Analisis Interaksi Kebijakan Fiskal dan Moneter Terhadap Stabilitas Ekonomi Makro di Indonesia

(1)

ANALISIS INTERAKSI KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI INDONESIA

TESIS

Oleh

ADE NOVALINA

117018021/EP

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

S

E K

O L

A H

P A

S C

A S A R JA

N


(2)

ANALISIS INTERAKSI KEBIJAKAN FISKAL DAN

MONETER TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ADE NOVALINA

117018021/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

3013


(3)

Judul Tesis : ANALISIS INTERAKSI KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI INDONESIA

Nama Mahasiswa : Ade Novalina Nomor Pokok : 117018021

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dr. Jonni Manurung, MS)

Ketua Anggota

(Dr. Murni Daulay, SE, M.Si)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec) (Prof. Dr. Erman Munir, MSc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 31 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Jonni Manurung, MS Anggota : 1. Dr. Murni Daulay, SE, M.Si

2. Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec 3. Prof. Dr. Ramli, MS


(5)

ANALISIS INTERAKSI KEBIJAKAN FISKAL DAN

MONETER TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI

INDONESIA

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : “ANALISIS INTERAKSI KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI INDONESIA” adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Juli 2013

Ade Novalina

ANALISIS INTERAKSI KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI INDONESIA


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menganalisis kontribusi variabel dari interaksi variabel kebijakan fiskal (TAX dan GOV) dan variabel kebijakan moneter (SBK dan JUB) terhadap variabel stabilitas ekonomi makro (PDB, INV, KURS, INF). Penelitian ini menggunakan data skunder atau time series yaitu dari kuartal pertama tahun 2000 sampai kuartal pertama tahun 2012. Model analisis data dalam penelitian ini adalah model Vector Autoregression (VAR) dan dipertajam dengan analisa Impulse Response Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD). Hasil analisis VAR menunjukkan bahwa variabel masa lalu (t-1) berkontribusi terhadap variabel sekarang baik terhadap variabel itu

sendiri dan variabel lain dan dari hasil estimasi ternyata terjadi hubungan timbal balik antara variabel dimana semua variabel yaitu variabel kebijakan fiskal (TAX dan GOV), variabel kebijakan moneter (SBK dan JUB) dan variabel stabilitas ekonomi makro (PDB, INV, KURS, INF) saling berkontribusi. Hasil analisis IRF

diketahui bahwa stabilitas respon dari seluruh variabel terbentuk pada periode 20 atau jangka menengah dan jangka panjang, dimana respon variabel lain terhadap perubahan satu variabel menunjukan variasi yang berbeda baik dari respon positif ke negatif atau sebaliknya, dan ada variabel yang responya tetap positif atau tetap negatif dari jangka pendek sampai jangka panjang. Hasil Analisis FEVD menunjukan adanya variabel yang memiliki kontribusi terbesar terhadap variabel itu sendiri baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang seperti TAX, GOV, SBK, PDB, INV, KURS, sedangkan variabel lain yang memiliki pengaruh terbesar terhadap variabel itu sendiri baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang adalah JUB dipengaruhi terbesar oleh PDB, dan INF yang dipengaruhi terbesar oleh SBK. Hasil analisis interaksi kebijakan fiskal dan moneter terhadap stabilitas ekonomi makro menunjukkan bahwa kebijakan fiskal efektif dalam peningkatan INV dan stabilitas KURS melalui TAX dan GOV, sedangkan kebijakan moneter lebih efektif dalam peningkatan PDB dan stabilitas INF melalui pengendalian SBK dan JUB, maka kebijakan moneter lebih efektif dibandingkan dengan kebijakan fiskal dalam menjaga stabilitas ekonomi makro di Indonesia.

Kata Kunci : Penerimaan Pajak, Pengeluaran Pemerintah, Suku Bunga Kredit, Jumlah Jang Beredar, Produk Domestik Bruto, Investasi, Kurs, Inflasi.


(7)

THE ANALYSIS OF THE INTERACTION OF FISCAL AND MONETARY POLICY WITH THE STABILITY OF MACRO-ECONOMY

IN INDONESIA

ABSTRACT

The objective of the research was to analyze the variable contribution of the interaction of the variable of fiscal policy (TAX and GOV) and the variable of monetary policy (SBK and JUB) to the variable of the stability of macro-economy (PDB, INV, Rate of Exchange, and INF). The Research used secondary data or time series, from the first quarter of 2000 until the first quarter of 2012. The data were analyzed by using Vector Auto-regression (VAR) model and was emphasized by Impulse Response Function (IRF) and Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) models. The result of the analysis showed that past variable (t-1) had its

contribution to the present variable, either to the variable itself or to other variables. From the estimation result, it was found that there was correlation on both sides among all variables, the variable of fiscal policy (TAX and GOV), the variable of monetary policy (SBK and JUB) and the variable of the stability of macro-economy (PDB, INV, Rate of Exchange, and INF) all of them contributed to one another. The result of IRF showed that the stability of response from all variables was formed in the period of 20 or moderate and long terms, where the responses of the other variables to the change of one variable indicated different variations, either from the positive response or from the negative one and vice versa, there was the variable of positive response or remained negative from the short term to the long one. The result of FEVD analysis showed that there was the variable which had the biggest contribution to the variable itself, either in the short term, in the moderate term, and in the long term, such as TAX, GOV, SBK, PDB, INV, and Rate of Exchange, while the another variable which had dominant influence on the variable itself, either in the short term, in the moderate term and in the long term was that JUB was dominantly influenced by PDB, and INF was dominantly influenced by SBK. The result of the analysis of the interaction of fiscal policy and monetary policy with the stability of macro-economy showed that fiscal policy effectively increased INV and the stability of Rate of Exchange through TAX and GOV, while monetary policy was more effective in increasing PDB and INF stability through the control of SBK and JUB. Therefore, monetary policy was more effective than fiscal policy in maintaining the stability of macro-economy in Indonesia.

Keywords: Tax Revenue, Government Expenditures, Credit Interest, Amount of Circulating Money, Gross Domestic Product, Investment, Rate of Exchange, Inflation


(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang berjudul ”Analisis Interaksi Kebijakan Fiskal dan Moneter Terhadap Stabilitas Ekonomi Makro di Indonesia” sebagai tugas akhir pada Program Magister Ekonomi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada semua pihak baik yang langsung atau tidak langsung terkait dalam penyelesaian tesis ini. Secara khusus, penulis ucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, MSc

3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec, dan Bapak Prof. Dr. Ramli, MS, selaku Ketua dan Sekretaris Program Study Magister Ilmu Ekonomi, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Jonni Manurung, MS dan Ibu Dr. Murni Daulay, SE, M.Si, selaku Komisi Pembimbing, yang telah banyak meluangkan waktu dan fikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini hingga selesainya tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, MEc, Bapak Prof. Dr. Ramli, MS dan Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si, selaku Komisi Pembanding, yang telah banyak memberikan saran-saran dan kritik membangun demi kesempurnaan penulisan tesis ini.


(9)

6. Bapak dan Ibu Dosen dan staf Administrasi di Program Magister Ekonomi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

7. Ayahanda Abdul Hakim Panjaitan (alm) dan Ibunda Hj. Zuhroh Hasibuan (almh) tersayang yang sangat berjasa dalam kehidupan penulis, serta abang dan kakak-kakak yang telah memberikan dukungan moril, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

8. Teristimewa terimakasih kepada suami tercinta, Rusiadi, SE, M.Si, atas dukungan yang tak terhingga baik moril maupun materil serta selalu memberikan do’a dan restu nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

9. Seluruh teman-teman seperkuliahan di Program Magister Ekonomi Pembangunan Angkatan 21, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, terimakasih atas kebersamaan yang selama ini terjalin dengan baik. Penulis menyadari bahwa tesis ini belumlah sempurna, namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca serta menambah pengetahuan bagi penulis sendiri. Semoga kiranya Allah SWT memberikan berkah dan rahmat-Nya kepada kita semua, Amin Ya Rabbal Alamin.

Medan, Juli 2013 Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

N a m a Lengkap : Ade Novalina

Tempat / Tgl lahir : Kisaran, 23 Nopember 1976

Alamat Rumah : Jl. Purwosari, Komplek Pelangi Asri No. E1 Medan Timur

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Nama Ayah : Abdul Hakim Panjaitan (alm) Nama Ibu : Hj. Zuhroh Hasibuan (almh)

Pendidikan :

1. SD Negeri No 010084 Kisaran Tahun 1989

2. SMP Negeri 1 Kisaran Tahun 1992

3. SMA Negeri 2 Kisaran Tahun 1995

4. Strata1 (S-1) FE/Akuntansi UMSU Tahun 2000

5. Strata1 (S-1) FKIP/Akuntansi UMN Tahun 2011


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKi ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 14

1.3. Tujuan Penelitian ... 14

1.4. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 16

2.1. Kebijakan Fiskal... 16

2.1.1. Pajak (Tax) ... 17

2.2. Kebijakan Moneter ... 21

2.1.2. Pengeluaran Pemerintah (Govermend Expenditure) ... 19

2.2.1. Suku Bunga ... 23

2.3. Keseimbangan Pasar Uang dan Pasar Barang (Kurva IS 2.2.2. Jumlah Uang Beredar (JUB) ... 24

* -LM* 2.4. Interaksi Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Stabilitas ) .. 28

Ekonomi Makro ... 34

2.5. Penelitian Terdahulu ... 43

2.6. Kerangka Konseptual ... 48

2.7. Hipotesis Penelitian ... 49

BAB III. METODE PENELITIAN ... 50

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

3.2. Jenis dan Ruang Lingkup Penelitian ... 50

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.4. Jenis dan Sumber Data ... 51

3.5. Definisi Operasional... 51

3.6. Model Analisis Data ... 52

3.6.1. Vector Autoregression (VAR ... 52

3.6.2. Impulse Response Funtion (IRF ... 55


(12)

3.7. Uji Asumsi ... 56

3.7.1. Uji Stasioneritas ... 56

3.7.2. Uji Kointegrasi ... 58

3.7.3. Uji Stabilitas Lag Struktur VAR ... 59

3.7.4. Penetapan Tingkat Lag Optimal ... 60

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 61

4.1. Perkembangan Perekonomian Indonesia Terkini... 61

4.2. Perkembangan Variabel Penelitian ... 64

4.2.1. Perkembangan Penerimaan Pajak (TAX) ... 64

4.2.2. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah (GOV) ... 66

4.2.3. Perkembangan Suku Bunga Kredit (SBK) ... 68

4.2.4. Perkembangan Jumlah Uang Beredar (JUB) ... 70

4.2.5. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) ... 72

4.2.6. Perkembangan Investasi (INV) ... 74

4.2.7. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (KURS) ... 76

4.2.8. 4.3. Hasil Uji Asumsi VAR ... 81

Perkembangan Inflasi (INF) ... 78

4.3.1. Hasil Uji Stasioneritas ... 81

4.3.2. Hasil Uji Kointegrasi ... 83

4.3.3. Hasil Uji Stabilitas Lag Sruktur VAR ... 84

4.3.4. 4.4. Analisis Vector Autoregression (VAR) ... 86

Hasil Penetapan Tingkat Lag Optimal ... 85

4.5. Analisis Impluse Response Function (IRF) ... 94

4.5.1. Response Function of TAX ... 94

4.5.2. Response Function of GOV... 97

4.5.3. Response Function of SBK ... 99

4.5.4. Response Function of JUB ... 102

4.5.5. Response Function of PDB... 104

4.5.6. Response Function of INV... 106

4.5.7. Response Function of KURS ... 109

4.5.8. 4.6. Analisis Forecast Error Variance Desomposition (FEVD) ... 114

Response Function of INF ... 111

4.6.1. Variance Desomposition of TAX ... 114

4.6.2. Variance Desomposition of GOV ... 116

4.6.3. Variance Desomposition of SBK ... 117

4.6.4. Variance Desomposition of JUB ... 119

4.6.5. Variance Desomposition of PDB ... 121

4.6.6. Variance Desomposition of INV ... 122

4.6.7. Variance Desomposition of KURS ... 124

4.6.8. 4.7. Analisis Interaksi Kebijakan Fiskal-Moneter Terhadap Stabilitas Variance Desomposition of INF ... 126

