworth dan Cowie (1997:161) menyatakan bahwa

subtitlingis the process of providing synchronized captions for film and television dialogue (and more recently for live opera). Hal ini sejalan dengan pendapat O’Connel (2007:169) yang menjelaskan bahwa subtitling is defined as


(21)

supplementing the original voice soundtrack by adding written text.Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa subtitling adalahpengalihan pesan dari bahasa sumber (bahasa lisan) kedalam bahasa sasaran dalam bentuk tulis/teks. Definisi dubbing dikemukakan oleh Shuttleworth dan Cowie (1997:45) sebagai berikut:

Dubbingisthe process in which the foreign dialogue is adjusted to the mouth movement of the actor in the film and which is designed to give the impression that the actors whom the audiences see are actually the speaking in TL.

Kutipan diatas menjelaskan bahwa dubbingadalah pengalihan pesan dari bahasa sumber (BSu) kedalam bahasa sasaran (BSa) dalam bentuk suara yang melibatkan dua bahasa untuk menyampaikan pesan yang sepadan dari bahasa sumber(BSu) kedalam bahasa sasaran (BSa). Larson (1984:17) mengatakan bahwa penerjemahan adalah pengalihan amanat dari teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan menggunakan bentuk gramatikal dan leksikal bahasa sasaran yang wajar.Oleh karena itu, dibutuhkan kompetensi penerjemah sehingga pesan yang disampaikan benar-benar akurat dan wajar di dalam budaya sasaran.

Pembuatan subtitle film pada dasarnya bukan pekerjaan yang mudah dilakukan karena dibatasi oleh dua faktoryaitu media dan waktu. Faktor media artinya bahwa teks terjemahan akan ditampilkan dilayar dengan ruang yang jauh lebih sempit daripada buku atau novel. Faktor waktu artinya bahwa subtitle harus ditampilkan tepat pada saat dialog film diucapkan. Dalam membuat subtitle


(22)

dalam bahasa sasaran, melainkan penerjemah harus menjembatani dua budaya yang berbeda sehingga seorang penerjemah harus paham terhadap film dan konteks yang akan diterjemahkannya (Tobing, 2012:18).

Karena subtitle harus dibaca singkat dalam beberapa detik, penerjemah teks film yang baik haruslah mampu menolong penonton untuk menikmati dan memahami film, bukan membuatnya sibuk membaca subtitle yang terlalu panjang. Oleh karena itu, seorang penerjemah harus dapat memastikan bahwa suatu subtitle dapat dibaca dan dipahami dengan mudah.Sering ditemukan bahwa satu film diterjemahkan oleh lebih dari satu penerjemah. Suatu film yang memiliki judul yang sama mempunyai subtitle yang berbeda, contohnya film yang ditayangkan ditelevisi (TV) memiliki subtitle yang berbeda dengan film yang ditayangkan di compact disk (CD). Hal ini disebabkan karena film yang diterjemahkan oleh penerjemah yang berbeda akan menghasilkan terjemahan yang berbeda pula. Penerjemah adalah manusia yang memiliki pemikiran yang berbeda. Proses penerjemahan yang dilakukan oleh penerjemah terjadi secara kognitif, suatu proses yang terjadi di dalam otak penerjemah. Proses kognitif itu disebut juga kotak hitam atau black box penerjemahkarena proses itu tidak dapat diamati dan dilihat secara langsung oleh mata manusia (Nababan,2007:16). Setiap penerjemah mengalami pengalaman yang berbeda ketika menerjemahkan bahasa sumber (BSu) kedalam bahasa sasaran(BSa), contohnya, hambatan yang ditemui dan teknik yang tepat untuk memecahkan masalah.Perbedaan hasil terjemahan juga dapat disebabkan oleh kompetensi penerjemah yang berbeda-beda.


(23)

Sebuah film adalah sebuah perwujudan atau refleksi dari kehidupan nyata.Setiap film mengandung ujaran/tuturan yang disampaikan oleh para karakter yang bermain didalamnya.Setiap kata, frasa, klausa dan kalimat yang disampaikan oleh para karakter merealisasikan keinginan, maksud, dan emosi mereka, seperti saat mereka marah, senang, sedih, mengeluh, bertanya, menolak, meminta dan lain-lain. Tuturan-tuturan para karakter tersebut dinamakan tindak tutur (speech act). Pada dasarnya speech act berasal dari dua kata yaitu speech

(ujaran) dan act (tindakan). Speech act is the action performed via utterances(Yule, 1996:47). Kata-kata yang disampaikan oleh sipenutur tidak hanya mengandung makna harafiah tetapi juga mengandung suatu tindakan. Misalnya, dalam kalimat apakah kamu mempunyai uang?.Kalimat ini tidak hanya sebagai kalimat tanya(request information) yang menanyakan petutur apakah dia mempunyai uang pada saat itu, tetapi si penutur mungkin bermaksud untuk meminjam uang (borrowing something) kepada si petutur.Suatu ujaran /tuturan penutur dapat mengandung maksud yang berbeda-beda tergantung pada konteks yang menyertainya.Telah dijelaskan sebelumnya bahwa film merupakan refleksi kehidupan nyata sehingga suatu film mengandung banyak sekali tindak tutur.Salah satunya adalah tindak tutur keluhan(speech act of complaint).

Definisi tindak tutur keluhan (speech act of complaint)dikemukakan oleh Trosborg (1995:311) sebagai berikut:

Speech act of complaint as an illocutionary act in which the speaker (the complainer) express his or her disapproval, negative feeling, etc, toward the state of affairs described in the proportion (the complainable) and for which he or she holds the hearer (the complainee) responsible, either directly or indirectly.


(24)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tindak tutur keluhan didefinisikan sebagai tindak tutur ilokusi, penutur mengekspresikan ketidaksetujuan, perasaan negatif kepada orang lain (petutur) atau kepada suatu hal. Penutur menganggap bahwa petutur bertanggung jawab terhadap kejadian yang menyangkut hal yang dikeluhkannya. Penutur dapat mengeluh secara langsung maupun tidak langsung.Dalam tindak tutur keluhan, ekspresi yang direalisasikan si penutur adalah ekspresi negatif sehingga sering sekali ditemukan kata-kata kasar dan makian didalamnya.Mengingat banyaknya media yang dapat menampilkan sebuah film, subtitle yang dihasilkan pun memiliki tingkat kesopanan dan kesusilaan yang berbeda. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa setiap penerjemah memiliki teknik penerjemahan yang berbeda-beda dalam proses penerjemahan.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam tindak tutur keluhanekspresi yang direalisasikan si penutur adalah ekspresi negatif yang sering sekali ditemukan kata-kata kasar dan makian didalamnyasehingga peneliti merasa tertarik untuk meneliti teknikpenerjemahan dan tingkat kewajaransubtitletindak tutur keluhan tayangan televisi dan CD. Hal ini juga disebabkan karena keduanya dikonsumsi oleh banyak pihak dari berbagai umur, anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua.

Stasiun Global TV dipilih sebagai stasiun yang menayangkan sumber data karena Global TV menayangkan film BigMovies GTV khususnya film yang berbahasa Inggris. Film-film yang ditayangkan oleh Global TV adalah film-film yang sangat diminati oleh masyarakat. Film A Man Apart dijadikan sebagai sumber data karenasubtitle film tersebut sudah dibandingkan dengan subtitle


(25)

America, Mrs Smith, Taken, Riddick, King Arthur, Harry Potter, Bridge of

Dragons, Black Hawk Down dan Fast and Farious. Film A Man

Apartmengandung banyak sekali tindak tutur keluhan (speech act of complaint)

yang sangat bervariasi berdasarkan tingkat kekerasannya. Film ini banyak menampilkan orang kulit hitam (negro) sebagai pemainnya. Seperti yang diketahui bahwa orang kulit hitam (negro) identik dengan kata-kata kasar. Film ini juga sangat diminati oleh para pecinta film barat (Hollywood). Walaupun film ini diproduksi pada tahun 2003, namun masih ditayangkan bukan hanya di stasiun Global TV saja tetapi juga di stasiun televisi lainnya.

