Deskripsi Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan Kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat

(1)

(2)

ABSTRAK

Deskripsi Pemetaan Lokasi Situs Megalitik

Pajar Bulan Kecamatan Pajar Bulan

Kabupaten Lahat

Oleh : Septi Yufiani

Peninggalan-peninggalan tradisi megalitik banyak terdapat di Kabupaten Lahat, terutama di Kecamatan Pajar Bulan yaitu Situs Megalitik Pajar Bulan. Peninggalan-peninggalan Situs Megalitik Pajar Bulan terdapat di dua desa yaitu di Desa Kotaraya Lembak peninggalannya terdiri dari kubur bilik batu, arca kepala manusia, batu datar, lumpang batu, dolmen, sedangkan di Desa Pulau Panggung terdiri dari lumpang batu, dolmen, lesung batu, arca megalitik. Peninggalan-peninggalan di lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di dua desa tersebut mempunyai perbedaan baik dari bentuk, tata letak dan komposisinya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalahnya adalah bagaimanakah pemetaan lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak dan di Desa Pulau Panggung dapat dilihat berdasarkan bentuk, ukuran, jenis batuan, tata letak, orientasi pendirian, komposisi. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemetaan lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak dan di Desa Pulau Panggung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan teknik kepustakaan serta menganalisis data dengan teknik analisis data kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pemetaan lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak dan di Desa Pulau Panggung memiliki perbedaan baik dari bentuk, ukuran, jenis batuan, tata letak. Persamaannya pada arah pendirian yaitu hadap barat daya timur laut, komposisinya memiliki perbedaan dan persamaan, ada yang membentuk formasi tiga-tiga-satu, berkelompok tiga bersejajar dan menyerong kanan-kiri, berdiri sendiri, berkelompok dua menyerong kekiri-kekanan, bersejajar vertikal. Perbedaan komposisi berkaitan dengan sistem kebersamaan masyarakatnya dan persamaan sama-sama memiliki kepala suku.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL. ... vii

DAFTAR GAMBAR. ... viii

1. PENDAHULUAN. ... 1

A. Latar Belakang Masalah. ... 1

B. Analisis Masalah. ... 4

1. Identifikasi Masalah. ... 4

2. Batasan Masalah. ... 4

3. Rumusan Penelitian. ... 5

C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian. ... 5

1. Tujuan Penelitian. ... 5

2. Kegunaan Penelitian. ... 5

3. Ruang Lingkup Penelitian. ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA. ... 7

A. Tinjauan Pustaka. ... 7

1. Konsep Deskripsi.. ... . ... 7

2. Konsep Pemetaan Lokasi. . ... .8

3. Konsep Situs. ... . ... 8

4. Konsep Megalitik. ... ... 9

5. Konsep Pajar Bulan. ... . ... 10

B. Kerangka Pikir. ... … ... 12

C. Paradigma. ... ... … ... 13

III. METODE PENELITIAN. ……….. ... 14

A. Pengertian Metode. ... .. ... 14

B. Metode yang Digunakan. ... .. ... 14

C. Variabel Penelitian. ... .. ... 15

D. Teknik Pengumpulan Data. ... ... 16

1. Teknik Studi Pustaka ... . ... 16

2. Teknik Observasi ... . ... 17

3. Teknik Wawancara ... . ... 20

4. Teknik Dokumentasi ... . ... 20


(7)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……….23

A. Hasil Penelitian. ... 23

1. Letak dan Keadaan Geografis. ... 23

2. Kependudukan. ... 24

B. Deskripsi Data. . ... 28

1. Sejarah Situs Megalitik Pajar Bulan. ... 28

2. Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan. ... 29

3. Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan. ... 31

3.1 Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di DesaKotaraya Lembak. ... 31

3.1.1 Berdasarkan Bentuk. ... 31

3.1.2 Berdasarkan Ukuran. ... 34

3.1.3 Berdasarkan Jenis Batuan. ... 35

3.1.4 Berdasarkan Tata Letak ... 35

3.1.5 Berdasarkan Arah Pendirian. ... 36

3.1.6 Berdasarkan Komposisi ... .37

3.2 Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Pulau Panggung. ... 40

3.2.1 Berdasarkan Bentuk. ... 40

3.2.2 Berdasarkan Ukuran. ... 41

3.2.3 Berdasarkan Jenis Batuan. ... 42

3.2.4 Berdasarkan Tata Letak. ... 42

3.2.5 Berdasarkan Arah Pendiriann ... .43

3.2.6 Berdasarkan Komposisi. ... 43

C. PEMBAHASAN ... 45

1. Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan . ... 45

1.1 Berdasarkan Bentuk. ... 45

1.2 Berdasarkan Ukuran. ... 49

1.3 Berdasarkan Jenis Batuan. ... 51

1.4 Berdasarkan Tata Letak. ... 51

1.5 Berdasarkan Arah Pendirian. ... 53

1.6 Berdasarkan Komposisi. ... 53

V. KESIMPULAN DAN SARAN. ... 56

A. Kesimpulan ... . ... 56

B. Saran ... . ... 57 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1. Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kecamatan

Pajar Bulan . ... 25 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencariannya. ... 26 3. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Negeri/Swasta di Kecamatan Pajar Bulan. ... …...27


(9)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa pengaruh islam dan masa pengaruh eropa. Bagian yang menandai masa prasejarah, antara lain adalah munculnya tradisi megalitik.