Ekonomi Makro... 127

4.7.1. Analisis Interaksi Kebijakan Fiskal-Moneter Terhadap PDB ... 128

4.7.2. Analisis Interaksi Kebijakan Fiskal-Moneter Terhadap Investasi... 129 4.7.3. Analisis Interaksi Kebijakan Fiskal-Moneter


(13)

4.7.4. Analisis Interaksi Ke bijakan Fiskal-Moneter

Terhadap Inflasi... 132

AB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 137

5.1. Kesimpulan ... 137

5.2. Saran-Saran ... 138


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1. Pengeluaran Pemerintah (Milyar Rp) Tahun 2000 s/d 2012 ... 6

1.2. Jumlah Uang Beredar (Milyar Rp) Tahun 2000 s/d 2012 ... 7

1.3. Produk Domestik Bruto (Milyar Rp) Tahun 2000 s/d 2012 ... 8

1.4. Inflasi (%) Tahun 2000 s/d 2012 ... 9

2.1. Review Penelitian Terdahulu ... 43

4.1. Penerimaan Pajak (Milyar Rp) Tahun 2000:1 s/d 2012:1 ... 65

4.2. Pengeluaran Pemerintah (Milyar Rp) Tahun 2000:1 s/d 2012:1... .. 67

4.3. Suku Bunga Kredit (%) Tahun 2000:1 s/d 2012:1... .. 69

4.4. Jumlah Uang Beredar (Milyar Rp) Tahun 2000:1 s/d 2012:1... .. 71

4.5. Produk Domestik Bruto Harga Konstan (Milyar Rp)... .. 73

4.6. Investasi Asing Langsung (Milyar Rp) Tahun 2000:1 s/d 2012:1... . 75

4.7. Nilai Tukar Rupiah Terhadap US$ Tahun 2000:1 s/d 2012:1... .. 77

4.8. Inflasi (%) Tahun 2000:1 s/d 2012:1... .. 79

4.9. Hasil Pengujian Stasioner Dengan Akar-akar Unit Pada Level... .. 81

4.10. Hasil Pengujian Stasioner Dengan Akar-akar Unit Pada 1st difference ... .. 82

4.11. Hasil Pengujian Stasioner Dengan akar-akar unit Pada 2nd difference... ... 82

4.12. Uji Kointegrasi Johansen... ... 83

4.13. Tabel Stabilitas Lag Struktur... .. 84

4.14. VAR Pada Lag 1... ... 86

4.15. VAR Pada Lag 2... ... 86

4.16. Hasil Estimasi VAR ... ... 87

4.17. Hasil Analisis VAR... ... 90

4.18. Impulse Response Function TAX... ... 94

4.19. Ringkasan Hasil Impulse Response Function TAX... 96

4.20. Impulse Response Function GOV... .. 97

4.21. Ringkasan Hasil Impulse Response Function GOV... ... 99

4.22. Impulse Response Function SBK... ... 100

4.23. Ringkasan Hasil Impulse Response Function SBK... ... 101

4.24. Impulse Response Function JUB... ... 102

4.25. Ringkasan Hasil Impulse Response Function JUB... ... 103

4.26. Impulse Response Function PDB ... .... 104

4.27. Ringkasan Hasil Impulse Response Function PDB... ... 106

4.28. Impulse Response Function INV... ... 107

4.29. Ringkasan Hasil Impulse Response Function INV... ... 108

4.30. Impulse Response Function KURS... ... 109

4.31. Ringkasan Hasil Impulse Response Function KURS... ... 111

4.32. Impulse Response Function INF... ... 112

4.33. Ringkasan Hasil Impulse Response Function INF... ... 113

4.34. Varian Decomposition TAX ... ... 114

4.35. Rekomendasi Kebijakan Untuk TAX... .... 115

4.36. Varian Decomposition GOV... ... 116

4.37. Rekomendasi Kebijakan Untuk GOV... ... 117


(15)

4.39. Rekomendasi Kebijakan Untuk SBK... .. 118

4.40. Varian Decomposition JUB... .. 119

4.41. Rekomendasi Kebijakan Untuk JUB... .. 120

4.42. Varian Decomposition PDB... .. 121

4.43. Rekomendasi Kebijakan Untuk PDB... .. 122

4.44. Varian Decomposition INV... .. 123

4.45. Rekomendasi Kebijakan Untuk INV... .. 123

4.46. Varian Decomposition KURS... .. 124

4.47. Rekomendasi Kebijakan Untuk KURS... .. 125

4.48. Varian Decomposition INF... 126

4.49 Rekomendasi Kebijakan Untuk INF ... ... 127

4.50. Interaksi Kebijakan Fiskal-Moneter Terhadap Stabilitas Makro Ekonomi ... 128


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 1.1. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah (Milyar Rp) Tahun 2000

s/d 2012 ... 6

1.2. Perkembangan Jumlah Uang Beredar (Milyar Rp) Tahun 2000 s/d 2012... ... 7

1.3. Perkembangan Produk Domestik Bruto (Milyar Rp) Tahun 2000 s/d 2012... ... 8

1.4. Perkembangan Inflasi (%) Tahun 2000 s/d 2012... ... 9

1.5. 3 Tahap Interaksi ... ... 10

2.1. Keseimbangan Kurva IS* dan Kurva LM* 2.2. Kerangka Konseptual : Interaksi Kebijakan Fiskal dan (Model Mundell-Flaming)... ... 33

Moneter Terhadap Stabilitas Ekonomi Makro di Indonesia... ... 48

4.1. Perkembangan Penerimaan Pajak (2001:Q1-2012:Q1)... ... 66

4.2. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah (2001:Q1-2012:Q1)... ... 68

4.3. Perkembangan Suku Bunga Kredit (2001:Q1-2012:Q1)... ... 70

4.4. Perkembangan Jumlah Uang Beredar (2001:Q1-2012:Q1)... ... 72

4.5. Perkembangan Produk Domestik Bruto (2001:Q1-2012:Q1)... ... 74

4.6. Perkembangan Investasi Asing Langsung (2001:Q1-2012:Q1).... ... 76

4.7. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah (2001:Q1-2012:Q1)... ... 78

4.8. Perkembangan Inflasi (2001:Q1-2012:Q1)... ... 80

4.9. Stabilitas Lag Struktur... ... 85

4.10. Respon Variabel TAX Terhadap Variabel Lain... ... 95

4.11. Respon Variabel GOV Terhadap Variabel Lain... ... 98

4.12. Respon Variabel SBK Terhadap Variabel Lain... ... 100

4.13. Respon Variabel JUB Terhadap Variabel Lain... ... 103

4.14. Respon Variabel PDB Terhadap Variabel Lain... ... 105

4.15. Respon Variabel INV Terhadap Variabel Lain... ... 107

4.16. Respon Variabel KURS Terhadap Variabel Lain... ... 110

4.17. Respon Variabel INF Terhadap Variabel Lain... 112

4.18. Ekspansi moneter dalam Sistem Kurs Mengambang (Model Mundell-Fleming)... ... 135

4.19. Ekspansi fiskal dalam Sistem Kurs Mengambang (Model Mundell-Fleming)... ... 136


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Tabulasi Data... ... 145

2. Perkembangan Variabel... ... 149

3. Uji Stasioneritas... ... 153

4. Uji Kointegrasi... 169

5. Uji VAR... ... 170

6. Uji Stabilitas Lag Structure VAR... ... 174

7. Impluse Response Funtion (IRF)... ... 175


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Interaksi kebijakan fiskal dan moneter telah lama menjadi perdebatan di kalangan ekonom dan pengambil kebijakan. Pada satu sisi, kebijakan fiskal ditetapkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, sementara di sisi lain kebijakan moneter diarahkan pada pencapaian target menjaga stabilitas tingkat harga. Permasalahan utama interaksi kebijakan fiskal dan moneter terletak pada terjadinya hambatanantara pencapaian stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi terutama dalam jangka pendek. Dampak defisit fiskal (kekurangan anggaran kemudian mencetak uang baru) yang dapat menyebabkan kenaikan tingkat inflasi, begitu halnya perekonomian dengan tingkat inflasi yang tinggi juga memberikan dampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter merupakan bagian integral dari kebijakan makroekonomi yang memiliki target yang harus dicapai baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter melalui koordinasi yang baik akan memberikan sinyal positif bagi pasar dan menjaga stabilitas makroekonomi. Stabilitas makroekonomi dapat dilihat dari kestabilan variabel makro ekonomi terhadap interaksi fiskal dan moneter.

Menurut Goeltom (2007) tujuan dari kebijakan ekonomi makro suatu negara adalah tercapainya kondisi ekonomi yang “bebas inflasi” (noninflationary) dan tumbuh stabil (stable growth). Dalam kondisi ini, fluktuasi pada tingkat pengangguran, produksi, dan harga dapat diminimalkan dan pertumbuhan potensial pada output rill dapat tercapai. Kebijakan makroekonomi terdiri atas dua


(19)

instrumen utama, yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan fiskal dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan dan kebijakan moneter dilaksanakan oleh Bank Indonesia.

Pemerintah (kementrian keuangan) selaku otoritas fiskal, kebijakan yang ia pilih atas dasar menciptakan stabilisasi ekonomi, pemerataan pendapatan dan pengalokasian sumber daya manusia serta pertimbangan tentang efektivitas kebijakan tersebut yang juga mempertimbangkan dampak kedaerahan, kecuali bahwa adanya pemisahan antara pemerintah pusat dan daerah akan membuka kemungkinan variasi kebijakan fiskal yang berbeda antara daerah satu dengan lainnya.

Sesuai dengan peranan atau fungsi pemerintah di bidang fiskal adalah untuk menciptakan stabilisasi ekonomi, pemerataan pendapatan, dan mengalokasikan sumber daya manusia. Khusus untuk fungsi stabilisasi dan pemerataan, akan lebih efektif apabila dilakukan pemerintah pusat, sedangkan fungsi alokasi akan lebih efektif dilakukan pemerintah daerah (Kuncoro, 1997).

