PENGARUH LATIHAN PUSH UP TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN DAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN PADA CABOR BULUTANGKIS BAGI SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG

ABSTRAK

PENGARUH LATIHAN PUSH UP TERHADAP PENINGKATAN
KEKUATAN DAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN
PADA CABOR BULUTANGKIS BAGI SISWA
PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 21
BANDAR LAMPUNG

Oleh
Abdul Ghaffar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perngaruh latihan push up terhadap
peningkatan kekuatan dan daya ledak otot lengan pada cabor bulutangkis bagi
siswa putra kelas VIII di SMP Negeri 21 Bandar Lampung.
Metode penelitian menggunakan metode eksperimen dengan populasi adalah
siswa putra kelas VIII di SMP Negeri 21 Bandar Lampung yang berjumlah 110
orang, kemudian diambil sampel penelitian berjumlah 30 orang. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling. Untuk teknik
pengambilan data tes kekuatan otot lengan ini menggunakan Pull and Push dan
pengambilan data tes daya ledak otot lengan ini menggunakan Medicene ball.
Teknik analisis data hasil tes awal dan akhir perbedaan pengaruh latihan push up

terhadap peningkatan kekuatan dan daya ledak otot lengan menggunakan teknik
analisis data uji t pengaruh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari latihan push up
kekuatan otot lengan sebesar 11,433 kemudian setelah diberikan perlakuan
meningkat menjadi 15,233 dan daya ledak otot lengan sebesar 327,667 setelah
diberikan perlakuan meningkat menjadi 358,400. Berdasarkan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa latihan push up memberikan pengaruh yang besar terhadap
peningkatan kekuatan dan daya ledak otot lengan bagi siswa putra kelas VIII di
SMP Negeri 21 Bandar Lampung.

Kata Kunci : Pengaruh, Latihan Push Up, Kekuatan, Daya Ledak Otot
Lengan.

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kel. Sepang Jaya, Kec. Kedaton, Kota
Bandar Lampung, Provinsi Lampung pada tanggal 23 Mei
1992, Anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan

Bapak Djoni Masar S.E dan Almh Ibu Ellytasari.
Selama ini penulis telah mengenyam pendidikan lebih dari 12
tahun, diawali dari Pendidikan Taman Kanak – kanak (TK)
RA. Daya Bandar Lampung diselesaikan tahun 1998.
Kemudian melanjutkan ketingkat Sekolah Dasar (SD) di SDN 1 Labuhan Ratu
Bandar Lampung Diselesaikan tahun 2004, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) di SLTP N 21 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2007, dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung diselesaikan
pada tahun 2010.
Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas
Lampung melalui jalur SNMPTN.
Sebelum aktif dalam pengerjaan skripsi penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
Kependidikan Terintegrasi (KKN KT) selama 75 hari di desa Batu Kebayan
Kecamatan Batu Ketulis, semasa KKN KT penulis juga melaksanakan Praktek
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Batu Ketulis Lampung Barat.
Selama berada di Desa Batu Kebayan Kecamatan Batu Ketulis penulis pernah
sebagai pembina Pawai Budaya dalam acara Festival Teluk Setabas (FTS) ke XVI
se Kabupaten Lampung Barat di liwa tanggal 29 Agustus 2013 dan meraih juara 1
Karnaval Budaya.


PERSEMBAHAN

Dengan Mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim
Dengan rasa syukur dan bangga, ku persembahkan karya ku
yang sangat berarti ini Kepada :

Papah Djoni Masar dan Ibuku Almhm Elly Tasari tercinta yang telah
memberikan kasih sayangnya, dukungan serta doanya dalam setiap
sujudnya demi keberhasilanku. Terimakasih atas semua cinta dan
pengorbananmu serta jerih payah dari setiap tetes keringatmu yang
telah kau berikan kepadaku.

Lak Ahmad Shuffie Riadus, kakak Aullia Apriyatman, dan Adikku
tersayang Firda Nur Islami, yang selalu memberikan semangat,
dukungan dan Doa untuk keberhasilanku.
Seluruh Sahabatku di Penjaskesrek angkatan 2010 terimakasih atas
segala kasih sayang dan perhatian kalian sehingga membuat aku
semakin dewasa dan mengerti arti sebuah persahabatan, perjuangan,
dan pengorbanan sejati.

Almamater tercinta, Universitas Lampung

Moto

Hargailah yang kecil-kecil itu, agar kamu di berikan yang lebih besar.
(Herman Tarigan)

Mengalah dalam kesabaran merupakan kemenangan dan kesuksesan
pada diri kita. (Hermanto)

Teman sejati adalah mereka yang selalu ada di sisi kamu bukan hanya
pada saat kau berjaya, namun juga pada saat kau tak berdaya.
(Abdul Ghaffar)

SANWACANA

Assalammualaikum, Wr.Wb
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi yang penulis susun ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan pada program studi Pendidikan Jasmani dan kesehatan FKIP Unila.
Dengan Judul “ Pengaruh Latihan Push Up Terhadap Peningkatan Kekuatan dan
Daya Ledak Otot Lengan Pada Cabor Bulutangkis Bagi Siswa Putra Kelas VIII di
SMP Negeri 21 Bandar Lampung”
Dalam Penulisan skripsi ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si, dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
(IP) FKIP Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd Pembimbing Pertama yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan serta motivasi kepada penulis.
4. Bapak Drs. Suranto, M. Kes,Pembimbing Kedua yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, serta kepercayaan kepada penulis.
5. Bapak Drs. Herman Tarigan, M.Pd, Pembahas yang telah memberikan
perbaikan dan pengarahan kepada penulis.

6. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd , Ketua Program Studi Penjaskesrek yang
telah memberikan arahan kepada penulis.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan saat penulis menyelesaikan
perkuliahan.