Tradisi megalitik seringkali dicirikan oleh bangunan atau artefak batu yang berukuran besar , yang sesuai namanya. Namun ada pendapat yang mengatakan bahwa megalitik yang diartikan sebagai batu besar akan menimbulkan pengertian yang keliru, karena objek-objek yang berasal dari batu kecilpun dapat dimaksudkan dalam klasifikasi megalitik, apabila objek-objek tersebut jelas dibuat dengan tujuan sakral yaitu ada unsur pemujaan terhadap leluhur atau nenek moyang . (Wagner, 1962:71)

Hal ini di ungkapkan dengan ditemukannya berbagai bentuk peninggalan tradisi megalitik yang didominasi oleh bangunan megalitik seperti menhir, dolmen, sarkofagus, arca, menhir, batu lumpang, kubur batu dan lain sebagainya yang tersebar di berbagai daerah seperti Situs Tinggi Hari di Lahat, Situs Pugung Raharjo di Lampung Timur, dan bangunan bersejarah lainnya yang tersebar di Indonesia.


(10)

Pendirian bangunan megalitik di Indonesia pada umumnya berhubungan erat dengan kekuatan supranatural, yang mengkaitkan pada kepercayaan akan kekuatan gaib pada benda atau mahluk hidup, kepercayaan akan kekuatan roh nenek moyang. Pendirian bangunan megalitik dijadikan sebagai sarana untuk pemujaan pada arwah nenek moyang yang merupakan sebuah pengagungan dan penghormatan masyarakat terhadap roh nenek moyang dengan harapan roh nenek moyang mendapatkan ketentraman serta kesempurnaan di alam arwah dan pengharapan kesejahteraan bagi yang hidup.

Tradisi pendirian bangunan-bangunan megalitik selalu berdasarkan pada kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang mati, terutama kepercayaan akan adanya pengaruh yang kuat dari yang mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman. (Soekmono, 1973:77-78).

Dalam masyarakat Pasemah atau masyarakat Lahat sama halnya dengan masyarakat daerah lainya di Indonesia yaitu mempunyai kepercayaan seperti percaya dengan adanya roh-roh halus, kekuatan gaib, dewa-dewi, serta percaya pada kekuatan-kekuatan sakti. Kepercayaan tersebut tidak lepas dari kebudayaan asli Indonesia.

Setiap peninggalan megalitik yang tersebar di Indonesia sudah tentu mempunyai sejarah, bentuk, arah pendirian dan komposisi yang berbeda-beda. Akan tetapi ada juga diantaranya yang memiliki kesamaan, namun biasanya persamaannya itu terlihat dalam bentuk, arah pendirian peninggalan megalitik tersebut.

Peninggalan Situs Megalitik di Indonesia biasanya mempunyai hubungan dengan cerita legenda yang tersebar di kalangan masyarakat Indonesia, yang mana setiap cerita legenda di masyarakat memiliki perbedaan dari satu daerah dengan daerah


(11)

3 lainnya. Biasanya masyarakat yang menetap dengan wilayah situs-situs peninggalan megalitik tersebut, secara umum mereka mempercayai cerita legenda sebagai sebuah cerita yang seolah-olah benar-benar terjadi.

Cerita legenda Megalitik di Sumatera Selatan terutama di Situs Megalitik Pajar Bulan berhubungan erat dengan cerita si pahit lidah. Menurut cerita rakyat, si pahit lidah memiliki kesaktian pada lidahnya. Apa saja yang terkena jilitan lidahnya atau kutukannya akan berubah menjadi batu. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, sebagian besar peninggalan dan arca megalitik di daerah itu adalah perbuatan si pahit lidah. Orang atau binatang yang dikutuk oleh si pahit lidah berubah menjadi batu. (Hasil wawancara dengan Bapak Asmani, tanggal 1 Juni 2013). Peninggalan-peninggalan Situs Megalitik Pajar merupakan salah satu benda cagar budaya, oleh karena itu perlunya pelestarian terhadap Situs Megalitik Pajar Bulan.

Peninggalan-peninggalan pada Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak terdiri dari tujuh kubur bilik batu, arca kepala manusia, batu datar, lumpang batu, dolmen dan di Desa Pulau Panggung terdapat lumpang batu, dolmen, lesung batu, arca megalitik.

Benda-benda Megalitik Pajar Bulan dibuat dengan bentuk bervariasi, jenis dan ukurannya. Peninggalan-peninggalan Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak dan di Desa Pulau Panggung memiliki perbedaan bentuk, tata letak dan komposisi, komposisinya ada yang berdiri sendiri, berkelompok dua, tiga dan empat.


(12)

Perbedaan bentuk, tata letak dan komposisi pada situs megalitik pajar bulan, menjadi penyebab timbulnya pemetaan lokasi dengan membandingkan kedua lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan. Pemetaan lokasi dengan membandingkan kedua lokasi situs itu dapat dilihat dari bentuk, ukuran, jenis batuan, tata letak, arah pendirian dan komposisi.

Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak dan di Desa Pulau Panggung.

B. Analisis Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan secara singkat diatas, maka penulis melakukan pengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Sejarah Situs Megalitik Pajar Bulan Kecamatan Pajar Bulan Kabupaten lahat.

2. Pelestarian Situs Megalitik Pajar Bulan Kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat

3. Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak dan di Desa Pulau Panggung.

2. Pembatasan Masalah

Agar dalam penyusunan penelitian ini sesuai dengan apa yang akan diharapkan penulis, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada:


(13)

5 “Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak dan di Desa Pulau Panggung”.

3. Rumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “ Bagaimanakah Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak dan di Desa Pulau Panggung?”.

C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak dan di Desa Pulau Panggung.

2. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian tentunya akan dapat memberikan berbagai manfaat bagi semua orang yang membutuhkan informasi tentang masalah yang penulis teliti, adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Dapat memberikan sumbangan berupa informasi kepada setiap pembaca yang ingin menggali lebih dalam tentang Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak dan di Desa Pulau Panggung.

