ANALISIS RISIKO FISKAL DI INDONESIA DENGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO Bahasa inggris: FISCAL RISK ANALYSIS IN INDONESIA WITH MACROECONOMIC ASSUMPTIONS

ABSTRACT

FISCAL RISK ANALYSIS IN INDONESIA WITH MACROECONOMIC
ASSUMPTIONS

By
HANA EKA SANDY SIDABUTAR

The economic crisis that occurred in 1997-1998 and in 2008 an impact on
the state budget. The formulation of the state budget use these six macro
economic indicators to determine the amount of the target and the realization of
state revenues and expenditures, consisting of economic growth, inflation,
exchange rate, Indonesian crude oil price, SPN 3-month interest rate and oil
lifting.The amount of macro economic assumptions this is strongly influenced by
the state of the global economy resulting in the target of macro economic
assumptions that has been set so that it can give rise to pressure to Indonesian
economy. This fiscal pressures that lead to a fiscal risk. Fiscal risk is the potential
for not achieving the government's objective elements due to changes in the state
budget. Fiscal risks caused by several things, including macroeconomic
realization, the realization of contingent liabilities, and the consequences of fiscal
policy. The purpose of this research is to find out and described factors anything

most incurring fiscal risk in Indonesia of the six an indicator of macro economic
assumptions. This type of descriptive research with quantitative approach. The
problem of this study is on the sixth basic macroeconomic assumptions "What
factors are most lead to a fiscal risk in Indonesia”. The results of this study are
fiscal pressures caused by the assumption of economic growth, inflation,
exchange rate, and Indonesian crude oil price to put pressure on the structure of
income consisted of income tax, VAT, and the tax revenues from oil and gas and
non-oil, while state spending will affect government energy subsidies, transfers to
the region, spending debt interest payments.
Keywords: Fiscal Risk, Macroeconomic Assumptions, Budget.

ABSTRAK

ANALISIS RISIKO FISKAL DI INDONESIA DENGAN ASUMSI DASAR
EKONOMI MAKRO

Oleh
HANA EKA SANDY SIDABUTAR

Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 dan tahun 2008

memberikan dampak pada APBN. Penyusunan APBN menggunakan enam indikator
ekonomi makro untuk menentukan besaran target dan realisasi penerimaan dan
belanja negara yang terdiri dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar rupiah,
harga minyak mentah Indonesia, suku bunga SPN 3 bulan dan lifting minyak.
Besaran asumsi ekonomi makro ini sangat dipengaruhi oleh keadaan perekonomian
global yang mengakibatkan melesetnya target asumsi ekonomi makro yang telah
ditetapkan sehingga dapat menimbulkan tekanan untuk perekonomian Indonesia.
Tekanan fiskal inilah yang menimbulkan terjadinya risiko fiskal. Risiko fiskal
adalah potensi tidak tercapainya tujuan pemerintah akibat berubahnya unsur-unsur
dalam APBN. Risiko fiskal disebabkan oleh beberapa hal, yaitu realisasi ekonomi
makro, realisasi kewajiban kontinjensi, konsekuensi kebijakan fiskal. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor-faktor apa saja
yang paling menimbulkan risiko fiskal di Indonesia dari keenam indikator asumsi
ekonomi makro. Jenis penelitian ini deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Fokus
permasalahan dalam penelitian ini adalah dari keenam asumsi dasar ekonomi makro
tersebut ”Faktor-faktor apa saja yang paling menimbulkan terjadinya risiko fiskal di
Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah Tekanan fiskal yang disebabkan oleh
asumsi pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar, dan harga minyak mentah
Indonesia memberi tekanan pada struktur pendapatan yang terdiri dari PPh, PPN,
dan PNBP dari Migas dan Non migas, sedangkan untuk belanja negara akan

mempengaruhi belanja subsidi energi pemerintah, transfer ke daerah, belanja
pembayaran bunga utang.
Kata Kunci: Risiko Fiskal, Asumsi Ekonomi Makro, APBN.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang, pada tanggal 24 Juni 1992, sebagai anak kedua
dari dua bersaudara, anak dari pasangan M. Sidabutar dan T. Purba Siboro.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Xaverius Way
Halim Permai Bandar Lampung pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di SMP Xaverius Way Halim Permai Bandar Lampung pada tahun 2007,
dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMKK BPK Penabur Bandar Lampung
pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan melalui jalur Ujian Mandiri (UM). Pada
tahun 2011, penulis mengikuti Kuliah Kunjung Lapangan (KKL) Badan
Kebijakan Fiskal (BKF) Jakarta, Badan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
Jakarta, dan Museum Bank Indonesia Jakarta. Pada tahun 2013, penulis

mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di desa Sriwungu,
Pringsewu.

MOTO

“ Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau
pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita “
(Efesus 3 : 20)

“ Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan
dan bukan untuk manusia “
(Kolose 3:23)

“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memlihara kamu “
(1 Petrus 5:7)

“Harapan adalah impian yang terbangun”
(Aristoteles)

“Kerjakan segala sesuatu dengan sebaik mungkin, jika gagal coba lagi dan jangan pantang

menyerah “
(Hana Eka Sandy Sidabutar)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, ku persembahkan karya yang sangat berarti
ini kepada :
Orangtua ku tercinta Papa dan Mama yang tidak pernah henti-hentinya selalu memberikan ku
semangat, doa dan nasihat.
Kalian mengajarkan ku untuk tetap kuat dan semangat dalam menghadapi apapun itu. Terima
kasih untuk Papa dan Mama yang senantiasa medoakan dan memberikan semangat kepadaku.

Kakak ku tersayang Enni Paramita Sidabutar, terima kasih untuk semua kasih sayang,
dukungan dan semangat yang selama ini kakak berikan untukku.

Dosen-dosen serta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan arahan, dukungan dan doa
yang menambahkan semangat atas selesainya skripsi ini.

Juga almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Terima Kasih

SANWACANA

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus karena atas segala berkat dan kasihNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Risiko
Fiskal di Indonesia dengan Asumsi Dasar Ekonomi Makro” . Skripsi ini
disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas
Lampung.

Karena dalam penulisan ini penulis tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
2.

Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan.