8. Kepala SMP Negeri 21 Bandar lampung, Bapak Ardi Selaku guru
olahraga beserta segenap dewan guru yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian.
9. Kedua orang tuaku tercinta yang tulus menyayangiku dan mendoakan
untuk keberhasilanku. Terimakasih atas perjuangan dan pengorbanannya
dalam mendidik dan membesarkanku hingga saat ini.
10. Kakak dan adikku tercinta : Lak Ahmad Shuffie Riadus, Kakak Aulia
Apriyatman dan adikku Firda Nur Islami terimakasih atas doa, dukungan
dan kepercayaan demi kesuksesanku.
11. Sahabat – sahabat terbaikku Anggiat, Arby, Burhan, Refi, Rudi, Teguh,
Tommy, Roni dan Fahmi yang telah memberikan semangat, fikiran
maupun materi.
12. Teman – teman seperjuangan (angkatan 2010) Terimakasih atas
persahabatan dan kebersamaan yang terjalin selama ini.
13. Kepada teman teman PPL/KKN Dongah (Bang Yudi), Andri, Aya, Dila,
Elva, Levi, Resti, Yuni, Wella yang selalu memberikan dukungan kepada
penulis.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tulus dan

ikhlas semoga diberikan kebaikan dari Allah S.W.T.
Akhir Kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua, amin.
Wassalammualaikum Wr.Wb
Bandar Lampung, Oktober 2014
Penulis

Abdul Ghaffar

DAFTAR ISI
HALAMAN
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xvi

BAB I. PENDAHULUAN

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Latar Belakang ...................................................................................
Identifikasi Masalah ...........................................................................
Batasan Masalah .................................................................................
Rumusan Masalah ..............................................................................
Tujuan Penelitian ...............................................................................
Manfaat Penelitian .............................................................................
Penjelasan Judul .................................................................................

1
5
6
6

6
7
7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Permainan Bulutangkis ......................................................................
B. Otot .....................................................................................................
1. Fungsi Otot ...................................................................................
C. Kekuatan ............................................................................................
1. Pengertian Kekuatan ....................................................................
2. Jenis Kekuatan .............................................................................
3. Jenis Latihan Kekuatan ................................................................
D. Daya Ledak ........................................................................................
1. Pengertian Daya Ledak ................................................................
2. Jenis – jenis Daya Ledak ..............................................................
E. Latihan Fisik ......................................................................................
1. Pengertian Latihan Fisik ..............................................................
2. Tujuan Latihan .............................................................................
3. Prinsip – prinsip Latihan ..............................................................
4. Latihan Push Up ...........................................................................

F. Penelitian Yang Relevan ....................................................................
G. Kerangka Pikir ...................................................................................
H. Hipotesis .............................................................................................

9
16
17
17
18
18
19
20
20
21
22
22
23
24
26
27

29
30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ...............................................................................
B. Desain Penelitian ................................................................................
C. Variabel Penelitian .............................................................................

32
33
33

D. Populasi dan Sampel Penelitian .........................................................
1. Populasi ........................................................................................
2. Sampel ..........................................................................................
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................
F. Lokasi dan Subjek Penelitian .............................................................
G. Instrumen Penelitian ...........................................................................
1. Tes Kekuatan Otot Lengan ...........................................................
2. Tes Daya Ledak Otot Lengan ......................................................
H. Teknik Analisis Data ..........................................................................

34
34
34
36
36
36
37
39
41

BAB. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..................................................................................
1. Deskripsi Data ..............................................................................
2. Analisis Data ................................................................................
B. Pembahasan ........................................................................................

47
47
52
57

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................
B. Saran ...................................................................................................

60
60

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

62

LAMPIRAN – LAMPIRAN ........................................................................

63

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1. Desain Penelitian .......................................................................................

33

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian Kekuatan ................................................

47

3. Deskripsi Data Hasil Penelitian Daya Ledak ............................................

49

4. Hasil Uji Normalitas ..................................................................................

51

5. Hasil Uji Homogenitas ..............................................................................

52

6. Hasil Analisis Uji T Perbedaan .................................................................

53

7. Hasil Analisis Uji Pengaruh Kekuatan ......................................................

54

8. Hasil Analisis Uji Pengaruh Daya Ledak ..................................................

55

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel

Halaman

1.

Program Latihan ......................................................................................

64

2.

Penilaian kemampuan kekuatan dan daya ledak otot lengan ..................

65

3.

Data Tes Awal Kekuatan Otot Lengan .....................................................

66

4.

Data Tes Awal Daya Ledak Otot Lengan ...............................................

67

5.

Data Tes Akhir Kekuatan Otot Lengan ....................................................

68

6.

Data Tes Akhir Daya Ledak Otot Lengan ...............................................

69

7.

Pembagian Kelompok Dengan Ordinal Pairing ........................................

70

8.

Uji Normalitas Tes Awal Kelompok Eksperimen Kekuatan
Otot Lengan ............................................................................................

9.

71

Uji Normalitas Tes Awal Kelompok Eksperimen Daya Ledak
Otot Lengan ............................................................................................

72

10. Uji Normalitas Tes Awal Kelompok Kontrol Kekuatan
Otot Lengan ............................................................................................

73

11. Uji Normalitas Tes Awal Kelompok Kontrol Daya Ledak
Otot Lengan ..............................................................................................

74

12. Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen Kekuatan
Otot Lengan ..............................................................................................
v

75

13. Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen Daya Ledak
Otot Lengan ..............................................................................................

76

14. Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok Kontrol
Kekuatan Otot Lengan ..............................................................................

77

15. Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok Kontrol Daya Ledak
Otot Lengan ..............................................................................................

78

16. Uji Homogenitas Tes Awal Kelompok
Eksperimen Dan Kontrol Kekuatan Otot Lengan .....................................

79

17. Uji Homogenitas Tes Awal Kelompok Eksperimen Dan Kontrol
Daya Ledak Otot Lengan ........................................................................

80

18. Uji Homogenitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen Dan Kontrol
Kekuatan Otot Lengan ............................................................................

81

19. Uji Homogenitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen Dan Kontrol
Daya Ledak Otot Lengan ........................................................................

82

20. Analisis Uji T Perbedaan Data Tes Akhir Kekuatan
Otot Lengan ............................................................................................

83

21. Analisis Uji T Perbedaan Data Tes Akhir Daya Ledak
Otot Lengan ............................................................................................

85

22. Uji T Pengaruh Kelompok Eksperimen Kekuatan
Otot Lengan ............................................................................................

87

23. Uji T Pengaruh Kelompok Eksperimen Daya Ledak
Otot Lengan ............................................................................................
24. Uji T Pengaruh Kelompok Kontrol Kekuatan
vi

89

Otot Lengan ............................................................................................

91

25. Uji T Pengaruh Kelompok Kontrol Daya Ledak
Otot Lengan ............................................................................................

93

26. Table Z ....................................................................................................

95

27. Nilai Kritis L Untuk Uji Lilliefors ..........................................................

96

28. Harga Kritik Dari R Product-Moment ....................................................

97

29. Distribusi T Student ................................................................................

98

30. Uji Homogenitas Dengan Distribusi F Tabel Α 0,05 ..............................

99

31. Foto-Foto .................................................................................................

101

32. Surat-Surat ..............................................................................................

108

vii

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bulutangkis adalah suatu jenis olahraga permainan yang sangat populer,
banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun
orang tua. Permainan bulutangkis sudah ada sejak pemerintahan tentara
Dinasti Han di Cina pada abad kedua dan tiga masehi. Permainan bulutangkis
tersebut dianggap sangat berguna untuk melatih ketangkasan dan kekuatan
tentara Dinasti Han.