2. Sebagai informasi bagi penulis khususnya dalam memperkaya pengetahuan penulis dalam bidang kebudayaan tentang Pemetaan Lokasi


(14)

Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak di Desa Pulau Panggung.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi kerancuan dalam sebuah penelitian, perlu sekali penulis berikan batasan ruang lingkup penelitian yang akan mempermudah pembaca memahami isi karya tulis ini. Pada ruang lingkup yang menjadi subjek dalam penelitian adalah Situs Megalitik Pajar Bulan Kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat dan yang menjadi objek penelitian adalah Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak dan di Desa Pulau Panggung. Penelitian dilakukan di Desa Kotaraya Lembak dan Desa Pulau Panggung. Waktu penelitian adalah tahun 2013, penelitian ini termasuk kedalam kajian Arkeologi.


(15)

REFERENSI

F.A, Wagner. 1962.Indonesian the art of an island group. Netherland : Biljage D. Halaman 71.

Poesponegoro, et. al. 1984.Sejarah Nasional I, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Jakarta : Balai Pustaka. Halaman 224.

R. Soekmono. 1973.Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta : Yayasan Kanisius. Halaman 77-78.

Undang-Undang RI Nomor 5. 1992.Tentang Benda Cagar Budaya. Jakarta : Depdikbud. Halaman 1.

Kristantina Indriastuti. 2011.Lihatlah Megalitik Lahat. Lahat : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Halaman 7.

Wawancara dengan Bapak Asmani 48 tahun, pada tanggal 1 Juni 2013.


(16)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini diuraikan beberapa konsep yang dapat dijadikan lndasan teori bagi penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah

1. Konsep Deskripsi

Menurut Nana Sujana mengemukakan tentang deskripsi bahwa, deskripsi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha untuk melukiskan atau menggambarkan dengan kata-kata, wujud atau sifat lahiriah suatu objek. Deskripsi merupakan salah satu teknik menulis menggunakan detail dengan tujuan membuat pembaca seakan-akan berada ditempat kejadian, ikut merasakan, melihat suatu peristiwa. (Nana Sujana, 1987:52).

Menurut Sukmadinata, penelitian deskripsi adalah suatu bentuk penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena baik alamiah maupun buatan. Fenomena itu dapat berupa bentuk, aktifitas, karektristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan anatara fenomena yang satu dengan yang lainnya. (Sukmadinata, 2006:72).

Dari pengertian tentang deskripsi, maka dapat diartikan bahwa deskripsi adalah menggambarkan atau menjelaskan suatu objek sehingga gambaran tersebut dapat lebih hidup di benak pembaca.

2. Konsep Pemetaan Lokasi

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pemetaan adalah pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan gambar, tulisan, peta, dan grafik.


(17)

9 yang berkaitan dengan beberapa letak geografis wilayah yang meliputi dataran tinggi, pegunungan, sumber daya dan potensi penduduk yang berpengaruh terhadap sosial kultural yang memiliki ciri khas khusus dalam penggunaan skala yang tepat. (Soekidjo,1994 :34).

Menurut Dahlan, Pemetaan adalah penggambaran lokasi yang menjelaskan mengenai cakupan dan keadaan di sekitar lokasi atau wilayah. (Dahlan, 1995:108).

Dapat dijelaskan bahwa Pemetaan Lokasi adalah menggambarkan atau mendeskripsikan mengenai keadaan Situs Megalitik Pajar Bulan dengan membandingkan kedua lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan yang mencangkup bentuk, ukuran, jenis batuan, tata letak, arah pendirian dan komposisi.

3. Konsep Situs

Berdasarkan Undang-undang nomor 5 tahun 1992, situs adalah lokasi yang mengandung ataupun diduga mengandung benda cagar budaya termasuk

lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya. (UU RI nomor 5, 1992:pasal 1). Menurut Ayatrohaedi, situs adalah satu bidang tanah atau tempat lainnya, yang diatas atau didalamnya terdapat benda-benda keperbukalaan. (Ayatrohaedi, 1981:87).

Menurut Suwarno, situs adalah daerah atau desa tempat objek berada yang mengandung benda cagar budaya. (Suwarno, 2004:24). Sedangkan menurut Halwany Michrob, situs adalah suatu tempat atau wilayah atau diatas permukaannya ada unsur yang mengandung data arkeologi. (Halwany Michrob, 1993:9).


(18)

Jadi pengertian Situs adalah suatu tempat atau wilayah yang ditemukan benda-benda cagar budaya yang berhubungan dengan kehidupan masa lalu berdasarkan bukti-bukti yang ada.

4. Konsep Megalitik

Menurut Sagimun M.D, kata megalitik atau megalit berasal dari bahasa Yunani: mega berarti besar, sedangkan lithos berarti batu. Megalitik artinya bangunan dari batu-batu besar. (Sagimun M.D. 1987:33). Sedangkan menurut Van Der Hoop, megalitik mengandung tiga unsur pokok yaitu monumen besar, batunya utuh (monolit), masuk dalam budaya sejarah. (Hoop, 1932:159).

Istilah megalitik mempunyai arti ganda, yaitu megalitik sebagai budaya benda-bendanya mengacu kepada artefak yang dihasilkan oleh sekelompok masyarakat yang masih mengenal aspek-aspek tradisi megalitikum, megalitik sebagai tradisi adalah prilaku yang berbeda dan hal budaya yang muncul pada saat masyarakat prasejarah yang sudah menetap ditingkat neolitik. (Ayu Kusumawati, 2003:331). Menurut R.Soekmono, pengertian kebudayaan megalitik adalah kebudayaan yang terutama menghasilkan bangunan-bangunan dari batu-batu besar. Megalitik juga berarti bahwa zaman batu besar dari kehidupan manusia, pada masa itu manusia telah menggunakan batu-batu besar untuk membangun berbagai jenis kebudayaan. (R.Soekmono, 1973:72).