Film ini berkisah tentang Sean Vetter(Vin Diesel) dan rekannya DemetriusHicks(Larenz Tate) yang merupakan bekas anak jalanan di Los Angeles. Kini mereka bekerja sebagai agen DEA AS, agen pembasmi narkoba.Mereka harus mengatasi kasus yang telah berlangsung selama tujuh tahun, yaitu peredaran narkotika di sepanjang perbatasan Amerika dan Meksiko.Mereka terkenal dengan taktik jalanannya yang jitu. Kepiawaian mereka terbukti ketika harus meringkus Baja Cartel yang terkenal yaitu Memo Lucero Geno, seorang Kolombia yang membangun markas obat bius di Tijuana, bagian utara Meksiko, yang menjadi produsen dan pengedar obat bius terbesar di dunia. Setelah berhasil memenjarakan Lucero di sebuah penjara dengan tingkat keamanan yang ketat, Vetter akhirnya dapat pulang ke rumah beristirahat dari dunia pekerjaannya yang keras dan kejam serta bertemu dengan istri yang dicintainya, Stacy.Namun dalam penangkapan Lucero, seorang tokoh misterius yang kejam yang dijuluki Diablo muncul. Vetter dan Hicks pun mulai melacak sosok misterius yang baru dan berbahaya ini.Namun, Diablo justru membuat


(26)

masalah menjadi lebih rumit dengan merampas kehidupan Vetter, yakni membunuh Stacy.Vetter menempuh berbagai cara untuk meringkus Diablo. Vetter terpaksa bekerjasama dengan Lucero yang berada di penjara. Dia tidak berhenti mencari cara untuk melakukan perhitungan dan balas dendam terhadap pembunuh istrinya. Dia juga mempertaruhkan nyawanya untuk menghadapi bahaya diantara keadilan dan ketidakadilan, serta pertarungan antara idealisme dan dedikasinya sebagai anggota polisi.

Berikut beberapa perbedaan subtitle tindak tutur keluhan dalam film A Man Apart tayangan televisi dan CD:

Bahasa Inggris (BSu) My lawyeris gonnahave a field daywith youpsychofuck!

Subtitle (TV) Pengacarakuakanberurusandenganmupsikopat!

- Teknik Penerjemahan

(TV)

Harafiah,Kesepadanan lazim, Peminjaman alamiah,Reduksi

Bahasa Inggris (BSu) My lawyeris gonnahave a field daywith youpsychofuck! Subtitle

( CD)

Pengacarakuada pengalaman menanganimaniakmacam kalian!

Teknik Penerjemahan (CD)

Harafiah, Kreasi diskursif, Penambahan

Dari tabel di atas, dapat dilihat adanya perbedaan subtitle tayangan TV dan CD. Teknik harafiah digunakan oleh penerjemah TV dalam menerjemahkan klausa my lawyer is gonna menjadi pengacaraku akan dan frasa with you menjadi denganmu. Kemudian, teknik padanan lazim digunakan dalam menerjemahkan suatu ungkapan have a field day menjadi berurusan. Penerjemah TV menggunakan teknik peminjaman alamiah (peminjaman yang dinaturalisasi)


(27)

dalam menerjemahkan kata psychomenjadi psikopat.Oxford Advanced Learners Dictionary (2000:1064) mendefinisikan kata psycho sebagai (informal) a person who is mentally ill and who behaves in a very strange violent way.Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1109) mendefinisikan psikopatsebagai orang yang karena kelainan jiwa menunjukkan perilaku yangmenyimpang sehingga mengalami kesulitan dalam pergaulan. Kata psycho ditujukan kepada Sean yang dianggap Hollywood Jack sebagai orang gila karena Sean telah membuat keributan hanya karena masalah kecil. Kata fuck

Sama seperti penerjemah TV, penerjemah CD menggunakan teknik harafiah dalam menerjemahkan frasa

yang terdapat di dalam bahasa sumber direduksi karena hanya merupakan penekanan emosi si penutur.

my lawyer menjadi pengacaraku.Namun,

Kata is gonna yang terdapat dalam BSu direduksi. Teknik kreasi diskursif digunakan penerjemah CD dalam menerjemahkan ungkapan have a field day menjadi ada pengalaman menanganidan kata psycho menjadi maniak. Pada dasarnya, kata maniak tidak sepadan dengan kata psycho. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:874), “maniak adalah orang yg tergila-gila akan sesuatu atau orang yg sangat menyukai sesuatu.” Orang yang tergila-gila dengan sesuatu sangat berbeda dengan orang yang mengalami gangguan kejiwaan atau gangguan mental. Sama seperti penerjemah TV, teknik reduksi digunakan dalam mereduksi kata fuck yang terdapat di dalam BSu. Teknik penambahan digunakan penerjemah CD dalam menambahkan frasa macam kalian

Dari contoh diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap penerjemah akan menghasilkan terjemahan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena penerjemah adalah manusia yang memiliki pemikiran yang berbeda dan juga disebabkan oleh


(28)

kompetensi penerjemah yang berbeda satu dengan yang lain. Setiap penerjemah memiliki teknikpenerjemahan (TP) yang berbedadan berpengaruh terhadap hasil terjemahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang tingkat kewajaran terjemahan antara kedua subtitletersebut. Apakah subtitle disampaikan dengan wajar, alamiah dan mencerminkan tindak tutur bahasa sasaran karena masalah kewajaran inilah yang akan ditangkap oleh penonton sebagai subtitle yang alami dan dapat dimengerti. Jika subtitle yang dihasilkan berlangsung dengan baik penonton akan merasa puas dan tidak terganggu, sebaliknya jika hal ini tidak berlangsung dengan baik dapat mengganggu keasyikan penonton, bahkan penonton tidak mengerti dengan subtitleyang ditampilkan karena tidak sesuai dengan bahasa mereka.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini akan mendeskripsikan teknikpenerjemahan yang digunakan oleh penerjemah televisi dan penerjemah CD dalam menerjemahkan tindak tutur keluhandalam film A Man Apartdan tingkat kewajaransubtitle tindaktutur keluhan dalam film A Man Apart tayangan televisi dan CD dengan menggunakan teori teknik penerjemahan oleh Molina dan Albir (2002:509) serta parameter penilaian tingkat kewajaran terjemahan oleh Larson (1984:497). Oleh karena itu, penelitian ini berjudul Teknik Penerjemahan dan Tingkat Kewajaran Tindak Tutur Keluhan dalam Film A Man Apart Tayangan Televisi dan CD.

1.2 Batasan Masalah

Pembatasan masalah perlu dilakukan agar penelitian ini tidak terlalu luas. Penelitian ini difokuskan pada subtitle yang mengandung tindak tutur keluhan


(29)

dalam film A Man Apart tayangan TV dan CD. Maksudnya adalah bahwa

subtitle yang mengandung tindak tutur keluhan yang dijadikan data dalam

penelitian ini. Data dalam penelitian ini adalah ujaran yang mengandung tindak tutur keluhan berbahasa Inggris dan subtitle bahasa Indonesia dalam film A Man

Apart tayangan Global TVdan film yang sama dalam tayangan CD untuk

dianalisis dengan tujuan untuk mengidentifikasi teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah TV dan CD dalam menerjemahkansubtitletindak tutur keluhan dalam film A Man Apartdan untuk mendeskripsikan tingkat kewajaran

subtiletindak tutur keluhan tayangan televisi dan CD sehingga dapat menjawab rumusan masalah.

1.3 Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Teknikpenerjemahanapakah yang digunakan oleh penerjemah televisi dan penerjemah CD dalam menerjemahkantindak tutur keluhan dalam film A Man Apart?

2. Bagaimanakah tingkat kewajaransubtitletindak tutur keluhandalam film A Man Apart tayangan televisi dan CD?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Teknikpenerjemahanyang digunakan oleh penerjemah televisi dan penerjemah CD dalammenerjemahkan tindak tutur keluhandalam film A Man Apart.