Bulutangkis atau badminton adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh
dua orang (untuk tunggal) atau dua pasangan (untuk ganda) yang berlawanan.
Mirip dengan tenis, bulutangkis dimainkan dengan pemain di satu sisi
bertujuan memukul bola permainan ("kok" atau "shuttlecock") melewati net
agar jatuh di bidang permainan lawan yang sudah ditentukan. Dia juga harus
mencegah hal tersebut terjadi padanya.

Prestasi sebagaimana yang dapat dilakukan pada aspek gerakan. Gerakangerakan dalam bidang olahraga diharapkan dilakukan dengan cara efisien,
dan teknik yang benar. Gerakan dikatakan efisien apabila gerakan-gerakan
yang terkoordinasi dengan baik dikombinasikan untuk menghasilkan gerakan
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu, dan memanfaatkannya

2

dengan perolehan nilai yang tinggi, dengan arah yang baik, dan menggunakan
tenaga sekecil mungkin. Seseorang yang mampu melakukan gerakan-gerakan
secara efisien, orang tersebut dapat dikatakan terampil.

Prestasi olahraga tidak terlepas dari unsur kondisi fisik. Peningkatan kondisi
fisik atlet bertujuan agar kemampuan fisik menjadi prima dan berguna
menunjang aktivitas olahraga dalam rangka mencapai prestasi prima
(Suharno, 1993:38). Latihan fisik setiap cabang olahraga merupakan pondasi
utama dalam melatih teknik, taktik dan mental atlet. Untuk mendapatkan
prestasi yang tinggi, hendaknya ditunjang kondisi fisik seperti kelincahan,
kecepatan, kekuatan, koordinasi, daya tahan, waktu reaksi, power yang sangat
dibutuhkan oleh atlet dalam permainan bulutangkis. Seperti diungkapkan
Sajoto (1995:10) komponen kondisi fisik meliputi: kekuatan (strength),
kecepatan (speed), daya tahan (endurance), daya ledak otot (muscular
explosive power), kelincahan (agility), keseimbangan (balance), kelentukan
(flexibility), dan koordinasi (coordination). Semua komponen kondisi fisik
harus dapat dikembangkan guna menunjang prestasi atlet.

Menurut Icuk, Furqon dan Kunta (2002:102-103), mengemukakan bahwa
kualitas fisik pemain bulutangkis adalah harus memiliki: (1) Power dan
kapasitas anaerobik (termasuk kecepatan dan kekuatan) yang baik, agar
mampu meloncat, melompat, melenting dengan cepat ke segala arah,
melakukan pukulan smesh, lob, drive secara berulang-ulang. (2) Daya tahan
dan kekuatan otot serta daya tahan kardiorespiratori (kapasitas aerobik) yang
baik, untuk mempertahankan irama gerak tersebut. (3) Kelincahan dan

3

kecepatan. (4) Kecepatan reaksi dan kecepatan dalam memberikan respon
kepada pukulan lawan. (5) Kelentukan dan kecepatan terutama tampak dalam
gerakan-gerakan menekuk dan meliuk tubuh, kaki dan lengan pada saat
memukul dan mengembalikan shuttlecock. (6) Koordinasi (hampir seluruh
aktivitas harus dilakukan secara serempak yang memerlukan koordinasi gerak
yang baik). (7) Kualitas otot yang baik terutama otot-otot pergelangan
tangan, lengan bawah dan atas, bahu, dada, leher, perut, kaki, paha, dan
punggung bagian bawah. SMP Negeri 21 Bandar Lampung merupakan
kegiatan penyaluran bakat dan minat siswa di bidang olahraga, khususnya
cabang olahraga bulutangkis.

Disamping itu juga banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti
mata pelajaran khususnya teknik pukulan Smash dimana banyak siswa
memukul shuttlecocks sangat lemah. Banyak faktor yang menjadi penyebab
siswa dalam memukul shuttlecocks sangat lemah, diantaranya adalah
kemampuan memukul siswa yang belum optimal. Salah satu kemampuan
smash tersebut adalah kekuatan dan daya ledak otot lengan, karena permainan
bulutangkis untuk smash dibutuhkan kekuatan dan daya ledak otot lengan
untuk memukul shuttlecocks dengan pukulan keras.

Mengenai kekuatan, Kekuatan adalah komponen kondisi fisik yang
menyangkut masalah kemampuan seorang atlet pada saat menggunakan otot ototnya, menerima beban dalam waktu kerja tertentu. (Sajoto, 1988), Harsono
(1988 : 200) menjelaskan bahwa : “daya ledak adalah kemampuan otot untuk
mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat”. Hampir

4

semua cabang olahraga baik perorangan maupun beregu harus memiliki
kemampuan tersebut.

Apalagi untuk pencapaian prestasi salah satunya ditentukan oleh kekuatan
dan daya ledak, oleh karena itu upaya yang diterapkan untuk menunjang
prestasi, latihan kekuatan dan daya ledak merupakan salah satu prioritas
untuk mendapat perhatian khusus disamping latihan komponen fisik lainnya.
Jadi kalau berlatih untuk mengembangkan kekuatan dan daya ledak, atlet
harus pula dilatih kekuatan, daya ledak, fleksibilitas dan kecepatan reaksinya
serta tidak semata-mata berlatih kekuatan dan daya ledak saja.

Ada berbagai macam metode latihan yang dapat diterapkan dalam melatih
kekuatan dan daya ledak otot lengan, diantaranya metode latihan dengan
beban ekternal seperti dumbell, barbel, stick (weight training). Hoks (1974)
dalam Fox, et al 1984:136-137). Metode latihan tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kekuatan, kecepatan, power.Jenis latihan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan daya ledak otot lengan
diantaranya adalah latihan push up.