Namun ada pendapat yang mengatakan bahwa megalitik yang diartikan sebagai batu besar akan menimbulkan pengertian yang keliru, karena objek-objek yang berasal dari batu kecilpun dapat dimaksudkan dalam klasifikasi megalitik, apabila objek-objek tersebut jelas dibuat dengan tujuan sacral yaitu ada unsur pemujaan terhadap leluhur atau nenek moyang . (Wagner, 1962:71).


(19)

11 Jadi dapat dijelaskan bahwa Megalitik adalah segala benda hasil budaya yang ditinggalkan oleh manusia pada masa prasejarah yang tidak hanya berbentuk bangunan dari batu-batu besar namun ada juga dari batu-batu kecil asalkan diperuntukan pemujaan terhadap leluhur atau nenek moyang.

5. Konsep Pajar Bulan

Menurut Kristantina Indriastuti, Pajar Bulan adalah nama sebuah komplek megalitik yang terdapat di Kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat, jarak antara kecamatan dengan lokasi situs sekitar 9 km. (Kristantina Indriastuti, 2010:6). Menempuh jalan yang agak terjal dan sempit serta berliku. Walaupun demikian, kondisi jalan tetap aman untuk dilewati. Jarak tempuh situs megalitik pajar bulan 3 jam dari kota Lahat.

Di daerah ini mempunyai bermacam-macam bentuk tinggalan benda masa prasejarah. Menurut Kristantina Indriastuti, bentuk tinggalan arkeologi yang terdapat di Situs Megalitik Pajar Bulan ini berupa “kubur bilik batu, dolmen, lesung batu, lumpang batu, batu datar, arca megalitik, arca kepala manusia . Peninggalan-peninggalan di Situs Pajar Bulan ini terbagai kedalam dua komplek di dua desa yang berbeda”(Kristantina Indriastuti, 2010: 7-8).

Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa, Pajar Bulan merupakan nama lokasi tempat peninggalan-peninggalan megalitik berada. Peninggalan-peninggalan tersebut berlokasi di atas bukit dan di tengah perkebunan masyarakat.

B. Kerangka Pikir

Peninggalan sejarah yang ditemukan di Situs Pajar Bulan pada umumnya dapat dikategorikan ke dalam masa tradisi megalitik, yaitu masa yang menghasilkan kebudayaan bangunan-bangunan dari batu besar. Pendirian megalitik ini merupakan salah satu dasar kepercayaan yang berhubungan dengan antara yang


(20)

hidup dan yang mati, terutama pengaruh kuat dari yang mati terhadap kesejahteraan masyarakat.

Situs Megalitik Pajar Bulan ini berlokasi di tengah perkebunan kopi penduduk atau talang. Selain itu juga situs ini terdiri dari dua komplek di dua desa yang berbeda, yaitu: Situs Megalitik Kotaraya Lembak di Desa Kotaraya Lembak dan Situs Megalitik Pulau Panggung di Desa Pulau Panggung, yang mana jarak antara situs bisa ditempuh sekitar 5 menit dengan mobil.

Peninggalan-peninggalan Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak terdiri dari tujuh kubur bilik batu, arca kepala manusia, batu datar, lumpang batu, dolmen dan di Desa Pulau Panggung terdapat lumpang batu, dolmen, lesung batu, arca megalitik. Peninggalan-peninggalan Megalitik Pajar Bulan ini memiliki bentuk, ukuran yang bervariasi, tata letak, dan komposisi yang berbeda, komposisinya ada yang berdiri sendiri atau menyebar, berkelompok dua, tiga, empat. Perbedaan ini timbulnya pemetaan lokasi dengan membandingkan lokasi kedua Situs Megalitik Pajar Bulan yang mencangkup bentuk, ukuran, jenis batuan, tata letak, arah pendirian dan komposisi.

C. Paradigma

Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan


(21)

13 1. Bentuk

2. Ukuran 3. Jenis Batuan 4. Tata Letak 5. Arah Pendirian 6. Komposisi

Keterangan :

: Garis Hubungan : Garis Pengaruh


(22)

Nana Sujana. 1987. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : Sianar Baru. Halaman 52.

Sukmadinata. 2006.Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rosda. Halaman 72. Soekidjo. 1994. Pengembangan Potensi Wilayah. Bandung : Gramedia. Halaman

34.

Undang-Undang RI Nomor 5. 1992.Tentang Benda Cagar Budaya. Jakarta : Depdikbud. Halaman 1.

Ayatrohaedi. 1981.Kamus Istilah Arkeologi. Jakarta : Balai Pustaka. Halaman 87. Suwarno. 2004. Variasi dan Makna Kubur Batu di Daerah Bondwoso Jawa

Timur. Yogyakarta : Yayasan Bina Sejarah dan Budaya. Halaman 24. Halwany Michrob.1993. Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten.

Jakarta : Yayasan Baluarti. Halaman 9.

Sagimun M.D. 1987.Peninggalan Sejarah Tertua Kita, Jakarta : Haji masagung. Halaman 33.

Van Der Hopp.1932. Megalitic Remains in South Sumatera. Netherlands : W,J. Theime & Cie Zuthpen. Halaman 159.

Ayu Kusumawati dan Haris Sukendar. 2003. Megalitik Pasemah Peranan serta Fungsinya. Jakarta : Puslitbang Arkesnas. Halaman 331.

