Buku Ajar Pengembahan Buku Ajar Sekolah Dasar

bermakna. Jadi dalam pandangan kontruktivisme sangat penting peran siswa memiliki kebiasaan berfikir, maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar. Secara khusus Hanburg Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari 2009: 94 mengemukakan pembelajaran matematika yang sesuai dengan teori konstruktivisme, yaitu 1. Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintergrasikan ide yang mereka miliki. 2. Belajar matematika menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti; 3. Strategi siswa lebih bermanfaat. 4. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dengan temannya. Pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme dalam bagiannya memerlukan penyediaan pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk mengalami berbagai pengalaman belajar dan mampu menemukan sesuatu secara alami serta dapat merefleksikan gagasan yang baru bagian. Untuk memenuhi pembelajaran tersebut, Daniel Muijs dan David Reynolds 2008: 104- 106 mengemukakan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari 4 fase, yaitu 1 fase start; 2 fase ekplorasi; 3 fase refleksi; dan 4 fase aplikasi dan diskusi. Penjelasan keempat fase adalah sebagai berikut. 1. Fase start Guru pada fase ini memulai dengan mengukur pengetahuan siswa sebelumnya dan menetapkan berbagai kegiatan. Guru memulai dengan pertanyaan umum yang bersifat terbuka lalu mendorong siswa untuk memberi jawaban-jawaban dan mendiskusikannya. Masalah yang diungkapkan sebaiknya relevan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Setelah itu topik pelajaran yang dimaksud dapat diperkenalkan. Guru dapat memperkenalkan suatu situasi yang membingungkan atau mengejutkan, yang menyebabkan siswa memikirkan tentang situasi tersebut. Alih-alih langsung memperkenalkan definisi atau konsep kepada siswa, guru akan berusaha membuat mereka menemukan berbagai aturan dan definisi, dan akan menetapkan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut. 2. Fase ekplorasi Siswa pada fase ini melakukan kegiatan yang ditetapkan guru di fase 1. Kegiatan ini biasanya bersifat ekploratik, melibatkan situasi atau bahan-bahan riil, dan memberikan kesempatan untuk kerja kelompok. Kegiatannya mestinya distrukturisasikan sedemikian sehingga para siswa menghadapi isu-isu yang memungkinkan mereka menggembangkan pemahaman, dan mestinya juga cukup menantang meskipun tidak melampaui kemampuan mereka. 3. Fase refleksi Siswa selama fase ini akan diminta untuk menengok kembali dan menganalisis serta mendiskusikan apa yang telah mereka kerjakan, baik dengan kelompok-kelompok lain atau dengan guru. Guru dapat memberikan pengarahan yang terstruktur selama fase ini, melalui pertanyaan dan komentar yang dirancang untuk mengaitkan eksplorasi itu dengan konsep kunci yang sedang dieksplorasi. 21 4. Fase aplikasi dan diskusi Selama fase ini guru meminta seluruh kelas untuk mendiskusikan hal-hal temuan dan membuat kesimpulan. Langkah berikutnya dapat diidentifikasi oleh guru atau siswa, dan poin-poin penting pembelajaran diulang kembali atau dicatat. Selain langkah-langkah pembelajaran seperti di atas, keberhasilan pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme terpengaruh peran guru. Peran guru pada pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme berbeda dengan peran guru pada pembelajaran konvensional. Adapun peran guru dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme adalah guru bertindak 1 sebagai fasilitator; 2 sebagai mediator; dan 3 sebagai pembimbing. 1. Guru sebagai fasilitator Guru dalam perannya menjadi seorang fasilitator harus bisa menyediakan pengalaman belajar atau bahan belajar yang memungkinkan siswa termotivasi untuk berperan aktif dalam pembelajaran. 2. Guru sebagai mediator Selama proses pembelajaran siswa akan berinteraksi dengan siswa lainnya, sehingga memungkinnya ada perbedaan pemikiran. Dengan adanya perbedaan pemikiran tersebut guru memberikan penghargaan kepada setiap siswa dan menaruh perhatian terhadap hal yang membuat keraguan atau kesulitan siswa kemudian mengkoordinir pemikiran tersebut agar masih sesuai dengan yang direncanakan. 22 3. Guru sebagai pembimbing Guru hendaknya berperan sebagai tutor atau pembimbing siswa untuk mengembangkan pemikiran untuk permasalahan yang diberikan. Guru dapat memicu pemikiran siswa dengan memberikan kata kunci ataupun saran-saran.