(30)

2. Tingkat kewajaransubtitletindak tutur keluhan dalam film A Man Apart

tayangan televisi dan CD.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pemahaman teknik penerjemahan teks film khususnya dalam menerjemahkan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan menjadi pedoman dalam mendeskripsikan tingkat kewajaran

subtitle film. Penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi referensi dan bahan rujukan dalam mendapatkan terjemahan tindak tutur keluhan yang wajar dan sesuai dengan bahasa sasaran dan menyumbang kepada ilmu pengetahuan.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi praktisi penerjemah dalam menerjemahkan tindak tutur keluhan dari bahasa Inggris (BSu) ke dalam bahasa Indonesia (BSa). Penelitian ini berguna memberikan masukan dan wawasan bagi peneliti selanjutnya dalam memahami kewajaran subtitle yang sesuai dengan bahasa sasaran. Selanjutnya, penelitian ini juga sebagai bahan bacaan bagi pembaca, akedemisi dan praktisi bahwa kewajaran suatu terjemahan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam menghasilkan suatu terjemahan yang baik dan mudah dipahami oleh pembaca bahasa sasaran. Penelitian ini juga memberikan informasi dan rujukan bagi penelitian lanjutan dan sebagai bahan perbandingan untuk melakukan kajian lanjut sehingga dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.


(31)

1.6 Klarifikasi Makna Istilah

Klarifikasi makna istilah dibuat untuk menghindari kesalahpahaman akan makna istilah-istilah penting yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Bahasa sumber (BSu) adalah bahasa yang diterjemahkan. Dalam penelitian ini bahasa sumbernya adalah bahasa Inggris.

2. Bahasa sasaran (BSa) adalah bahasa terjemahan. Dalam penelitian ini bahasa sasarannya adalah bahasa Indonesia.

3. Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik dan/atau lainnya (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1992 pasal 1 ayat (1)).

4. Subtitle adalah pengalihan pesan dari bahasa sumber (bahasa lisan) kedalam bahasa sasaran yang ditampilkan dalam bentuk teks tulis (Shuttleworth dan Cowie, 19997:161)

5. Pragmatik adalah kajian tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar atau mitra tutur (Yule 1996:3).

6. Tindak tutur(Speech act) adalah ujaran yang mengandung tindakan (Yule 1996:47).


(32)

7. Tindak tutur keluhan(Speech act of complaint) adalahtindak tutur ilokusi, penutur mengekspresikan ketidaksetujuan, perasaan negatif kepada orang lain (petutur) atau kepada suatu hal. Penutur menganggap bahwa petutur bertanggung jawab terhadap kejadian yang menyangkut hal yang dikeluhkannya. Penutur dapat mengeluh secara langsung maupun tidak langsung (Trosborg (1995:312).

8. Teknik penerjemahansebagai prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual (Molina dan Albir, 2002:509).

9. Kewajaran (naturalness) adalah makna dalam BSu dikomunikasikan dengan akurat,makna yang dikomunikasikan ke dalam BSa menggunakan bentuk gramatika dan kosa kata yang alami atau wajar(Larson,1984:497).


(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab sebelumnya telah dipaparkan latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, rumusan masalah, tujuan serta manfaat penelitian ini. Selanjutnya, pada bab ini ada empat bagian yang akan dijelaskan. Pertama, konsep dasar yang meliputi teori penerjemahan, subtitle, dan pragmatik. Kedua, landasan teori yang berhubungan dengan teori-teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini yang meliputi teori teknik penerjemahan oleh Molina dan Albir (2002:509)dan teori kewajaranoleh Larson (1984:497). Ketiga adalah mengenai penelitian yang terdahulu. Yang terakhir adalah kerangka teori.

2.1 Konsep dasar

Ada beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan pembahasan dalam tesis ini yang perlu diuraikan. Konsep-konsep dasar ini kemudian dijadikan definisi operasional yang mempresentasikan cakupan pembahasan dan akan dijadikan penegasan atas beberapa ide yang berkaitan dalam tesis ini. Konsep-konsep dasar tersebut adalah teori penerjemahan, subtitle, dan pragmatik.


(34)

2.1.1 Teori Penerjemahan

2.1.1.1 Definisi Terjemahan dan Penerjemahan

Terjemahan (translation) mengacu pada produk dari suatu proses penerjemahan, hal ini sejalan dengan pendapat Moentaha (2006:9), “terjemahan sebagai hasil dari proses penerjemahan.”Larson (1989:3) mendefinisikan penerjemahan sebagai pengalihan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran melalui langkah yaitu:(1) mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya dari bahasa sumber, (2) menganalisa teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya, dan (3) mengungkapkan kembali makna yang sama dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran.

Menerjemahkan adalah mengalihkan makna yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dan mewujudkannya kembali ke dalam bahasa sasaran dengan bentuk-bentuk yang sewajar mungkin menurut aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa sasaran.Kewajaran dalam penerjemahan berkaitan erat dan dapat dicapai dengan penguasaan seorang penerjemah terhadap bahasa sumber dan bahasa sasaran, yaitu dalam hal penguasaan gramatikal dan aturan tata krama bahasa tersebut (Simatupang, 2002:2).Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan adalah upaya atau kegiatan mengganti pesan bahasa sumber (BSu) dengan pesan yang sepadan dalam bahasa sasaran (BSa).


(35)

2.1.2 Subtitling

2.1.2.1 Pengertian Subtitling

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1992 pasal 1 ayat (1) tentang perfilman menyebutkan bahwa film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik dan/atau lainnya.Dengan perkembangan film yang begitu pesat, banyak film beredar dimasyarakat, baik film lokal maupun film mancanegara.

Subtitling adalah proses penerjemahan teks film. Shuttleworth dan

Cowie (1997:161) menyatakan bahwa subtitling isthe process of providing synchronized captions for film and television dialogue (and more recently for live opera). O’Connel (2007:169) menjelaskan bahwa subtitling is defined as supplementing the original voice soundtrack by adding written text. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa subtitlingmerupakan pengalihan pesan dari bahasa sumber (bahasa lisan) kedalam bahasa sasaran dalam bentuk tulis/teksyang ditampilkan bersamaan pada saat dialog diucapkan. Pembuatan

subtitle film pada dasarnya bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan karena

dibatasi oleh dua faktoryaitu media dan waktu. Dari faktor media artinya bahwa teks terjemahan akan ditampilkan dilayar dengan ruang yang jauh lebih sempit daripada buku atau novel. Ada beberapa ketentuan dalam tata letak penempatan


(36)

subtitling, yaitu: posisi layar harus di bagian bawah, jumlah baris maksimal dua baris, jumlah karakter perbaris kurang dari 35 karakter. Faktor waktu artinya bahwa penerjemah dihadapkan dengan kesulitan ketentuan waktu pemunculan

subtitling. Ada beberapa ketentuan waktu kemunculuan subtitling, yaitu: durasi untuk dua garis penuh adalah 3-6 detik, durasi satu baris tunggal (7-8 kata) adalah kurang dari 3,5 detik, durasi subtitling satu kata tunggal adalah 1,5 detik, waktu muncul setelah ujaran tokoh adalah 0,25 detik, waktu menghilang setelah ujaran tokoh adalah 2 detik, waktu antara dua subtitling berturutan adalah 0,25 detik, dan subtitling harus menghilang sebelum “cut” karena “cut” menunjukkan perubahan tematik (Hastuti, 2011:59).

2.1.2.2Jenis-jenis Subtitling

Menurut Gottlieb (1998:247)subtitling dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Intralinguistik

Intralinguistik merupakan bentuk subtitling yang bersifat vertikal karena menampilkan subtitlingyang sesuai dengan bahasa asli, perubahan hanya terjadi dalambentuk mode karena hanya menuangkan informasi lisan ke dalam bentuk teks. Bentuk subtitling ini biasanya digunakan dalam program-program televisi lokal yag ditujukan kepada penonton yang memiliki gangguan pendengaran dan sejenisnya dan juga digunakanpada program bahasa asing untuk pembelajaran bahasa.