3.

Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan, Pembimbing Skripsi dan sekaligus Pembimbing Akademik
selama saya menjadi Mahasiswi Ekonomi Pembangunan. Terima kasih untuk
segala waktu, dukungan, ilmu dan bimbingan yang begitu berharga selama
proses perkuliahan dan dalam proses penyelesaian penulisan skripsi ini.

4.

Bapak Dr. Hi. Toto Gunarto, S.E., M.Si., selaku Penguji Utama dalam skripsi
ini, terimakasih atas masukan saran yang sangat membantu dalam proses
skripsi ini sampai selesai;

5.

Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan ilmu
dan pelajaran dengan baik.

6.


Orangtuaku tercinta, Papa dan Mama terima kasih untuk semua cinta dan
kasih sayang, dukungan baik secara moril dan materil, motivasi, doa dan
nasihat-nasihat yang sangat berguna untukku yang telah kalian berikan
selama ini. Ananda hanya bisa berdoa agar Tuhan selalu menyertai dan
memberikan kesehatan selalu kepada Papa dan Mama.

7.

Kakakku terkasih Enny Paramita S,Si. Terima kasih atas semua nasihat,
semangat, dukungan, dan doa yang telah diberikan yang tidak bisa diucapkan
satu persatu untukku selama ini.Terima kasih kepada seluruh keluarga
besarku atas doa dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

8.

Sahabat-sahabatku : Erika, Enni, Tifa, Devi Paul, Caca Sriwungu, terima
kasih untuk semua kebersamaan, canda tawa, kepedulian kalian selama ini
baik suka dan susah yang banyak membantuku.


9.

Teman-teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan 2010 : Ajeng, Citra,
Devy, Diah, Desita, Echy, Dania, Via, Monik, Wuri, Dina, Tetik, Mustika,
Army,Ika, Tami, Nurmala, Dani Can, Agus, Beni, Dimas, Dede, Dicky dan
yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk
semua kebersamaan kita selama ini yang akan menjadi kenangan manis
dalam hidupku .

10. Sahabatku “Gerobak”: Tetty Purnama dan Icha Sitanggang. Terima kasih atas
semua kebersamaan dan dukungan yang telah kalian berikan. Semoga
kedepannya apa yang kita cita-citakan dapat tercapai. Tuhan memberkati kita
semua.
11. Kakak Rohaniku : Kak Ivana dan untuk teman Kelompok Kecilku : Mondang
dan Erika terima kasih atas semua sharing, dukungan, doa, dan kebersamaan
baik suka maupun susah selama ini.
12. Untuk Keluargaku di PKMK : Kak Tiara, Kak Ivana, Ko Richard, Bang
Ivandi, Ko Sun ho, Mondang, Yobel, Rica, Hasna, Jirry, Tejo, Daniel, Rimto,
Jeka, Elsa, Fajar, Loren, Donna, Yuli Purba, Redes, Rosana, Natalina, Robert,
dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk

doa, semangat, canda tawa, kebersamaan, dan semuanya yang telah kalian
banyak ajarkan kepadaku. Terima kasih telah menjadi bagian dalam hidupku.
13. Adik-adik kelompok kecilku : Lastiur, Ririn, Yohana, Nia dan Videl. Terima
kasih untuk semua kelucuan kalian, dukungan, semangat, sharing, motivasi
dan doa yang kalian berikan. Tuhan Memberkati.
14. Beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 16 September 2014
Penulis,

Hana Eka Sandy Sidabutar

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ................................................... ..................................................... i
DAFTAR TABEL .......................................... ..................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ..................................... .................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ................................. .................................................... vi

I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... ..1
B. Permasalahan .............................................................................................. 11
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 12
D. Kerangka Pemikiran.................................................................................... 12
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan Fiskal ....................................................................................... 15
B. Pertumbuhan Ekonomi ............................................................................... 20
C. Nilai Tukar Rupiah .................................................................................... 20
D. Inflasi ........................................................................................................ 25
E. Harga Minyak Mentah Indonesia ............................................................... 31
F. Suku Bunga SPN 3 Bulan ........................................................................... 31
G. Lifting Minyak ........................................................................................... 32
H. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ................................. 33
I. Risiko Fiskal ................................................................................................ 35
J. Tinjauan Empiris ......................................................................................... 37
III METODE PENELITIAN
A. Sumber dan Jenis Data ............................................................................... 41
B. Metode Analisis .......................................................................................... 41
C. Gambaran Umum ....................................................................................... 43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Risiko Fiskal ............................................................................................. 46
1. Risiko Fiskal Pada Asumsi Pertumbuhan Ekonomi ........................... 48
2. Risiko Fiskal Pada Asumsi Nilai Tukar Rupiah ............................... 52
3. Risiko Fiskal Pada Asumsi Inflasi ..................................................... 55
4. Risiko Fiskal Pada Asumsi Harga Minyak Mentah Indonesia .......... 63
5. Risiko Fiskal Pada Asumsi Suku Bunga SPN 3 Bulan ...................... 68
6. Risiko Fiskal Pada Asumsi Lifting Minyak ....................................... 71

B. Asumsi Dasar Ekonomi Makro Yang Dominan Mempengaruhi
Risiko Fiskal ............................................................................................. 74
1. Analisis Risiko Fiskal Pada Asumsi Pertumbuhan Ekonomi .............. 74
2. Analisis Risiko Fiskal Pada Asumsi Nilai Tukar Rupiah ................... 77
3. Analisis Risiko Fiskal Pada Asumsi Inflasi ......................................... 81
4. AnalisisRisiko Fiskal Pada Asumsi Harga Minyak Mentah
Indonesia ............................................................................................. 82