Sejauh ini, tekad yang tertulis pemerintah dalam hal anggaran ini (Badan Analisa Fiskal, 2004) adalah, pertama, menempuh anggaran belanja seimbang dan dinamis di mana pengeluaran total tidak melebihi permintaan total. Kedua, Anggaran dibedakan menjadi anggaran rutin dan anggaran pembangunan. Tabungan pemerintah merupakan penerimaan dalam negeri di atas pengeluaran rutin yang diusahakan meningkat agar dapat mengurangi kebutuhan bantuan dan hutang luar negeri. Ketiga, dari sisi penerimaan anggaran, dasar perpajakan diusahakan semakin luas lewat intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan pajak. Keempat, di sisi pengeluaran anggaran, prioritas diberikan pada kegiatan-kegiatan pembangunan dan bukan pada kegiatan-kegiatan rutin. Subsidi-subsidi semakin


(20)

dikurangi baik untuk perusahaan-perusahaan pemerintah maupun terhadap barang konsumsi, sehingga akan menghemat pengeluaran. Kelima, kebijakan anggaran diarahkan pada sasaran untuk meningkatkan penggunaan barang-barang dan tenaga kerja dari dalam negeri, dengan tujuan agar produksi dalam negeri semakin meningkat. Dan keenam, dalam hubungannya dengan perluasan kesempatan kerja, produsen didorong untuk lebih menggunakan teknologi padat karya dengan sedikit menggunakan teknologi padat modal.

Bagi bank sentral (BI) yang merupakan otoritas moneter, kebijakan yang ia pilih bergantung pada target, kondisi aktual perekonomian, kapasitas kebijakan dan pertimbangan tentang efektivitas kebijakan tersebut. Kebijakan moneter ini ditentukan secara terpusat oleh Bank Indonesia. Meskipun dalam formulasi kebijakannya Bank Indonesia juga sudah mempertimbangkan aspek regional atau aspek kedaerahan, namun respon variabel dan dampak pada masing-masing daerah tersebut sangat mungkin berbeda, dan ini sangat bergantung pada kondisi sebenarnya/riil masing-masing daerah.

Tujuan kebijakan moneter lebih difokuskan pada stabilitas harga dengan beberapa pertimbangan. Pertama, segala kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi (aggregate demand) dalam jangka pendek akan menciptakan inflasi sehingga tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi riil dalam jangka panjang (Kydland and Prescott, 1977). Kedua, rational economic agent

memahami bahwa pengaruh pembuat kebijakan dalam mendorong inflasi dapat menimbulkan permasalahan time-inconsistency (Barro and Gordon, 1983). Ketiga, kebijakan moneter mempunyai tenggang waktu (time lag) dalam mempengaruhi variabel ekonomi, sehingga menuntut kebijakan moneter yang orientasi jangka panjang. Keempat, kestabilan harga dapat mendorong terciptanya


(21)

iklim ekonomi yang lebih baik karena mengurangi ekspektasi inflasi (Friedman, 1968). Keempat pertimbangan di atas mencerminkan bahwa penetapan stabilitas harga akan mendorong kesinambungan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Namun, di sisi lain pencapaian kebijakan moneter yang tidak dilakukan secara terukur juga dapat mengakibatkan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi. Misalnya, kebijakan moneter yang terlalu ketat (tight) dapat menekan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan jumlah pengangguran. Sebaliknya, kebijakan moneter yang terlalu longgar (loose) dapat menimbulkan tekanan inflasi yang mengganggu daya beli masyarakat dan pada gilirannya kesejahteraan masyarakat.

Terdapat beberapa alasan mengapa kebijakan fiskal dan moneter sebaiknya berinteraksi dan koordinasi dalam rangka stabilisasi inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Pertama, terbatasnya ketersediaan instrumen untuk mencapai target. Blinder (1982) mengungkapkan keterbatasan instrumen tersebut dapat bersumber dari pertimbangan waktu dampak instrumen terhadap target yang dapat dibedakan untuk jangka pendek dan jangka panjang. Perbedaan durasi waktu ini dan adanya unsur ketidakpastian mengenai efektivitas instrumen tersebut menjadi alasan kuat mengapa kebijakan fiskal dan moneter harus berkoordinasi, khususnya untuk negara-negara berkembang, agar menghasilkan dampak optimal terhadap pencapaian target. Kedua adalah untuk menjaga stabilisasi pertumbuhan ekonomi dan inflasi agar tidak memburuk akibat kurangnya koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter. Adanya koordinasi kebijakan fiskal dan moneter dapat memberikan pemisahan yang tegas dari dua kebijakan tersebut atas dasar struktur tenggang waktu kebijakan. Abel (2002) menyarankan agar kebijakan moneter digunakan untuk melakukan stabilisasi


(22)

ekonomi dalam jangka pendek sedangkan kebijakan fiskal diarahkan untuk mencapai target perekonomian jangka menengah dan panjang. Sementara itu, kebijakan moneter dalam jangka panjang dapat difokuskan untuk menjaga inflasi. Taylor (2000) menambahkan bahwa jika kebijakan fiskal difokuskan ke arah target jangka menengah, kebijakan moneter seharusnya memberikan bobot yang lebih besar kepada stabilisasi perumbuhan ekonomi. Ketiga, pentingnya koordinasi kebijakan moneter dan fiskal adalah adanya perbedaan pendapat atau persepsi antara dua otoritas tersebut mengenai apa yang terbaik bagi suatu bangsa. Blinder (1982) menyebutkan tiga faktor yang dapat menyebabkan kurangnya koordinasi fiskal dan moneter adalah : (a) otoritas fiskal dan otoritas moneter memiliki tujuan yang berbeda terhadap apa yang sebenarnya terbaik bagi masyarakat, (b) dua otoritas tersebut dapat memiliki pendapat yang berbeda mengenai dampak dari kebijakan fiskal dan moneter terhadap perekonomian dan mungkin mereka menganut dasar teori yang berbeda, dan (c) kemungkinan dua otoritas tersebut memiliki proyeksi perekonomian yang berbeda.

Fenomena masalah dalam penelitian ini yaitu dengan melihat respon variabel-variabel makro ekonomi terhadap shock yang bersumber dari interaksi kebijakan fiskal dan moneter. Berikut interaksi beberapa variabel fiskal dan moneter terhadap stabilitas ekonomi makro Indonesia dalam periode penelitian (2000 s/d 2012), sebagai berikut :

Tabel 1.1. Pengeluaran Pemerintah (Milyar Rp) Tahun 2000 s/d 2012

N Tahun G Pertumbuhan (%)

1 2000 229043 -

2 2001 315971 37,95

3 2002 296528 -6,15

4 2003 378083 27,50

5 2004 485659 28,45

6 2005 642302 32,25


(23)

8 2007 943594 16,09

9 2008 950843 0,77

10 2009 917653 -3,49

11 2010 1042159 13,57

12 2011 1294625 24,22

13 2012 1551500 19,84

Sumber : Bank Indonesia (data diolah, 2013)

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000 1600000 1800000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber : Tabel 1.1

Gambar 1.1. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ( Milyar Rp) Tahun 2000 s/d 2012

Berdasarkan tabel dan grafik di atas diketahui adanya penurunan terhadap pengeluaran pemerintah yaitu tahun 2002 turun sebesar 6,15%, hal ini diperkirakan disebabkan adanya pengurangan atas pengeluaran pembangunan. Ketidakpastian besarnya dana pengeluaran atas infrastruktur setiap tahun menjadi penyebab turunnya pengeluaran pemerintah. Kemudian tahun 2009 pengeluaran pemerintah turun sebesar 3,49%, hal ini diperkirakan disebabkan atas dampak krisis ekonomi global yang melanda tahun 2008.

Tabel 1.2. Jumlah Uang Beredar (Milyar Rp) Tahun 2000 s/d 2012

N Tahun JUB Pertumbuhan (%)

1 2000 162186 -

2 2001 177731 9,58

3 2002 191939 7,99

4 2003 223799 16,59

5 2004 245946 9,89

6 2005 271140 10,24

7 2006 347013 27,98


(24)

9 2008 456787 1,49

10 2009 515824 12,92

11 2010 605411 17,37

12 2011 722991 19,42

13 2012 841722 16,42

Sumber : Bank Indonesia (data diolah, 2013)

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Sumber : Tabel 1.2

Gambar 1.2. Perkembangan Jumlah Uang Beredar Milyar Rp) Tahun 2000 s/d 2012

Berdasarkan tabel dan grafik di atas diketahui adanya penurunan pertumbuhan jumlah uang beredar, dimana terdapat pertumbuhan jumlah uang beredar yang kecil yaitu pada tahun 2002 sebesar 7,99% menurun dari tahun sebelumnya, hal ini diperkirakan didasarkan atas kenaikan suku bunga. Naiknya suku bunga akan menurunkan jumlah uang beredar di masyarakat dan akibat adanya penurunan dari daya beli masyarakat. Kemudian tahun 2008 pertumbuhan jumlah uang beredar hanya sebesar 1,49%, jauh lebih kecil dari perumbuhan tahun sebelumnya, hal ini juga disebabkan naiknya suku bunga dan diperkirakan juga disebabkan atas dampak krisis ekonomi global yang melanda tahun 2008.

Tabel 1.3. Produk Domestik Bruto (Milyar Rp) Tahun 2000 s/d 2012

N Tahun PDB Pertumbuhan (%)

1 2000 1389770 -

2 2001 1440403 3,64

3 2002 1505217 4,50

4 2003 1577172 4,78

5 2004 1656517 5,03

6 2005 1750815 5,69

7 2006 1847127 5,50


(25)

9 2008 2082457 6,01

10 2009 2178851 4,63

11 2010 2314459 6,22

12 2011 2464677 6,49

13 2012 2618139 6,23

Sumber : Bank Indonesia (data diolah, 2013)

0 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Sumber : Tabel 1.3

Gambar 1.3. Perkembangan Produk Domestik Bruto (Milyar Rp) Tahun 2000 s/d 2012

Berdasarkan tabel dan grafik di atas diketahui bahwa adanya pertumbuhan PDB yang sangat kecil pada tahun 2001 yaitu hanya sebesar 3,64%, hal ini disebabkan adanya kenaikan harga BBM. Kemudian penurunan pertumbuhan PDB yang cukup besar dari tahun sebelumnya, yaitu tahun 2006 pertumbuhan PDB sebesar 5,50% menurun dari tahun sebelumnya, hal ini disebabkan adanya kenaikan harga BBM akibat pengurangan subsidi BBM. Dan tahun 2009 pertumbuhan PDB sebesar 4,63% menurun dari tahun sebelumnya, hal ini juga disebabkan adanya kenaikan harga BBM akibat dampak krisis ekonomi global.

Tabel 1.4. Inflasi (%) Tahun 2000 s/d 2012

N Tahun Inflasi (%)

1 2000 9.35

2 2001 12.55

3 2002 10.03

4 2003 5.06

5 2004 6.40

6 2005 17.11

7 2006 6.60

8 2007 6.59

9 2008 11.06


(26)

11 2010 6.96

12 2011 3.79

13 2012 4.30

Sumber : Bank Indonesia

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Sumber : Tabel 1.4

Gambar 1.4. Perkembangan Inflasi (%) Tahun 2000 s/d 2012

Berdasarkan tabel dan grafik di atas diketahui terjadi kenaikan terbesar terhadap inflasi yaitu pada tahun 2001 sebesar 12,55%, hal ini disebabkan kenaikan BBM serta adanya perayaan keagamaan yang hampir bersamaan seperti natal, lebaran dan tahun baru. Tahun 2005 inflasi sebesr 17,11%, hal ini disebabkan kenaikan BBM akibat pengurangan subsidi BBM. Kemudian tahun 2008 inflasi sebesar 11,06%, hal ini disebabkan dampak kenaikan harga minyak dunia dan kenaikan BBM akibat efek krisis ekonomi global yang meningkatkan harga-harga barang.