6. Buku Ajar

Buku ajar merupakan salah satu jenis bahan ajar. bahan ajar menurut Andi Prastowo 2011: 17 merupakan segala bahan baik informasi, alat, maupun teks yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar menurut Depdiknas 2008: 7 merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungansuasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bentuk bahan ajar meliputi a bahan cetak, b Audio, c Visual d Audio Visual, dan e Multi Media. Berdasarkan uraian di atas, pengertian buku ajar adalah bahan yang didesain untuk disajikan sebagai bahan cetak yang disusun secara sistematis sedemikian sehingga dapat digunakan siswa untuk belajar. Buku ajar digunakan sebagai alat bantu agar siswa melakukan pengalaman belajar pada proses pembelajaran tatap muka dengan pendidikguru maupun pada proses belajar mandiri. Fungsi buku ajar adalah sebagai pedoman bagi guru untuk mengarahkan siswa melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran, sedangkan bagi siswa untuk acuan aktivitas dalam proses pembelajaran. Sedangkan tujuan buku ajar disusun adalah sebagai berikut. 1. Menyediakan fasilitas untuk siswa berupa buku ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yaitu buku ajar yang sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan sosial siswa. 2. Membantu siswa memperoleh alternatif bahan ajar. 3. Memudahkan guru untuk melaksanakan pembelajaran.