Berkaitan dengan latihan berbeban (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:109)
mengemukakan bahwa “Latihan beban jika dilaksanakan dengan benar,
kecuali dapat mempertinggi kesehatan fisik secara keseluruhan, akan dapat
mengembangkan kecepatan, daya ledak otot, kekuatan dan kelentukan, yang
merupakan faktor-faktor penting bagi setiap atlet”. Menurut Harsono (1988 :
101) : “latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang

5

dilakukan secara berulang –ulang, dengan kian menambah jumlah beban
latihan atau pekerjaan”.
Program latihan untuk mengembangkan kekuatan, daya ledak otot dapat
dilakukan dengan latihan – latihan tahanan ( resistance exercise ), di mana
kita harus mengangkat, mendorong atau menarik suatu beban, beban itu bisa
berupa beban dari luar ( exerternal resistance), ataupun anggota tubuhnya
sendiri ( internal resistance ). ( O’Shea, 1976; Harsono, 1988) dalam
Hermawan ( 1995 : 5 ).

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti efektifitas
latihan beban yang menggunakan beban berat badan sendiri, karena berat
badan merupakan beban yang paling praktis dan aman untuk meningkatkan
kekuatan, daya ledak, dan daya tahan otot terutama bagi pemula atau atlet
muda ( Nossek, 1982 ) dalam Hermawan ( 1995 : 5 ).
Maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Latihan Push Up Terhadap
Peningkatan Kekuatan Dan Daya Ledak Otot Lengan Pada Cabor Bulutangkis
Bagi Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Masih banyak siswa yang belum mengusai pukulan smash.
2. Kekuatan dan Daya ledak yang kurang karena tidak melatih latihan khusus
kekuatan dan daya ledak terutama pada otot lengan.

6

C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
masalah dalam penelitian ini hanya membahas permasalahan tentang
”Pengaruh Latihan Push Up Terhadap Peningkatan Kekuatan Dan Daya
Ledak Otot Lengan Pada Cabor Bulutangkis Bagi Siswa Putra Kelas VIII
SMP Negeri 21 Bandar Lampung “
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah latihan push up berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan otot
lengan?
2. Apakah latihan push up berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak
otot lengan?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Mengetahui besarnya pengaruh latihan push up terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Lengan Pada Cabor Bulutangkis Bagi Siswa Putra Kelas
VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung
2. Mengetahui besarnya pengaruh latihan push up terhadap Peningkatan
Daya Ledak Otot Lengan Pada Cabor Bulutangkis Bagi Siswa Putra
Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung

7

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak–pihak
yang terkait :
1. Bagi siswa
Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang
pentingnya kekuatan dan daya ledak otot lengan.
2. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang baik
untuk peneliti, dan memberikan informasi tentang model latihan yang
baik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kekuatan
dan daya ledak otot lengan.
3. Bagi Guru
Dapat dijadikan acuan guru pandidikan jasmani, bahwa dalam
pembelajaran semua cabang olahraga permainan, kekuatan dan daya
ledak otot lengan.dapat ditingkatkan dengan model latihan push up.

G. Penjelasan Judul
1. Pengaruh
Menurut Alwi Hasan (2003 : 849) pengaruh adalah daya yang ada atau
timbul dari sesuatu (orang/benda) yang ikut membentuk watak,
kepercayaan, atau perbuatan seseorang

8

2. Latihan
Harsono (1988 : 101) “training adalah proses sistem yang sistematis dari
berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang – ulang, dengan
kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”
3. Push Up
Push up adalah salah satu bentuk latihan beban yang dapat dikerjakan
dengan pembebanan berat badan, latihan ini efektif dan aman untuk
dilakukan. Latihan push up sangat baik untuk mengembangkan otot –
otot pergelangan tangan dan tangan, otot – otot siku ( triceps brachii
dan anconeus ), otot – otot shoulder horizontal flexor ( anterior deltoid
) dan otot – otot dada ( pectoralis major dan minor ) ( Arnheim, 1985 :
Johnson, 1986, dan Luttgens, 1992 ) dalam Hermawan (1995 : 37 ).
4. Kekuatan
Menurut Sajoto (1988), Kekuatan adalah komponen kondisi fisik yang
menyangkut masalah kemampuan seorang atlet pada saat menggunakan
otot-ototnya, menerima beban dalam waktu kerja tertentu. Berdasarkan
para pendapat ahli disimpilkan bahwa kekuatan adalah kemampuan dari
suatu otot untuk bekerja menahan beban secara maksimal.
5. Daya Ledak
Daya ledak yaitu kemampuan seseorang untuk mempergunakan
kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sesingkatsingkatnya (Sajoto, 1995: 17).

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Permainan Bulutangkis
Bulutangkis adalah suatu jenis olahraga permainan yang sangat populer,
banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun
orang tua. Permainan bulutangkis sudah ada sejak pemerintahan tentara
Dinasti Han di Cina pada abad kedua dan tiga masehi. Permainan bulutangkis
tersebut dianggap sangat berguna untuk melatih ketangkasan dan kekuatan
tentara Dinasti Han.

Bulutangkis atau badminton adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh
dua orang (untuk tunggal) atau dua pasangan (untuk ganda) yang berlawanan.
Mirip dengan tenis, bulutangkis dimainkan dengan pemain di satu sisi
bertujuan memukul bola permainan ("kok" atau "shuttlecock") melewati net
agar jatuh di bidang permainan lawan yang sudah ditentukan. Dia juga harus
mencegah hal tersebut terjadi padanya.

Tujuan dari perorangan (tunggal) atau ganda adalah berusaha untuk
mengumpulkan point sebanyak-banyaknya dan berusaha menggagalkan
serangan lawan dan menjaga atau melindungi wilayah lapangannya agar
bola/shuttlecock dari lawan tidak jatuh di dalam wilayah lapangan sendiri.
Permainan bulutangkis dilakukan dalam dua babak, antara babak pertama

10

dan kedua diberistirahat, dan setelah waktu istirahat, dilakukan pertukaran
tempat. yang dinyatakan menang adalah tunggal/ganda yang sampai akhir
pertandingan lebih banyak mengumpulkan point, adapun ketentuan penilaian
dalam permainan bulutangkis :
 Satu set terdiri dari 21 poin.
 Bila terjadi kedudukan 20 sama, otomatis akan terjadi jus 2 (permainan
akan berakhir pada poin 22).
 Jus 2 akan otomatis diberlakukan bila kemudian terjadi lagi kedudukan
sama (permainan akan berakhir dengan selisih 2 poin).
 Bila terjadi kedudukan 29 sama, tidak lagi diberlakukan jus (permainan
akan berakhir pada poin 30).
a) Perlengkapan permainan bulu tangkis :
1) Lapangan, lapangan yang rata dengan ukuran panjang 13,40 dan
6,10 meter ( Tarigan, 2013 : 2 ) Pemain menetapkan di antara dua
wilayah servis. Ada wilayah servis untuk tunggal, yakni berlebar
5,18 meter dan panjangnya 13,40 meter. Areal servis untuk ganda
berukuran 6,10 meter pada lebarnya dan 11,88 meter panjangnya.
Wilayah servis dibagi dua belahan. Di tengah-tengah lapangan
berdiri jaring/net, yakni 1,55 meter tingginya. Garis-garis servis
pendek berentang 1,98 meter dari jaring. Kotak servis kiri dan servis
kanan dipisahkan oleh garis di tengahnya. Akan tetapi dalam
bermain bulu tangkis pada siswa yang mengikuti Mata pelajaran
penjaskes pada saat praktek bulutangkis di SMP N 21 Bandar

11

Lampung, di adakan modifikasi lapangan bulutangkis dan
peraturannya.