V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................................... 86
B. Saran ........................................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Perkembangan Pembiayaan Dalam Negeri dan Luar Negeri
2008-2013 ....................................................................................................... 7
2. Data Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar ...................................................... 8
3. Produksi Minyak Bumi dan Gas Alam ........................................................... 9
4. Data Inflasi Indonesia Atas Dasar Harga Konstan, 1999-2001 .................... 10
5. Realisasi Perkembangan PPh Non Migas, Tahun 2008-2013........................ 60
6. Harga Minyak Mentah Indonesia/ Indonesia Crude Oil Price
Tahun 2008 .................................................................................................... 64
7. Target Penerimaan Perpajakan Tahun 2008-2013 ......................................... 75
8. Realisasi Penerimaan Perpajakan Tahun 2008-2013 ..................................... 75
9. Target Pembayaran Bunga Utang Dalam Negeri dan Luar Negeri
Tahun 2008-2013 ........................................................................................... 77
10. Realisasi Pembayaran Bunga Utang Dalam Negeri dan Luar Negeri
Tahun 2008-2013 ........................................................................................... 78
11. Realisasi Subsidi Pemerintah Pusat 2008-2013 ............................................. 79
12. Target Belanja Subsidi Tahun 2008-2013 .................................................... 82
13. Realisasi Belanja Subsidi Tahun 2008-2013 ................................................. 83

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Perkembangan Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
2008-2014 ................................................................................................. 5
2. Bagan Kerangka Pemikiran....................................................................... 14
3. Kebijakan Pemerintah Dalam Pengendalian Inflasi.................................. 29
4. Fluktuasi Target dan Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia,
2008-2013 ................................................................................................ 48
5. Risiko Fiskal Dari Selisih Target Dan Realisasi Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia 2008-2013 ................................................................. 50
6. Fluktuasi Target dan Realisasi Nilai Tukar Rupiah, 2008-2013 ............... 52
7. Risiko Fiskal Dari Selisih Target Dan Realisasi Nilai Tukar
Rupiah di Indonesia, 2008-2013 ............................................................... 54
8. Fluktuasi Target dan Realisasi Inflasi Indonesia, 2008-2013 ................... 56
9. Risiko Fiskal Dari Selisih Target Dan Realisasi Inflasi di Indonesia,
2008-2013 ................................................................................................ 59
10. Fluktuasi Target dan Realisasi Harga Minyak Mentah Indonesia
(Indonesian Crude Oil Price/ICP), 2008-2013......................................... 65
11. Risiko Fiskal Dari Selisih Target Dan Realisasi Harga Minyak Mentah
Indonesia (Indonesian Crude Oil Price/ICP), 2008-2013 ....................... 67
12. Fluktuasi Target dan Realisasi Suku Bunga SPN 3 Bulan di
Indonesia, 2008-2013 ................................................................................ 69

13. Risiko Fiskal Dari Selisih Target Dan Realisasi Suku Bunga
SPN 3 Bulan di Indonesia, 2008-2013 ...................................................... 70
14. Fluktuasi Target dan Realisasi Lifting Minyak di Indonesia,
2008-2013 ................................................................................................ 71
15. Risiko Fiskal Dari Selisih Target Dan Realisasi Realisasi Lifting
Minyak di Indonesia, 2008-2013 .............................................................. 72

1

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada
keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis
mempengaruhi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Indonesia
yang meliputi kenaikan harga minyak dunia, keluar dari Dana Moneter
Internasional, dan kenaikan beban utang serta resesi global. Kondisi krisis
kembali terjadi pada tahun 2008 yang ditandai dengan meningkatnya pengeluaran
pemerintah untuk mengatasi krisis yang terjadi sedangkan tidak diikuti dengan
peningkatan pendapatan. Menurut Makin (2002) dalam penelitian Sri Suharsih
(2010) Krisis ekonomi disebabkan oleh besarnya pinjaman yang dilakukan
perbankan, overvalue nilai tukar, dan lemahnya birokrasi, yang menyebabkan
memburuknya kondisi fiskal negara-negara tersebut melalui bertambahnya defisit
primer, naiknya utang negara dan munculnya kewajiban implisit.

APBN merupakan suatu instrumen dari kebijakan fiskal yang digunakan untuk
membiayai pemerintahan. Dalam APBN terdapat pos penerimaan negara serta
belanja negara. Kebijakan fiskal yang digunakan di Indonesia yaitu kebijakan
fiskal yang ekspansif dengan sistim defisit anggaran. Defisit anggaran dapat
terjadi karena pengeluaran negara lebih besar dibandingkan dengan penerimaan

2

negara baik dari pajak maupun dari PNBP. Perbedaan yang terjadi antara
rancangan dan realisasi APBN ini berasal dari melesetnya asumsi ekonomi makro.
Asumsi ekonomi makro yang digunakan dalam menentukan besaran target untuk
penerimaan dan belanja negara yaitu terdiri dari pertumbuhan ekonomi, nilai tukar
rupiah, inflasi, suku bunga SPN 3 bulan, harga minyak mentah Indonesia
(Indonesian Crude Oil Price/ICP), serta lifting minyak. Defisit anggaran dalam
APBN jika setiap tahunnya mengalami kenaikan akan berdampak pada kesehatan
keuangan suatu negara. Keuangan suatu negara dikatakan sehat apabila negara
tersebut mempunyai ketahanan fiskal yang cukup baik.

APBN yang baik adalah APBN yang memiliki ketahanan fiskal. Menurut Chalk
dan Hemming, 2000 (dalam Haryo Kuncoro, 2011) menjelaskan bahwa fiscal
sustainability adalah terkait dengan upaya pemerintah dalam menjaga solvabilitas
fiskal sehingga menciptakan surplus APBN. Menurut (Langenus, 2006;Yeyati dan
Sturzenegger 2007) dalam penelitian Haryo Kuncoro, secara konseptual APBN
dikatakan berkesinambungan jika memiliki kemampuan untuk membiayai seluruh
belanjanya selama jangka waktu yang tidak terbatas. Masalah kesinambungan
fiskal merupakan dasar bagi kestabilan makro ekonomi jangka pendek dan
tentunya pertimbangan-pertimbangan yang diambil harus lebih bersifat jangka
panjang.

Kebijakan fiskal dapat dianggap berkesinambungan jika pemerintah tidak
mengalami kesulitan keuangan untuk membiayai anggarannya dalam jangka
waktu yang tidak terbatas. Kesinambungan fiskal akan sangat bergantung pada
kemampuan suatu negara untuk memperoleh penerimaan pajak melalui

3

pertumbuhan ekonomi, efisiensi kebutuhan anggaran melalui peningkatan
penerimaan maupun pengeluaran, serta sumber pembiayaan lainnya.

