Pendahuluan Pembangunan ekonomi di negara kita masih
INOVASI Vol.3XVIIMaret 2005
Persatuan Pelajar Indonesia PPI Jepang; Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia untuk Dunia
66
dan perkembangan dalam kehidupan di dunia ini, dalam setiap manifestasinya. Akan tetapi
pembaharuan Islam di era modern masih belum berhasil secara optimal dan terasa
kurang efektif; sebagai konsekuensinya di bidang materi, umat Islam juga masih
tertinggal dari peradaban Barat. Memang beberapa negara Islam telah dapat mengikuti
perkembangan teknologi modern, tapi karena belum didukung oleh pemikiran agama yang
mampu menopangnya maka hasilnya masih jauh dari memuaskan. Tony Barnett 1995:
vii benar bahwa: the main problems in the Third World are not,
by and large, the absence of technical specialists - countries such as …Pakistan
have these aplenty; …. The main problems are sociological and political problems,
the contexts within which apparently ‘technical’ decisions are taken.
Dengan kata lain, kemampuan teknis di dunia Islam belum dapat memberikan kontribusi
yang positif bagi kemajuan material secara luas karena belum ada kondisi yang kondusif
dalam aspek immaterial, seperti pemikiran agama.
3. Unsur Rasio dan Tradisi dalam
Modernisasi
Perhatian terhadap realitas sosiologis historis berbagai komunitas Islam sangat penting
karena masing-masing mewakili budaya tersendiri dengan berbagai bentuk
konvensinya, seperti diyakini sejarawan Thomas L. Haskell 1999: 3 bahwa:
“…Nietzsche, who had no qualms at all about asserting the priority of convention over
reason, just so long as he secured recognition that both were subordinate to the “will to
power.” Konvensi sebagai kesepakatan dari suatu komunitas harus dipertimbangkan
terlebih dulu, karena hal ini terkait erat dengan konteks sejarah berlangsungnya
konvensi tersebut. Hal itu dilakukan karena rasio bukan
satu-satunya patokan bagi segala sesuatu. Manusia juga punya aspek perasaan,
sebagai pemberi makna bagi hidupnya di dunia. Hal tersebut hanya didapatkan pada
budaya atau tradisi suatu kelompok. Karena itu tradisi harus diperhi-tungkan di dalam
merumuskan pembaharuan Islam, sebagai realitas sosiologis- historis suatu komunitas,
suatu yang dapat berubah tapi tidak dapat dihilangkan sama sekali.
Daya tahan tradisi terhadap modernisasi diakui para pemikir modern gerakan Islam.
Mereka mulai mereformasi strategi dakwah yang menitikberatkan pendekatan normatif,
yang menjadikan gerakan kembali kepada Al-Quran dan Hadits sebagai kriteria normatif
absolut. Mereka mulai mengarahkan perhatiannya kepada teologi rasional sebagai
landasan untuk menegakkan tatanan moral yang lebih tegas, dimana setiap tindakan
memiliki nilai etisnya sendiri secara obyektif . Baik dan buruk tidak lagi ditentukan dengan
pendekatan theistic subjective pendekatan normatif yang memaknai baik dan buruk
berdasarkan perintah dan larangan dari Tuhan, dimana segala keputusan
disandarkan kepada kehendak Allah. Pendekatan rasional memberikan tanggung
jawab yang besar kepada manusia atas tindakannya, karena baik dan buruk sudah
ditentukan berdasarkan karakteristik dari perbuatan itu sendiri.
Dengan demikian teologi Islam yang selama ini dirumuskan secara rasional melalui
pendekatan normatif harus dilengkapi dengan pendekatan empiris obyektif.
Pendekatan-pendekatan yang bersifat normatif, memang tidak dapat dihilangkan,
namun jangan sampai menjadi suatu ideologi yang kaku melainkan harus diuji secara
empiris. Variasi budaya berimplikasi pada variasi
pembaharuan Islam. Memang disadari atau tidak pembaruan selalu berangkat dari
realitas sosiologis-historis suatu budaya. Karena itu pembaharuan Islam seringkali
dipandang penuh curiga oleh komunitas Islam lainnya yang memiliki realitas
sosiologis-historis yang berlainan. Memang ini wajar setiap memulai pembaharuan dan
kita dituntut bersikap dewasa terhadap mereka yang masih sangsi terhadap
komitment pembaharuan ini. Kita hendaknya mampu meyakinkan pembaharuan ini juga
sangat diperlukan dan selanjutnya berusaha menjalin kerjasama dengan berbagai
kelompok lain. Toleransi yang tulus di antara berbagai organisasi Islam di Indonesia ini
merupakan prasyarat bagi terciptanya budaya Islam Indonesianis.