Gambar 1. Lapangan Bulutangkis
2) Raket, raket dipergunakan sebagai pemukul bola, panjang raket
sekitar 26 inchi beratnya antara 3,75 sampai 5,5 ons ( Tarigan, 2013:
3)

Gambar 2. raket bulutangkis
3) Shuttlecock, shuttlecock adalah bola yang dipergunakan dalam
permaianan bulu tangkis,yang di buat dari rangkaian bulu beratnya
antara 4,47 sampai 5,50 grain. (Tarigan, 2013 : 3)

12

Gambar 3. Shuttlecock

4) Pakaian dan sepatu, Seperti atlet lain pada umumnya, setiap
pemain bulutangkis memiliki perlengkapan utama dan tambahan
ketika tampil di sebuah permainan atau pertandingan. Baju, celana,
sepatu tergolong asesori utama, sedang ikat tangan, ikat kepala,
pengaman lutut bisa disebut tambahan. Sepatu bulutangkis haruslah
enteng, namun menggigit bila dipakai di lapangan agar pemain dapat
bergerak, balik maju maupun mundur tanpa terpeleset. Karet sol
yang menggigit dibutuhkan karena frekuensi gerakan maju dan
mundur di bulutangkis berlangsung tinggi, dalam tempo cepat.
Sepatu bulutangkis umumnya berwarna putih kaos kaki tidak wajib
namun sebaiknya memiliki daya serap keringat yang tinggi dan agak
tebal supaya empuk dan mengurangi kemungkinan terjadinya iritasi
kulit akibat pergesekan kulit.

Celana pendek atau kaos bulutangkis sebenarnya bebas, tetapi di
tingkat internasional banyak dipakai jenis kaus yang sejuk dan
mampu menyerap keringat dengan cepat. Terkadang pemain

13

menggunakan kaus tangan, pengikat kepala, atau penjaga lutut, balk
untuk keperluan esensial maupun sekedar untuk menambah ramai
penampilan.

Gambar 4. perlengkapan bermain bulutangkis
b) Teknik Latihan Permainan Bulutangkis
Menurut Tony Grice (2002 : 14-22) latihan permainan bulutangkis yaitu
handshake, melambungkankan bola, mengambil bola dengan raket,
posisi siap, membawa bola, footwork dan pergerakan, latihan
mempercepat serangan, latihan dasar serangan jauh, dan footwork
berdasarkan perintah.

c) Teknik Dasar Pukulan Pada Bulutangkis
Agar dapat bermain Bulutangkis dengan baik dan berkualitas, maka
setiap pemain harus menguasai teknik-teknik bermain bulutangkis.
Terdapat beberapa teknik pukulan yang dapat dikuasai oleh seorang
pemain, yaitu sebagi berikut :
1) Servis, Servis merupakan suatu pukulan awal atau tanda dimulainya
suatu permainan dalam bulutangkis. Selain itu ada 3 cara melakukan

14

servis yaitu servis panjang, servis pendek dan rendah, dan servis
tanggung lainnya adalah servis drive dan flick (Tony Grice, 2002 :
25).
2) Forehand, pukulan forehand dilakukan dengan gerakan melempar
sepenuhnya dari setengah sisi belakang lapangan, gerakan
menelungkupkan tangan bagian bawah terjadi pada pukulan
forehand (Tony Grice, 2002 : 41).
3) Backhand, pukulan backhand ini dilakukan dengan gerakan
mengulurkan tangan yang dominanan sepenuhnya ke arah atas dari
sudut backhand lapangan anda dan merupakan kebalikan dari
pukulan forehand, gerakan menelentangkan tangan bagian bawah
terjadi pada pukulan backhand (Tony Grice, 2002 : 41).
4) Smash, pukulan smash ini dilakukan yang cepat, diarahkan ke
bawah dengan kuat, dan tajam, untuk mengembalikan bola pendek
yang telah dipukul ke atas (Tony Grice, 2002 : 85). Pukulan smash
merupakan pukulan yang keras dan cepat, baik smash lurus maupun
smash menyilang, keduanya dapat dipukul dengan ayunan yang
sama (Icuk, Furqon, dan Kunta, 2004 : 48)
5) Dropshot, drop Shot adalah pukulan yang dilakukan dengan tujuan
menempatkan bola secepatnya dan sedekat-dekatnya dengan jaring
pada lapangan lawan (Icuk, Furqon, dan Kunta, 2004 :58). Dropshot
dipukul rendah, tepat di atas net, dan pelan, sehingga bola langsung
jatuh ke lantai. Bola dipukul di depan tubuh dengan jarak lebih jauh

15

dari pukulan clear overhead, dan permukaan raket anda dimiringkan
untuk mengarahkan bola lebih ke bawah (Tony Grice, 2002 : 71).
6) Lob, pengembalian tinggi yang diarahkan jauh ke belakang lapangan
(Tony Grice, 2002 : X). Pukulan lob merupakan pukulan yang sangat
penting bagi pola pertahanan maupun penyerangan (Icuk, Furqon,
dan Kunta, 2004 : 42).
7) Drive, Pukulan datar yang mengarahkan bola dengan lintasan
horizontal melintasi net. Baik drive forehand maupun backhand
mengarahkan bola dengan ketinggian yang cukup untuk melakukan
clear pada bola dengan jalur yang datar atau sedikit menurun (tony
Grice, 2002 : 97). Pukulan drive adalah pukulan yang biasa
digunakan untuk menekankan lawan atau untuk tidak memberikan
kesempatan kepada lawan mendapatkan bola-bola yang
melambungkan sehingga lawan tidak memperoleh kesempatan bagi
atlet untuk melakukan pukulan atas (Icuk, Furqon, dan Kunta, 2004 :
64).

d) Kebutuhan Fisik Bulutangkis
Furqon, Muchsin, dan Kunto (2000) mengemukakan bahwa kualitas
fisik permainan bulutangkis adalah
1. Power dan kapasitas anaerobik (termasuk Kecepatan dan kekuatan)
yang baik, agar mampu meloncat/melompat, melenting dengan
cepat ke segala arah, melakukan pukulan smash, lob, drive secara
berulang-ulang.