(37)

b. Interlinguistik

Interlinguistik merupakan bentuk subtitlingyang bersifat diagonal karena penerjemah mentrasfer informasi lisan ke dalam bahasa asing sehingga terjadi perubahan mode dan bahasa.

Sementara itu, berdasarkan segi teknisnya subtitling dibagi menjadi dua bagian, yaitu closed subtitling dan open subtitling(O’Connel 2007:125).

a) Closed subtitling

Jenis ini muncul dalam bentuk teletext yang bersifat pilihan artinyabahwa teks bisa dimunculkan atau tidak sesuai dengan keinginan penonton.

b) Open subtitling

Open subtitling adalah jenis subtitling yang sering ditemukan pada program televisi. Penonton tidak dapat menghilangkan subtitling yang terdapat dalam film tersebut. Dengan kata lain, subtitling tersebut muncul dan menyatu dengan film.

2.1.2.3 Kesulitan dalam Subtitling

Hatim dan Mason (1997:78) menyatakan empat kendala utama dalam

subtitling yang mengakibatkan kesulitan-kesulitan tertentu oleh penerjemah,

yaitu:

1. Pergeseran mode dari lisan ke dalam tulisan. Hal ini akan memungkinkan ciri-ciri tutur tertentu, seperti dialek tidak baku,intonasi alihkode dan turn taking tidak akan terwakilkan dalam bentuk tertulis bahasa sasaran.


(38)

2. Terikat oleh media atau saluran pengalihan pesan tersebut yang dilakukan meliputi batasan waktu dan tempat terkait dengan jumlah baris dan karakter pertayang.

3. Terjadinya reduksi data teks sumber. Oleh karena itu, penerjemah harus bekerja keras untuk berusaha mengalihkan teks sumber ke dalam bahasa sasaran yang lebih ringkas tanpa mengurangi makna dari pesan yang akan disampaikan.

4. Kesesuaian dengan gambar visual. Karena gambar visual dan audio merupakan hal yang tidak terpisahkan dari film, maka koherensi antara teks dan gambar bergerak harus sesuai.

2.1.3 Pragmatik

Yule (1996:3) berpendapat bahwa pragmatik adalah kajian tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar atau mitra tutur. Kajian ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksud orang dengan tuturan-tuturannyadaripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu. Hal ini sejalan dengan dengan pendapat Peccei (1999:2) yang menyatakan bahwapragmatics concentrates on those aspects of meaning that can not be predicted by linguist knowledge alone and takes into account knowledge about the physical and social world.

Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa orientasi pengkajian pragmatik adalah suatu komunikasi praktis, pada tataran praktis akan muncul berbagai faktor diluar bahasa yang memberi peranan penting dalam makna dan proses komunikasi tersebut. Nababan (1987:70) menjelaskan faktor penentu


(39)

komunikasi tersebut adalah siapa yang berbahasa dengan siapa; untuk tujuan apa; dalam situasi apa(tempat dan waktu); dalam konteks apa (peserta lain, kebudayaan dan suasana); dengan jalur apa (lisan atau tulisan); media apa (tatap muka, telepon, surat, dan sebagainya); dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, dan sebagainya). Dalam mengkaji suatu makna, pragmatik merujuk pada apa yang dikatakan oleh si penutur, untuk apa penutur mengutarakan suatu kata, frasa atau kalimat. Dengan kata lain pragmatik mengkaji maksud ujaran penutur dengan konteks situasi yang dibangun dalam suatu ujaran. Oleh karena itu, kaidah pragmatik sangatlah cocok jika dihubungkan dengan subtitling yang dalam penerapannya mengkaji suatu makna tidak hanya berdasar pada nilai semantis suatu ujaran/ dialog, tetapi unsur lain seperti situasi, karakter dan jenis film yang dapat mempengaruhi suatu makna. Dalam penerjemahan teks film, penerjemah harus memiliki kepekaan dalam memahami konteks agar mampu menciptakan terjemahan yang sepadan dengan pesan yang dimaksudkan.

2.1.3.1 Tindak tutur (Speech act)

Yule ( 1996: 47) mengatakan bahwa speech act isactions performed via utterances. Ketika seseorang berbicara dia tidak hanya sedang mempertukarkan informasi tetapi juga melakukan sebuah tindakan.Dari pendapat Yule, dapat disimpulkan bahwa kata yang disampaikan oleh sipenutur tidak hanya mengandung makna harafiah tetapi juga mengandung suatu tindakan. Misalnya dalam kalimat aku lapar.Kalimat ini tidak hanya sebagai pernyataan


(40)

mungkin bermaksud untuk meminta sesuatu untuk dimakan.Peran konteks kalimat harus diperhatikan karena suatu ujaran/tuturan penutur dapat mengandung maksud yang berbeda-beda tergantung pada konteks yang menyertainya.

Yule (1996:48-49) membagi tindak tutur menjadi tiga bagian yaitu:

1. Tindak lokusi

Tindak lokusi (locutionary act) adalah tindak tutur dasar untuk menyatakan sesuatu. Contohnya, dalam kalimat saya haus hanya menyatakan keadaan si penutur dalam keadaan haus tanpa ada kecendrungan untuk melakukan sesuatu atau untuk mempengaruhi mitra tuturnya.

2. Tindak ilokusi

Tindak ilokusi (illocotionary act)adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Contohnya adalah sebuah pernyataan, penawaran, dan penjelasan. Jika kalimat saya sedang belajardiucapkan oleh seseorang kepada temannya yang ingin mengajaknya jalan-jalan, kalimat ini bukan saja merupakan informasi kepada temannya tetapi juga menyuruh temannya untuk tidak mengganggunya.

3. Tindak perlokusi

Tindak perlokusi (perlocutionary act) adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Contohnya dalam kalimat Kemarin saya sakit bu!. Jika kalimat ini diucapkan oleh seorang


(41)

siswa kepada ibu gurunya ketika dia ditanya kenapa dia tidak datang pada saat ujian berlangsung, maka ilokusinya adalah untuk minta maaf, dan perlokusinya adalah ibu guru bisa memakluminya.

Yule (1996: 53) mengkategorikan tindak tutur menjadi lima jenis berdasarkan fungsinya yaitu:

1) Deklaratif (Declarations)

Jenis tindak tutur yang mengubah keadaan dunia karena ucapan ataupun ujaran seseorang. Biasanya orang yang bersangkutan adalah orang yang memiliki jabatan tertentu seperti juri, wasit, pendeta, dosen dan sebagainya.

Contoh :

Priest : I now pronounce you husband and wife

(Pendeta : Sekarang, kamu adalah suami istri)

2) Representatif (Representatives)

Representatif adalah tindak tutur yang menyatakan kepercayaan atau ketidakpercayaan penutur kepada sesuatu, seperti menyatakan, menegaskan, menyimpulkan, dan mendeskripsikan.

Contoh :


(42)

(Bumi bulat)

3) Ekspresif (Expressives)

Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan tentang perasaan penutur. Penutur mengekspresikan keadaan psikologi yang dialaminya seperti memuji, mengkritik, mengeluh, tidak suka, meminta maaf dan mengucapkan terimakasih.

Contoh:

You broke my car again!

(Kau merusak mobilku lagi!)

4) Direktif(Directives)

Direktif merupakan tindak tutur yang mengekspresikan keinginan penutur. Keinginan tersebut cenderung meminta petutur melakukan sesuatu seperti menyuruh, memohon, meminta, memberi saran dan memerintah.

Contoh:

Can you open the door, please!

(Tolong, buka pintu itu!)


(43)

Komisif adalah jenis tindak tutur yang digunakan penutur untuk melibatkan diri mereka serta membuat komitmen terhadap suatu tindakan di masa yang akan datang seperti berjanji, mengancam, menyanggupi, dan bersumpah.