Salah satu yang mempengaruhi kebijakan fiskal suatu negara berkesinambungan
atau tidak adalah rasio utang terhadap PDB (debt to GDP ratio). Rasio utang
terhadap PDB(debt to GDP ratio) adalah perbandingan antara utang negara
dengan Produk Domestik Bruto. Rasio utang terhadap PDB merupakan indikator
yang digunakan untuk menilai kesinambungan fiskal di Indonesia. Semakin tinggi
rasio utang terhadap PDB, maka beban utang terhadap fiskal semakin tinggi
sehingga dapat mengurangi fleksibilitas pemerintah dalam menggunakan
anggarannya. Semakin tinggi rasio utang maka perlu diwaspadai bukan pada saat
utang diterima, melainkan pada saat utang jatuh tempo dan besaran cicilan yang
harus dibayarkan setiap bulannya.
Ketahanan fiskal suatu negara berkaitan erat dengan risiko fiskal. Secara umum,
risiko fiskal adalah potensi tidak tercapainya tujuan pemerintah akibat berubahnya
unsur-unsur dalam APBN yang dapat menimbulkan tekanan fiskal terhadap
APBN. Sedangkan, menurut Nota Keuangan dan APBN 2014 risiko fiskal adalah
perbedaan realisasi variabel-variabel indikator ekonomi makro dengan asumsinya
yang mengakibatkan perubahan terhadap besaran pendapatan negara, belanja
negara, dan pembiayaan negara. Sehingga risiko fiskal dapat dihitung dari selisih
yang terjadi antara realisasi dengan target pada variabel-variabel indikator
ekonomi makro. Selisih inilah yang akan mengubah besaran pendapatan negara,
belanja negara serta pembiayaan negara antara target dan realisasi APBN.

4

Menurut Brixi dan Shick dalam penelitian menyatakan bahwa di masa depan
pemerintah akan menghadapi tekanan fiskal yang merupakan risiko fiskal.
Menurut Widodo Ramadyanto (2013: 217) Risiko fiskal merupakan potensi tidak
tercapainya tujuan pemerintah akibat berubahnya unsur-unsur dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari yang sebelumnya telah dianggarkan
dengan realisasinya. Risiko fiskal disebabkan oleh beberapa hal, antara lain
realisasi ekonomi makro yang berbeda dengan asumsi yang digunakan dalam
menyusun APBN maupun APBD, syarat dan ketentuan dalam utang Pemerintah
Pusat, realisasi kewajiban kontinjensi pemerintah, dan konsekuensi kebijakan
desentralisasi fiskal. Selisih antara anggaran dan realisasi untuk ketiga komponen
APBN yang terdiri dari pendapatan negara, belanja negara serta pembiayaan
menunjukkan ketidakakurasian dalam penganggaran. Ketidakakurasian ini
merupakan salah satu pengukur risiko fiskal dalam penganggaran. Kebijakan
Fiskal merupakan instrumen kebijakan yang digunakan untuk mengatur
penerimaan dan pengeluaran negara. Dalam APBN terdapat pos penerimaan
negara dan pos belanja negara.

5

Perkembangan Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun 2008-2014 (Triliun rupiah)
2,000.00
1,800.00
1,600.00
1,400.00
1,200.00
1,000.00
800.00
600.00
400.00
200.00
-

A. PENDAPATAN NEGARA
B. BELANJA NEGARA

Sumber : Kementrian Keuangan Republik Indonesia.

Gambar 1. Perkembangan Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 20082014 (Triliun rupiah)
Pada Gambar 1 terlihat fluktuasi total pendapatan dan belanja negara di Indonesia.
Pada Tahun 2008 total pendapatan dan belanja negara jumlahnya hampir
seimbang. Namun, untuk tahun-tahun selanjutnya total pendapatan dan belanja
negara mengalami fluktuasi yang cukup besar. Terlihat jelas fluktuasi total belanja
negara juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2009-2014,
total belanja negara lebih besar dibandingkan dengan total pendapatan negara.
Peningkatan pendapatan negara pada kurun waktu 2008-2014 mengalami
kenaikan yang berasal dari penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) dengan kontribusi sebesar 71,9 % dan 28,1 %. Sedangkan,
peningkatan volume anggaran belanja Pemerintah Pusat dalam kurun waktu
tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal.

6

Faktor eksternal yang secara signifikan mempengaruhi antara lain adalah harga
minyak mentah Indonesia di pasar internasional (Indonesia Crude Price/ICP),
nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan kondisi perekonomian
global.

Sementara itu, faktor internal yang mempengaruhi pelaksanaan APBN antara lain
adalah kebutuhan belanja operasional untuk penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan langkah-langkah kebijakan dan administrasi di bidang belanja
pemerintah pusat yang ditetapkan dalam APBN.
Salah satu belanja pusat yang sebagian besar dialokasikan yaitu belanja subsidi.
Belanja ini merupakan faktor pengurang terbesar terhadap fiscal space, hingga
saat ini tidak ada pembatasan untuk konsumsi BBM sehingga anggaran yang
dikeluarkan pemerintah untuk subsidi BBM dan energi dapat lebih besar dari yang
dianggarkan. Sehingga diupayakan dikurangi secara bertahap agar fiscal space
bisa tetap terjaga, diantaranya melalui pengendalian penggunaan BBM bersubsidi
dan listrik bersubsidi.

Indonesia menerapkan kebijakan defisit anggaran, yang artinya anggaran yang
dikeluarkan oleh pemerintah lebih besar dialokasikan untuk belanja negara
dibandingkan dengan penerimaan yang akan diterima oleh pemerintah baik dari
pajak maupun Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Defisit anggaran yang disebabkan adanya kesenjangan yang besar antara total
pendapatan dan belanja negara ini dapat mempengaruhi perekonomian karena
pemerintah harus menutupi defisit tersebut dengan menggunakan pembiayaan.