R.Soekmono. 1973.Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid I. Yogyakarta : Yayasan Kanisius. Halaman 72.

Van Der Hoop. Op Cit. Halaman 189.


(23)

14

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Pengertian Metode

Metode penelitian merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu penelitian. Menurut Sutrisno Hadi, metode adalah suatu usaha untuk menemukan kebenaran, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. (Sutrisno Hadi, 1993:40).

Menurut Husin Sayuti, metode adalah upaya ilmiah yang menyangkut masalah cara kerja, yaitu untuk memahami objek yang akan menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. (Husin Sayuti, 1980:32).

Jadi dapat dijelaskan bahwa metode adalah upaya ilmiah yang menyangkut cara kerja untuk menemukan kebenaran, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang sesuai dengan ilmu yang bersangkutan.

B. Metode Yang Digunakan

Dalam memecahkan suatu masalah yang ada pada saat penelitian, berbagai metode digunakan oleh para peneliti. Dengan penggunaan metode, suatu permasalahan dalam penelitian tidak akan terlalu sulit untuk dipecahkan. Menurut


(24)

sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsif-prinsif dengan sabar, hati-hati dan sistematis utuk mewujudkan kebenaran. (Mardalis, 2004:24).

Menurut Sumadi Suryabrata menyatakan bahwa “Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. (Sumadi Suryabrata, 1983:18).

Dilihat dari tujuannya, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak di Desa Pulau Panggung, maka metode yang digunakan adalah metode deskriptif.

Menurut Muh.Nazir, metode deskriptif dapat diartikan sebagai suatu metode dalam meneliti status manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta. Sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. (Muh.Nazir, 1983:63).

Dari berbagai pendapat maka metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk untuk menggambarkan atau melukiskan suatu fenomena secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat untuk memecahkan suatu masalah pada suatu daerah tertentu yang akan diteliti.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. (Suharsimi Arikunto, 2002:96). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi,


(25)

16

variabel adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi baik dalam jenis maupun tingkatannya. (Sutrisno Hadi, 1993:260).

Jadi dapat dikatakan, bahwa definisi variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek dalam penelitian. Variabel yang dalam penelitian ini adalah variabel tunggal. Variabel tunggal adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki berbagai aspek, yang berfungsi mendominasi dalam masalah tanpa dihubungkan satu dengan yang lain. (Hadari Nawawi, 1996:58).

Berdasarkan pengertian dari variabel tunggal, maka yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak dan di Desa Pulau Panggung.

D. Teknik Pengumpulan Data

Gambaran penelitian akan menjadi jelas apabila arah pandangannya ditunjang oleh alat-alat yang tersedia. Data merupakan perwujudan dari infomasi untuk dikumpulkan guna mendeskripsikan suatu objek, oleh karenanya diperlukan teknik untuk mengumpulkan data tersebut. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu:

1. Teknik Studi Pustaka

Menurut Koentjaraningrat studi pustaka merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan macam macam materi terdapat di ruang perpustakaan, misalnya dalam bentuk sejarah, koran, naskah, catatan catatan, kisah sejarah, dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penelitian (Koentjaraningrat, 1983:81).


(26)

Menurut pendapat lain teknik studi kepustakaan dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber sumber data yang diperoleh dari perpustakaan yaitu dengan mempelajari buku buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. (Handari Nawawi, 1996:133)

Berdasarkan kedua pendapat, maka dapat dijelaskan bahwa kepustakaan merupakan usaha yang dilakukan seorang peneliti dengan cara mempelajari dan menelaah buku-buku yang terkait dengan Situs Megalitik Pajar Bulan seperti

Megalitik Remains in South Sumatera, Megalitik Pasemah Peranan serta Fungsinya, Lihatlah Megalitik Lahat, Masyarakat Megalitik di Indonesia. Buku-buku tersebut digunakan untuk memperoleh informasi data yang akurat serta informasi yang berupa teori, argumen yang dikemukakan oleh para ahli yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Teknik Observasi

Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek atau daerah yang diteliti, sehingga data yang diperoleh sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Menurut Hadari Nawawi, observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. (Hadari Nawawi, 1996:100). Menurut Sutrisno Hadi, observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata atau pemusatan perhatian terhadap sesuatu dengan menggunakan seluruh indra. (Sutrisno Hadi, 1993:120).


(27)

18

Berdasarkan kedua pendapat, maka teknik observasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti atau lokasi yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian. Peneliti melakukan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian yaitu ke Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak dan di Desa Pulau Panggung, dengan menggunakan format sebagai berikut :


(28)

Format Observasi Juni 2013

Lokasi : Di Desa Kotaraya Lembak dan Di Desa Pulau Panggung

Alat yang digunakan : Meteran, Kompas

Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak (Komplek Megalitik Kotaraya Lembak)

No Jenis temu an jumla h Letak penyebaranny a Jenis temuan

Bentuk Posisi Pendiri an

Arah pendi rian

Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Pulau Panggung (Komplek Megalitik Pulau Panggung)

No Jenis temu an jumla h Letak penyebaranny a Jenis temuan

Bentuk Posisi Pendiri an

Arah pendi rian


(29)

20

3. Teknik Wawancara

Menurut Sutrisno Hadi yang dimaksud dengan wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak dengan yang dikerjakan secara sistematis berdasarkan tujuan penyelidikan pada umumnya dua atau lebih orang yang hadir dalam proses tanya jawab itu secara fisik masing masing pihak dapat menggunakan saluran komunikasi secara wajar dan lancar (Sutrisno Hadi, 1993:50). Menurut Winarno Surakhmad, wawancara adalah suatu komunikasi langsung antar penyelidik subjek atau sampel. (Winarno Surakhmad, 1978:168).