Contoh:

I’ll marry you

(Aku akan menikahimu)

2.1.3.2Tindak Tutur Keluhan( Speech act of complaint)

Trosborg (1995:311) menyatakan:

Speech act of complaint as an illocutionary act in which the speaker (the complainer) express his or her disapproval, negative feeling, etc, toward the state of affairs described in the proportion (the complainable) and for which he or she holds the hearer (the complainee) responsible, either directly or indirectly.

Kutipan di atas menjelaskan bahwatindak tutur keluhan didefinisikan sebagai tindak tutur ilokusi, penutur mengekspresikan ketidaksetujuan, perasaan negatif kepada orang lain (petutur) atau kepada suatu hal. Penutur menganggap bahwa petutur bertanggung jawab terhadap kejadian yang menyangkut hal yang dikeluhkannya. Penutur dapat mengeluh secara langsung maupun tidak langsung.

2.1.3.3Kategori Tindak Tutur Keluhan

Tindak tutur keluhandibagai menjadi dua kategori yaitu tindak tutur keluhan langsung dan tindak tutur keluhan secara tidak langsung. Tindak


(44)

tuturkeluhan tidak langsung (indirect complaint)adalah penutur menyampaikan keluhannya kepada mitra tutur yang tidak ada hubungannya dengan isi keluhan yang disampaikan oleh penutur. Keluhan tersebut bisa mengenai dirinya sendiri, sesuatu atau seseorang yang tidak ada pada saat keluhan tersebut diucapkan.

BSu :They expect us to go into a building full of cartel gunmen unarmed?

BSa : Mereka ingin kita masuk ke gedung berisi ajudan kartel bersenjata tanpa senjata?

(sumber :subtitle film A Man Apart tayangan TV)

Tindak tutur keluhan langsung (direct complaint)adalahpenutur mengungkapkan perasaan tidak senang/kekesalan, ketidakpuasan, kekecewaan, ketidaksetujuan, ketidaksukaan, dan perasaan negatif lainnya secara langsung kepada mitra tutur yang dianggap bertanggung jawab akan hal itu (Trosborg, 1995:312).

Contoh:

BSu :We’re clear that you wouldn’t be going in therewithout us.

BSa : Ya, kami jelas, kau tak akan melakukan penangkapan tanpa kami.


(45)

2.2 Landasan Teori

Bagian ini akan menjelaskan tentang teori-teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini. Sehubungan dengan hal tersebut, teori yang digunakan adalah teknik penerjemahan dan kewajaran terjemahan.Teori teknik penerjemahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir (2002:509-511) dan teori kewajaran (naturalness)terjemahan yang dikemukakan oleh Larson (1984:497). Adapun latar belakang penggunaan teori-teori tersebut sebagai landasan teori dalam penelitan ini karena teori-teori tersebut sangat sesuai untuk menganalisis segala permasalahan penelitian ini. Teknik penerjemahan oleh Molina dan Albir(2002: 509-511)sangat terperinci dan jelas, memudahkan dalam mengklarifikasi setiap data yang diteliti. Teknik ini juga mampu menjawab setiap kesulitan dalam penerjemahan teks film dan sangat membantu dalam membandingkan teknik penerjemahan subtitle TV dan CD dari sudut pandang yang berbeda. Selanjutnya, teori kewajaran terjemahan

(naturalness)oleh Larson(1984:497)juga sangat sesuai digunakan untuk

menganalisis kewajaran subtitle tindak tutur keluhan. Penulis menggunakan format penilaian yang berkaitan dengan aspek-aspek kewajaran yang merujuk pada teori penilaian kewajaran oleh Larson (1984:497).


(46)

2.2.1 Teknik Penerjemahan

Molina dan Albir (2002:509) mendefinisikan teknik penerjemahan sebagai prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual. Penelitian ini menggunakan empat belas teknik penerjemahan Molina dan Albir. Di bawah ini dikemukakan teknik penerjemahan oleh Molina dan Albir (2002: 509-511).

1. Adaptasi (Adaptation)

Teknik ini dikenal dengan adaptasi budaya. Teknik ini dilakukan dengan menggantikan unsur budaya bahasa sumber dengan unsur budaya yang mempunyai sifat yang sama dalam bahasa sasaran. Hal tersebut dapat terjadi karena unsur budaya dalam BSu tidak ditemukan dalam BSa, ataupun unsur budaya tersebut lebih akrab bagi pembaca BSa.

Contoh :

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle TV (BSa) Teknik Penerjemahan TV

Get out of here,knucklehed!

Pergi dari sini,bodoh! Adaptasi

(sumber :subtitle film A Man Apart tayangan TV) Kata knucklehead di dalam bahasa sumberdikategorikan sebagai bad language yang sering digunakan oleh orang barat dalam mengumpat. The Online

Slang Dictionarymenjelaskan bahwaknuckleheadis slang languageto say an

unintelligent person


(47)

BSa, penerjemah perlu menggunakan teknik adaptasi budaya dalam menerjemahkan kata knucklehead. Kata bodohdipilih penerjemah untuk mentransfer makna knucklehead. Kata bodoh masih sesuai dengan konteks situasi dalam film tersebut. Kata bodoh mewakili kata knucklehead

2. Amplifikasi (Amplification)

yang biasanya digunakan masyarakat bahasa sasaran dalam mengumpat.

Amplifikasi adalah teknik penerjemahan yangmengeksplisitkan atau memparafrase suatu informasi yang implisit dalam bahasa sasaran. Teknik ini sama dengan eksplisitasi, penambahan, parafrasa eksklitatif.

Contoh :

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle TV (BSa) Teknik Penerjemahan TV

What’s up with all damn cars out here?

Kenapa banyak mobil polisi narkotikadiluar sana?

Amplifikasi

(sumber : subtitle film A Man Apart tayangan TV)

Frasa damn cars diterjemahkan menjadi mobil polisi narkotika. Apabila diamati dengan teliti frasa tersebut diterjemahkan dengan menggnakan teknik amplifikasi dengan mengeksplisitkan suatu yang implisit dalam BSa. Frasa damn cars

dieksplisitkan menjadi mobil poilisi narkotika yang disesuaikan dengan konteks film tersebut.

3. Peminjaman (Borrowing)

Peminjaman adalah teknik penerjemahan dengan meminjam kata atau ungkapan dari bahasa sumber. Peminjaman itu bisa bersifat murni (pure borrowing) atau peminjaman alamiah (peminjaman yang sudah dinaturalisasi) dengan


(48)

penyesuaian pada ejaan ataupun pelafalan. Contoh :

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle TV (BSa) Teknik Penerjemahan TV

My lawyer is gonna have field day with youpsycho fuck!

Pengacaraku akanberurusan dengamu psikopat!

Peminjaman alamiah

(sumber : subtitle film A Man Apart tayangan TV) Penerjemah menggunakan teknik peminjaman alamiah (peminjaman yang dinaturalisasi) dalam menerjemahkan kata psychomejadi psikopat.Oxford Advanced Learners Dictionary (2000:1064) mendefinisikan kata psycho

4. Kalke(Calque)

sebagai

(informal) a person who is mentally ill and who behaves in a very strange violent way.Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1109) mendefinisikan psikopatsebagai orang yang karena kelainan jiwa menunjukkan perilaku yangmenyimpang sehingga mengalami kesulitan dalam pergaulan.

Teknik penerjemahan dengan menerjemahkan frasa atau kata bahasa sumber secara literal. Interferensi sruktur bahasa sumber pada bahasa sasaran adalah ciri khas dari teknik ini. Dalam banyak kasus, teknik kalke mirip dengan teknik peminjaman murni dan alamiah. Perbedaannya adalah bahwa teknik ini biasanya diterapkan pada tataran frasa dengan jalan tidak mengubah susunan kata (word-for-word translation) atau mengubah susunan kata (literal translation) tetapi dengan meminjam istilah aslinya.


(49)

5.Kompensasi (Compensation)

Kompensasi adalah teknik memperkenalkan unsur-unsur informasi atau pengaruh stilistik (gaya) teks bahasa sumber di tempat lain dalam teks bahasa sasaran.

6.Deskripsi (Description)

Teknik penerjemahan dengan menggantikan sebuah istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk dan fungsinya.