Untuk melihat interaksi beberapa variabel kebijakan fiskal, moneter dan ekonomi makro, dilihat pada gambar 1.5 berikut :

Titik Interaksi I

Titik Interaksi II


(27)

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

G JUB PDB

Sumber : Tabel 1.1, 1.2, 1.3

Gambar 1. 5. Tiga Tahap Interaksi

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui adanya tiga tahap interaksi dimana respon variabel-variabel makro ekonomi terhadap shock yang bersumber dari dari interaksi kebijakan fiskal dan moneter menunjukkan pergerakan yang searah dalam kurun waktu tahun 2000 sampai tahun 2012.

Dalam interaksi tahap pertama yaitu rentang tahun 2001 s/d 2002, dimana naiknya inflasi tahun 2001 sebesar 12,55% diperkirakan karena adanya kenaikan harga BBM dan meningkatnya belanja masyarakat menyusul parayaan hari besar keagamaan yang berdekatan antara lebaran, natal dan tahun baru, sehingga meningkatkan permintaan akan kebutuhan bahan-bahan pokok. Kenaikan inflasi diikuti dengan turunnya pertumbuhan PDB tahun 2001 dari petumbuhan tahun sebelumnya atau melambatnya pertumbuhan ekonomi, dan berdampak pula pada menurunnya pertumbuhan jumlah uang beredar tahun 2002 yang merupakan dampak dari respon moneter terhadap terjadinya inflasi, dan menurunnya pengeluaran pemerintah tahun 2002.


(28)

Dalam interaksi tahap kedua yaitu rentang tahun 2005 s/d 2006, dimana naiknya inflasi tahun 2005 sebesar 17,11% diperkirakan karena adanya ekspansi fiskal tahun 2005 yaitu naiknya pengeluaran pemerintah sebesar 32,25% yang didominasi dengan naiknya belanja rutin seperti naiknya gaji sehingga menimbulkan inflasi, dan berdampak pula pada turunnya pertumbuhan PDB tahun 2006 dari pertumbuhan tahun sebelumnya atau melambatnya pertumbuhan ekonomi.

Dalam interaksi tahap ketiga yaitu rentang tahun 2008 s/d 2009, dimana naiknya inflasi tahun 2008 sebesar 11,06% diperkirakan karena adanya krisis ekonomi global. Kenaikan inflasi tersebut diikuti dengan turunnya pertumbuhan jumlah uang beredar tahun 2008 dari pertumbuhan tahun sebelumnya disebabkan respon moneter terhadap terjadinya inflasi, dan berdampak pula pada menurunnya pengeluaran pemerintah tahun 2009 dan turunnya pertumbuhan PDB tahun 2009 dari pertumbuhan tahun sebelumnya atau melambatnya pertumbuhan ekonomi.

Dari fenomena diatas, diketahui bahwa terjadinya interaksi fiskal dan moneter dapat menganggu stabilitas ekonomi makro Indonesia. Adanya ketidakstabilan variabel konomi makro yang diperkirakan karena kurangnya koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter. Hal ini menyebabkan pemerintah harus mengambil langkah-langkah antisipasi dampak yang ditimbulkan dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang, dimana langkah antisipasi dari adanya interaksi adalah berupa koordinasi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. Perlunya pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter melalui koordinasi yang baik agar interaksi yang terjadi dapat berdampak positif bagi stabilitas ekonomi makro, dimana stabilitas ekonomi makro dapat dilihat dari kestabilan variabel-variabel makro ekonomi.


(29)

Menurut Mohanty dan Scatigna (2004) kebijakan yang dilakukan secara parsial dan bertahap cenderung akan semakin meningkatkan ketidakpastian dan resiko, yang dapat mendorong penurunan kinerja perekonomian lebih lanjut. Untuk itu, banyak ahli ekonomi yang menyarankan strategi yang sebaiknya ditempuh adalah koordinasi kebijakan dan penggunaan berbagai instrumen kebijakan secara lebih agresif untuk mendukung efektivitas kebijakan yang diambil.

Adiningsih (2012) menyatakan bahwa koordinasi kebijakan moneter dan fiskal menjadi makin penting ketika terdapat ketidakpastian yang tinggi dari pengaruh masing-masing kebijakan. Boediono (2001) menjelaskan pada akhirnya, kebijakan moneter ataupun kebijakan fiskal tidak dapat berjalan sendiri. Dalam prakteknya, yang sering dijumpai adalah kebijakan fiskal yang juga mempunyai konsekuensi moneter atau kebijakan moneter dengan konsekuensi-konsekuensi fiskal.

Aplikasi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter dalam perkembangannya melahirkan suatu bauran kebijakan (policy mix) yang kemudian menyebabkan berkembangnya kajian-kajian tentang koordinasi kebijakan fiskal dan moneter. Beberapa kajian tentang koordinasi kebijakan tersebut menemukan bahwa, dalam jangka panjang kebijakan fiskal dan moneter tidak bertentangan satu sama lain dalam mencapai pertumbuhan ekonomi. Pada kondisi ini tidak diperlukan adanya koordinasi kebijakan (Hagen dan Mundshenk,2003). Dalam jangka pendek, tidak adanya koordinasi antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter akan menyebabkan efektivitas kebijakan menjadi berkurang (Giavazzi,2003).

Corsetti dan Mueller (2008) yang menyatakan bahwa kebijakan fiskal akan lebih efisien bila dibarengi dengan kebijakan moneter yang akomodatif. Dengan


(30)

kata lain, agar stimulus fiskal dapat berjalan dengan baik, kebijakan moneter harus diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, yang konsisten dengan mandat menjaga kestabilan harga.

Hasil Penelitian Hermawan dan Munro (2007) melalui eksperimen simulasi stokastik menyimpulkan bahwa kebijakan fiskal di Indonesia mempunyai kontribusi yang signifikan dalam menjaga stabilitas perekonomian atau bersifat

countercyclical, dan peran aktif tersebut bersama-sama dengan kebijakan moneter telah menghasilkan loss function yang minimum bagi perekonomian.

Pentingnya penelitian ini adalah untuk mengkaji seberapa besar interaksi kebijakan fiskal dan moneter dalam menjaga stabilitas ekonomi makro. Kemudian kebijakan mana yang paling dominan dalam mempengaruhi stabilitas ekonomi makro. Hasil analisis tersebut diharapkan mampu menjadi masukan bagi pemerintah dalam membuat koordinasi yang baik antara bank sentral dan departemen keuangan, sehingga koordinasi tersebut akan menghasilkan interaksi yang berdampak positif bagi stabilitas ekonomi makro. Terjadinya interaksi fiskal dan moneter secara teoritis maupun empiris mempunyai peranan yang sangat strategis dalam rangka stabilisasi perekonomian. Dalam kondisi tersebut, kebijakan fiskal dan moneter harus dikelola atau dikoordinasikan sedemikian rupa agar stimulus yang dihasilkan oleh kedua kebijakan tersebut dapat diarahkan untuk stabilitas ekonomi makro, kurangnya koordinasi kebijakan fiskal dan moneter akan berdampak pada terjadinya guncangan terhadap variabel ekonomi makro yang mempengaruhi stabilitas ekonomi. Mengingat pentingnya kordinasi yang baik dalam pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter, maka penting juga diketahui secara empiris kontribusi masing-masing variabel baik fiskal, moneter dan makro ekonomi dan respon yang terjadi dari shock interaksi fiskal dan


(31)

moneter agar kebijakan fiskal dan moneter yang diambil dapat mendukung pencapaian stabilitas ekonomi makro. Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk meneliti dengan judul : ANALISIS INTERAKSI KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP STABILITAS EKONOMI MAKRO DI INDONESIA.

1.2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah interaksi variabel kebijakan fiskal (TAX dan GOV) dan variabel kebijakan moneter (SBK dan JUB) terhadap variabel stabilitas ekonomi makro (PDB, INV, KURS, INF) saling berkontribusi?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : “Untuk menganalisis kontribusi variabel dari interaksi variabel kebijakan fiskal (TAX dan GOV) dan variabel kebijakan moneter (SBK dan JUB) terhadap variabel stabilitas ekonomi makro (PDB, INV, KURS, INF).

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan bagi pemerintah, baik kementrian keuangan selaku otoritas kebijakan fiskal dan BI selaku otoritas kebijakan moneter dalam mengkoordinasikan kebijakan yang relevan berkaitan dengan interaksi kebijakan fiskal dan moneter agar tercapainya stabilitas ekonomi makro.


(32)

2. Bagi penulis, sebagai informasi ilmiah dan wawasan ilmu pengetahuan mengenai interaksi kebijakan fiskal dan moneter terhadap stabilitas ekonomi makro, selain itu menambah pengetahuan penulis mengenai metode analisis data khususnya mengaplikasikan model VAR dalam Eviews, sehingga dari pengetahuan-pengetahuan yang penulis peroleh dalam penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan dalam kegiatan penulis selanjutnya.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lainnya untuk menganalisis hal-hal yang berkenaan dengan interaksi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter dan stabilitas ekonomi makro.


(33)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menganalisis kontribusi variabel dari interaksi variabel kebijakan fiskal (TAX dan GOV) dan variabel kebijakan moneter (SBK dan JUB) terhadap variabel stabilitas ekonomi makro (PDB, INV, KURS, INF). Penelitian ini menggunakan data skunder atau time series yaitu dari kuartal pertama tahun 2000 sampai kuartal pertama tahun 2012. Model analisis data dalam penelitian ini adalah model Vector Autoregression (VAR) dan dipertajam dengan analisa Impulse Response Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD). Hasil analisis VAR menunjukkan bahwa variabel masa lalu (t-1) berkontribusi terhadap variabel sekarang baik terhadap variabel itu

sendiri dan variabel lain dan dari hasil estimasi ternyata terjadi hubungan timbal balik antara variabel dimana semua variabel yaitu variabel kebijakan fiskal (TAX dan GOV), variabel kebijakan moneter (SBK dan JUB) dan variabel stabilitas ekonomi makro (PDB, INV, KURS, INF) saling berkontribusi. Hasil analisis IRF

diketahui bahwa stabilitas respon dari seluruh variabel terbentuk pada periode 20 atau jangka menengah dan jangka panjang, dimana respon variabel lain terhadap perubahan satu variabel menunjukan variasi yang berbeda baik dari respon positif ke negatif atau sebaliknya, dan ada variabel yang responya tetap positif atau tetap negatif dari jangka pendek sampai jangka panjang. Hasil Analisis FEVD menunjukan adanya variabel yang memiliki kontribusi terbesar terhadap variabel itu sendiri baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang seperti TAX, GOV, SBK, PDB, INV, KURS, sedangkan variabel lain yang memiliki pengaruh terbesar terhadap variabel itu sendiri baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang adalah JUB dipengaruhi terbesar oleh PDB, dan INF yang dipengaruhi terbesar oleh SBK. Hasil analisis interaksi kebijakan fiskal dan moneter terhadap stabilitas ekonomi makro menunjukkan bahwa kebijakan fiskal efektif dalam peningkatan INV dan stabilitas KURS melalui TAX dan GOV, sedangkan kebijakan moneter lebih efektif dalam peningkatan PDB dan stabilitas INF melalui pengendalian SBK dan JUB, maka kebijakan moneter lebih efektif dibandingkan dengan kebijakan fiskal dalam menjaga stabilitas ekonomi makro di Indonesia.