7

Tabel 1. Perkembangan Pembiayaan Dalam Negeri dan Luar Negeri,
2008-2013 (triliun rupiah).
2008

2009

2010

2011

2012

2013

LKPP

LKPP

LKPP

LKPP

APBNP

APBN

102.477,6

128.133,1

96.118,5

148.718,0

194.531,0

172.792,1

16.159,3

41.056,8

22.189,3

48.927,9

60.561,6

14.306,6

86.318,3

87.076,3

73.929,2

99.820,1

133.969,4

158.485,5

(4.566,5)

(17.799,2)

(4.425,7)

(19.454,2)

Keterangan
A. Pembiayaan Dalam
Negeri
I. Perbankan Dalam
Negeri
II. Non Perbankan
Dalam Negeri
B. Pembiayaan Luar
Negeri (Neto)
I. Penarikan
Pinjaman Luar
Negeri
II. Penerusan
Pinjaman
III. Pembayaran
Cicilan Pokok
Utang LN
Jumlah

(18.405,9) (15.549,8)
50.218,7

58.662,0

54.794,8

33.747,2

53.731,1

45.919,1

(5.189,3)

(6.180,7)

(8.728,8)

(4.223,8)

(8.431,8)

(6.968,3)

(63.435,3) (68.031,1) (50.632,5) (47.322,5) (49.724,9) (58.405,0)
84.071,7

112.583,3

91.551,0

130.948,9

190.105,3

Sumber : Kementrian Keuangan Republik Indonesia.

Tabel 1 menunjukkan perkembangan pembiayaan Indonesia baik dari dalam
negeri maupun dari luar negeri selama tahun anggaran 2008 s.d. 2013. Dari tabel
diatas menunjukkan bahwa pembiayaan baik dari dalam maupun luar negeri
mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Untuk pembiayaan dalam negeri total
pembiayaan yang paling tinggi yaitu berada pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp
194. 531,0 triliun. Yang diikuti dengan tahun 2013 yaitu sebesar Rp 172.792,1
triliun. Pembiayaan dalam negeri terbagi menjadi dua komponen yaitu
pembiayaan yang berasal dari perbankan dalam negeri dan non perbankan dalam
negeri. Sedangkan, untuk pembiayaan luar negeri yang jumlahnya paling tinggi
dialokasikan berada pada tahun 2013 sebesar Rp 19.454,2 triliun rupiah dan pada
tahun 2011 sebesar Rp 17.799,2 triliun rupiah. Pembiayaan luar negeri terbagi

153.338,0

8

menjadi tiga komponen yaitu terdiri dari Penarikan Pinjaman Luar Negeri,
Penerusan Pinjaman, dan Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri.
Pembiayaan dalam negeri dan luar negeri inilah yang digunakan pemerintah untuk
menutupi defisit APBN.
Tabel 2. Data Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Periode 2004-2014.
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : Bank Indonesia.

Nilai Tukar Rupiah Terhadap
Dolar Amerika (Rp/US$)
8934.65
9710.64
9166.51
9136.35
9679.55
10398.35
9084.55
8779.49
9380.39
10451.37
11712.93

Tabel 2 menunjukkan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
(US$). Dari tahun 2004 – 2014 nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 2004 -2012, nilai tukar cenderung
mengalami fluktuasi yang berada pada Rp 9100/US$ - Rp 10.400/US$. Namun,
pada tahun 2014 nilai tukar rupiah melemah dibandingkan dengan tahun 2013
sebesar Rp 11.712,93/US$. Menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
didukung oleh kondisi ekonomi global yang kondusif dan fundamental ekonomi

9

domestik yang cukup baik. Menguat atau melemahnya nilai tukar rupiah terhadap
mata uang dollar juga akan mempengaruhi besaran pendapatan negara maupun
belanja negara.

Kebijakan ekonomi makro ekonomi nasional yang dijalankan secara konsisten
dan hati-hati mampu menahan tekanan terhadap rupiah. Kecenderungan
penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar disebabkan oleh masuknya kembali
investor asing di pasar domestik sejalan dengan menguatnya optimisme terhadap
segera pulihnya perekonomian global.
Tabel 3. Produksi Minyak Bumi dan Gas Alam, 2000-2012.
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012

Minyak Mentah
(barel)
434368.80
432588.00
351949.60
339100.00
354351.90
341202.60
313037.20
305137.40
314221.70
301663.40
300923.30
289899.00
279412.10

Kondensat
(barel)
50024.50
47528.10
45358.90
44600.00
50641.00
46450.90
44440.20
43210.60
44497.00
44649.60
43964.70
39350.30
35253.80

Gas Alam
(MMscf)
2845532.90
3765828.50
2289373.90
2142605.00
3026069.30
2985341.00
2948021.60
2805540.30
2790988.00
2887892.20
3407592.30
3256378.90
2982753.50

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS).

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS menunjukkan fluktuasi total produksi
minyak bumi dan gas alam pada tahun 2000-2012. Produksi Minyak Mentah
terbagi menjadi 3 kategori yaitu minyak bumi, kondensat dan gas alam. Pada
minyak bumi total produksi setiap tahunnya mengalami penurunan hingga pada
titik terendah pada tahun 2012 dengan total produksi sebesar 279412.10 barel.

10

Sedangkan, untuk kondensat dan gas alam total produksi keduanya cenderung
mengalami fluktuasi untuk setiap tahunnya.
Tabel 4. Data Inflasi Indonesia Atas Dasar Harga Konstan, 1999-2011.
Tahun
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Sumber : Bank Indonesia

Inflasi Indonesia (Persen)
5.70
9.40
11.50
10.0
6.80
6.40
17.11
6.60
6.59
11.06.
2.8

Tabel 4 menunjukkan pertumbuhan laju inflasi dari tahun 1999 – 2009. Yaitu
inflasi dari tahun 1999-2001 mengalami peningkatan. Kemudian pada tahun-tahun
selanjutnya tingkat inflasi di Indoensia mengalami fluktuasi. Dimana pada tahun
2005 menunjukkan bahwa pada tahun tersebut mengalami inflasi yang cukup
tinggi dan pada tahun 2008 inflasi kembali meningkat yang disebabkan adanya
krisis keuangan global yang berdampak kepada perekonomian Indonesia.
Dengan tidak menentunya asumsi-asumsi ekonomi makro yang juga dipengaruhi
oleh keadaan perekonomian global dapat menimbulkan tekanan tersendiri untuk
perekonomian Indonesia yang telah disusun dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yaitu melesetnya target asumsi dasar ekonomi makro
yang telah ditetapkan. Hal ini akan mengubah besaran anggaran yang juga akan
berdampak gagalnya tercapai tujuan pemerintah.