7. Kreasi diskursif (Discursive creation)

Teknik ini dimaksudkan untuk menampilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar dari konteks dengan tujuan menarik perhatian pembaca. Contoh :

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle CD (BSa) Teknik Penerjemahan CD

What’s up with all damn cars out here?

Kenapa banyak mobil polisi narkotikadiluar sana?

Amplifikasi

(sumber :subtitle film A Man Apart tayangan CD)

8. Kesepadanan lazim (Established equivalent)

Teknik untuk menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah lazim (berdasarkan kamus atau penggunaan sehari-hari).

Contoh :

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle TV (BSa) Teknik Penerjemahan TV

You gotta be kidding me, Frost.

Kau pasti bercanda,Frost. Kesepadanan lazim


(50)

Ungkapan You gotta be kidding mediterjemahkan menjadi Kau pasti bercanda.

9. Generalisasi (Generalization)

Penerjemah menerjemahkan ungkapan tersebut sesuai dengan ungkapan yang lazim digunakan dalam bahasa sasaran dalam kata lain ungkapan tersebut sering digunakan dalam bahasa sehari-hari.

Teknik generalisasi adalah menggunakan istilah yang lebih umum atau lebih netral.

Contoh:

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle CD (BSa) Teknik Penerjemahan CD

They would scalp me Mereka akan

and send my brain to my momma

membunuh

Generalisasi ku dan mengirimkan otakku ke ibuku

(sumber :subtitle film A Man Apart tayangan CD) Penerjemah menggunakan teknik generalisasi dengan menggunakan istilah yang lebih umum dan netral (subordinat ke superordinat). Kata scalpditerjemahkan menjadi membunuh.

10. Amplifikasi linguistik (Linguistic amplification)

Menguliti kepala merupakan salah satu tindakan

pembunuhan.

Teknik ini menambah unsur-unsur linguistik dalam teks bahasa sasaran. Teknik ini lazim diterapkan dalam pengalihbahasaan secara konsekutif atau dalam sulih suara (dubbing).

11. Kompresi linguistik (Linguistic compression)

Kompresi linguistik (pemampatan) merupakan teknik penerjemahan yang dapat diterapkan penerjemah dalam pengalihbahasaan simultan atau dalam


(51)

penerjemahan teks film, dengan cara mensintesa unsur-unsur linguistik dalam teks bahasa sasaran.

Contoh :

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle TV (BSa) Teknik Penerjemahan TV

Hey, wait a minute! what you call yourself doing?

Tunggu, apa yang kalian Kompresi linguistik lakukan?

(sumber :subtitle film A Man Apart tayangan TV)

12. Penerjemahan harafiah (Literal translation)

Teknik harafiah adalah teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan ungkapan secara harafiah. Teknik ini mempersyaratkan pemadanan leksikal yang masih terkait dengan bahasa sumber tetapi susunan leksikal yang membentuk suatu ungkapan sudah disesuaikan dengan kaidah sasaran.

Contoh:

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle CD (BSa) Teknik Penerjemahan CD

This ain’t your car, you get away from here!

Ini bukan mobilmu, menjaulah dari sini!

Harafiah (sumber : subtitle film A Man Apart tayangan CD)

13. Modulasi (Modulation)

Teknik penerjemahan dengan mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan teks sumber. Pengubahan sudut pandang tersebut dapat bersifat leksikal atau struktural.


(52)

Contoh:

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle TV (BSa) Teknik Penerjemahan TV We ain’t got all night,

man.

Waktu kita tidak banyak bung

Modulasi (sumber : subtitle film A Man Apart tayangan TV)

14. Partikularisasi (Particularization)

Teknik ini menggunakan istilah yang lebih konkrit atau spesifik (superordinat ke subordinat). Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik generalisasi.

15. Reduksi (Reduction)

Teknik reduksi dilakukan untuk mereduksi makna yang dianggap tidak penting di dalam bahasa sasaran. Dengan kata lain, informasi yang eksplisit dalam teks bahasa sumber dijadikan implisit dalam teks bahasa sasaran.

Contoh:

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle TV (BSa) Teknik Penerjemahan TV

Man, you’ve been out for while, you lost a lot of blood!

Kau sudah lama pingsan, kau kehilangan banyak darah!

Reduksi

(sumber : subtitle film A Man Apart tayangan TV)

Kata manyang terdapat di dalam bahasa sumber direduksi atau tidak diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran dengan anggapan tidak menimbulkan distorsi makna.

16. Substitusi (Substitution)

Teknik ini mengubah unsur-unsur linguistik dan paralinguistik (intonasi atau isyarat).


(53)

17. Variasi (Variation)

Realisasi dari teknik ini adalah dengan mengubah unsur-unsur linguistik atau paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik: perubahan tona tekstual, gaya bahasa, dialek sosial, dialek geografis. Teknik ini lazim diterapkan dalam menerjemahkan naskah drama.

18.Transposisi (Transposition)

Transposisi merupakan teknik penerjemahkan dengan mengubah kategori gramatikal. Teknik ini sama dengan teknik pergeseran kategori, struktur dan unit. Kata kerja dalam teks bahasa sumberdiubah menjadi kata benda dalam teks bahasa sasaran. Mengingat setiap struktur bahasa berbeda satu dengan yang lain maka pergeseran struktur lazim diterapkan. Oleh sebab itu, pergeseran struktur bersifat wajib. Sifat wajib dari pergeseran struktur tersebut berlaku pada penerjemahan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia untuk menghindari interferensi gramatikal yang dapat menimbulkan terjemahan tidak wajar dan sulit dipahami.

Pergeseran kategori merujuk pada perubahan kelas kata bahasa sumber dalam bahasa sasaran, dan dalam banyak kasus, pergeseran kelas kata dapat bersifat wajib (obligatory) dan bebas (optional). Pergeseran kategori yang bersifat wajib dilakukan sebagai upaya untuk menghindari distorsi makna, sedangkan pergeseran kategori yang bersifat bebas pada umumnya diterapkan untuk memberikan penekanan topik pembicaraan dan untuk menunjukkan preferensi stilistik penerjemah.


(54)

Pergeseran unit merujuk perubahan satuan lingual bahasa sumber dalam bahasa sasaran. Pergeseran unit yang dimaksudkan dapat berbentuk pergeseran dari unit yang rendah ke unit yang lebih tinggidan dari unit yang tinggi ke unit yang lebih rendah. Bahkan pergeseran tersebut dapat pula berupa pergeseran dari konstruksi yang kompleks ke konstruksi yang sederhana atau sebaliknya, perubahan kalimat aktif ke dalam kalimat pasif dan sebaliknya.Penerapan dari teknik pergeseran ini dilandasi oleh suatu konsepsi atau pemahaman berikut ini. Pertama, penerjemahan selalu ditandai oleh pelibatan dua bahasa, yaitu bahasa sumber dan bahasa sasaran. Bahasa sumber dan bahasa sasaran tersebut pada umumnya berbeda satu sama lain baik dalam hal struktur maupun budayanya. Dalam kaitan itu, perubahan struktur sangat diperlukan. Kedua, dalam konteks pemadanan, korespondensi satu lawan satu tidak selalu bisa dicapai sebagai akibat dari adanya perbedaan dalam mengungkapkan makna atau pesan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Dalam kondisi yang demikian diperlukan pergeseran unit. Ketiga, penerjemahan dipahami sebagai proses pengambilan keputusan dan suatu keputusan yang diambil oleh penerjemah dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti kompetensi yang dimilikinya, kreativitasnya, preferensi stilistiknya dan pembacanya. Teknik transposisi dalam bentuk pergeseran struktur merupakan teknik yang paling lazim diterapkan apabila struktur bahasa sasaran berbeda dari struktur bahasa sumber. Karena struktur bahasa Inggris dan struktur bahasa Indonesia berbeda, pergeseran struktur menjadi bersifat wajib (obligatory) agar terjemahan yang dihasilkan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.


(55)

Contoh :

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle CD (BSa) Teknik Penerjemahan CD

I don’t care much about them niggas on the side of town!