Dalam penelitian ini teknik wawancara dilakukan untuk mendapatkan data penelitian yang merupakan jawaban pertanyaan secara lisan yang diajukan oleh peneliti, yaitu untuk mengetahui tentang Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak dan di Desa Pulau Panggung. Wawancara dengan para tokoh yang memiliki pengetahuan tentang Situs Megalitik Pajar Bulan.

4. Teknik Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasati, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto, 2002:206).

Menurut Hadari Nawawi, teknik dokumentasi adalah cara atau pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk buku-buku lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan. (Hadari Nawawi, 1996:133).


(30)

Dengan demikian dokumetasi adalah usaha pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian, berasal dari sumber tertulis, baik sifatnya resmi maupun tidak resmi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan dokumentasi yang berhubungan dengan Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak dan di Desa Pulau Panggung yaitu dari buku-buku dan catatan-catatan yang ada.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif karena data yang diperoleh tidak berbentuk angka dan tidak di uji dengan rumus statistik. Data-data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Teknik analisis data kualitatif lebih mewujudkan kata-kata daripada deretan angka yang menjadi bahan utama dalam ilmu-ilmu sosial. Data kualitatif merupakan sumber deskripsi yang luas dan berlandaskan kokoh serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat.

Menurut Muhamad Ali, teknik analisis data kualitatif adalah teknik analisis data menggunakan proses berfikir untuk menguji hipotesis yang dirumuskan sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti. Induktif dalam hal ini bertolak dari berbagai fakta teridentifikasikan munculnya atau tidak. (Muh.Ali, 1985:151).

Menurut Joko Subagyo, teknik analisis data kualitatif adalah data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan tentang suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga


(31)

22

memperoleh gambaran ataupun memuatkan suatu gambaran yang sudah ada atau sebaliknya. (Joko Subagyo, 1997:106).

Dari berbagai pendapat mengenai analisis data kualitatif maka dapat dikatakan bahwa teknik analisis data kualitatif yaitu analisis yang menggunakan proses berfikir induktif, karena penelitian ini pada dasarnya adalah penelitian yang bersifat deskriptif.

Untuk menganalisa data yang diperoleh diperlihatkan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penyusunan Data

Penyusunan data dipergunakan untuk mempermudah penelitian apakah semua data yang dipergunakan dan dibutuhkan sudah memadai atau belum memadai, dan apakah data itu berguna atau tidak berguna, maka diperlukan seleksi data dan penyusunan data.

2. Klasifikasi Data

Klasifikasi data ini merupakan usaha untuk menggolongkan data berdasarkan pada kriteria kriteria tertentu yang dibuat oleh peneliti, dalam hal ini berdasarkan pada kriteria dari Situs Megalitik Pajar Bulan.

3. Pengolahan Data

Data yang telah diklasifikasikan kemudian diolah dengan jalan menyaring informasi yang telah masuk, apakah data tersebut menunjang penelitian atau tidak. 4. Penafsiran dan Penyimpulan

Data data yang telah diolah dan menunjang dalam penelitian, selanjutnya ditarik kesimpulan untuk kemudian disajikan dalam bentuk laporan.


(32)

REFERENSI

Sutrisno Hadi. 1993. Metodelogi Rearch. Yogyakarta : Andi Ofset. Halaman 40. Husin Sayuti. 1980. Pengantar Metode Riset. Jakarta : Pajar Agung. Halaman 32. Sumadi Suryabrata. 1983. Metodelogi Penelitian. Jakarta : Rajawali. Halaman 18. Muhamad Nazir. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Halaman 63.

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Halaman 96.

Sutrisno Hadi. Op.Cit. Halaman 260.

Hadari Nawawi. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gajah Mada University Pers. Halaman 58.

Koentjaraningrat. 1983. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Halaman 81.

Hadari Nawawi. Op.Cit. Halaman 133.

Ibid. Halaman 100.

Sutrisno Hadi. Op.Cit. Halaman 120.

Ibid. Halaman 50.

Winarno Surakhmad. 1978. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik. Bandung : Angkasa. Halaman 68.

Suharsimi Arikunto. Op.Cit. Halaman 206. Hadari Nawawi. Op.Cit. Halaman 133.

Muhamad Ali. 1985. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa. Halaman. 151.

P. Joko Subagyo. 1997. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Halaman 106.


(33)

56

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak dan di Desa Pulau Panggung, mempunyai perbedaan dari bentuk, ukuran, jenis batuan, dan persamaannya pada arah pendirian, sedangkan komposisinya memiliki perbedaan dan persamaan.

Berdasarkan bentuk Situs Megalitik Pajar Bulan mempunyai perbedaan, hal ini dikarenakan oleh sosial masyarakatnya, dan kemajuan IPTEK (seni lukis, seni ukir, dan seni pahat). Berdasarkan ukuran dan jenis batuan Situs Megalitik Pajar Bulan mempunyai perbedaan, perbedaan berdasarkan jenis batuan yaitu di Desa Kotaraya Lembak, terdiri dari batuan andesit, batuan pipih, batuan padas, sedangkan di Desa Pulau Panggung hanya terdiri dari batuan andesit dan monolith. Berdasarkan tata letaknya Situs Megalitik Pajar bulan memiliki perbedaan.