11

Tekanan fiskal yang terjadi inilah yang menimbulkan terjadinya risiko fiskal.
Risiko fiskal yang tidak dapat diantisipasi dengan baik akan membebani anggaran
dan mempengaruhi target pertumbuhan ekonomi dengan cakupan dan kedalaman
efek yang berbeda antara negara maju dengan negara sedang berkembang. Risiko
fiskal yang terjadi pada negara-negara maju akan menimbulkan beban pada
anggaran dan berpeluang menghambat pertumbuhan ekonomi. Pada negaranegara berkembang implikasinya lebih berat. Menurut Kuncoro (2011) terjadinya
risiko fiskal yang membebani anggaran akan menjalar dengan cepat pada
perekonomian secara keseluruhan, mendorong pelarian modal (capital outflow),
dan bahkan mengubah arah pertumbuhan ekonomi. Lebih jauh, pada negaranegara berkembang dengan kelembagaan ekonomi yang masih lemah, ekspektasi
terjadinya risiko fiskal akan mempengaruhi perilaku agen-agen ekonomi sehingga
berpeluang menghambat pertumbuhan ekonomi kendati risiko fiskal tersebut
belum terjadi sesungguhnya.

B. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah dari keenam asumsi dasar ekonomi makro yang terdiri dari
pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, inflasi, harga minyak mentah Indonesia,
suku bunga SPN 3 bulan dan lifting minyak bumi ”Faktor-faktor apa saja yang
paling menimbulkan terjadinya resiko fiskal di Indonesia “?

12

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelitian ini adalah untuk Mengetahui dan mendeskripsikan faktor-faktor
apa saja yang paling menimbulkan risiko fiskal di Indonesia dari keenam
indikator asumsi dasar ekonomi makro.

D. KERANGKA PEMIKIRAN
Kebijakan fiskal merupakan salah satu instrumen kebijakan ekonomi makro yang
memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam mencapai berbagai
tujuan ekonomi dan sosial, yaitu stabilitas ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan, dan mengurangi pengangguran. Indonesia menggunakan kebijakan
fiskal yang ekspansif dengan menggunakan sistim defisit anggaran. Kebijakan
fiskal ekspansif dengan sistim defisit anggaran ini bertujuan untuk meningkatkan
permintaan agregat di dalam perekonomian Indonesia. (Nanga: 2005)
Kebijakan fiskal menurut Rahayu (2010) adalah suatu kebijakan ekonomi dalam
rangka mengarahkan kondisi perekonomian menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Sehingga, untuk
mengarahkan kondisi perekonomian di Indonesia diperlukan anggaran yang
digunakan untuk menggambarkan perkiraan dari penerimaan dan pengeluaran
negara dalam jangka waktu tertentu yang tergambar pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN).

Dalam penyusunan APBN pemerintah pusat menggunakan enam dasar indikator
perekonomian makro yaitu pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar rupiah,
harga minyak mentah Indonesia, lifting minyak serta suku bunga SPN 3 bulan.

13

Indikator-indikator inilah yang menjadi dasar pemerintah untuk menentukan
berapa besar perkiraan maupun realisasi yang akan diterima dari penerimaan dan
belanja negara. Karena enam indikator-indikator tersebut akan berpengaruh
kepada total penerimaan dan belanja negara.

Kesinambungan fiskal erat kaitannya dengan risiko fiskal. Menurut Widodo
Ramadyanto (2013) dari sudut pandang risiko fiskal, APBN yang baik adalah
APBN yang mempunyai ketahanan fiskal (fiscal sustainability) yang baik.
Menurut Nota Keuangan dan APBN 2014 salah satu penyebab munculnya risiko
fiskal adalah perubahan asumsi ekonomi makro atau selisih antara besaran
asumsi/target dasar ekonomi makro yang digunakan dalam penyusunan anggaran
dengan realisasi anggaran yang terjadi sehingga mengakibatkan terjadinya
perbedaan antara target defisit dengan realisasinya.
Saat defisit anggaran terjadi dan mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya
dikhawatirkan kondisi perekonomian Indonesia tidak memiliki ketahanan fiskal
yang cukup baik karena terdapat perbedaan anggaran yang harus dikeluarkan
pemerintah dari yang telah dianggarkan dengan realisasi yang terjadi. Dengan
demikian ruang gerak (fiscal space) pemerintah akan menjadi terbatas .

14

Indikator-Indikator Asumsi Dasar Ekonomi Makro :
1. Pertumbuhan Ekonomi
2. Nilai Tukar Rupiah
3. Tingkat Inflasi
4. Harga Minyak Mentah Indonesia (Indonesian Crude
Oil Price/ICP)
5. Suku Bunga Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan
6. Lifting Minyak

Realisasi
APBN

APBN

Selisih/ Gap

Risiko Fiskal

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

15

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Fiskal

1.

Pengertian Kebijakan Fiskal

Menurut Nanga (2005) kebijakan fiskal (fiscal policy) atau disebut juga kebijakan
anggaran (budgetary policy) adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
melalui manipulasi instrumen fiskal seperti pengeluaran pemerintah (G) dan/ atau
pajak (T) yang ditujukan untuk mempengaruhi tingkat permintaan agregat di
dalam perekonomian.

Kebijakan fiskal juga dapat dikatakan sebagai salah satu kebijakan ekonomi
makro yang sangat penting dalam rangka :
1. Membantu memperkecil fluktuasi dari siklus usaha
2. Mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang sustainable, kesempatan kerja
yang tinggi
3. Membebaskan dari inflasi yang tinggi atau bergejolak
Ketiga poin di atas terlihat bahwa arah kebijakan fiskal memang diarahkan untuk
menstabilkan ekonomi makro. Dalam perkembangan terakhir, kebijakan fiskal
juga diarahkan untuk mengurangi defisit anggaran. Kebijakan fiskal merujuk pada
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara

16

melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Dari sisi pajak
jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika
pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan
industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya, kenaikan pajak
akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara
umum. Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat
mempengaruhi variabel-variabel seperti permintaan agregat dan tingkat aktivitas
ekonomi, pola persebaran sumber daya, distribusi pendapatan.