Kata Kunci : Penerimaan Pajak, Pengeluaran Pemerintah, Suku Bunga Kredit, Jumlah Jang Beredar, Produk Domestik Bruto, Investasi, Kurs, Inflasi.


(34)

THE ANALYSIS OF THE INTERACTION OF FISCAL AND MONETARY POLICY WITH THE STABILITY OF MACRO-ECONOMY

IN INDONESIA

ABSTRACT

The objective of the research was to analyze the variable contribution of the interaction of the variable of fiscal policy (TAX and GOV) and the variable of monetary policy (SBK and JUB) to the variable of the stability of macro-economy (PDB, INV, Rate of Exchange, and INF). The Research used secondary data or time series, from the first quarter of 2000 until the first quarter of 2012. The data were analyzed by using Vector Auto-regression (VAR) model and was emphasized by Impulse Response Function (IRF) and Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) models. The result of the analysis showed that past variable (t-1) had its

contribution to the present variable, either to the variable itself or to other variables. From the estimation result, it was found that there was correlation on both sides among all variables, the variable of fiscal policy (TAX and GOV), the variable of monetary policy (SBK and JUB) and the variable of the stability of macro-economy (PDB, INV, Rate of Exchange, and INF) all of them contributed to one another. The result of IRF showed that the stability of response from all variables was formed in the period of 20 or moderate and long terms, where the responses of the other variables to the change of one variable indicated different variations, either from the positive response or from the negative one and vice versa, there was the variable of positive response or remained negative from the short term to the long one. The result of FEVD analysis showed that there was the variable which had the biggest contribution to the variable itself, either in the short term, in the moderate term, and in the long term, such as TAX, GOV, SBK, PDB, INV, and Rate of Exchange, while the another variable which had dominant influence on the variable itself, either in the short term, in the moderate term and in the long term was that JUB was dominantly influenced by PDB, and INF was dominantly influenced by SBK. The result of the analysis of the interaction of fiscal policy and monetary policy with the stability of macro-economy showed that fiscal policy effectively increased INV and the stability of Rate of Exchange through TAX and GOV, while monetary policy was more effective in increasing PDB and INF stability through the control of SBK and JUB. Therefore, monetary policy was more effective than fiscal policy in maintaining the stability of macro-economy in Indonesia.

Keywords: Tax Revenue, Government Expenditures, Credit Interest, Amount of Circulating Money, Gross Domestic Product, Investment, Rate of Exchange, Inflation


(35)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Interaksi kebijakan fiskal dan moneter telah lama menjadi perdebatan di kalangan ekonom dan pengambil kebijakan. Pada satu sisi, kebijakan fiskal ditetapkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, sementara di sisi lain kebijakan moneter diarahkan pada pencapaian target menjaga stabilitas tingkat harga. Permasalahan utama interaksi kebijakan fiskal dan moneter terletak pada terjadinya hambatanantara pencapaian stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi terutama dalam jangka pendek. Dampak defisit fiskal (kekurangan anggaran kemudian mencetak uang baru) yang dapat menyebabkan kenaikan tingkat inflasi, begitu halnya perekonomian dengan tingkat inflasi yang tinggi juga memberikan dampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter merupakan bagian integral dari kebijakan makroekonomi yang memiliki target yang harus dicapai baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter melalui koordinasi yang baik akan memberikan sinyal positif bagi pasar dan menjaga stabilitas makroekonomi. Stabilitas makroekonomi dapat dilihat dari kestabilan variabel makro ekonomi terhadap interaksi fiskal dan moneter.

Menurut Goeltom (2007) tujuan dari kebijakan ekonomi makro suatu negara adalah tercapainya kondisi ekonomi yang “bebas inflasi” (noninflationary) dan tumbuh stabil (stable growth). Dalam kondisi ini, fluktuasi pada tingkat pengangguran, produksi, dan harga dapat diminimalkan dan pertumbuhan potensial pada output rill dapat tercapai. Kebijakan makroekonomi terdiri atas dua


(36)

instrumen utama, yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan fiskal dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan dan kebijakan moneter dilaksanakan oleh Bank Indonesia.

Pemerintah (kementrian keuangan) selaku otoritas fiskal, kebijakan yang ia pilih atas dasar menciptakan stabilisasi ekonomi, pemerataan pendapatan dan pengalokasian sumber daya manusia serta pertimbangan tentang efektivitas kebijakan tersebut yang juga mempertimbangkan dampak kedaerahan, kecuali bahwa adanya pemisahan antara pemerintah pusat dan daerah akan membuka kemungkinan variasi kebijakan fiskal yang berbeda antara daerah satu dengan lainnya.

Sesuai dengan peranan atau fungsi pemerintah di bidang fiskal adalah untuk menciptakan stabilisasi ekonomi, pemerataan pendapatan, dan mengalokasikan sumber daya manusia. Khusus untuk fungsi stabilisasi dan pemerataan, akan lebih efektif apabila dilakukan pemerintah pusat, sedangkan fungsi alokasi akan lebih efektif dilakukan pemerintah daerah (Kuncoro, 1997).

Sejauh ini, tekad yang tertulis pemerintah dalam hal anggaran ini (Badan Analisa Fiskal, 2004) adalah, pertama, menempuh anggaran belanja seimbang dan dinamis di mana pengeluaran total tidak melebihi permintaan total. Kedua, Anggaran dibedakan menjadi anggaran rutin dan anggaran pembangunan. Tabungan pemerintah merupakan penerimaan dalam negeri di atas pengeluaran rutin yang diusahakan meningkat agar dapat mengurangi kebutuhan bantuan dan hutang luar negeri. Ketiga, dari sisi penerimaan anggaran, dasar perpajakan diusahakan semakin luas lewat intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan pajak. Keempat, di sisi pengeluaran anggaran, prioritas diberikan pada kegiatan-kegiatan pembangunan dan bukan pada kegiatan-kegiatan rutin. Subsidi-subsidi semakin


(37)

dikurangi baik untuk perusahaan-perusahaan pemerintah maupun terhadap barang konsumsi, sehingga akan menghemat pengeluaran. Kelima, kebijakan anggaran diarahkan pada sasaran untuk meningkatkan penggunaan barang-barang dan tenaga kerja dari dalam negeri, dengan tujuan agar produksi dalam negeri semakin meningkat. Dan keenam, dalam hubungannya dengan perluasan kesempatan kerja, produsen didorong untuk lebih menggunakan teknologi padat karya dengan sedikit menggunakan teknologi padat modal.

Bagi bank sentral (BI) yang merupakan otoritas moneter, kebijakan yang ia pilih bergantung pada target, kondisi aktual perekonomian, kapasitas kebijakan dan pertimbangan tentang efektivitas kebijakan tersebut. Kebijakan moneter ini ditentukan secara terpusat oleh Bank Indonesia. Meskipun dalam formulasi kebijakannya Bank Indonesia juga sudah mempertimbangkan aspek regional atau aspek kedaerahan, namun respon variabel dan dampak pada masing-masing daerah tersebut sangat mungkin berbeda, dan ini sangat bergantung pada kondisi sebenarnya/riil masing-masing daerah.

Tujuan kebijakan moneter lebih difokuskan pada stabilitas harga dengan beberapa pertimbangan. Pertama, segala kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi (aggregate demand) dalam jangka pendek akan menciptakan inflasi sehingga tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi riil dalam jangka panjang (Kydland and Prescott, 1977). Kedua, rational economic agent

memahami bahwa pengaruh pembuat kebijakan dalam mendorong inflasi dapat menimbulkan permasalahan time-inconsistency (Barro and Gordon, 1983). Ketiga, kebijakan moneter mempunyai tenggang waktu (time lag) dalam mempengaruhi variabel ekonomi, sehingga menuntut kebijakan moneter yang orientasi jangka panjang. Keempat, kestabilan harga dapat mendorong terciptanya


(38)

iklim ekonomi yang lebih baik karena mengurangi ekspektasi inflasi (Friedman, 1968). Keempat pertimbangan di atas mencerminkan bahwa penetapan stabilitas harga akan mendorong kesinambungan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Namun, di sisi lain pencapaian kebijakan moneter yang tidak dilakukan secara terukur juga dapat mengakibatkan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi. Misalnya, kebijakan moneter yang terlalu ketat (tight) dapat menekan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan jumlah pengangguran. Sebaliknya, kebijakan moneter yang terlalu longgar (loose) dapat menimbulkan tekanan inflasi yang mengganggu daya beli masyarakat dan pada gilirannya kesejahteraan masyarakat.

Terdapat beberapa alasan mengapa kebijakan fiskal dan moneter sebaiknya berinteraksi dan koordinasi dalam rangka stabilisasi inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Pertama, terbatasnya ketersediaan instrumen untuk mencapai target. Blinder (1982) mengungkapkan keterbatasan instrumen tersebut dapat bersumber dari pertimbangan waktu dampak instrumen terhadap target yang dapat dibedakan untuk jangka pendek dan jangka panjang. Perbedaan durasi waktu ini dan adanya unsur ketidakpastian mengenai efektivitas instrumen tersebut menjadi alasan kuat mengapa kebijakan fiskal dan moneter harus berkoordinasi, khususnya untuk negara-negara berkembang, agar menghasilkan dampak optimal terhadap pencapaian target. Kedua adalah untuk menjaga stabilisasi pertumbuhan ekonomi dan inflasi agar tidak memburuk akibat kurangnya koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter. Adanya koordinasi kebijakan fiskal dan moneter dapat memberikan pemisahan yang tegas dari dua kebijakan tersebut atas dasar struktur tenggang waktu kebijakan. Abel (2002) menyarankan agar kebijakan moneter digunakan untuk melakukan stabilisasi


(39)

ekonomi dalam jangka pendek sedangkan kebijakan fiskal diarahkan untuk mencapai target perekonomian jangka menengah dan panjang. Sementara itu, kebijakan moneter dalam jangka panjang dapat difokuskan untuk menjaga inflasi. Taylor (2000) menambahkan bahwa jika kebijakan fiskal difokuskan ke arah target jangka menengah, kebijakan moneter seharusnya memberikan bobot yang lebih besar kepada stabilisasi perumbuhan ekonomi. Ketiga, pentingnya koordinasi kebijakan moneter dan fiskal adalah adanya perbedaan pendapat atau persepsi antara dua otoritas tersebut mengenai apa yang terbaik bagi suatu bangsa. Blinder (1982) menyebutkan tiga faktor yang dapat menyebabkan kurangnya koordinasi fiskal dan moneter adalah : (a) otoritas fiskal dan otoritas moneter memiliki tujuan yang berbeda terhadap apa yang sebenarnya terbaik bagi masyarakat, (b) dua otoritas tersebut dapat memiliki pendapat yang berbeda mengenai dampak dari kebijakan fiskal dan moneter terhadap perekonomian dan mungkin mereka menganut dasar teori yang berbeda, dan (c) kemungkinan dua otoritas tersebut memiliki proyeksi perekonomian yang berbeda.