Aku tak peduli dengan orang kulit hitam di kota!

Transposisi

(sumber : subtitle film A Man Apart tayangan CD)

Kata niggas menjadi orang kulit hitam. Satu kata bahasa sumber diterjemahkan menjadi tiga kata dalam bahasa sasaran. Kemudian adanya perubahan kelas kata dari kata niggas (jamak) menjadi orang kulit hitam (tunggal).

19. Penambahan(Addition)

Teknik penambahan lazim diterapkan dalam kegiatan penerjemahan. Penambahan yang dimaksud adalah penambahan informasi yang pada dasarnya tidak ada dalam kalimat sumber. Kehadiran informasi tambahan dalam kalimat sasaran dimaksudkan untuk lebih memperjelas konsep yang hendak disampaikan penulis asli kepada para pembaca sasaran.

Contoh :

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle TV (BSa) Teknik Penerjemahan TV

People could videotape this!

Orang bisa sajamerekam kejadian ini!

Penambahan (sumber : subtitle film A Man Apart tayangan TV)

Penerjemah menambahkan kata saja dan kejadian ke dalam bahasa sasaran.

20. Penghilangan (Deletion)

Teknik ini mirip dengan teknik reduksi. Baik teknik reduksi maupun teknik penghilangan menghendaki penerjemah untuk melakukan penghilangan. Teknik


(56)

reduksi ditandai oleh penghilangan secara parsial sedangkan teknik penghilangan ditandai oleh adanya penghilangan informasi secara menyeluruh yang mengakibatkan pesan yang ingin disampaikan tidak akurat.

Contoh:

Bahasa Inggris (BSu) Subtitle CD (BSa) Teknik Penerjemahan CD

You talk about the hospital, the nightmares, what would you do if she died?

Apa yang akan kau lakukan jika dia meninggal?

Penghilagan

(sumber : subtitle film A Man Apart tayangan CD)

Penerjemah menghilangkan secara menyeluruh kalimat You talk about the

hospital, the nightmares ke dalam bahasa sasaran. Penghilangan tersebut

mengakibatkan pesan yang disampaikan ke dalam BSa tidak akurat.

2.2. 3 Kewajaran (Naturalness)

Larson (1989:6) menyatakan bahwa dalam memperoleh terjemahan yang baik adalah terjemahan yang (1) memakai bentuk-bentuk bahasa sasaran yang wajar, (2)menyampaikan makna atau pesan yang sama kepada penutur bahasa sasaran seperti yang dimengerti oleh penutur bahasa sumber, dan (3) mempertahankan dinamika teks bahasa sumber, artinya menyajikan terjemahan yang sedemikian rupa sehingga kesan dan respon yang diperoleh penutur asli bahasa sumber sama dengan kesan dan respon penutur bahasa sasaran ketika membaca atau mendengar teks terjemahan.Larson (1984:10) menyatakan bahwa tujuan penerjemahan adalah menghasilkan terjemahan idiomatik, yaitu terjemahan yang maknanya sama dengan bahasa sumber yang dinyatakan dalam bentuk yang wajar dalam BSa.


(57)

Selanjutnya Larson (1984:497) mengemukakan bahwa terjemahan itu dinilai wajar jika:

1. Makna dalam BSu dikomunikasikan dengan akurat.

2. Makna yang dikomunikasikan ke dalam BSa menggunakan bentuk gramatika dan kosa kata yang alami atau wajar.

3. Terjemahan itu mencerminkan tindakan komunikasi yang lazim ditemui dalam konteks dan antar komunikan dalam BSa.

Berdasarkan pendapat Larson tersebut disimpulkan bahwa kewajaran terjemahan berhubungan dengan ketepatan (accuracy). Larson (1984:485) menyatakan bahwa accurate is reproducing as exactly as possible meaning of the

source text.”Pernyataan yang sama dinyatakan oleh Syihabuddin (2002:207),

“ketepatan berkaitan dengan kesesuaian antara pesan yang terdapat dalam bahasa sumber dengan pesan yang terdapat di dalam terjemahannya.” Di dalam ketepatan, penerjemah mempertahankan dinamika BSu berarti terjemahan yang disajikan mengundang respon pembaca BSa sama dengan respon pembaca BSu (Larson: 1984:6). Penerjemah harus setia pada BSu. Untuk melakukan hal ini, penerjemah harus mengkomunikasikan bukan hanya informasi yang sama, tetapi juga respon emosional yang sama dengan naskah asli.Untuk menghasilkan terjemahan yang memiliki dinamika yang sama dengan naskah aslinya, terjemahan itu haruslah wajar dan mudah dimengerti, sehingga pembaca mudah menangkap pesannya, termasuk informasi dan pengaruh emosional yang dimaksudkan oleh penulis naskah BSu (Larson, 1984:33).Kewajaran dapat diraih jika bahasa yang digunakan itu sesuai dengan kaidah yang berlaku. Terjemahan yang ditulis dalam bahasa Indonesia dikatakan wajar jika selaras dengan kaidah


(58)

yang berlaku dan disepakati oleh penutur bahasa Indonesia. Bahasa yang digunakan wajar, alamiah, mengalir dengan lancar sehingga tidak terasa sebagai sebuah terjemahan (Syihabuddin 2002:207).Penelitian ini menggunakan format penilaian yang berkaitan dengan aspek kewajaran (naturalnes)terjemahan yang merujuk pada teorikewajaran menurut Larson(1984:497).

Tabel 2.1: Aspek Penilaian Tingkat Kewajaran Terjemahan Aspek Yang

Dinilai

Penjelasan Kesimpulan Skala

Penilaian Kewajaran

Terjemahan

• Makna dalam bahasa sumber dikomunikasikan dengan akurat.

• Makna yang dikomunikasikan ke dalam BSa menggunakan bentuk gramatika dan kosakata yang alami, wajar, dan tidak kaku.

• Terjemahan itu mencerminkan tindakan komunikasi yang lazim ditemui dalam konteks dan antar komunikan BSa.

• Tidak terikat pada struktur BSu.

Wajar 3

• Makna dalam bahasa sumber kurang dikomunikasikan dengan akurat.

• Makna yang dikomunikasikan ke

dalam BSa kurang menggunakan bentuk gramatika

dan kosakata yang alami, kurang wajar dan terasa kaku.

• Terjemahan itu kurang

mencerminkan tindakan komunikasi yang lazim ditemui

dalam konteks dan antar komunikan BSa.

• Terikat pada strukur BSu.

Kurang wajar

2

• Makna dalam bahasa sumber tidak dikomunikasikan dengan akurat.

• Makna yang dikomunikasikan ke

Tidak wajar


(59)

dalam BSa tidak menggunakan bentuk gramatika dan kosakata yang alami atau tidak wajar.

• Terjemahan itu tidak

mencerminkan tindakan komunikasi yang lazim ditemui

dalam konteks dan antar komunikan BSa.

• Terikat pada strukur BSu.

2.3Penelitian yang Terdahulu

Adapun beberapa penelitian yang terdahulu dan dijadikan sebagai sumber acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ardiannna Nuraeni (2008) dalam penelitian yang berjudul Perbandingan Terjemahan “Tindak Tutur Mengeluh”Dalam Film Bad Boys II yang

ditayangkan di Stasiun Televisi dan di VCD. Penelitian ini bertujuan untuk

membandingkan terjemahan tindak tutur keluhan dalam filmBad Boys II yang ditayangkan di televisi dan di VCD. Penelitian tersebut difokuskan pada perbandingan strategi penerjemahan yang digunakan oleh kedua penerjemah, tingkat kesepadanan makna dan tingkat keberterimaan tindak tutur keluhan. Adanya keterkaitan penelitian Nuraeni dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu bahwa keduanya menggabungkan kajian penerjemahan dengan kajian pragmatik.Tetapi penelitian Nuraeni dengan penelitian yang penulis lakukan tetap memiliki perbedaan. Perbedaannya terletak pada kajian terdahulu ini menggunakan semua teori terjemahan dalam menganalisa strategi penerjemahan, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan menggunakan teori Molina dan Albir untuk menganalisa teknik penerjemahan.Penelitian yang peneliti lakukan


(60)

memfokuskan pada teknik penerjemahan dan tingkat kewajaran subtitle tindak tutur keluhan, berbeda dengan penelitian terdahulu yang juga membahas tentang tingkat kesepadanan makna tindak tutur keluhan.Perbedaan lainnya terletak pada sumber data yang digunakan. Sumber data dalam penelitian Nuraeni adalah FilmBad Boys IIsedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah film A Man Apart.

