40
daerah di Pemkab Semarang, yang terus meningkat namun masih berada di bawah rata-rata kemandirian keuangan daerah se Eks-Karesidenan Semarang.
Berdasarkan hasil analisis kemandirian keuangan daerah di Eks- Karesidenan Semarang memperlihatkan bahwa seluruh klasifikasi daerah menurut
tipologi klassen tahun 2012 mengalami kenaikan, hal tesebut mengindikasikan bahwa komponen PAD dimasing-masing daerah mengalami peningkatan,
walaupun jika dilihat dari tingkat ketergantungan keuangan daerahnya Grafik 5, komponen penerimaan dana transfer dimasing-masing daerah mengalami kondisi
yang beragam.
4. Derajat Desentralisasi
Kemampuan Pemerintah Daerah di Eks-Karesidenan Semarang dalam menyelenggarakan desentralisasi setiap tahun 2008-2012 mengalami kondisi yang
berfluktuatif, dalam Grafik 7 turut memperlihatkan arah pergerakan yang semakin meningkat dari tahun 2010-2012. peningkatan ini mengindikasikan semakin
meningkat pula kinerja Pemerintah Daerah dalam mengoptimalkan sumber dayanya, hal ini dapat diamati lebih detail dalam Grafik 7.A dan Grafik 7.B.
Peningkatan derajat desentralisasi dimasing-masing daerah se Eks-Karesidenan Semarang dapat dilihat dengan tingginya tingkat kemandirian keuangan daerah
Grafik 6, pertumbuhan pendapatan daerah Grafik 1, dan juga rendahnya tingkat ketergantungan keuangan daerah Grafik 5.
41
Grafik 7.A Trend Derajat Desentralisasi Kabupaten dan Kota se Eks-Karesidenan
Semarang Tahun 2008-2012
Sumber : BPK Perwakilan Jawa Tengah, diolah.
Grafik 7.B Derajat Desentralisasi Kabupaten dan Kota se Eks-Karesidenan
Semarang Tahun 2008-2012
Sumber : BPK Perwakilan Jawa Tengah, diolah. Derajat desentralisasi yang dimiliki Pemkot Semarang menempati posisi di
atas rata-rata Eks-Karesidenan Semarang setiap tahunnya, hal ini juga dapat
10.59 11.87
11.50 12.09
13.90
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
2008 2009
2010 2011
2012 Kota Semarang
Kab. Semarang Kota Salatiga
Kab. Demak Kab. Kendal
Kab. Grobogan Rata-rata
10.59 11.87
11.50 12.09
13.90
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
2008 2009
2010 2011
2012 Kota Semarang
Kab. Semarang Kota Salatiga
Kab. Demak Kab. Kendal
Kab. Grobogan Rata-rata
42
dilihat dengan tingkat kemandirian Pemkot Semarang yang secara konsisten berada di atas rata-rata seperti yang terlihat dalam Grafik 6. dan juga rendahnya
tingkat ketergantungannya dalam Grafik 5, konsistensi Pemkot Semarang ini turut didukung dengan adanya perkembangan secara agregrat pada perekonomian yang
mengalami peningkatan, hal tersebut ikut serta meningkatan kemampuan PAD di Pemkot Semarang. Dengan adanya peningkatan yang ditunjukkan dalam rasio
derajat desentralisasi, juga berimplikasi bahwa Pemkot Semarang terus mengalami peningkatan kemampuan dalam menyelenggarakan desentralisasi.
Namun untuk Pemkab Demak, Pemkab Kendal, dan Pemkab Grobogan masing-masing daerah ini memiliki derajat desentralisasi yang besarnya berada di
bawah rata-rata, hal tersebut tidak terlepas dari tingkat kemandirian keuangan daerah dari Pemkab Demak, Pemkab Kendal, dan juga Pemkab Grobogan yang
cenderung berada di bawah rata-rata kemandirian keuangan daerah se Eks- Karesidenan Semarang. Kondisi yang demikian disebabkan karena proporsi
penerimaan daerahnya cenderung didominasi oleh dana perimbangan yang meningkat, sehingga kontribusi PAD terhadap kemampuan penyelenggaraan
desentralisasi daerahnya kecil. Sedangkan untuk Pemkab Semarang dan juga Pemkot Salatiga mengalami
derajat desentralisasi yang berfluktuasi. Ketidakstabilan kemampuan Pemkot Salatiga dan Pemkab Semarang dalam menyelenggarakan desentralisasi
daerahnya, juga diikuti dengan kondisi yang berfluktuatif pula pada tingkat kemandiriaan keuangan daerah, tingkat ketergantungan keuangan daerah serta
pertumbuhan pendapatan daerahnya. Meskipun dalam klasifikasi daerah berdasarkan tipologi klassen terjadi keberagaman namun secara nyata terjadi
43
kenaikan derajat desentralisasi pada seluruh Pemerintah Daerah se Eks- Karesidenan Semarang tahun 2012, hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja
masing-masing Pemerintah Daerah dalam mengoptimalkan sumber daya yang ada guna menyelenggarakan desentralisasi telah meningkat.
5. Rasio Pajak