Fenomena masalah dalam penelitian ini yaitu dengan melihat respon variabel-variabel makro ekonomi terhadap shock yang bersumber dari interaksi kebijakan fiskal dan moneter. Berikut interaksi beberapa variabel fiskal dan moneter terhadap stabilitas ekonomi makro Indonesia dalam periode penelitian (2000 s/d 2012), sebagai berikut :

Tabel 1.1. Pengeluaran Pemerintah (Milyar Rp) Tahun 2000 s/d 2012

N Tahun G Pertumbuhan (%)

1 2000 229043 -

2 2001 315971 37,95

3 2002 296528 -6,15

4 2003 378083 27,50

5 2004 485659 28,45

6 2005 642302 32,25


(40)

8 2007 943594 16,09

9 2008 950843 0,77

10 2009 917653 -3,49

11 2010 1042159 13,57

12 2011 1294625 24,22

13 2012 1551500 19,84

Sumber : Bank Indonesia (data diolah, 2013)

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000 1600000 1800000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber : Tabel 1.1

Gambar 1.1. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ( Milyar Rp) Tahun 2000 s/d 2012

Berdasarkan tabel dan grafik di atas diketahui adanya penurunan terhadap pengeluaran pemerintah yaitu tahun 2002 turun sebesar 6,15%, hal ini diperkirakan disebabkan adanya pengurangan atas pengeluaran pembangunan. Ketidakpastian besarnya dana pengeluaran atas infrastruktur setiap tahun menjadi penyebab turunnya pengeluaran pemerintah. Kemudian tahun 2009 pengeluaran pemerintah turun sebesar 3,49%, hal ini diperkirakan disebabkan atas dampak krisis ekonomi global yang melanda tahun 2008.

Tabel 1.2. Jumlah Uang Beredar (Milyar Rp) Tahun 2000 s/d 2012

N Tahun JUB Pertumbuhan (%)

1 2000 162186 -

2 2001 177731 9,58

3 2002 191939 7,99

4 2003 223799 16,59

5 2004 245946 9,89

6 2005 271140 10,24


(41)

9 2008 456787 1,49

10 2009 515824 12,92

11 2010 605411 17,37

12 2011 722991 19,42

13 2012 841722 16,42

Sumber : Bank Indonesia (data diolah, 2013)

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Sumber : Tabel 1.2

Gambar 1.2. Perkembangan Jumlah Uang Beredar Milyar Rp) Tahun 2000 s/d 2012

Berdasarkan tabel dan grafik di atas diketahui adanya penurunan pertumbuhan jumlah uang beredar, dimana terdapat pertumbuhan jumlah uang beredar yang kecil yaitu pada tahun 2002 sebesar 7,99% menurun dari tahun sebelumnya, hal ini diperkirakan didasarkan atas kenaikan suku bunga. Naiknya suku bunga akan menurunkan jumlah uang beredar di masyarakat dan akibat adanya penurunan dari daya beli masyarakat. Kemudian tahun 2008 pertumbuhan jumlah uang beredar hanya sebesar 1,49%, jauh lebih kecil dari perumbuhan tahun sebelumnya, hal ini juga disebabkan naiknya suku bunga dan diperkirakan juga disebabkan atas dampak krisis ekonomi global yang melanda tahun 2008.

Tabel 1.3. Produk Domestik Bruto (Milyar Rp) Tahun 2000 s/d 2012

N Tahun PDB Pertumbuhan (%)

1 2000 1389770 -

2 2001 1440403 3,64

3 2002 1505217 4,50

4 2003 1577172 4,78

5 2004 1656517 5,03

6 2005 1750815 5,69

7 2006 1847127 5,50


(42)

9 2008 2082457 6,01

10 2009 2178851 4,63

11 2010 2314459 6,22

12 2011 2464677 6,49

13 2012 2618139 6,23

Sumber : Bank Indonesia (data diolah, 2013)

0 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Sumber : Tabel 1.3

Gambar 1.3. Perkembangan Produk Domestik Bruto (Milyar Rp) Tahun 2000 s/d 2012

Berdasarkan tabel dan grafik di atas diketahui bahwa adanya pertumbuhan PDB yang sangat kecil pada tahun 2001 yaitu hanya sebesar 3,64%, hal ini disebabkan adanya kenaikan harga BBM. Kemudian penurunan pertumbuhan PDB yang cukup besar dari tahun sebelumnya, yaitu tahun 2006 pertumbuhan PDB sebesar 5,50% menurun dari tahun sebelumnya, hal ini disebabkan adanya kenaikan harga BBM akibat pengurangan subsidi BBM. Dan tahun 2009 pertumbuhan PDB sebesar 4,63% menurun dari tahun sebelumnya, hal ini juga disebabkan adanya kenaikan harga BBM akibat dampak krisis ekonomi global.

Tabel 1.4. Inflasi (%) Tahun 2000 s/d 2012

N Tahun Inflasi (%)

1 2000 9.35

2 2001 12.55

3 2002 10.03

4 2003 5.06

5 2004 6.40

6 2005 17.11

7 2006 6.60

8 2007 6.59


(43)

11 2010 6.96

12 2011 3.79

13 2012 4.30

Sumber : Bank Indonesia

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Sumber : Tabel 1.4

Gambar 1.4. Perkembangan Inflasi (%) Tahun 2000 s/d 2012

Berdasarkan tabel dan grafik di atas diketahui terjadi kenaikan terbesar terhadap inflasi yaitu pada tahun 2001 sebesar 12,55%, hal ini disebabkan kenaikan BBM serta adanya perayaan keagamaan yang hampir bersamaan seperti natal, lebaran dan tahun baru. Tahun 2005 inflasi sebesr 17,11%, hal ini disebabkan kenaikan BBM akibat pengurangan subsidi BBM. Kemudian tahun 2008 inflasi sebesar 11,06%, hal ini disebabkan dampak kenaikan harga minyak dunia dan kenaikan BBM akibat efek krisis ekonomi global yang meningkatkan harga-harga barang.

Untuk melihat interaksi beberapa variabel kebijakan fiskal, moneter dan ekonomi makro, dilihat pada gambar 1.5 berikut :

Titik Interaksi I

Titik Interaksi II


(44)

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

G JUB PDB

Sumber : Tabel 1.1, 1.2, 1.3

Gambar 1. 5. Tiga Tahap Interaksi

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui adanya tiga tahap interaksi dimana respon variabel-variabel makro ekonomi terhadap shock yang bersumber dari dari interaksi kebijakan fiskal dan moneter menunjukkan pergerakan yang searah dalam kurun waktu tahun 2000 sampai tahun 2012.

Dalam interaksi tahap pertama yaitu rentang tahun 2001 s/d 2002, dimana naiknya inflasi tahun 2001 sebesar 12,55% diperkirakan karena adanya kenaikan harga BBM dan meningkatnya belanja masyarakat menyusul parayaan hari besar keagamaan yang berdekatan antara lebaran, natal dan tahun baru, sehingga meningkatkan permintaan akan kebutuhan bahan-bahan pokok. Kenaikan inflasi diikuti dengan turunnya pertumbuhan PDB tahun 2001 dari petumbuhan tahun sebelumnya atau melambatnya pertumbuhan ekonomi, dan berdampak pula pada menurunnya pertumbuhan jumlah uang beredar tahun 2002 yang merupakan dampak dari respon moneter terhadap terjadinya inflasi, dan menurunnya


(1)

32 16.40529 6.922736 8.681184 18.02406 46.85164 0.427353 1.926321 0.761414 33 16.46923 6.944526 8.643062 18.04194 46.78418 0.426019 1.931726 0.759322 34 16.52949 6.965064 8.607139 18.05880 46.72056 0.424762 1.936824 0.757359 35 16.58638 6.984458 8.573228 18.07473 46.66047 0.423580 1.941644 0.755513 36 16.64016 7.002806 8.541164 18.08980 46.60362 0.422466 1.946209 0.753773 37 16.69109 7.020190 8.510798 18.10407 46.54976 0.421415 1.950541 0.752129 38 16.73940 7.036684 8.481996 18.11762 46.49866 0.420422 1.954655 0.750571 39 16.78527 7.052354 8.454641 18.13049 46.45011 0.419481 1.958566 0.749092 40 16.82889 7.067259 8.428626 18.14272 46.40395 0.418587 1.962289 0.747685 41 16.87042 7.081453 8.403853 18.15437 46.35999 0.417737 1.965834 0.746345 42 16.91002 7.094985 8.380236 18.16547 46.31808 0.416926 1.969213 0.745066 43 16.94781 7.107899 8.357696 18.17607 46.27809 0.416152 1.972438 0.743844 44 16.98391 7.120236 8.336162 18.18619 46.23989 0.415412 1.975518 0.742677 45 17.01844 7.132033 8.315567 18.19587 46.20336 0.414705 1.978463 0.741559 46 17.05149 7.143326 8.295852 18.20514 46.16839 0.414026 1.981281 0.740490 47 17.08316 7.154146 8.276962 18.21402 46.13489 0.413376 1.983981 0.739465 48 17.11354 7.164523 8.258845 18.22253 46.10276 0.412753 1.986570 0.738482 49 17.14269 7.174482 8.241456 18.23071 46.07191 0.412154 1.989055 0.737538 50 17.17070 7.184049 8.224752 18.23856 46.04229 0.411579 1.991442 0.736632 51 17.19763 7.193247 8.208693 18.24610 46.01380 0.411026 1.993737 0.735761 52 17.22353 7.202097 8.193242 18.25337 45.98640 0.410494 1.995945 0.734923 53 17.24848 7.210617 8.178366 18.26036 45.96001 0.409982 1.998071 0.734116 54 17.27251 7.218827 8.164032 18.26710 45.93459 0.409489 2.000119 0.733338 55 17.29568 7.226743 8.150213 18.27359 45.91007 0.409013 2.002094 0.732589 56 17.31804 7.234380 8.136880 18.27986 45.88642 0.408554 2.004000 0.731866 57 17.33962 7.241752 8.124008 18.28591 45.86359 0.408111 2.005839 0.731168 58 17.36047 7.248874 8.111574 18.29175 45.84154 0.407683 2.007617 0.730493 59 17.38062 7.255758 8.099556 18.29740 45.82022 0.407270 2.009334 0.729842 60 17.40010 7.262415 8.087934 18.30287 45.79961 0.406870 2.010995 0.729211

Variance Decomposition of LOGINV:

Period LOGTAX LOGGOV SBK LOGJUB LOGPDB LOGINV LOGKURS INF 1 0.666744 0.025396 0.020341 0.371068 0.747839 98.16861 0.000000 0.000000 2 0.970917 0.333656 0.019312 0.530724 2.692827 94.07325 0.763854 0.615461 3 1.176609 0.632963 0.035950 0.517686 3.237490 90.43685 1.871028 2.091426 4 1.461200 1.142574 0.120180 0.786737 3.335126 86.20848 3.390233 3.555472 5 1.665426 1.842092 0.211115 1.157727 3.495069 82.42977 4.805734 4.393063 6 1.839069 2.510990 0.302661 1.551406 3.727847 79.54354 5.831814 4.692668 7 2.016829 3.032800 0.376179 1.894482 4.077520 77.45442 6.448776 4.698996 8 2.210265 3.395820 0.431426 2.168527 4.530905 75.90613 6.745521 4.611402 9 2.419312 3.623699 0.473878 2.382251 5.045157 74.68963 6.839557 4.526513 10 2.636475 3.754315 0.509200 2.550724 5.577517 73.67606 6.828264 4.467440 11 2.852920 3.823481 0.542248 2.689699 6.095176 72.79666 6.774266 4.425547 12 3.061676 3.858259 0.576770 2.812632 6.580031 72.01338 6.709136 4.388117 13 3.258602 3.876439 0.615452 2.929744 7.026523 71.29952 6.644646 4.349072 14 3.442098 3.888683 0.659847 3.047924 7.436865 70.63233 6.583547 4.308703 15 3.612344 3.901065 0.710336 3.171000 7.816828 69.99256 6.526125 4.269743 16 3.770600 3.916870 0.766260 3.300276 8.173059 69.36601 6.472672 4.234257 17 3.918692 3.937583 0.826244 3.435217 8.511757 68.74429 6.423634 4.202584 18 4.058655 3.963406 0.888612 3.574192 8.838127 68.12413 6.379137 4.173744 19 4.192458 3.993645 0.951761 3.715136 9.156185 67.50578 6.338718 4.146316 20 4.321810 4.027079 1.014402 3.856058 9.468736 66.89136 6.301443 4.119111 21 4.448041 4.062329 1.075666 3.995345 9.777456 66.28349 6.266214 4.091454 22 4.572064 4.098135 1.135082 4.131883 10.08308 65.68454 6.232062 4.063152 23 4.694410 4.133524 1.192502 4.265050 10.38566 65.09623 6.198299 4.034324 24 4.815300 4.167875 1.247995 4.394628 10.68482 64.51959 6.164558 4.005231 25 4.934745 4.200883 1.301752 4.520688 10.98002 63.95503 6.130725 3.976153 26 5.052633 4.232488 1.354009 4.643471 11.27071 63.40251 6.096853 3.947327