16

2. Daya tahan dan kekuatan otot serta daya tahan kardiorespiratori
(Kapasitas Aerobik) yang baik, untuk mempertahankan irama
gerak.
3. Kelincahan dan kecepatan
4. Kecepatan reaksi dan kecepatan dalam memberikan respons kepada
pukulan lawan.
5. Kelenturan dan kecepatan terutama tampak dalam gerakn-gerakn
menekuk dan meliuk tubuh, kaki dan lengan pada saat memukul
dan mengembalikan bola lawan.
6. Koordinasi
7. Kualitas otot yang baik, terutama otot-otot, pergelangan tangan,
lengan bawah dan atas, bahu, dada, leher, perut, kaki, dan paha
punggung bagian bawah

B. Otot
Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh manusia dan hewan yang berfungsi
sebagai alat gerak aktif yang menggerakkan tulang. Kelangsungan hidup
manusia sebagian besar tergantung pada kemampuannya untuk mengatasi
perubahan lingkungan. Sebagian besar sistem- sistem tubuh berperan dalam
penyempurnaan gerak, namun sistem kerangka dan sistem ototlah yang secara
bersama benar-benar menghasilkan gerakan. Penggerak itu adalah otot karena
kemampuannya untuk melakukan kontraksi, extensibilitas dan elastisitas.

Menurut PB PBSI (1985 : 28) Otot adalah bagian dari tubuh manusia yang
berfungsi untuk menggerakan seluruh anggota tubuh. Di sinilah dimulainya

17

proses pembakaran atau oksidasi untuk menimbulkan tenaga yang kita
gunakan untuk aktipitas, baik aktipitas yang bersifatnya reflektoris maupun
gerakan sadar.

1) Fungsi otot
Fungsi otot-otot pada tulang adalah menghasilkan gaya yang
menimbulkan gerakan. Soedjono Basoeki (1988: 76-77) berpendapat
bahwa otot mempunyai tiga fungsi utama, yaitu :
a) Fungsi gerak terdiri dari gerak bentuk tubuh lokomosio (berpindah
tempat), bentuk gerakan bagian tubuh, perubahan ukuran lubang,
bentuk tenaga dorongan terhadap substansi melalui tabung,
misalnya dorongan terhadap darah yang melalui arteri karena dorongan
jantung atau lewatnya makanan melalui saluran pencernaan makanan
karena lambung dan usus kontraksi.

b) Fungsi dalam pemeliharaan postur tubuh. Kontraksi parsial beberapa
otot kerangka dilanjutkan dengan serempak sehingga memungkinkan
berdiri, duduk atau dalam posisi-posisi lain bagi tubuh.

c) Fungsi sebagai penghasil panas tubuh. Perubahan kimia yang terjadi
dalam kegiatan otot menghasilkan panas yang cukup untuk
pemeliharaan panas tubuh.

C. Kekuatan
Kekuatan merupakan unsur yang sangat penting dalam aktivitas olahraga,
karena kekuatan merupakan daya penggerak dan pencegah cedera. Selain itu

18

kekuatan memainkan peranan penting dalam komponen-komponen
kemampuan fisik yang lain misalnya power, kelincahan, kecepatan.
Dengan demikian kekuatan merupakan faktor utama untuk menciptakan
prestasi yang optimal. Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk
melakukan tegangan maksimal guna untuk menarik atau menyangga suatu
beban tertentu (PB PBSI, 1985 : 28).

a) Pengertian kekuatan
Harsono (1988 : 177) menyatakan bahwa kekuatan adalah komponen yang
sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Hal ini
disebabkan karena 1) kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas
fisik; 2) kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi atlet /
orang dari kemungkinan cidera; dan 3) kekuatan dapat mendukung
kemampuan kondisi fisik yang lebih efisien. Meskipun banyak aktivitas
olahraga yang lebih memerlukan kelincahan, kelentukan atau fleksibilitas,
kecepatan, daya ledak dan sebagainya, namun faktor-faktor tersebut tetap
dikombinasikan dengan faktor kekuatan agar diperoleh hasil yang baik.
Sedangkan menurut Sajoto (1988), Kekuatan adalah komponen kondisi
fisik yang menyangkut masalah kemampuan seorang atlet pada saat
menggunakan otot-ototnya, menerima beban dalam waktu kerja tertentu.
Berdasarkan para pendapat ahli disimpilkan bahwa kekuatan adalah
kemampuan dari suatu otot untuk bekerja menahan beban secara
maksimal.

b) Jenis Kekuatan

19

Menurut PPIKOR ( 2012 : 108 – 109 ) membagi kekuatan menjadi tiga
bagian ditinjau dari segi latihan fisik, yaitu :
1) Kekuatan Maksimal
Kekuatan maksimal merupakan kemampuan otot untuk mengatasi beban
atau tahanan secara maksimal. Kekuatan maksimal dibutuhkan terutama
dalam cabang – cabang olahraga yang lebih banyak mengatasi beban
luar seperti angkat besi, gulat, serta nomor – nomor lempar dan tolak
dalam cabang atletik.

2) Kekuatan Kecepatan ( Power )
Merupakan kemampuan otot untuk mengatasi beban / tahanan dengan
kecepatan konstraksi yang tinggi. Kemampuan ini merupakan
kombinasi antara kekuatan dan kecepatan. Kekuatan kecepatan
terutama dibutuhkan dalam cabang – cabang olahraga yang menuntut
ledakan (eksplosif) tubuh, seperti cabang tolak, lempar dan lompat
dalam atletik, lompat dan smash dalam bola voli, lari sprint dan lain –
lain.