Kebijakan fiskal dapat dibedakan ke dalam kebijakan fiskal aktif atau diskresioner
(discretionary fiscal policy) dan kebijakan fiskal yang pasif atau nondiskresioner
(nondiscretionary fiscal policy). Kebijakan fiskal diskresioner adalah kebijakan
dimana pemerintah melakukan perubahan tingkat pajak atau program-program
pengeluarannya, dan hal ini dapat bersifat ekspansif (expansionary fiscal policy)
ataupun kontraktif (contractionary fiscal policy) kebijakan fiskal ekspansif adalah
kebijakan fiskal yang dilakukan melalui peningkatan pengeluaran pemerintah (G)
dan/atau penerimaan pajak (T), dengan tujuan untuk meningkatkan permintaan
agregat di dalam perekonomian. Sedangkan kebijakan fiskal yang kontraktif
adalah kebijakan fiskal yang dilakukan melalui pengeluaran pemerintah (G)
dan/atau peningkatan penerimaan pajak (T) dengan tujuan untuk menurunkan
tingkat permintaan agregat di dalam perekonomian.
Kebijakan memiliki dua prioritas, yang pertama adalah mengatasi defisit
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan masalah-masalah APBN
lainnya. Defisit APBN terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dari
pengeluarannya. Dan yang kedua adalah mengatasi stabilitas ekonomi makro,

17

yang terkait dengan antara lain ; pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi,
kesempatan kerja dan neraca pembayaran. (Tulus TH Tambunan, 2006)

Sedangkan, kebijakan fiskal terdiri dari perubahan pengeluaran pemerintah atau
perpajakan dengan tujuan untuk mempengaruhi besar serta susunan permintaan
agregat. Indikator yang biasa dipakai adalah budget defisit yakni selisih antara
pengeluaran pemerintah (dan juga pembayaran transfer) dengan penerimaan
terutama dari pajak. (Norpin, Ph. D. 1987)

Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh
pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat
akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Sebaliknya
kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output
industri secara umum.
Menurut teori ekonomi publik, fungsi ekonomi pemerintah terdiri dari 3 fungsi
yaitu (Musgrave,1984):
1.

Alokasi
Fungsi alokasi sangat terkait erat dengan kewenangan utama bagi pemerintah
daerah karena menyangkut alokasi sumber-sumber ekonomi kepada
masyarakat. Alokasi kepada masyarakat tersebut terutama terhadap barang
publik yang nilainya relatif sangat besar tetapi swasta tidak dapat
menyediakan.

18

2.

Distribusi
Adalah peran pemerintah dalam perekonomian dalam mendistribusikan
sumber-sumber ekonomi (pendapatan) kepada seluruh masyarakat. Jadi
dalam hal ini pemerintah menjamin bahwa seluruh golongan masyarakat
dapat mengakses sumber ekonomi dan mendapatkan penghasilan yang layak.
Fungsi distribusi ini memiliki keterkaitan erat dengan pemerataan
kesejahteraan masyarakat secara proporsional dalam rangka mendorong
tercapainya pertumbuhan ekonomi yang optimal.

3. Stabilisasi
Adalah peran pemerintah dalam menjamin dan menjaga stabilisasi
perekonomian secara makro (agregat) misalnya mengendalikan laju inflasi,
keseimbangan neraca pembayaran, pertumbuhan dan lain-lain. Oleh karena
itu, fungsi ini berkaitan erat dengan fungsi variabel ekonomi makro dengan
berbagai instrumen kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.

Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu Negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa
pajak) pemerintah. Berdasarkan dari beberapa teori dan pendapat yang dijelaskan
diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi
yang dilakukan oleh pemerintah dalam pengelolaan keuangan Negara untuk
mengarahkan kondisi perekonomian menjadi lebih baik yang terbatas pada
sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran Negara yang tercantum
dalam APBN.

19

2. Tujuan Kebijakan Fiskal
Pada dasarnya, kebijakan fiskal bertujuan untuk mempengaruhi jumlah total
pengeluaran masyarakat, pertumbuhan ekonomi dan jumlah seluruh produksi
masyarakat, banyaknya kesempatan kerja dan pengangguran, tingkat harga umum
dan inflasi, serta menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat
bunga dan jumlah uang beredar.
Menurut John. F. Due (1968) tujuan dari kebijakan fiskal, yaitu :
a. Untuk meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan ekonomi
atau memperbaiki keadaan ekonomi.
b. Untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran atau
mengusahakan kesempatan kerja (mengurangi pengangguran), dan menjaga
kestabilan harga-harga secara umum.
c. Untuk menstabilkan harga-harga barang secara umum, khususnya mengatasi
inflasi.
Dengan kata lain, kebijakan fiskal mengusahakan peningkatan kemampuan
pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan cara
menyesuaikan pengeluaran dan penerimaan pemerintah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal membawa pengaruh bagi
perekonomian. Adapun pengaruh-pengaruhnya, antara lain :
1. Pemerintah menggunakan kebijakan fiskal untuk mencapai tujuan-tujuan
seperti inflasi yang rendah dan tingkat pengangguran yang rendah.
2. Berdasarkan teori ekonomi Keynesian, kenaikan belanja pemerintah sehingga
mengalami defisit dapat digunakan untuk merangsang daya beli masyarakat

20

(AD = C + G + I + X – M) dan mengurangi pengangguran pada saat terjadi
resesi/depresi ekonomi.
3. Ketika terjadi inflasi, pemerintah harus mengurangi defisit (atau menerapkan
anggaran surplus) untuk mengendalikan inflasi dan menurunkan daya beli
masyarakat.

B. Pertumbuhan Ekonomi
Secara Umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan dalam
kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan
jasa-jasa. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk pada
perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitative change) dan biasanya diukur
dengan menggunakan data produk domestik bruto (GDP), atau pendapatan atau
output perkapita. Produk domestik bruto (GDP) adalah total nilai pasar (total
market value) dari barang-barang akhir dan jasa-jasa (final goods and
services)yang dihasilkan di dalam suatu perekonomian selama kurun waktu
tertentu.