(2)

27 5.168808 4.262790 1.404998 4.763293 11.55644 62.86167 6.063081 3.918929 28 5.283118 4.291973 1.454913 4.880473 11.83692 62.33196 6.029571 3.891069 29 5.395447 4.320241 1.503901 4.995294 12.11204 61.81280 5.996470 3.863807 30 5.505728 4.347783 1.552059 5.107979 12.38181 61.30359 5.963891 3.837159 31 5.613938 4.374750 1.599446 5.218687 12.64633 60.80383 5.931909 3.811112 32 5.720099 4.401250 1.646088 5.327526 12.90577 60.31307 5.900562 3.785635 33 5.824258 4.427350 1.691992 5.434560 13.16035 59.83095 5.869855 3.760687 34 5.926481 4.453082 1.737156 5.539824 13.41027 59.35718 5.839774 3.736228 35 6.026842 4.478457 1.781576 5.643342 13.65573 58.89154 5.810292 3.712221 36 6.125416 4.503468 1.825250 5.745127 13.89691 58.43382 5.781375 3.688635 37 6.222272 4.528106 1.868178 5.845198 14.13395 57.98386 5.752989 3.665448 38 6.317471 4.552359 1.910371 5.943577 14.36699 57.54149 5.725103 3.642641 39 6.411069 4.576218 1.951840 6.040291 14.59614 57.10655 5.697691 3.620205 40 6.503112 4.599679 1.992601 6.135373 14.82150 56.67888 5.670733 3.598130 41 6.593641 4.622744 2.032673 6.228861 15.04315 56.25831 5.644212 3.576410 42 6.682693 4.645419 2.072075 6.320793 15.26117 55.84469 5.618117 3.555040 43 6.770302 4.667712 2.110827 6.411212 15.47566 55.43784 5.592439 3.534015 44 6.856498 4.689633 2.148948 6.500156 15.68667 55.03760 5.567168 3.513329 45 6.941314 4.711193 2.186454 6.587665 15.89429 54.64381 5.542299 3.492976 46 7.024779 4.732405 2.223362 6.673777 16.09860 54.25630 5.517823 3.472949 47 7.106923 4.753277 2.259687 6.758525 16.29967 53.87494 5.493733 3.453241 48 7.187776 4.773822 2.295444 6.841944 16.49758 53.49957 5.470022 3.433844 49 7.267368 4.794046 2.330645 6.924065 16.69240 53.13004 5.446682 3.414750 50 7.345727 4.813959 2.365303 7.004918 16.88421 52.76623 5.423703 3.395954 51 7.422882 4.833568 2.399431 7.084533 17.07306 52.40800 5.401079 3.377446 52 7.498861 4.852880 2.433039 7.162936 17.25904 52.05522 5.378800 3.359220 53 7.573690 4.871900 2.466140 7.240155 17.44221 51.70777 5.356859 3.341270 54 7.647397 4.890637 2.498743 7.316215 17.62263 51.36554 5.335247 3.323590 55 7.720005 4.909095 2.530862 7.391143 17.80037 51.02840 5.313958 3.306172 56 7.791541 4.927280 2.562505 7.464964 17.97547 50.69624 5.292983 3.289012 57 7.862026 4.945198 2.593683 7.537700 18.14801 50.36896 5.272317 3.272103 58 7.931485 4.962855 2.624408 7.609376 18.31804 50.04645 5.251951 3.255440 59 7.999939 4.980256 2.654687 7.680015 18.48560 49.72861 5.231879 3.239019 60 8.067410 4.997407 2.684531 7.749640 18.65076 49.41533 5.212096 3.222833

Variance Decomposition of LOGKURS:

Period LOGTAX LOGGOV SBK LOGJUB LOGPDB LOGINV LOGKURS INF 1 0.784906 4.516551 0.186670 0.250696 15.88441 0.026864 78.34991 0.000000 2 0.607521 12.56299 1.438859 0.361100 15.87907 0.447309 67.64761 1.055539 3 1.336712 13.43835 2.238680 0.358659 15.29510 0.407108 63.93889 2.986498 4 1.948905 13.11590 3.134532 0.524856 15.30863 0.480363 60.04572 5.441094 5 2.371236 12.53067 3.709173 0.723878 15.08455 1.045190 57.08485 7.450455 6 2.606534 12.04153 4.015544 0.907115 14.71015 2.004587 55.03936 8.675171 7 2.705655 11.75833 4.139777 1.045011 14.34212 3.006801 53.78768 9.214627 8 2.734995 11.64074 4.169467 1.128777 14.07188 3.788269 53.11633 9.349533 9 2.737166 11.61325 4.164836 1.170225 13.91828 4.264728 52.80453 9.326984 10 2.733012 11.61788 4.154827 1.185690 13.85322 4.487847 52.68092 9.286602 11 2.729740 11.62492 4.148715 1.188978 13.83659 4.559167 52.63579 9.276099 12 2.728248 11.62567 4.146656 1.188666 13.83704 4.568045 52.61321 9.292463 13 2.727641 11.62166 4.146411 1.188496 13.83825 4.566602 52.59324 9.317701 14 2.727166 11.61670 4.146321 1.189201 13.83576 4.572934 52.57370 9.338216 15 2.726602 11.61318 4.145858 1.190316 13.83091 4.586147 52.55744 9.349540 16 2.726034 11.61156 4.145162 1.191295 13.82614 4.600041 52.54635 9.353423 17 2.725589 11.61124 4.144521 1.191898 13.82283 4.610289 52.54011 9.353517 18 2.725317 11.61146 4.144098 1.192158 13.82113 4.615939 52.53723 9.352680 19 2.725191 11.61169 4.143898 1.192218 13.82052 4.618169 52.53607 9.352241 20 2.725149 11.61178 4.143846 1.192210 13.82041 4.618661 52.53556 9.352389 21 2.725141 11.61173 4.143857 1.192205 13.82041 4.618644 52.53518 9.352834


(3)

22 2.725135 11.61164 4.143877 1.192222 13.82037 4.618682 52.53481 9.353270 23 2.725125 11.61156 4.143885 1.192252 13.82027 4.618875 52.53448 9.353551 24 2.725112 11.61152 4.143882 1.192282 13.82017 4.619129 52.53423 9.353673 25 2.725100 11.61151 4.143874 1.192304 13.82009 4.619345 52.53408 9.353696 26 2.725091 11.61152 4.143866 1.192317 13.82005 4.619480 52.53400 9.353683 27 2.725087 11.61152 4.143861 1.192323 13.82003 4.619542 52.53396 9.353669 28 2.725086 11.61153 4.143859 1.192325 13.82003 4.619561 52.53394 9.353666 29 2.725087 11.61153 4.143858 1.192326 13.82003 4.619563 52.53393 9.353671 30 2.725088 11.61153 4.143857 1.192326 13.82004 4.619562 52.53392 9.353678 31 2.725090 11.61153 4.143857 1.192325 13.82004 4.619564 52.53392 9.353683 32 2.725091 11.61152 4.143856 1.192325 13.82004 4.619568 52.53391 9.353686 33 2.725092 11.61152 4.143856 1.192325 13.82004 4.619572 52.53391 9.353686 34 2.725092 11.61152 4.143856 1.192325 13.82004 4.619574 52.53390 9.353686 35 2.725093 11.61152 4.143856 1.192325 13.82004 4.619576 52.53390 9.353686 36 2.725094 11.61152 4.143856 1.192325 13.82004 4.619576 52.53390 9.353686 37 2.725094 11.61152 4.143856 1.192326 13.82004 4.619576 52.53390 9.353686 38 2.725094 11.61152 4.143856 1.192326 13.82004 4.619576 52.53390 9.353686 39 2.725095 11.61152 4.143856 1.192327 13.82004 4.619576 52.53390 9.353686 40 2.725095 11.61152 4.143856 1.192328 13.82004 4.619576 52.53390 9.353686 41 2.725095 11.61152 4.143857 1.192328 13.82004 4.619576 52.53389 9.353685 42 2.725096 11.61152 4.143857 1.192329 13.82005 4.619576 52.53389 9.353685 43 2.725096 11.61152 4.143857 1.192329 13.82005 4.619576 52.53389 9.353685 44 2.725096 11.61152 4.143857 1.192330 13.82005 4.619576 52.53389 9.353685 45 2.725097 11.61152 4.143857 1.192330 13.82005 4.619575 52.53389 9.353684 46 2.725097 11.61152 4.143857 1.192331 13.82005 4.619575 52.53389 9.353684 47 2.725098 11.61152 4.143857 1.192331 13.82005 4.619575 52.53389 9.353684 48 2.725098 11.61152 4.143857 1.192332 13.82005 4.619575 52.53388 9.353684 49 2.725099 11.61152 4.143857 1.192332 13.82005 4.619575 52.53388 9.353683 50 2.725099 11.61152 4.143857 1.192333 13.82005 4.619575 52.53388 9.353683 51 2.725100 11.61152 4.143857 1.192333 13.82005 4.619575 52.53388 9.353683 52 2.725100 11.61152 4.143857 1.192334 13.82005 4.619575 52.53388 9.353683 53 2.725100 11.61152 4.143858 1.192334 13.82005 4.619575 52.53388 9.353682 54 2.725101 11.61152 4.143858 1.192335 13.82006 4.619574 52.53388 9.353682 55 2.725101 11.61152 4.143858 1.192335 13.82006 4.619574 52.53387 9.353682 56 2.725102 11.61152 4.143858 1.192335 13.82006 4.619574 52.53387 9.353682 57 2.725102 11.61152 4.143858 1.192336 13.82006 4.619574 52.53387 9.353681 58 2.725103 11.61152 4.143858 1.192336 13.82006 4.619574 52.53387 9.353681 59 2.725103 11.61152 4.143858 1.192337 13.82006 4.619574 52.53387 9.353681 60 2.725103 11.61152 4.143858 1.192337 13.82006 4.619574 52.53387 9.353681

Variance Decomposition of INF:

Period LOGTAX LOGGOV SBK LOGJUB LOGPDB LOGINV LOGKURS INF 1 2.846915 1.787982 90.47221 0.288325 0.018051 0.305269 0.421087 3.860159 2 3.169373 1.743488 87.64297 0.963225 0.092830 0.734335 1.237707 4.416074 3 3.191789 1.781403 85.56744 0.943648 1.178019 0.719208 1.212943 5.405549 4 3.136634 1.757211 84.08422 0.928433 1.428982 1.057956 1.311505 6.295063 5 3.090222 1.786086 82.44969 0.935135 1.610378 1.671145 1.572247 6.885099 6 3.060995 1.844418 81.10951 0.947079 1.685924 2.327804 1.883829 7.140441 7 3.047002 1.908004 80.22995 0.952560 1.708200 2.830934 2.127734 7.195614 8 3.042255 1.951839 79.76814 0.952215 1.713677 3.123692 2.269105 7.179081 9 3.042382 1.972416 79.57890 0.950140 1.715107 3.251312 2.327752 7.161987 10 3.044042 1.977486 79.51816 0.950670 1.716316 3.286629 2.341340 7.165352 11 3.045343 1.976868 79.49166 0.955649 1.717825 3.288555 2.340832 7.183271 12 3.045802 1.977191 79.45857 0.964537 1.720035 3.288260 2.342058 7.203549 13 3.045836 1.980751 79.41280 0.975587 1.723830 3.294465 2.348531 7.218205 14 3.046158 1.986910 79.36193 0.987004 1.730087 3.304779 2.357830 7.225299 15 3.047341 1.994001 79.31401 0.997562 1.739179 3.314631 2.366669 7.226604 16 3.049640 2.000593 79.27286 1.006708 1.750863 3.321347 2.373162 7.224830


(4)

17 3.053016 2.005951 79.23853 1.014395 1.764457 3.324613 2.377006 7.222032 18 3.057250 2.009949 79.20938 1.020854 1.779139 3.325408 2.378792 7.219231 19 3.062059 2.012809 79.18360 1.026415 1.794181 3.324919 2.379314 7.216708 20 3.067179 2.014860 79.15991 1.031400 1.809063 3.323977 2.379197 7.214410 21 3.072405 2.016412 79.13759 1.036078 1.823496 3.322972 2.378812 7.212233 22 3.077598 2.017699 79.11620 1.040651 1.837380 3.322006 2.378340 7.210124 23 3.082681 2.018889 79.09542 1.045256 1.850736 3.321066 2.377868 7.208078 24 3.087623 2.020090 79.07498 1.049971 1.863659 3.320128 2.377442 7.206104 25 3.092422 2.021366 79.05464 1.054828 1.876264 3.319190 2.377091 7.204201 26 3.097101 2.022747 79.03422 1.059824 1.888668 3.318264 2.376829 7.202351 27 3.101686 2.024237 79.01363 1.064933 1.900965 3.317364 2.376656 7.200529 28 3.106209 2.025822 78.99286 1.070121 1.913228 3.316495 2.376558 7.198711 29 3.110697 2.027479 78.97193 1.075352 1.925501 3.315651 2.376512 7.196881 30 3.115171 2.029179 78.95090 1.080595 1.937807 3.314822 2.376496 7.195031 31 3.119643 2.030899 78.92983 1.085827 1.950151 3.314000 2.376488 7.193161 32 3.124121 2.032620 78.90877 1.091035 1.962525 3.313176 2.376475 7.191275 33 3.128608 2.034329 78.88776 1.096210 1.974916 3.312345 2.376449 7.189379 34 3.133100 2.036020 78.86682 1.101353 1.987309 3.311509 2.376407 7.187478 35 3.137596 2.037690 78.84596 1.106465 1.999689 3.310666 2.376351 7.185579 36 3.142089 2.039342 78.82519 1.111552 2.012046 3.309820 2.376282 7.183683 37 3.146578 2.040979 78.80448 1.116619 2.024372 3.308972 2.376205 7.181793 38 3.151058 2.042604 78.78385 1.121669 2.036663 3.308123 2.376123 7.179910 39 3.155527 2.044221 78.76328 1.126706 2.048917 3.307275 2.376039 7.178035 40 3.159984 2.045833 78.74276 1.131734 2.061136 3.306430 2.375956 7.176166 41 3.164429 2.047442 78.72229 1.136752 2.073320 3.305587 2.375874 7.174304 42 3.168862 2.049049 78.70187 1.141762 2.085472 3.304747 2.375794 7.172447 43 3.173282 2.050654 78.68149 1.146763 2.097594 3.303910 2.375716 7.170595 44 3.177692 2.052258 78.66114 1.151755 2.109688 3.303076 2.375640 7.168748 45 3.182090 2.053860 78.64084 1.156737 2.121754 3.302244 2.375566 7.166904 46 3.186478 2.055459 78.62059 1.161709 2.133794 3.301414 2.375493 7.165065 47 3.190857 2.057056 78.60037 1.166670 2.145808 3.300587 2.375420 7.163229 48 3.195226 2.058649 78.58020 1.171620 2.157796 3.299761 2.375348 7.161397 49 3.199585 2.060239 78.56008 1.176559 2.169758 3.298937 2.375276 7.159568 50 3.203935 2.061826 78.54000 1.181486 2.181695 3.298115 2.375203 7.157744 51 3.208275 2.063408 78.51996 1.186402 2.193605 3.297294 2.375131 7.155923 52 3.212606 2.064986 78.49997 1.191307 2.205488 3.296475 2.375058 7.154107 53 3.216927 2.066561 78.48003 1.196200 2.217345 3.295658 2.374986 7.152295 54 3.221239 2.068132 78.46013 1.201082 2.229176 3.294843 2.374913 7.150486 55 3.225541 2.069700 78.44027 1.205953 2.240980 3.294030 2.374841 7.148682 56 3.229834 2.071264 78.42046 1.210813 2.252757 3.293218 2.374768 7.146882 57 3.234117 2.072824 78.40070 1.215663 2.264508 3.292408 2.374696 7.145086 58 3.238390 2.074381 78.38098 1.220501 2.276232 3.291600 2.374624 7.143294 59 3.242653 2.075934 78.36130 1.225329 2.287930 3.290794 2.374552 7.141506 60 3.246908 2.077484 78.34167 1.230147 2.299602 3.289989 2.374480 7.139722


(5)

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGTA X variance due to LOGTA X

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGTA X variance due to LOGGOV

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGTA X variance due to S B K

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGTA X variance due to LOGJU B

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGTA X variance due to LOGP D B

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGTA X variance due to LOGIN V

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGTA X variance due to LOGK U R S

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGTA X variance due to IN F

0 2 0 4 0 6 0

2 5 5 0 P ercent LOGGOV variance due to LOGTA X

0 2 0 4 0 6 0

2 5 5 0 P ercent LOGGOV variance due to LOGGOV

0 2 0 4 0 6 0

2 5 5 0 P ercent LOGGOV variance due to S B K

0 2 0 4 0 6 0

2 5 5 0 P ercent LOGGOV variance due to LOGJU B

0 2 0 4 0 6 0

2 5 5 0 P ercent LOGGOV variance due to LOGP D B

0 2 0 4 0 6 0

2 5 5 0 P ercent LOGGOV variance due to LOGIN V

0 2 0 4 0 6 0

2 5 5 0 P ercent LOGGOV variance due to LOGK U R S

0 2 0 4 0 6 0

2 5 5 0 P ercent LOGGOV variance due to IN F

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent S B K variance due to LOGTA X

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent S B K variance due to LOGGOV

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent S B K variance due to S B K

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent S B K variance due to LOGJU B

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent S B K variance due to LOGP D B

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent S B K variance due to LOGIN V

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent S B K variance due to LOGK U R S

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent S B K variance due to IN F

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGJU B variance due to LOGTA X

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGJU B variance due to LOGGOV

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGJU B variance due to S B K

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGJU B variance due to LOGJU B

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGJU B variance due to LOGP D B

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGJU B variance due to LOGIN V

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGJU B variance due to LOGK U R S

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGJU B variance due to IN F

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGP D B variance due to LOGTA X

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGP D B variance due to LOGGOV

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGP D B variance due to S B K

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGP D B variance due to LOGJU B

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGP D B variance due to LOGP D B

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGP D B variance due to LOGIN V

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGP D B variance due to LOGK U R S

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGP D B variance due to IN F

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGIN V variance due to LOGTA X

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGIN V variance due to LOGGOV

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGIN V variance due to S B K

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGIN V variance due to LOGJU B

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGIN V variance due to LOGP D B

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGIN V variance due to LOGIN V

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGIN V variance due to LOGK U R S

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent LOGIN V variance due to IN F

0 2 0 4 0 6 0 8 0

2 5 5 0 P ercent LOGK U R S variance due to LOGTA X

0 2 0 4 0 6 0 8 0

2 5 5 0 P ercent LOGK U R S variance due to LOGGOV

0 2 0 4 0 6 0 8 0

2 5 5 0 P ercent LOGK U R S variance due to S B K

0 2 0 4 0 6 0 8 0

2 5 5 0 P ercent LOGK U R S variance due to LOGJU B

0 2 0 4 0 6 0 8 0

2 5 5 0 P ercent LOGK U R S variance due to LOGP D B

0 2 0 4 0 6 0 8 0

2 5 5 0 P ercent LOGK U R S variance due to LOGIN V

0 2 0 4 0 6 0 8 0

2 5 5 0 P ercent LOGK U R S variance due to LOGK U R S

0 2 0 4 0 6 0 8 0

2 5 5 0 P ercent LOGK U R S variance due to IN F

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent IN F variance due to LOGTA X

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent IN F variance due to LOGGOV

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent IN F variance due to S B K

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent IN F variance due to LOGJU B

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent IN F variance due to LOGP D B

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent IN F variance due to LOGIN V

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent IN F variance due to LOGK U R S

0 2 5 5 0 7 5 1 0 0

2 5 5 0 P ercent IN F variance due to IN F

Variance Decomposition


(6)

0 20 40 60 80 100

10 20 30 40 50 60

LOGTAX LOGGOV SBK LOGJUB LOGPDB LOGINV LOGKURS INF

Variance Decomposition of LOGT AX

0 10 20 30 40 50 60

10 20 30 40 50 60

LOGTAX LOGGOV SBK LOGJUB LOGPDB LOGINV LOGKURS INF

Variance Decomposition of LOGGOV

0 20 40 60 80 100

10 20 30 40 50 60

LOGTAX LOGGOV SBK LOGJUB LOGPDB LOGINV LOGKURS INF

Variance Decomposition of SBK

0 20 40 60 80 100

10 20 30 40 50 60

LOGTAX LOGGOV SBK LOGJUB LOGPDB LOGINV LOGKURS INF

Variance Decomposition of LOGJUB

0 20 40 60 80 100

10 20 30 40 50 60

LOGTAX LOGGOV SBK LOGJUB LOGPDB LOGINV LOGKURS INF

Variance Decomposition of LOGPDB

0 20 40 60 80 100

10 20 30 40 50 60

LOGTAX LOGGOV SBK LOGJUB LOGPDB LOGINV LOGKURS INF

Variance Decomposition of LOGINV

0 20 40 60 80

10 20 30 40 50 60

LOGTAX LOGGOV SBK LOGJUB LOGPDB LOGINV LOGKURS INF

Variance Decomposition of LOGKURS

0 20 40 60 80 100

10 20 30 40 50 60

LOGTAX LOGGOV SBK LOGJUB LOGPDB LOGINV LOGKURS INF