7. Pengembahan Buku Ajar Sekolah Dasar

Suatu buku ajar yang telah disusun memiliki kualitas tertentu, jika digolongkan menjadi dua kriteria, maka suatu buku ajar dengan kualitas baik dan kurang baik. Untuk menentukan kualitas suatu buku ajar, maka buku ajar harus melalui serangkaian tahapan pengembangan. Rangkaian pengembangan dimulai dari memperhatikan prinsip pengembangan bahan ajar, yaitu 1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak. 2. Pengulangan akan memperkuat pemahaman. 3. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa. 4. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. 5. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu. 6. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan. Berikut adalah beberapa acuan untuk pengembangan buku ajar. Acuan pertama berdasarkan prinsip pengembangan bahan ajar menurut Depdinas 2008:10-11 adalah sebagai berikut. 1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, mulai dari yang konkret untuk memahami yang abstrak. 2. Pengulangan akan memperkuat pemahaman. 3. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa. 4. Motivasi yang tinggi merupakan salah satu penentu keberhasilan belajar. 5. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan sampai pada ketinggian tertentu. 6. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan. Selanjutnya pada halaman Depdinas 2008:28 diuraikan mengenai evaluasi buku ajar yang meliputi empat komponen, yaitu komponen kelayakan isi, kelayakan kebahasaan, kelayakan penyajian, dan kelayakan grafika. Komponen kelayakan isi antara lain mencakup 1. Kesesuaian dengan SK, KD. 2. Kesesuaian dengan perkembangan anak. 3. Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar. 4. Kebenaran subtansi materi pembelajaran. 5. Manfaat untuk penambahan wawasan. 6. Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial. 25 Komponen kelayakan kebahasaan antara lain mencakup 1. Keterbacaan. 2. Kejelasan informasi. 3. Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 4. Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien jelas dan singkat. Komponen kelayakan penyajian antara lain mencakup 1. Kejelasan tujuan indikator yang ingin dicapai. 2. Urutan sajian. 3. Pemberian motivasi, daya tarik. 4. Interaksi pemberian stimulus dan respond. 5. Kelengkapan informasi. Komponen grafika antara lain mencakup 1. Penggunaan font; jenis dan ukuran. 2. Lay out atau tata letak. 3. Ilustrasi, gambar, foto. 4. Desain tampilan. Acuan kedua berdasarkan pendapat Azhar Arsyad 2011: 87-91 bahwa dalam mengembangkan buku ajar memperhatikan enam elemen, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong. Elemen konsistensi dalam pengembangan buku ajar meliputi 1. Gunakan konsistensi format dari halaman ke halaman. Usahakan agar tidak menggabungkan cetakan huruf dan ukuran huruf. 26 2. Usahakan untuk konsisten dalam jarak spasi. Jarak antara judul dan baris pertama serta garis samping supaya sama, dan antara judul dengan dan teks utama. Spasi yang tidak sama sering dianggap buruk, tidak rapi dan karena itu memerlukan perhatikan sungguh-sungguh. Elemen format dalam pengembangan buku ajar meliputi 1. Jika paragraf panjang sering digunakan, wajah satu kolom lebih sesuai, jika paragraf tulisan pendek-pendek, wajah dua kolom lebih sesuai. 2. Isi yang berbeda supaya dipisahkan dan dilabeli secara visual. 3. Taktik dan strategi pembelajaran yang berbeda sebaiknya dipisahkan dan dilabeli secara visual. Elemen oganisasi dalam pengembangan buku ajar meliputi 1. Upaya untuk selalu menginformasikan siswapembaca mengenai di mana mereka atau sejauh mana mereka dalam teks itu. Siswa harus mampu melihat sepintas bagian atau bab berapa mereka baca. Jika memeungkinkan, siapkan pirantti yang memberikan orientasi kepada siswa tentang posisinya dalam teks secara keseluruhan. 2. Susunlah teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh. 3. Kotak-kotak dapat digunakan untuk memisahkan bagian-bagian dari teks. Elemen daya tarik dalam pengembangan buku ajar meliputi perkenalkan setiap bab atau bagian baru dengan cara yang berbeda. Ini diharapkan dapat memotivasi siswa utnuk membaca terus. Elemen ukuran huruf dalam pengembangan buku ajar meliputi pemilihan ukuran huruf yang sesuai dengan siswa, pesan, dan lingkungannya. Ukuran huruf biasanya dala poin per inci. Misalnya 24 poin per inci. Ukuran huruf yang baik untuk teks buku teks atau buku penuntun adalah 12 poin; dan menghindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks karena dapat membuat proses membaca itu sulit. Elemen mengenai ruang spasi kosong meliputi 1. Gunakan spasi kosong lowong tak berisi teks atau gambar untuk menambah kontras. Hal ini penting untuk memberikan kesempatan siswapembaca untuk beristirahat pada titik-titik tertentu pada saat matanya bergerak menyususri teks. Ruang kosong dapat berbentuk. a Ruangan sekitar judul. b Batas tepi marjin; batas tepi yang luass memaksa perhatian siswapembaca untuk masuk ke tengah-tengah halaman. c Spasi antar-kolom, semakin lebar kolomnya, semakin luas spasi di antaranya. d Permulaan paragraf diindentasi. e Penyesuaian spasi antarbaris atau antar paragraf. 2. Sesuaikan spasi antarbaris untuk meningkatkan tampilan dan tingkat keterbacaan. 3. Tambahkan spasi antarparagraf untuk meningkatkan tingkat ketebacaan. Acuan ketiga berdasarkan pendapat dari Dedi Supriadi 2000: 177-180, aspek yang perlu diperhatikan pada buku ajar meliputi segi isimateri, segi bahasa, segi fisikgrafika, dan segi keamanan. Penjelasan lebih detail adalah sebagai berikut. 28 Segi isimateri meliputi 1. Mendukung isi pokok bahasan, meliputi kesesuaian kurikulum dan mengandung program pengayaan. 2. Kebenaran dan kelengkapan materi, meliputi konsep, isi pokok bahasan, istilah, lambang, dan notasi, contohilustrasi. 3. Organisasisistematika. 4. Penyajian menarik, dari sederhana ke komplek, muda dipahami, serta mendorong keaktifan siswa untuk berfikir dan belajar. 5. Tata krama penulisan dan kepustakaan. Segi bahasa meliputi 1. Struktur kallimat. 2. Paragraf. 3. Bentuk dan pilihan kata. 4. Pengguanaan istilah. 5. Ejaan. Segi fisikgrafika meliputi 1. Tipologi : jenis huruf, korp, spasi, lebar susuna, bentuk susunankolom, dan aksentuasi. 2. Tata letak : polamargin, kesimbangan, dan kesatuan. 3. Kualitas cetak : kerataan tinta, kerapatan cetak, dan cetakan tembus. 4. Kualitas penyelesaian : pengeleman, jahitan, pelimpatan, dan pemotongan. 5. Ilustrasi : jenis, daya tarik, dan anatomi. 6. Perwajahan sampul : daya tarik, tipologi, dan ilustrasi. 29 7. Ukuran buku. 8. Kesesuaian jenis kertas. 9. Kesesuaian jenis kertas sampul. Segi keamanan meliputi 1. Tidak bertentangan dengan Pancasila. 2. Tidak bertentangan dengan UUD 1945. 3. Tidak bertentangan dengan GBHN. 4. Tidak bertentangan dengan hukum, peraturan yang berlaku, dan etika masyarakat. 5. Tidak mempertentangkan SARA. Berdasarkan ketiga acuan di atas aspek kelayakan buku ajar terbagi menjadi 4 komponen, yaitu komponen kelayakan penyajian. kelayakan bahasa, kelayakan isi, dan kelayakan grafika. keempat komponen kelayakan terbagi menjadi kriteria penilaian, detail kriterian penilaian pada setiap komponen kelayakan adalah sebagai berikut Kelayakan isi meliputi 1. Kesesuaian dengan kurikulum. 2. Kesesuaian dengan pendekatan. 3. Kesesuaian dengan kebutuhan. 4. Kebenaran materi. 5. Sistematika. Kelayakan kebahasaan meliputi 1. Kesesuaian dengan tata bahasa. 30 2. Konsistensi penggunaan istilah dan simbol. 3. Keterbacaan. 4. Komunitatif. Kelayakan penyajian meliputi 1. Konsistensi. 2. Organisasi. 3. Daya tarik. 4. Interaksi. Kelayakan grafika meliputi 1. Kesesuaian buku ajar. 2. Gambar pendukung. 3. Grafik pendukung.

B. Kerangka Berfikir