C. Nilai Tukar (Kurs)
Salah satu faktor yang mempengaruhi aliran barang, jasa dan modal antara
Indonesia dan luar negeri adalah nilai tukar rupiah (kurs) terhadap mata uang
asing. Menurut Sukirno, (2008), nilai tukar (kurs) adalah merupakan banyaknya
uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit mata uang asing.
Menurut Triyono (2008) Kurs (Exchange Rate) adalah pertukaran

21

antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau
harga antara kedua mata uang tersebut.

Perubahan nilai tukar yang terjadi dapat menyebabkan peningkatan atau
penurunan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing yang diistilahkan
sebagai berikut:
1. Depresiasi adalah peningkatan harga mata uang asing di dalam negeri. Atau
menurunnya nilai mata uang domestik dikaitkan dengan mata uang asing, yang
disebabkan karena mekanisme pasar. Istilah lain yang menunjukkan penurunan
nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing adalah Devaluasi.
Devaluasi adalah peningkatan harga mata uang asing di dalam negeri. Atau
menurunnya nilai mata uang domestik dikaitkan dengan mata uang asing, yang
dilakukan dengan sengaja oleh pemerintah melalui kebijakan moneter.
2. Apresiasi adalah penurunan harga mata uang asing di dalam negeri. Atau
meningkatnya nilai mata uang domestik dikaitkan dengan mata uang asing.
Istilah lain yang menunjukkan peningkatan nilai mata uang domestik terhadap
mata uang asing adalah Revaluasi. Revaluasi adalah penurunan harga mata
uang asing di dalam negeri. Atau meningkatnya nilai mata uang domestik
dikaitkan dengan mata uang asing yang dilakukan dengan sengaja oleh
pemerintah melalui kebijakan moneter.

22

Menurut Kuncoro (1996; 27) dalam penelitian Triyono (2008) pada dasarnya
terdapat lima jenis sistem kurs utama yang berlaku yaitu:
1. Sistem kurs mengambang (floating exchang rate),
Sistem kurs mengambang, kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau
tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui
kebijakan moneter apabila ada terdapat campur tangan pemerintah maka
sistem ini termasuk mengambang terkendali (managed floating exchange
rate).
2. Sistem Kurs tertambat (pegged ex-change rate),
Pada sistem kurs tertambat, suatu negara menambatkan nilai mata uangnya
dengan sesuatu atau sekelompok mata uang negara lainnya yang merupakan
negara mitra dagang utama dari negara yang bersangkutan, ini berarti mata
uang negara tersebut bergerak mengikuti mata uang dari negara yang menjadi
tambatannya.
3. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs),
Sistem kurs tertambat merangkak, di mana negara melakukan sedikit
perubahan terhadap mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk
bergerak ke arah suatu nilai tertentu dalam rentang waktu tertentu.
Keuntungan utama dari sistem ini adalah negara dapat mengukur
penyelesaian kursnya dalam periode yang lebih lama jika di banding dengan
system kurs terambat.
4. Sistem kurs sekeranjang mata uang (basket of currencies),
Sistem sekeranjang mata uang, keuntungannya adalah sistem ini menawarkan
stabilisasi mata uang suatu negara karena pergerakan mata uangnya disebar

23

dalam sekeranjang mata uang. Mata uang yang di masukan dalam keranjang
biasanya ditentukan oleh besarnya peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu..
5. Sistem kurs tetap (fixed ex-change rate)
Sistem kurs tetap, dimana negara menetapkan dan mengumumkan suatu kurs
tertentu atas mata uangnya dan menjaga kurs dengan cara membeli atau
menjual valas dalam jumlah yang tidak terbatas dalam kurs tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai tukar (Kurs), adalah:
1. Perubahan Citarasa Masyarakat
Citarasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka. Perubahan
citarasa masyarakat akan mengubah konsumsi mereka terhadap barang-barang
yang diproduksi maupun yang di impor. Perbaikan kualitas barang-barang
dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang sehingga ekspor
akan meningkat. Sedangkan, perbaikan kualitas barang-barang impor
menyebabkan kecenderungan impor meningkat. Perubahan-perubahan ini akan
mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing.
2. Perubahan Harga Barang Ekspor Dan Impor
Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting dalam pengambilan
keputusan apakah suatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang
dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah akan
menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspor akan berkurang.
Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor, dan kenaikan
harga barang impor akan akan mengurangi impor. Sehingga, perubahan harga-

24

harga barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan penawaran dan
permintaan atas mata uang asing negara tersebut.
3. Kenaikan Harga Umum (Inflasi)
Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung akan menurunkan nilai suatu
valuta asing. Hal tersebut terjadi disebabkan efek inflasi sebagai berikut :
a. Inflasi menyebabkan harga-harga di dalam negeri lebih mahal dari hargaharga di luar negeri oleh sebab itu inflasi cenderung menambah impor.
Keadaan ini akan menyebabkan permintaan ke valuta asing bertambah.
b. Inflasi menyebabkan harga-harga barang ekspor menjadi lebih mahal, oleh
karena itu inflasi cenderung mengurangi ekspor. Keadaan ini dapat
menyebabkan penawaran atas valuta asing berkurang maka harga valuta
asing akan bertambah atau dengan kata lain herga mata uang negara yang
mengalami inflasi merosot.
4. Perubahan Suku Bunga Dan Tingkat Pengembalian Investasi
Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan
menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku
bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan
modal luar negeri masuk ke negara tersebut. Nilai mata uang suatu negara akan
merosot apabila lebih banyak modal negara yang dialirkan ke luar negeri
karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi di
negara-negara lain.
5. Pertumbuhan Ekonomi
Efek yang diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada nilai mata
uangnya tergantung pada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku.

25

D. Inflasi
Inflasi (Inflation) adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami
kenaikan secara terus menerus. Menurut Venieris dan Sebold (1978 : 603) dalam
Nanga (2005), mendefi