3) Daya Tahan Kekuatan
Merupakan kombinasi antara kekuatan dan daya tahan. Daya tahan
kekuatan adalah kemampuan otot untuk mempertahankan atau
mengatasi kelelahan yang disebabkan pembebanan kekuatan dalam
waktu yang relatif lama.

c) Jenis Latihan Kekuatan
Untuk meningkatkan kekuatan, bentuk latihan yang paling efektif ialah

20

latihan berbeban. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa latihan
berbeban akan meningkatkan kekuatan dan daya ledak ( Berger, 1962 :
O’Shea, 1976 dan Fox 1984 ) dalam Hermawan ( 1995 : 21 ).
Sekarang ini telah banyak peralatan yang dapat dipakai sebagai beban,
seperti baju rompi, barbell dan lain sebagainya. Apabila peralatan tidak ada
maka berat badan sendri dapat dipakai sebagai beban ( Nossek, 1982 ),
karena latihan beban dengan menggunakan berat badan sendri selain paling
efektif, juga lebih praktis dan aman. Salah satu di antara sekian banyak
bentuk latihan beban dengan berat badan sendiri yang lebih aman dan
praktis adalah gerakan push up. Latihan push up sangat baik dipakai untuk
atlet – atlet pemula atau yang masih muda ( Johnson dan Nelson, 1986 :
Hazeldine, 1989 ) dalam Hermawan (1995 : 22).

D. Daya Ledak
a. Pengertian daya ledak
Daya ledak adalah kekuatan sebuah otot untuk mengatasi tahanan beban
dengan kecepatan tinggi dalam gerakan yang utuh (Suharno HP,
1998:36). Daya ledak yaitu kemampuan seseorang untuk mempergunakan
kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sesingkatsingkatnya (Sajoto, 1995: 17). Untuk mendapatkan tolakan yang kuat dan
kecepatan yang tinggi seorang atlet harus memiliki daya ledak yang
besar.
Power adalah kekuatan otot yang bekerja dalam waktu singkat. Menurut
Bompa (1999: 61), power adalah kemampuan otot untuk mengeluarkan

21

kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat. Daya ledak adalah
suatu kemampuan seorang atlet untuk mengatasi suatu hambatan dengan
kecepatan kontraksi yang tinggi. Daya ledak ini diperlukan di beberapa
gerakan asiklis, misalnya pada atlet seperti melempar, tendangan tinggi
atau tendangan jauh (Harre,1982:16).

Lebih lanjut dikatakan bahwa daya ledak adalah kemampuan
olahragawan untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi
tinggi (Harre, 1982:102). Power atau daya ledak sering juga disebut
eksplosif power atau muscular power. Menurut Harsono (1988: 200)
bahwa “Power adalah kemampuan otot untuk mengarahkan kekuatan
maksimal, dalam waktu yang sangat cepat”.
Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian daya ledak adalah
kemampuan otot seseorang untuk melakukan suatu kerja dengan
kekuatan maksimal dalam waktu secepat – cepatnya.
b. Jenis – jenis daya ledak
Menurut Bompa ( 1986 ) dalam Hermawan ( 1995 : 25 ) daya ledak
berdasarkan olahraga dibagi dua macam yaitu :
1) Power asiklik
Power asiklik bisa digunakan pada olahraga yang gerakannya tidak
sama, contohnya pada nomor lompat dan nomor lempar (atletik), pada
unsur (elemen) senam artistik, loncat indah, dan setiap olahraga yang
membutuhkan loncat ke atas ( misalnya bola voli, sepakbola, dan lain –
lain )

22

2) Power siklik
Power siklik biasa digunakan pada olahraga yang gerakannya berulang
– ulang sama, contohnya pada lari cepat, berenang, bersepeda dan
olahraga lainnya.

E. Latihan Fisik
a. Pengertian latihan
Latihan berasal dari kata ″Latih“ yang berarti : belajar membiasakan diri
agar mampu melakukan sesuatu, sedangkan latihan berarti hasil dari latih
(Depdikbud, 1995 : 569).
Harsono (1988 : 101) “training adalah proses sistem yang sistematis dari
berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang – ulang, dengan kian
hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”
Yang dimaksud dengan sistematis adalaha berencana, menurut jadwal,
menurut pola dan sistem tertentu, latihan yang teratur, dari sederhana ke
yang lebih kompleks. Berulang – ulna maksudnya ialah agar gerakan –
gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah, otomatis,
dan reflektif pelaksanaannya sehingga semakin menghemat energi. Kian
hari maksudnya setiap kali, secara periodik, segera setelah tiba saatnya
untuk ditambah babannya, jadi bukan berarti harus setiap hari.

Pelaksanaan latihan berhubungan erat dengan frekuensi latihan, lama
latihan dan intensitas latihan. Frekuensi latihan adalah berapa kali
seseorang melakukan latihan yang cukup intensif dalam seminggu (Berger,

23

1982 : Nossek, 1982) dalam Hermawan (1995 : 33). Kemudian Lamb
(1984) dalam Hermawan (1995 : 33) menyatakan bahwa latihan sebaiknya
dilakukan 3 hari perminggu.

b. Tujuan Latihan
Harsono (1988 : 100) tujuan training, tujuan serta sasaran utama dari
latihan atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan
keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal
itu, ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara
seksama oleh atlet, yaitu :

1) Latihan Fisik (Physical Training)
Perkembangan kondisi fisik yang menyeluruh amatlah penting, oleh
karena tanpa kondisi fisik yang baik atlet tidak akan dapat mengikuti
latihan – latihan dengan sempurna. Beberapa komponen fisik yang
perlu diperhatikan untuk dikembangkan adalah daya tahan
kardiovaskular, daya tahan kekuatan, kekuatan, kekuatan otot,
kelentukan, kecepatan, stamina, kelincahan, power. Komponen tersebut
yang utama harus dilatih dan dikembangkan oleh atlet.

2) Latihan Teknik (Technical Training)
Latihan teknik adalah latihan untuk mempermahir teknik – teknik
gerakan yang diperlukan untuk mampu melakukan cabang olahraga
yang dilakukan atlet, misalnya teknik menendang bola, menangkap
bola, melempar lembing dan sebagainya.

24

3) Latihan Taktik (Tactical Training)
Tujuan latihan taktik adalah untuk menumbuhkan perkembangan
interpretive atau daya tafsir pada atlet. Teknik – teknik gerakan yang
telah dikuasai dengan baik, kini haruslah dituangkan dan diorganisir
dalam pola – pola permainan, bentuk – bentuk dan formasi – formasi.
4) Latihan Mental (Psychological Training)
Latihan – latihan mental adalah latihan – latihan yang lebih
menekankan pada perkembangan kedewasaan (maturitas) atlet serta
perkembangan emosional dan impulsif. Misalnya semangat bertanding,
sikap pantang menyerah, keseimbangan emosi meskipun berada dalam
situasi stress, sportivitas, percaya diri, kejujuran, dan sabagainnya.
c. Prinsip – prinsip Latihan
1) Prinsip Pemanasan dan Pendinginan
Fox (1988 : 278) dalam Heru (2012 : 8) menyebutkan latihan
pemanasan atau warming up meningkatkan suhu badan dan otot,
meningkatkan enzim, meningkatkan metabolisme otot. Cidera pada otot
dan sendi akan jarang terjadi apabila selama berlatih atau bertanding
didahulu dengan pemanasan.