Berdasarkan arah pendiriannya mempunyai persamaa yaitu semua peninggalan-peninggalannya menghadap arah barat daya-timur laut. Berdasarkan komposisinya Situs Megalitik Pajar Bulan memiliki perbedaan dan persamaan, ada yang membentuk formasi tiga-tiga-satu, berkelompok 3 bersejajar dan menyerong kanan-kiri, berdiri sendiri, berkelompok dua menyerong kekiri-kekanan, bersejajar vertikal. Perbedaan komposisi berkaitan dengan sistem


(34)

kebersamaan dalam masyarakatnya dimana masyarakatnya ada yang sudah sangat erat terjalin kebersamaannya dalam pendirian bangunan megalitik dan Persamaan komposisi ini sama-sama mempunyai seorang kepala suku yang memiliki kekuatan dan pengaruh, sosial ekonomi dalam masyarakatnya,

B. Saran

Diharapkan Pemerintah Daerah lebih bersosialisasi baik kepada masyarakat sekitar untuk menjaga lokasi peninggalan-peninggalan Situs Megalitik Pajar Bulan dikarenakan lokasi situs mengalami kerusakan akibat ulah manusia, seperti terdapat coretan di peninggalan-peninggalan Situs Megalitik Pajar Bulan. Selain itu Pemerintah Daerah harus melestarikan Situs Megalitik Pajar Bulan agar dapat dikenal oleh masyarakat luar daerah, sehingga dapat dijadikan Objek Wisata Kabupaten Lahat.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Ayatrohaedi. 1981. Kamus Istilah Arkeologi. Jakarta : Balai Pustaka. 250 Halaman. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :

PT. Rineka Cipta. 314 Halaman.

Hadi, Sutrisno. 1993. Metodelogi Rearch. Yogyakarta : Andi Ofset. 133 Halaman. Sukendar, Haris. 1996. Masyarakat Megalitik di Indonesia. Jakarta : Puslitbang Arkesnas. 203 Halaman

Hopp, Van Der. 1932. Megalitic Remains in South Sumatera. Netherlands : W,J. Theime & Cie Zuthpen. 191 Halaman.

Indriastuti, Kristantina. 2010. Lihatlah Megalitik Lahat. Lahat : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 80 Halaman.

. 2011. Lihatlah Megalitik Lahat. Lahat : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 43 Halaman.

Koentjaraningrat. 1983. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 226 Halaman.

Kusumawati, Ayu, dkk. 2003. Megalitik Pasemah Peranan serta Fungsinya. Jakarta : Puslitbang Arkesnas. 191 Halaman.

Muhamad Ali. 1985. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa. Halaman. 151.

Michrob, Halwany.1993. Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten. Jakarta : Yayasan Baluarti. 212 Halaman.

M.D, Sagimun. 1987. Peninggalan Sejarah Tertua Kita, Jakarta : Haji masagung. 109 Halaman.

Nawawi, Hadari. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gajah Mada University Pers. 220 Halaman.


(36)

Poesponegoro, et. al. 1984. Sejarah Nasional I, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Jakarta : Balai Pustaka. 350 Halaman.

Soekidjo. 1994. Pengembangan Potensi Wilayah. Bandung : Gramedia. 229 Halaman.

Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rosda. 246 Halaman. Sayuti, Husin. 1980. Pengantar Metode Riset. Jakarta : Pajar Agung. 150 Halaman. Sujana, Nana. 1987. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : Sianar Baru.

195 Halaman.

Soekmono, R. 1973. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta : Yayasan Kanisius. 79 Halaman.

Suwarno. 2004. Variasi dan Makna Kubur Batu di Daerah Bondwoso Jawa Timur. Yogyakarta : Yayasan Bina Sejarah dan Budaya. 42 Halaman.

Subagyo, P. Joko. 1997. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. 246 Halaman.

Surakhmad, Winarno. 1978. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik. Bandung : Angkasa. 165 Halaman.

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodelogi Penelitian. Jakarta : Rajawali. 109 Halaman. Undang-Undang RI Nomor 5. 1992. Tentang Benda Cagar Budaya. Jakarta :

Depdikbud. 8 Halaman.

Wagner, F.A. 1962. Indonesian the art of an island group. Netherland : Biljage D. 187 Halaman.


(37)

SUMBER LAIN

Data Monografi Kec. Pajar Bulan Kab. Lahat Tahun 2012

Hasil Observasi Juni 2013. Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak.

Hasil Observasi Juni 2013. Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Pulau Panggung.

Wawancara dengan Bapak Asmani 48 tahun, pada tanggal 1 Juni 2013.


(1)

23

REFERENSI

Sutrisno Hadi. 1993. Metodelogi Rearch. Yogyakarta : Andi Ofset. Halaman 40. Husin Sayuti. 1980. Pengantar Metode Riset. Jakarta : Pajar Agung. Halaman 32. Sumadi Suryabrata. 1983. Metodelogi Penelitian. Jakarta : Rajawali. Halaman 18. Muhamad Nazir. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Halaman 63.

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Halaman 96.

Sutrisno Hadi. Op.Cit. Halaman 260.

Hadari Nawawi. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gajah Mada University Pers. Halaman 58.

Koentjaraningrat. 1983. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Halaman 81.

Hadari Nawawi. Op.Cit. Halaman 133. Ibid. Halaman 100.

Sutrisno Hadi. Op.Cit. Halaman 120. Ibid. Halaman 50.

Winarno Surakhmad. 1978. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik. Bandung : Angkasa. Halaman 68.

Suharsimi Arikunto. Op.Cit. Halaman 206. Hadari Nawawi. Op.Cit. Halaman 133.

Muhamad Ali. 1985. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa. Halaman. 151.