Roswita Silalahi (2012) dalam penelitian yang berjudul Dampak Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemah Pada Kualitas Terjemahan Teks Medical –

Surgical Nursing dalam Bahasa Indonesia. Penelitian ini mengkaji tentang

teknik, metode dan Ideologi perjemahan dalam kaitannya dengan kualitas terjemahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif dengan disain studi kasus terpancang dan berorientasi pada produk, yang mengkaji aspek objektif dan efektif. Keterkaitan penelitian Silalahi dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah keduanya menggunakan teori Molina dan Albir dalam menganalisa teknik penerjemahan. Perbedaanya terletak pada kajian yang diteliti. Penelitian Silalahi menggunakan teori terjemahan murni sedangkan penelitian ini menggunakan teori terjemahan dan teori pragmatik. Perbedaan lainnya terlekat pada data dan sumber data. Data yang digunakan dalam penelitian Silalahi berupa kata, frasa, klausa, dalan kalimat teks Medical-Surgical Nursing dan terjemahannya, sumber datanya adalah bab I teks

Medical-Surgical Nursing.Data dalam penelitian ini adalah ujaran yang mengandung

tindak tutur keluhan berbahasa Inggris dan subtitle bahasa Indonesia dalam film


(61)

Ujaran tersebut berupa kata, frasa, klausa dan kalimat. Sumber data dalam penelitian ini adalah filmA Man Apart.

Rohmita Khoirunisaa’ (2011) dalam penelitian yang berjudul Analisis Teknik Penerjemahan Subtitle Film Beckham Unwrapped dan Dampaknya pada

Kualitas Terjemahan. Pada dasarnya, penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif kualitatif dengan pendekatan teori penerjemahan dan bentuk studi kasus terpancang(embedded research). Adapun, tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis teknik, metode, dan ideologi penerjemahan yang diterapkan penerjemah dalam menerjemahkan teks film

Beckham Unwrapped. Penelitian tersebut juga bertujuan untuk mengetahui

dampak dan penerapan teknik, metode dan ideologi penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan teks film Beckham

Unwrapped terhadap kualiatas terjemahan yang dihasilkan. Keterkaitan

penelitian Khoirunisaa’dengan penelitian ini adalah keduanya menggunakan teknik Molina dan Albir dalam membahas teknik penerjemahan. Perbedaannya terletak pada kajian yang diteliti. Penelitian Khoirunisaa’menggunakan teori terjemahan murni, sedangkan peneliti menggunakan teori terjemahan dan pragmatik. Perbedaan lainnya terletak pada sumber data, sumber data dalam penelitian Khoirunisa adalah film BeckhamUnwrappedyang merupakan film jenis dokumenter, sedangkan sumber data penulis adalah filmAMan Apartyang merupakan film bergenre action.

Febrina Tobing (2012) dalam penelitian yang berjudul Analisis Pelibat pada Subtitle Alice In Wonderland. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk


(1)

30 They used to fuck with us all the time

Mereka selalu mengganggu kami

Mereka selalu mengejar kami

W TW

Alternatif Terjemahan

Mereka selalu menggangu kami

31 But what you doin’, you ain’t helpin’ us!

Tapi, yang kau lakukan sama sekali tidak membantu kami!

Apa yang kau lakukan, kau tidak menolong kami!

W KW

Alternatif Terjemahan

Tapi, yang kau lakukan, sama sekali tidak membantu kami!

32 Hiding? What kind of coward is that, man?

Kau pengecut, ya? Sembunyi? pengecut macam apa itu, bung?

TW TW

Alternatif terjemahan Sembunyi?Pengecut macam apa itu?

33 I ain’t telling y’all shit else!

Aku takakan bicara lagi! Aku tidak akan bilang lagi!

W KW

Alternatif terjemahan Aku takakan bicara lagi! 34 You’d better get

real,your reflex is too slow!

Yang benar saja, refleksmu terlalu lambat!

Kau sebaiknya yang benar saja. Refleksmu terlalu lambat!

W KW

Alternatif terjemahan Yang benar saja, refleksmu terlalu lambat! 35 Enough !the bullshit,

dog!

Cukup omong kosongnya, bung!

Sudah cukup omong kosongnya!

TW W

Alternatif Terjemahan

Sudah cukup omong kosongnya!

36 They would scalp me and send my braid to my momma!

Mereka akan mengulitiku dan mengirimkan otakku ke ibuku!

Mereka akan membunuhku dan mengirim otakku ke ibuku!


(2)

W KW Alternatif

Terjemahan

Mereka akan mengulitiku dan mengirimkanotakku ke ibuku!

37 Get your gun out of my face, man!

Singkirkan pistol itu dari wajahku, bung!

Enyahkan senjatamu dari mukaku!

KW KW

Alternatif Terjemahan

Singkirkan pistol itu dari wajahku!

38 Oh really? no, shit!

Sial! Benarkah? tidak, sial!

W KW

Sial!

39 It’s fuckin’ porsche! Ini mobil porsche! Ini porsche!

W KW

Alternatif Terjemahan Ini mobil porsche! 40 Call my lawyer, you

cocksucker!

Hubungi pengacaraku, keparat!

Telepon pengacaraku!

W KW

Alternatif Terjemahan Hubungi pengacaraku, keparat! 41 People could

videotape this!

Orang bisa merekam kejadian ini!

Mereka bisa saja merekam ini!

W TW

Alternatif Terjemahan Orang bisa merekam kejadian ini, tenanglah!

42 You fucked up! Kau keparat! Kau rusak!

KW KW


(3)

43 My lawyer is gonna have field day with you, psycho fuck!

Pengacaraku akan berurusan denganmu, psikopat!

Pengacaraku ada pengalaman menangani maniak macam kalian!

W TW

Alternatif Terjemahan Pengacaraku akan berurusan denganmu,psikopat!

44 Any bitch who marries cop has got to be stupid!

Semua wanita yang menikah dengan polisi pasti bodoh!

Semua wanita yang menikah dengan polisi pasti tolol!

W TW

Alternatif Terjemahan Semua wanita yang menikah dengan polisi pastibodoh!

45 I grieve every day Aku berduka setiap hari Aku berduka setiap hari

W W

46 Everything you do is messy, and I had to clean up your sloppy ass

Semua yang kau lakukan berantakan, dan aku harus membereskan

kecerobahanmu

Semua yang kau lakukan berantakan, dan aku harus bereskan

KW KW

Semua yang kau lakukan berantakan, dan aku harus membereskannya

47 How could you turn your back on me?

Kenapa kau berpaling dariku? Bagaimana kau bisa mundur dariku?

W TW

Alternatif Terjemahan Kenapa kau berpaling dariku?

48 You talk about the hospital, the nightmares. What would you do if she died?

Kau bicara soal rumah sakit, mimpi buruk, apa yang kau lakukan jika istrimu

meninggal?

Apa yang akan kau lakukan jika dia meninggal?


(4)

KW TW Alternatif Terjemahan Kau bicara tentang rumah sakit, mimpi buruk, apa yang kau

lakukan jika istrimu meninggal

49 I can’t let you react without me

Aku tak bisa biarkan kau bereaksi tanpa aku

-

W TW

Alternatif Terjemahan Aku tak bisa biarkan kau bereaksi tanpa aku

50 Your arrogance killed her, not me

Keangkuhanmu yang membunuhnya, bukan aku

Kearogananmu yang membunuhnya,bukan aku

W KW


(5)

(6)