2) Prinsip Pengulangan
Harsono (1988 : 102) dalam Heru (2012 : 8) bahwa dengan berlatih
secara sistematis dan melalui pengulangan – pengulangan yang konstan
maka organisasi mekanisme neurophysiologis akan menjadi bertambah
baik, gerakan – gerakan yang diulang lama kelamaan akan merupakan

25

gerakan yang otomatis. Jika gerakan – gerakan dalam olahraga tersebut
telah dapat dilakukan dengan otomatis maka gerakan tersebut akan
dapat dilakukan dengan cepat dan efiien dalam penggunaan tenaga hal
ini akan memungkinkan pencapaian prestasi olahraga yang lebih baik.

3) Prinsip Beban Lebih Secara Progresif
Bompa (1990 : 44) dalam Heru (2012 : 8) yaitu penggunaan beban
secara overload, akan merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh,
selain itu juga peningkatan prestasi terus menerus hanya dapat dicapai
dengan peningkatan beban latihan.

4) Prinsip Kekhususan
Menurut Pyke, (1991 : 119) dalam Heru (2012 : 9) latihan harus
ditunjukan khusus terhadap sistem energi atau serabut otot yang
digunakan juga dikaitkan dengan peningkatan keterampilan motorik
khusus.

5) Prinsip Makanan Yang Baik
Dimana dalam hal ini menurut Pate, Clanaghan, Ronettela, (1984 : 272)
dalam Heru (2012 : 9) bahwa makanan olahragawan harus
menyediakan cukup masukan energi untuk memelihara keseimbangan
kalori dan mengandung cukup zat makanan yang dibutuhkan untuk
mendukung metabolisme tubuh. Maka aktivitas fisik dengan makanan
yang baik dan memadai merupakan faktor yang tak boleh diabaikan
untuk pertumbuhan otot dan tulang.

26

6) Prinsisp Perbedaan Individu
Bompa (1990 : 36 – 37) dalam Heru (2012 ; 9) mengemukakkan bahwa
faktor – faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh kedewasaan,
latar belakang pendidikan, kemampuan berlatih, tingkat kesegaran
jasmani, ciri – ciri psikologisnya semua itu harus ikut dipertimbangkan
dalam mendesain program latihan.

d. Latihan Push up
Push up adalah salah satu bentuk latihan beban yang dapat dikerjakan
dengan pembebanan berat badan, latihan ini efektif dan aman untuk
dilakukan. Latihan push up sangat baik untuk mengembangkan otot – otot
pergelangan tangan dan tangan, otot – otot siku ( triceps brachii dan
anconeus ), otot – otot shoulder horizontal flexor ( anterior deltoid ) dan
otot – otot dada ( pectoralis major dan minor ) ( Arnheim, 1985 : Johnson,
1986, dan Luttgens, 1992 ) dalam Hermawan (1995 : 37 ).

Dalam melakukan gerakan push up tubuh akan dipertahankan dengan
sikap kekakuan ekstensi, banyak otot lain berkontraksi secara statik untuk
stabilitas pergelangan kaki, kaki, panggul, dan dada ( Johnson, 1986 :
Luttgens, 1992 ) dalam Hermawan (1995 : 37 ).

Push up dilakukan pada lantai yang rata, boleh memakai matras.
Posisi badan tidur telungkup rata lantai bertumpu pada ujung kedua
jari kaki dan telapak tangan, kedua siku di tekuk dan menempel
disamping dada, pandangan mata normal. Kemudian luruskan kedua
siku ke atas diikuti seluruh badan ikut terangkat ke atas dalam bentuk lurus

27

satu garis. Kemudian turunkan badan sampai dada menyentuh lantai,
kembali ke sikap semula. Gerakan ini dihitung satu gerakan dan gerakan
ini dilakukan berulang-ulang sekuat mungkin.
Untuk melihat urutan gerakan push up dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5. Push up sikap awal

Gambar 6. Push up sikap akhir

F. Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan relevan dengan penelitian yang
penulis lakukan yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Hermawan (1995), yang berjudul
“ Perbandingan pengaru

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN MENDORONG DAN OTOT LENGAN MENARIK TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA BEBAS PADA SISWA KELAS VIII C SMP WIYATAMA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013/2014

0 10 46

PENGARUH LATIHAN DUMBELL TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN PADA PEMAIN BULU TANGKIS DI GOR Pengaruh Latihan Dumbell Terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot Lengan Pada Pemain Bulu Tangkis Di Gor Pabelan Surakarta.

0 5 12

PENGARUH LATIHAN DUMBELL TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN PADA PEMAIN BULU TANGKIS DI GOR Pengaruh Latihan Dumbell Terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot Lengan Pada Pemain Bulu Tangkis Di Gor Pabelan Surakarta.

1 3 18

PENGARUH LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI KARATEKA PUTRA BINAAN FORKI MEDAN.

1 3 19

PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC PUSH-UP DAN CLAPPING Pengaruh Latihan Plyometric Push-Up Dan Clapping Push-Up Terhadap Peningkatan Power Otot Lengan Pada Remaja Laki-Laki Usia 12-15 Tahun.

0 0 15

PENDAHULUAN Pengaruh Latihan Plyometric Push-Up Dan Clapping Push-Up Terhadap Peningkatan Power Otot Lengan Pada Remaja Laki-Laki Usia 12-15 Tahun.

0 0 5

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Latihan Plyometric Push-Up Dan Clapping Push-Up Terhadap Peningkatan Power Otot Lengan Pada Remaja Laki-Laki Usia 12-15 Tahun.

0 5 4

PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC PUSH-UP DAN CLAPPING Pengaruh Latihan Plyometric Push-Up Dan Clapping Push-Up Terhadap Peningkatan Power Otot Lengan Pada Remaja Laki-Laki Usia 12-15 Tahun.

6 36 13

Perbedaan Pengaruh Latihan Chair Dips dan Decline Push-up Terhadap Kekuatan Otot Lengan Mahasiswa Putra Penkepor UNS Angkatan 2016.

0 0 11

PENGARUH LATIHAN CLAPPING PUSH UP PADA DAYA LEDAK OTOT LENGAN ATAS TERHADAP KECEPATAN SMASH PEMAIN BULUTANGKIS

1 2 17