P. Joko Subagyo. 1997. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Halaman 106.


(2)

56

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak dan di Desa Pulau Panggung, mempunyai perbedaan dari bentuk, ukuran, jenis batuan, dan persamaannya pada arah pendirian, sedangkan komposisinya memiliki perbedaan dan persamaan.

Berdasarkan bentuk Situs Megalitik Pajar Bulan mempunyai perbedaan, hal ini dikarenakan oleh sosial masyarakatnya, dan kemajuan IPTEK (seni lukis, seni ukir, dan seni pahat). Berdasarkan ukuran dan jenis batuan Situs Megalitik Pajar Bulan mempunyai perbedaan, perbedaan berdasarkan jenis batuan yaitu di Desa Kotaraya Lembak, terdiri dari batuan andesit, batuan pipih, batuan padas, sedangkan di Desa Pulau Panggung hanya terdiri dari batuan andesit dan monolith. Berdasarkan tata letaknya Situs Megalitik Pajar bulan memiliki perbedaan.

Berdasarkan arah pendiriannya mempunyai persamaa yaitu semua peninggalan-peninggalannya menghadap arah barat daya-timur laut. Berdasarkan komposisinya Situs Megalitik Pajar Bulan memiliki perbedaan dan persamaan, ada yang membentuk formasi tiga-tiga-satu, berkelompok 3 bersejajar dan menyerong kanan-kiri, berdiri sendiri, berkelompok dua menyerong kekiri-kekanan, bersejajar vertikal. Perbedaan komposisi berkaitan dengan sistem


(3)

57

kebersamaan dalam masyarakatnya dimana masyarakatnya ada yang sudah sangat erat terjalin kebersamaannya dalam pendirian bangunan megalitik dan Persamaan komposisi ini sama-sama mempunyai seorang kepala suku yang memiliki kekuatan dan pengaruh, sosial ekonomi dalam masyarakatnya,

B. Saran

Diharapkan Pemerintah Daerah lebih bersosialisasi baik kepada masyarakat sekitar untuk menjaga lokasi peninggalan-peninggalan Situs Megalitik Pajar Bulan dikarenakan lokasi situs mengalami kerusakan akibat ulah manusia, seperti terdapat coretan di peninggalan-peninggalan Situs Megalitik Pajar Bulan. Selain itu Pemerintah Daerah harus melestarikan Situs Megalitik Pajar Bulan agar dapat dikenal oleh masyarakat luar daerah, sehingga dapat dijadikan Objek Wisata Kabupaten Lahat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ayatrohaedi. 1981. Kamus Istilah Arkeologi. Jakarta : Balai Pustaka. 250 Halaman. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :

PT. Rineka Cipta. 314 Halaman.

Hadi, Sutrisno. 1993. Metodelogi Rearch. Yogyakarta : Andi Ofset. 133 Halaman. Sukendar, Haris. 1996. Masyarakat Megalitik di Indonesia. Jakarta : Puslitbang Arkesnas. 203 Halaman

Hopp, Van Der. 1932. Megalitic Remains in South Sumatera. Netherlands : W,J. Theime & Cie Zuthpen. 191 Halaman.

Indriastuti, Kristantina. 2010. Lihatlah Megalitik Lahat. Lahat : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 80 Halaman.

. 2011. Lihatlah Megalitik Lahat. Lahat : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 43 Halaman.

Koentjaraningrat. 1983. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 226 Halaman.

Kusumawati, Ayu, dkk. 2003. Megalitik Pasemah Peranan serta Fungsinya. Jakarta : Puslitbang Arkesnas. 191 Halaman.

Muhamad Ali. 1985. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa. Halaman. 151.

Michrob, Halwany.1993. Sejarah Perkembangan Arsitektur Kota Islam Banten. Jakarta : Yayasan Baluarti. 212 Halaman.

M.D, Sagimun. 1987. Peninggalan Sejarah Tertua Kita, Jakarta : Haji masagung. 109 Halaman.

Nawawi, Hadari. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gajah Mada University Pers. 220 Halaman.


(5)

Nazir, Muhamad. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. 215 Halaman. Poesponegoro, et. al. 1984. Sejarah Nasional I, Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan. Jakarta : Balai Pustaka. 350 Halaman.

Soekidjo. 1994. Pengembangan Potensi Wilayah. Bandung : Gramedia. 229 Halaman.

Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rosda. 246 Halaman. Sayuti, Husin. 1980. Pengantar Metode Riset. Jakarta : Pajar Agung. 150 Halaman. Sujana, Nana. 1987. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : Sianar Baru.

195 Halaman.

Soekmono, R. 1973. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta : Yayasan Kanisius. 79 Halaman.

Suwarno. 2004. Variasi dan Makna Kubur Batu di Daerah Bondwoso Jawa Timur. Yogyakarta : Yayasan Bina Sejarah dan Budaya. 42 Halaman.

Subagyo, P. Joko. 1997. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. 246 Halaman.

Surakhmad, Winarno. 1978. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik. Bandung : Angkasa. 165 Halaman.

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodelogi Penelitian. Jakarta : Rajawali. 109 Halaman. Undang-Undang RI Nomor 5. 1992. Tentang Benda Cagar Budaya. Jakarta :

Depdikbud. 8 Halaman.

Wagner, F.A. 1962. Indonesian the art of an island group. Netherland : Biljage D. 187 Halaman.


(6)

SUMBER LAIN

Data Monografi Kec. Pajar Bulan Kab. Lahat Tahun 2012

Hasil Observasi Juni 2013. Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Kotaraya Lembak.

Hasil Observasi Juni 2013. Pemetaan Lokasi Situs Megalitik Pajar Bulan di Desa Pulau Panggung.

Wawancara dengan Bapak Asmani 48 tahun, pada tanggal 1 Juni 2013.